Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

Teknologi Pengolahan Limbah

Adsorpsi Zat Warna


Nindya Putri Aprilianda(1), Virnanda Luisha. P(2), Muhammad Rizki Fattah. F (3), Erika
Desi Cahayani*(4) Agnes Surya Putri. A(5)
Erlangga Ardiansyah
Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, M.Sc.
Departemen Teknik Kimia Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
27 Maret 2023

Abstrak
Adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut dalam larutan oleh permukaan zat
penyerap yang membuat masuknya bahan dan mengumpul dalam suatu zat penyerap. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi kandungan bahan cair menggunakan spektrofotometer
dan memahami prinsip-prinsip pengukuran spektrofotometer UV/VIS. percobaan Menyiapkan larutan zat
wana dengan konsentrasi 300 dan 315 mg/l sebanyak 100 ml dalam Erlenmeyer 2 buah. Menambahkan 4
gram adsorbans pada masing-masing Erlenmeyer. Mengaduk erlenmeyer tersebut dengan shaker selama
45 menit dengan kecepatan 50 dan 250 rpm. Mengulangi sekali lagi untuk variabel yang sama. Kemudian,
mengendapkan dan menyaring larutan. Selanjutnya, mengukur absorbans larutan dengan
spectrophotometer dan mengkonversikan dengan kurva kalibrasi sehingga di dapat konsentrasi akhir.
Hasil percobaan yang didapat yaitu pada variable shaking 110 rpm didapatkan nilai penurunana pada
konsentrasi 300 ppm sebesar 78,424242 ppm, sedangkan pada konsentrasi 120 rpm sebesar 76,484848
ppm. Berdasarkan persamaan adsorpsi isotherm Freundlich didapatkan persamaan garis yaitu y = -
0,0258x + 4,1268 dan nilai R2 adalah 1 untuk variable shaking 110 rpm. Sementara untuk variable shaking
120 rpm didapatkan y = -0,0514x + 4,246 dan nilai R2 adalah 1. Sehingga pengaruh kecepatan pengaduk
pada hasil dari penutunan kadar akan semakin cepat pengadukan maka semakin sedikit zat yang mampu
terserap.

Kata kunci : Adsorben, Spektrofotometer, Zat warna.

1.0 Pendahuluan
Zat warna merupakan salah satu bahan yang sering digunakan pada suatu proses industri.
Banyaknya permintaan terhadap zat warna di antaranya berasal dari industri tekstil, kertas,
kosmetik, plastik, makanan dan rokok. Selama ini penggunaan zat warna terbesar ada pada
industri tekstil, oleh karena itu industri tekstil menjadi penyumbang limbah zat warna terbesar di
perairan. Limbah tersebut berasal dari proses pewarnaan (dyeing) yaitu berupa zat warna yang
larut dalam air. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil pada umumnya merupakan
senyawa organic non-biodegradable, dimana limbah tersebut dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan terutama lingkungan perairan [1]. Limbah tersebut merupakan limbah cair yang
memiliki kandungan warna pekat, kandungan tersebut berasal dari sisa zat warna yang merupakan
suatu senyawa komplek aromatic yang sangat sulit untuk didegradasi, sehingga keberadaanya
dapat menjadi sumber penyakit dikarenakan memiliki sifat karsinogenik dan mutagenik.
Pencemaran lingkungan dari limbah zat warna dapat ditangani dengan cara pengolahan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan dengan metode sederhana yang aman terhadap
lingkungan [2].
Salah satu yang dapat dilakukan untuk pengolahan limbah yaitu dengan menggunakan
metode “adsorbs”. Pengertian adsorbsi sendiri adalah menempelnya molekul lain pada

1
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

permukaan suatu padatan. Permukaan suatu zat padat memiliki kecenderungan untuk menyerap
atau menarik moleku-molekul lain seperti molekul gas atau molekul cairan. Zat padat pada proses
adsorpsi ini desebut sebagai adsorben, sedangkan molekul lain yang terserap pada permukaan zat
pada disebut sebagai adsorbat [3].
Adsorpsi sangat tak jarang dipakai dalam metode penanganan limbah dengan desain
relatif sederhana, pengoperasian relatif gampang & kemungkinan penggunaan ulang & siklus
ulang adsorben. Dari berbagai jenis material yang dapat digunakan sebagai adsorben seperti
alumina, silika, zeolit, dan karbon aktif, jenis adsorben yang paling sering digunakan untuk
mengadsorpsi adalah karbon aktif. Proses adsorpsi menggunakan karbon aktif sangat bermanfaat
dan efektif dalam memurnikan air limbah industri dan B3, karena dapat menghilangkan polutan
organik dari air [4].
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi kandungan bahan cair
menggunakan spektrofotometer dan memahami prinsip-prinsip penghukuran spektrofotometri
UV/VIS.
2.0 Tinjauan Pustaka
2.1 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa pengikatan molekul dalam fluida ke permukaan padatan.
Molekul akan terakumulasi pada batas muka padatan-fluida. Berdasarkan kuat interaksinya,
adsorpsi dibagi menjadi adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Jika adsorbat dan permukaan
adsorben berikatan hanya dengan gaya van der walls, maka yang terjadi adalah adsorpsi fisika
atau van der walls. Molekul yang teradsorpsi terikat secara lemah dipermukaan, sehingga bersifat
dapat balik (reversibel). Proses adsorpsi ini tidak pada tempat (site) yang spesifik dan molekul
yang teradsorpsi menyelimuti seluruh permukaan. Panas adsorpsinya relatif rendah yaitu dibawah
20 kCal/mol [5].
Ada 2 tipe adsorbs, yaitu:
a. Adsorbsi fisis atau Van der Waals
b. Adsorpsi kimia
Adsorpsi yang terjadi dalam hal ini adalah non-spesifik dan non-selektif penyebab gaya
tarik menarik karena adanya ikatan koordinasi hidrogen dan gaya Van der Waals. Apabila
adsorbat dan permukaan adsorben terikat dengan gaya Van der Waals saja maka dinamakan
adsorsi fisis atau adsorpsi Van der Waals [6].
2.2 Faktor yang mempengaruhi Adsorpsi
1. Macam-macam Adsorben
a. Adsorben Polar: Adsorben polar memunyai daya adsorpsi yang besar terhadap asam
karboksilat, alkohol, alumina, keton dan aldehid. Contohnya adalah alumina.
b. Adsorben non Polar: Adsorben non polar mempunyai daya adsorpsi yang besar
terhadap amin dan senyawa yang bersifat basa. Contohnya adalah silica.
c. Adsorben Basa: Adsorben basa memunyai daya adsorpsi yang besar
2. Macam-macam Adsorbat
Jika zat yang diadsorsi merupakan elektrolit maka adsorpsi akan berjalan lebih cepat dan
hasil adsorpsi lebih banyak jika dibandingkan dengan larutan non elektrolit. Hal ini
disebabkan karena larutan elektrolit terionisasi sehingga didalam larutan terdapat ion-ion
dengan muatan berlawanan yang menyebabkan gaya tarik-menarik Van der Waals
semakin besar, berarti daya adsorpsi semakin besar
3. Konsentrasi

2
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Masing-Masing Zat Jika konsentrasi (C) makin besar, maka jumlah solute yang
teradsorpsi semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan Frendlich :

X
=k.x.Cn
M
(1)
Dimana:
X = berat teradsopsi
M = berat adsorben
K, n = konstanta
4. Luas Permukaan
Makin luas permukaan adsorben (adsorben makin kecil ukurannya), maka adsorpsi yang
terjadi makin besar karena kemungkinan zat yang menempel pada permukaan adsorben
bertambah. Hal ini menyebabkan bagian yang semula tidak berfungsi sebagai permukaan
(bagian dalam) setelah digerus akan berfungsi sebagai permukaan.
5. Tekanan Jika tekanan diperbesar molekulmolekul adsorbat akan lebih cepat teradsorpsi,
akibatnya jumlah adsorbat yang terserap bertambah banyak. Jadi tekanan memperbesar
jumlah zat yang teradsorpsi. Hal ini dapat dilihat pada persamaan Harkins:

S (A2 +1)
log P=B- atau ln P=-d
V 2KT
(2)
6. Daya Larut terhadap Adsorben
Jika daya larut tinggi maka proses adsorpsi akan terhambat karena gaya untuk melarutkan
solute/adsorbat berlawanan dengan gaya tarik adsorben terhadap adsorbat.
7. Koadsorpsi
Suatu adsorben yang telah mengadsorsi suatu zat akan mempunyai daya adsorpsi yang
lebih besar terhadap adsorbat tertentu daripada daya adsorpsi awal.
8. Pengadukan
Jika dilakukan pengadukan, semakin cepat pengadukan maka molekul-molekul adsorbat
dan adsorben akan saling bertumbukan sehingga akan mempercepat proses adsorpsi [7].
2.3 Persamaan Adsorpsi Isoterm
Pada perancangan proses adsorpsi terdapat suatu yang sangat penting yaitu isotherm
adsorpsi dimana sangat diperlukan untuk mengetahui suatu kapasitas adsorpsi. Model isotherm
adsorpsi diperoleh dari pengolahan data variasi konsentrasi awal larutan methyl violet yang
diadsorpsi menggunakan karbon aktif. Isotherm adsorpsi yang digunakan untuk menggambarkan
proses adsorpsi fase cair adalah persamaan Langmuir dan persamaan Freundlich [8].
Persamaan isoterm Langmuir:

KL Ce
Cμ =Cμm
1+KL Ce
(3)

3
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Persamaan diatas dapat diturunkan secara linier menjadi:

Ce 1 1
= + C
Cμ CμmKL Cμm e

(4)

Sementara itu, untuk persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dirumuskan dengan:

Cμ =kF C1/n
e

(5)
Persaman di atas dapat diubah ke dalam bentuk linier yaitu dengan cara mengubah bentuk
logaritmanya:

log Cμ = log kF + 1nlogCe

(6)
Keterangan:
Ce = konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan setelah adsorpsi (mg/L)
k = konstanta adsorpsi Freundlich
n = konstanta empiris
Q = jumlah adsorbat teradsorpsi per bobot adsorben (mg/g)
3.4 Karbon Aktif
Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorbsinya dengan
melakukan proses karbonasi dan aktivasi. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan hidrogen,
air dan gas-gas pada permukaan karbon aktif dan mengakibatkan perubahan fisiknya. Gugus aktif
terbentuk karena adanya proses interaksi antara radikal bebas atom-atom oksigen dengan nitrogen
pada permukaan karbon aktif. Kegunaan karbon aktif dalam filter adalah menyerap bau,
mengurangi intensitas warna air, menyerap bau, menyerap logam dan bakteri [9].
Karbon aktif telah diakui sebagai salah satu adsorben yang paling populer dan banyak
digunakan dalam pengolahan air dan air limbah di seluruh dunia Karbon aktif memiliki struktur
berpori yang melimpah dan kapasitas adsorpsi yang kuat, banyak digunakan di berbagai industri,
termasuk dalam pemisahan, penghilangan zat warna dan polutan dari air limbah, dan pada proses
penjernihan air [10].
3.5 Methyl Red
Metil merah merupakan salah satu zat warna azo yang digunakan dalam pewarnaan kain.
Metil merah ini memiliki gugus azo, yang merupakan zat warna sintesis dan paling reaktif dalam
proses pencelupan bahan tekstil. Metil merah mempunyasi sistem kromofor gugus azo (-N=N-)
yang berikatan dengan gugus aromatic [11].
Metil Merah dengan rumus molekul C15H15N3O2 dikenal juga dengan C.I Acid Red.
Pewarna metil merah dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan gastrointestinal jika terhirup atau
tertelan, dan bersifat mutagenik, mitosis, dan karsinogenik. Metil merah sangat beracun bagi
organisme hidup karena sangat sulit terurai dalam limbah cair [12].
3.6 Aplikasi pada Industri

4
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Industri tekstil pada industri tekstil sendiri terdapat limbah cair yang mengandung
kontaminan yang berbahaya seperti senyawa organik, zat padat tersuspensi, fenol, zat warna
sintetis serta kandungan logam barbahaya seperti kromium, timbale dan lain-lain. Kandungan
terbesar dari limbah tekstil adalah zat warna sintetik. Zat warna yang digunakan pada proses
pencelupan dan pewarnaan, tidak meresap seluruhnya ke dalam serat kain sehingga efluen yang
dihasilkan masih mengandung residu zat warna tinggi. Salah satu zat warna yang biasanya
digunakan pada industri tekstil adalah metilen blue yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia. Metilen blue dapat menimbulkan iritasi pada kulit, iritasi pada saluran pencernaan, jika
terhirup dapat menimbulkan sianosis. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang
ditumbulkan karena pemakaian zat warna metilen blue, maka limbah cair industri tekstil perlu
dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu metode yang digunakan untuk
mengurangi pencemaran zat warna metilen blue yang mudah dan ekonomis adalah dengan proses
adsorpsi [13].
3.0 Metode Percobaan
3.1 Variabel Percobaan
Variabel yang digunakan pada percobaan adsorpsi zat warna ada 2, yaitu variabel tetap
dan variabel bebas. Variabel tetap yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari kecepatan
pengadukan 300 rpm dan 315 rpm dengan waktu pengadukan selama 45 menit. Variabel bebas
yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari larutan Methyl Red 5000 ppm dan massa adsorban
4 gram.
3.2 Alat dan Bahan Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan adsorpsi zat warna adalah erlenmeyer,
spectrofotometer, shaker, oven, gelas ukur, tabung reaksi, beaker glass, kaca arloji, corong,
spatula, dan pipet tetes. Sedangkan, bahan yang digunakan pada percobaan adsorpsi zat warna
adalah zat pewarna Methyl Red, karbon aktif, dan aquadest.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Persiapan Alat dan Melarutkan Zat Warna
Melarutkan zat warna ke dalam air suling sebanyak 1000 ml dengan konsentrasi 5000
ppm. Selanjutnya menyiapkan adsorben sebanyak 4 gram.
3.3.2 Prosedur Kurva Kalibrasi
Menyiapkan larutan zat warna dengan konsentrasi 5000 ppm dan menyiapkan air suling
sebagai larutan blanko. Menyiapkan spektrofotometer dan mengatur spectrum absorbs dengan
larutan blanko sehingga diperoleh titik reference (λ maksimum = 510 nm). Mengencerkan larutan
zat warna dari konsentrasi 5000 ppm menjadi konsentrasi yang ditentukan. Kemudian,
mendapatkan absorbans dan transmittan untuk masing-masing konsentrasi dengan  maksimum.
Selanjutnya, membuat plot absorbans dan transmittan (ppm) sebagai kurva kalibrasi standar.
3.3.3 Prosedur Percobaan Adsorpsi Zat Warna
Menyiapkan larutan zat wana methyl red dengan konsentrasi 300 ppm dan 315 ppm
sebanyak 100 ml dalam Erlenmeyer 2 buah. Menambahkan 4 gram karbon aktif pada masing-
masing Erlenmeyer. Mengaduk erlenmeyer tersebut dengan shaker selama 40 menit dengan
kecepatan 110 rpm. Mengulangi sekali lagi untuk variabel 120 rpm. Kemudian, mengendapkan
dan menyaring larutan. Selanjutnya, mengukur absorbans larutan dengan spektrofotometer dan
mengkonversikan dengan kurva kalibrasi sehingga di dapat konsentrasi akhir.

3.4 Diagram Alir


3.4.1 Persiapan Alat dan Melarutkan Zat Warna

5
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Mulai

Melarutkan zat warna ke dalam air suling dengan konsentrasi tertentu

Menyiapkan adsorben

Selesai

3.4.2 Tahap Percobaan


3.4.2.1 Prosedur Kurva Kalibrasi

Mulai

Menyiapkan larutan zat warna dengan konsentrasi 5000 ppm

Menyiapkan air suling sebagai larutan blanko

Menyiapkan spektrofotometer

Mengatur spectrum absorbsi dengan larutan blanko sehingga di peroleh titik


reference(Maksimum = 510 nm)

Encerkan larutan zat warna dari konsentrasi 5000 ppm menjadi konsentrasi yang di tentukan.

Mendapatkan absorbans dan transmittan untuk masing – masing konsentrasi dengan  = 510
nm

Membuat plot absorbans dan transmittan sebagai kurva kalibrasi standar.

Selesai

6
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

3.4.2.2 Prosedur Percobaan Adsorpsi Zat Warna

Mulai

Menyiapkan larutan zat warna dengan konsentrasi 90 ppm dan 105 ppm sebanyak 100 ml
dalam erlenmeyer masing-masing 2 buah

Menambahkan 4 gram karbon aktif pada masing – masing erlenmeyer.

Mengaduk erlenmeyer tersebut dengan shaker selama 40 menit dengan kecepatan 110 rpm

Ulang sekali lagi untuk variabel yang 120 rpm

Endapkan dan saring larutan

Mengukur absorban larutan dengan spektrofotometer dan mengkorvesikan dengan kurva


kalibrasi sehingga di dapat konsentrasi akhir

Selesai

4.0 Hasil dan Pembahasan

a. b.
Gambar 4.1. Larutan Methyl Red sebelum adsorpsi pada variabel 110 rpm dan 120 rpm : (a)
300 ppm dan (b) 315 ppm
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Standar Kalibrasi Methyl Red

7
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Konsentrasi (ppm) Adsorbansi


Aquadest 0,135
50 0,163
150 0,555
250 1,027
350 1,125
450 1,517
Tujuan dari percobaan adsorpsi zat warna adalah untuk mengetahui konsentrasi kandungan
bahan cair menggunakan spektofotometri serta dapat memahami prinsip-prinsip pengukuran
spektrofotometri UV/VIS. Metode pada percobaan ini, yaitu melakukan kurva kalibrasi dengan
cara mengatur spektrum absorbsi dengan larutan blanko sampai diperoleh titik reference  = 510
nm. Kemudian mengencerkan larutan zat warna dengan konsentrasi 5000 ppm menjadi 300 ppm
dan 315 ppm. Kemudian didapat absorban dan transmittan untuk masing-masing konsentrasi.
Setelah itu diplot absorban dan transmittan sebagai kurva kalibrasi standar. Kemudian dilakukan
prosedur percobaan dengan ditambahkan adsorban pada Erlenmeyer yang berisi larutan zat warna
dengan konsentrasi 300 ppm dan 315 ppm sebanyak 100 ml. Kemudian diaduk dengan shaker
selama 40 menit dengan kecepatan 110 rpm dan 120 rpm lalu diendapkan dan disaring. Langkah
terakhir adsorban larutan diukur dengan spektrofotometer dan dikonversikan dengan kurva
kalibrasi sehingga didapat konsnetrasi akhir.

Kurva Kalibrasi
1.8
1.6 y = 0.0033x + 0.0575
1.4 R² = 0.9711
Nilai Adsorbansi

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Konsentrasi (ppm)

Grafik 4.1 Kurva Standar Kalibrasi Methyl Red


Kurva standar kalibrasi pada Grafik 4.1 di atas didapat dengan mengukur absorbansi larutan
standar methyl red pada panjang gelombang 510 nm. Dari data tersebut didapat grafik dengan
absorbansi sebagai sumbu y dan konsentrasi (ppm) sebagai sumbu x. Dari grafik diperoleh nilai
absorbansi dengan konsentrasi 50 ppm sebesar 0,163; konsentrasi 150 ppm sebesar 0,555;
konsentrasi 250 ppm sebesar 1,027; konsentrasi 350 ppm sebesar 1,125; dan konsentrasi 450 ppm
sebesar 1,517. Berdasarkan Grafik 4.1 diperoleh persamaan garis y = 0,0033x– 0,0575 dan nilai
R2 adalah 0,9711. Pada nilai koefisien korelasi terdapat penentuan linieritas kurva jika pada nilai
R mendekati 1 maka kurva tersebut hamper linier serta terdapat hubungan yang kuat antara
konsentrasi dan absorbansi [14].
Selanjutnya larutan sampel yang telah dipersiapkan dilakukan shaking dengan kecepatan 110
rpm. Berikut adalah gambar sampel larutan methyl red yang telah ditambahkan karbon aktif.

8
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

a. b.
Gambar 4.2 Larutan Methyl Red Setelah Adsorpsi pada Variabel Shaking 110 rpm : (a)
300 ppm; (b) 315 ppm
Persamaan garis pada Gambar 4.2 digunakan untuk menghitung konsentrasi akhir dari
larutan methyl red setelah adsorpsi. Hasil perhitungan konsentrasi akhir methyl red pada variabel
shaking 110 rpm, yakni sebagai berikut :
Tabel 4.2 Konsentrasi Akhir Larutan Methyl Red Setelah Adsorpsi Variabel Shaking 110
Massa
Waktu Konsentrasi Penurunan
Konsentrasi Absorbansi Karbon Absorbansi
No Adsorpsi Akhir Kadar
Awal (ppm) Awal Aktif Akhir
(menit) (ppm) (ppm)
(g)
1 300 1,123 0,674 78,42424242 221,5757576
40 4
2 315 1,664 0,63 94,48484848 220,5151515

Penurunan Kadar Methyl Red pada Variabel Shaking


110 rpm
224
Penurunan Kadar (ppm)

223.5
223
222.5
222
221.5
221
220.5
220
298 300 302 304 306 308 310 312 314 316
Konsentrasi Awal (ppm)

Grafik 4.2 Penurunan Kadar Methyl Red Setelah Adsorpsi


Berdasarkan Grafik 4.2 diketahui bahwa pada variabel shaking 110 rpm dengan konsentrasi
300 ppm didapatkan penurunan kadar sebesar 221,5757576 ppm, sedangkan pada konsentrasi 315
ppm didapat penurunan kadar sebesar 220,5151515 ppm. Dari Grafik 4.2 dapat diketahui bahwa
grafik yang diperoleh mengalami penurunan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur,
yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan adsorpsi adalah kenaikan konsentrasi
adsorbat[15]. Perbedaan konsentrasi akhir dari proses adsorpsi akan berpengaruh pada besarnya
efisiensi removal yang terjadi. Semakin besarnya konsentrasi maka penurunan zat warna akan
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan kitosan dalam jumlah kecil
untuk mendegradasi (menjerap) zat warna dalam konsentrasi yang besar[16].

9
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Berdasarkan data dari Tabel 4.2 akan dihitung menggunakan persamaan adsorpsi isotherm
Freundlich. Model isotherm Freundlich menggunakan asumsi bahwa adsorpsi terjadi secara
fisika. Model Isoterm Freundlich merupakan persamaan empiris, yang dinyatakan dengan
persamaan.

1
x
qe = = Kf . Cne
m (7)

Berdasarkan persamaan diatas, didapatkan data sebagai berikut :


Tabel 4.3 Data Variabel Persamaan Adsorpsi Isotherm Freundlich variabel shaking 110 rpm
Konsentrasi
Massa
Methyl Red
Karbon
No x Setelah x/m Log x/m Log C
Aktif
Adsorpsi
(g)
(ppm)
1 221,5757576 4 78,42424242 55,39394 4,01447 4,362133094
2 220,5151515 94,48484848 55,12879 4,009672 4,548439488

Isotherm Freundlich
4.015

4.014 y = -0.0258x + 4.1268


R² = 1
4.013
Log x/m

4.012

4.011

4.01

4.009
4.35 4.4 4.45 4.5 4.55 4.6
Log C

Grafik 4.3 Persamaan Adsorpsi Isotherm Freundlich Variabel Shaking 110 rpm
Berdasarkan Grafik 4.3 didapatkan persamaan garis yaitu y = -0,0258x + 4,1268 dan nilai
R2 adalah 1. Model persamaan Freundlich menyatakan bahwa ada lebih dari satu lapisan
permukaan dan sisi bersifat heterogen, sehingga terjadi perbedaan energi ikatan pada tiap-tiap sisi
dimana proses adsorpsi di tiap-tiap sisi adsorpsi yang bersifat homogen mengikuti isoterm
Langmuir[17].
Dilakukan percobaan variabel kedua, yaitu larutan sampel yang telah dipersiapkan dilakukan
shaking kembali dengan kecepatan 120 rpm. Berikut gambar dari sampel larutan methyl red yang
telah ditambahkan karbon aktif :

10
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

a. b.
Gambar 4.3 Larutan Methyl Red Setelah Adsorpsi pada Variabel Shaking 120 rpm : (a) 300 ppm;
(b) 315 ppm
Tabel 4.4 Konsentrasi Akhir Larutan Methyl Red Setelah Adsorpsi Variabel Shaking 120 rpm
Massa
Waktu Konsentrasi Penurunan
Konsentrasi Absorbansi Karbon Absorbansi
No Adsorpsi Akhir Kadar
Awal (ppm) Awal Aktif Akhir
(menit) (ppm) (ppm)
(g)
1 300 1,123 1,998 76,48484848 223,5151515
40 4
2 315 1,664 1,998 93,81818181 221,1818182

Penurunan Kadar Methyl Red pada Variabel


Shaking 120 rpm
224

223.5

223

222.5

222

221.5

221
298 300 302 304 306 308 310 312 314 316

Grafik 4.4 Penurunan Kadar Methyl Red pada Variabel Shaking 120 rpm
Berdasarkan Grafik 4.4 diketahui bahwa variabel shaking 120 rpm dengan konsentrasi 300
ppm didapatkan penurunan kadar sebesar 223,5151515 ppm, sedangkan pada konsentrasi 315
ppm didapatkan penurunan kadar sebesar 221,1818182 ppm. Dari Grafik 4.4 dapat diketahui
bahwa pada grafik diatas mengalami penurun dan hasil tersebut sesuai dengan literatur, dimana
semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang
terkumpul pada permukaan adsorben. Ketika jumlah adsorben ditingkatkan, kapasitas adsorpsi
menurun, karena pada saat itu konsentrasi adsorbat juga menurun [18]. Hal ini dikarenakan
peningkatan jumlah adsorben akan meningkatkan jumlah sisi aktif sehingga efisiensi adsorpsi
akan meningkat, namun sisi aktif tersebut akan saling berkompetisi dalam penjerapan adsorbat
sehingga akan menyebabkan kapasitas adsorpsi menjadi menurun jika dibandingkan dengan
jumlah adsorben yang sedikit [19].

11
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Berdasarkan data dari Tabel 4.4 akan dihitung persamaan adsorpsi isotherm Freundlich.
Persamaan Freundlich adalah persamaan empiris yang digunakan untuk mendiskripsikan data
adsorpsi single adsorbate sistem heterogen (padat-cair) dengan konsentrasi tinggi. Berdasarkan
persamaan yang telah dijelaskan di atas yaitu persamaan (1) dan (2), didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Data Variabel Persamaan Adsorpsi Isotherm Freundlich variabel shaking 120 rpm
Konsentrasi
Massa
Methyl Red
Karbon
No x Setelah x/m Log x/m Log C
Aktif
Adsorpsi
(g)
(ppm)
1 223,5151515 76,48484848 55,87879 4,023184843 4,337092662
2 221,1818182 4 93,81818181 55,29545 4,012690709 4,541358673

Isotherm Freundlich
4.024

4.022 y = -0.0514x + 4.246


R² = 1
4.02
Log x/m

4.018

4.016

4.014

4.012
4.3 4.35 4.4 4.45 4.5 4.55 4.6
Log C

Grafik 4.5 Persamaan Adsorpsi Isotherm Freundlich Variabel Shaking 120 rpm
Berdasarkan Grafik 4.5 didapatkan persamaan garis yaitu y = -0,0514x + 4,246 dan nilai
R2 adalah 1. Model persamaan Freundlich mengasumsikan bahwa terdapat lebih dari satu lapisan
permukaan (multilayer) dan sisi bersifat heterogen, yaitu adanya perbedaan energi pengikat pada
tiap-tiap sisi dimana proses adsorpsi di tiap-tiap sisi adsorpsi mengikuti isoterm Langmuir.
Heterogenitas permukaan adsorben dapat menyebabkan interaksi antara situs aktif satu dan yang
lain pada permukaan adsorben dengan molekul adsorbat juga berbeda sehingga permukaan
adsorbat yang terikat pada permukaan adsorben dapat membentuk lebih dari satu lapisan
(multilayer)[20].
5.0 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada variable shaking 110 rpm didapatkan penurunan kadar untuk konsentrasi 300 ppm
sebesar 78,424242 ppm, sedangkan pada konsentrasi 315 ppm sebesar 94,484848 ppm.
Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur dimana salah satu faktor yang mempengaruhi
adsorpsi adalah konsentrasi adsorbat sehingga semakin banyak jumlah substansi yang
terkumpul pada permukaan adsorban.
2. Berdasarkan persamaan adsorpsi isotherm Freundlich didapatkan persamaan garis yaitu
y = -0,0258x + 4,1268 dan nilai R2 adalah 1 untuk variable shaking 110 rpm. Sementara

12
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

untuk variable shaking 120 rpm didapatkan y = -0,0514x + 4,246 dan nilai R2 adalah 1.
Model persamaan Freundlich menyatakan bahwa ada lebih dari satu lapisan permukaan
dan sisi bersifat heterogen, sehingga terjadi perbedaan energi ikatan pada tiap-tiap sisi
dan pada proses adsorpsi di tiap-tiap sisi adsorpsi mengikuti isoterm Langmuir.
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh penurunan kadar yang terjadi pada variable shaking 315
rpm lebih kecil dibandingkan dengan variable shaking 300 rpm. Sehingga pengaruh
kecepatan pengadukan pada penurunan kadar adalah semakin cepat pengadukan semakin
sedikit zat yang mampu terserap.

13
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Daftar Pustaka
[1] K. Arang, A. Dari, and L. Pertanian, “Kajian Arang Aktif Dari Limbah Pertanian Sebagai
Bioadsorben Zat Warna,” vol. 2, no. 2, 2020.
[2] A. Wijayanti and R. Hadisoebroto, “Pelatihan Pengolahan Air Limbah Industri Rumahan
Sablon ( Warna Dan B3 ) Di Kelurahan Krendang , Kecamatan Tambora , Jakarta Barat,”
J. Wahana Abdimas Sejah. Pelatih., pp. 100–108, 2020, doi: 10.25105/juara.v1i1.6309.
[3] N. Kamal, “Pemakaian adsorben karbon aktif dalam pengolahan limbah industri batik,” J.
Teknol. Kim., pp. 77–80, 2019.
[4] R. Budiman, “Analisis Efektifitas Aktivasi Fisika-kimia Zat H3PO4 Dan Zat ZnCl2
Terhadap Daya Adsorpsi Karbon Aktif Kulit Buah Kakao Pada Pengolahan Limbah Air
Terproduksi …,” 2021.
[5] Yustinah, Hudzaifah, M. Aprilia, and S. AB, “Kesetimbangan Adsorpsi Logam Berat (Pb)
Dengan Adsorben Tanah Diatomit Secara Batch,” J. KONVERSI, vol. 9, no. 1, pp. 17–28,
2019, doi: https://doi.org/10.24853/konversi.9.1.12.
[6] P. Takarani, S. Findia Novita, and R. Fathoni, “Pengaruh Massa dan Waktu Adsorben
Selulosa dari Kulit Jagung terhadap Konsentrasi Penyerapan,” Pros. Semin. Nas. Teknol.
V, vol. 2, no. 1, pp. 117–121, 2019, [Online]. Available: http://e-
journals.unmul.ac.id/index.php/SEMNASTEK/article/view/2816.
[7] T. Widayatno et al., “Adsorpsi Logam Berat (Pb) dari Limbah Cair dengan Adsorben
Arang Bambu Aktif,” J. Teknol. Bahan Alam, vol. 1, no. 1, pp. 17–23, 2017.
[8] W. Astuti, “Kesetimbangan Adsorpsi Zat Warna Methyl Violet Oleh Karbon Aktif
Berbasis Limbah Daun Nanas (Ananas comosus L),” Metana, vol. 14, no. 2, p. 31, 2018,
doi: 10.14710/metana.v14i2.20095.
[9] Suherman, M. Hasanah, R. Ariandi, and Ilmi, “Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap
Karakteristik Dan Mikrostruktur Karbon Aktif Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guinensis),”
J. Ind. Has. Perkeb., vol. 16, no. 1, pp. 1–9, 2021, doi:
http://dx.doi.org/10.33104/jihp.v16i1.6654.
[10] R. A. F. Lubis, “Production of Activated Carbon from Natural Sources for Water
Purification Rizka,” Indones. J. Chem. Sci. Technol., vol. 2, no. 1, pp. 66–70, 2020.
[11] E. Widjajanti, R. Tutik, and M. P. Utomo, “Pola Adsorpsi Zeolit Terhadap Pewarna Azo
Metil Merah dan Metil Jingga,” Pros. Semin. Nas. Penelitian, Pendidik. dan Penerapan
MIPA, Fak. MIPA, Univ. Negeri Yogyakarta, no. July, pp. 115–122, 2011.
[12] Y. A. B. Neolaka, A. C. Lalang, and S. Y. Seran, “Adsorpsi Zat Warna Metil Merah
menggunakan Hydrochar dari Tempurung Kelapa,” vol. 2, pp. 63–73, 2022.
[13] I. N. Sukarta, “Sintesis Membran Nata De Pina Dan Aplikasinya Untuk Adsorpsi Zat
Warna Tekstil Remazol Red Rb,” J. Kim., vol. 14, no. 2, p. 134, 2020, doi:
10.24843/jchem.2020.v14.i02.p05.
[14] S. W. Pratiwi, S. N. Sari, R. Nurmalasari, and M. Indriani, “Utilization of Nata De Coco
as Adsorben in Methyl Orange Adsorption,” EduChemia (Jurnal Kim. dan Pendidikan),
vol. 5, no. 2, p. 187, 2020, doi: 10.30870/educhemia.v5i2.7977.
[15] C. Irawan, “Pengaruh Konsentrasi Adsorbat Terhadap Efektivitas Penurunan Logam Fe
Dengan Menggunakan Fly Ash Sebagai Adsorben,” Seminastika, pp. 291–293, 2018.
[16] Z. Arifin, D. Irawan, and M. Rahim, “Adsorpsi Zat Warna Direct Black 38 Menggunakan
Kitosan Berbasis Limbah Udang Delta Mahakam,” Sains dan Terap. Kim., vol. 6, no. 1,
pp. 35–45, 2012.
[17] I. E. Wijayanti and E. A. Kurniawati, “Studi Kinetika Adsorpsi Isoterm Persamaan
Langmuir dan Freundlich pada Abu Gosok sebagai Adsorben,” EduChemia (Jurnal Kim.
dan Pendidikan), vol. 4, no. 2, p. 175, 2019, doi: 10.30870/educhemia.v4i2.6119.
[18] M. Septiani, Z. Darajat, D. Kurniawan, and I. Pasinda, “Kajian Perbandingan Efektivitas
Adsorben Ampas Kopi dan Fly Ash pada Penurunan Konsentrasi Amonia ( NH 3 ) dalam
Limbah Cair Urea,” J. SAINS Terap. VOL. 7 NO.2 2021 Hal. 52-59 Akreditasi

14
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

KEMENRISTEKDIKTI, No14/E/KPT/2019 diolah, vol. 7, no. 2, 2021, doi:


https://doi.org/10.32487/jst.v7i2.1171.
[19] S. A. Silalahi, Efektivitas mahkota nanas sebagai adsorben menggunakan aktivator koh
untuk penyisihan air limbah industri karet. 2022.
[20] W. Antoni, S. Hamdiani, S. R. Kamali, and N. Science, “Thermodynamics and Kinetics
of Adoption of Ag ( I ) on Paramagnetic Silica Rice Husk Ash Surface,” vol. 2, no. 1, pp.
64–68, 2019, doi: 10.29303/aca.v1i2.32.

15
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Appendiks
1. Membuat 1 Liter Larutan Methyl Red 5000 ppm
1 ppm = 1 mg/L
5000 ppm = 500 mg/L
5000 ppm = 0,5 gram/L
2. Membuat 100 ml Larutan Methyl Red Konsentrasi 50 ppm, 150 ppm, 250 ppm, 350 ppm,
dan 450 ppm
a. 50 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 50 x 100
V1 = 1 ml
b. 150 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 150 x 100
V1 = 3 ml
c. 250 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 250 x 100
V1 = 5 ml
d. 350 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 350 x 100
V1 = 7 ml
e. 450 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 450 x 100
V1 = 9 ml
3. Membuat 250 ml Larutan Methyl Red
a. 300 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 300 x 100
V1 = 6,0 ml
b. 75 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 315 x 100
V1 = 6,3 ml
4. Hasil Kalibrasi Larutan Standar
Adsorbansi Konsentrasi (ppm)
0,163 50
0,555 150
1,027 250
1,125 350
1,517 450

16
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

5. Nilai Adsorbansi Sampel Methyl Red Sebelum dan Sesudah Adsorpsi


Massa Adsorbansi Adsorbansi
Adsorbansi Waktu
Konsentrasi Karbon Setelah Setelah
Sebelum Adsorpsi
(ppm) Aktif Adsorpsi Adsorpsi
Adsorpsi (menit)
(gram) (110 rpm) (120 rpm)
300 1,123 45 4 0,639 1,998
315 1,664 45 4 0,674 1,998

17
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

Lembar Revisi
Modul percobaan : Adsorpsi Zat Warna
Kelompok : 9A
Tanggal percobaan : 27 Maret 2023
Tanggal revisi Tanggal Kembali Keterangan TTD
27 maret 2023 27 maret 2023 1.sitasi ieee
2.format persamaan
ditengah
3. methyl red
6 april 2023 7 april 2023 1. bab lurusin
2. Dikasih numbering di
sebelah kanan, Equation di
normal textkan lalu ubah
font nya jadi TNR, Samain
semua sampe bawah
3. Semua yang berdiksi
penelitian diubah menjadi
percobaan
4. numbering lurusin
5. Ditambah Adsorpsi Zat
Warna
6. No outline, kotakan
didalem grafik hapus aja,
samain semua
7. angka di axis title
disamain semua buat
grafik, jadi semisal batas
sumbu y nya 40 ya 40
semua, berlaku untuk
semua grafik di boundary
yang sama (cth. Penurunan
kadar ada 2 ya disamain
semua)
8. Ini Methyl Red nya di
italic, samain semua
7 april 2023 8 april 2023 1. ukuran font
2. x y brapa, shaker brp
jam
3. bab 2 lurusin
4. font masih cambria math
5. samain diksi 3.3.1
6. table top bottom
7. font samain
8. garfik pakai diksi grafik
8 april 2023 9 april 2023 1. ndent kirinya beda, yang
atas lebih ke kanan yang
bawah sudah bener, coba
samain
2. angka sub bab lurusin
3. yg bener waktunya
berapa

18
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

4. Buat Judul subbab yang


ada di diagram alir, samain
semuanya kayak yang ada
di 3.3 atasnya ini, kalau
emang judulnya kayak gitu
ya samain, jangan
ditambah tambah kayak
tahap percobaan yang ngga
ada di 3.3
5. diagram kepotong
9 april 2023 15 april 2023 1. penulisan Penjelasan
Tabel taruh diatas Tabel
yaa
2.Gambarnya kok lompat
jauh jauh? Kan udah
dikasih a sama b jadi
gaperlu dilompatin

19
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM


TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA

Percobaan : Adsorpsi Zat Warna


Mengetahui,
Tgl. Percobaan: 27 Maret 2023 Asisten
Kelompok : 9A
Anggota :
1. Nindya Putri Aprilianda NRP 2041201036
2. Virnanda Luisha P. NRP 2041201041
3. M. Rizki Fatta Fatoni NRP 2041201043 (Erlangga Ardiansyah)
4. Erika Desi Cahyani NRP 2041201045
5. Agnes Surya Putri NRP 2041201088

1. Menyiapkan larutan methyl red 5000 ppm


1 ppm = 1 mg/l
5000 ppm = 5000 mg/l
= 5 gr/l
2. Menyiapkan larutan standar methyl red
 50 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 50 x 100
V1 = 1 ml
 150 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 150 x 100
V1 = 3 ml
 250 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 250 x 100
V1 = 5 ml
 350 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 350 x 100
V1 = 7 ml
 450 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 50 x 100
V1 = 9 ml

3. Membuat larutan sampel


 300 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 300 x 100
V1 = 6,0 ml

20
Laporan Praktikum
Teknologi Pengolahan Limbah

 315 ppm
ppm1 x V1 = ppm2 x V2
5000 x V1 = 315 x 100
V1 = 6,3 ml

 Hasil Praktikum
a. Larutan standar
ppm Adsorbansi
Aquades 0,135
50 0,163
150 0,555
250 1,027
350 1,125
450 1,517

b. Sampel 110 dan 120 RPM


Ppm / ml Adsorbansi Sesudah shaker Sesudah shaker
110 rpm 120 rpm
210 / 4,2 1,123 0,630 1,998
225 / 4,5 1,664 0,674 1,998

21

Anda mungkin juga menyukai