Anda di halaman 1dari 24

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

DENGAN METODE ADSORPSI


Dewi Lailliya
Program Studi : D3-Teknik Kimia

ABSTRAK
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami
peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika
jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendapatkan suatu sistem pengolahan limbah cair berskala laboratorium dengan
menggunakan sampel berupa larutan CaCO3 dengan menggunakan adsorben berupa karbon aktif
dan batu apung. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi
suatu ikatan kimia-fisika antara substansi dengan penyerapanya. Proses perlekatan dapat saja
terjadi antara cairan dan gas, padatan, atau cairan lain. Adsorben ialah zat yang melakukan
penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya
adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada
proses adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Dengan
proses adsorpsi yang dilakukan berdasar flowrate CaCO 3 71 ml/menit, serta dengan
melakukan titrasi menggunakan larutan EDTA untuk menentukan kesadahan total dan
kesadahan Ca2+ maka diperoleh kesimpulan bahwa
Kata Kunci : Adsorpsi, Adsorben, Limbah CaCO3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul
Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Adsorpsi
1.2

Latar Belakang

Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami
peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika
jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang
banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah
sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan
pengolahan limbah tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius. Sebenarnya, keberadaan
limbah cair dapat memberikan nilai negatif bagi suatu kegiatan industri. Namun, penanganan dan
pengolahannya membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga kurang mendapatkan perhatian
dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan industri kecil dan menengah.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus
dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang
dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yangbersangkutan.Untuk bisa
memilih teknologi yang tepat, seseorang harus mengetahui gambaran umum tentang metodemetode pengolahan air limbah yang ada, baik tentang prinsip kerja, tentang penerapan metodemetode tersebut, keuntungan dan kerugian, dan juga faktor biaya. Hal yang penting dalam
konsep pengolahan air limbah industri adalah usaha mencegah atau menekan beban cemaran
seminimal mungkin, yaitu melalui pengendalian proses produksi itu sendiri (konsep produksi
bersih). Baru pada tahap selanjutnya adalah pengolahan air limbah yang dihasilkan agar tidak
mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar air buangan dari industri
sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan.

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan
tersebut. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia
fisika antara substansi dengan penyerapnya
1.3

Dasar Teori
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat

pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan
tersebut. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia
fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

Macam adsorben

Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)

Luas permukaan adsorben

Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)

Temperatur
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun

gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu.
Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat
yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam
larutan adalah arang aktif.
Mekanisme adsorpsi
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia-fisika
antara substansi dengan penyerapanya. Proses perlekatan dapat saja terjadi antara cairan dan gas,
padatan, atau cairan lain.

Adsorpsi fisik terjadi karena adanya ikatan Van der waals, dan bila ikatan tarik antar
molekul zat terlarut dengan zat penyerapnya lebih besar dari ikatan antara molekul zat terlarut
dengan pelarutnya maka zat terlarut akan dapat diadsorpsi (Reynold, 1982).
Sedangkan adsorpsi kimia merupakan hasil dari reaksi kimia antara molekul adsorbat dan
adsorban dimana terjadi pertukaran elektron (Benefield, 1982).
Adsorpsi terhadap air buangan mempunyai tahapan proses seperti berikut (Benefield, 1982):
1. Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi adsorban.
2. Difusi adsorbat melalui lapisan film (film diffusion).
3. Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorban (proses pore diffusion)
4. Adsorbsi adsorbat pada permukaan adsorban.
Arang aktif
Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara
kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga
pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat
lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil
pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan
adsorpsi bertambah. Komposisi arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar
debu.
Faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari arang aktif adalah :
1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga menimbulkan
gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.
2. Adanya permukaan yang luas (300 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga
mempunyai kemampuan daya serap yang besar.

Menurut SII No.0258-79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini :

JENIS

PERSYARATAN

Bagian yang hilang pada pemanasan 950C

Maks. 15%

Air

Maks. 10%

Abu

Maks. 2,5%

Bagian yang tidak diperarang

Tidak nyata

Daya serap terhadap larutan

Min. 20%

Mekanisme adsorpsi pada arang aktif


1.

Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang aktif dalam
keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil.

2.

Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif) dengan zat-zat
teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang bersifat elektrolit akan diserap
lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan dalam larutan yang
bersifat non elektrolit penyerapan arang aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman atau sifat
kebasaan larutan.

Faktor yang mempengaruhi adsorpsi


Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme adsorpsi adalah agitasi, karakteristik
karbon akitif, ukuran molekul adsorbat, pH larutan, temperatur dan waktu kontak (Benefield,
1982).
1. Agitasi

Jika agitasi yang terjadi antara partikel karbon dengan cairan relatif kecil, permukaan
film dari liquid sekitar partikel akan menjadi tebal dan difusi film akan terbatas.
2. Karakteristik karbon Aktif
Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik terpenting dari karbon aktif
sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorpsi yang terjadi ;
tingkat adsorpsi meningkat seiring mengecilnya ukuran partikel. Tingkat adsorpsi untuk
karbon aktif powder lebih cepat dari pada granular. Total kapasitas adsorpsi tergantung
pada total luas permukaan dimana ukuran partikel karbon tidak berpengaruh besar pada
total luas permukaan karbon.
3. Ukuran molekul Adsorbat
Ukuran molekul merupakan bagian yang penting dalam adsorpsi karena molekul harus
memasuki micropore dari partikel karbon untuk diadsorpsi. Tingkat adsorpsi biasanya
meningkat seiring dengan semakin besarnya ukuran molekul dari adsorbat.
4. pH
pH mempunyai pengaruh yang sangat besar pada proses adsorpsi, karena pH menentukan
tingkat ionisasi larutan. Asam organik dapat diadsorpsi dengan mudah pada pH rendah,
sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi pada pH tinggi. Pada umumnya, adsorpsi bahan
organik dari air limbah meningkat seiring dengan menurunnya pH (Culp,RL dan Culp,
GL, 1986). Pada pH rendah, jumlah ion H + lebih besar; dimana ion H+ tersebut akan
menetralisasi permukaan karbon aktif yang bermuatan negatif, sehingga dapat
mengurangi halangan untuk terjadinya difusi organic pada pH yang lebih tinggi.
Sebaliknya, pada pH tinggi, jumlah ion OH- berlimpah, sehingga menyebabkan proses
difusi bahan-bahan organik menjadi terhalang (RaniSahu,www.GISdevelopment.net). pH
optimum untuk proses adsorpsi harus didapat dari tes laboratorium.
5. Suhu
Tingkat adsorpsi akan meningkat dengan meningkatnya suhu dan akan menurun dengan
menurunnya suhu. Tapi jika reaksi-reaksi adsorpsi yang terjadi adalah eksoterm, maka
dari itu tingkat adsorpsi umumnya meningkat sejalan dengan menurunya suhu.
6. Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya
adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan
karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik.

1.4 Tujuan
1. Mengetahui proses adsorbs dan jenis adsorbent yang tepat untuk digunakan pada
limbah yang mengandung CaCO3
2. Mengetahui hasil dari kesadahan total dan kesadahan Ca
3. Mampu menganalisis perubahan yang terjadi terkait pada penggunaan dari kedua
adsorbent yang digunakan.

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1

Peralatan
1. kolom adsorpsi
2. beaker glass 50ml
3. Erlenmeyer kecil
4. Buret 50ml
5. Labu Takar 1L
6. Gelas Arloji
7. Spatula
8. Corong
9. Timbangan Analitik
10. Gelas Ukur 100ml
11. Heater
12. pompa inlet

2.2

Bahan
1. Larutan CaCO3
2. Larutan MgCo3
3. Sampel limbah
4. Batu Apung
5. Karbon Aktif
6. Indikator Murexid
7. Larutan Buffer pH 10

2.3

Langkah Kerja

2.3.1

Adsorpsi
a. Periksa kelengkapan peralatan kolom adsorbs
b. Isi kolom dengan bahan adsorbent dengan jenis, berat, dan diameter tertentu (sesuai
saran pembimbing)
c. Isi bak penampung air buanan dengan larutan yang mengandung CaCO3, MgCO3
(yang konsentrasinya telah diketahui sebelumnya).
d. Hidupkan pompa inlet dengan cara menghidupkan stop kontak, atur valve pada rate
tertentu sehingga laruta mengalir secara merata pada permukaan adsorbent.
e. pada waktu t1 (menit) tamping effluent dengan menggunakan beaker glass
f. lanjutkan sampling hingga tx (menit) dan analisa kesadahan Ca2+ dengan metode yang
telah ditetapkan
g. Ulangi percobaan pada point (b)hingga (f) dengan jenis, berat, dan diameter adsorbent
yang berbeda (sebagai variable bebas)
h. Akhiri percobaan dengan mematikan stop kontak dan bersihkan peralatan seperti
kondisi semula.

2.3.2

Standarisasi EDTA
a. pipet 25 ml larutan standar Ca2+ diatas, kedalam Erlenmeyer kemudian tambahkan 5
ml larutan buffer pH 10 dan tambahkan 3 atau 4 tetes indicator EBT
b. Titrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru
c. Lakukan pengulangan untuk titrasi ini.

2.3.3

Analisa Kesadahan total


a. Ambil 100 ml sampel
b. Tambahkan 10 ml larutan buffer pH 10 dan tetes dengan indicator EBT
c. Titrasi dengan larutan standar EDTA, sampai terjadi perubahan warna dari merah
menjadi biru

2.3.4

Analisa Kesadahan Ca2+


a. Ambil50 ml sampel, asamkan dengan penambahan HCl hingga pHnya kuranglebih 3
(cek dengan kertas pH). Didihkan selama 1 menit kemudian dinginkan sebelum
dititrasi
b. Tambahkan larutan NaOH 1 N kedalam 50 ml sampel hingga pHnya 12- 13
c. Tambahkan 0.1 sampai 0.2 gram indicator murexid NaCl menggunakan ujung spatula
d. Titrasi dengan EDTA hingga tercapai titik ekivalensi dan berubah warna dari merah
muda menjadi ungu. Untuk memastikan, tambahkan sedikit indicator murexid setelah
tercapai totik ekivalensi tadi. Bila warna tidak berubah maka titrasi selesai.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
PERHITUNGAN
Konsentrasi Ca2+ sebagai mg CaCO3/l=

Konsentrasi Ca2+ sebagai mg/l=

A x 1000.9 x f
B

A x 400.8 x f
B

Dimana:
A= ml EDTA yang digunakan
B= ml sampel sebelum diencerkan
F= Konsentrasi EDTA sesudah distandarisasi

ABSORBEN : BATU APUNG

M.
ABSORBEN

INTERVAL
WAKTU (menit)

SAMPEL
KE-

5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

(gram)

200

ANALISA KESADAHAN TOTAL


(ml)
ratat1(ml)
t2(ml)
rata(ml)
5.5
5.2
5.35
3
3.2
3.1
3.5
3.9
3.7
3.2
3
3.1
4
4.7
4.35
4
3.3
3.65
4
4.3
4.15
6.2
6.8
6.5
5.8
4.4
5.1
2.9
3.5
3.2
3.6
4.3
3.95
3.7
3.5
3.6
3
3.8
3.4
3.9
2.9
3.4
3.3
2.5
2.9
3.8
2.5
3.15
3.9
3
3.45
3.6
3
3.3
2.7
3.8
3.25
2.8
2.5
2.65
1.4
1
1.2
2.8
2.7
2.75
2.5
2.5
2.5
2.8
2.5
2.65
2.6
2.6
2.6
ANALISA KESADAHAN CA2+
(ml)

M.
ABSORBEN

INTERVAL
WAKTU (menit)

SAMPEL
KE-

(gram)

200

5
10
15
20
25
30
35

1
2
3
4
5
6
7

t1(ml)
12.4
9
13
4.5
3
3
2

t2(ml)
12
9.5
12.5
5
3.4
2.5
2.3

ratarata(ml)
12.2
9.25
12.75
4.75
3.2
2.75
2.15

Ca2+ sebagai
mg CaCO3/l

Ca2+ sebagai
mg /l

53.54815
31.0279
37.0333
31.0279
43.53915
36.53285
41.53735
65.0585
51.0459
32.0288
39.53555
36.0324
34.0306
34.0306
29.0261
31.52835
34.53105
33.0297
32.52925
26.52385
12.0108
27.52475
25.0225
26.52385
26.0234
Ca2+
sebagai
mg
CaCO3/l
122.1098
92.58325
127.61475
47.54275
32.0288
27.52475
21.51935

21.4428
12.4248
14.8296
12.4248
17.4348
14.6292
16.6332
26.052
20.4408
12.8256
15.8316
14.4288
13.6272
13.6272
11.6232
12.6252
13.8276
13.2264
13.026
10.6212
4.8096
11.022
10.02
10.6212
10.4208
Ca2+
sebagai
mg /l

48.8976
37.074
51.102
19.038
12.8256
11.022
8.6172

40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110

M.
ABSORBEN
(gram)

200

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

2.4
2.9
1.5
0.8
1.7
1.8
1.5
1.3
1.2
1
1
1
1
1
1

2.2
2.8
2
1
1.6
2
1.7
0.9
1.1
1.1
1
1
1
1
1

2.3
2.85
1.75
0.9
1.65
1.9
1.6
1.1
1.15
1.05
1
1
1
1
1

23.0207
28.52565
17.51575
9.0081
16.51485
19.0171
16.0144
11.0099
11.51035
10.50945
10.009
10.009
10.009
10.009
10.009

9.2184
11.4228
7.014
3.6072
6.6132
7.6152
6.4128
4.4088
4.6092
4.2084
4.008
4.008
4.008
4.008
4.008

ABSORBEN : KARBON AKTIF


INTERVAL
WAKTU
(menit)

SAMPEL
KE-

5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

ANALISA KESADAHAN TOTAL (ml)


t1(ml)
4
4.8
3.5
3.2
4.2
4.3
2.8
3.3
3.1
3
3.2
3.2
2.7
2.9
2.6
2.5
2.5
2.9
2.6
2.6
1.4
2.8

t2(ml)
3.5
3.9
3.5
3
3.8
3.1
3.2
2.7
3.4
3.5
2.7
3.2
2.6
2.7
2.7
2.6
2.9
2.8
2.7
2.5
1
2.7

rata-rata(ml)
3.75
4.35
3.5
3.1
4
3.7
3
3
3.25
3.25
2.95
3.2
2.65
2.8
2.65
2.55
2.7
2.85
2.65
2.55
1.2
2.75

Ca2+
sebagai
mg
CaCO3/l
37.53375
43.53915
35.0315
31.0279
40.036
37.0333
30.027
30.027
32.52925
32.52925
29.52655
32.0288
26.52385
28.0252
26.52385
25.52295
27.0243
28.52565
26.52385
25.52295
12.0108
27.52475

Ca2+
sebagai
mg /l
15.03
17.4348
14.028
12.4248
16.032
14.8296
12.024
12.024
13.026
13.026
11.8236
12.8256
10.6212
11.2224
10.6212
10.2204
10.8216
11.4228
10.6212
10.2204
4.8096
11.022

115
120
125

23
24
25

2.5
2.8
2.6

2.5
2.5
2.6

2.5
2.65
2.6

25.0225
26.52385
26.0234

10.02
10.6212
10.4208

3.2 Pembahasan

Pada praktikum Adsorpsi ini bertujuan untuk menurunkan kadar limbah dalam limbah
cair dari libmbah laboratorium kimia. Selain itu juga menentukan absorben optmum yang dapat
diguakan dalam pengolahan limbah. Absorben yang digunakan adalah karbon aktif serta batu
apung.
M.
ABSORBEN

INTERVAL
WAKTU
(menit)

(gram)

200

5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95

ANALISA KESADAHAN CA2+


Ca2+
(ml)
SAMPEL
sebagai
KEmg
rataCaCO3/l
t1(ml)
t2(ml)
rata(ml)
1
1.7
1.5
1.6
16.0144
2
1.7
1.3
1.5
15.0135
3
1.1
1.5
1.3
13.0117
4
1.1
1.2
1.15
11.51035
5
1
1
1
10.009
6
1.1
1.1
1.1
11.0099
7
0.7
1.3
1
10.009
8
1.1
0.8
0.95
9.50855
9
1
0.9
0.95
9.50855
10
1
1
1
10.009
11
0.8
1
0.9
9.0081
12
0.9
1
0.95
9.50855
13
1
1.2
1.1
11.0099
14
1.4
1.5
1.45
14.51305
15
1
1
1
10.009
16
1
1
1
10.009
17
1
1
1
10.009
18
1
1
1
10.009
19
1
1
1
10.009

Ca2+
sebagai
mg /l
6.4128
6.012
5.2104
4.6092
4.008
4.4088
4.008
3.8076
3.8076
4.008
3.6072
3.8076
4.4088
5.8116
4.008
4.008
4.008
4.008
4.008

Yang dilakukan pertama kali adalah menentukan laju alir dari laritan CaCO3 yang
digunakan. Laju alir yang digunkan sebesar 100ml/menit. Dan larutan CaCO3 yang digunakan
adalah 1000 ppm. Setelah itu larutan dialirkan dengan laju alir tersebut dan setiap 5 menit
diambil sample untuk menentukan kesadahan total dan kesadahan Ca 2+. Untuk setiap parameter

dititrasi sebanyak 2x untuk meyakinkan hasil titrasi. Untuk analisa kesadahan totake dalam
setiap sampel 10ml ditambahkan dengan 1 ml pH buffer dan juga ditambahkan dengan indicator
EBT. Sedangkan untuk analisa kesdahan Ca2+ dipanaskan kemudian ditambahkan dengan HC,
NaOh serta indicator murexid. Kedua kesadahan dititrasi dengan menggunakan larutan EDTA.
Untuk kesadahan total perubahan yang terjadi adalah dari ungu tua menjadi biru, sedangkan
untuk kesadahan Ca2+ perubahan yang terjadi adalah dari merah muda menjadi ungu.
Absorben yang digunakan adalah batu apung dan karbon aktif. Untuk masing-masing
absorben digunakan absorben sebanyak 200gram. Adsorben sendiri ialah zat yang melakukan
penyerapan terhadap zat lain (baik cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben
bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses
adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi
Berikut adalah hasil dari absorben batu apung :

Waktu Vs CaCO3 (Kesadahan Total)(p1)


80
60
CaCO3

40
20
0
0

20

40

60
Waktu

80

100

120

140

Waktu Vs Ca2+ (Kesadahan Total) (p1)


30
25
20
Ca2+ sebagai mg /l

15
10
5
0
0

20

40

60

80

100 120 140

Waktu

Hasil yang didapatkan adalah kesadahan mengalami penurunan meskipun masih


terdapat kenaikan dan penurunan hingga akhirnya tercapai kondisi konstan. Penurunan terjadi
dari 53,54 mg/l menjadi 26 mg/l. Untuk kandungan Ca2+nya kandungannya turun menjadi 10,4
mg/l, dimana awalnya berjumlah 21,42 mg/l.

Waktu Vs CaCO3(Analisa Kesadahan) (p1)


140
120
100
80
CaCO3

60
40
20
0
0

20

40

60
Waktu

80

100

120

Waktu Vs Ca2+ (Analisa Kesadahan)(p1)


60
50
40
Ca2+ sebagai mg /l

30
20
10
0
0

20

40

60

80

100

120

Waktu

Grafik analisa kesadahan diatas , juga terlihat terjadi penurunan dari 5 menit
pertama hingga menit terakhir dan konstan. Dari data yang kami peroleh pada 5 menit
awal hingga menit ke-110 jumlah CaCO3 yang ada dalam larutan berkurang yang
awalnya 122,109 mg/l pada menit terakhir dapat menurun hingga 10,009 mg/l. Begitu
juga jumlah Ca2+ berkurang hingga mencapai 4,008 mg/l, dimana awalnya sebesar 48,89
mg/l
Untuk absorben yang kedua yaitu karbon aktif. Berikut grafik hasil percobaan kami :

Waktu Vs CaCO3 (Kesadahan Total)(p2)


50
40
30
CaCO3 20
10
0
0

20

40

60

80

Waktu

100

120

140

Waktu Vs Ca2+ (Kesadahan Total)(p2)


20
15
Ca2+ sebagai mg /l

10
5
0
0

20

40

60

80

100 120 140

Waktu

Hasil dari grafik diatas menunjukkan penurunan CaCO3 mg/l yang dari 5 menit
pertama sampai menit ke-95 dari 37,53 mg/l menjadi 26 mg/l. Hingga akhirnya tercapai kondisi
konstan. Dan untuk penurunan kesadahan Ca2+ dari 15 mg/l menjadi 10 mg/l.

Waktu Vs CaCO3(Analisa Kesadahan )


20
15
CaCO3

10
5
0
0

10

20

30

40

50

Waktu

60

70

80

90

100

Waktu Vs Ca2+ (Analisa Kesadahan)


7
6
5
4
Ca2+ sebagai mg /l 3
2
1
0
0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu

Untuk grafik diatas juga terlihat adanya penurunan pada hasil percobaan dari 5
menit pertama hingga menit terakhir dan konstan. Waktu yang diperlukan untuk mencapai
konstan adalah 95 menit. Dari data yang kami peroleh pada 5 menit awal hingga menit ke-95
jumlah CaCO3 yang ada dalam larutan berkurang yang awalnya 16 mg/l pada menit terakhir
dapat menurun hingga 10 mg/l. Begitu juga jumlah Ca2+ berkurang hingga mencapai 4,008 mg/l,
dimana awalnya sebesar 6,4 mg/l.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
1. Semakin lama kontak dengan adsorben semakin kecil konsentrasi limbah.
2. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi CaCO3 yaitu variabel absorbent dan jenis
absorbent.
3. Absorben terbaik yang terbaik adalah batu apung karena tidak cepat jenuh.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Edahwati, Luluk dan Suprihatin. 2011. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi dan Filtrasi
Pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan

Vol. 1 No. 2. UPN Veteran. Jawa Timur.


http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/05/18/adsorpsi/, pada tanggal 5 juni 2015
Ronald L Droste Theory and practice of water and waste water Treatment , 1997

Anda mungkin juga menyukai