Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ABSORBSI DAN ADSORBSI

Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Nando Vanny Farsin
NIM : 171420042
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Studi : Refinery
Diploma : IV
Tingkat : II (Dua)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL

PEM-Akamigas

Cepu, September 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah Adsorbsi. Seperti halnya
kinetika kimia, kinetika Adsorbsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja,
kinetika Adsorbsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan
zat. Adsorbsi digunakan untuk menyatakan bahwa zat lain yang terserap pada zat itu,
misalnya karbon aktif dapat menyerap molekul asam asetat dalam larutannya. Tiap
partikel adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi Tarik-
menarik. Zat-zat yang terlarut dapat di adsorbs oleh zat padat, misalnya CH3COOH
oleh karbon aktif, NH3 oleh karbon aktif, fenolftalin dari larutan asam atau basa oleh
karbon aktif, Ag+ atau Cl- oleh AgCl. C lebih baik menyerap non elektrolit dan makin
besar BM semakin baik. Zat anorganik lebih baik menyerap elektrolit. Adanya
pemilihan zat yang diserap oleh arang darah, hingga konsentrasi naik.

Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan pelarut cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorbsi kimia).
Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu
dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Absorbsi dan Adsorbsi itu?
2. Apa yang mempengaruhi besar kecilnya Absorbsi dan Adsorbsi?
3. Bagaimana prinsip kerja Absorbsi dan Adsorbsi?
4. Bagaimana aplikasi Absorbsi dan Adsorbsi?
5. Bagaimana kurva kesetimbangan Absorbsi dan Adsorbsi?
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 ABSORBSI

2.1.1 PENGERTIAN ABSORBSI

Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari satuan campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Atau proses penyerapan suatu zat oleh zat lain. Dalam proses ini, zat yang
diserap masuk ke bagian dalam zat penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke
dalam zat cair atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna yang diserap
oleh suatu benda (warna absorpsi), penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada
peristiwa bias kembar (absorpsi selektif) dan penyerapan energy oleh electron di
dalam satuan atom (spectrum absorpsi). Sedangkan pengertian absorpsimetri adalah
metode analisis untuk menentukan komposisi suatu zat dengan mengukur cahaya
yang diserap bahan itu. Misalnya, dengan mengetahui frekuensi warna cahaya yang
diserap, dapat ditentukan jenis zat penyerap.

2.1.2 JENIS-JENIS ABSORBSI

A. Absorbsi Fisika

Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik,
difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Contoh absorbsi ini adalah
absorbsi gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi
karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair.
Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya,
yaitu: teori model film, teori penetrasi, dan teori permukaan yang diperbaharui.
B. Absorbsi Kimia

Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi kimia ini adalah absorbsi
dengan adanya larutan MEA, NaOH. K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi
kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak.
Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan
zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia
adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini
disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan. Absorbsi kimia dapat juga
berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping penangkapan dinamik.

2.1.3 ABSORBEN

a. Pengertian Absorben

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorbsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering
disebut juga sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben:

1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan
asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).

b. Sifat-sifat Absorben

 Absorben yang baik harus memiliki daya larut yang tinggi terhadap
komponen yang hendak ditransfer (solute). Kelarutan yang tinggi dapat
dicapai dengan melibatkan reaksi kimia, namun jika digunakan reaksi kimia,
reaksi tersebut harus reversible pada suhu tinggi, sehingga solute dapat
diambil lagi dari absorben.
 Absorben semestinya bersifat non-volatil, untuk mengurangi hilangnya
absorben bersama gas.
 Absorben juga harus murah, karena hilangnya sejumlah absorben tidak
terhindarkan.
 Absorben harus bersifat non-korosif, inert, kecuali terhadap solute.
 Memiliki viskositas yang rendah pada kondisi operasi,
 Memiliki titik beku rendah

2.1.4 APLIKASI ABSORBSI

Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari
suatu zat dengan cara merubah fasenya.

1. Proses Pembuatan Formalin

Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga
suhu 55oC, dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian
terbesar dari metanol, air, dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin
bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid
dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air
proses.

2. Proses Pembuatan Asam Nitrat

Pembuatan asam nitrat (absorbsi NO dan NO 2). Proses pembuatan asam nitrat
tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorbsi.
Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO 2 dan reaksi absorbsi
NO2 oleh air menjadi asam nitrat.  Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk
dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih,
gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang.
Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 %
berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.

Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea, produksi ethanol,


minuman berkarbonasi, fire extinguisher, dry ice, supercritical carbon dioxide dan
masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu absorbsi ini juga
digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi. Gas
CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan
berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka
perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi
CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan
sebagai berikut:

CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)

NaOH(aq) + NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l)   + CO2(g) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(s) + H2O(l)

Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32- .
2.1.5 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUHI PADA PROSES
ABSORBSI

1) Laju alir air: semakin besar, penyerapan semakin baik.


2) Komposisi dalam aliran air: Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi
dengan CO2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
3) Suhu operasi: semakin rendah suhu operasi, penyerapan semakin baik.
4) Tekanan operasi: semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik
sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon
biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk.
5) Laju alir gas: semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

2.2 ADSORBSI

2.2.1 PENGERTIAN ADSORBSI

Adsorpsi adalah pemisahan bahan dari suatu campuran gas atau cair dimana
bahan yang akan di pisahkan di tarik oleh permukaan zat padat.
Dengan demikian dapat disimpulkan:
Adsorbat: senyawa terlarut yang dapat terserap (berupa campuran gas atau cairan).
Adsorben: padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang
diserap (berupa padatan).

2.2.2 JENIS-JENIS ADSORBSI

Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu Adsorbsi kimia
dan adsorbsi fisika. Berikut masing- masing penjelasannya.

A. ADSORPSI FISIKA (PHYSISORPTION)


Interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat adalah gaya Van der Walls
dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar
daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan
diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorbsi fisika ini memiliki gaya tarik Van der
Walls yang kekuatannya relatif kecil. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang
dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.
Contoh: Adsorpsi oleh karbon aktif.

B. ADSORPSI KIMIA (CHEMISORPTION)


Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van Dar
Wallis) Antara senyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media.
Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel adsorbat tertarik ke
permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls atau bisa melalui ikatan hidrogen.
Dalam Chemisorbption partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan
kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang
memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat. Contoh: Ion exchange.
2.2.3 ADSORBEN

 PENGERTIAN ADSORBEN

Adsorben adalah zat padat yang dapat menyerap partikel fluida dalam suatu
proses Adsorpsi. Adsorben bersifat spesifik dan terbuat dari bahan-bahan yang
berpori. Pemilihan jenis adsorben dalam proses adsorpsi harus disesuaikan dengan
sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi dan nilai komersilnya. Berikut ini
adalah jenis-jenis adsorben:

1. Adsorben Polar

Adsorben polar disebut juga hydrophilic. Jenis adsorben yang termasuk kedalam
kelompok ini adalah silica gel, alumina aktif, dan zeloit.

2. Adsorben non-Polar

Adsorben nonpolar disebut juga hydrophobic. Jenis adsorben yang termasuk


kedalam kelompok ini adalah polimer adsorbsen dan karbon aktif.

Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan
adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya
dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara
(oksigen) yang terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap
karena terjadi interaksi Tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk
menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang
diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat
padat. Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu:

a) Karbon aktif/arang aktif/norit

Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadikebocoran udara
didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut
hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. 

Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan


sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel
dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut
dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan
pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-
sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif. Arang aktif
dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya
selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap
arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif. Arang aktif
dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Arang
aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus, diameter pori
mencapai 1000A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat
penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan
pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan
industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari
bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.

Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet
yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200A0, tipe pori lebih
halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut,
katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang,
batu bata atau bahan baku yang mempunyaibahan baku yang mempunyai struktur
keras.

b) Bentonite

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam


dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung
tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri
dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan
alumunium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay
adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat
ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di
dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai adsorben
adalah mempunyai surface area yang besar, asam yang padat, penukar ion, dan
bersifat katalis.

c) zeolite

Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok mineral


yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah senyawa
alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai rumus kimia
sebagai berikut:

M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba Ikatan ion
Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali adalah kation
yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-pori atau volume
ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut
dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet,
plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam,
tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam,
industri oksigen, industri petrokimia.

Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul
air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut dipanaskan
selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka kristal zeolit yang
bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit
tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit
mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat.
Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya
dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa
dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud
mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.

 SIFAT-SIFAT ADSORBEN

1. Harus memiliki luas permukaan besar internal.


2. Daerah tersebut harus dapat diakses melalui pori-pori cukup besar untuk
mengakui molekul untuk teradsorpsi. Ini adalah bonus jika pori-pori juga cukup
kecil untuk mengecualikan molekul yang tidak diinginkan untuk menyerap.

3. Adsorben harus mampu menjadi mudah diregenerasi.


4. Adsorben seharusnya tidak mengalami penuaan yang cepat, yang kehilangan
kapasitas serap melalui daur ulang terus-menerus.

5. Harus adbsorbent mekanik cukup kuat untuk menahan penanganan massal dan
getaran yang merupakan fitur dari setiap unit industry.

2.2.4 APLIKASI ADSORBSI

1. Pemutihan gula tebu 


Gula yg masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalaui tanah
diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehinga
diperoleh gula yang putih bersih.

2. Norit 
 tablet yg terbuat dari karbon aktif norit. Di dalam usus norit membentuk sistem
koloid yg dapat mengadsorpsi gas/zat racun.

3. Penjernihan air 
dengan menambahkan tawas/ Aluminium sulfat (akan terhidrolisis membentuk Al
(OH)3 yang berupa koloid). Koloid ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna / zat
pencemar dalam air.

2.2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADSORBSI

1) Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses
adsorpsi. Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul
adsorbat berlangsung lebih baik.

2) Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif untuk
digunakan sebagai adsorben. Ukuran partikel arang mempengaruhi kecepatan
dimana adsorpsi terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan menurunnya
ukuran partikel.

3) Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,
sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter
adsorben maka semakin luas permukaannya. Kapasitas adsorpsi total dari suatu
adsorbat tergantung pada luas permukaan total adsorbennya.

4)  Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan. Senyawa
yang mudah larut mempunyai afinitas yang kuat untuk larutannya dan karenanya
lebih sukar untuk teradsorpsi dibandingkan senyawa yang sukar larut. Akan tetapi
ada perkeculian karena banyak senyawa yang dengan kelarutan rendah sukar
diadsorpsi, sedangkan beberapa senyawa yang sangat mudah larut diadsorpsi
dengan mudah. Usaha-usaha untuk menemukan hubungan kuantitatif antara
kemampuan adsorpsi dengan kelarutan hanya sedikit yang berhasil.
5) Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi ketika
molekul masuk ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap. Adsorpsi
paling kuat ketika ukuran pori-pori adsorben cukup besar sehingga
memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.

6) pH
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar terhadap
adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan
kuat, sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga
mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam organik lebih mudah
diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa organik terjadi dengan
mudah pada pH tinggi. pH optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus
ditentukan dengan uji laboratorium.

7)  Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan dan
jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan
meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur. Namun
demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm, derajad adsorpsi
meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang lebih tinggi.
BAB III

PRINSIP KERJA ABSORBSI DAN ADSORBSI

1.1 KOLOM ABSORBSI

1.1.1 PENGERTIAN KOLOM ABSORBSI

Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau


tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat
yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses
ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat
tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat
fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben ini antara lain, arang
aktif, bentonit, dan zeolit.

1.1.2 PRINSIP KERJA KOLOM ABSORBSI

Campuran gas yang merpakan keluaran


dari reactor diumpankan kebawah menara
absorber. Didalam absorber terjadi kontak Antara
dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional
dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam
pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian
atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada
sebuah kolom yang berisi packing dengan dua
tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan dari gas yang dimasukkan
tadi.
1.2 MODEL ATAU JENIS KOLOM

1.2.1 MENARA SEMBUR

 Menara sembur terdiri dari sebuah menara, dimana


dari puncak menara cairan disemburkan dengan
menggunakan nosel semburan.

 Tetes cairan akan bergerak ke bawah karena


gravitasi, dan akan berkontak dengan arus gas yang
naik ke atas (lihat gambar di samping)

 Nosel semburan dirancang untuk membagi cairan


kecil-kecil. Makin kecil ukuran tetes cairan, makin
besar kecepatan transfer massa. Tetapi apabila
ukuran tetes cairan terlalu kecil, tetes cairan dapat
terikut arus gas keluar.

 Menara sembur biasanya digunakan untuk transfer


massa gas yang sangat mudah larut.

1.2.2 MENARA GELEMBUNG

 Menara gelembung terdiri dari sebuah menara,


dimana di dalam menara tersebut gas
didispersikan dalam fase cair dalam bentuk
gelembung.
 Transfer massa terjadi pada waktu gelembung
terbentuk dan pada waktu gelembung naik ke atas
melalui cairan (gambar di samping)
 Menara gelembung digunakan untuk transfer
massa gas yang relative sukar larut.
 Gelembung dapat dibuat misalnya dengan pertolongan distributor pipa, yang
ditempatkan mandatar pada dasar menara.

1.2.3 MENARA PELAT

Biasa digunakan dalam industri. Menara-menara ini adalah contoh dari


mekanisme transfer kombinasi yang ditemukan pada menara semprot dan menara
gelembung. Pada setiap pelat akan terbentuk gelembung-gelembung gas pada dasar
salah satu kolam cairan akibat masuknya gas dengan paksa melalui lubang-lubang
kecil yang di pelat tersebut atau dibawah tutup-tutup berlubang yang tercelup
didalam cairan. Transfer massa antarfasa akan terjadi selama pembentukan
gelembung tersebut, dan juga saat gelembung-gelembung itu naik melalui kolam
cairan yang sudah diaduk. Transfer massa tambahan terjadi di atas kolam cairan
akibat adanya sisa semprotan yang dihasilkan oleh pencampuran aktif antara cairan
dan gas pada pelat. Pelat-pelat semacam itu disusun satu di atas yang lain di dalam
sebuah selubung berbentuk silinder seperti pada gambar dibawah ini.

Cairan mengalir kebawah, pertama-tama melintasi pelat paling atas kemudian pelat
dibawah nya. Uap naik melalui setiap pelat. Seperti pada gambar atas, kontak antara
kedua fasa terjadi secara bertahap. Menara-menara seperti itu tidak dapat didesain
dengan persamaan-persamaan yang kita peroleh lewat pengintegrasian terhadap
luasan kontak antar fasa yang kontinu. Sebaliknya, menara-menara itu didesai
dengan perhitungan-perhitungan bertahap yang diperoleh dan digunakan dalam
kuliah-kuliah desain yang membahas operasi bertahap.

1.2.4 MENARA PAKING

Adalah tipe umum ketiga dari peralatan transfer massa. Pada jenis ini terdapat
suatu kontak arus berlawanan yang kontinyu antara dua fasa yang imisibel. Menara-
menara ini merupakan kolom-kolom vertikal yang telah diisi dengan packing seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Bahan untuk packing ini sangat bervariasi, mulai dari packing keramik dan plastik
yang didesain secara khusus, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini
(gambar packing menara yang umum dipakai dalam industri), sampai pada batu yang
dihancurkan.
Tujuan utama packing adalah untuk menyediakan luas kontak yang sangat besar
antara kedua fasa yang saling imisible ini. Cairan didistribusikan keseluruh packing
sebagai film tipis atau arus yang terurai. Gas biasanya mengalir ke atas, berlawanan
dengan cairan yang jatuh. Kedua fasa teraduk dengan baik. Jadi, jenis peralatan ini
dapat digunakan untuk sistem gas-cairan dimana salah satu dari resistansi fasa yang
mengontrol atau dimana kedua resistansi sama-sama berpengaruh.
Beberapa jenis khusus menara packed digunakan untuk mendinginkan agar air ini
dapat disirkulasikan kembali sebagai mendum transfer panas. Struktur ini dibuat dari
dek-dek bilah-kayu, yang mempunyai konstruksi berbentuk louver sehingga udara
dapat menglir melalui setiap dek. Air disemprotkan di atas dek teratas dan kemudian
menetes kebawah melalui dek menuju kolam pengumpul dibawah. Menara pendigin
dapat diklasifikasikan sebagai aliran alami bila tersedia angina alami yang cukup
banyak ubtuk memawa udara lembap atau sebagai aliran paksa (hasil induksi) ketika
sebuah kipas angina digunakan. Dalam menara aliran-paksa, udara tertarik ke dalam
louver-louver di dasar struktur dan kemudian mengalir ke atas melalui dek-dek
berlawanan arah dengan aliran air.

1.3 APLIKASI ABSORBSI

Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari
suatu zat dengan cara merubah fasenya.

1. Proses Pembuatan Formalin

Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga
suhu 55oC, dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian
terbesar dari metanol, air, dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin
bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid
dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air
proses.

2. Proses Pembuatan Asam Nitrat

Pembuatan asam nitrat (absorbsi NO dan NO 2). Proses pembuatan asam nitrat
tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorbsi.
Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO 2 dan reaksi
absorbsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat.  Kolom absorpsi mempunyai empat fluks
masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara
pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan
gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan
konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.

Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea, produksi ethanol,


minuman berkarbonasi, fire extinguisher, dry ice, supercritical carbon dioxide dan
masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu absorbsi ini juga
digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi. Gas
CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan
berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka
perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi
CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan
sebagai berikut:

CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)

NaOH(aq) + NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l) + CO2(g) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(s)+ H2O(l)

Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-.

Anda mungkin juga menyukai