Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ABSORBSI DAN ADSOBSRSI

KELOMPOK IV
KELAS A2

Nurazizah NIM. 200140006


Rahma Romadhona NIM. 200140010
Maulana Heru Mulya NIM. 200140021
Ruhul Qisti NIM. 210140022
Nabila Hera Sanjaya NIM. 200140068
Rugun Manik NIM. 200140125
Salsa Intan Fadilla NIM. 200140163

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita dari
zaman jahiliyyah menuju zaman yang serba canggih ini sehingga kita bisa
merasakan nikmatnya mencari ilmu.

Dalam makalah ini tugas yang diberikan dengan tema “ABSORBSI DAN
ADSORBSI”. Kami menyadari jika dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penyampaian materi, kami
berharap makalah ini akan memberi manfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan mengingat
kurang sempurnanya makalah yang kami susun. Kurang lebihnya kami sampaikan
terima kasih.

Lhokseumawe, 20 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah Adsorbsi. Seperti
halnya kinetika kimia, kinetika Adsorbsi juga berhubungan dengan laju reaksi.
Hanya saja, kinetika Adsorbsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting
dari permukaan zat. Adsorbsi digunakan untuk menyatakan bahwa zat lain yang
terserap pada zat itu, misalnya karbon aktif dapat menyerap molekul asam asetat
dalam larutannya. Tiap partikel adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap
karena terjadi interaksi Tarik-menarik. Zat-zat yang terlarut dapat di adsorbs oleh
zat padat, misalnya CH3COOH oleh karbon aktif, NH3 oleh karbon aktif,
fenolftalin dari larutan asam atau basa oleh karbon aktif, Ag+ atau Cl- oleh AgCl.
C lebih baik menyerap non elektrolit dan makin besar BM semakin baik. Zat
anorganik lebih baik menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap oleh
arang darah, hingga konsentrasi naik.
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan pelarut cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-
gaya fisik (pada absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorbsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Absorbsi dan Adsorbsi itu?
2. Apa yang mempengaruhi besar kecilnya Absorbsi dan Adsorbsi?
3. Bagaimana prinsip kerja Absorbsi dan Adsorbsi?
4. Bagaimana aplikasi Absorbsi dan Adsorbsi?
5. Bagaimana kurva kesetimbangan Absorbsi dan Adsorbsi?
6.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahiu apa itu absorbs dan adsorbsi.
2. Untuk mengetahui pengaruh besar dan kecilnya absorbs dan adsorbsi.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja absorbsi dan adsorbsi.
4. Untuk mengetahui aplikasi absorbs dan adsorbs.
5. Untuk mengetahui bagaimana kurva kesetimbangan absorbs dan adsorbs.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ABSORBSI
2.1.1 Pengertian Absorbsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari satuan campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Atau proses penyerapan suatu zat oleh zat lain. Dalam proses ini, zat
yang diserap masuk ke bagian dalam zat penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan
(gas ke dalam zat cair atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna
yang diserap oleh suatu benda (warna absorpsi), penyerapan sinar bias oleh suatu
zat pada peristiwa bias kembar (absorpsi selektif) dan penyerapan energy oleh
electron di dalam satuan atom (spectrum absorpsi). Sedangkan pengertian
absorpsimetri adalah metode analisis untuk menentukan komposisi suatu zat
dengan mengukur cahaya yang diserap bahan itu. Misalnya, dengan mengetahui
frekuensi warna cahaya yang diserap, dapat ditentukan jenis zat penyerap.

2.1.2 Jenis-Jenis Absorbsi


A. Absorbsi Fisika
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya
interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Contoh
absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat.
Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau
pelarutan gas ke fase cair. Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk
menyatakan model mekanismenya, yaitu: teori model film, teori penetrasi, dan
teori permukaan yang diperbaharui.
B. Absorbsi Kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi kimia ini adalah
absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH. K 2CO3, dan sebagainya. Aplikasi
dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO 2 pada pabrik
amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk
mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa
gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif
permukaan. Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir
stagnan disamping penangkapan dinamik.
2.1.3 Absorben
a. Pengertian Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorbsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Absorben sering disebut juga sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :

1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar


mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan
asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).

b. Sifat-sifat Absorben
1. Absorben yang baik harus memiliki daya larut yang tinggi terhadap
komponen yang hendak ditransfer (solute). Kelarutan yang tinggi dapat
dicapai dengan melibatkan reaksi kimia, namun jika digunakan reaksi
kimia, reaksi tersebut harus reversible pada suhu tinggi, sehingga solute
dapat diambil lagi dari absorben.
2. Absorben semestinya bersifat non-volatil, untuk mengurangi hilangnya
absorben bersama gas.
3. Absorben juga harus murah, karena hilangnya sejumlah absorben tidak
terhindarkan.
4. Absorben harus bersifat non-korosif, inert, kecuali terhadap solute.
5. Memiliki viskositas yang rendah pada kondisi operasi,
6. Memiliki titik beku rendah
2.1.4 Aplikasi Absorbsi
Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.
1. Proses Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga
suhu 55oC, dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian
terbesar dari metanol, air, dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin
bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid
dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air
proses.
2. Proses Pembuatan Asam Nitrat
Pembuatan asam nitrat (absorbsi NO dan NO2). Proses pembuatan asam
nitrat tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom
absorbsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO 2 dan
reaksi absorbsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat.  Kolom absorpsi mempunyai
empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan
absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam
nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih
dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea, produksi ethanol,
minuman berkarbonasi, fire extinguisher, dry ice, supercritical carbon dioxide dan
masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu absorbsi ini juga
digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi.
Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH 4 tidak. Dengan
berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka
perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi
CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat
dilukiskan sebagai berikut:

CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)

NaOH(aq) + NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l)   + CO2(g) + 2NaOH(aq) →


Na2CO3(s) + H2O(l)

Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan


karena bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32- .
2.1.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Proses Absorbsi
1. Laju alir air semakin besar, penyerapan semakin baik.
2. Komposisi dalam aliran air : Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi
dengan CO2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
3. Suhu operasi : semakin rendah suhu operasi, penyerapan semakin baik.
4. Tekanan operasi : semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin
baik sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk
hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk.
5. Laju alir gas : semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

2.2 ADSORBSI
2.2.1 Pengertian Adsorbsi
Adsorpsi adalah pemisahan bahan dari suatu campuran gas atau cair
dimana bahan yang akan di pisahkan di tarik oleh permukaan zat padat.
Dengan demikian dapat disimpulkan :
 Adsorbat : senyawa terlarut yang dapat terserap (berupa campuran gas atau
cairan).
 Adsorben : padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan
senyawa yang diserap (berupa padatan).
2.2.2 Jenis-jenis adsorbsi
Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu Adsorbsi kimia
dan adsorbsi fisika. Berikut masing- masing penjelasannya.
A. Adsorbsi Fisika (Phisisorption)
Interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat adalah gaya Van der
Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih
besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut
akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorbsi fisika ini memiliki gaya tarik
Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil. Molekul terikat sangat lemah dan
energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.
Contoh : Adsorpsi oleh karbon aktif.
B. Adsorbsi Kimia (chemisorption)
Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van
Dar Wallis) Antara senyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media.
Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel adsorbat tertarik
ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls atau bisa melalui ikatan
hidrogen. Dalam Chemisorbption partikel melekat pada permukaan dengan
membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari
tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat. Contoh: Ion
exchange.
2.2.3 ADSORBEN
a. Pengertian Adsorben
Adsorben adalah zat padat yang dapat menyerap partikel fluida dalam
suatu proses Adsorpsi. Adsorben bersifat spesifik dan terbuat dari bahan-bahan
yang berpori. Pemilihan jenis adsorben dalam proses adsorpsi harus disesuaikan
dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi dan nilai komersilnya. Berikut
ini adalah jenis-jenis adsorben :
1. Adsorben Polar
Adsorben polar disebut juga hydrophilic. Jenis adsorben yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah silica gel, alumina aktif, dan zeloit.
2. Adsorben non-Polar
Adsorben nonpolar disebut juga hydrophobic. Jenis adsorben yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah polimer adsorbsen dan karbon aktif.
Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam
larutan adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang
biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau kayu dengan
persediaan udara (oksigen) yang terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh
molekul yang diserap karena terjadi interaksi Tarik menarik. Zat ini banyak
dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan
bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan
penyerapan gas oleh zat padat. Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan
yaitu :
a. Karbon aktif/arang aktif/norit
Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak
terjadikebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. 
Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel
dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut
dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan
pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami
perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang
aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan
luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap
berat arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat
dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk
powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000A0, digunakan dalam fase
cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna
dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu
dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari
serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang
mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet
yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200A0, tipe pori lebih
halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut,
katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang,
batu bata atau bahan baku yang mempunyaibahan baku yang mempunyai struktur
keras.
b. Bentonite
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit
dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis
lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi,
mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan
berdasarkan kandungan alumunium silikat hydrous, yaitu activated clay dan
fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya
pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu.
Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan
wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai adsorben adalah mempunyai surface area
yang besar, asam yang padat, penukar ion, dan bersifat katalis.

c. Zeolite
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok
mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai
rumus kimia sebagai berikut:
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali
adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-
pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit
tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri
kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi,
pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan
batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut
dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka
kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap
(absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan.
Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi
untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas
sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya
dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering
nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit
itu sendiri.
2.2.4 Sifat-Sifat Adsorben
1. Harus memiliki luas permukaan besar internal.
2. Daerah tersebut harus dapat diakses melalui pori-pori cukup besar untuk
mengakui molekul untuk teradsorpsi. Ini adalah bonus jika pori-pori juga
cukup kecil untuk mengecualikan molekul yang tidak diinginkan untuk
menyerap.
3. Adsorben harus mampu menjadi mudah diregenerasi.
4. Adsorben seharusnya tidak mengalami penuaan yang cepat, yang
kehilangan kapasitas serap melalui daur ulang terus-menerus.
5. Harus adbsorbent mekanik cukup kuat untuk menahan penanganan massal
dan getaran yang merupakan fitur dari setiap unit industry.
2.2.4 Aplikasi Adsorbsi
1. Pemutihan gula tebu 
Gula yg masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalaui
tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi
sehinga diperoleh gula yang putih bersih.
2. Norit 
Tablet yg terbuat dari karbon aktif norit. Di dalam usus norit membentuk
sistem koloid yg dapat mengadsorpsi gas/zat racun.
3. Penjernihan air 
Dengan menambahkan tawas/ Aluminium sulfat (akan terhidrolisis
membentuk Al (OH)3 yang berupa koloid). Koloid ini dapat mengadsorpsi zat-zat
warna / zat pencemar dalam air.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorbsi
1. Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses
adsorpsi. Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul
adsorbat berlangsung lebih baik.
2. Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif
untuk digunakan sebagai adsorben. Ukuran partikel arang mempengaruhi
kecepatan dimana adsorpsi terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan
menurunnya ukuran partikel.
3. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang
diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran
diameter adsorben maka semakin luas permukaannya. Kapasitas adsorpsi total
dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan total adsorbennya.
4. Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan.
Senyawa yang mudah larut mempunyai afinitas yang kuat untuk larutannya dan
karenanya lebih sukar untuk teradsorpsi dibandingkan senyawa yang sukar larut.
Akan tetapi ada perkeculian karena banyak senyawa yang dengan kelarutan
rendah sukar diadsorpsi, sedangkan beberapa senyawa yang sangat mudah larut
diadsorpsi dengan mudah. Usaha-usaha untuk menemukan hubungan kuantitatif
antara kemampuan adsorpsi dengan kelarutan hanya sedikit yang berhasil.
5 Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi
ketika molekul masuk ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap.
Adsorpsi paling kuat ketika ukuran pori-pori adsorben cukup besar sehingga
memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.
6. pH
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar
terhadap adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi
dengan kuat, sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga
mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam organik lebih mudah
diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa organik terjadi dengan
mudah pada pH tinggi. pH optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus
ditentukan dengan uji laboratorium.
7. Temperatur
 

Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan


dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan
meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur. Namun
demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm, derajad adsorpsi
meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang lebih tinggi.
BAB III
PRINSIP KERJA ABSORBSI DAN ADSORBSI

3.1 KOLOM ABSORBSI


3.1.1 Pengertian Kolom Absorbsi
Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben
ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.

Gambar 3.1

3.1.2 Prinsip Kerja Kolom Absorbsi


Campuran gas yang merpakan keluaran dari
reactor diumpankan kebawah menara absorber.
Didalam absorber terjadi kontak Antara dua fasa
yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan
perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam
pelarut air sprayer yang diumpankan dari
bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi
packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung
larutan dari gas yang dimasukkan tadi.

3.2 MODEL ATAU JENIS KOLOM


3.2.1 Menara Sembur
a. Menara sembur terdiri dari sebuah menara,
dimana dari puncak menara cairan disemburkan dengan
menggunakan nosel semburan.
b. Tetes cairan akan bergerak ke bawah karena
gravitasi, dan akan berkontak dengan arus gas yang naik
ke atas (lihat gambar di samping)
c. Nosel semburan dirancang untuk membagi
cairan kecil-kecil. Makin kecil ukuran tetes cairan,
makin besar kecepatan transfer massa. Tetapi apabila
ukuran tetes cairan terlalu kecil, tetes cairan dapat
terikut arus gas keluar.
d. Menara sembur biasanya digunakan untuk
transfer massa gas yang sangat mudah larut.

3.2.2 Menara Gelembung


a. Menara gelembung terdiri dari sebuah menara,
dimana di dalam menara tersebut gas didispersikan
dalam fase cair dalam bentuk gelembung.
b. Transfer massa terjadi pada waktu gelembung
terbentuk dan pada waktu gelembung naik ke atas
melalui cairan (gambar di samping)
c. Menara gelembung digunakan untuk transfer
massa gas yang relative sukar larut.
d. Gelembung dapat dibuat misalnya dengan pertolongan distributor pipa,
yang ditempatkan mandatar pada dasar menara.
3.2.3 Menara Pelat
Biasa digunakan dalam industri. Menara-menara ini adalah contoh dari
mekanisme transfer kombinasi yang ditemukan pada menara semprot dan menara
gelembung. Pada setiap pelat akan terbentuk gelembung-gelembung gas pada
dasar salah satu kolam cairan akibat masuknya gas dengan paksa melalui lubang-
lubang kecil yang di pelat tersebut atau dibawah tutup-tutup berlubang yang
tercelup didalam cairan. Transfer massa antarfasa akan terjadi selama
pembentukan gelembung tersebut, dan juga saat gelembung-gelembung itu naik
melalui kolam cairan yang sudah diaduk. Transfer massa tambahan terjadi di atas
kolam cairan akibat adanya sisa semprotan yang dihasilkan oleh pencampuran
aktif antara cairan dan gas pada pelat. Pelat-pelat semacam itu disusun satu di atas
yang lain di dalam sebuah selubung berbentuk silinder seperti pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.4
Cairan mengalir kebawah, pertama-tama melintasi pelat paling atas kemudian
pelat dibawah nya. Uap naik melalui setiap pelat. Seperti pada gambar atas,
kontak antara kedua fasa terjadi secara bertahap. Menara-menara seperti itu tidak
dapat didesain dengan persamaan-persamaan yang kita peroleh lewat
pengintegrasian terhadap luasan kontak antar fasa yang kontinu. Sebaliknya,
menara-menara itu didesai dengan perhitungan-perhitungan bertahap yang
diperoleh dan digunakan dalam kuliah-kuliah desain yang membahas operasi
bertahap.
3.2.4 Menara Packing
Adalah tipe umum ketiga dari peralatan transfer massa. Pada jenis ini
terdapat suatu kontak arus berlawanan yang kontinyu antara dua fasa yang
imisibel. Menara-menara ini merupakan kolom-kolom vertikal yang telah diisi
dengan packing seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.5
Bahan untuk packing ini sangat bervariasi, mulai dari packing keramik dan plastik
yang didesain secara khusus, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.6

(gambar packing menara yang umum dipakai dalam industri), sampai pada batu
yang dihancurkan.
Tujuan utama packing adalah untuk menyediakan luas kontak yang sangat
besar antara kedua fasa yang saling imisible ini. Cairan didistribusikan keseluruh
packing sebagai film tipis atau arus yang terurai. Gas biasanya mengalir ke atas,
berlawanan dengan cairan yang jatuh. Kedua fasa teraduk dengan baik. Jadi, jenis
peralatan ini dapat digunakan untuk sistem gas-cairan dimana salah satu dari
resistansi fasa yang mengontrol atau dimana kedua resistansi sama-sama
berpengaruh.
Beberapa jenis khusus menara packed digunakan untuk mendinginkan
agar air ini dapat disirkulasikan kembali sebagai mendum transfer panas. Struktur
ini dibuat dari dek-dek bilah-kayu, yang mempunyai konstruksi berbentuk louver
sehingga udara dapat menglir melalui setiap dek. Air disemprotkan di atas dek
teratas dan kemudian menetes kebawah melalui dek menuju kolam pengumpul
dibawah. Menara pendigin dapat diklasifikasikan sebagai aliran alami bila tersedia
angina alami yang cukup banyak ubtuk memawa udara lembap atau sebagai aliran
paksa (hasil induksi) ketika sebuah kipas angina digunakan. Dalam menara aliran-
paksa, udara tertarik ke dalam louver-louver di dasar struktur dan kemudian
mengalir ke atas melalui dek-dek berlawanan arah dengan aliran air.

3.3 APLIKASI ABSORBSI


Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.
1. Proses Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga
suhu 55oC, dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian
terbesar dari metanol, air, dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin
bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid
dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air
proses.
2. Proses Pembuatan Asam Nitrat
Pembuatan asam nitrat (absorbsi NO dan NO2). Proses pembuatan asam
nitrat tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom
absorbsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO 2 dan
reaksi absorbsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat.  Kolom absorpsi mempunyai
empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan
absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam
nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih
dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea, produksi ethanol,
minuman berkarbonasi, fire extinguisher, dry ice, supercritical carbon dioxide dan
masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu absorbsi ini juga
digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi.
Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH 4 tidak. Dengan
berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka
perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi
CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat
dilukiskan sebagai berikut:

CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)

NaOH(aq) + NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l) + CO2(g) + 2NaOH(aq) →


Na2CO3(s)+ H2O(l)

Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena
bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk.

3.4 PRINSIP KERJA ADSORBSI


1. Persamaan Langmuir
Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu:
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer.
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan
untuk molekul gas sama.
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak
pada permukaan.
Kurva persamaan Languir :

2. Persamaan Freundlich
Persamaan Freundlich sangat tepat dipergunakan untuk adsorpsi secara
fisik. Persamaan Freundlich sangat tepat dipergunakan bila :
a. Tidak ada assosiasi atau dissosiasi dari molekulsetelah teradsorp pada
permukaan adsorbent.
b. Tidak terjadi adsorpsi kimia. Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat
terlarut per gram adsorben dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan.
Dari konsep tersebut dapat diturunkan persamaan sebagai berikut :
Xm / m = k.C1/n Log ( Xm / m ) = log k + 1 /n . log C
Dimana : Xm = berat zat yang diadsorbsi
m = berat adsorben (zeolit)
C = konsentrasi zat
Kemudian k dan n adalah konstanta asdsorbsi yang nilainya bergantung
pada jenis adsorben dan suhu adsorbsi. Bila dibuat kurva log (Xm /m) terhadap
log C akan diperoleh persamaan linear dengan intersep log k dan kemiringan 1/n,
sehingga nilai k dan n dapat dihitung.
Kurva isotherm Freundlich :
3. Isoterm Branauer, Emmet, and Teller (BET)
Isotherm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan
yang homogeny. Perbedaan isotherm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi
bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat
dipermukaan berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isotherm ini adalah :
Isotherm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia.
Sedangkan isotherm BET akan lebih baik daripada isotherm Langmuir bila
diterapkan untuk adsorpsi fisik.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari satuan campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti
dengan pelarutan. Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang
akan diabsorbsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorben sering disebut juga sebagai cairan pencuci. Adsorben adalah zat
padat yang dapat menyerap partikel fluida dalam suatu proses Adsorpsi.
Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Model dan jenis kolom ada 4 yaitu menara sumber,
menara gelembung, menara pelat dan menara paking.
DAFTAR PUSTAKA

Martin,Alfred,dkk. 2008. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: UI Press


Patra Akademika, 2018. Jurnal Teknik Patra Akademika Volume 09.
Rusli, 2013. Pemisahan Kimia Untuk Universitas: Bandung. Erlangga.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta
Waren L. Mc Cabe, 1985. Operasi Teknik Kimia. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Yuniar, dkk. 2001. Simulasi absorpsi gas disertai reaksi kimia irreversible orde
dua pada packed coloum. Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses.
UNDIP: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai