Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ABSORPSI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Laboratorium Teknik
Kimia 1

Tanggal Praktikum: Senin, 08 Oktober 2018

Tanggal Pengumpulan Laporan: Senin, 15 Oktober 2018

Dosen Pembimbing: Ir. Herawati B, M. Eng. Sc, phD

Oleh :

Fanny Ainunnisa 1714110


M. Akhid Maulana 1714110
M. Nurmissuari 1714110
Raden Sukmawati 171411057

Kelompok 7 / Kelas 2B

PROGAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2018
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat di
dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi gas akan
sabanding dengan daya kelarutan kelarutan gas tersebut dalam cairan. Adapun
tujuan dari proses absorpsi adalah pertama untuk mendapatkan senyawa yang
bernilai tinggi dari campuran gas atau uap; kedua, untuk mengeluarkan senyawa
yang tidak diinginkan dari produk; ketiga, pembentukkan persenyawaan kimia dari
absorben dengan salah satu senyawa dalam campuran gas.
Keadaan setimbang yaitu ketika kecepatan pelarutan dan pelepasan sama
besar. Keadaan ini juga disebut tekanan setimbang pada temperatur tertentu.
Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya, semakin
tinggi suhunya semakin rendah daya larutnya, sedangkan semakin tinggi
tekanannya, semakin tinggi daya larutnya.
Dalam industri, proses ini banyak digunakan dalam proses pengambilan
amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran batu bara dengan
menggunakan air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung dalam gas alam
dengan menggunakan larutan alkali.

1.2. Tujuan Praktikum


 Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya
 Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam air
 Menghitung jumlah CO2 bebas dalam air

II. LANDASAN TEORI


Absorbsi merupakan proses pemisahan bahan dan suatu campuran gas
dengan cara peningkatan bahan tersebut pada absorben cair yang diikuti oleh
pelarutnya (Putera : 2013). Prinsip dasar dari absorpsi adalah memanfaatkan
besarnya difusivitas molekul-molekul dalam larutan tertentu dan dapat
dilakukan oleh gas atau cairan yang relative berkonsentrasi rendah maupun
berkonsentrasi tinggi.
Bila campuran gas di kontakan dalam waktu
yang lama pada suhu tetap,maka akan
terjadi suatu kesetimbangan dimana tidak
terjadi lagi perpindahan massa
(Surya:2008). Gas yang akan diserap hanya
oleh gaya-gaya fisik absorpsi fisik atau
selain gaya tersebut juga oleh ikatan pada
absorpsi kimia. Komponen gas dapat
mengikat kimia akan dilarutkan terlebih
dahulu dengan kecepatan yang tinggi.
Gambar 1 : Mekanisme Absorpsi

Sumber : Surya, Jurnal Praktikum Absorpsi

Pada absorpsi sendiri ada dua macam proses yaitu :


a. Absorpsi fisik
Absorpsi fisik merupakan absorpsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah
absorbsi gas H 2 S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan
terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan
gas ke fase cair. Absorpsi fisik umumnya reversible dan irreversible, batas ini
ditemukan dalam batas antar muka kimia dengan medium gas, dimana ikatan
yang terjadi akibat dari gaya Van Der Waals dan gaya Bondon (Proton : 1982).
Dari absorpsi fisik, ada teori yang menyatakan model mekanismenya, yaitu :
1. Teori model film

Gambar 2 : Model Teori Film pada Absorpsi

Sumber : Kimiaku-Absorpsi
2. Teori penetrasi
3. Teori permukaan yang diperbaharu

b. Absorbsi kimia
Absorpsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam
larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorpsi ini
adalah absorpsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan
sebagainya. Aplikasi dari absorpsi kimia dapat dijumpai pada proses
penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak.
Penggunaan absorpsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk
mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Keuntungan absorpsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan
massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas
efektif permukaan. Absorpsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang
hampir stagnan disamping penangkapan dinamik.

Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam prsoses absorpsi :

 Tekanan Operasi
 Konsentrasi komponen dalam cairan
 Konsentrasi komponen dalam aliran gas
 Lama waktu kontak
 Ukuran bidang kontak (ukuran pori suatu absorben menentukan ukuran
molekul yang melewatinya).
 Efek pertukaran ion
 Efek temperature
 Konsentrasi pori efektif
Untuk itu, operasi absorpsi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga
dapat diperoleh hasil yang optimum. Karakteristik suatu campuran
menyerap kompinen di dalam aliran gas ditunjukan oleh harga koefisien
perpindahan massa antara gas dan cairan.
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan di
absorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan
absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin ( kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4.Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air
(untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan
tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi
seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
basa).

Kolom Absorpsi
Kolom absorpsi Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya
proses pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis
absorben ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.

1. Arang aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang
mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan
berlangsung, diusahakan agar tidak terjadikebocoran udara didalam ruangan
pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya
terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan
bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap
ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat
menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan
aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada
temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan
sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.
Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-
1000% terhadap berat arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang
aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai
pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus, diameter pori

mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase cair,berfungsi untuk


memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang
tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan
kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari
serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku
yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk
granular atau pellet yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-

200 A0 , tipe pori lebih halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk
memperoleh kembali pelarut, katalis,pemisahan dan pemurnian gas.
Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang
mempunyaibahan baku yang mempunyai struktur keras.

2. Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan
sekelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum
mineral zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali
tanah.
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan
logam alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air
menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan
terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit
cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan,
semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi,
mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam,
industri oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi
oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila
kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur

250-900 oC, maka kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas
atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang
hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas
permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa
jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya
dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang
hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana
dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.

3. Betonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung
monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok
dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti,
misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat
dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat
hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah
lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat
ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth
digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.
Sifat bentonit sebagai absorben adalah :
 Mempunyai surface area yang besar (fisika)
 Bersifat asam yang padat (kimia)
 Bersifat penukar-ion (kimia)
 Bersifat katalis (kimia)

Bagian - bagian kolom absorpsi


1. Bagian atas : Spray untukmemercikkan air
2. Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan
sentuh sehingga mudah untuk diabsorbsi
3. Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam
re.aktor.

Untuk menambah luas bidang kontak antara gas pelarut dan ,sering
digunakan kolom isian yang berupa susw1an packing . Beberapa jenis
packing yang sering digunakan seperti pada gambar dibawah.

Gambar 3 : Packing yang sering digunakan


Sumber : Packed-bed-absorpsi/2013/08
Jenis Kolom pada Absorpsi :

1. Kolom atau Menara Isian ( Packed Column )

Peralatan yang paling umum digunakan


pada menara isian, yaitu :

 Kolom silinder atau menara


 Inlet gas Inlet dan “spasi
distributor” dibagian bawah
menara
 Inlet cairan (absorben) dan
distributor di bagian atas menara.
 Keluaran gas dan cairan
 Isian menara

Gambar 4 : Kolom dan Menara pada Absorpsi

Sumber : Packed-bed-absorpsi/2013/08

2. Kolom Talam ( Tray or Plate Column )


Kolom ini mendistribusikan cairan kontak ke piring yang terletak
i
di atas yang lain.

Gambar 5 : Kolom Talam

Sumber : Epicmodularprocces.com/vapor-liquid-absorpsi
Prinsip Kerja Kolom Absorpsi
1. Kolom absorpsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat
yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yang dapat
menyebabkan komponen kimia diatmosfer dari satu fase
cairan ke faselainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor
kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,
pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
2. Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor
diumpankan kebawah menara absorber. Didalam absorber
terjadi kontak antara dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan
gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang
diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini
terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing.

Aplikasi Absorpsi
Absorpsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai
guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.
1. Proses Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan
formalin Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor.
Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C

didinginkan pada kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam


absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin
dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol,
air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari
menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari
gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan
air proses.
2. Proses Pembuatan Asam Nitrat
Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan
asam nitrat Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung
dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO
menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom
absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks
masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam
lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom
absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60
% berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi
ethanol, minuman berkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical
carbon dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri.
Selain itu absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang
dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 langsung bereaksi
dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya
konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka perbandingan
konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi CH4.
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat

diabaikan karena bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-

Prinsip Absorpsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2)
dialirkan ke dalam kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir.
Pada saat udara dan air bertemu dalam kolom isian, akan terjadi
perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air
(sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke
dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO 2.
Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai berikut :
 Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik proses
tersebut.
 Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu
beraksi dengan CO 2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih
baik.
 Suhu operasi. Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin
baik.
 Tekanan operasi. Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan
semakin baik sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan
maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa),
penyerapan lebih buruk.
 Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin
buruk.

Operasi absorpsi dapat digambarkan secara skematik sebagai berikut :

Y1 L,X0 Keterangan :
G = laju alir udara bebas CO2
Y1 = rasio laju alir CO2 terhadp udara pada aliran gas keluar
Yn+1 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran gas masuk
L = laju alir air bebas CO2
X0 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air masuk
Xn = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air keluar

Naraca massa total dalam kolom absorber dapat ditulis sebagai berikut :
G(Yn+1 – Y1) = L(Xn –X0)
G, Yn+1 Xn

Gambar 6 : Skema proses Absorpsi.


Sumber : Epicmodularprocces.com/vapor-liquid-absorpsi
III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Praktikum

Keterangan :
 S1, S2, S3 = Valve yang diatur pada saat Analisa gas CO2 dan tempat
pengambilan sampel bila diperlukan
 F1 = Flowmeter air
 F2 = Flowmeter udara
 F3 = Flowmeter CO2
 C1 = Valve pengatur flow air
 C2 = Valve pengatur flow udara
 C3 = Valve pengatur flow CO2

3.2 Prosedur Kerja

a. Isi dua buah bola yang ada pada alat analisa absorpsi gas dipanel
sebelah kiri dengan 0,1 M NaOH. Atur permukaan larutan pada bola
hingga berada pada tanda “0” pada tabung, dengan menggunakan
keterangan CN, lakukan drain
b. Isi tangka tendon dengan NaOH dengan 3/4 bagian (25 liter)
c. Tutup control aliran gas C2 dan C3. Jalankan pompa cairan dan atur
laju alir air lewat kolom hingga sekitar 6 liter/min pada flowmeter F1
dengan mengatur control keran C1
d. Jalankan kompresor dan atur control keran C2 hingga memberikan laju
alir udara 30 liter/min pada flowmeter F2
e. Dengan hati-hati membuka keran pengatur tekanan pada silinder CO2
dan atur keran C3 sehinga memberikan laju alir gas pada F3 sekitar laju
alir udara pada F2. Pastikan bahwa tutup aliran cairan didasar kolom
sudah dibuka jika perlu dengan mengatur control keran C4
f. Sesudah 15 menit atau operasi mantap, ambil sampel fas secara
simultan dari titik S1 dan S2. Lakukan Analisa gas tersebut terhadap
kandungan CO2
g. Bilas saluran sampel dengan jalan mengulang-ulang menarik piston
dan menekannya kembali ke atmosfer. Volume silinder 100 cc,
perkirakan volume tabung yang berisi udara yang tinggal didalam alat.
Kemudian beberapa kali melakukan langkah menghisap dan menekan
h. Dengan bola absorpsi terisolasi dan saluran ke udara tertutup, isi
silinder dari saluran yang dipilih dengan menarik piston keluar pelan-
pelan. Catat volume gas yang dihisap ke dalam silinder V2 hendaknya
sekitar 20 ml. Tunggu sedikitnya 2 menit sehingga temperature gas
didalam silinder sama dengan temperature silinder
i. Putuskan hubungan silinder dari kolom dan bola serta saluran buang ke
atmosfer tutup setelah sekitar 10 detik
j. Hubungkan silinder dengan bola, absorpsi di permukaan cairan
didalam pipa harus tetap. Jika berubah buka pelan-pelan ke saluran
atmosfer lagi
k. Tunggu sampai permukaan di dalam silinder sama dengan tekanan
atmosfer
l. Pelan-pelan tekan piston, hingga silinder kosong karena gas masuk ke
dalam bola absorpsi. Pelan-pelan kembali tarik kembali piston. Catat
tinggi permukaan pada tabung indikator, hingga tidak terdapat
perubahan permukaan cairan didalam tabung indikator. Tinggi
permukaan cairan di dalam tabung indikator V2. Ini menunjukkan
volume gas CO2 di dalam campuran sample

Percobaan Absorpsi CO2 Ke Dalam Air


a. Isi tangki tendon di bawah kolom sebanyak 3/4 penuh dengan air
deionisasi. Catat volume air yang ada dalam tendon (Vt)
b. Dengan keran pengontrol aliran gas C2 dan C3 dalam keadaan tertutup,
hidupkan pompa air dan atur aliran air melalui kolom dengan mengatur
keran pengontrol aliran C1 agar terbaca pada flowmeter F1 sebesar 6
liter/min
c. Hidupkan kompresor dan atur keran pengontrol C2 agar diperoleh
aliran udara kurang lebih 10% dari skala penuh pada flowmeter F2
d. Secara hati-hati buka keran pengatur tekanan pada silinder CO2 dan
atur keran C3 agar pada flowmeter F3 terbaca kira-kira setengah dari
aliran udara F2, yakni bahwa cairan tetap pada tempatnya, bila perlu
atur keran pengontrol C4
e. Setelah 15 menit operasi berlangsung, ambil 100 ml sampel dari S4 dan
S5 dengan selang waktu setiap 5 menit

IV. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Percobaan Absorbsi Karbon Dioksida ke dalam Air

Laju Alir Perhitungan


Laju Alir Laju Alir Volume Volume
Udara 𝐹2 𝑉2
air (F1 CO2 (F3 Gas (V1 NaOH
(F2 𝑌1 = 𝑌0 =
lt/min) lt/min) mL) (V2 mL) 𝐹2 + 𝐹3 𝑉1
lt/min)

4 30 3 1155000 30000 0,90 0,025974

Penentuan 𝑪𝑶𝟐 yang diabsorpsi sepanjang kolom (laju alir volume)

(𝑌1 − 𝑌0 )(𝐹2+𝐹3)
 𝐹𝑎 = 1− 𝑌0
(0.909−0.02597)(30+3)
 𝐹𝑎 =
1−0.02597

 𝐹𝑎 = 28.16596 𝑙⁄𝑚𝑖𝑛

 𝐹𝑎 = 0.470 𝑙⁄𝑠

Penentuan konsentrasi 𝑪𝑶𝟐 pada aliran masuk/tangki dan konsentrasi 𝑪𝑶𝟐


pada aliran keluar (𝑪𝒄𝒐𝟐 𝒐𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕 )

𝑽𝟏 𝒙 𝑪𝟏 𝑽𝟏 𝒙 𝑪𝟏
 𝑪𝒄𝒐𝟐 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊 = 𝑪𝑪𝑶𝟐 𝑶𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕 =
𝑽𝟐 𝑽𝟐

Keterangan :
 𝑉1 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (10 ml)
 𝑉2 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 (10 𝑚𝑙)
 𝐶1 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝐻𝐶𝑙 0.1𝑀)
1. t = 10 menit
4.2 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝑐𝑜2 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = = 0.42 𝑀
10 𝑚𝑙
2.7 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑂𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = = 0.027 𝑀
10 𝑚𝑙
2. t = 15 menit
2.6 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = = 0.026 𝑀
10 𝑚𝑙
2.3 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑂𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = = 0.023 𝑀
10 𝑚𝑙

3. t = 20 menit
1.9 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = = 0.019 𝑀
10 𝑚𝑙
1.8 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑂𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = = 0.018 𝑀
10 𝑚𝑙

4. t = 25 menit
1.3 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = = 0.013 𝑀
10 𝑚𝑙
1.2 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑂𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = = 0.012 𝑀
10 𝑚𝑙

5. t = 30 menit
0.5 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = = 0.005 𝑀
10 𝑚𝑙
0.4 𝑚𝑙 𝑥 0.1 𝑀
 𝐶𝐶𝑂2𝑂𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = = 0.004 𝑀
10 𝑚𝑙

Waktu dari saat mulai Dari Tangki Dari Outlet Cairan


T (menit) 𝑉𝑡 (𝑚𝑙) 𝐶𝐶𝑂2 (M) 𝑉𝑡 (𝑚𝑙) 𝐶𝐶𝑂2 (M)

10 4.2 0.042 2.7 0.027


15 2.6 0.026 2.3 0.023
20 1.9 0.019 1.8 0.018
25 1.3 0.013 1.2 0.012
30 0.5 0.005 0.4 0.004
Waktu 𝐶𝐶𝑂2 t 𝐶𝐶𝑂2O Aliran inlet Aliran inlet Kecepatan
( Menit) Dari Tangki dari Outlet 𝑐𝑜2 terlarut 𝑐𝑜2 terlarut di Absorpsi
(M = mol/lt) (M = mol/lt) dalam tangki outlet = F1(𝐶𝐶𝑂2 𝑡 -
= F1 x 𝐶𝐶𝑂2 𝑡 = F1 x 𝐶𝐶𝑂2 𝑂 𝐶𝐶𝑂2 𝑂)

10 0.042 0.027 0.168 0.108 0.06


15 0.026 0.023 0.104 0.092 0.048
20 0.019 0.018 0.076 0.072 0.016
25 0.013 0.012 0.052 0.048 0.016
30 0.005 0.004 0.020 0.016 0.016

Perhitungan
1. t = 10 menit
Konsentrasi CO2 dari tangki inlet (C CO2t) = 0.042 M
Konsentrasi CO2 dari tangki outlet (C CO2 O) = 0.027 M
F1 = 4 liter/menit
Jawab :
a. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑡
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.042 𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊 = 𝟎. 𝟏𝟔𝟖 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


b. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑂
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡 × 0.027
𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒊 𝒐𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕 = 𝟎. 𝟏𝟎𝟖 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏
c. 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 𝐹1(𝐶𝑐𝑜2 𝑡 − 𝐶𝑐𝑜2 𝑂)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑖𝑛 (0.042𝑀 − 0.027𝑀 )
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4𝑙𝑡/𝑚𝑖𝑛(0.015𝑀)
𝑲𝒆𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒑𝒔𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟔 𝒍𝒕/𝒎𝒊𝒏

2. t = 15 menit
Konsentrasi CO2 dari tangki inlet (C CO2t) = 0.026 M
Konsentrasi CO2 dari tangki outlet (C CO2 O) = 0.023 M
F1 = 4 liter/menit
Jawab :
a. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑡
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.026 𝑀

𝐴𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊 = 𝟎. 𝟏𝟎𝟒 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


b. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑂
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0,023𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒊 𝒐𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕 = 𝟎. 𝟎𝟗𝟐 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


c. 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 𝐹1(𝐶𝑐𝑜2 𝑡 − 𝐶𝑐𝑜2 𝑂)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡(0.104 𝑀 − 0.092 𝑀 )
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡(0.012 𝑀 )
𝑲𝒆𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒑𝒔𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟒𝟖 𝒍𝒕/𝒎𝒊𝒏

3. t = 20 menit
Konsentrasi CO2 dari tangki inlet (C CO2t) = 0.019
Konsentrasi CO2 dari tangki outlet (C CO2 O) = 0.018
F1 = 4 liter/menit
Jawab :
a. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑡
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.019 𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟕𝟔 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


b. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑂
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.018 𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒊 𝒐𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕 = 𝟎. 𝟎𝟕𝟐 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏

c. 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 𝐹1(𝐶𝑐𝑜2 𝑡 − 𝐶𝑐𝑜2 𝑂)


𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡(0.076 𝑀 − 0.072 𝑀 )
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡(0.004 𝑀 )
𝑲𝒆𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒑𝒔𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟏𝟔 𝒍𝒕/𝒎𝒊𝒏

4. t = 25 menit
Konsentrasi CO2 dari tangki inlet (C CO2t) = 0.013 M
Konsentrasi CO2 dari tangki outlet (C CO2 O) = 0.012 M
F1 = 4 liter/menit
Jawab :
a. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑡
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.013 𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟓𝟐 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


b. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑂
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.012𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒊 𝒐𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕 = 𝟎. 𝟎𝟒𝟖 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


c. 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 𝐹1(𝐶𝑐𝑜2 𝑡 − 𝐶𝑐𝑜2 𝑂)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡( 0.052 𝑀 − 0.048 𝑀 )
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡(0.004 𝑀)
𝑲𝒆𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒑𝒔𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟏𝟔 𝒍𝒕/𝒎𝒊𝒏

5. t = 30 menit
Konsentrasi CO2 dari tangki inlet (C CO2t) = 0.005 M
Konsentrasi CO2 dari tangki outlet (C CO2 O) = 0.004 M
F1 = 4 liter/menit
Jawab :
a. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑡
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.005𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟐 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


b. 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 𝐹1 × 𝐶𝑐𝑜2 𝑂
𝑙𝑡
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 4 𝑚𝑛𝑡 × 0.004 𝑀

𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕 𝑪𝑶𝟐 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒊 𝒐𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕 = 𝟎. 𝟎𝟏𝟔 𝒎𝒐𝒍/𝒎𝒊𝒏


c. 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 𝐹1(𝐶𝑐𝑜2 𝑡 − 𝐶𝑐𝑜2 𝑂)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡( 0.02 𝑀 − 0.016 𝑀 )
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 4 𝑙𝑡/𝑚𝑛𝑡(0.004𝑀)
𝑲𝒆𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒑𝒔𝒊 = 𝟎. 𝟎𝟏𝟔 𝒍𝒕/𝒎𝒊𝒏
Pembahasan Raden Sukmawati (171411057)
Pada praktikum ini telah dilakukan proses penyerapan gas karbon dioksida
(CO2) oleh larutan NaOH 0,1 M. Secara umum, absorpsi adalah salah satu operasi
pemisahan dalam industry kimia, dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan
suatu cairan penyerapan. Prinsip dari proses absorpsi ini adalah dengan
mengontakan cairan atau larutan NaOH dari atas kolom isian dengan gas CO2 dari
bagian bawah kolom isian. Adanya kolom isian akan menyebabkan tahanan antara
aliran air dengan aliran udara dan mengakibatkan bidang sentuh antara air dan
udara jadi semakin besar. Peristiwa absorpsi pada percobaan ini berupa aliran
counter-current dimana aliran udara masuk di bawah kolom dan aliran air masuk di
atas kolom. Larutan NaOH diumpankan dari bagian atas kolom dengan
menggunakan spray, sedangkan udara yang mengandung CO2 diumpankan dari
bagian bawah kolom. Sistem Spray digunakan untuk memperkecil partikel air yang
memasuki kolom dan dengan bantuan packing, maka luas permukaan dan waktu
kontak akan bertambah. Umpan dengan masa jenis yang lebih besar diumpankan
dari bagian atas kolom agar bergerak ke bawah, umpan dengan masssa jenis yang
lebih kecil diumpankan dari bagian bawah agar bergerak ke atas sesuai dengan
gravitasi bumi. Jika umpan dengan massa jenis yang lebih besar diumpankan dari
bagian bawah dan umpan dengan massa jenis yang lebih kecil diumpankan dari
bagian atas kolom maka kedua zat ini tidak akan dapat bertemu dan reaksi tidak
akan terjadi. Reaksi Absorpsi yang terjadi sebagai berikut:
CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)
NaHCO3 + NaOH → Na2CO3(s)+ H2O(l)
CO2(g) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(s) + H2O(l)
Setelah sudah siap segala peralatan yang akan digunakan, mengatur laju alir
air 4 L/min, karena apabila terlalu besar dikhawatirkan air akan terlalu penuh dan
membanjiri kolom. Lalu mengatur laju alir udara sebesar 30 L/min, dan laju alir gas
CO2 diatur 10% nya laju alir udara, yaitu 3 L/min.
Pada percobaan kali ini dilakukan berdasarkan variasi waktu dengan
menguji pengaruh variable waktu pada proses absorpsi, dengan laju alir konstan.
Pada 10 menit pertama dilakukan sampling, diambil volume 10 mL dari selang
keluaran dan dari tangka larutan NaOH. Variabel waktu yang digunakan adalah tiap
5 menit sekali pada tangki dan selang keluaran. Setelah itu masing-masing dititrasi
dengan HCL 0,1 M untuk mengetahui berapa banyak CO2 yang terserap.
Pada awalnya larutan tersebut akan berwarna merah muda, saat ditambahkan
indikator PP lalu dititrasi warna berubah menjadi bening setelah mencapai titik
ekivalen.
Berdasarkan hasil percobaan, bahwa semakin lama waktu operasi, semakin
banyak CO2 yang terserap. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari titrasi sampel
terhadap NaOH, volume titran semakin kecil, karena kadara NaOH nya semakin
turun, warna larutan ketika ditetesi indikator PP juga semakin lama semakin pudar
karena tingkat kebasaannya semakin menurun. Hal ini dikarenakan NaOH sudah
bereaksi dengan CO2 membentuk Na2CO3. Larutan pada tangki NaOH nya semakin
menurun karena Outlet cairan dari selang dikembalikan lagi ke dalam tangki
umpan. Hasil percobaan kami proses absorpsi hanya berlangsung hingga t5 = 30
menit.
Dari data yang diperoleh juga didapat kecepatan yang tidak stabil, ada yang
naik dan ada yang mengalami penurunan.

DAFTAR PUSTAKA
Surya, Andika. Jurnal Praktikum Laboratorium Teknik Kimia “Absorpsi”. 2018.
Bandung : POLBAN
https://www.kimiaku.com/absorpsi (diakses pada 13 Oktober 2018 pukul 19.34)
https://morrodoxingo.com /2013/08/packed-bed-absroption (diakses pada 13 Oktober
2018 pukul 19.37)
https://www.epicmodularprocess.com/vapor-liquid-absorption (diakses pada 13
Oktober 2018 pukul 19.42)

Anda mungkin juga menyukai