MODUL
PEMBIMBING
Oleh :
Kelompok
Nama
,141411047
,141411048
3. Nadia Pratiwi
,141411049
4. Nida El Haq
5. Prima Dia Utami
Kelas
,141411050
,141411051
3B
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan yang mengadung 42,8%
lemak, 25,3% protein, 21,1% karbohidrat dan 4% air. Kacang tanah juga mengandung
bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit
seperti penyakit jantung, kencing manis dan dapat membantu memenuhi kebutuhan
tubuh, kandunga lain kacang tanah tersebut yaitu Omega 3 yang merupakan lemak tak
jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal.
Pemanfaatan kacang tanah selain digunakan untuk bahan pangan juga
dimanfaatkan minyaknya, mengingat kandungan terbesar dalam kacang tanah adalah
lemak. Menurut data FAO (Food Agriculture Organization) pada tahun 2003, produksi
minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia. Minyak
kacang tanah ini banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, seperti menurunkan
kolesterol, melancarkan sirkulasi darah, mencegah kanker, menekan peradangan kronis,
menambah stamina tubuh, mengatasi masalah perut dan reumatik. (www.erabaru.net).
Selain pemanfaatan dalam kesehatan, minyak kacang tanah juga dapat digunakan untuk
minyak goreng, bahan dasar pembuat margarin, mayoinaise, mentega putih, bahan dasar
pembuat sabun, face cream, dan pencuci rambut.
Pembuatan minyak kacang tanah ini biasanya dilakukan dengan proses
pengepresan. Pada percobaan ini proses pengambilan minyak dalam kacang tanah akan
dilakukan dengan cara ekstraksi padat-cair, leaching.
1.2
Tujuan
1. Mengoperasikan peralatan ekstraksi padat-cair (Leaching) sesuai Standar Operasi
Prosedur (SOP) di Laboratorium Pilot Plant Politeknik Negeri Bandung
2. Menentukan densitas minyak kacang tanah dalam pelarut per satuan waktu
3. Menentukan densitas produk minyak kacang tanah
4. Menentukan % kandungan pelarut dalam produk minyak kacang tanah selama
proses berlangsung per satuan waktu
BAB II
DASAR TEORI
Ekstraksi padat-cair atau lebih dikenal dengan sebutan leaching merupakan proses
pemisahan zat padat yang dapat melarut (zat terlarut) dari campurannya dengan zat padat lain
yang tidak dapat larut atau inert dengan cara pelarutan. Secara garis besar, proses pemisahan
secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
1. Penambahan sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya
melalui proses difusi.
2. Solute akan terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel. (Wilson, et al., 2000 dalam N Tharic,
2010)
Prinsip kerja dari proses leaching adalah pelarut akan melarutkan sebagian bahan
padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan diperoleh setelah itu dilakukan proses
pemisahan larutan yang terbentuk dari padatan sisa. Pemisahan fasa padat dari cair dapat
dilakukan dengna operasi sedimentasi, filtrasi, ataupun sentrifugasi.
Operasi leaching dapat dilakukan dengan sistem batch, semibatch, ataupun continue.
Operasi ini biasanya dilakukan pada suhu tinggi untuk meningkatkan kelarutan solut di dalam
pelarut. Untuk meningkatkan performance, sistem aliran dapat dibuat secara co-current
ataupun counter current.
Setelah operasi leaching selesai, pemisahan fasa padat dari fasa cair dapat dilakukan
dengan operasi seddimentasi, filtrasi atau sentrifugasi. Pemisahan sempurna hampir tidak
mungkin dilakukan karena adanya kesetimbangan fasa, di samping secara mekanis sangat
sulit untuk mencapainya. Oleh karena itu akan selalu adda bagian yang basah atau air yang
terperangkap di dalam padatan.
Perhitungan dalam operasi ini melibatkan 3 komponen, yaitu padatan, pelarut dan
solut. Asupan umumnya berupa padatan yang terdiri dari bahan pembawa tak larut dan
senyawa dapat larut. senyawa dapat larut inilah yang biasanya merupakan bahan atau
mengandung bahan yang diinginkan.
Bahan yang diinginkan akan larut sampai titik tertentu dan keluar dari ekstraktor pada
aliran atas, sementara padatan keluar pada aliran bawah. Sebagaimana disebutkan di atas,
aliran bawah biasanya basah karena campuran pelarut/solut masih terbawa juga.
Bagian atau persentase solut yang dapat dipisahkan dari padatan basah/kering disebut sebagai
rendemen.
2.2 Pelarut (Solvent)
Solvent atau pelarut berfungsi melarutkan zat terlarut dari suatu senyawa. Solven
harus memenuhi criteria sebagai berikut (Perry,1997 dalam N Tharic, 2010):
1. Daya larut terhadap solute cukup besar
2. Dapat diregenerasi
3. Memiliki koefisien distribusi solute yang tinggi
4. Dapat memuat solute dalam jumlah yang besar
5. Sama sekali tidak melarutkan diluen atau hanya sedikit melarutkan diluen
6. Memiliki kecocokan dengan solute yang akan diekstraksi
7. Viskositas rendah
8. Antara solven dengan diluenharus mempunyai perbedaan densitas yang cukup
besar
9. Memiliki tegangan antarmuka yang cukup
10. Dapat mengurangi potensi terbentuknya fase ketiga
11. Tidak korosi.
12. Tidak mudah terbakar
13. Tidak beracun
14. Tidak berbahaya bagi lingkungan
15. Murah dan mudah didapat
2.3 Metode Operasi Leaching
Ada beberapa jenis metode operasi leaching, yaitu :
1. Operasi kontinu dengan sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan
(countercurrent). Dalam sistem ini aliran bawah dan atas mengalir secara berlawanan.
Operasiini dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat,
yangmerupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan baru, operasi berakhir pada tahap
ke n (tahap terakhir), dimana terjadi pencampuran antara pelarut barudan padatan yang
berasal dari tahap ke-n (n-1). Sistem ini memungkinkan didapatnya perolehan solute
yang tinggi, sehingga banyak digunakan didalam industri.
2. Operasi
dengan
Temperatur
Ukuran
Partikel
Pengadukan
Pelarut
BAB III
METODOLOGI
Jumlah
1
1
1
4
1
1
2
Bahan
Kacang Tanah
Etanol teknis
Jumlah
1 kg
20 liter
Kacang tanah
dimasukkan kedalam
umpan bucket
Mengukur densitas
produk
Membuka valve
keluaran feed bucket
dan selanjutnya
mensirkulasikan
keluaran feed kedalam
tangki umpan etanol
Memasukkan etanol
kedalam tangki
Melakukan
pengambilan sampel
awal setelah minyak
terbentuk dibawah feed
bucket
Pengabilan sampel
setiap 5 menit
Mengalirkan etanol
sampai memenuhi
heater
Menghitung densitas
pelarut setiap 5 menit
dan menghitung
%kadar pelarut yang
hilang
Menjalankan proses
sampai warna cairan
hasil ekstraksi menjadi
bening
BAB VI
HASIL DAN DATA PENGAMATAN
4.1 Penentuan Massa Jenis
4.1.1 Penentuan Massa Jenis Minyak Kacang Tanah dalam Etanol
Piknometer kosong = 33,125 gr
Volume Piknometer = 25 ml = 25 cm3
No
.
Waktu (menit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Berat Isi
(gram)
Berat Sampel
(gram)
Massa Jenis ( )
54,0396
20,9146
53,4146
20,2896
53,3450
20,22
53,6060
20,481
53,6410
20,516
53,5753
20,4503
53,4521
20,3271
53,4596
20,3346
53,5755
20,4505
53,6607
20,5357
Tabel 1. Massa jenis minyak kacang tanah-etanol
(gr/cm3)
0,836
0,811
0,809
0,819
0,820
0,818
0,813
0,813
0,818
0,821
0.84
0.84
0.83
0.83
0.82
Massa Jenis (gr/cm3) 0.82
0.81
0.81
0.8
0.8
0
10
20
30
40
Waktu (menit)
50
60
Waktu
(menit)
Berat Basah
(gram)
24,4380
25,1020
Berat
Kering
(gram)
24,4391
10
26, 8040
27,2060
26,8052
15
20,9946
21,5934
20,9969
4
5
20
25
23, 7114
24,4380
24,4410
24,8080
23,7145
24,4439
30
26, 8040
27,4610
26,8089
35
20,9946
21,2460
20,9981
40
23, 7114
24,1776
23,7143
45
24,4380
24,6732
24,4379
10
50
26, 8040
26,9836
26,8016
% Kadar
Etanol
0,6623433
7
0,3990149
3
0,5949589
8
0,7253511
0,3540540
5
0,6495418
6
0,2374779
6
0,4599794
9
0,2356251
7
0,1929630
3
0.8
0.7
0.6
0.5
%kadar air 0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 50100
Waktu (menit)
5.1
Kelompok 7
Leaching merupakan proses pemisahan/ekstraksi padat-cair yaitu dengan cara
mengontakkan bahan padat dengan pelarut (contoh ethanol, aseton dll.). Pelarut akan
melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan dapat
diperoleh. Pada praktikum leaching percobaan menggunakan kacang tanah dengan
pelarut ethanol, untuk memisahkan minyak yang terdapat pada kacang tanah.
Mekanismenya dengan meletakkan sampel kacang tanah kedalam bucket reaktor yang
nantinya dialiri ethanol hasil destilasi, ketika bahan sampel di campur dengan
pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan
ekstrak. Proses ekstraksi padat-cair bisa diasumsikan dalam tiga bagian. Pertama,
perubahan fasa dari zat/senyawa yang akan diambil (solute) ketika terlarut ke dalam
ethanol (pelarut). Kedua, difusi dari suatu zat/senyawa ke pelarut ethanol yaitu
memaksa ekstrak keluar dari dalam pori-pori padatan kacang tanah. Ketiga,
perpindahan dari zat/senyawa yang akan diambil dari ethanol dalam kontak dengan
partikel ke larutan keseluruhan.
Pada praktikum hasil yang ingin di cari adalah densitas minyak kacang tanah
terhadap waktu dan penghilangan kadar %ethanol. Berdasarkan hasil praktikum
densitas minyak kacang tanah menurun seiring adanya pertambahan waktu
dikarenakan setiap lama kandungan minyak kacang tanah semakin berkurang
sehingga campuran lebih banyak mengandung ethanol yang densitasnya lebih ringan
dibandingkan minyak kacang tanah, begitu juga dengan kadar pengurangan %ethanol
yang berkurang seiring bertambahnya waktu, pada percobaan sampel di ambil 4 tetes
dimasukkan ke kaca arloji kemudian di panaskan sampai menguap untuk mengetahui
pengurangan berat setelah di panaskan berdasarkan hasil tersebut selisih berat basah
dan berat kering semakin kecil yang berarti minyak kacang tanah dalam sampel
semakin sedikit seiring semakin lamanya waktu operasi.
Pada saat percobaan, ada kemungkinan pelarut (ethanol) terkontaminasi oleh
kotoran-kotoran dan adanya lumut pada peralatan bagian dalam sehingga
mengganggu kinerja peralatan dan proses leaching. Penyimpangan juga dapat terjadi
akibat kurang telitinya dalam pembacaan suhu dan pengaturan tekanan (human
eror)
waktunya saat pengambilan sempel dan pengukuran laju alir steam karena steam
terbagi-bagi ke beberapa alat lainnya.
5.2
Kelompok 8
Pada praktium ekstraksi padat-cair (leaching) ini bertujuan untuk mengambil
kandungan minyak dalam kacang tanah. Tolak ukur keberhasilan yang praktikan
gunakan pada proses leaching ini adalah massa jenis dari minyak kacang tanah
tersebut.
Berdasarkan data massa jenis minyak dalam pelarut etanol persatu siklus tiap
5 menit, diperoleh grafik hubungan antara massa jenis minyak terhadap waktu. Dari
grafik tersebut dapat dikatakan bahwa massa jenis minyak tanah semakin lama
semakin rendah, meskipun pada menit ke 20, 25 dan 45 densitas mengalami kenaikan
kembali. Menurut analisa praktikan, hal ini terjadi karena pada proses leaching ini
tidak terjadi penambahan umpan etanol, sehingga etanol terus disirkulasi kan kedalam
tangki produk dan pada saat etanol di bucket umpan sudah sedikit menjernih
dilakukan pembukaan valve agar etanol masuk kembali kedalam tangki produk,
sehingga pada saat penambahan ini densitas minyak kacang tanah naik kembali
karena etanol pada tangki produk pun bertambah secara tiba-tiba. Dan jika ditinjau
dari densitas produk minyak yang dihasilkan, diperoleh harga densitas sebesar 0,7836
gr/mL etanol, dimana harga tersebut masih cukup jauh dari densitas minyak kacang
tanah pada umunya yaitu sebesar 0,914 gr/mL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembentukan minyak tanah jika ditinjau dari massa jenisnya sekitar 14,3 %.
Selain menghitung massa jenis minyak kacang tanah, praktikan juga
menentukan kadar kehilangan pelarut pada proses pembentukan minyak kacang tanah.
Dari data kadar kehilangan pelarut pada air diperoleh grafik yang menunjukkan
kecenderungan penurunan jumlah pelarut pada campuran etanol-minyak pada tangki
produk. Tapi jika di tinjau lebih lanjut, grafik tersebut merupakan grafik yang impulsif
(naik-turun), namun harganya selalu menurut. Berdasarkan analisa praktikan faktor
sirkulasi etanol pada proses leaching yang ditambahkan secara tiba-tiba pada tangki
produk meningkatkan kembali jumlah pelarut yang terkandung dalam tangki produk.
BAB VI
KESIMPULAN
LAMPIRAN
No
.
1
Gambar
Keterangan
No
.
4
Gambar
Keterangan
5
Terbentuk minyak didalam
heater pada akhir pemanasan.
Terlihat perbedaan fasa antara
minyak dengan etanol yang
tercampur dengan kacang
tanah
6
Minyak yang terbentuk pada
proses akhir Leaching
didapatkan sebesar 15 ml