disusun oleh :
Kelompok XI
Kelas : 3C TKI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan
gravitasi untuk mengalirkan liquid yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling film
evaporator sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk
memekatkan fluida terutama fluida yang sensitive terhadap panas (misalnya sari buah dan
susu), karena waktu tertahan pendek cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama
mengalir melalui evaporator.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Mengoperasikan peralatan Falling Film Evaporator.
2) Memilih temperatur dan tekanan optimum untuk umpan tertentu.
3) Menghitung koefisien perpindahan panas pada FFE / kalandria.
4) Menghitung efisiensi penggunaan kukus (steam) sebagai sumber panas.
5) Menghitung steam ekonomi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Falling film Evaporator adalah salah satu jenis alat untuk proses evaporasi yang
diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical evaporator (LTVE) bersama-sama dengan
climbing film evaporator (CFE). Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat
diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas, yaitu
jenis kolom calandria shell and tube.
Laju perpindahan panas pada falling film evaporator dapat dinaikkan dengan
menurunkan suhu permukaan liquida yaitu dengan cara penghembusan udara panas sehingga
tekanan parsial uap akan turun. Hal ini menggantikan prinsip evaporasi secara vakum yang
memungkinkan penguapan pada suhu rendah.
Prinsip falling film evaporator adalah mengatur agar seluruh permukaan evaporator
terbasahi secara continue, dan film yang dihasilkan mempunyai ketebalan yang seragam.
Sehingga distributor umpan yang akan dipakai harus didesain secara tepat. Berbagai cara
distribusi umpan, dibuat untuk menjamin keseragaman tebal film, antara lain memakai
distributor tipe overflow weir, peletakan evaporator harus benar-benar tegak.
Gambar 1. FFE di industri kimia
Evaporator film-jatuh, tanpa sirkulasi dan dengan waktu menetap yang sangat singkat
dapat menangani produk-produk yang peka yang tidak dapat ditangani dengan cara lain. Alat
ini juga cocok sekali untuk memekatkan zat cair viskos. Dengan adanya panas yang dimiliki
oleh steam maka kalor yang tersedia di lingkungan akan diterima oleh komponen zat dalam
umpan yang salah satu diantaranya adalah air dengan kandungan paling besar. Kalor yang
diterima oleh air akan berdampak pada meningkatnya energi kinetik yang dimiliki molekul-
molekul air. Pergerakan molekul air yang kian cepat mengakibatkan molekul air saling
menolak satu sama lain akibatnya fasa air akan berubah menjadi uap dan akhirnya melepasan
diri dari ikatan air lainnya dalam campuran. Pada proses penguapan cairan yang berupa
lapisan tipis maka peningkatan energi kinetik akan jauh lebih cepat lagi karena pada lapisan
tipis, panas yang diterima akan lebih cepat menyebar dan akan mempercepat proses
penguapan.
Keuntungan yang lebih dari falling film evaporator ialah sangat terbatasnya waktu
tinggal dari liquid. Waktu tinggal di dalam tube terhitung dalam satuan detik, membuatnya
ideal juga untuk produk-produk yang sensitif akan poanas seperti susu, sari buah, obat-
obatan dan lain sebagainya. Berrikut adalah contoh aplikasi falling film evaporator pada industri
susu.
Pada dasarnya evaporator adalah alat dimana pertukaran panas terjadi. Laju
perpindahan panas dinyatakan dalam persamaan umum :
Q = U A dT
dengan U = koefisien keseluruhan perpindahan panas dalam sistem.
BAB III
METODOLOGI
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air kran
c. Prosedur Kerja
1) Persiapan
Mulai
Mengukur suhu steam dan suhu umpan pada setiap laju alir
Selesai
2) Kalibrasi Laju Alir
Mulai
Menimbang berat ember yang telah berisi air dari bukaan 1 LPM
Selesai
3) Pengoperasian
Mulai
Mencatat suhu pada T7 (feed masuk) dan T11 (suhu larutan pekat)
1
1
Mengulangi langkah tersebut untuk laju alir 0,8 dan 0,6 LPM
Selesai