disusun oleh :
Kelompok XI
Sonia Santa Claudia N. (161411065)
Syam Sugama Putra (161411066)
Kelas 3C
1.2 Tujuan
a. Menjalankan peralatan ekstraksi di Politeknik dengan aman dan benar
b. Menjelaskan fenomena perpindahan massa (proses fisis ekstraksi tersebut)
c. Menghitung efisiensi tahap percobaan dan hasil ekstraksi (Yield)
d. Menghitung kalor terpakai dari kukus (steam) oleh pemanasan pelarut
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap berikut ini:
Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontraksi,
dalam hal ini terjadi perpindahan masa dengan cara difusi padabidang antar muka bahan
ekstraksi yang sebenarnya yaitu pelarut ekstrak.
Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau
titrasi.
Mengisolasi ekstraksi dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut. umumnya
dilakukan dengan menguatkan pelarut. (G. Bresconi dan H.Gester, 1995:55)
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan substansi dari campurannya atau zat
pemegangnya, dengan menggunakan suatu pelarut yang sesuai. Ekstraksi padat cair
merupakan proses yang paling banyak ditemui di dalam usaha mengisolir substansi
berkhasiat yang terkandung di dalam bahan yang berasal dari alam. Sifat-sifat bahan alam
tersebut merupakan faktor yang berperan sangat penting terhadap sempurnanya atau
mudahnya ekstraksi tersebut berlangsung (Gugule,2005).
a. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara
partikel dengan liquid,akibatnya akan memperbesar heat transfer material,disamping itu
juga akan memperkecil jarak diffusi. Tetapi partikel yang sangat halus akan membuat
tidak efektif bila sirkulasi proses tidak dijalankan,disamping itu juga akan mempersulit
drainage solid residu. Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran-ukuran partikel dimana
suatu partikel harus cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang
sama,tetapi juga tidak terlalu kecil hingga tidak menggumpal dan menyulitkan aliran.
b. Pelarut
Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan merusak kontituen atau
solute yang diharapkan(residu). Disamping itu juga tidak boleh pelarut dengan
viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi. Umumnya pada awal
ekstraksi pelarut dalam keadaan murni,tetapi setelah beberapa lama konsentrasi solute
didalamnya akan bertambah besar akibatnya rate ekstraksi akan menurun,pertama
karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan bertambah pekat.
Adapun kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan zat pelarut yaitu:
3) Titik Didih; Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan
cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu
tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop.
4) Reaktifitas; Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan
secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi.
5) Dan kriteria lain seperti murah, banyak, tidak beracun dll.
c. Suhu operasi
Umumnya kelarutan suatu solute yang di ekstraksi akan bertambah dengan
bertambah tingginya suhu, demikian juga akan menambah besar difusi,jadi secara
keseluruhan akan menambah kecepatan ekstraksi. Namun demikian dipihak lain harus
diperhatikan apakah dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses.
d. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, maka diffusi eddy akan bertambah,dan perpindahan
material dari permukaan pertikel ke dalam larutan (bulk) bertambah cepat,disamping
itu dengan pengadukan akan mencegah terjadinya pengendapan.
Potensi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak bercampur untuk pemisahan
analitis. Ekstraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan menuju ke suatu
produk murni dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia seringkali suatu
pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan, dalam beberapa menit (Day dan
underwood,1986).
Ekstraksi Padat-Cair (Leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut)
dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan
pelarut cair (solvent). Proses ini dilakukan untuk mendapatkan bagian yang mudah terlarut
karena berharga ataupun untuk menghilangkan bagian yang kurang berharga. Pelarut akan
lebih mudah melarutkan solute yang ada pada permukaan padatan sebelum mencapai solute
selanjutnya.
2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Laju Ekstraksi:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil ukuran partikel
maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan memungkinkan terjadi kontak
secara tepat. Semakin besar partikel, maka cairan yang akan mendifusi akan
memerlukan waktu yang relative lama.
2. Faktor pengaduk
Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin terdistribusi dalam
permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Semakin lama waktu
pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama pengadukan harus
dibatasi pada harga optimum agar dapat optimum agar konsumsi energi tak terlalu
besar. Pengaruh faktor pengadukan ini hanya ada bila laju pelarutan memungkinkan.
3. Temperatur
Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi akan meningkat dengan
temperatur dan akan menambah kecepatan ekstraksi.
4. Pelarut
Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskositas yang
cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni akan digunakan
meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan meningkat dan
kecepatan reaksi akan melambat, karena gradien konsentrasi akan hilang dan cairan
akan semakin viskos pada umumnya (Coulson, 1955: 721). Dalam biologi dan
proses pembuatan makanan, banyak produk yang dipisahkan dari struktur alaminya
menggunakan ekstraksi cair-padat. Proses terpenting dalam pembuatan gula,
leaching dari umbi-umbian dengan produksi minyak tumbuhan, pelarut organic
seperti hexane, acetone, dan lainnya digunakan untuk mengekstrak minyak dari
kacang kedelai, biji bunga tumbuhan dan lain-lain. Dalam industri farmasi, banyak
produk obat-obatan diperoleh dari leaching akar tanaman, daun dan batang. Untuk
produksi kopi instan, kopi yang sudah dipanggang di leaching dengan air segar. Teh
dapat larut diproduksi dengan menggunakan pelarut air dan daun teh (Geankoplis,
1997: 724-725).
2.4 Perpindahan massa dalam proses padat-cair
Kesulitan ditemui dalam memperkirakan jenis, bentuk dan ukuran pori-pori dari
lorong partikel padatan sisa tempat perpindahan massa berlangsung. Diasumsikan
bentuk seperti lapisan tipis yang berpengaruh sebagai hambatan perpindahan.
Persamaan perpindahan massa dapat ditulis sebagai berikut :
dM k ′ 𝐴 (𝐶𝑠 − 𝐶)
=
dt b
dengan:
b = ketebalan efektif lapisan tipis cairan yang mengelilingi partikel padatan (m)
C = konsentrasi solute dalam pelarut utama curah pada waktu t (selanjutnya disebut
ekstrak) (kg/m3)
k’ = koefisien difusi (hampir sama dengan difusifitas D, pada fasa cair (m2/detik)
(lihat tabel dalam lampiran)
Sebuah persamaan empiris difusifitas dalam larutan encer dapat dihitung dengan
pendekatan oleh Maxwell dan dimodifikasi oleh Gilliland
DL = 7,7 x 10-6 T
µ (V1/3 – V01/3)
dengan :
D = DL = difusifitas
T = temperatur dalam K
V = volume molekuler zat bersangkutan (pelarut) dalam 1 kmol bentuk/fasa cair
Vo = 0,008 untuk air, 0,0149 untuk etanol, 0,0228 untuk benzena
= viskositas pelarut
𝜌 = massa jenis pelarut
A xf + B yo = A x1 + B y1
dengan y0 = murni/bebas dari solute karena hasil kondensasi
Rasio massa solute dalam ekstrak (y)
dalam %
Gradien/slope = -A/B
A xf + B yo = A x1 + B y1
dengan y0 = murni/bebas dari solute karena hasil kondensasi
A xf + 0 = A x1 + B y1
B y1 = A x1 + A x f
y1 = A (x1 + x f )
B
y1 = -A ( x f - x1 )
B
dengan menggunakan grafik rasio massa solute di rafinat vs massa solute di
ekstrak seperti gambar 2 berikut :
Gradien/slope –A/B selalu tetap,karena baik A (padatan kering/bebas solute)
dan B (pelarut yang selalu murni karena hasil kondensasi) selalu sama/sejajar.
Dengan mengetahui kurva kesetimbangan (minimal 3 titik) antara :
a. Kandungan awal solute di umpan (xf),
b. Kandungan solute di ekstraksi pada tahap I (y1)
c. Massa padatan kering/rafinat A, dan
d. Massa pelarut dalam satu thap diwadah umpan (B),
Dapat diperkirakan dan dihitung, antara lain, tahap yang diperlukan, efisiensi
teori/kenyataan, dan banyaknya solute setelah tahap tertentu.
(Sumiswatrika, 2012)
Zat yang akan diestrak adalah katekin (15-31%) yang akan teroksidasi menjadi theaflavin
(berwarna kuning) dan thearubigin (merah kecoklatan) bila senyawa tersebut dipanaskan
2.8 Ethanol
Mulai
0,5 kg Daun Buka tutup wadah lalu masukkan kain saring dan umpan
Pandan
35 Liter Etanol Isi labu utama lalu tutup kembali labu utama
teknis
Selesai
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Jumlah tahap yang diperlukan dan karakteristik sampel setiap tahap
Densitas Kekeruhan
Siklus
(g/mL) (NTU)
1 0,815 69,67
2 0,806 16,69
3 0,811 14,12
4 0,799 12,71
5 0,805 10,82
6. 0,79 9,1
Kurva Perubahan Kekeruhan pada Setiap Siklus
Ekstraksi
80
70
Kekeruhan Ekstrak (NTU)
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Siklus
T Referen = 25oC
T referen = 25 oC
Tahap 1
0,815−0,775 g/mL
Efisiensi =1− x 100%
0,775 g/mL
= 96 %
Tahap 2
0,806−0,775 g/mL
Efisiensi =1− x 100%
0,775 g/mL
= 96 %
Tahap 3
0,811−0,775 g/mL
Efisiensi =1− x 100%
0,775 g/mL
= 96 %
Tahap 4
0,799−0,775 g/mL
Efisiensi =1− x 100%
0,775 g/mL
= 96,90 %
Tahap 5
0,805−0,775 g/mL
Efisiensi =1− x 100%
0,775 g/mL
= 96,12 %
Tahap 6
0,79−0,775 g/mL
Efisiensi =1− x 100%
0,775 g/mL
= 98,06 %