Anda di halaman 1dari 27

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : LEACHING (Ekstraksi Padat-Cair)


PEMBIMBING : Ir. Gatot Subiyanto., M.T.

Tanggal Praktikum : 24 September 2019


Tanggal Penyerahan : 1 Oktober 2019

Oleh :
Kelompok : VII dan VIII
Nama : Melinda Indah Kusuma (171411051)
Miranti Nur Arafah (171411052)
Muhammad Akhid M.A. (171411053)
Muhammad Nur Missuari (171411054)
Awaludin Fitroh Rifa’i
Kelas : 3B-D3 Teknik Kimia dan 4A-D1V TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan
antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Pemilihan
metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Ekstraksi
padat cair adalah proses ekstraksi suatu konstituen yang dapat larut (solute) pada suatu
campuran solid dengan menggunakan pelarut. Proses ini sering disebut Leaching. Proses ini
biasanya digunakan untuk mengolah suatu larutan pekat dari suatu solute (konstituen) dalam
solid (leaching) atau untuk membersihkan suatu solute inert dari kontaminannya dengan
bahan (konstituen) yang dapat larut (washing).
Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah konstituen
yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solid, sifat solid, dan ukuran partikelnya.
Bila konstituen yang akan larut ke dalam solvent lebih dahulu, akibatnya sisa solid akan
berpori-pori. Selanjutnya pelarut harus menembus lapisan larutan dipermukaan solid untuk
mencapai konstituen yang ada dibawahnya, akibatnya kecepatan eekstraksi akan menurun
dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan tersebut ditembus. Tetapi bila konstituen yang
akan dilarutkan merupakan sebagian besar dari solid, maka sisa solid yang berpori-pori akan
segera pecah menjadi solid halus dan tidak akan menghalangi perembesan pelarut ke lapisan
yang lebih dalam.
Ekstrasi padat-cair didasarkan pada peluruhan bagian yang mudah terlarut
(selanjutnya disebut solute) dari suatu padatan dengan menggunakan suatu larutan (biasanya
campuran selanjutnya disebut pelarut) pada temperatur dan proses alir tertentu. Proses ini
dilakukan bisa untuk mendapatkan bagian yang mudah terlarut karena lebih berharga,
misalnya bahan tambang, minyak nabati dan lain-lain, dari padatan yang kurang berharga
ataupun untuk menghilangkan bahan kontaminan yang mudah terlarut dari padatan yang
lebih berharga, misalnya pigmen dan kontaminan kimiawi yang bisa/mudah dilarutkan.
1.2 Tujuan
1. Menjalankan peralatan ekstraksi di Politeknik dengan aman dan benar
2. Menjelaskan fenomena perpindahan massa (proses fisis ekstraksi tersebut)
3. Menghitung efisiensi tahap percobaan dan hasil ekstraksi (Yield)
4. Menghitung kalor terpakai dari kukus (steam) oleh pemanasan pelarut
BAB II

LANDASAN TEORI

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai
separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-
komponen dalam campuran. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi
komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang
bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang
diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan
apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada
padatan yang larut karena efektivitasnya. [Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and
Practice In Organic Chemistry].

2.1 Metode Operasi Leaching

Dikenal 4 jenis metoda operasi ekstraksi padat-cair. Berikut ini disajikan uraian
singkat mengenai masing-masing metoda tersebut:

a. Operasi dengan Sistem Bertahap Tunggal

Dengan metoda ini, pengontakan antara padatan dan pelarut dilakukan sekaligus, dan
kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari padatan sisa. Cara ini jarang ditemukan
dalam operasi industri karena perolehan solut yang rendah.

b. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang.

Operasi ini dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut dalam tahap
pertama; kemudian aliran bawah dari tahap ini dikontakkan dengan pelarut baru pada tahap
berikutnya, dan demikian seterusnya. Larutan yang diperoleh sebagai aliran atas dapat
dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem dengan aliran sejajar, atau
ditampung secara terpisah, seperti pada sistem dengan aliran silang.
Gambar 2.1 Sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar

Gambar 2.2 Sistem bertahap banyak dengan aliran silang

c. Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan

Dalam sistem ini, aliran bawah dan atas mengalir secara berlawanan. Operasi
dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat yang merupakan aliran atas
tahap kedua, dan padatan baru. Operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap terakhir), dimana
terjadi pencampuran antara pelarut baru dan padatan yang berasal dari tahap ke-n (n-1).
Dapat dimengerti bahwa sistem ini memungkinkan didapatkannya perolehan solut yang
tinggi, sehingga banyak digunakan di dalam industri.

Gambar 2.3 Sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan

d. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan

Sistem ini terdiri dari beberapa unit pengontak batch yang disusun berderet
atau dalam lingkaran yang dikenal sebagai rangkaian ekstraksi (extraction battery). Didalam
sistem ini, padatan dibiarkan stationer dalam setiap tangki dan dikontakkan dengan beberapa
larutan yang konsentrasinya makin menurun. Padatan yang hamper tidak mengandung solut
meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut baru, sedangkan larutan pekat
sebelum keluar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan dengan padatan baru di dalam
tangki yang lain.
Gambar 2.4 Operasi batch bertahap empat dengan aliran berlawanan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja ekstraksi atau
kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, yaitu: Karena perpindahan massa
berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu sekali
memiliki permukaan yang seluas mungkin. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar
dibandingkan dengan laju alir bahan ekstraksi. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut
lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja
ekstraksi.

2.2 Faktor yang mempengaruhi proses leaching

Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi:

1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil ukuran
partikel maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan memungkinkan terjadi
kontak secara tepat. Semakin besar partikel, maka cairan yang akan mendifusi
akan memerlukan waktu yang relative lama.
2. Faktor pengaduk
Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin terdistribusi
dalam permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Semakin lama waktu
pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama pengadukan harus
dibatasi pada harga optimum agar dapat optimum agar konsumsi energi tak terlalu
besar. Pengaruh faktor pengadukan ini hanya ada bila laju pelarutan
memungkinkan.
3. Temperatur
Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi akan meningkat
dengan temperatur dan akan menambah kecepatan ekstraksi.4. PelarutPemilihan
pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskositas yang cukup rendah
agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni akan digunakan meskipun dalam
operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan meningkat dan kecepatan reaksi
akan melambat, karena gradien konsentrasi akan hilang dan cairan akan semakin
viskos pada umumnya (Coulson, 1955: 721).

Dalam biologi dan proses pembuatan makanan, banyak produk yang dipisahkan dari
struktur alaminya menggunakan ekstraksi cair-padat. Proses terpenting dalam pembuatan
gula, leaching dari umbi-umbian dengan produksi minyak tumbuhan, pelarut organic seperti
hexane, acetone, dan lainnya digunakan untuk mengekstrak minyak dari kacang kedelai, biji
bunga tumbuhan dan lain-lain. Dalam industri farmasi, banyak produk obat-obatan diperoleh
dari leaching akar tanaman, daun dan batang. Untuk produksi kopi instan, kopi yang sudah
dipanggang di leaching dengan air segar. Teh dapat larut diproduksi dengan menggunakan
pelarut air dan daun teh (Geankoplis, 1997: 724-725).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

a. Ekstraksi Padat-Cair
I. Skema Alat dan Spesifikasi Alat

Gambar 1 Unit Ekstraksi Padat - Cair

Tabel 3.1 Spesifikasi Alat

Nama Alat Unit Ekstraksi Padat – Cair

Labu Bulat Volume : 1,6 m3

Refluks Diameter : 0,1 m ; Tinggi : 0,6 m

Kondensor Diameter : 0,2 m ; Tinggi : 0,9 m

Wadah Umpan Diameter : 0,3 m ; Tinggi : 0,8 m

Pemanas Kukus Diameter : 0,1 m ; Tinggi : 0,7 m


II. Alat dan Bahan
1. Unit Ekstraksi Padat-Cair (lihat Gambar 1)
2. Termometer
3. Kunci-kunci pembuka wadah
4. Stop watch
5. Gelas Piala plastik 1 liter
6. Pipa plastik
7. Tangga
8. Ember plastik 15 liter
9. 1 kg kopi sebagai umpan
10. 30 liter ethanol

III. Prosedur Kerja


1. Buka katup-katup air pendingin V1 dan V2 ke kondensor (sebagai Standard
Operation Procedure)
2. Buka tutup wadah dan masukkan kertas saring disusul 1 kg umpan (diawasi
instruktur/pengajar)
3. Atur sudut sifone antara 60o – 90o (optional)
4. Masukkan air dingin ke wadah umpan sampai ada air mengalir melalui sifone
ke labu utama, ambil air tersebut melalui saluran pembuangan (drain) di
bawah wadah, catat sebagai B (untuk seterusnya dikalibrasi sebagai massa
pelarut B) dan tutup kembali wadah.
5. Isi labu utama dengan pelarut (Ethanol) sebanyak 30 liter dan tutup kembali
labu utama
6. Buka katup kukus V3 sampai tekanan menunjukkan 1,5 bar
7. Setelah satu siklus/tahap, ambil sampel dari ekstrak sebanyak 25 ml pada
tabung pikno yang sebelumnya telah ditimbang berat kosongnya.
8. Timbang tabung pikno ditambah 25 ml sampel dan catat beratnya. Setelah itu
oven kaca arloji dan sampel hingga berat konstan dan hitung selisih beratnya
(lakukan untuk setiap siklus).
9. Catat laju dari kukus dan temperatur kondensat (satu kali data cukup)
10. Lakukan pemanasan lagi untuk medistilasi ethanol dari ekstrak + 1,5 jam
(tanpa umpan) (dilakukan oleh instruktur/pengajar).

IV. Diagram Alir

Mulai

Buka katup-katup air pendingin V1 dan V2 ke kondensor

0,5 kg serbuk Buka tutup wadah lalu masukkan kain saring dan umpan
daun teh

Atur sudut sifone antara 60o - 90o (optional)

Mengatur air dingin ke wadah umpan sampai ada air mengalir


melalui sifone ke labu utama

Ambil air tersebut melalui saluran pembuangan (drain) di


bawah wadah, lalu catat sebagai B

Tutup kembali wadah umpan

35 Liter Etanol Isi labu utama lalu tutup kembali labu utama
teknis

Buka kukus V3 sampai menunjukkan tekanan sebesar 1,5 bar

Setelah satu siklus, ambil sampel dari keluaran kondensat

Catat laju dari kukus dan temperatur kondensat

Lakukan hingga kondensat yang didapatkan terlihat jernih

Catat nilai densitas untuk masing-masing sampel. Lakukan


untuk hal yang sama untuk siklus selanjutnya

Selesai
V. Keselamatan Kerja
 Membaca dan memahami jobsheet dengan baik.
 Menggunakan wear pack, sepatu tertutup, dan helm.
 Mengalirkan air pendingin sebelum mengalirkan umpan atau pun steam.
 Mengalirkan umpan terlebih dahulu sebelum mengalirkan steam.
 Menutup aliran steam, lalu umpan, dan terakhir air pendingin saat akan
mematikan alat.
 Menggunakan sarung tangan tahan panas.
 Berhati-hati saat akan melakukan kontak dengan air kondensat steam.
 Mengetahui aliran steam dengan baik sehingga tidak sembarangan
menyentuh pipa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

 Berat padatan teh : 0,5 Kg


 Volume etanol : 30 L

Massa
Tekanan Suhu Suhu Konsentrasi Densitas Massa laju
Ekstrak
siklus Kukus ekstrak Kondensat Ekstrak Ekstrak Kondensat Kondensat
dalam 5 ml
(bar) (℃) (℃) (Kg/L) (g/L) (Kg) (Kg/min)
(Kg)
1 1,5 63 75 0,0432 8,64 0,8256 1,42 0,4347
2 1,5 66 85 0,0398 7,96 0,8216 5,54 0,4735
3 1,5 68 80 0,0374 7,48 0,816 3,88 0,4233
4 1,5 68 74 0,0334 6,68 0,8136 3,62 0,4406
5 1,5 68 74 0,0315 6,3 0,8092 5,58 0,4888
Tabel 1. Data hasil proses ekstraksi

Panas panas yang Panas yang


siklu Panas Efisiensi yield
sensibel dikonsumsi dilepas oleh
s Laten(Kj) (%) (%)
(kJ) (kJ) steam (kj)
1 3207,326 298,2 3505,5256 23,31 17650,7
2 12513,09 1396,08 13909,1672 21,48 25432,77
3 8763,678 896,28 9659,9584 20,18 44,47 16489,0089
4 8176,422 744,996 8921,4176 18,02 20171,08
5 12603,43 1148,364 13751,7984 17 22720,02

Tabel 2. Hasil pengolahan data proses leaching


Massa Ekstrak Setiap Siklus
0.05

massa ekstrak (Kg)


0.04

0.03

0.02

0.01

0
0 1 2 3 4 5 6
siklus

Grafik 1. Massa ekstrak setiap siklus

Densitas Ekstrak Setiap Siklus


0.83
0.825
densitas (g/L)

0.82
0.815
0.81
0.805
0 1 2 3 4 5 6
Siklus

Grafik 2. Densitas ekstrak setiap siklus

Efisiensi Leaching Setiap Siklus


25

20
efisiensi

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6
siklus

Grafik 3. Efisiensi leaching setiap siklus


4.2 Pembahasan

PEMBAHASAN
OLEH : Melinda Indah Kusuma (171411051)
Pada dasarnya leaching dilakukan untuk mengambil suatu zat atau senyawa yang
terkandung di dalam teh hijau dengan menggunakan pelarut (solvent). Secara umum proses
ekstraksi padat-cair pada teh dapat diasumsikan dalam tiga bagian. Pertama, perubahan fasa
dari zat/senyawa yang akan diambil (solute) ketika terlarut ke dalam air (pelarut). Kedua,
difusi dari suatu zat/senyawa melalui air dalam pori-pori padatan berupa serbuk teh keluar
dari partikel tersebut. Ketiga, perpindahan dari zat/senyawa yang akan diambil dari air dalam
kontak dengan partikel ke larutan keseluruhan.

Pada praktikum ini bahan yang diekstraksi adalah serbuk teh seberat 0.5 kg, dan
pelarut yang digunakan adalah etanol sebanyak 30 L. Serbuk teh dipilih karena ukuran
partikelnya yang kecil dapat memudahkan proses leaching, karena semakin kecil partikel
maka area terbesar antara padatan terhadap cairan memungkinkan terjadi kontak yang lebih
besar. Etanol lebih dipilih dibandingkan menggunakan air sebagai solven, dikarenakan jika
dengan air maka alat akan cepat terkorosi dan membentuk kerak, sehingga dapat menurunkan
effisiensi pada alat, dan juga etanol memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan air
sehingga lebih mudah untuk menguap.

Pemanasan pelarut dilakukan selama 5 kali siklus secara batch, secara teori ekstraksi
dihentikan apabila semua solute yang terkandung dalam the habis terekstraksi yang ditandai
dengan cairan yang tersirkulasi sudah tidak berwarna lagi atau warnanya berubah dari pekat
menjadi bening. Proses yang terjadi yaitu pertama solvent teruapkan oleh steam kemudian
terkondensasi dan mengalir kedalam tangki umpan. Kemudian solvent melarutkan daun teh
dalam tangki umpan (solute) dan ekstrak yang terbentuk ditampung hingga ketinggian
tertentu yang dapat dilihat pada sifon. Ekstrak yang terbentuk akan melewati sifon yang juga
menandakan 1 siklus. Pada alat ekstraksi, sifon pada alat diatur dengan kemiringan ±60o yang
berfungsi untuk memperluas bidang kontak.

Sampel diambil 5 mL untuk dioven dan diukur berapa beratnya. Dari hasil
penimbangan berat sampel dapat diketahui bahwa semakin lama siklus ekstraksi maka berat
sampel yang di dapat semakin berkurang. Hal ini dikarenakan semakin lama siklus ekstraksi
maka ekstrak yang di dapat semakin berkurang karena proses pemanasan oleh pelarut.
Dapat dilihat pada Tabel 1 (Data hasil proses ekstraksi), kita mengetahui bahwa nilai
densitas tiap siklus semakin lama mengalami penurunan namun tidak terlalu besar. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa semakin lama, densitas ekstrak akan
menurun mendekati densitas solvent (ethanol 96%), yang artinya solute dalam serbuk teh
semakin berkurang.
Pada Tabel 1 (Data hasil proses ekstraksi), kita juga mengetahui bahwa efisiensi
setiap siklus semakin menurun seiring dengan penambahan siklus dan waktu. Hal ini
disebabkan ekstrak dari teh sudah terambil oleh solvent sehingga dapat diketahui bahwa
konsentrasi teh didalam solvent semakin meningkat dan konsentrasi ektrak teh didalam rafinat
terus berkurang seiring dengan penambahan siklus dan perpanjangan waktu. Jika dilakukan
penambahan siklus dan perpanjang waktu kembali maka dapat di prediksi bahwa kandungan
katekin atau ekstrak yang ada didalam teh akan mendekati 2 yang bersesuaian dengan teori
(Litbang.2013). Maka dapat diketahui bahwa, semakin besar konsentrasi sampel ekstrak, massa
ekstrak akan semakin banyak sehingga efisiensi tahap menjadi semakin tinggi.
Yield yang dihasilkan dari seluruh siklus pada proses leaching ini adalah sebesar 44.47%.
hasil ini menjadi tidak maksimal dikarenakan pada saat percobaan, pelarut terkontaminasi oleh
kotoran-kotoran dan adanya lumut pada peralatan bagian dalam sehingga mengganggu kinerja
peralatan dan proses leaching.
Berdasarkan perhitungan, laju massa steam berbanding lurus dengan jumlah panas yang
dilepas steam. Semakin besar laju massa kondensat/steam, semakin besar pula jumlah panas yang
dilepas steam. Hal ini menunjukkan bahwa beban steam untuk menguapkan solvent semakin
banyak ketika jumlah solvent yang menguap banyak. Namun, jika dilihat pada Tabel 2 ( Hasil
pengolahan data proses leaching), panas yang dilepas oleh steam mengalami fluktuasi, hal ini
terjadi akibat naik turunnya aliran steam yang ditunjukkan dengan massa steam tiap siklusnya.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang diperoleh, karena menurut teori, semakin lama proses
leaching, maka laju kukus yang diperoleh semakin besar serta kalor yang dilepaskan pun akan
semakin banyak.

PEMBAHASAN

OLEH : Miranti Nur Arafah (171411052)

Pada praktikum ini bahan yang akan di ekstraksi adalah teh sebanyak 0,5 Kg. Teh
yang memiliki ukuran kecil dipilih dikarenakan karena akan memudahkan proses ekstraksi.
Sesuai dengan teori bahwa semakin kecil ukuran partikel maka area terbesar antara padatan
terhadap cairan memungkinkan terjadi kontak secara tepat (Kurniawan, 2015). Pelarut yang
digunakan adalah etanol dimana secara teori pelarut yang digunakan harus memenuhi kriteria
bahwa daya larut terhadap solute cukup besar, dapat diregenerasi, dapat memuat solute
dalam jumlah yang besar, sama sekali tidak melarutkan diluen atau hanya sedikit melarutkan
diluen dan antara solven dan diluen harus memiliki perbedaan densitas yang besar (perry,
1997 dalam Julistian, 2014). Penggunaan etanol dilakukan karena pelarut ini bersifat mudah
menguap dengan titik didih yang rendah dan merupakan pelarut yang baik, etanol juga tidak
mudah terbakar sehingga bila bereaksi dengan udara tidak akan menimbulkan ledakan.

Sistem operasi yang digunakan adalah operasi batch dengan tekanan steam dijaga
pada setiap siklus 1,5 bar. Pelarut ethanol di dalam labu utama dipanaskan, hingga diperoleh
uap ethanol. Uap ini akan melewati packing, dimana di dalam packing ini uap ethanol yang
memiliki titik didih yang lebih rendah akan lolos dan masuk ke dalam tangki umpan,
sedangkan air yang terkandung dalam ethanol akan masuk kedalam tangki utama karena
memiliki titik didih yang lebih tinggi. Air dan ethanol kemudian akan kembali ke labu utama
bila telah melewati 1 siklus. Sirkulasi pada proses ini yaitu dimulai dari umpan, minyaknya
mulai menetes lalu melewati sifon 60o - 90o kemudian menuju labu utama yang berisi etanol.
Pada alat leaching terdapat sifon yang berfungsi untuk memperluas bidang kontak.
Dinyatakan telah melewati satu siklus jika telah melewati sifon. Pemanasan pelarut organik
dilakukan selama 5 kali siklus atau sampai pelarut tidak berwarna lagi yang berarti bahwa
pelarut sudah tidak membawa komponen yang ingin diisolasi dan juga secara teori ekstraksi
dihentikan apabila cairan yang tersirkulasi sudah tidak berwarna lagi (putry, 2016).

Pada grafik 1 dan grafik 2 memperlihatkan massa ekstrak dan densitas ekstrak yang
semakin menurun setiap siklusnya. Hal ini dikarenakan semakin lama siklus ekstraksi maka
ekstrak yang di dapat semakin berkurang karena proses pemanasan oleh pelarut. Pada grafik
3 diperlihatkan nilai efisiensi leaching pada setiap siklus yang semakin bertambahnya siklus
nilai efisiensinya semakin menurun hal ini dikarenakan konsentrasi ekstrak yang semakin
berkurang karena pemanasan dan pelarutan oleh ethanol. dari perhitungan efisiensi diperoleh
efisiensi yang optimum pada siklus 1, hal ini dikarenakan siklus 1 masih merupakan
campuran murni sehingga efisiensi yang didapatkan cukup besar. Dari perhitungan efisiensi
dapat disimpulkan bahwa ekstraksi tersebut lebih baik dilakukan sampai siklus ke 3 karena
siklus 4 dan siklus 5 memiliki efisiensi yang sangat kecil.
Pada grafik 4 diperlihatkan kalor yang dikonsumsi setiap siklus, dari grafik tersebut
diketahui bahwa kalor yang dikonsumsi setiap siklus nilai nya berfluktuasi namun cenderung
naik, hal ini bisa disebabkan karena laju alir steam yang berubah ubah dan suhu steam yang
berubah ubah. Menurut teori semakin lama proses ekstraksi berjalan maka kalor yang
dikonsumsi semakin besar. Yield yang diperoleh dari hasil praktikum leaching ini sebesar
44,47%.

PEMBAHASAN

OLEH: M. Nur Missuari (171411054)

Praktikum ekstraksi padat-cair telah dilakukan dengan bahan serbuk teh sebagai
padatan dan etanol sebagai pelarut. Prinsip dari ekstraksi padat-cair ini adalah zat padat
mengalami kontak dengan pelarut sehingga senyawa dalam zat padat akan berpindah ke
dalam pelarut. Pada umumnya, zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau sedikit larut
dalam suatu perlarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain (Harbone, 1987). Digunakannya
etanol sebagai pelarut karena sifat etanol yang mudah menguap sehingga mempermudah
untuk memekatkan suatu larutan dan mampu melarutkan solute yang ada pada bahan.
Ekstraksi dilakukan pada tekanan steam 1,5 bar dengan etanol 30 L dan serbuk daun teh 0,5
kg.

Serbuk teh yang digunakan memiliki ukuran partikel yang kecil. Hal ini merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi. Menurut Zulmanwardi (2007), semakin
kecil ukuran partikel maka permukaan padatan dengan cairan memungkin terjadi proses
kontak secara tepat. Pada alat ekstraksi, sifon pada alat diatur dengan kemiringan ±60o. Satu
siklus dinyatakan apabila cairan yang telah mengalami proses kontak telah melewati sifon.
Praktikum ini dilakukan dengan 5 siklus.

Dari data yang diperoleh pada praktikum, terjadi penurunan densitas dari siklus 1
hingga siklus 5. Pada siklus 1 nilai densitasnya adalah 0,8256 g/L dan mengalami penurunan
sampai siklus 5 dengan nilai densitas 0,8092 g/L. Hal ini disebabkan ekstrak teh berkurang
saat proses kontak dengan solvent selama beberapa siklus. Sehingga ekstrak teh terkandung
dalam solvent. Dari segi visual, seiring dengan bertambahnya siklus kekeruhannya semakin
berkurang dari yang awal berwarna coklat kehijauan pekat. Karena kandungan padatan
terlarut dari teh hampir mencapai titik jenuh. Efisiensi proses juga mengalami penurunan
hingga ke siklus 5 karena ekstrak dari teh sudah tercampur dalam solvent sehingga
konsentrasi teh dalam solvent mengalami peningkatan dan konsentrasi teh dalam rafinat
berkurang sejalan dengan bertambahnya siklus dan waktu. Efisiensi dari siklus 1 hingga
siklus 5 berturut-turut yaitu 23,31%; 21,48%; 20,18%; 18,02%; 17%. Yield yang diperoleh
dalam praktikum ini yaitu 44,472%.

Dari data perhitungan, panas yang dikonsumsi tiap siklus mengalami naik turun. Hal
ini disebabkan aliran steam yang disuplai mengalami naik turun. Selain itu, kotoran pada
pemanas steam menghambat distribusi panas pada cairan yang dilewati. Besarnya massa
steam akan meningkatkan nilai kalor yang terpakai. total panas yang dikonsumsi selama 5
siklus sebesar 49,75 kJ dan total panas yang dilepaskan steam sebesar 102,46 kJ.

PEMBAHASAN
OLEH: Awaludin Fitroh Rifa’i
Leaching
Praktikum ekstraksi padat-cair (Leaching) yang telah dilakukan dengan bahan serbuk
teh sebagai padatan dan etanol sebagai pelarut. Umumnya mekanisme proses ekstraksi dibagi
menjadi 3 bagian : Perubahan fase konstituen (solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya
dari bentuk padat menjadi liquid. Diffusi melalui pelarut di dalam pori-pori untuk selanjutnya
dikeluarkan dari partikel. Akhirnya perpindahan solute (konstituen) ini dari sekitar partikel ke
dalam lapisan keseluruhannya (bulk). Ekstraksi dilakukan pada tekanan steam 1,5 bar dengan
etanol 30 L dan daun teh 0,5 kg.
Saat praktikum menggunakan daun teh dipotong kecil sehingga ukuran partikel yang
lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel dengan liquid,akibatnya
akan memperbesar heat transfer material,disamping itu juga akan memperkecil jarak diffusi
dan ekstraksi dapat berlangsung dengan baik dan cepat. Lalu proses ekstraksi dilakukan
dengan 5 siklus dan diperoleh efisiensi tiap tahapnya, siklus 1 sebesar 23,31%, siklus 2
sebesar 21,48%, siklus 3 sebesar 20,18%, siklus 4 sebesar 18,20%, siklus 5 sebesar 17%,
berdasarkan data tersebut, efisiensi proses mengalami penurunan dari siklus 1 hingga ke
siklus 5 hal ini dikarenakan solute yang lebih dekat dengan permukaan akan lebih dulu
terlarut meninggalkan sisa padatan yang lebih berpori Pelarut selanjutnya akan menembus
lapisan terluar sebelum mencapai solute berikutnya, dan selanjutnya proses akan meningkat
tingkat kesulitan ekstraksinya karena kandungan solute dari sebelumnya atau laju
pelarutan/ekstraksi/peluruhan akan menurun sehingga efisiensi tiap siklus menurun
(James,1996). Sedangkan yield hasil ekstraksi diperoleh sebesar 44,47%.
Dari data perhitungan, panas yang dikonsumsi tiap siklus Kalor yang terpakai dari
kukus (steam) oleh pemanasan pelarut untuk tiap siklusnya, untuk siklus 1 sebesar 3505,5256
KJ, siklus 2 sebesar 13909,1672 KJ, siklus 3 sebesar 9659,9584 KJ, siklus 4 sebesar
8921,4176 KJ, siklus 5 sebesar 13751,7984 KJ. Hasil yang diperoleh naik turun dan tidak
konstan sebab kurang menjaga aliran steam yang masuk sehingga terkadang terlalu besar.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan:
1. Mekanisme proses ekstraksi dibagi menjadi 3 bagian : Perubahan fase konstituen
(solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari bentuk padat menjadi liquid.
Diffusi melalui pelarut di dalam pori-pori untuk selanjutnya dikeluarkan dari partikel.
Akhirnya perpindahan solute (konstituen) ini dari sekitar partikel ke dalam lapisan
keseluruhannya (bulk).
2. Diperoleh efisiensi tiap tahapnya, siklus 1 sebesar 23,31%, siklus 2 sebesar 21,48%,
siklus 3 sebesar 20,18%, siklus 4 sebesar 18,20%, siklus 5 sebesar 17%, sedangkan
yield hasil ekstraksi sebesar 44,47%
3. Kalor yang terpakai dari kukus (steam) oleh pemanasan pelarut untuk tiap siklusnya,
untuk siklus 1 sebesar 3505,5256 KJ, siklus 2 sebesar 13909,1672 KJ, siklus 3 sebesar
9659,9584 KJ, siklus 4 sebesar 8921,4176 KJ, siklus 5 sebesar 13751,7984 KJ.
DAFTAR PUSTAKA

Budhikarjono, Kusno, 1996, “ Diktat Kuliah Alat Industri Kimia”, edisi pertama, pp. 99-101,
Institut Sepuluh Nopember, Surabaya.
Departemen Tenik Kimia ITB. 2012. “Modul Ekstraksi Padat Cair”. Panduan Pelaksanaan
Laboratorium Instruksional I/I. http://akademik.3h3.itb.ac.id [diakses pada 29
September 2019]
Geankoplis, CJ. 2003. “Transport Processes and Separation Process Principles (includes unit
operation), 4th ed, pp 776-777, 802-806, Prentice Hall, New Jersey
McCabe Smith & Harriot 1986, Unit Operations of Chemical Engineering 4th Ed. McGraw
Hill.
Robert H Perry "Chemical Engineering Handbook" Mc Grow-hill Fourth Edition, USA 1998.
Tim dosen. Jobsheet Praktikum Pilot Plant. 2010. ”Leaching”. Bandung : Jurusan Teknik
Kimia Polteknik Negeri Bandung.
Zulmanwardi. 2007. “Petunjuk Praktikum Laboratorium Satuan Operasi II”. Jurusan Teknik
Kimia. Politeknik Ujung Pandang : Makasar
LAMPIRAN

1. Perhitungan Panas yang Dikonsumsi Tiap Siklus


Panas laten air = 2258,68 kj/kg
T referen = 25 ºC

 Siklus 1
Panas Laten
Q = 𝑚 ×𝐿
= 1,42 × 2258,7
= 3207,3256 Kj
Panas Sensibel
Q = m x Cp x ∆𝑇
= 1,42 Kg x 4200 J/Kg K x (75- 25)
= 298,2
Panas yang dikonsumsi
Q = 3207,3256 kj + 298,2 kj
= 3505,5256 kj
 Siklus 2
Panas Laten
Q =mxL
= 5,54 x 2258,7
= 12513,0872 kj
Panas Sensibel
Q = m x Cp x ∆𝑇
= 5,54 Kg x 4200 J/Kg K x (85- 25)
= 1396,08 kj
Panas yang dikonsumsi
Q = 12513,0872 kj + 1396,08 kj
= 13909,1672 kj
 Siklus 3
Panas Laten
Q =mxL
= 3,88 x 2258,7
= 8763,6784 kj
Panas Sensibel
Q = m x Cp x ∆𝑇
= 3,88 Kg x 4200 J/Kg K x (80- 25)
= 896,28
Panas yang dikonsumsi
Q = 8763,6784 KJ + 896,28 KJ
= 9659,9584 kj
 Siklus 4
Panas Laten
Q =mxL
= 3,62 x 2258,7
= 8176,4216 kj
Panas Sensibel
Q = m x Cp x ∆𝑇
= 3,62 Kg x 4200 J/Kg K x (74- 25)
= 744,996
Panas yang dikonsumsi
Q = 8176,4216 KJ + 744,996 KJ
= 8921,4176 kj
 Siklus 5
Panas Laten
Q =mxL
= 5,58 x 2258,7
= 12603,4344 kj
Panas Sensibel
Q = m x Cp x ∆𝑇
= 5,58 Kg x 4200 J/Kg K x (74- 25)
= 1148,364 kj
Panas yang dikonsumsi
Q = 12603,4344 KJ + 1148,364 KJ
= 13751,7984 kj
2. Jumlah Tahap yang diperlukan adalah 5
3. Kalor yang dilepas oleh steam
 Siklus 1
T= 75 ºC
P = 1,5 bar
Mkks = 0,4347 kg/min
Hg= 2693,4 kj/kg
Hf = 313,72 kj/kg (hasil interpolasi)
Hfg= 2321,638 kj/kg
Waktu 1 siklus : 14,33 min

Q = Mkks. hg – Mkks.hf + Mkks.hfg


= (0,4347 . 14,33 . 2693,4) – (0,4347 . 313,72) + (0,4347. 2321,638)
= 17650,7 Kj
 Siklus 2
T= 85 ºC
P = 1,5 bar
Mkks = 0,4735
Hg= 2693,4 kj/kg
Hf = 355,9 kj/kg (hasil interpolasi)
Hfg= 2651,2 kj/kg (hasil interpolasi)
Waktu 1 siklus : 19,09 min

Q = Mkks. hg – Mkks.hf + Mkks.hfg


= (0,4735 x 19,09 x 2693,4) – (0,4735 x 355,9 ) + (0,4735 x 2651,2)
= 25432,77 Kj
 Siklus 3
T= 80 ºC
P = 1,5 bar
Mkks = 0,4233 kg/min
Hg= 2693,4 kj/kg
Hf = 334,9 kj/kg
Hfg= 2308 kj/kg
Waktu 1 siklus : 13,73 min
Q = Mkks. hg – Mkks.hf + Mkks.hfg
= (0,4233 x 13,73 x 2693,4) – (0,4233 x 334,9) + (0,4233 x 2308)
= 16489,0089 Kj
 Siklus 4
T= 74 ºC
P = 1,5 bar
Mkks = 0,4406 kg/min
Hg= 2693,4 kj/kg
Hf = 309,8 kj/kg
Hfg= 2323 kj/kg
Waktu 1 siklus : 16,25min

Q = Mkks. hg – Mkks.hf + Mkks.hfg


= (0,4406 x 16,25 x 2693,4) – (0,4406 x 309,8 ) + (0,4406 x 2323)
= 20171,08 Kj
 Siklus 5
T= 74 ºC
P = 1,5 bar
Mkks = 0,4888 kg/min
Hg= 2693,4 kj/kg
Hf = 309,8 kj/kg
Hfg= 2323 kj/kg
Waktu 1 siklus : 16,51min

Q = Mkks. hg – Mkks.hf + Mkks.hfg


= (0,4888 x 16,51 x 2693,4) – (0,4888 x 309,8 ) + (0,4888 x 2323)
= 22720,02 K
4. Efisiensi Tiap Siklus

Konsentrasi Ekstrak
siklus
(Kg/L)

1 8,64
2 7,96
3 7,48
4 6,68
5 6,3
total 37,06
Tabel 3. Konsentrasi ekstrak tiap siklus

konsentrasi teh tiap siklus


𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑖 = 𝑥 100 %
konsentrasi teh total

 Siklus 1
8,64
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑖 = 37,06 𝑥 100% = 23,31 %

 Siklus 2
7,96
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑖 = 37,06 𝑥 100% = 21,48 %

 Siklus 3
7,48
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑖 = 37,06 𝑥 100% = 20,18 %

 Siklus 4
6,68
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑖 = 37,06 𝑥 100% = 18,02 %

 Siklus 5
6,3
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑖 = 37,06 𝑥 100% = 17 %

5. Perhitungan yield
Volume pelarut dalam tangki : 30 L
Massa ekstrak total dalam 5 ml : 0,1853 kg
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 5 𝑚𝑙
𝑛 × 5 𝑚𝑙
30
= × 0,1853 = 0,22236 𝑘𝑔
5 ×5
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛

0,22236 𝑘𝑔
= × 100 % = 44,472 %
0,5 𝑘𝑔

Anda mungkin juga menyukai