Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan.


1. Mahasiswa dapat memisahkan campuran biner etanol-air dengan metode destilasi
packing
2. Mahasiswa dapat menghitung neraca massa pada destilasi packing proses batch.
3. Mahasiswa dapat menentukan komposisi campuran hasil destilasi etanol-air.

1.2. Dasar Teori


1.2.1 Destilasi
Destilasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana campuran dua atau lebih
zat liquid atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni, dengan
pengaplikasian dari perpindahan massa dan panas. Pemisahan campuran liquid dengan
destilasi bergantung pada perbedaan volatilitas antar komponen-komponen yang
memiliki relative volatility yang lebih besar akan mudah pemisahaannya, uap akan
mengalir menuju puncak kolom, sedangkan liquid menuju kebawah dan secara
berlawanan arah. Uap dan liquid akan terpisah pada plate atau packing, sebagian
kondensat dari kondensor dikembalikan pada reboiler dan dikembalikan sebagian uap.
Pemisahan komponen-komponen dari campuran liquid melalui destilasi
tergantung pada perbedaan titik didih masing-masing komponen, juga tergantung pada
konsentrasi komponen yang ada campuran liquid akan memiliki karakteristik titik didih
yang berbeda, oleh karena itu, proses destilasi tergantung pada tekanan uap campuran
liquid.

1.2.2 Destilasi Packing

Sebuah proses destilasi yang kolom destilasinya ditambah atau dilengkapi


packing untuk memperluas bidang kontak dan membuat turbulensi aliran sehingga
kontak lebih sempurna. Prinsip kerjanya yaitu dengan mengontakkan fase gas naik ke
kolom destilasi dan fase cair turun kebawah kolom destilasi.
Keuntungan dari dipilihnya packed tower, ialah :

a. Untuk liquid korosif, karena alat lebih murah.


b. Membutuhkan tahanan liquid yang lebih rendah karena densitasnya besar
c. Memberikan pressure dop pertahap kesetimbangan yang rendah
d. Untuk diameter kolom yang kecil

1.2.3 Packing

Packing umumnya dibagi menjadi tiga kelas

a. Random atau dumped packing, merupakan packing yang terdiri sendiri yang
memiliki bentuk spesifik yang disusun secara acak pada sebuah kolom
b. Struktur atau schematically packing, merupakan packing yang terbentuk dari
lapisan-lapisan dari kabel atau lembaran metal yang dilipat dengan pola tertentu.
c. Grid packing jenis ini juga disusun secara schematically pola seperti berlian pada
bagian yang kosong diantara keduanya.

Adapun syarat packing yang baik, sebagai berikut:


a. density kecil (Tidak terlalu membebani kolom)
b. Luas yang terbebani besar
c. Volume rongga besar ( mengurangi pressre drop)
d. Tahap pembahasan baik
e. Tahan korosi
f. Memiliki struktur yang kuat untuk menahan bahan tumbukan
g. Murah

Penggunaan packing adalah material yang berguna untuk memperluas


permukaan didalam kolom. Cairan akan lebih mudah menguap apabila bersentuhan
dengan suatu permukaan yang bersuhu berbeda. Demikian juga uap akan lebih mudah
terkondensasi apabila bersentuhan dengan permukaan yang berbeda suhu. Karena itu
sebagian besar ruang didalam kolom harus diisi dengan material yang bisa menyediakan
permukaan yang lebih banyak untuk bersentuhan dengan uap.
Packing yang digunakaan pada percobaan ini yaitu rasching ring, Rasching ring
termasuk dalam random atau dumped packing. Rasching ring adalah potongan-
potongan tabung sama panjang dan diameternya yang digunakan dalam jumlah besar
sebagai packed bed dalam kolom destilasi. Rasching ring biasanya terbuat dari keramik
atau logam dan memberikan area permukaan besar dan volume kolom untuk interaksi
antara cair dan gas atau uap.
 Kelebihan dari rasching ring :
1. Harganya lebih murah
2. Luas permukaan efektif dengan penurunan tekanan tinggi
3. Tidak terlalu berat
4. Sensivitas lebih rendah terhadap kualitas distribusi cair dan uap
5. Dapat digunakan untuk bahan yang tidak tahan suhu tinggi
 Kelemahan dari rasching ring
1. Efisiensinya lebih rendah
2. Kontaknya berlangsung secara cepat

1.2.4 Destilasi packing dengan sistem batch


Dalam operasi destilasi packing, sejumlah massa larutan dimasukkan kedalam
labu didih, kemudian dipanaskan. Dengan pemanasan tersebut, komponen dapat
menguap, terkondensasi , dan dipisahkan secara bertahap bersadarkan tekanan uap/titik
didihnya. Perbedaan titik didih akan menyebabkan fasa uap yang ada dalam
kesetimbangan dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup
signifikan. Fasa uap mengandung lebih banyak komponen yang memiliki titik didih
rendah, sedangkan fase cair lebih banyak mengandung komponen yang memiliki titik
didih tinggi. Selama proses berjalan fasa uap yang terbentuk akan secara kontinyu
meninggalkan labu didih melalui packing (kolom isian rasching rings) untuk kemudian
diembunkan.
Untuk meningkatkan efisensi pemisahan, destilasi dapat dioperasikan dalam
sistem batch. Sistem batch adalah destilasi yang dilakukan satu kali proses yakni bahan
dimasukkan dalam peralatan, diproses kemudian diambil hasilnya.
1.2.5 Perumusan Neraca Massa pada Destilasi Batch
Pada destilasi batch, penambahan produk destilat (D) sama dengan
pengurangan cairan dalam bottom (B) dan dapat digunakan dalam persamaan :

Destilat (D)

Umpan (F)

Bottom (B)

Persamaan neraca massa umumnya :


Jumlah massa masuk – jumlah massa keluar = acc
Ri- Ro = Acc
Pada gambar diatas dapat disusun neraca massanya sebagai berikut :
F = B + D ………………….. (1)
Neraca massa komponen
F . Xf = B . Xb + D . Xd …………………….(2)
Jadi hasil destilat :
Dengan mensubtitusi pers 1 ke pers 2
( B + D) Xf = B . Xb + D . Xd
D(Xd – Xf) = B (Xf – Xb)
B (Xf – Xb)
D= ( Xd−Xf)

Dimana :
F = Feed (umpan), g
B = bottom (g)
D = Destilat (g)
Xf = Fraksi mol feed
Xd = Fraksi mol destilat
Xb = Fraksi mol bottom
1.2.6 Pengukuran kadar etanol menggunakan metode kurva kalibrasi

Pengukuran kadar etanol menggunakan metode ini dilakukan secara tidak


langsung yaitu melalui penimbangan berat larutan etanol dalam piknometer
menggunakan timbangan analitik. Pengukuran berat dilakukan pada suhu kamar, yaitu
kurang lebih 26oC. sebelum dilakukan pengukuran berat jenis larutan etanol, terleih
dahulu diukur berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi etanol yang telah
divariasikan konsentrasinya.
Pengukuran berat jenis yang pertama kali dilakukan adalah pengukuran berat
jenis larutan standar etanol yang akan digunakan untuk membuat kurva standar
etanol. Larutan standar etanol yang dibuat adalah 20% , 40% , 60% , 80% , 96 %.
Pemilihan kadar larutan standar ini didasarkan pada kemungkinan rentang kebaradaan
kadar etanol dalam larutan sampel.
Data kadar larutan standar etanol dan berat jenisnya dari hasil perhitungan
dibuat dalam bentuk kurva standar etanol, disajikan pada gambar dibawah ini :

Kurva Standar
( Konsentrasi vs berat jenis)
1
0,8
berat jenis

0,6
0,4
0,2
0
20 40 60 80 96

Gambar 1. Kurva larutan standar konsentrasi etanol dengan berat jenis

Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa kurva konsentrasi vs berat jenis


etanol membentuk kurva garis lurus dengan persamaan y = - 0,0026x + 1.017
dengan koefisien korelasi peatson (r) sebesar 0.9539 , harga r ini menunjukkan
bahwa antara konsentrasi dengan berat jenis terdapat korelasi negatif (Hason,2001).
Artinya semakin besar kadar etanol dalam larutan maka berat jenis larutan akan
semakin kecil, demikian sebaliknya. Hal ini karena berat jenis etanol lebih kecil
daripada berat jenis aquades sehingga semakin besar kadar etanol didalam larutan
maka berat jenis larutan akan semakin kecil.
BAB II
METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN


1. Alat
- Pipet ukur 10 ml - Bulp
- Labu ukur 500 ml - Corong
- Gelas kimia 250 ml - Botol semprot
- Piknometer 10 ml - Labu leher tiga
2. Bahan
- Etanol 20% , 40% , 60% , 80% , 96%
- Aquades
2.2 PROSEDUR KERJA

1. Menyiapkan campuran biner (etanol-air) dengan konsentrasi etanol 50% sebanyak 500
ml.
2. Menjalankan air pendingin pada kondensor
3. Lakukan destilasi pada titik didih etanol
4. Sementara menunggu proses destilasi buatlah campuran metanol-air 20% , 40% , 60% ,
80% , 96% dan tentukan berat jenisnya
5. Buatlah grafik antara % konsentrasi campuran (sumbu datar) dengan berat jenis (sumbu
tegak)
6. Mengambil hasil destilat ketika sudah tidak menetes lagi kemudian diukur berat
jenisnya
7. Setelah selesai destilasi ambil bottom dan ukur berat jenisnya
8. Tentukan komposisi produk dan bottom dengan memplotkan pada grafik kurva standar
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


3.1.1 tabel berat jenis campuran biner ( etanol – air)
No Etanol (%) Densitas (g/ml) M.pikno+isi (g) M.pikno kosong(g)
1 20 0,88905 23,4135
2 40 0,86258 23,1488
3 60 0,82350 22,7580 14, 5230 g
4 80 0,78314 22,3540
5 96 0,72729 21,8377

3.1.2 tabel berat jenis feed, destilat, dan bottom


No Nama Densitas (g/ml) Volume (ml) Massa (g)
1 Feed 0,8420 500 421
2 Destilat 0,7407 232 167,20
3 Bottom 0,9289 268 251,62

3.1.3 tabel berat jenis feed, destilat, dan bottom berdasarkan grafik (etanol)
No Nama Kosentrasi (%) Densitas(g/ml)
1 Feed 50 0,8420
2 Destilat 93 0,74077
3 Bottom 0 0,92891

3.1.4 tabel konsentrasi dan fraksi massa dari feed, destilat dan bottom
No Nama Etanol Air
Kosentrasi(%) Fraksi massa Konsentrasi(%) Fraksi massa
1 Feed 50 0,5 50 0,5
2 Destilat 95,8128 0,96 4,1818 0,04
3 Bottom 5,5828 0,05 94,4172 0,94
3.2 Pembahasan
Pada praktikum destilasi packing ini bertujuan untuk memisahkan campuran biner
etanol- air, menghitung neraca massa dan menentukan komposisi campuran hasil destilasi.
Campuran etanol dan air sebanyak 500 ml dengan konsentrasi 50% etanol dipisahkan dengan
menggunakan destilasi packing serta bahan isian berupa rasching ring yaitu polimer
menyerupai kaca dengan bentuk pipa 0.5 cm dan panjang 1 cm. Pada percobaan ini bahan isian
diisi secara penuh kedalam kolom destilasi. Pada sistem destilasi ini kolom dilengkapi dengan
pemanas listrik yang bertujuan agar suhu bawah pada kolom destilasi terjaga pada skala 78oC
sehingga fasa uap etanol dari bottom dapat naik melewati kolom dan menuju ke kondensor.

Pada percobaan ini kondensasi pertama kali terjadi pada menit ke 34 dengan suhu top
28,09oC dan uhu bottom 32,08oC . Menurut teori, etanol akan menguap pada kisaran suhu
udara yang ada diudara akan diserap oleh campuran( terutama etanol) yang berada di
permukaan. Akibatnya etanol yang ada di permukaan akan mengalami pertambahan energi.
Energi tambahan ini membuat molekul etanol dipermukaan tersebut bergerak semakin cepat
karena gerakan semakin cepat, molekul etanol dipermukaan lama-kelamaan dapat melepaskan
diri dari tarikan molekul campuran yang ada dibawahnya. Ketika hal ini terjadi, molekul etanol
tersebut akan lepas dan menjadi uap kemudian menuju ke kolom destilasi.

Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh etanol hasil destilasi sebagai destilasi
sebesar 232 ml, dan untuk bottom sebesar 268 ml dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
volume destilat dan bottom sama dengan volume feednya yaitu 500 ml (balance). Ketepatan
tersebut karena pada saat proses destilasi tidak terjadi kebocoran pada sambungan antara wadah
penampung campuran dengan kolom destilasi dan pada penutup lubang pada penampung
campuran.

Perhitungan neraca massa yang diperoleh menunjukkan hasil destilasi tidak balance. Ini
terlihat dari massa total umpan (F) sebesar 421 gr. Sedangkan massa total komponen (B+D)
sebesar 418,82 gr, terpaut selisih 2,18 gr. Hal tersebut karena untuk memperoleh masa ketiga
komponen tersebut memerlukan data densitas masing-masing komponen. dalam proses
pengukuran densitas hasil yang diperoleh tidak akurat hal ini dikarenkan beberapa factor, pada
saat pengukuran densitas cairannya belum dalam keadaan dingin. Selain itu kemungkinan besar
karena pada saat proses destilasi, campuran air-etanol dalam keadaan azertrop, yaitu kondisi
dimana campuran dari dua atau lebih cairan memiliki komposisi yang tetap atau tidak bisa
dipisahkan lagi dengan cara destilasi sederhana ( dalam hal ini destilasi packing).
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Dari kurva larutan standar diperoleh konsentrasi :


 Destilat sebesar 93%
 Bottom sebesar 0%
Dari praktikum diperoleh berat jenis :
 Destilat sebesar 0.74077 g/ml
 Bottom sebesar 0.92891g/ml
2. Perumusan Neraca Massa
 Nerca Massa Total
Input = Output

F= B+D

453,95 gr = 357,7266 gr + 45,0052 gr

453,95 gr = 402,7318 gr

 Neraca Massa Komponen


1. Etanol
F. Xetanol = D.Xetanol + B.Xetanol
453,95 gr x 0,45 = 45,0052 gr x 0,855 + 357,7266 gr x 0,55
204,2775 gr = 235,2291 gr
2. Air
F. XH20 = D. XH20 + B. XH20
453,95 gr x 0,55 = 45,0052 gr x 0,145 + 357,7266 gr x 0,45
249,6725 gr = 167,5027 gr
3. Komposisi Campuran Hasil Destilasi Etanol-Air
 Feed :
1. Etanol = 50%
2. Air = 50%
 Destilat :
1. Etanol = 95,8128%
2. Air = 4,18180%
 Bottom :
1. Etanol = 5,5828%
2. Air = 94,4172%
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.https://www.scribd.com/document/94796703/Rashcing-Ring. ( Diakses pada tanggal


18 Mei 2018)

Anonim.https://www.academia.edu/28544658/JENISJENIS_PACKING_DI_STRIPPER_COL
UMN. ( Diakses pada tanggal 18 Mei 2018)

Anonim.//www.scribd.com/document/249631694/BAB-I-Destilasi-Packing. (Diakses pada


tanggal 5 Februari 2018)
Anonim. https://www.slideshare.net/RestuFrodo/kurva-standar-dan-larutan-standar. (Diakses
pada tanggal 5 Februari 2018)
Cabe W.L, Mc. and Smith, J.C. 1956.Unit Operation of Chemical Engineering ,Mc.Graw Hill
Ltd. New York
Tim Penyusun. 2018. “Mekanika Fluida dan Perpindahan Panas”. Samarinda: Politeknik
Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia
LAMPIRAN
Perhitungan

Etanol = 85,5%
Destilat (D) Air = 14,5%

Feed

Etanol = 45%

Air = 55%
Bottom (B)
Etanol = 55%
Air = 45%
1. Etanol dan air

F = Volume x BJ 45%

= 500 ml x 0.9079 gr/ml

= 453.95 gr

D = 59 ml x 0,7628 gr/ml

= 45,0052 gr

B = 406 ml x 0,8811 gr/ml

= 357,7266 gr

2. Neraca massa total

Input = Output

F= B+D

453,95 gr = 357,7266 gr + 45,0052 gr

453,95 gr = 402,7318 gr
3. Neraca massa komponen

1. Etanol

F. Xetanol = D.Xetanol + B.Xetanol

453,95 gr x 0,45 = 45,0052 gr x 0,855 + 357,7266 gr x 0,55

204,2775 gr = 235,2291 gr

2. Air

F. XH20 = D. XH20 + B. XH20

453,95 gr x 0,55 = 45,0052 gr x 0,145 + 357,7266 gr x 0,45

249,6725 gr = 167,5027 gr

Anda mungkin juga menyukai