Landasan Teori
Kristalisasi merupakan sebuah peristiwa pembentukan partikelpartikel zat padat didalam suatu fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi
sebagai
pembentukan
partikel
padat
dalam
uap,
seperti
dalam
Baik
nukleasi
maupun
pertumbuhan
tidak
dapat
berlangsung didalam larutan jenuh atau tak jenuh. Inti Kristal dapat
terbentuk dari berbagai jenis partikel, molekul, atom atau ion. Karena
adanya gerakan dari partikel-partikel tersebut, beberapa partikel mungkin
membentuk suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup banyak
membentuk embrio pada kondisi leat jenuh yang tinggi embrio tersebut
membentuk inti Kristal (Pinalia, 2011).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan
yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga
parameter
berikut
yaitu
distribusi
ukuran
kristal
(Crystal
Size
tidak
terbentuk
endapan. Pemurnian
ini
diharapkan dapat
garam
tidak
mudah
mencair.
Pada
tahap
kristalisasi
ada pada garam dapur sesuai hasil analisis zat-zat pengotor garam dapur
yang telah dilakukan sebelumnya. Pengotor ion Fe3+ akan membentuk
senyawa Fe(OH)3 sedangkan pengotor dari Mg2+ dan Ca2+ akan
membentuk senyawa MgCO3 dan CaCO3. Semua senyawa yang terbentuk
tersebut
akan
mengendap
sehingga
dapat
dipisahkan
dengan
kristalisasi,
pelarut
mempengaruhi
kecepatan
nukleasi
dan
yaitu
meningkatkan
dilakukan
merambatkan
laju
pada
berkonduksi
perpindahan
penelitian
melalui
panas
panas.
adalah
lapisan
melalui
beku
lapisan
Pemanasan
dengan
bahan
harapan
yang
beku
untuk
terbalik
yang
panas
akan
mempunyai
nilai
multi
pelarut.
Sedangkan
berdasarkan
tekniknya,
metode
rekristalisasi
dengan
nukleasi
spontan
dan
rekristalisasi
peristiwa
rekristalisasi
berhubungan
dengan
reaksi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Kgs., 2010, Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah Pada Pembuatan Konsentrat Vitamin
E Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit : Kajian Jenis Pelarut, Jurnal Teknologi
Pertanian Vol. 11 No. 1.
Pinalia, A., 2011, Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat Untuk Meningkatkan
Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP), Majalah Sains dan Teknologi
Dirgantara, Vol. 6 No. 2.
Pinalia, A., 2011, Kristalisasi Ammonium Perkoalat (AP) Dengan Sistem Pendinginan
Terkontrol Untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat, Majalah Teknologi
Dirgantara, Vol. 9 No. 2.
Setyopratomo, P., dkk., 2003, Studi Eksperimental Permurnian Garam NaCl Dengan
Cara Rekristalisasi, Unitas, Vol. 11 No. 2.
Siregar, K., dkk., 2006, Pengeringan Beku Dengan Metode Pembekuan Vakum Dan
Lempeng Sentuh Dengan Pemanasan Terbalik Pada Proses Sublimasi
Untuk Daging Buah Durian, Buletin Agricultural Engineering BEARING, Vol.
2 No. 1.
Triastuti, A., dkk., 2010. Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air
Tua Dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4 NaHCO3 Dan Na2C2O4
Na2CO3. Vol. 8 No. 1.
Diposkan oleh Asman Sadino di Friday, May 02, 2014
BAB II
DASAR TEORI
A. Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses melarutkan zat padat tidak murni dalam pelarut panas, yang
dilanjutkan dengan pendinginan larutan tersebut untuk membiarkan zat tersebut mengkristal.
Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri,
karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100% (Zulfikar, 2011). Prinsip
pemisahaan atau pemurnian dengan teknik ini didasarkan pada:
1. Adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni
atau dalam pelarut campuran.
2. Suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut dingin
Sesuai dengan prinsip dan teknik kristalisasi tersebut, hal yang menentukan keberhasilannya
adalah memilih pelarut yang tepat. Pelarut yang tepat adalah pelarut yang sukar melarutkan
senyawa pada suhu kamar, tetapi dapat melarutkan dengan baik pada titik didihnya.
Secara umum, rekristalisasi dilakukan sesuai dengan tahapan berikut ini:
Apabila larutan yang akan dikristalkan ternyata berwarna, padahal zat padatnya tak
berwarna, maka ke dalam larutan panas sebelum disaring ditambahkan norit (arang halus)
atau arang aktif. Tidak semua zat warna dapat diserap arang dengan baik. Zat warna yang
tidak terserap ini akan tetap tinggal dalam induk lindi tetapi akan hilang pada waktu
pencucian dan penyaringan. Penggunaan norit ini tidak boleh diulang apabila larutannya
masih berwarna. Penggunaan norit jangan berlebihan sebab bisa menyerap senyawanya (staf
pengajar kimia organic, 2012:11)
Larutan harus dalam keadaan jenuh karena jika larutan telah mencapai derajat saturasi
tertentu, maka di dalam larutan akan terbentuk zat padat kristaline. Oleh sebab itu derajat
supersaturasi larutan merupakan faktor terpenting dalam mengontrol operasi kristalisasi.
Adapun cara mencapai supersaturasi adalah:
a.
Pendinginan
Yaitu mendinginkan larutan yang akan dikristalka sampai keadaan supersaturasi dimana
konsentrasi larutan lebih besar dari konsentrasi larutan jenuh pada suhu tersebut.
b. Penguapan Solvent
Larutan disiapkan dalam evaporator untuk dipekatkan, lalu dikristalkan dengan pendingn.
Cara ini digunakan untuk zat yang mempunyai kurva kelarutan agak dalam.
c.
Evaporasi Adiabatis
Larutan dalam keadaan panas bila dimasukan ke dalam ruang vacuum, maka terjadi
penguapan dengan sendirinya, sebab tekanan totalnya menjadi lebih rendah dari tekanan uap
solvent pada suhu itu. Penguapan dan turunya suhu disertai kristalisasi.
d. Penambahan zat lain yang dapat menurunkan kelarutan zat yang akan dikristalisasi, misalnya
larutan NaOH ditambah gliserol, maka kelarutan NaOH menjadi turun dan larutan NaOH
mudah diendapkan
Kekuatan melarutkan suatu pelarut, pada umumnya bertambah dengan bertambahnya
titik didih. Umpamanya etanol dapat melarutkan dua kali lebih banyak dari pada metanol.
Kadang-kadang diperlukan pasangan/campuran pelarut. Dua pelarut yang dapat bercampur
satu sama lain, dengan kemampuan melarutkan yang berbeda, adalah pasangan pelarut yang
sangat berguna. Di bawah ini diberikan beberapa pasangan pelarut yang sering digunakan:
metanol-air, etanol-air, asam asetat-air, aseton-air, eteraseton, eter-metanol, eterpetroleum eter, benzen-ligroin, metilkhlorida - metanol
B. Sublimasi
Sublimasi diartikan sebagai peristiwa yang melibatkan proses perubahan wujud zat
dari keadaan padat langsung ke keadaan gas atau proses sebaliknya. Padatan yang diperoleh
melalui proses sublimasi disebut sublimat. Jadi zat yang dimurnikan dengan cara sublimasi
adalah zat yang volatile (mudah menguap), sebagai contohnya adalah naftalen.
Naftalena (C10H8) merupakan senyawa murni pertama yang diperoleh dari fiksasi
didih lebih tinggi dari batu bara. Naftalen mudah di isolasi karena senyawa ini menyublim
dari gas sebagai padatan Kristal tak bewarna yang indah, dengan titik leleh 800C. naftalen
merupakan molekul planar dengan dua cincin benzene yang berfusi (bergabung).