Anda di halaman 1dari 32

DEHYDRATE

NATURAL GAS

D. SUBYAR MUJIHANDONO, ST
DEHYDRATE NATURAL GAS
Alasan utama dilakukan dehidrasi pada gas adalah :
Natural gas yang bercampur dengan cairan atau air bebas
yang membentuk hidrat bisa menyebabkan valve fitting
tersumbat atau bahkan pipeline.
Jika tidak dipisahkan dari air yang terproduksi, natural gas
bersifat korosif, apalagi jika terdapat CO2 dan atau H2S.
Jika bisa terkondensasi di dalam pipe line yang pada
akhirnya bisa mengakibatkan terjadinya aliran slug dan
memungkinkan erosi dan korosi.
Uap air dapat meningkatkan volume dan menurunkan
heating value dari gas.
Pada kontrak penjualan gas, nilai maksimum water content
biasanya adalah 7 lb. H2O per MMscf pada dew point.
Mencapai suatu kualitas gas yang diinginkan
METODA DEHIDRASI DALAM INDUSTRI
PERMINYAKAN
Terdapat beberapa metoda yang bisa digunakan
untuk menghidrasi natural gas dari air, yaitu :
Solid Dessicant (alumina, silica gel, molecular
sieves)
Liquid Dessicant (glycol)
Expansion Refrigeneration
Calcium Chloride.

LIQUID DESSICANT (GLYCOL)

Proses pemisahan natural gas dari uap air secara
liquid dessicant disini maksudnya adalah
pemisahan uap air dengan menggunakan glycol.
Glycol merupakan zat cair yang mempunyai daya
serap yang tinggi terhadap air. Bahan dasarnya
berupa alkohol, tidak berbau, tidak berwarna,
kekentalannya rendah dan titik didihnya tinggi yaitu
546 F.

JENIS-JENIS GLYCOL
1. Ethylen Glycol (EG)
2. Diethylen Glycol (DEG)
3. Triethylene Glycol (TEG)
4. Tetraethylene Glycol (TREG)
Jika dibanding 4 macam glycol di atas maka jenis yang
paling umum digunakan adalah Triethylene Glycol
(TEG).
Keunggulan utama dari TEG, selain biaya lebih murah
adalah :
TEG lebih mudah diregenerasi, juga bisa untuk dew-point
depression natural gas dalam range 80-150 F.
Temperatur dekomposisi = 404 F,sementara DEG= 328 F
Lebih banyak menyerap uap air dibanding EG atau DEG
Capital cost dan operating cost lebih rendah.
TEG tidak terlalu viscous diatas 70 F.


SEDANGKAN KEKURANGAN DARI GLYCOL ADALAH :

1. Glycol mudah terkontaminasi
2. Water dew pont dibawah -25 F membutuhkan stripping gas
dan stilll colom
3. Glycol akan bersifat korosif jika terkontaminasi atau
terdekomposisi.
Tempat terjadinya penyerapan uap air oleh Glycol ini
disebut kontaktor atau menara absorber, yang
didalamnya berisi beberapa tray. Glycol yang sedikit
mengandung uap air (Dry Glycol) masuk kontaktor dari
bagian atas dan wet gas masuk kontaktor dari bagian
bawah. Di dalam tray inilah terjadi kontak antara gas
yang mengalir keatas dan glycol yang mengalir ke
bawah, Glycol yang keluar dari bagian bawah kontactor
ini relatif banyak mengandung air, yang disebut Wet
Glycol dan gas yang keluar dari atas kontactor disebut
dry gas.
LANJUTAN.
Wet Glycol ini agar dapat dipakai untuk menyerap uap
air lagi maka harus dipisahkan lagi airnya dengan
jalan dipanaskan/di didihkan agar air dapat menguap
dan terpisah sehingga diperoleh dry glycol. Proses
pemisahan air air dari glycol ini disebut proses
Distilasi, yaitu proses pemisahan zat cair berdasarkan
perbedaan titik didih. Titik didih air 212 F, sedangkan
titik didih glycol (TEG) 546 F. Dengan memanaskan
wet glycol diatas titik didih air dan dibawah sedikit titik
didih glycol maka air akan menguap terpisahkan dari
cairan glycol, alat untuk memanaskan wet glycol ini
disebut Reboiler, yang diatasnya berdiri menara
distilasi, bagian bawah berisi Packing, sedangkan
bagian atas coil yang didalamnya mengalir wet glycol
dingin.

LANJUTAN.
Proses absorbsi di kontaktor akan berjalan secara
efektif apabila suhu glycol relatif rendah. Oleh sebab itu
dry glycol yang keluar dari reboiler itu harus didinginkan
dahulu menggunakan beberapa seri Heat Exchanger
sebelum masuk kontaktor.

HYDRATE
Hydrate adalah suatu zat padat yang merupakan
campuran antara air dan hidrokarbon ringan yang dapat
terjadi diatas titik beku air. Semua kristal hidrat
berbentuk kubus atau gabungan antara beberapa kubus
sehingga molekul hidrokarbon terperangkap. Molekul-
molekul methan, ethan, dan hidrogen sulfida dapat
menempati rongga-rongga yang ukurannya kecil,
sedangkan molekul-molekul propan dan butane hanya
menempati rongga yang berkuran besar. Bila dalam
piping sistem/proses terbentuk hydrate, maka akan
timbul berbagai kesulitan yakni mulai dari pressure drop
yang besar sampai kondisi ekstrim yang terjadi
penyumbatan. Hydrat akan terbentuk bila dipenuhi 2
(dua) kondisi berikut:
Ada air bebas (free water)
Suhu operasi gas berada pada atau dibawah suhu
pembentukan hidrat
LANJUTAN.
Secara popular Hidrat disebut sebagai kristal serupa
dengan salju-kotor yang sangat keras. Terdiri dari 90%
fasa air dan 10% fasa komponen gas HC dan molekul-
molekul non HC, misalnya gas CO dan atau H S.
Secara mikro molekul-molekul fasa air pada suhu
dibawah 4 der.Celcius ( 39 der.F) mengalami peristiwa
anomali sifat air, yaitu memuai. Pengembangan ini
menyebabkan jarak antara molekul air membentuk
rongga-rongga atau sarang-sarang (water lattices)
dimana molekul-molekul gas HC/non HC pembentuk
hidrat mengisi dan embedded didalamnya dan stabil.

LANJUTAN.
Komponen-komponen gas HC yang dapat membentuk hidrat
adalah : Methane (C1), Ethane (C2), Propane (C3), Iso/Normal
Butane (i C4 dan n-C4).
Rumus-rumus molekul hidrat gas adalah:
Hidrat Metana : CH4.7H O
Hidrat Etana : C2 H6.8H O
Hidrat Propana : C3 H8.18 H O

2.5.1 Efek-Efek Negatif Pembentukan Hydrate
Masalah-masalah dan efek-efek negatif yang ditimbulkan dari
pembentukan hidrat yang menyebabkan kebuntuan didalam
system aliran produksi gas harus menjadi perhatian yang serius
dari perusahaan produksi dan pemrosesan gas. Agas dapat
melaksanakan dan mempertahankan (maintain) operasional yang
aman, efektif dan cukup handal (reliable) secara keseluruhan.
Untuk itu dibutuhkan informasi dan data yang akurat antara lain
mengenai lokasi atau titik-titik rawan pembentukan hidrat, jumlah
dan skala pertumbuhan hidrat dan process flow diagram dan
berbagai scenario penanganan dan produksi.

LANJUTAN.
Hidrat pada umumnya dapat terbentuk didalam
aliran produksi gas yang dinginkan sampai pada
atau dibawah suhu pembentukan hidrat pada
tekanan tertentu. Hal mana juga akan sangat
dimungkinkan bilamana didalam sistem terdapat
kondensasi sejumlah liquida air bebas. Terjadinya
penyumbatan atau pembuntuan didalam pipa-pipa
aliran produksi gas dan kemungkinan terjadi
interupsi atau gangguan pengaliran (down time)
pasok gas karena kerusakan peralatan oleh hidrat.
Keduanya merupakan masalah operasional yang
harus dihindarkan.

VARIABEL-VARIABEL KECEPATAN
PEMBENTUKAN HIDRAT:
1. Tekanan. Makin tinggi tekanan makin cepat
terbentuk hidrat.
2. Temperatur. Makin rendah temperatur
makin cepat terbentuk hidrat.
3. Derajat agitasi. Adanya proses pengadukan
mempercepat pembentukan hidrat.
4. Adanya tempat untuk terbentuknya kristal
(misalnya elbow, bekas las, dll). Adanya tonjolan
akan memicu terbentuknya hidrat pertama kali.
Hidrat pada mulanya terbentuk di tempat yang tidak
halus, misalnya pada bekas las pipa, kemudian
hidrat makin menumpuk di tempat tersebut dan
akhirnya dapat menyumbat pipa. Pembentukan
hidrat dapat dicegah dengan cara mengurangi
kandungan uap air dalam unit dehidrator atau
menginjeksikan glikol atau methanol untuk
mengikat air pada aliran gas.
LANJUTAN.
Pembentukan hidrat sangat tidak diinginkan
dikarenakan antara lain :
Hidrat yang keras dan akumulasi deposit akan
menyempitkan dan membuntukan diameter pipa aliran,
check valve, P.V.C, valve dan pipe-fittings.
Mengurangi kapasitas dan laju aliran produksi gas.
Menyebabkan korosi internal pipa dan peralatan besi-
baja, khususnya bilamana ada kandungan CO dan
atau H2S.
Merusak dan mendisfungsikan valve dari kompressor,
coolers, efisiensi Heat Exchanger tubes dan shells, Pipe
line gas, unit-unit pengukuran/meter, dan lain-lain.
Menyebabkan terjadinya back pressure yang tinggi
pada transmisi gas.

PENCEGAHAN PEMBENTUKAN HYDRATE
Seperti telah diuraikan dimuka bahwa terbentuknya
hidrat harus dihindarkan, karena akan menimbulkan
kesulitan operasional. Salah satu pendorong
terbentuknya hidrat adalah adanya air bebas dalam
piping sistem.
Gas bumi yang baru keluar dari sumur gas atau
bersama-sama dengan minyak selalu jenuh dengan uap
air dan suhunya relatif tinggi dari suhu perpipaan
dimana gas tersebut akan dialirkan, misalnya didalam
tanah atau didasar laut. Akibatnya akan terjadi air bebas
didalam sistem perpipaan tersebut.
Ada 3 metode pencegahan terbentuknya hidrat yakni :
Dengan menginjeksikan bahan kimia.
Dengan membangun unit Gas Dehydration
Dengan memanaskan piping sistem dimana gas akan
melewati

MENGINJEKSIKAN BAHAN KIMIA (INHIBITOR)
Bahan kimia yang dipakai adalah Metanol atau Glycol.
Fungsi kedua bahan kimia tersebut adalah untuk
melarutkan air bebas tersebut diatas, sehingga tidak
akan terbentuk hidrat. Banyaknya inhibitor yang harus
diinjeksikan kedalam gas ditentukan oleh :
Banyaknya air yang akan mengembun pada suhu terendah
dimana gas akan lewat.
Penurunan suhu pembentukan hidrat. Adalah perbedaan
antara suhu pembentukan hidrat dengan suhu terendah
dimana gas akan lewat.

MEMBANGUN UNIT GAS DEHYDRATION

Unit gas dehydration dibangun dengan tujuan untuk
mengambil atau menyerap uap air (H2O) dari gas bumi
sampai pada batas-batas tertentu, sehingga
kemungkinan terbentuknya hydrat disepanjang pipa
sebagai sarana transportasi atau selama proses
pendinginan gas dapat dicegah.
Pada umumnya produsen gas menjual gas melalui pipa
transmisi yang dimiliki oleh perusahaan lain.
Perusahaan lain tadi bisa memakai gas atau
perusahaan yang khusus bergerak dalam penyediaan
sarana transportasi gas (Misalnya PGN). Perusahaan
transportasi ini mensyaratkan kandungan uap air
maksimum dalam gas bervariasi antara 5-7 Lb/mmscf.
Ada 3 jenis unit gas Dehydration yaitu:
Proses Adsorpsi dengan zat cair (Glycol Gas Dehydration)
Proses Adsorpsi dengan zat padat
Proses Refrigerasi

LANJUTAN.
Sistem proses peralatan-peralatan produksi yang
rawan terhadap serangan pembentukan hidrat
dapat dimulai pada :
Sistem aliran prodiksi gas di sumur dan well head.
Sistem gas flowlines dari sumur-sumur ke gas plant
Sistem manifold dan separator
Sistem kompresi gas
Sistem pendinginan
Sistem pengalihan panas (heat Exchanger)
Sistem transmisi gas (pipe line).
Oleh karena itu, pembentukan kristaline hidrat
harus selalu mampu dideteksi, dikontrol, dan
dicegah di tempat-tempat tertentu pada kondisi
suhu dan tekanan tertentu.

LANJUTAN.
Mekanisme model penyumbatan hidrat pada pipa
dikenal sebagai :
Penyumbatan Hidrat Rekah-rekah
Sumbat hidrat ini menempel pada dinding dalam pipa
dengan bentuk rekah-rekah yang masih dapat dialiri
gas.
Penyumbatan Hidrat Radial
Sumbat hidrat ini tidak menempel pada dinding dalam
pipa, akan tetapi membentuk diameter pipa yang
mengecil.

CORROSION
Terjadinya korosi pada metal merupakan penyebab
awal terhadap kerusakan peralatan, ditandai
dengan terjadinya permukaan metal yang kasar,
pitting, dan rust.
Korosi disini bersifat kimiawi, yakni disebabkan oleh
adanya gas oksigen dalam sistem dan gas asam (H
S,CO ). Air berada dalam glycol unit dalam bentuk
uap air, air bebas dan air yang terlarut dalam glycol.
Adanya CO dalam gas dan dengan adanya air
bebas akan menyebabkan terbentuknya senyawa
asam karbonat (H CO ) yang bersifat korosif.
LANJUTAN.
Korosi dapat terjadi diseluruh sistem glycol,
misalnya pada still column, reflux coil dan pada
tempat venting/filling connection dari surge tank.
Untuk memperlambat terjadinya korosi pada
peralatan gas dehydration, perlu diinjeksikan
corrosion inhibitor baik pada phase liquid maupun
gas. Disamping itu jenis material yang dipakai
harus yang bersifat non-corrosive.
Ada cara lain,dengan cara menjaga larutan glycol
agar tidak bersifat asam dengan menginjeksikan
senyawa alkanolamines,
DEHIDRASI DENGAN PROSES ADSORPSI ZAT
PADAT
Proses adsorpsi uap air adalah proses penyerapan
uap air yang terikut dalam gas oleh zat penyerap
berbentuk padat (adsorpbent). Proses penyerapan
tersebut berlangsung pada permukaan pori-pori zat
padat. Oleh sebab itu makin luas permukaan pori
makin banyak uap air yang dapat diserap
persatuan masa adsorbent. Adsorbent tersebut
pada umumnya berupa butiran berbentuk bola atau
silinder.
Kemampuan adsorbent padat untuk menurunkan
water content/dew point gas lebih baik dibanding
glycol, artinya dapat dicapai dew point gas yang
sangat rendah.
LANJUTAN.
Beberapa jenis adsorbent dan kemampuannya menurunkan
dew point:
a. Alumina : penyusun AL O Dew point-100 F
b. Silica Gels : penyusun SI Dew Point 76 F
c. Molekuler Sieve : Penyusun AL O , SIO, CA,NA Dew
Point-130 F

Sifat-sifat adsorbent yang dikehendaki:
1. Luas permukaan besar persatuan masa
2. Sifat penyerapan selektif
3. Mudah diregenerasi
4. Kecepatan transfer masa tinggi
5. Kuat tidak mudah hancur
6. Pressure drop yang ditimbulkan rendah
7. Bulk dencity tinggi
8. Tidak beracun,tidak korosif
9. Harga relatif murah, mudah didapat
TAHAPAN PROSES ADSORBSI
Pada prinsipnya ada 2 (dua) tahapan proses adsorbsi,
yaitu proses adsorbsi dan proses regenerasi.
Proses Adsorbsi adalah proses penyerapan uap air dari
gas oleh absorben. Proses adsorbsi berlangsung dalam
menara adsorber (kontaktor I) yang didalamnya berisi
adsorbent aktif. Wet gas masuk kontaktor dari atas dan
dry gas keluar dari bagian bawah. Proses penyerapan
akan efektif apabila tekanan operasi tinggi dan suhu
operasi rendah. Suatu saat adsorbent akan jenuh
(saturated) dengan uap air atau tidak aktif lagi, sehingga
tidak mampu lagi menyerap uap air dari gas. Pada saat
kontaktor ini mendekati saturated maka proses adsorbsi
dialihkan ke kontaktor II, sedangkan kontaktor I
diregenerasi.

LANJUTAN.

Proses Regenerasi adalah proses pengaktifan
kembali adsorbent dalam kontaktor yang telah
saturated. Proses regenerasi dilakukan dengan
cara mengalirkan sebagian dry gas yang
dipanaskan, masuk dari bagian bawah kontaktor.
Proses ini ada dua tahap yaitu:
Heating (pemanasan), yaitu mengalirkan gas panas ke
kontaktor. Sebagai pemanas adalah sebagian dari dry
gas yang sebelumnya dipanaskan dalam heater.
Dengan dipanaskan maka uap air yang terikat di
permukaan pori-pori adsorbent akan lepas kembali.
Colling (Pendinginan), yaitu mengalirkan dry gas dingin
ke kontaktor setelah selesai setelah selasai porses
heating. Dengan didinginkan ini maka proses
penyerapan adsorbent berjalan efektif
LANJUTAN.
Siklus waktu operasi setiap menara diatur dengan
mengatur lama operasi (on/off) masing-masing
valve dari menara terkait.
Untuk konfigurasi 2 menara, satu menara proses
adsorbsi sedangkan menara kedua proses
regenerasi. Pada umumnya proses adsorbsi
berlangsung selam 8 jam, proses heating 5 jam,
dan proses cooling 3 jam.
Sedangkan untuk konfigurasi 3 menara, maka
dalam waktu yang sama ada menara proses
adsorbsi dan satu menara proses regenerasi. Disini
siklus waktu regenerasi setengah waktu regenerasi
setengah waktu adsorbsi.

PROSES REGENERASI
Selama proses adsorbsi, adsorbent menyerap uap
air dari gas yang melewatinya. Setelah diserap
maka uap air tersebut dalam permukaan adsorbent
akan berubah dalam bentuk cair. Pada akhir
periode adsorbsi, adsorbent akan jenuh dengan air.
Dalam proses regenerasi air dalam permukaan
adsorbent akan dididihkan bahkan diuapkan. Air
akan mendidih pada suhu 100 C (212 F) pada
tekanan atmosferis. Pada tekanan operasi lebih
tinggi dari 1 atmosfer maka titik didih air akan lebih
tinggi, sekitar 120 C (250 F). Panas penguapan air
970 BTU/LB. Sejumlah panas ini harus
ditambahkan kedalam adsorbent agar air dapat
menguap kembali.

PROSES HEATING
Proses heating terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Pemanasan adsorbent sampai titik didih air
2. Pemanasan untuk penguapan air dari permukaan adsorbent,
90% dari air pada tahap ini akan teruapkan.
3. Pemanasan adsorbent untuk menguapakan 10% air yang tersisa.
Pada tahap yang ke tiga itu sangat penting dan umumnya
lebih sulit dari tahapan lainnya. Sekitar 25% dari total panas
selama proses regenerasi diperlukan untuk menguapkan 10%
sisa air dalam adsorbent. Jika masih ada material yang
tertinggal dalam adsorbent sewaktu tahap regenerasi maka
akan menurunkan kapasitas adsorbent, bahkan akan
menurunkan efisiensinya, akibat dew point dry gas akan naik.
Pada tahap awal proses regenerasi piping sistem, vessel dan
adsorbent menyerap panas dari hot gas yang dihasilkan dari
heater.
1/3 panas untuk pemanasan piping sistem dan vessel
1/3 panas untuk pemanasan adsorbent sampai titik didih air
1/3 panas untuk penguapan kembali air dalam adsorbent
PROSES COOLING
Tahap pendinginan ini juga penting, sebab bila adsorbent suhunya
masih tinggi kemudian dipakai untuk proses adsorbsi, maka
kapasitas adsorbent menjadi rendah. Sebagai pendingin
digunakan sebagian dry gas yang keluar dari kontaktor. Pada
tahap pendinginan ini dry gas dingi akan mengalir keseluruh bed
dalam kontaktor. Untuk bed yang pertama kontak dengan drygas
dingin ini suhunya akan lebih rendah dibandingkan dengan bed
yang kontak terakhir.
Secara umum tahap regenerasi adsorbent yang meliputi
pemanasan dan pendinginan ini hanyalah sebagian dari proses alir
utama. Setelah selesai tahap pendinginan, maka tower segera
melakukan tahap adsorbsi, yaitu mengalirkan wet gas dingin ke
tower. Masa wet gas ini jauh lebih besar dibanding masa
pendingin. Oleh sebab itu siklus waktu tatah pendinginan dapat
diperpendek sekitar 15-30 menit. Pada periode tersebut bed akan
didinginkan oleh wet gas, akan tetapi bila itu dilakukan, maka akan
berakibat menaikkan suhu dry gas keluar kontaktor sekitar 45 F.
Hal ini sangat besar pengaruhnya apabila dry gas ini akan
dicairkan dengan cara didinginkan.

Anda mungkin juga menyukai