05-09 Maret 2007 LPP Yogyakarta Sekilas Stasiun Pemurnian Stasiun pemurnian adalah stasiun dimana langkah pemisahan kotoran nira untuk pertama kali dilakukan. Fungsi Stasiun Pemurnian: menghilangkan kotoran sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat dan biaya murah, tanpa menimbulkan kerusakan dan kehilangan sukrosa. (Soejardi,2004) Sekilas Stasiun Pemurnian Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam desain maupun operasional stasiun pemurnian adalah: Komposisi nira Fisis dan Khemis Jenis reaksi didalam pemurnian Sasaran hasil reaksi Komposisi 1ebu ,Chen and Chou, 1993, Komposisi tebu: Air : 73-76% Padatan : 24-27% Padatan terlarut : 10 - 16% Fiber (dry) : 11 16% Komposisi Nira Mentah ,Von \eimarn and Ostwald,1908, Dari sisi Kimia Fisika, Komposisi Nira mentah (NM) adalah sbb: Dispersi Kasar / Suspensi : Partikel > 0.0001 mm Dispersi Koloid : Ukuran partikel 0.0001 0.000,001 Dispersi Molekul / Ion : partikel < 0.000,001 Komposisi Nira Mentah Air, sebagai bahan pelarut. Dispersi molekul: saccarosa glukosa dan monosarida yang lain kation-2 anion-2 garam-garam asam-2 bebas Dispersi koloid: bledok ( gom ) zat-2 pektin zat sejenis putih telur lempung zat warna Suspensi kasar ampas halus pasir dan tanah lempung lilin tebu dll Komposisi Nira Mentah ,lonig,1953, Dispersi Kasar: Berupa dispersi tanah, partikel ampas, dan wax Dapat dihilangkan dengan cara filtrasi, di Hawai, ketika musim panen adalah musim hujan, partikel kasar%NM > 5% Koloid : Berasal dari tanah dan tebu, meliputi: partikel tanah, wax, fats, protein, gum, pectin, tannin dan bahan pewarna. Bahan-bahan ini ketika diekstraksi selama musim giling akan berada dalam kondisi larutan koloid. Variasi jumlah karena pengaruh pertumbuhan bakteri Jumlahnya tdk banyak dalam nira, 0.05 -0.3 % Nira Mentah Dispersi Ion/Molekul Meliputi komponen gula dan bahan mineral / Abu Dasar proses pemurnian Komposisi nira dan sifat komponen nira cara menghilangkan kotoran atau memisahkan sukrosa dari komponen lain. Semakin kompleks sifat dan komposisi pemisahan menjadi lebih rumit. Sifat-sifat komponen berbeda proses pemurnian dilakukan dengan cara; fisika, Kimia dan Kimia Fisika. Ketiga cara ini tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling terkait atau saling berpengaruh. 1ahap-tahap Klariikasi 1. Penghilangan impurities tersuspensi Nira Mentah dengan cara Screening, Straining, Flotation, Settling, Sedimentasi dan Centrifugasi 2. Penghilangan Dispersi Koloid dengan cara Liming (penambahan susu kapur) dan heating 3. Pemisahan endapan hasil reaksi Liming dengan cara Flokulasi dan Settling menjadi Nira Encer dan Lumpur (Mud) 4. Pengambilan nira dari Mud, sehingga dihasilkan nira kotor/filtrat dan filter cake/blotong Alat Pemurnian Nira Peralatan merupakan pelayan yang melayani kegiatan/proses agar proses yang terjadi dalam alat tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal peralatan itu di dirancang Peralatan yang ada biasanya telah dirancang berdasarkan kondisi proses (input-proses-output) yang akan ditangani alat tersebut. Perubahan pada salahsatu kondisi proses akan berpengaruh terhadap kondisi proses yang lain. Peralatan yang dibahas: Alat penghilang dispersa kasar (Screening, Sedimentation, Centrifugation) Alat penghilang Koloid Alat penghilang molekul/ion bukan gula Alat Penghilangan Dispersa Kasar Nira dari gilingan dipisahkan dari suspensi padat/dispersi kasar dengan straining/screening sebelum ditimbang dan selanjutnya dikirim ke proses Beberapa cara pemisahan kotoran: Screening Sedimentasi Centrifugasi Screening dan Straining ,line-Bagasse Separators, Nira gilingan banyak mengandung ampas halus (Fine-Bagasse) Ampas halus~Bagacillo~Cush-cush Ampas halus ~ 1-10 g bahan kering per liter nira. Screening dan Straining ,line-Bagasse Separators, Alat: Fine-bagasse separator Letak : setelah gilingan Fungsi : sebagai screen nira gilingan dan mengembalikan ampas halus yang tertahan screen ke intermediate carrier. Fine-bagasse separator~strainer~screen ~Cush-cush screen Pemisahan Dispersi Kasar ,Cush-cush Screen, Perforated screen: 0.07 m2/t.c.h u/ 12 14 roll tandem 0.08 m2/t.c.h u/ 15 17 roll tandem 0.09 m2/t.c.h u/ 18 20 roll tandem Distribusi : 3 bagian u/ Gilingan 1 2 bagian u/ Gilingan 2 1 bagian u/ Gilingan berikutnya Screening dan Straining ,line-Bagasse Separators, Screen Plate Perforated sheets, brass atau copper Ketebalan sheet ~ diameter lubang Sheet 2 gilingan pertama: Tebal~ hole diameter; 0,8-1 mm, hole pitch 1,7 dan 2 mm, opening area % total area: 20 dan 23% Number hole: 45 dan 29 per cm2 (289 dan 196 hole/in2) Sheet gilingan berikutnya: Tebal~ hole diameter; 1,6 mm, hole pitch 3 mm, opening area % total area: 25% Number hole: 13 per cm2 Scrapper : kayu/karet Screening dan Straining ,Secondary screening, Pemeliharaan: Steaming min 2 x sehari Hasil dari Cush-cush screen masih kasar Nira di saring dua kali, sebelum dikirim ke proses. Bahan yang mendominasi di nira hasil screening pertama adalah ampas yang sangat halus. Alat yang digunakan: Rotary screen DSM screen Screening dan Straining ,Secondary screening-Rotary Screen, ROTARY SCREEN Area : 0.1 m2 per tch Screen : metalic woven (spacing <0,8 mm) Spacing : 0,5 mm <0,2% berat fiber content di NM Bahan : phospor Bronze no. 140-160 Pemisahan Dispersi Kasar ,Rotary ilter, Screening dan Straining ,Secondary screening- DSM Screen, DSM SCREEN Fungsi : 2 nd screen atau 1 st screen dan single screen Screen : Susunan horizontal prismatic bar. Bahan bar: stainless steel atau Bronze (bronze menghambat pertumbuhan bakteri~oligodinamis) Jarak antar Bar , spacing ~ 1 atau 0.7 mm atau 0,5mm Screen membentuk kurve dengan sudut 45 derajat Panjang kurve screen ~ 1.6 m Lebar screen : 91, 122, 152, 183, dan 213 cm Pemisahan Dispersi Kasar ,DSM Screen, Pemisahan Dispersi Kasar ,DSM Screen, Screening dan Straining ,Secondary screening- DSM Screen, DSM SCREEN Box overflow dan juice receiver dibelakang screen ~ stainless steel Spacing antara Bar ada 2 jenis 1 mm dan 0,7 mm atau 0,5 mm Jenis yg pertama untuk 1 st Screening dipasang tepat diatas intermediate carrier lebar screen, lebih sempit 15-30 cm daripada carrier Pemisahan Dispersi Kasar ,DSM Screen, Screening dan Straining ,Secondary screening- DSM Screen, DSM SCREEN Kapasitas: Screen ~ spacing 1 mm 7500 liter nira per dm lebar atau 23 t.c.h per ft) Kapasitas sebenarnya 80% ~ 6000 liter per dm (18 t.c.h per ft) Chen,1993: Kap.: 24,84 l/(s)(m lebar screen) 2 tahap (1 mm0,5 mm), HK Ne-Nm naik 0,9 Keuntungan DSM Screen: Lebih efektif drpd cush-cush screen tidak mempunyai bagian bergerak mengurangi penggunaan dan kerugian vibrating screen Screening dan Straining ,Secondary screening- DSM Screen, DSM SCREEN Berat ampas halus tertapis Hugot: Spacing 1 mm ~ 0.8-1.5 g ampas halus per liter juice Spacing 0.7 mm ~ 0.7-1.2 g ampas halus per liter Pemeliharaan DSM Screen: Screen dibersihkan dengan alat semprot air panas berupa pipa berlubang yang diletakkan dibawah box overflow. Pembersihan tiap 8 jam sekali. Screening dan Straining ,Secondary screening- DSM Screen, DSM SCREEN Di Australia: spacing < 0.8 mm, jika diinginkan fibre dalam nira encer < 0,2% Usaha memperpanjang usia pakai dan meningkatkan efisiensi DSM Screen: 1. Menjaga sanitasi 2. Membalik ujung ke ujung screen ketika sudah usang 3. Selalu mempertajam sisi-sisi bar Screening dan Straining ,Secondary screening- DSM Screen, DSM SCREEN Juga digunakan untuk nira encer, dengan spacing bar 0.35 mm. Mempunyai 3 aplikasi: 1. Sebagai 1 st screening, dengan spacing 1mm 2. Sebagai 2 nd screening, dengan spacing 0.7 mm/0.5 mm 3. Sebagai screen nira encer, dengan spacing 0.35 mm/0.25mm Sedimentasi Beberapa PG memakai cara sedimentasi untuk menghilangkan padatan tersuspensi dalam nira. Prinsip kerja dari alat ini adalah pemisahan antara nira dengan padatan berdasarkan berat jenis Penghilangan Dispersa Kasar Centriugasi Alat yang digunakan berupa Cyclone (tepatnya Hidrocyclone) Hydrocyclone merupakan alat yang simple, tahan lama, dapat digunakan untuk memisahkan partikel dengan ukuran 4- 500m Dc/2 Dc/3 Dc Dc/5 Dc/7 Dc/10 9-12 o Coulson,ChE Vol6,1983 Dasar desain: Persamaan Bradley, 1960: Dc 3
d50 = 4.5 -------------------------,
L 1.2 (s-l) Dengan: d50 : diameter partikel dimana effisiensi cyclone 50% Dc : diameter cyclone chmaber, cm : viskositas cairan, cP atau m Ns/m 2 L : kecepatan aliran nira, l/min s : densitas partikel padat, g/cm3 l : densitas cairan, g/cm3 Persamaan Bennett, 1936: = 100 [ 1-e -(d/d50 0.115)^3 ] = effisiensi cyclone untuk memisahkan partikel dengan ukuran d, % d = diameter partikel, m Alur desain: + d pers. Bennett d50 pers.bradleyDc Dasar desain menurut Hugot Dc, mm Kap, m3/h 152 11-25 305 42-84 610 162-345 leating ,Juice leater, leating-Juice circulation Tube : Panjang sekitar 4 m (max) Diameter : 32x35, 35 x 38, 42x45, 46x50 mm Bahan: Brass : 1.6 mm Copper : 1.6 mm Steel : 2 mm SS : 1.2 mm Dasar desain Jl Persamaan Neraca Panas: Q = m.c.t = ms. = U. A. t LMTD Dengan m = kec aliran massa, kg/h c = panas jenis nira, kKal/kg C = 1-0.006 bx ms= kec aliran massa uap, kg/h = panas latent uap, kKal/kg U = Koefisien transfer panas overall, kKal/m2.C.h A = luas perpindahan panas, m2 t = selisih suhu nira masuk dan keluar JH t LMTD = Log mean temperature difference, C lugot, 1986: Koefisien PP Overall, U (k)= U = 6.T. (v/1.8) 0.8 T = Suhu steam pemanas, C v = kecepatan aliran nira,m/s (1-2 m/s) t LMTD = Log mean temperature difference, C = (T-t2)-(T-t1) / Ln [(T-t2)/(T-t1)] t2 = suhu nira keluar JH, C t1 = suhu nira masuk JH, C Cek suhu nira keluar yang diperoleh: t2 = T-(T-t1)e - U.A/(m.c) Cek koefisien PP tiap jam: U = 5.T. (v/1.8) 0.8 ((135-H 0.8 )/100) Pressure drop jH: J=0.0025. n. v 2 . ((L/d) + 3) n = jml sirkulasi v = kecepatan aliran nira, m/s L= panjang tube, m d = inner diameter tube, m Deekator Fungsi: Tempat terjadinya reaksi penetralan Tempat terjadinya reaksi penggumpalan koloid Tempat terjadinya reaksi dengan dispersi molekul/ion non sukrosa PENGADUK BAFFLE DRAFT TUBE SHELL DRAIN PIPE MOTOR PENGGERAK SHAFT Dasar desain: Mixing : Pencampuran (distribusi acak) dua material atau lebih yang sebelumnya terpisah (Mc Cabe) Agitation: Suatu cara agar pencampuran (mixing) bahan dengan phase sama/berbeda dapat terjadi,dan agar transfer massa dan panas dapat diperbesar baik antara phase dengan phase atau phase dengan permukaan luar . (Wallas) Skala Makro: operasi sirkulasi dan pergeseran / pergesekan fluida Skala mikro: Difusi molekuler partikel2 yang berdekatan 1UJUAN dan SYARA1 Tujuan agitasi tergatung pada tahapan proses yang sedang terjadi Empat proses yang biasa terjadi, yang dibedakan berdasarkan tujuannya: Transfer Massa dalam sistemheterogen Termasuk didalamnya: Reaksi Kimia, Absorbsi, Ekstraksi, dan Adsorpsi Syarat agitatator : mampu mendispersi / melarutkan fase diskontinu ke fase kontinu dan harus mampu mengasilkan turbulensi dengan intensitas tinggi agar terjadi transfer massa antar fase Mixing/Blending 2 Cairan yang mudah larut Dicampur melalui pompa sentrifugal (cara sederhana) Dalam tangki : Agitator harus mampu memompa cairan keseluruh bagian dalam tangki. kemampuan memompa cairan ke seluruh bagian tangki tanpa disertai adanya intensitas turbulensi yang tinggi tidak akan berguna mixing/blending dua cairan atau lebih dengan impeller besar dan kecepatan rendah akan lebih baik dibanding impeller kecil kecepatan besar. Mixing/Blending 2 Cairan yang tidak mudah larut (emulsifikasi) Membutuhkan gaya geser / intensitas turbulensi yang tinggi Biasanya digunakan Impeller kecil dengan clearance terhadap dinding agar menghasilkan gaya geser yang tinggi Transfer panas dan keseragaman suhu Transfer panas adalah faktor penting dalam operasi transfer massa yang melibatkan reaksi kimia. Agitator harus diletakkan dekat coil atau mantel Agitator mampu untuk menghasilkan debit yang besar Biasanya menggunakan impeller yang besar. Tangki/Shell Tangki silinder tegak Sisi atas tangki biasanya tertutup, kadang ada juga yg terbuka Dasar tangki dibuat lengkung, bukan datar/flat untuk menghindari titik mati Tinggi cairan = Diameter tangki Range tinggi cairan ~ 0.75 1.5 x Diameter Impeller / Pengaduk Axial flow impeller, menghasilkan aliran searah dengan sumbu pengaduk Sudut antara blade dan bidang rotasi <=90 o Aliran yg dihasilkan paralell dengan poros impeller Contohnya: Propeller dan Pitched Blade Turbine Radial flow impeller, menghasilkan aliran dengan arah radial atau tangensial Blade pengaduk paralell dengan poros impeller Contonya : Blade Turbine dan Paddle Propeller Aliran yg dihasilkan axial Volume cairan < 1000 gallon (3.8 m3) atau diameter tangki < 1.8 m Diameter pengaduk max. 18 inchi Rpm tinggi untuk cairan dg viskositas rendah Rpm motor : Memakai penggerak langsung 1150-1750 rpm Memakai gear drive 320-420 rpm Paddle Aliran yang dihasilkan radial dan tangensial Digunakan untuk kecepatan rendah ( 20-150 rpm) dan viskositas tinggi low shear sdh cukup mampu Jml bladenya 2 atau 4 Untuk tangki yg dalam, biasanya disusun bertingkat (>1) Dasar tangki: lengkung, hemispherical Diameter pengaduk ~ 50-80% Diameter tangki Lebar Blade pengaduk ~ 1/6 1/10 x Diameter pengaduk Turbine Mirip dengan pengaduk jenis paddle, jml bladenya banyak Bentuk Blade: lurus atau lengkung, miring atau tegak Diameter pengaduk 30-50% x Diameter tangki Lebar blade : 10% x Diameter Pengaduk Sangat efektif untuk bermacam viskositas larutan Ada 2 jenis Pitch Blade Turbine Aliran yang dihasilkan axial Flat blade turbine Aliran yang dihasilkan radial dan tangensial Lebar blade : 10% x Diameter Pengaduk Panjang Blade : 25% x Diameter Pengaduk Draft Tube Untuk mengatur arah dan kecepatan aliran yang terhisap oleh impeller Agar didapat high shear pada impeller, digunakan untuk fase emulsi (padat-cair) Dipasang diatas pengaduk jenis Turbin Untuk pengaduk jenis propeller, pengaduk diletakkan didalam Draft Tube Ukuran Diameter Draft Tube = 0.7 x Diameter Tangki Baffle Untuk mendapatkan bilangan reynolds yang tinggi (aliran turbulen), Mencegah Vortex dan aliran memutar Lebar Baffle = 1/10 1/12 x Diameter Tangki Letak dari bawah (diukur dari sudut tangensial tangki) ~ Diameter pengaduk / 2 Kadang juga diletakkan sedikit diatas pengaduk paling atas Jika ada fase solid dalam cairan atau menggunakan steam jacket, maka posisi baffle tidak boleh menempel dinding tangki, harus ada celah (Offset) Ukuran Offset~ Lebar baffle/6 Jumlah baffle ~3, 4 atau 6 Standard Design 1urbine Da = Dt/3 E=Dt/3 H= Dt W=Da/5 J=Dt/12 L=Da/4 Posisi Impeller Untuk larutan yang mengandung suspensi, posisi impeller dari dasar adalah 1/3 Diameter Tangki Impeller ke 2 dibutuhkan jika kedalaman cairan > 4 ft (1.2 m) Kebutuhan Daya Kebutuhan daya dipengaruhi oleh: Flow number, NQ NQ=1.037 (10 5 ).Q/(N.d 3 ) = 1.3 (six flat blade turbine, baffled tank) = 0.5 (Propeller,square pitch) = 0.85 ( Four blade 45 o turbine) Power number, NP NP=1.523 (10 13 )P/(N 3 d 5 S) Reynolds number, NRe NRe = 10.75 Nd 2 S/ Froude number, NFr NFt = 7.454 (10 -4 ) N 2 d Dimana: d = diameter impeller, inchi D = inner diameter tangki,inchi N = rpm pengaduk P = Horsepower input Q = volumetric pumping rate, cuft/s S = specific gravity nira = Viskositas, cP Sulitasi Terjadi reaksi pembentukan endapan CaSO3. Endapan ini diharapkan akan menyelubungi gumpalan yang sudah terbentuk sehingga menjadi endapan incompressible yang dapat dipisahkan secara fisis dengan penambahan flokulan. Beberapa kondisi operasi yang perlu diperhatikan selama reaksi dalam sulphiteur adalah suhu reaksi, 65-85C, suhu gas SO2 75 C pH nira masuk sulphiteur dan keluar sulphiteur, waktu tinggal/waktu reaksi, mutu dan jumlah gas SO2 yang masuk dan keluar sulphiteur, dan alat sulphiteurnya. Reactor Sulphiteur Thomson Reactor ini banyak dipakai dipabrik gula di Indonesia Reactor ini dibuat berdasarkan reactor BOGSTRA yang mengunakan pompa untuk menciptakan sirkulasi. Thomson berpendapat bahwa reactor BOGSTRA kurang baik disamping menggunakan pompa yang besar, kapasitasnya 12 kali pompa nira mentah untuk dapat menciptakan sirkulasi 12 kali. Dari percobaan Thomson ditemukan bahwa yang lebih baik nilai pen ngencerannya adalah 15 kali dan untuk menghemat alat (pompa) dan energi maka untuk sirkulasinya dibuat dengan bantuan sekat parabolis dengan daya dorong gas yang cukup besar. Persyaratan Reactor 1hompson: Volume efektif : 4-5m3 Tinggi nira : 2.5 m Jumlah gas diperlukan : 5 kali volume nira dengan kadar sekitar 10% : 1 m3 gas mampu mensirkulasikan 3 m3 nira Waktu tinggal : 4-10 menit (tergantung bahan) Nilai pengenceran : 15 kali Reaktor Thomson ini dilahirkan bukan melalui penjabaran matematik tetapi diperoleh dari percobaan dan pengalaman langsung dipraktek. Kalau persyaratan Thomson diikuti benar maka alatnya hanya untuk kapasitas pabrik sekitar 1500-2000 TCD. Reactor Sulphituer Tower Absorber Sulfur tower merupakan suatu menara yang tersusun atas beberapa tray, didesain untuk menghasilkan aliran nira yang kontinu dari atas ke bawah pada saat gas SO2 mengalir ke atas sehingga terjadi reaksi. Nira umpan masuk dari puncak menara dalam bentuk semburan (semprotan) kemudian turun kebawah melalui melalui tray yang berlubang (perforated tray). Nira pecah menjadi seperti hujan pada saat bergerak turun bertemu dengan gas SO2 yang bergerak naik . Gas SO2 bergerak naik ke atas karena ditarik dengan Blower dan gas buangannya didispersikan ke atmosfer Dimensi absorber: Jumlah tray ~ % recovery Absorbent : air, % recovery:95 N tray = 9 buah, Tray spacing : 0,15 1 m (optimum: 0.3-0.6m) Down comer area : 12% Luas penampang Net area : Luas penampang Downcomer area Active area : Luas penampang 2x Downcomer area Hole Area: min 10% active area Hole diameter: 15-25 mm Diameter ~ kapasitas giling ~ debit nira 3000-3500 TCD : 0.9 m 3500-4000 TCD : 1,0 m 4000-4500 TCD : 1,1 m 4500-5000 TCD : 1,2 m Gas SO2 inlet Juice Oulet Exhaust Gas Limed Juice Inlet 1angki Reaksi Penyempurnaan reaksi shg terbentuk gumpalan yang incompressible Suhu reaksi 70-75 C pH 7.2 Waktu tinggal 4-10 menit Rpm pengaduk 60 rpm Jenis pengaduk Paddle llash 1ank Fungsi: Menghilangkan noncondensible gas Laminerisasi aliran nira Dasar desain (La musse): Luas untuk Flash, m2 = 4.186 W (T1-T2)/L W = berat juice, metrik ton/jam T1= suhu nira masuk, C T2=suhu saat flash, C L = panas latent pd T2, kKal/kg Vapor Outlet Juice Outlet Juice Inlet Vapor Outlet Juice Outlet Juice Inlet Clariier Proses pengendapan dapat terjadi bila densitas partikel lebih besar dari densitas cairan (larutan) dan kecepatan pengendapan masih dipengaruhi oleh ukuran partikel. [s - l] .d2.g v = ------------------- 18. s = densitas partikel l = densitas nira d = diameter partikel g = percepatan grafitasi v = kecepatan pengendapan = viskositas nira (Stokes law) 10,000 000 kerikil 1 detik 3,+2 cm 2 1,000 000 pasir kasar 10 " 31,+20 " 0,100 000 pasir halus 125 " 31+,200 " 0,010 000 lumpur 110 menit 3 1+2,000 " 0,001 000 bakteri 180 hari 31 +20,000 " (3,1+2 Ha) 0,000 100 koloid 755 hari 31,+20 Ha 0,000 010 koloid 20 tahun 31+,200 Ha 0,000 001 koloid 207 tahun 3 1+1,000 Ha Diameter Derajat waktu Luas {mm) ukuran mengendap permukaan Inversi sukrosa ~ 0.2-0.3%, max 1% pada pH 7- 6.9 (honig) Dekomposisi Gula Reduksi: 1% per jam pada pH 7, suhu 100 C 3% per jam pada pH 8, suhu 100 C Pada saat berhenti, ke dalam klarifier ditambahkan kapur dg dosis 150 ppm nira, hingga pH 8.7 Mempertahankan suhu nira di kisaran 80 C Jika suhu nira turun dibawah 70C,maka ditambah formalin 0.5-0.6 ppm Kecepatan pengendapan ~ larutan Nira mentah : 78 min Nira mentah + 10% air : 38 min Nira mentah + 20% air : 28 min Kecepatan pengendapan 75mm per menit Kecepatan nira max 15 m/jam 3-6 m/jam : aliran laminer 6-12 m/jam : aliran ajeg, pengendapan bagus 12-15 m/jam : turbulen mulai terjadi, pengendapan masih bisa >15 m/jam : turbulen Clariier-Rapi dorr, multi tray Pengendapan ~ ditentukan oleh luas penampang klarifier Luas permukaan klarifier 1.7 m2/tch Tinggi tray > 60cm Dorr : Tinggi tray~ 69 cm, kompartemen bawah ~ 2-3 x tinggi kompartemen lainnya Kompartemen atas ~ 122 cm Kompartemen bawah ~ 183 cm Dia, m vol,m3 area, m2 kap, tch 3,048 10 29 18 5,486 18 94 59 7,315 24 168 105 7,925 26 198 124 9,144 30 262 164 10,973 36 378 236 Clariier-Single 1ray Kecepatan pengendapan 10 cm/min, Luas permukaan ~ 0.2 m2/tch Tinggi dasar feed launder ke dasar 120 cm Waktu tinggal 20 min Saringan NE DSM screen ~ 0.25-0.3 mm slot Screen ~ 80 mesh 1angki llokulan Penyediaan larutan flokulan Larutan induk (0.025 gr/dm3) Larutan penjatah (0.015 gr/dm3) Rpm pengaduk = 10-15 rpm Pelarut = air dingin WTP Bahan tangki = bukan besi (Fe) lungsi llokulan Larutan Induk Larutan Penjatah Larutan Penjatah lIL1RASI Faktor berpengaruh pada penapisan dapat dilihat dari persamaan berikut V k.A.[ e(1-x)(1-X) X.x. ] ---- = --------------------------------- * ---- t .x. V V = volume filtrat t = waktu A = luas tapis e = densitas endapan x = fraksi padat dalam nira kotor X = porositas blotong = densitas nira e = densitas endapan k = tetapan (konstante) = viskositas nira kecepatan filtrasi juga nampak bahwa besarnya dipengaruhi oleh densitas endapan dan porositas (X) dimana besarnya porositas berarti ukuran pori diantara partikel dipengaruhi oleh ukuran (diameter) butiran endapannya. (besar 15 40% diameter partikel). Rotary Vacuum lilter Screen : 625 mesh ~ 0.5 mm diameter Motor penggerak : 1.5 kw Rpm RVF : 1/3-1/10 Kec.filtrasi : 250-400 l/m2/h Kap : 0.6 m2/tch Mud: Zat kering > 4.5%. ~ 5.5-6% Suhu 80 C Filter cake 3-4 kg/100 kg tebu 60-75 kg/m2/h ~ 75-80 kg/m2/h 125 kg/m2/h/cm tebal blotong = 4 x insoluble solids in mixed juice + 0.01 gross mixed juice Washing : 100-150% cake 14-20 kg/tc ~ 1.4 2% tc 0.5-1% mixed juice suhu : 60-70 C Bagacillo: Screen : ukuran hole 0.3 x 0.5 x 2 cm 500 cm2/tch 14 mesh Kebutuhan bagacilo : ZK: bagacillo = 1: 0.5 Diagram operasi Rotary Vacuum lilter Pembuatan Susu Kapur Kapur fresh atau baru sebaiknya di suplai tiap 2 atau 4 minggu. Stock kapur dipabrik harus dijaga sesuai kebutuhan karena kapur bereaksi dengan moisture dan CO2 dari udara. berat air per berat Kapur Residue 1 bagian 65% 3 bagian 8.9 % 3 bagian (90-95 o C) 1.66 % 5 bagian 9.8% 10 bagian 12.9% (Manoff) berat air 3 kali berat Kapur dan kontak dalam waktu 3 jam menghasilkan hasil yang paling baik. (Manoff) Lal Mathur : sebaiknya dipadamkan 3-4 jam sebelum digunakan Lime slaker Drum berputar dg rpm 6 SK keluar slaker masih mengandung kerikil dan kapur yg tdk terpadamkan Screen di ujung lime slacker 8 mesh Kemiringan Clasifier Memisahkan partikel yg terikut Peti tunggu susu kapur, waktu reaksi 4 jam Rpm pengaduk 8-10 rpm Pengaduk Paddle Bearing untuk menghandle SK terbuat dari Castiron bukan bronze Kapasitas pompa 8-16 x kebutuhan Pompa centrifugal/plunger,liners, spherical/ball valve terbuat dari cast iron Kecepatan aliran kapur 1 m/s Pembuatan Gas SO2 Reaksi pembakaran SO2: 120 C S(S) S(L) 444.6 C S(L) S(g) 363 C S(g) + O2(g) SO2(g) H=-2217 kkal/kg S Pada suhu 1200 C, SO2 terurai menurut reaksi: SO2 S + O2 dan O2 yang terbentuk akan bereaksi dengan SO2 membentuk SO3, dengan reaksi 2SO2 +O2 2SO3 Furnaces Kapasitas furnace: 20-25 kg S/m2/jam (kadang-kadang mencapai 35 kg S/m2/jam). Jika menggunakan kompresor maka udara yang dibutuhkan 6 m3 (pada 0 C dan 1 atm) untuk menghasilkan 12% gas SO2. Cooler Suhu furnace 320-350 C, dan 260-290 di outlet furnace, suhu diatas 300 c sebaiknya dihindari karena akan menyebabkan terjadinya sublimasi. Suhu gas SO2 masuk sulphiteur 75 C Sublimator Sublimasi uap S Beroperasi dibawah 300 C 0811 255 730 otnayinad@yahoo.com LPP Bagian Pengolahan Jl.LPP no 1, YK, 55222 Ph. 0274 586201/202 Fx. 0274 520082