Anda di halaman 1dari 13

EKSTRAKSI PADAT CAIR

PERCOBAAN-VI

I. Judul : EKSTAKSI PADAT CAIR

II. Tujuan : Untuk menentukan kadar lemak dan minyak dalam kemiri

Secara ekstraksi soxhlet.

III. Prinsip percobaan

Penyaringan secara berkesinambungan, dimana cairan penyari


dipanaskan hingga menguap, uap cairan akan terkondensasi menjadi molekul-
molekul cairan oleh pendingin balik dan turun dalam klonsong untuk menyari
simplisia dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa shipon, proses ini berlangsung hingga penyaringan zat aktif menjadi sempurna.

IV. Landasan Teori

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya


dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempaah-rempah. Tumbuhan ini masih
sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae.

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya


atau zat pemegangnya, dengan menggunakan suatu pelarut yang sesuai. Ekstraksi
padat cair merupakan proses yang paling banyak ditemui di dalam usaha mengisolir
substansi berkhasiat yang terkandung di dalam bahan yang berasal dari alam. Sifat-
sifat bahan alam tersebut merupakan faktor yang berperan sangat penting
terhadap sempurnanya atau mudahnya ekstraksi tersebut
berlangsung (Gugule,2005).

Soxhletasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk


mengisolasi minyak lemak. Soxhletasi merupakan ekstraksi padat cair
berkesinambungan, disebut ekstraksi padat cair karena substansi yang diekstrak
terdapat di dalam campuran yang berbentuk padat, sedangkan disebut
berkesinambungan karena pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai. Keuntungan dari metode ini antara lain menggunakan pelarut
yang lebih sedikit karena pelarut tersebut akan dipakai untuk mengulang ekstraksi
dan uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Metode
ini juga memilki beberapa kelemahan antara lain, tidak dapat digunakan pada
bahan yang mempunyai tekstur yang jeras, selain itu pengerjaannya rumit dan
agak lama, karena harus diuapkan di rotavapor untuk memperoleh ekstrak kental.
Jika suatu komponen dari campuran merupakan padatan dan sangat
larut dalam pelarut tertentu dan komponen yang lain secara khusus tidak larut,
maka proses pemisahan dapat dilakukan dengan pengadukan sederhana dan
dengan pelarut tertentu yang diikuti dengan proses penyaringan. Akan tetapi bila
komponen terlarut sangat sedikit larut atau disebabkan oleh bentuknya sehingga
proses pelarutan sangat lambat, maka perlu dilakukan pemisahan dengan ekstaksi
soxhlet (Rudi,2010).

Menurut Khopkar, beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem


ekstraksi. Cara klasik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang
diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Ada sistem ekstraksi yang
melibatkan pembentukan berasosiasi. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan
spesies netral yang bermuatan di ekstraksi ke fase organic (Suyanti,2008).

Proses ekstraksi padat cair, dari padatan ke cairan berlangsung


melalui dua tahapan proses yaitu difusi dari dalam padatan ke permukaan padatan
ke cairan karena butiran padatan cukup kecil, maka diambil asumsi bahwa
konsentrasi solut dalam padatan selalu homogen atau serba sama, jadi dalam hal
ini tidak ada gradient konsentrasi dalam padatan .

Potensi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak bercampur untuk
pemisahan analitis. Ekstraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam
urutan menuju ke suatu produk murni dalam laboratorium organik, anorganik atau
biokimia seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan, dalam
beberapa menit (Day dan underwood,1986).

Diantara berbagai metode pemisahan ekstraksi pelarut atau disebut


juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling popular, karena makro
maupun mikro, prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak sering bercampur seperti
benzene,kloroform. Zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase pelarut, tehknik ini dapat digunakan untuk
preparative,pemurnian,pemisahan,dan analisis. Kemudian berkembang metode
yang baik,sederhana dan cepat (Khopkar,2008).

V. Alat dan Bahan

A. Alat Yang Digunakan

1. Batang Pengaduk

2. Batu Didih
3. Ember

4. Gelas Kimia

5. Gelas Ukur

6. Pisau

7. Satu Set Alat Soxhletasi

a. Heating Mantel

b. Klonsong

c. Klem Dan Statif

d. Kondensor

e. Labu Alas Bulat

f. Pipa Shifon

g. Selang

8. Sendok Tanduk

9. Timbangan Analitik

10. Timbangan Digital

B. Bahan Yang Digunakan

1. Aluminium Foil

2. Kemiri

3. Kertas Saring

4. Petroleum Eter

5. Tissue

6. Vaseline Album

VI. Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Ditimbang 50 gram sampel kemiri yang telah dihaluskan.

3. Dibungkus dengan kertas saring bagian atas dan bawah disumbat kapas.

4. Ditimbang labu didih/labu alas bulat dan batu didih yang akan digunakan.

5. Diisi labu alas bulat tersebut dengan cairan penyari (petroleum eter) hingga
2/3 volume labu terebut dan beberapa butir batu didih.

6. Dipasang alat soxhletasi lalu dilakukan ekstraksi sampai diperoleh minyak


kemiri.

7. Didinginkan ekstrak kemiri yang diperoleh kemudian uapkan.

8. Dihitung kadar minyak kemiri dalam sampel.

VII. Data Pengamatan

Berat labu kosong = 105,56 gram

Berat batu didih = 1,70 gram

Berat sampel = 50 gram

Berat minyak = (berat ekstrak minyak kemiri+batu didih) - batu didih

= 107,2925 - 1,70

= 105, 5925 gram

Berat minyak = (berat labu kosong+berat minyak) - berat labu kosong

= 105,5925 - 105,56 gram

= 0,0325 gram
VIII. Pembahasan

Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau


lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi padat
cair (leaching) adalah proses pemisahan suatu zat terlarut yang terdapat dalam
suatu padatan dengan mengontakkan padatan tersebut dengan pelarut (solvent)
sehingga padatan dan cairan bercampur dan kemudian zat terlarut terpisah dari
padatan karena larut dalam pelarut. Pada ekstraksi padat cair terdapat dua fase
yaitu fase overflow (ekstrak) dan fase underflow (rafinat/ampas).

Metode paling sederhana untuk mengekstraksi padatan adalah


mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut, lalu memisahkan larutan tersebut
dengan padatan tidak terlarut .

Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah sebagai berikut :

1). Temperatur Operasi

Semakin tinggi temperatur, laju pelarutan zat terlarut oleh pelarut semakin
tinggi dan laju difusi pelarut ke dalam serta keluar padatan, semakin tinggi pula.
Temperatur operasi untuk proses ekstraksi kebanyakan dilakukan di bawah
temperatur 100 karena pertimbangan ekonomis.

2). Waktu Ekstraksi

Lamanya waktu ekstraksi mempengaruhi volume ekstrak minyak yang


diperoleh. Semakin lama waktu ekstraksi semakin lama juga waktu kontak antara
pelarut n-hexane sebagai padatan sehingga semakin banyak zat terlarut yang
terkandung di dalam padatan yang terlarut di dalam pelarut.

3). Ukuran,Bentuk dan Kondisi Partikel Padatan

Minyak pada partikel organik biasanya terdapat di dalam sel-sel. Laju


ekstraksi akan rendah jika dinding sel memiliki tahanan difusi yang tinggi.
Pengecilan ukuran partikel ini dapat mempengaruhi waktu ekstraksi. Semakin kecil
ukuran partikel berarti permukaan luas kontak antara partikel dan pelarut semakin
besar, sehingga waktu ekstraksi akan semakin cepat.

4). Jenis Pelarut

Pada proses ekstraksi, banyak pilihan pelarut yang digunakan. Beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelarut adalah sebagai berikut :

a). Selectivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan kompenen lainnya
dari bahan yang diekstrak. Dalam hal ini, larutan ekstrak yang diperoleh harus
dibersihkan yaitu dengan pelarut kedua.

b). Kelarutan

Pelarut harus mempunyai kemampuan untuk melarutkan solut terhadap


pelarut yang tinggi akan mengurangi jumlah penggunaan pelarut sehingga
menghindarkan terlalu besarnya perbandingan antara pelarut dan padatan.

c). Kerapatan

Perbedaan kerapatan yang besar antar pelarut dan solut akan


memudahkan pemisahan keduanya.

d). Aktivitas Kimia Pelarut

Pelarut harus bahan kimia yang stabil dan inert terhadap komponen
lainnya di dalam system.

e). Titik Didih

Pada proses ekstraksi biasanya pelarut dan solut dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi. Oleh karena itu titik didih kedua bahan tidak
boleh terlalu dekat. Dari segi ekonomi akan menguntungkan bila titik didih pelarut
tidak terlalu tinggi.

f). Viskositas Pelarut

Pelarut harus mampu berdifusi ke dalam maupun keluar dari


padatan agar bisa mengalami kontak dengan seluruh solut. Oleh karena itu,
viskositas pelarut harus rendah agar dapat masuk dan keluar secara mudah dari
padatan.

g). Rasio Pelarut

Rasio pelarut yang dipakai terhadap padatan harus sesuai dengan kelarutan zat
terlarut atau solut pada pelarut. Semakin kecil kelarutan solut terhadap pelarut,
semakin besar pula perbandingan pelarut terhadap padatan, begitu juga
sebaliknya. Dengan demikian perbandingan dan pelarut yang akan mampu
memberikan hasil ekstraksi yang diharapkan.

Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh pelarut yaitu pelarut sedapat
mungkin harus murah,tersedia dalam jumlah yang besar,tidak beracun,tidak
korosif,tidak mudah terbakar,tidak eksplosif bila tercampur dengan udara,tidak
menyebabkan terbentuknya emulsi, dan stabil secara kimia maupun termis. Karena
hampir tidak ada pelarut yang memenuhi semua syarat diatas, maka untuk setiap
proses ekstraksi harus dicari yang paling sesuai.

Pada percobaan ini dilakukan untuk mengekstraksi pelarut secara padat cair
dimana sampel yang digunakan adalah kemiri yang telah dihaluskan. Penghalusan
kemiri dilakukan agar proses ekstraksi pelarut dapat berjalan dengan baik sehingga
pelarut dapat mengekstraksi lemak yang terdapat di dalam sel kemiri tersebut.
Lemak dalam minyak kemiri diisolasi dengan metode soxhletasi.

Berdasarkan prinsip percobaan soxhletasi sampel dimasukkan dalam


klonsong dan pelarut akan menyaring simplisia tersebut secara berkesinambungan.
Pelarut yang digunakan adalah kloroform dimana penggunaan kloroform dilakukan
karena pelarut ini bersifat mudah menguap dengan titik didih yang rendah dan
merupakan pelarut yang dapat melarutkan minyak atau lemak dengan baik
sehingga cocok digunakan pada isolasi lemak yang terkandung di dalam kemiri,
kloroform juga tidak akan menimbulkan ledakan sebelum melakukan pemanasan,
pemanambahan batu didih harus dilakukan terlebih dahulu agar tidak terjadi
bumping pada saat proses pemanasan berlangsung. Pemanasan pelarut organik
dilakukan selama 13 kali sirkulasi atau sampai pelarut tidak berwarna lagi yang
berarti bahwa pelarut sudah tidak membawa komponen yang ingin diisolasi. Pada
proses soxhletasi diperoleh lemak yang bercampur dengan pelarut yang digunakan
yaitu kloroform.

Berdasarkan percobaan maka diperoleh kadar minyak kemiri adalah


0,065 %.

IX. Lampiran

Gambar satu set alat soxhletasi


X. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu ekstraksi kemiri dengan


metode soxhletasi didapatkan berat minyak dalam sampel kemiri sebesar 0,0325
gram. Sedangkan untuk kadar minyak kemiri yang diperoleh 0,065%.

http://yanialkarim.blogspot.co.id/2016/01/ekstraksi-padat-cair.html
Penjelasan Leaching atau Ekstraksi Padat-cair
Posted by Haris Kreatif

Pengertian proses Leaching

Penjelasan Leaching atau Ekstraksi Padat-Cair - Ketika kita mempunyai suatu campuran bahan
kimia yang kita ingin pisahkan, kita dapat memisahknnya dengan proses ekstraksi. Dan campuran
tersebut harus dikontak dengan fase yang berlainan, dapat berupa cair dengan cair, solid dengan
fluida, gas dengan cair maupun uang dengan cair.

Proses ekstrasi itu sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu, ekstraksi cair dengan cair dan ekstraksi
padat dengan cair. Leaching itu sendiri adalah proses ekstraksi padat dengan cair. Biasanya untuk
melakukan ekstraksi cair dengan cair digunakan proses distilasi atau evaporasi. Seperti asam asetat
dapat diekstrasi dari air dengan proses distilasi menggunakan pelarut organik.

Pada umumnya senyawa organik atau anorganik terbentuk dari campuran komponen dalam bentuk
padatan. Zat yang akan diekstrak disebut dengan solut, dan solut tersebut akan kita pisahkan
dengan zat yang tidak diingikan dari suatu solid. Solid tersebut akan dikontakkan dengan fase cair.
Ketika fase padat dan fase cair terjadi kontak maka solut akan berdifusi dari solid menjadi fase liquid
sehingga mengakibatkan solut yang sebelumnya tercampur pada solid akan terpisahkan. Proses ini
yang dinamakan leaching. Pada proses ekstraksi padat cair terdapat bahan pelarut yang digunakan
bertujuan untuk memisahkan zat yang bisa terlarut pada bahan padat.
Pada leaching juga terdapat proses yang dinamakan washing yaitu, proses memisahkan komponen
yang tidak diinginkan dari solid menggunakan air.

Ekstraksi padat cair bertujuan untuk mengeluarkan suatu zat terlarut dari padatan atau bisa juga
untuk memurnikan suatu padatan dari zat yang mengkontaminasinya.

Proses leaching banyak ditemukan pada industri-industri. Biasanya ditemukan pada industri biologi
atau industri makanan, terdapat proses yang dilakukan untuk memisahkan suatu produk dari
struktur alaminya. Misalnya dari produksi gula, proses leaching dilakukan untuk memisahkan gula
dari tebu. Contoh lainnya dapat kita lihat pada produksi minyak makan, pelarut yang organik seperti
aseton atau eter digunakan untuk mengekstrak minyak dari kacang-kacangan.

Tahapan-tahapan proses ekstraksi padat cair diawali dengan meresapnya zat pelarut menuju zat
yang akan telarut sehingga terjadi perubahan fase pada zat tersebut, kemudian terjadinya difusi di
cairan dalam partikel yang padat menuju ke luar. Terakhir, terjadinya perpindahan zat terlarut dari
padatan menuju zat pelarut.

Leaching juga dapat kita temukan pada proses logam, diantaranya sebagai berikut :
1. Leaching Emas baca disni Leaching emas
2. Leaching alumunium baca disini Leaching Alumunium
3. Leaching pada tembaga baca disini Leaching tembaga

Ketika kita ingin mempersiapkan bahan solid yang ingin di-leaching, tergantung pada solut yang
tersedia. Apabila senyawa terlarut di kelilingi dengan suatu bahan yang tidak larut, maka pelarut
harus terlebih dahulu berdifusi ke dalam sehingga akan terjadi kontak yang membuat solut menjadi
larut, kemudian solut tersebut akan berdifusi keluar.

Pada material biologi biasanya solut berada dalam sel. Sehingga proses leaching menjadi lambat
karena terhalang oleh membran sel. Sehingga pada pemrosesan leaching material biologi, bahan
yang akan di leaching dipotong-potong tipis terlebih dahulu untuk mempercepat
proses leaching. Dapat kita lihat pada proses pengekstrakan gula pada tebu, terlebih dahulu tebu
tersebut dipotong-potong untuk mempermudah proses leaching.

Secari garis besar proses leaching dilakukan pada 3 tahap. Pertama proses pelarutan solut,
kemudian terjadi proses pemisahan larutan terhadap ampas dan yang terakhir proses mencuci
ampas padat. Berikut ini video tentang proses leaching.

http://www.sisikreatif.com/2016/04/penjelasan-leaching-atau-ekstraksi.html
HOME

CATEGORIES

EBOOK

ABOUT

CONTACT

Leaching / Ekstraksi Padat-Cair


5/08/2014 11:31:00 am by farxNo comments

Untuk memisahkan satu atau lebih komponen dalam campuran, campuran harus
dikontakkan dengan fase lain, proses ini dikenal dengan nama Ekstraksi. Fase lain yang
dikontakkan dapat berupa gas-cair, uap-cair, cair-cair maupun solid-fluida. Proses ekstraksi
sendiri dibedakan menjadi dua macam yaitu, ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-
cair (leaching). Ekstraksi pelarut (ekstraksi cair-cair) seringkali digunakan sebagai alternatif
untuk melakukan pemisahan selain dengan distilasi atau evaporasi. Contohnya asam asetat
dapat dipisahkan dari air dengan distilasi atau dengan ekstraksi menggunakan pelarut
organik.

Kebanyakan senyawa biologi, organik, dan anorganik terbentuk dalam campuran dari
berbagai komponen dalam padatan. Untuk memisahkan solut (zat yang ingin diekstrak)
yang diinginkan maupun yang tak diinginkan dari suatu solid, solid dikontakkan dengan fase
liquid/ cair. Kedua fase tersebut akan mengalami kontak dan solut dapat berdifusi dari solid
menuju fase liquid sehingga terjadi solut yang tadinya berada dalam solid dapat dipisahkan.
Proses pemisahan inilah yang disebut dengan leaching. Pada leaching, ketika komponen
yang tidak diinginkan dipisahkan dari solid dengan menggunakan air maka disebut washing.

Leaching banyak dipakai dalam berbagai industri. Pada proses industri biologi dan
makanan banyak produk dipisahkan dari struktur alaminya dengan proses leaching.
Sebagai contoh, gula dihasilkan dari proses leaching dari tebu atau gula bit dengan
menggunakan air. Dalam produksi minyak sayur, pelarut organik seperti heksana, aseton,
dan eter digunakan untuk mengekstrak minyak dari kacang tanah, kacang kedelai, biji
bunga matahari, biji kapas, dan sebagainya. Pada industri farmasi, berbagai produk farmasi
yang berbeda dihasilkan dengan proses leaching akar tanaman, daun, ataupun batang.
Selain untuk berbagai kegunaan di atas leaching juga dijumpai dalam industri pemrosesan
logam. Biasanya logam yang bermanfaat biasanya terdapat dalam campuran dengan jumlah
konstituen tak diinginkan yang cukup besar. Leaching dipakai untuk memisahkan logam
sebagai garam yang terlarut. Misalnya garam tembaga di-leaching dari bijih yang
mengandung berbagai logam dengan menggunakan asam sulfat atau larutan amoniak.

Persiapan dari solid yang akan di-leaching tergantung pada proporsi solut yang ada,
distribusinya pada solid dan sifat alami dari solid. Bila senyawa terlarut dikelilingi oleh bahan
yang tidak larut, pelarut harus berdifusi ke dalam dan lalu berkontak serta melarutkan solut
dan kemudian berdifusi keluar.

Material biologi biasanya memiliki struktur seluler dan solut berada dalam sel.
Prosesleachingnya berlangsung relatif lebih lambat karena dinding sel menyebabkan suatu
halangan untuk berdifusi. Untuk itu biasanya materi biologi yang akan dileaching dipotong
tipis memanjang atau dikecilkan ukurannya lebih dahulu agar sel-sel terpecah sehingga
difusi dapat berlangsung lebih cepat. Contohnya dalam untuk mengekstraksi gula dari tebu,
tebu harus dipotong terlebih dulu.

Pada proses leaching, mekanismenya ialah solven ditransfer menuju permukaan solid,
kemudian solven berdifusi atau masuk ke dalam solid. Lalu, solut yang ada dalam solid
berdifusi ke solven. Kemudian solut yang sudah terlarut dalam solven berdifusi menuju
permukaan lalu ditransfer ke pelarut. Umumnya mekanisme proses ekstraksi dibagi menjadi
3 bagian yaitu:

Perubahan fase solute untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari padat menjadi cairan.

Difusi melalui pelarut di dalam pori pori untuk selanjutnya keluar dari partikel.

Akhirnya perpindahan solute ini dari sekitar partikel ke dalam larutan keseluruhannya.

Setiap bagian dari mekanisme ini akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi, namun bagian
pertama

berlangsung dengan cepat maka terhadap kecepatan ekstraksi secara keseluruhan dapat
diabaikan.
Jadi proses leaching dapat dilakukan 3 macam:

1. Pelarutan solute.

2. Pemisahan larutan terhadap ampas padat.

3. Pencucian ampas padat

Daftar Pustaka

Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Separation Process Principles (includes Unit
Operations), 4th ed., pp 776-777, 802-806, Prentice Hall, New Jersey

Budhikarjono, Kusno, 1996, Diktat Kuliah Alat Industri Kimia, edisi pertama, pp. 99 -
101, Institut Sepuluh Nopember, Surabaya..

Kata kunci : Leaching , Ekstraksi padat-


cair , Solute , Solvent , Pelarut , Operasi Teknik Kimia

Baca Juga : Drying , Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses


Leaching/ Ekstraksi Padat-Cair
http://artikelteknikkimia.blogspot.co.id/2014/05/leaching-ekstraksi-padat-cair.html

Anda mungkin juga menyukai