Anda di halaman 1dari 9

Prinsip – Prinsip Dasar Sintaksis

Oleh : Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan

Disusun Oleh :

Ato Suanto

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Semester Genap

Tahun 2015/2016

A. Identitas buku
1. Judul Buku : Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis
2. Pengarang : Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan
3. Jumlah Halaman : 88 halaman + cover
4. Penerbit : Angkasa
5. Tahun Terbit : 1985
6. Tempat Terbit : Bandung
7. Ukuran : 21x14,5cm
8. Warna Cover : Hijau
9. Harga Buku : Rp. 20.000,-

1
B. Kepengarangan
Henry Guntur Tarigan dilahirkan tanggal 23 September 1933 di
Linggajulu, Kabanjahe, Tanah Karo, Sumatera Utara. Ayahnya
bernama Rulo Tarigan dan ibunya bernama Kawali Beru Surbakti.
Henry Guntur Tarigan menikah dengan M. Intan Sisdewatu Purba
tanggal 14 Agustus 1957 di Berastagi, Sumatera Utara.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Muda pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan di Bandung tahun 1960; Sarjana Pendidikan pada
FKIP Universitas Padjadjaran Bandung tahun 1962; mengikuti Studi
Pasca Sarjana Linguistik di Universitas Leiden , Nederland tahun 1971- 1973; meraih
gelar Doktor dalam bidang Linguistik pada Fakultas Sastra, Universitas Indonesia,
Jakarta tahun 1975 dengan disertasi yang berjudul Morfologi Bahasa Simalungun.
Pernah menjadi pengajar tetap pada FPBS – IKIP Bandung, pada Fakultas
Pasca Sarjana IKIP Bandung, dosen luar biasa dalam mata kuliah “Kemahiran
Berbahasa Indonesia” pada Fakultas Sastra Universitas Leiden dan pada Hendrik
Kraemer Institut Oegstgeest, Belanda (1972 – 1973); dosen luar biasa STIA-LAN-RI
Bandung (1980-1983); dosen terbang/luar biasa pada Universitas Palangkaraya,
Kalimantan Tengah; dosen luar biasa pada Universitas Katolik Parahyangan; Guru
Besar pada FPBS IKIP Bandung.
Beliau sering mengikuti berbagai seminar dan lokakarya di dalam maupun luar
negeri dalam bidang kebahasaan antara lain di Hull (Inggris, 1972), Hasselt (Belgia,
1972), Paris (Perancis, 1973), Leiden (Belanda, 1973), Hamburg (Jerman Barat,
1981), Chicago (Amerika Serikat, 1987), Columbus, Ohio (Amerika Serikat, 1987),
Tallahassee (Florida, USA, 1987).

2
C. Isi buku
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Sintaksis

Telah banyak ahli yang mengemukakan penjelaskan atau batasan sintaksis.


Antara lain ada yang mengemukakan bahwa “Sintaksis adalah bagian dari tatabahasa
yang membicarakan struktur frasa dan kalimat”.

Sintaksis adalah saah satu cabang dari tata bahassa yang membicarakan
struktur-struktur kalimat, klausa,dan frase.

BAB 2

KALIMAT

2.1 Batasan kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari kalusa.

2.2 Klasifikasi kalimat

Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan :

a. Jumlah dan Jenis Klausa yang terdapat pada Dasar :


 Kalimat Tunggal

Kalimat Tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas
tanpa klausa terikat.

 Kalimat Bersusun

Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas dan
sekurang-kurangnya satu klausa terikat.

 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa
bebas.

b. Stuktur Internal Klausa Utama :


 Kalimat Sempurna
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah
klausa bebas.

3
 Kalimat Tak Sempurna
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya hanya terdiri atas
sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak mengandung struktur
klausa.

c. Jenis Responsi yang Diharapkan :


 Kalimat Pernyataan
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan
informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu.

 Kalimat Pertanyaan
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing
responsi yang berupa jawaban.

 Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing
responsi yang berupa tindakan.

d. Sifat Hubungan Aktor-Aksi :


 Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subyeknya berperan sebagai pelaku
atau aktor.

 Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya berperan sebagai
penderita.

 Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subyeknya berperan sebagai
pelaku maupun sebagai penderita.

 Kalimat Resiproka
Kalimat resiproka adalah kalimat yang subyek dan obyeknya
melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan.

e. Ada atau Tidaknya Unsur Negative pada Frase Verba Utama :


 Kalimat Afirmatif
Kalimat afirmatif atau kalimat pengesahan adalah kalimat yang pada
frase verbal utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur
penindakan, ataupun unsur penyangkalan.

 Kalimat Negatif
Kalimat negatif atau kalimat penyangkalan adalah kalimat yang pada
frase verbal utamanya terdapat unsur negatif atau unsur penyangkalan.
f. Kesederhanaan dan Kelengkapan Dasar :
 Kalimat Formata

4
Kalimat formata atau kalimat tersusun rapih adalah kalimat tunggal dan
sempurna.

 Kalimat Transformata
Kalimat transformata adalah kalimat lengkap tetapi bukan kalimat
tunggal, mencakup kalimat bersusun dan kalimat majemuk.

 Kalimat Deformata
Kalimat deformata atau kalimat tak sempurna adalah kalimat tunggal
yang tak sempurna, dan tidak lengkap. Meliputi :
1. Kalimat urutan
2. Kalimat sampingan
3. Kalimat elips
4. Kalimat tambahan
5. Kalimat jawaban
6. Kalimat seruan

g. Posisinya dalam Percakapan :


 Kalimat Situasi
Kalimat situasi adalah kalimat yang memulai suatu percakapan.

 Kalimat Urutan
Kalimat urutan adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan
suatu pembicaraan tanpa mengganti pembicara.

 Kalimat Jawaban
Kalimat jawaban adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan
suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara.

h. Konteks dan Jawaban yang Diberikan :


 Kalimat Salam
Kalimat salam adalah suatu formula tetap yang dipergunakan pada
pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban
yang tetap yang sering merupakan ulangan dari salam tersebut

BAB 3

KLAUSA

3.1 Batasan klausa

Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat.

3.2 Klasifikasi Klausa


3.2.1 Klausa bebas

5
Klausa bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
sempurna, berdasarkan jenis predikatnya dapat dibedakan menjadi :
 Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang berpredikat verbal. Berdasarkan
struktur internalnya klausa verbal dapat dibedakan pula menjadi :
1. Klausa transitif
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif,
yaitu kata kerja yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih
obyek. Dipandang dari sifat hubungan aktor – aksi, dapat dibedakan
menjadi :
 Klausa aktif
Subyeknya berperan sebagai pelaku.
 Klausa pasif
Subyeknya berperan sebagai penderita.
 Klausa medial
Subyeknya berperan sebagai pelaku maupun penderita.
 Klausa resiprokal
Subyek dan obyeknya melakukan suatu perbuatan yang
berbalas-balasan.

2. Klausa intransitif
Klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja
intransitif, yaitu kata kerja yang tidak memerlukan suatu obyek.
 Klausa Non-Verbal
Klausa non-verbal adalah klausa yang berpredikat nomina, ajektif, atau
adverbia. Dapat dibagi menjadi :
1. Klausa statif
Klausa statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat
disamakan dengan ajektif.

2. Klausa ekuasional
Klausa ekuasional adalah klausa yang berpredikat nomina.

3.2.2Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat sempurna, hanya berpotensi sebagai kalimat tak sempurna.
Dipandang dari segi fungsinya dapat dibedakan menjadi:
 Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina.

 Klausa Ajektival
Klausa ajektival adalah klausa terikat yang bertindak sebagai ajektif.

 Klausa Adverbial
Klausa adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adverbia.

6
BAB 4

FRASE

4.1 Batasan Frase

Frase adalah satuan linguistic yang secara potensial merupakan gabungan dua
kata atau lebih, yang tidak mempunyai cirri-ciri klausa atau yang tidak melampaui
batas subjek atau predikat; dengan kata lain: sifatnya tidak predikatif.

4.2 Klasifikasi Frase

Berdasarkan tipe strukturnya, dapatlah dibeda-bedakan:

a. Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang tidak berhulu, tidak berpusat, atau non-
headed. Berdasarkan posisi penghubungnya yang ada di dalamnya dapat
dibedakan menjadi:
 Frase preposisi
Frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan
Contoh :
Bahasa Indonesia,
di pasar
ke sekolah
dari warung
untuk mereka
kepada ibu
bagi nusa
demi kemerdekaan
 Frase posposisi
Frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang.
Contoh :
Bahasa Jepang,
ga “penanda subyek”
Heitai ga, kureta. “The soldier gave it to me”
o “penanda obyek”
Heitai o, mita. “I saw a soldier”
ni “in, on, at”
inaka ni, sunde iru. “I live in the country”
to “with”
Tomodati to, hanasita. “I talked with a friend”
 Frase preposposisi
Frase yang penghubungnya menduduki posisi bagian depan dan
belakang.
Contoh :
Bahasa Karo,
I juma nari “dari ladang”
I tiga nari “dari pasar”

7
I rumah nari “dari rumah”
I Bandung nari “dari Bandung”

b. Frase Endosentris
Frase endosentris adalah frase yang berhulu, yang berpusat. Yaitu frase yang
mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya. Berdasarkan tipe strukturnya
dapat dibedakan menjadi :
 Frase Beraneka Hulu
 Frase Koordinat
Frase yang hulu – hulunya mempunyai referensi berbeda-beda.
Dibedakan menjadi :
1. Frase koordinatif nominal
Gabungan dua atau lebih frase yang bertipe nominal
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Paman dan bibi tak pernah pergi ke Jawa.
Johan dan Amir sekelas di SMAN 2 Kuningan.
Aku dan dia masih berkerabat.
Dia dan kamu tidak mempunyai hubungan darah.
2. Frase koordinatif verbal
Gabungan dua atau lebih bentuk verba.
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Kami berembuk dan berunding selama dua jam.
Mereka bercanda dan bergurau dengan gembira.
Sanggupkah kamu membajak dan memacul di sawah?
3. Frase koordinatif ajektival
Gabungan dua atau lebih frase yang bertipe ajektival
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Gadis itu cantik dan ramah.
Orang Indonesia terkenal ramah dan sopan.
Rambutnya panjang, hitam, dan ikal.
4. Frase koordinatif adverbial
Gabungan dua atau lebih frase bertipe adverbial.
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Anak itu belajar dengan tekun dan rajn.
Dia membuat rencana itu dengan teratur dan terperinci.
Pemuda itu menjalankan mobilnya dengan tergesa-gesa dan cepat
sekali.
 Frase Apositif
Frase apositif adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai referensi
sama. Umumnya bersifat nominal.
Contoh :

8
Bahasa Indonesia,
Pak Amat, tukang pangkas itu, dipukul orang kemarin.
Kita bangsa Indonesia terkenal ramah-tamah.
Si Inem, pelayan seksi itu bermain dengan baik sekali.
 Frase Modifikatif
Frase modifikatif adalah frase yang mengandung hanya satu hulu. Dapat
dibedakan menjadi :
1. Frase nominal
Frase modifikatif yang hulunya berupa nomina.
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Anak rajin memang pantas mendapat hadiah.
Dia membeli buku baru di toko besar.
2. Frase verbal
Frase modifikatif yang hulunya berupa verbal.
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Ayah belum pulang dari kantor.
Adik sedang belajar di kamar.
3. Frase ajektival
Frase modifikatif yang hulunya berupa ajektival.
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Orang itu sangat kaya tapi amat kikir.
Harga mobil itu terlalu mahal.
4. Frase adverbial
Frase modifikatif yang hulunya berupa adverbial.
Contoh :
Bahasa Indonesia,
Besok sore pasti dia ada di rumah.
Saya berangkat ke Singapura minggu depan.

Anda mungkin juga menyukai