Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016


MODUL

: Korosi Galvanik

PEMBIMBING : Ir. Gatot Subiyanto, MT.


Tanggal Praktikum

: 21 September 2016

Penyerahan Laporan

: 29 September 2016

Oleh :
Kelompok

:6

Nama

: Nadia Pratiwi

141411049

Nida El Haq

141411050

Prima Dia Utami

141411051

Rahmad Catur Bayu R

141411053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Peristiwa korosi dapat terjadi dengan penyebab yang berbeda
sehingga

timbul

bentuk-bentuk

korosi

sesuai

faktor

yang

menyebabkan terjadinya korosi. Untuk penggunaan konstruksi


logam yang bereda jenis dalam industri dapat menimbulkan korosi
galvanik akibat perbedaan potensial dari kedua logam tersebut.
Dengan mempelajari korosi galvanik dapat memahami proses
anodik dan katodiknya serta memprediksi logam yang lebih korosif.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip korosi galvanik
2. Mahasiswa dapat menentukan logam yang berperan sebagai
katodik dan anodik pada peristiwa galvanik
3. Mahasiswa dapat menghitung laju korosi logam dalam
lingkungan yang berbeda.

BAB II
DASAR TEORI

Korosi galvanik dapat definisikan adanya reaksi atau kontak


listrik antara dua logam yang berbeda dalam larutan elektrolit.
Dalam korosi galvanik logam yang potensialnya lebih positif akan
lebih bersifat katodik, sedangkan logam yang potensialnya lebih
negatif akan bersifat lebih anodik. Apabila dua buah logam yang
berbeda yang saling kontak dan terbuka ke media yang korosif, laju
korosi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Contoh logam besi
yang berkontak dengan seng dan logam besi yang berkontak
dengan logam Cu, dalam lingkungan yang sama akan terkorosi
dengan laju yang berbeda. Untuk laju korosi besi yang berkontak
dengna seng akan lebih rendah dibandingkan dengan laju korosi
besi yang berkontak dengan tembaga karena sifat seng lebih anodik
dibandingkan dengan besi. Sehingga seng akan lebih parah
terkorosi dibandingkan dengna besi. Sedangkan untuk besi yang
dikontakkan dengan tembaga, laju korosinya lebih besar daripada
laju korosi logam tembaga.
Laju korosi dapat dihitung dengan rumus :
laju korosi ( r )=

W
A.t.

W : berat hilang

(gr)

A : luar permukaan
t : waktu

(cm3)

(jam)

: densitas logam

(gr/cm3)

r : laju korosi

(mpy)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1

Alat dan Bahan


Alat
Nama Alat

Bahan
Jumla
Nama Bahan
h
6
Logam baja (Fe) ukuran
buah
2x10 cm
1
Logam Al ukuran 2x10 cm
buah
Logam Cu ukuran 2x10 cm
1
Kertas abrasive
buah
Isolasi
1
Larutan NaCl 3,56 gpl @
buah
1000 ml
1
Larutan HCl 1 M @ 1000 ml
buah
Air keran @ 1000 ml
1
buah
1
buah
1
buah
Tabel 1. Alat dan bahan

Gelas kimia 1000


mL
Multimeter
pHmeter
Spatula
Timbangan
elektronik
Elektroda acuan
SCE
Batang Pengaduk
Penggaris/jangka
sorong

Jumla
h
6
buah
3
buah
3
buah
1
buah
1
buah
2
buah
2
buah
2
buah

3.2 Skema Kerja


3.2.1 Persiapan

Fe

Al

Amplas semua
3.2.2 Persiapan larutanlogam
Cu

NaCl
3,56
gpl
21000
mL
buah

Bersihkan kotoran
pada permukaan
logam dengan
aquades

HCl
1M
1000
2 mL

Air
keran
1000
2mL

buah

buah

3.2.3 Percobaan
Mengukur luas permukaan dan menimbang berat
logam Fe dan Cu

Fe

Lar. NaCl
3,56 gpl

Al/
Cu

Mengukur potensial masing-masing logam dan pH


larutan
V

Fe

Al/
Cu

Mengukur potensial sel dan pH larutan


Perenadaman logam Fe dan Cu dalam larutan NaCl
selama 7 hari
Penimbangan dan pengukuran potensial sel

Menghitung laju korosi

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1
Larut
an

NaCl

Data Pengamatan
Sebelum direaksikan

Loga
m
Fe//Al

Setelah direaksikan selama 7 hari

Fe//C
u

Tabel 2. Data
pengamatan

Larut
an

Sebelum direaksikan

Loga
m

Setelah direaksikan

Fe//Al
HCl

Fe//C
u

Fe//Al
Air
Kran

4.2

Fe//C
u

Data Pengukuran

Tabel 2. Data pengamatan

Larutan

NaCl

HCl

Air Keran

4.3

pH

Loga
m

Fe
Al
Fe
Cu
Fe
Al
Fe
Cu
Fe
Al
Fe
Cu

E0
Panjan Lebar
Logam
g
(cm)
(V/CSE
(cm)
)
-0,620
5
2,3
-0,922
8,2
2
-0,723
5
2,3
-0,279
5
2,3
-0,727
5
2
-0,1156
8,2
2,3
-0,710
5
2,3
-0,446
5
2,3
-0,773
5
2
-0,850
8,2
2,3
-0,847
5
2,3
-0,262
5
2,3
Tabel 3. Data Pengukuran

E0 Sel (V/CSE)
Awal
Akhir

Berat (gr)
Awal
Akhir

-0,378

0,712

-0,165

0,642

-0,479

0,804

-0,293

0,370

-0,153

0,617

-0,691

0,580

10,5
3,7
10,5
10,2
10,6
3,9
10,5
10
10,3
4,2
10,3
11,6

Data Perhitungan

laju korosi ( r )=

m
A.t.

Larutan

Logam

Luas (cm2)

W (gr)

NaCl

Fe

11,5

0,13

7,8

Laju Korosi (r)


(mpy)
29,75

Al

16,4

0,07

2,712

32,309

Fe

11,5

0,18

7,8

41,19

Cu

11,5

0,11

8,93

55,85

Fe

10

0,25

7,8

167,12

Al

18,86

1,25

2,712

1274,3

Fe

11,5

0,6

7,8

348,78

Cu

11,5

0,1

8,93

50,77

Fe

10

0,09

7,8

60,16

Al

18,86

0,65

2,712

662,63

Fe

11,5

0,02

7,8

11,62

Cu

11,5

8,93

HCl

Air
Keran

(gr/m3)

10,37
3,63
10,32
10,09
10,35
2,65
9,9
9,9
10,21
3,55
10,28
11,6

Tabel 4. Data perhitungan

BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum korosi galvanik ini memberikan gambaran bahwa terjadinya korosi bisa
disebabkan oleh perbedaan potensial listrik setiap logam yang berbeda-beda. Hal ini bisa
dibuktikan dari hasil percobaan yang mengindikasikan bahwa laju korosi yang paling cepat
terjadi pada larutan HCl. Pada praktikum ini menggunakan digunakan larutan NaCl, HCl dan
Air keran untuk mengetahui perbedaan laju korosi di setiap larutan, kemudian digunakan pula
elektroda CSE (CuSO4/Cu).
Dari berbagai larutan diantaranya NaCl, HCl dan Air keran ternyata yang
menyebabkan korosi lebih cepat adalah Asam Klorida (HCl). Karena berdasarkan teori bahwa
korosi akan terjadi apabila suatu logam bersentuhan dengan udara atau asam (Rahayu:142).
Selain itu juga, terjadinya korosi dapat dilihat dari nilai potensial sel (E 0sel) yang berharga
positif karena semakin positif nilainya maka korosi akan terjadi secara spontan. Terbukti pada
hasil praktikum bahwa logam Fe dan Al dalam larutan HCl memiliki laju korosi yang cepat
karena nilai potensial sel nya pun lebih besar daripada Fe dan Al dalam larutan NaCl dan Air
keran. Harga potensial sel Fe dan Al pada HCl mencapai 0,804 V. Nilai potensial sel tersebut
tidak jauh berbeda dengan hasil teoritis yang menyebutkan bahwa Fe sebagai katoda dan Al
sebagai anoda karena pada deret volta, Fe akan mereduksi Al. Berdasarkan nilai potensial
SHE, Fe memiliki nilai potensial -0,44 dan Al -1,662. Apabila kita merujuk pada rumus
E0sel=E0katoda-E0anoda maka akan dihasilkan nilai potensial sel Fe-Al secara teoritis sebesar
+0,904.

BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum


kesimpulan sebagai berikut:

yang

telah

kami

lakukan,

diperoleh

1. Korosi dapat terjadi jika potensial sel yang dihasilkan bernilai positif
2. Untuk reaksi Fe dengan Cu yang bertindak sebagai katoda adalah
Cu dan anoda adalah Fe. Sedangkan untuk Fe dengan Al yang
menjadi

katoda

adalah

Fe

danAl

berperan

sebagai

anoda

berdasarkan deret volta


3. Laju korosi yang paling cepat disebabkan oleh larutan yang asam
(HCl) dengan logam Fe//Al dan menghasilkan potensial sel +0,804
volt

DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet Praktikum Pengendalian Korosi. Korosi Galvanik. Laboratorium


Korosi. Jurusan
Teknik Kimia : Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai