Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad

pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya


permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan
rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil
menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4.
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam
pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol
menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini
menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro,
The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815)
yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat
terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang
bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan
diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan
minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi
komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk
pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol
dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan
minuman suling.

1.2

Tujuan
a. Menghitung jumlah plate teoritis dengan Metode Mc. Cabe-Thiele dan
persamaan Fenske.
b. Menghitung efisiensi kolom.

c. Menjelaskan hubungan antara variasi laju boil-up dan refluks rasio


terhadap efisiensi kolom.

1.3

Teori
Destilasi merupakan suatu teknik pemisahan larutan yang berdasarkan

pada perbedaan titik didihnya. Distilasi terfraksi digunakan untuk larutan yang
mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30C atau
lebih (Afif, 2012). Dasar pemisahan suatu campuran dengan destilasi adalah
adanya perbedaan titik didih dua cairan atau lebih yang jika campuran tersebut
dipanaskan, maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan dan kemudian
mengembunkan komponen-komponen secara bertahap.
Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan tahun diaplikasikan secara
luas. Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu kolom baki (tray column)
atau kolom dengan isian (packing column) untuk mendapatkan kontak antar fasa
seintim mungkin sehingga diperoleh unjuk kerja pemisahan yang lebih baik.
Salah satu modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch
distillation). Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi,
sedangkan produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa
keuntungan.
a.

Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu.


Beberapa peralatan pendukung seperti pompa, tungku/boiler, perapian
atau instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau ukuran minimum
agar dapat digunakan pada skala industrial. Di bawah batas minimum
tersebut, harga peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan
operasinya akan semakin tinggi.

b.

Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika


dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung
yang mampu menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit
diperoleh dan mahal harganya. Peralatan distilasi curah dapat
dipandang memiliki fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan

distilasi kontinu. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa


peralatan distilasi curah sangat cocok digunakan sebagai alat
serbaguna untuk memperoleh kembali pelarut maupun digunakan
pada pabrik skala pilot. Perangkat praktikum distilasi batch membawa
para pengguna untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar pemisahan
dengan operasi distilasi, seperti kesetimbangan uap cair dan
pemisahan lewat multi tahap kesetimbangan.
Perangkat ini dapat juga dimanfaatkan untuk mempelajari dasardasar penilaian untuk kerja kolom distilasi pacing dan mempelajari perpindahan
massadalam kolom distilasi packing.
Kolom

distilasi

adalah

sarana

melaksanakan

operasi

pemisahan

komponen-komponen dari campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai


perbedaan titik didih dantekanan uap yang cukup besar (Geankoplis, 1993).
Perbedaan tekanan uap tersebut akan menyebabkan fasa uap yang ada dalam
kesetimbangan dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yang perbedaannya
cukup signifikan. Fasa uap mengandung lebih banyak komponen yang memiliki
tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih benyak menggandung komponen
yang memiliki tekanan uap tinggi (Laboratorium Teknik Kimia 2 UR, 2014).
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena sistem
perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagian-bagian proses yang memiliki
fungsi-fungsi (Mc Cabe and J.C Smith, 1985):
a. menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)
b. mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya
(terjadi di kolom distilasi)
c. mengkondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)
d. Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan
dan peristiwa-peristiwa:
1. kesetimbangan fasa
2. perpindahan massa
3. perpindahan panas
4. perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan)

5. perpindahan momentum
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan
massa (gambar 1.1). Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan dua
cara yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep tahapan kesetimbangan
(equilibrium stage) dan kedua atas dasar proses laju difusi (difusional forces).
Distilasi dilaksanakan dengan rangkaian alat berupa kolom/menara yang terdiri
dari piring (plate tower/tray) sehingga dengan pemanasan komponen dapat
menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan
uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan (Mc
Cabe and warre, 1999).
Batas perpindahan fasa tercapai apabila kedua fasa telah mencapai
kesetimbangan dan perpindahan makroskopik terhenti. Pada proses komersial
yang dituntut memiliki laju produksi besar, terjadinya kesetimbangan harus
dihindari. Distilasi pada satu tahapannya memisahkan dua komponen, yang
terdapat dalam 2 fasa, sehingga derajat kebebasannya 2 dan 4 variabel yaitu
tekanan, suhu, dan konsentrasi komponen A pada fasa cair dan fasa uap
(konsentrasi komponen B sama dengan 1 dikurangi konsentrasi komponen A).
Jika telah ditetapkan temperatur, hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah
secara bebas, sedangkan temperatur dan konsentrasi fasa uap didapatkan sebagai
hasil perhitungan sesuai sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan (Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA, 2010). Skema proses perpindahan
massa pada distilasi dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1 Skema proses perpindahan massa pada distilasi (Laboratorium


Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA, 2010)

1.3.1

Kesetimbangan Uap-Cair
operasi

distilasi

mengekspoitasi perbedaan

kemampuan

menguap

(volatillitas) komponen-komponen dalam campuran untuk melaksanakan proses


pemisahan. Berkaitan dengan hal ini, dasar dasar keseimbangan uap-cair perlu
dipahami terlebih dahulu. Berikut akan diulas secara singkat pokok-pokok penting
tentang kesetimbangan uap-cair guna melandasi pemahaman tentang operasi
distilasi.
Pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam keadaan bubble
temperature dan dew temperature, dengan komposisi uap seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2 Kesetimbangan upa-cair pada kondisi bubble dan dew temperature
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA,2010)

Komposisi uap dan cairan yang ada dalam kesetimbangan ditunjukkan


pada gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3 Komposisi uap dan cairan pada kesetimbangan xA1 dan yA1 = komposisi
cairan dan uap pada kesetimbangan (Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Fakultas UNTIRTA, 2011)

Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara titik
didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih komponen yang
kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu, harga yA selalu lebih besar dari
pada harga xA.Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya di atas atau di
bawah titik didih kedua komponennya. Campuran pertama disebut azeotrop
maksimum seperti dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut.

Gambar 1.4 Titik azeotrop maksimum pada kesetimbangan (Laboratorium


Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA, 2010)

Dalam kedua hal, yA tidak selalu lebih besar dari pada harga xA, ada
kesetimbangan uap cairan dengan yA selalu lebih kecil dari pada xA. Pada titik
azeotrop, yA sama dengan xA dan campuran cairan dengan komposisi sama
dengan titik azeotrop tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi. Untuk
campuran azeotrop minimum dapat dilihat pada gambar 1.5 berikut.

Gambar 1.5 Kurva azeotrop minimum pada kesetimbangan (Laboratorium


Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA, 2010)

Proses distilasi melibatkan kesetimbangan uap-cairan (vapour-liquid


equilibrium-VLE). Sistem kesetimbangan uap cairan yang ideal mengikuti hukum
Dalton dan hukum Raoult (Robert E. Treybal, 1981).
Hukum Dalton untuk gas ideal :

pi = yi P ....(1.1)
Dimana : pi = tekanan uap koponen
yi = fraksi komponen idi fasa uap (gas)
P = tekanan total
Hukum Raoult untuk larutan ideal :
pi = xi.pio....................................(1.2)
Dimana : pi = tekanan uap koponen
xi = fraksi komponen idi fasa cairan
pio = tekanan uap murni
1.3.2

Harga-K dan Volatillitas Relatif


Harga-K

(K-Value)

adalah

ukuran

tendensi

suatu

komponen

untuk menguap. Jika harga-K suatu komponen tinggi, maka komponen


tersebutcenderung

untuk

terkonsentrasi

di

fasa

uap,

sebaliknya

jika

harganyarendah, maka komponen cenderung untuk terkonsentrasi di fasa


cair.Persamaan (1) di bawah ini menampilkan cara menyatakan harga-K.

= .......(1)
Dengan Yi adalah fraksi mol komponen i di fasa uap dan Xi adalah fraksi
mol komponen i di fasa fasa cair.
Harga-K adalah fungsi dari temperatur, tekanan, dan komposisi. Dalam
kesetimbangan, jika dua di antara variable-variabel tersebut telah ditetapkan,
maka variabel ketiga akan tertentu harganya. Dengan demikian, harga-K dapat
ditampilkan sebagai fungsi dari tekanan dan komposisi, temperatur dan
komposisi, atau tekanan dan temperatur
Volatillitas relative (relative volatility) antara komponen i dan j
didefinisikan sebagai-:

, = .....(2)

Dengan Ki adalah harga-K untuk komponen I dan Ki adalah hargaK untuk komponen j. Volatillitas relatif ini adalah ukuran kemudahan terpisahkan
lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus,volatillitas relative
ditulis sebagai perbandingan harga-K dari komponen n lebih mudah menguap

( MVC = more-volatile component ) terhadap harga K komponen yang lebih sulit


menguap.
Dengan demikian, harga mendekati satu atau bahkan satu, maka kedua
komponen sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan lewat operasi distilasi.
Sebagai contoh untuk sistem biner, misalkan suatu cairan yang dapat
menguap terdiri dari dua komponen, A dan B. Cairan ini di didihkan sehingga
terbentuk fasa uap dan fasa cair, maka fasa uap akan kaya dengan komponen yang
lebih mudah menguap, misalkan A, sedangkan fasa cair akan diperkaya oleh
komponen yang lebih sukar menguap, B. Berdasarkan persamaan (1) dan (2),
volatillitas relative, AB, dapat dinyatakan sebagai berikut :

........(3)

Atau dapat dikembangkan menjadi :


.
..(4)
1 )

= 1+(

Jika persamaan (4) tersebut dialurkan terhadap sumbu x-y, maka akan
diperoleh kurva kesetimbangan yang menampilkan hubungan fraksimol
komponen yang menampilkan hubungan fraksi mol komponen yang mudah
menguap di fasa cair dan fasa uap yang dikenal sebagai diagram x-y. perhatikan
gambar (1.6). Garis bersudut 45o yang dapat diartikan semakin banyaknya komponen
A di fasa uap pada saat kesetimbangan. Ini menandakan bahwa semakin besar harga
AB, semakin mudah A dan B dipisahkan lewat distilasi.

Gambar 1.6 Diagram x-y sistem biner A-B (Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Fakultas UNTIRTA, 2010)

1.3.3

Sistem Ideal dan Tak Ideal


Uraian terdahulu berlaku dengan baik untuk campuran-campuran yang mirip

dengan campuran ideal. Yang dimaksud dengan campuran ideal adalah campuran
yang perilaku fasa uapnya mematuhi Hukum Dalton dan perilaku fasa cairnya
mengikuti Hukum Raoult. Hokum Dalton untuk gas ideal, seperti diperlihatkan pada
persamaan (5), menyatakan bahwa tekanan parsial komponen dalam campuran, pi,
sama dengan fraksi mol komponen tersebut, yi, dikalikan tekanan parsial komponen,
pi, sama dengan fraksi mol komponen di fasa cair, pis. persamaan (6) menampilkan
pernyataan sebagai berikut.

= .............(5)
Pi = xiPis......(6)
Dari persamaan (5) dan (6), harga-K untuk system ideal dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Ki = =

....(7)

Pernyataan harga-K untuk system tak ideal tidak seringkas pernyataan


untuk system ideal. Data kesetimbangan uap-cair umumnya diperoleh dari
serangkaian hasil percobaan. Walaupun tidak mudah, upaya penegakan
persamaan-persamaan untuk mengevaluasi system tak ideal telah banyak
dikembangakn dan bahkan telah diaplikasikan.
1.3.4

Proses Pemisahan secara Distilasi


Prinsip distilasi adalah membuat kesetimbangan fasa uap dan cairan, serta

memisahkan uap dan cairan yang berada dalam keadaan setimbang tersebut. Cara
pemisahan tersebut diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gambar 1.7 Cara pemisahan secara distilasi (Laboratorium Teknik Kimia 2 UR, 2014).

Seperti terlihat pada gambar di atas, misalnya cairan Ln+1 dengan


komposisi xA,n+1 dicampur dengan uap Vn+1 berkomposisi yA,n+1. Pencampuran
tersebut

berlangsung pada suatu

tahap kesetimbangan n. Pada

tahap

kesetimbangan n, akan terbentuk uap dan cairan baru dalam keadaan setimbang,
yaitu Vn dan Ln. Uap Vn mempunyai komposisi yA,n yang mengandung lebih
banyak komponen A (ya,n>yA,n+1), sedangkan cairan Ln mengandung lebih sedikit
komponen A (xA,n<xA,n-1). Operasi kesetimbangan tersebut diulang berkali-kali,
sehingga diperoleh uap yang sangat kaya A dan cairan yang sangat miskin A.
Dalam operasi distilasi, pencampuran dilakukan berturut-turut dalam
tahap-tahap (stage). Pada saat operasi berlangsung, cairan di tahap terendah
dipanaskan (Qr), sedangkan uap di tahap teratas didinginkan (Qc). Hasil atas yang
diambil disebut distilat (D) dan yang dikembalikan ke kolom disebut refluks (Lo).
Jumlah refluks dibanding distilat disebut rasio refluks (R) yang sangat
mempengaruhi hasil pemisahan.

R L 0 / D .....(8)
Jika R tak hingga, artinya semua hasil atas kembali ke tahap I, maka
operasi distilasi disebut refluks total. Pada operasi dengan refluks total, maka

jumlah tahap teoritis adalah minimum. Kalau relative volatility konstan (dapat
dianggap konstan), maka jumlah tahap minimum pada operasi dengan refluks total
dapat dihitung dengan persamaan Fenske.
X X
log A B
X B D X A B
...............................................................................(9)
n 1
log av

dimana :
n

= jumlah tahap teoritis

xA

= fraksi mol komponen yang mudah menguap

xB

= fraksi mol komponen yang kurang mudah menguap

av = relative volatility rata-rata (av = d + b)


d dan b berturut-turut adalah distilat dan bottom
Selanjutnya, efisiensi kolom dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
E

Jumlah tah ap teoriti s


100%
Jumlah tah ap aktual

.............................................................(10)

Pada kenyataannya, setiap tahap tidak akan pernah terjadi kesetimbangan


yang sempurna antara cairan dan uap yang meninggalkannya. Dengan demikian,
jumlah tahap aktual (yang sebenarnya) akan lebih banyak dari pada jumlah tahap
teoritis sehingga ada faktor efisiensi.
1.3.4

Metoda Distilasi
Pada dasarnya ada beberapa metode destilasi. Metode distilasi diantaranya

adalah sebagai berikut.


a. Distilasi Batch (Batch Distillation)
Pada beberapa industri kimia, terutama bila umpan (feed) jumlahnya kecil,
maka distilasi dilakukan secara batch. Begitu pula bila diinginkan distilat dengan
komposisi yang cukup bervariasi. Distilasi batch biasanya dilakukan pada sebuah
kolom distilasi yang jumlah platenya sudah tertentu dan umpan (feed) dimasukkan
hanya sekali pada setiap batch operasi. Distilat akan dikeluarkan secara kontinyu,
tetapi produk bawah (residu) baru dikeluarkan setelah operasi per batch selesai.
Pada distilasi batch, komposisi distilat sagat tergantung pada komposisi
residu, jumlah tahap pada kolom dan rasio refluk operasi. Sesaat setelah kolom

beroperasi, maka akan dihasilkan distilat berkadar komponen yang lebih mudah
menguap sangat tinggi. Di lain pihak, residu akan menurun kadarnya akibat tidak
ada umpan yang mengalir masuk. Akibatnya, kadar distilat selanjutnya juga akan
menurun. Berdasarkan hal tersebut, maka distilasi batch dapat beroperasi pada
dua kemungkinan dengan kadar distilat konstan, rasio refluk berubah dan dengan
rasio refluk konstan, kadar distilat berubah.
Distilasi Batch dengan Kadar Distilat Konstan Misal pada saat operasi
dimulai, jumlah liquid yang dimasukkan ke dalam bejana adalah F1 mol dengan
kadar XF1 dan sesaat setelah mulai dihasilkan distilat dengan kadar XD pada rasio
refluk R1. Setelah interval waktu tertentu, liquid dalam bejana tinggal F2 mol
dengan kadar XF2, sedangkan kadar distilat tetap XD karena rasio refluk diubah
menjadi R2. Bila jumlah distilat yang terkumpul selama ini adalah D mol, maka
neraca massanya.

F1 x F1 F2 x F2 D x D

F1 F2 D

Maka diperoleh :

D F1
R

x F1 x F2
...............................................(11)
x D x F2

xD

...............................................(12)

adalah perpotongan garis operasi dengan sumbu y seperti terlihat pada


gambar di bawah ini (Laboratorium Teknik Kimia 2 UR, 2014).

Gambar 1.8 Distilasi batch dengan XD konstan Sumber : (Laboratorium Teknik Kimia 2
UR, 2014)

Distilasi Batch dengan Rasio Refluk Konstan Bila kolom beroperasi dengan rasio
refluk yang selalu sama tiap saat, maka kadar distilat XD akan menurun secara
kontinu. Misal, pada suatu interval waktu yang sangat singkat dt, komposisi
distilat berubah dari XD menjadi dXD. Dalam waktu ini pula distilat akan
bertambah dD, maka :

dx

dD x D D x D dD (differensial tingkat diabaikan)


2

dan x D dD -d(F x F )
tetapi dD = - dF, maka x D dF F dx F x F dF
bila diatur dan diintegrasikan diperoleh :

ln

F1
dx F
xxFF 12
.........(13)
F2
xD xF
Dari persamaan 13 di atas, dapat ditentukan perbandingan jumlah liquid

yang berada didalam bejana sebelum dan sesudah operasi, yaitu dengan membuat
grafik XF versus 1/(XD-XF). Distilasi batch dengan rasio refluk konstan dapat
dilihat pada gambar 1.9.

Gambar 1.9 Distilasi batch dengan R konstan (Laboratorium Teknik Kimia 2 UR, 2014)

b. Distilasi Kontinu (Continuous Distillation)


Distilasi kontinu menggunakan refluk biasanya dilakukan pada kolom
distilasi yang mempunyai tray yang disesuaikan dengan kebutuhan. Metode
perhitungan dalam proses distilasi dikembangkan oleh McCabe dan Thiele
didasarkan atas neraca massa di seksi enriching (pengayaan), neraca massa di
seksi stripping (pelucutan) dan data kesetimbangan.
Asumsi untuk perhitungan Mc Cabe Thiele adalah constant molar overflow
(equimolar overflow), yaitu jumlah mol antara umpan yang masuk sampai tray
paling atas dan tray bawah sama, hal ini dapat di jelaskan seperti gambar 1.12.
Persamaan neraca massa total :

Vn 1 L n 1 Vn L n .....................................................................................(14)
Persamaan neraca massa komponen :

Vn 1 Yn 1 L n-1 X n-1 Vn Yn L n X n .....................................................(15)


dimana :
Vn+1 = Laju alir dari tray n + 1
Yn+1 = Fraksi mol uap dalam Vn+1
Ln-1 = Laju alir cairan dari tray n-1
Xn-1= Fraksi mol cairan dalam Ln-1
Vn

= Laju alir uap dari tray n

Yn

= Fraksi mol uap dalam Vn

Ln

= Laju alir cairan dari tray n

Xn

= Fraksi mol cairan dalam Ln

Gambar 1.10 Mekanisme distilasi pada tahap dan dikolom distilasi Sumber :
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA, 2010)

Gambar 1.11

Menggambarkan seksi enriching, dimana uap dari tray

paling atas dengan komposisi y1 melewati kondensor dan terkondensasi


menghasilkan cairan.

Gambar 1.11 Diagram seksi Enriching Sumber : (Laboratorium Operasi Teknik


Kimia Fakultas UNTIRTA, 2010)
Aliran refluks L dan aliran distilat D mempunyai kompisisi yang sama
(xD). Dengan asumsi equimolar over flow L1 = L2 = L3 = Ln dan V1 = V2 = V3 = Vn
= Vn+1.
Persamaan neraca massa total untuk envelope bertitik-titik adalah :

Vn 1 L n D .......(16)
Persamaan neraca massa komponen adalah :

Yn 1 Yn 1 L n X n D X D ....(17)

Persamaan untuk seksi Stripping:

Gambar 1.12 Diagram seksi Stripping (Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas
UNTIRTA, 2010)

Persamaan neraca massa total untuk envelope (daerah bergaris titik-titik) adalah :

Vm1 L m W .......(18)
Persamaan neraca massa komponen adalah :

Vm1 Ym1 L m x m W x m ....(19)


Dengan asumsi equimolar overflow, maka Lm = Ln dan Vm+1 = Vn
c. Distilasi Diferensial
Kasus distilasi batch (partaian) yang paling sederhana adalah operasi yang
menggunakan peralatan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 1.13 Distilasi partial (Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas


UNTIRTA, 2010)

Keterangan :
D

= laju alir distilat, mol/jam

yD

= komposisi distilat, fraksimol

= jumlah uap dalam labu

= jumlah cairan dalam labu

Pada alat ini, cairan dalam labu dipanaskan sehingga sebagian cairan akan
menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap berada dalam kesetimbangan
dengankomposisi cairan yang ada di labu, xW. uap keluar labu menuju kondenser
dan diembunkan secara total. Cairan yang keuar dari kondenser memiliki
komposisi xD yangbesarnya sama dengan yD (Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Fakultas UNTIRTA, 2010).

Daftar Pustaka
Afif, hidayat. 2012. Pengertian Distilasi. www.lporn distilasi/pengertiandistilasi.html.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation, 3rd edition,
Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Mc. Cabe, W. L., J.C Smith and P. Harriot. 1985. Unit Operation of Chemical
Engineering, 5th edition, McGraw-Hill book Co. Inc., New York.
Mc. Cabe, Warren L, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi
keempat.Diterjemahkan oleh: Ir. E.Jasjfi,M.Sc. Jakarta: Erlangga.
Tim Penyusun. 2010. Laboratorium Operasi Teknik Kimia UNTIRTA: Distilasi
Batch, Penuntun Pratikum. Banten.
Tim penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Laboratorium Operasi Teknik Kimia
FT UNTIRTA, Banten.
Tim penyusun, 2014, Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II.
Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau,
Pekanbaru.
Treybal, R. E. 1981. Mass Transfer Operation, 3rd edition, Mc. Braco, Singapore.

Anda mungkin juga menyukai