ABSORBSI
Dosen Pembimbing: Ayu Ratna Permatasari, ST,MT
Kelompok / Kelas
: 6 / 2A
Nama
: 1. Muhammad Naufal. S
Tanggal Praktikum
141411019
2. Oktavia Reni
141411022
3. Suhermina
141411029
: 03 Desember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam suatu proses kimia yang diterapkan pada industri pada umumnya tidak
melibatkan satu jenis bahan kimia saja yang terlibat, tetapi berbagai bahan kimia dengan
komposisi senyawa yang bermacam macam didalamnya. Dan juga wujud dari bahan yang
digunakan tersebut dapat berupa padatan, gas, juga cairan selama proses berlangsung.
Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam faseganda atau
heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier. Absorpsi gas-cair merupakan proses
heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap
yang biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap.
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan pelarut cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).
Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan
juga dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Proses absorpsi ini banyak digunakan di industri untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat dengan cara merubah fasenya, sebagai pemisah komponen zat kimia yang
dianggap merugikan atau menguntungkan, dan sebagai penunjang dari suatu proses
lainnya.
I.2 Tujuan Percobaan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Absorpsi adalah proses penyerapan suatu zat oleh zat lain. Dalam proses ini, zat
yang diserap masuk ke bagian dalam zat penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke
dalam zat cair atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna yang diserap oleh
suatu benda (warna absorpsi), penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada peristiwa bias
kembar (absorpsi selektif) dan penyerapan energy oleh electron di dalam satuan atom
(spectrum absorpsi). Sedangkan pengertian absorpsimetri adalah metode analisis untuk
menentukan komposisi suatu zat dengan mengukur cahaya yang diserap bahan itu. Misalnya,
dengan mengetahui frekuensi warna cahaya yang diserap, dapat ditentukan jenis zat
penyerap.
Penyerap tertentu akan menyerap setiap satu atau lebih komponen gas. Pada absorbsi sendiri
ada dua macam proses yaitu :
a. Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air,
metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas
ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk
menyatakan model mekanismenya, yaitu :
1.
2.
teori penetrasi
3.
b. Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya
larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai
pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase
kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari
campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan
massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan.
Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping
penangkapan dinamik (zehnjung,2015).
Dalam skala laboratorium, peralatan kolom absorpsi gas biasanya sudah dilengkapi
dengan peralatan analisa sampel gas maupun analisa cairan (titrasi). Perangkat peralatan
analisa gas berisi larutan NaOH yang reaksinya dengan CO2.
CO2 +
2 NaOH
Na2CO3
H2O
Jumlah CO2 yang terserap sebanding dengan pertambahan volume larutan dalam
peralatan analisa tersebut. Dalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam
proses pengambilan amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran batubara
dengan menggunakan air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung dalam gas alam
dengan menggunakan larutan alkali.
Temperature operasi
Tekanan operasi
Konsentrasi komponen didalam cairan
Konsentrasi komponen didalam aliran gas
Luas bidang kontak
Lama waktu kontak
Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.
Neraca massa total dalam kolom absorber dapat ditulis sebagai berikut:
G (Yn+1 Y1) = L (Xn X0)
Keterangan :
G
= laju alir udara bebas CO2
Y1
= rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran gas keluar
Yn+1 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran gas masuk
L
= laju alir air bebas CO2
X0 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air masuk
Xn
= rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air keluar
Atau dapat digunakan rumus laju penyerapan CO2 sebagai berikut:
( y 1 y 0)(F 2F 3)
(1 y 0)
y1 =
y1=
F2
( F 2+ F 3)
Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang digunakan untuk
titrasi, maka penentuan jumlah CO2 bebas (CCo2) pada suatu tangki dengan volume (Vt
volume penitran) adalah:
Cco2=
M .Vt
Vs
tabung tempat
terjadinya
proses
pengabsorpsi
Bagian atas : Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi
Bagian bawah : Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam
reaktor.
Keterangan :
(a) input gas
(c) pelarut
(e) disperser
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti basa).
Di industri absorpsi mempunyai fungsi untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat
dengan cara merubah fasanya. Contohnya adalah Formalin yang berfase cair berasal dari
formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorpsi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Tabel 3.1.1 Alat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Alat
Seperangkat alat absorpsi
Stop watch
Botol Semprot
Pipet Ukur
Pipet tetes
Buret
Ember
Baker glass
Spesifikasi
10 ml
50 ml
200 ml
Bahan
Aquadest
Udara
Larutan NaOH
Larutan HCl
Phenolptalein
Spesifikasi
0,08 N
0,1 N
Jumlah
1
1
1
2
2
1
2
1
Skema Kerja
Memasukan 10 liter NaOH 0,08 N ke bak umpan
Menghubungkan ke instalasi listrik dan Menghidupkan (on) keran udara dan air
N HCl = 0,1 N
BAB IV
Hasil
Menit
ke-
Volume
Gas
dalam
piston
(V1, mL)
Volume
gas (CO2)
(V2, mL)
Perhitungan
Y1 =
F2/F2
Y0 =
V2/V1
Laju
Penyerapan
CO2 (x)
(liter/menit)
10
30
20
0,01
5 x10-4
30
20
50
20
0,02
1 x10-3
50
30
70
20
0,03
1,5 x10-3
70
40
30
20
0,035
1,75x10-3
30
50
50
20
0,035
1,75x10-3
50
60
70
20
0,04
2 x10-3
70
Catatan: pada praktikum, praktikan tidak menggunakan CO 2 dalam tabung hanya menggunakan
CO2 dari udara. Sehingga tidak terdapat laju alir CO2.
10
Volume HCl
Konsentrasi
0,1N (mL)
CO2 (M)
0,08
Konsentrasi CO2
rata-rata (M)
0,0775
2
3
4
5
6
10
7,85
0,0785
10
0,08
10
7,85
0,0785
10
7,8
0,078
10
7,8
0,078
10
7,3
0,073
10
9,2
0,092
10
8,3
0,083
10
7,5
0,075
10
7,5
0,075
10
7,8
0,078
0,0775
0,078
0,0825
0,079
0,0765
Pada kurva dibawah ini dibuat dari data yang diperoleh namun terdapat data yang tidak sesuai
yang ditandai dengan lingkaran berwarna merah sehingga data tersebut dihilangkan.
Gambar 4. 1 Kurva Konsentrasi Vs Waktu
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
konsentrasi CO2 (M)
0.08
0.08
0.08
0.08
0.07
0.07
10
20
30
40
50
60
Waktu (menit)
Kurva dibawah ini adalah kurva setelah data yang tidak sesuai dihilangkan terlihat konsentrasi
CO2 yang terbentuk sebanding dengan waktu.
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
10
20
30
Waktu (menit)
4.3 Pembahasan
4.3.1 Muhammad Naufal Syarief (141411019)
40
Absorbsi merupakan salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap yang sesuai, sehingga
satu atau lebih komponen dalam campuran gas larut dalam cairan penyerap. Tujuan
dilakukannya percobaan absorpsi ini adalah untuk mengetahui berapa gas CO2 yang
dapat terabsorbsi oleh NaOH. Asumsi yang digunakan pada percobaan ini adalah gas
CO2 dan udara merupakan gas ideal. Percobaan ini dilakukan dengan memvariasikan
laju alir udara dan laju alir NaOH maka akan di dapat konsentrasi CO2 dalam larutan
NaOH.
Absorbsi yang dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai solvent yang
dialirkan kedalam kolom packing dengan spray dan CO 2 sebagai solute. Namun dalam
praktikum praktikan hanya menggunakan gas CO 2 dari udara dikarenakan
ketidaktersediaan gas CO2. Untuk penggunakan kolom packing bertujuan agar
memperluas permukaan bidang kontak antara NaOH dengan CO 2. Sehingga didaptkan
proses absorbsi yang optimal. NaOH mengalir dari bagian atas kolom menggunakan
spray sedangkan CO2 mengalir dari bagian bawah aliran kolom. Perbedaan antara
cairan dan gas diketahui dari aliran masuk zat, diketahui bahwa untuk NaOH yang
berbentuk cair memiliki massa jenis yang lebih besar dari gas CO 2 sehingga untuk
cairan dimasukkan melalui aliran atas kolom serta karena sifat alami dari cairan akan
mudah mengalir ke bawah akibat gravitasi bumi. Sedangkan gas yang akan bergerak
ke atas seperti menguap. Aliran ini ditujukan agar kontak dapat terjadi antara cairan
dan gas.
Pada percobaan ini, didapatkan gas CO 2 yang terabsorbsi hanya sedikit, hal ini
dapat terjadi dikarenakan praktikan hanya menggunakan gas CO 2 dari udara. Selain itu
gas yang tidak terabsorb akan keluar pada outlet. Reaksi absorpsi CO2 oleh larutan
NaOH mengikuti persamaan :
NaOH + CO2 Na2CO3 + H20
Untuk mengetahui CO2 yang terabsorb, dilakukan titrasi dengan mengambil
sampel dari outlet dan dari tangki dengan menambahkan indikator phenolpthalaein
(PP) yang bekerja pada trayek basa. Tujuan penambahan ini adalah untuk membantu
praktikan menemukan titik yang tepat untuk menghentikan titrasi, karena larutan yang
CO2(g)
NaHCO3(aq)
NaOH(aq) +
CO2(g)
NaOH(aq)
NaHCO3(aq)
Na2CO3(s)
Na2CO3(s)
H2O(l) +
H2O(l)
Laju alir yang diatur yaitu NaOH dengan 2 dan 4 liter/menit juga laju alir
udara 30, 50, dan 70 liter/menit. Sedangkan untuk laju alir CO2yaitu 0,3; 0,5; dan 0,7
liter/ menit. Namun untuk laju alir CO2 tidak dapat presisi karena gas CO2yang
digunakan bukan dari tabung melain kan dari udara sekitar yang dipompa. Sampel
diambil setiap 10 menit tetapi untuk laju pertama NaOH selama 15 menit. Reaksi
yang terjadi pada percobaan ini: 2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O
Konsentrasi CO2 diudara sangat kecil, sehingga penitran tidak mendeteksi adanya
Di sisi lain larutan pada outlet menunjukan ada penurunan konsentrasi walaupun
tidak terlalu signifikan dan pada akhir proses hanya menunjukan gejala naik turun
pada konsentrasi lebih kecil.
BAB V
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH merupakan absorpsi kimia dan
berlangsung melalui 4 tahap.
2. Laju penyerapan CO2 yang dihasilkan sebesar
Run 1
Laju alir air 2 = 30 liter/menit
Laju alir air 4 30 liter/menit
Run 2
Laju alir air 2 50 liter/menit
Laju alir air 4 50 liter/menit
Run 3
Laju alir air 2 = 70 liter/menit
Laju alir air 4 70 liter/menit
3. Konsentrasi CO2 yang dihasilkan sebesar
Run 1
Laju alir air 2 Cco2 = 0,0775 M
Laju alir air 4 Cco2=0,0825 M
Run 2
Run 3
DAFTAR PUSTAKA
Maarif, Fuad dan Januar Arif F.. Absorbansi Gas Karbondioksida (CO 2) dalam Biogas dengan
Larutan NaOH secara kontinyu. Semarang: Universitas Diponigoro.
Noviirayanti. 2013. Indikator Asam Basa http://bisakimia.com/2013/11/09/indikator-asambasa/ (diakses pada tanggal 09 Desember 2015).
Sulaiman, Fatah. 2008. Modul-1.01 Absopsi. Banten: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
http://dokumen.tips/documents/101-absorpsi.html (diakses pada tanggal 09 Desember
2015).
Zehnjung.2015.
Laporan
Absorbsi.
http://dokumen.tips/documents/laporan-absorbsi.html
LAMPIRAN
10 M
=
M
=
VHCl x MHCl
8 ml x 0,1
0,08 M
VCO2x MCO
10 M
M
VCO2x MCO
10 M
M
Mrata-rata =
=
=
=
=
=
=
VHCl x MHCl
8 ml x 0,1
0,08 M
VHCl x MHCl
7,85 ml x 0,1
0,0785M
0,08+0,0785
=0,0775 M
2
0,078+ 0,078
=0,078 M
2
Sample 4 (duplo)
VCO2x MCO
10 M
M
VCO2x MCO
10 M
M
Mrata-rata =
=
=
=
=
=
=
VHCl x MHCl
8 ml x 0,1
0,08M
VHCl x MHCl
7,8 ml x 0,1
0,0785M
0,08+0,0785
=0,0775 M
2
VCO2x MCO
10 M
M
VCO2x MCO
10 M
M
=
=
=
=
=
=
VHCl x MHCl
7,8ml x 0,1
0,078M
VHCl x MHCl
7,8ml x 0,1
0,078M
VCO2x MCO
10 M
M
VCO2x MCO
10 M
M
Mrata-rata =
=
=
=
=
=
=
VHCl x MHCl
8,3 x 0,1
0,083M
VHCl x MHCl
7,5 x 0,1
0,075M
0,083+ 0,075
=0,079 M
2
Sample 6 (duplo)
Sample 3 (duplo)
VHCl x MHCl
7,3 x 0,1
0,073M
VHCl x MHCl
9,2 x 0,1
0,092M
Sample 5 (duplo)
Sample 2 (duplo)
VCO2x MCO
10 M
M
VCO2x MCO
10 M
M
Mrata-rata =
=
=
=
=
=
=
0,073+ 0,092
=0,0825 M
2
Mrata-rata =
VCO2x MCO
10 M
M
VCO2x MCO
10 M
M
Mrata-rata =
=
=
=
=
=
=
VHCl x MHCl
7,5 x 0,1
0,075M
VHCl x MHCl
7,8 x 0,1
0,078M
0,075+ 0,078
=0,0765 M
2
Run 1
Laju alir air 2 x=
= 30 liter/menit
l
menit
=30 liter/menit
(0,99825)
( 0,98825 ) (30)
Run 2
Laju alir air 2 x=
l
menit
(0,9995)
( 0,9895 ) (30)
l
menit
= 50 liter/menit
(0,999)
( 0,989 ) (50)
l
menit
=50 liter/menit
(0,99825)
( 0,98825 ) (50)
Run 3
Laju alir air 2 x=
l
menit
= 70 liter/menit
(0,9985)
( 0,9885 ) (70)
l
menit
=70 liter/menit
(0,998)
( 0,988 ) (70)