ABSORBSI
Dosen Pembimbing: Ayu Ratna Permatasari, ST,MT
Kelompok / Kelas : 6 / 2A
Dalam suatu proses kimia yang diterapkan pada industri pada umumnya tidak
melibatkan satu jenis bahan kimia saja yang terlibat, tetapi berbagai bahan kimia dengan
komposisi senyawa yang bermacam macam didalamnya. Dan juga wujud dari bahan yang
digunakan tersebut dapat berupa padatan, gas, juga cairan selama proses berlangsung.
Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam faseganda atau
heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier. Absorpsi gas-cair merupakan proses
heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap
yang biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap.
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan pelarut cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).
Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan
juga dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Proses absorpsi ini banyak digunakan di industri untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat dengan cara merubah fasenya, sebagai pemisah komponen zat kimia yang
dianggap merugikan atau menguntungkan, dan sebagai penunjang dari suatu proses
lainnya.
Penyerap tertentu akan menyerap setiap satu atau lebih komponen gas. Pada absorbsi sendiri
ada dua macam proses yaitu :
a. Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air,
metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas
ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk
menyatakan model mekanismenya, yaitu :
2. teori penetrasi
b. Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya
larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai
pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase
kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari
campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan
massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan.
Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping
penangkapan dinamik (zehnjung,2015).
Dalam skala laboratorium, peralatan kolom absorpsi gas biasanya sudah dilengkapi
dengan peralatan analisa sampel gas maupun analisa cairan (titrasi). Perangkat peralatan
analisa gas berisi larutan NaOH yang reaksinya dengan CO2.
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Jumlah CO2 yang terserap sebanding dengan pertambahan volume larutan dalam
peralatan analisa tersebut. Dalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam
proses pengambilan amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran batubara
dengan menggunakan air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung dalam gas alam
dengan menggunakan larutan alkali.
1. Temperature operasi
2. Tekanan operasi
3. Konsentrasi komponen didalam cairan
4. Konsentrasi komponen didalam aliran gas
5. Luas bidang kontak
6. Lama waktu kontak
7. Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.
Neraca massa total dalam kolom absorber dapat ditulis sebagai berikut:
G (Yn+1 – Y1) = L (Xn –X0)
Keterangan :
G = laju alir udara bebas CO2
Y1 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran gas keluar
Yn+1 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran gas masuk
L = laju alir air bebas CO2
X0 = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air masuk
Xn = rasio laju alir CO2 terhadap udara pada aliran air keluar
Atau dapat digunakan rumus laju penyerapan CO2 sebagai berikut:
( y 1− y 0)(F 2−F 3)
y1 = (1− y 0)
F2
y1= ( F 2+ F 3)
Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang digunakan untuk
titrasi, maka penentuan jumlah CO2 bebas (CCo2) pada suatu tangki dengan volume (Vt
volume penitran) adalah:
M .Vt
Cco2= Vs
Gambar 2.3.1 kolom absorpsi Gambar 2.3.1 kolom absorpsi skala pilot
plant
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben sering juga disebut
sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi sebesar mungkin (kebutuhan
akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti basa).
Di industri absorpsi mempunyai fungsi untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat
dengan cara merubah fasanya. Contohnya adalah Formalin yang berfase cair berasal dari
formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorpsi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Tabel 3.1.1 Alat
No Alat Spesifikasi Jumlah
1 Seperangkat alat absorpsi 1
2 Stop watch 1
3 Botol Semprot 1
4 Pipet Ukur 10 ml 2
5 Pipet tetes 2
6 Buret 50 ml 1
7 Ember 2
8 Baker glass 200 ml 1
Menghubungkan ke instalasi listrik dan Menghidupkan (on) keran udara dan air
50 4 50 20 0,035 1 1,75x10-3 50
60 4 70 20 0,04 1 2 x10-3 70
Tabel 4.1 Percobaan Absorbsi CO2 (udara) ke dalam NaOH
Catatan: pada praktikum, praktikan tidak menggunakan CO 2 dalam tabung hanya menggunakan
CO2 dari udara. Sehingga tidak terdapat laju alir CO2.
1 10 8 0,08 0,0775