DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
1) Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absoption Column.
2) Mengetahui cara menghitung kadar.
3) Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid
(kL).
4) Mengetahui aplikasi dari Wetted Wall Absorption Column.
1.4. Manfaat
1) Bagi mahasiswa, dapat dijadikan acuan dalam memahami prinsip kerja
Wetted Wall Absorption Column.
2) Bagi praktikan, memberikan pengetahuan tentang cara mengoperasikan
proses absorpsi Wetted Wall Absorption Column pada skala laboratorium.
3) Bagi masyarakat, dapat menjadi pengetahuan tambahan dalam aplikasi
Wetted Wall Absorption Column pada skala industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
dikembangkan untuk packed tower. Prinsip kerja kolom absorpsi ini adalah
dengan melakukan proses kontak antara kedua fluida pada permukaan film tipis
secara antar muka atau langsung. Proses kontak yang terjadi termasuk counter-
current. Semakin besar luas permukaan pada area kontak fluida, maka semakin
optimal pula perpindahan massa atau penyerapan yang terjadi. Kolom absorpsi
ini juga dapat digunakan untuk menentukan koefien perpindahan massa gas dan
cairan dalam perancangan.
2.2.2. Spray Tower
Menurut Hill (dalam Djayanti, 2019) berdasarkan prinsipnya, spray tower
dapat beroperasi sesuai sifat absorbsi partikel cair (liquid) ketika terjadi
interaksi dengan partikel padat atau gas. Aliran gas emisi yang diumpankan
menuju bagian atas dimana aliran gas melalui media packing. Media cair
kemudian diumpankan dengan sistem spray dari bagian atas rektor sehingga
mampu melalui packing yang terdapat di bagian tengah reaktor. Proses ini
menyebabkan adanya kontak antara fase cair dan gas dimana gas yang terikat
oleh absorban akan turun ke bawah sementara gas bersih akan keluar
melalui bagian – bagian atas dari reaktor.
2.2.3. Packed Tower
Packed tower sering digunakan pada proses pemisahan misalnya distilasi,
ekstraksi, adsorpsi, dan kromatografi. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan
desain packed tower antara lain pemilihan tipe dan ukuran packing dan penentuan
diameter menara untuk menangani laju alir gas dan cairan. Pemilihan desain juga
harus mempertimbangkan penentuan tinggi menara, pemilihan serta desain fitur
internal berupa menara yang selalu menyesuaikan kebutuhan dari proses absorpsi.
6
dalam fasa cair, sehingga mampu mengurangi resistensi fasa cair tersebut
terhadap perpindahan massa. Bubble tower sering dimanfaatkan dengan sistem
dimana fasa cair dapat mengontrol laju perpindahan massa (Ardhiany, 2018).
ditentukan oleh bagaimana kondisi laminar dan turbulen. Berbagai proses dalam
pemisahan, komponen dari satu fase akan berdifusi ke fase lainnya dimana laju
dari difusi kedua fase tersebut akan mempengaruhi laju perpindahan massa secara
keseluruhan. Dalam keadaan tertentu, perpindahan dapat terjadi melalui film
stagnan ke fase dimana teori penetrasi yang diperkirakan akan berlaku.
Lapisan film yang memiliki ketebalan tipis maka dalam proses difusi akan
berlangsung secara efektif. Biasanya, lapisan film yang memiliki ketebalan tipis
tidak akan menyebabkan tahanan dari lapisan tersebut makin kecil, sehingga tidak
akan menganggu proses perpindahan massa. Kondisi kedua aliran fase harus
diatur menjadi aliran yang turbulen untuk mendapatkan lapisan yang tipis.
Kondisi kedua aliran fase harus turbulen karena pada lapisan film yang tipis akan
diperoleh gradien konsentrasi yang kecil. Saat gradien konsentrasi kecil maka
dalam proses absorpsi yang dilakukan akan berlangsung cepat dengan keadaan
menjadi steady state. Gradien konsentrasi terjadi Ketika zat ditansfer dendari satu
fase ke fase lain.
2.3.2. Teori Higbie
Teori Higbie atau teori penetrasi, teori ini dikemukakan oleh Higbie. Teori
penetrasi adalah model perpindahan massa dengan parameter karakteristik waktu
tinggal (t) (Ramadhany, 2018). Teori ini menjelaskan mekanisme perpindahan
massa selama kontak dua fasa, yaitu gas dan cair. Dalam teorinya, Higbie
menekankan perlunya peningkatan waktu kontak. Higbie pertama kali
menerapkan teori ini pada absorpsi gas dalam cairan, yang menunjukkan bahwa
molekul yang menyebar tidak mencapai sisi lain dari lapisan tipis film jika waktu
kontaknya singkat. Higbie juga menyatakan bahwa mekanisme turbulensi dapat
meningkatkan difusivitas pusaran, dimana hal ini dapat menentukan waktu kontak
perpindahan massa yang terjadi pada setiap keadaan massa. Difusivitas pusaran
yang biasanya terjadi dalam suatu fenomena kesetimbangan antara fase gas dan
cair.
2.3.3. Teori Danckwerts
Difusi tidak tergantung pada gradien kecepatan karena baik cairan stagnan
atau pusaran adalah absorption sinks (Carberry, 2001). Danckwerts juga
9
absorben yang sama. Gas yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada
umumnya kelarutan gas akan menurun apabila temperatur dinaikkan.
2.4.2. Sistem Multi Komponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang
dinyatakan dalam tekanan parsiil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas
ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas
yang mudah larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut
dalam likuid, kelarutan masing-masing gas tidak saling mempengaruhi bila gas
tidak dipengaruhi oleh sifat liquid. Hal ini hanya terjadi pada larutan yang ideal.
Menurut Kulkarni (2017), wetted wall absorption column adalah model percobaan
klasik untuk mengukur suatu koefisien dari perpindahan massa. Proses
perpindahan massa terjadi perpindahan massa dari konsentrasi tinggi ke rendah.
Perbedaan konsentrasi zat kimia dari bahan dan lingkungan tersebut terjadi
adanya driving force atau gaya penggerak dari proses perpindahan massa. Data
perpindahan massa terdapat juga di kolom, begitu juga mekanisme dari
perpindahan massa terjadi pada sistem geometri dan kondisi aliran yang sama.
Percobaan yang dilakukan pada wetted wall column ini telah berkaitan dengan
adanya liquid murni pada gas.
partikel gas yang akan dibersihkan. Beberapa tipe kolom absorpsi yang biasa
digunakan untuk menangkap CO2 seperti kolom packed bed, sieve tray dan bubble
column. Jenis kolom juga menentukan absorben yang akan digunakan.
Jika ditinjau berdasarkan proses penyerapannya absorben dibagi menjadi
dua yaitu bekerja secara fisik dan kimia. Absroben fisik tidak terjadi reaksi kimia
antara gas erlarut dan perlarutnya, sedangkan absorben kimia terjadi reaksi kimia
antara gas terlarut dengan pelarutnya seperti NaOH dan MEA (Ardhiany, 2018).
Pemilihan absorben yang tepat harus didasarkan dengan beberapa aspek yaitu
nilai keekonomisannya dan ketersediaannya yang tidak terbatas.
Peralatan yang umum dalam absopsi sederhana biasanya yang digunakan
adalah packed column dengan pelarut air karena adanya interaksi fisik. Apabila
dibandingkan dengan monoethanolamine (MEA) salah satu absorben kimia yang
kemampuan serapan CO2 konsentrasi rendah. MEA berukuran kecil dan cocok
pada kondisi gas asam dan meminimalisir korosi peralatan (Peng et al, 2011).
Salah satu absorben kimia lain yang biasa digunakan adalah NaOH.
Perngaruh penggunaan absorben ini juga bergantung pada konsentrasinya dimana
saat konsentrasi NaOH semakin tinggi maka koefisien perpindahan massa juga
semakin tinggi. Kelebihan dari NaOH yaitu memiliki waktu reaksi relative cepat,
harga yang terjangkau dan mudah dalam regenerasi melalui peluncutan.
Karateristik fisik absorben salah satunya yaitu memiliki titik beku rendah dapat
mencegah absorben tersebut ikut membeku dan dapat memaksimalkan proses
absorpsi. Absorben harus menjaga kondisi gas terlarut dalam keadaan yang
optimal tanpa merusak zat tersebut. Selain itu, absorben dengan viskositas rendah
dapat melancarkan proses absorpsi karena dapat melarutkan dengan optimal.
2.7. Kesetimbangan Uap Cair
Tingkatan dimana sesuatu campuran gas konstituen akan larut pada larutan
absorben yang tergantung pada keadaan semula adalah kesetimbangan. Pengertian
ini memberikan alasan perlunya mempertimbangkan karateristik dari sistem
kesetimbangan gas-liquid. Kesetimbangan gas-liquid sangat dibutuhkan untuk
proses separasi contohnya distilasi, ekstraksi, proses absorpsi, sistem biner atau
sistem multikomponen. Dua fasa dikatakan berada dalam kesetimbangan jika
14
temperatur, tekanan, dan potensial kimia dari setiap komponen zat yang terlibat di
kedua fasa bernilai sama. Kesetimbangan tersebut dapat tercapai pada kondisi
yang optimum. Istilah kesetimbangan gas-liquid mengacu pada sistem dimana
fase liquid yang tunggal berada di kesetimbangan bersama uapnya (Shinde and
Mane, 2012).
2.7.1. Sistem Dua Komponen
Kuantitas satu gas dan larutan yang relatif sulit menguap juga merupakan
kesetimbangan. Hasil konsentrasi dari gas yang terlarut di dalam larutan seperti
yang disebutkan diatas akan menjadi solubilitas gas sesuai dengan temperatur dan
tekanan yang berlaku. Perbedaan persen yield gas dan liquidan menghasilkan
kurva kelarutannya tersendiri yang biasanya harus ditentukan secara
eksperimental untuk setiap sistem. Kesetimbangan tekanan pada gas jika
diberikan konsentrasi larutan yang tinggi, maka gas tersebut akan relatif tidak
terlarut dalam liquid, sedangkan ketika konsentrasi rendah, tingkat solubilitas
akan tinggi. Alat yang digunakan untuk memperoleh data kesetimbangan antara
fase cair dan fase gas adalah Glass Othmer Still (GOS) (Sari, 2010).
Kelarutan gas akan dipengaruhi temperatur, jika temperatur dalam suatu
sistem itu ditingkatkan akan terjadi perubahan yaitu terjadinya penyerapan panas.
Larutan gas terkadang menghasilkan evolusi panas atau perubahan panas secara
berangsur-angsur dan biasanya pada kasus penurunan solubilitas gas atau larutan
gas yang diikuti dengan peningktan temperatur (Treybal, 1980). Jenis sistem dua
komponen biasanya ditemui dalam banyak penerapan hukum kesetimbangan dan
juga dalam kehidupan sehingga penting untuk mengetahui tentang hal ini. Sistem
ini sangat bergantung pada kondisi operasi yang dilakukan pada sistem. Kondisi
yang sesuai akan meningkatkan kualitas dan efisiensi alat yang digunakan.
2.7.2. Sistem Multikomponen
Sistem multikomponen disini didefinisikan sebagai suatu sistem yang
tersusun atas lebih dari dua komponen aktual atau pseudo compound dan senyawa
semu atau material yang sifat fisiknya dapat ditentukan. Sistem multikomponen
ditemukan akan bertingkah laku seperti halnya liquid atau gas ideal pada kondisi
tekanan rendah dan pada temperatur normal destilasi. Sistem multikomponen
15
yang terdiri atas senyawa campuran hidrokarbon, campuran dari beberapa isomer,
atau campuran dari senyawa homolog akan bertingkah laku seperti gas/uap atau
liquid ideal (Smith and Van Ness, 1987). Campuran fluida multikomponen bisa
dikatakan ideal jika fugasitas komponen pada komponen kondisi murni sama
dengan fugasitas komponen dengan kondisi tercampur dalam sistem.
Campuran gas dikontakkan dengan liquid di bawah kondisi kesetimbangan
larutan tertentu untuk setiap gas independen dari yang lain, asalkan keseimbangan
dijelaskan mengenai hubungan tekanan parsialnya dalam campuran gas. Sistem
multikomponen yang mengandung fase larutan ideal dan fase uap yang sesuai
dengan hukum gas ideal, memiliki hubungan yang serupa dengan sistem biner
(Shinde and Mane, 2012). Konsentrasi gas di dalam liquid akan sangat kecil
sehingga tidak akan dapat mempengaruhi solubilitas dari komponen yang relatif
larut. Peristiwa itu karena salah satu komponen gas secara substansial tidak dapat
larut di dalam sistem dengan pelarut tertentu di dalam sistem yang terjadi.
Jenis dan tipe komponen campuran yang cukup larut secara menyeluruh
akan berlaku hanya pada larutan gas yang mengabaikan sifat dari larutannya, yang
akan menjadi kasus pada larutan ideal. Campuran gas propana dan butana akan
larut pada minyak parafin yang tidak mudah menguap secara bebas setelah
larutannya menghasilkan larutan yang sangat ideal. Kelarutan dipengaruhi juga
dengan adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap di dalam liquid, misalnya
saja seperti garam pada larutan air dan larutan non ideal (Luis, 2018). Peristiwa
ini dapat terjadi jika sistem multikomponen tidak mengekshibisi suatu titik didih
tunggal pada suatu tekanan spesifik yang diberikan pada sistem. Fenomena terjadi
ketika komponen di dalam sistem adalah senyawa murni. Campuran membentuk
kesetimbangan liquidgas untuk semua komponen di dalamnya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
17
Tombol pompa 1 pada panel dinyalakan dengan valve dibuka, dan diatur
aquadest dalam kolom deoksigenator mencapai overflow.
Tabung N2 dibuka pada tekanan 2,5 bar dan dialirkan perlahan selama 5
sampai 10 menit hingga aliran gelembung steady.
DO meter diamati dan dicatat persen saturasi O2 yang masuk dan keluar.