Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA II

PERCOBAAN
ABSORPTION (ABS1)

Hari : Selasa
Kelompok :3
Praktikan : 1. Fatimah Fa’uzul (5008201084)
2. Sofia Putri S. (5008201104)
3. Rafika Hasbia S. (5008201106)
Dosen : Suci Madhania, S.T., M.T.
Tanggal Pengumpulan : 29 Maret 2021

Cuaca Suhu Udara Suhu Air Tekanan Udara


Cerah 32 0C 29.8 0C 758 mmHg

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan Absorption ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik hidrodinamik pada packed column
2. Menentukan karakteristik flooding pada column
3. Menentukan koefisien perpindahan massa dari absorpsi gas CO2 oleh larutan NaOH
yang disertai reaksi kimia dalam packed column
4. Menyelesaikan problem statement

I.2. Dasar teori


1.2.1 Absorpsi
Absorpsi adalah suatu proses dimana campuran gas berkontak dengan suatu cairan
untuk melarutkan satu atau lebih komponen gas dan membentuk larutan di dalam cairan itu.
Proses ini diawali dengan pengikatan satu atau lebih komponen yang ada di dalam fase gas pada
permukaan cairan yang diikuti dengan penyerapan dan pelarutan ke dalam fasa ruah dari cairan
tersebut (Bernasconi, d.k.k., Teknologi Kimia). Dengan demikian pada proses absorpsi
terdapat minimal tiga komponen yang terlibat di dalamnya, yaitu: komponen gas terlarut yang
disebut solute atau absorbat, komponen gas pembawa atau carrier, dan komponen cairan
pelarut yang disebut solvent atau absorben (Geankoplis, Transport Precesses and Unit
Operations).

Gambar I.1.2.1.1 Ilustrasi Absorpsi CO2

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Pada percobaan ini, gas CO2 yang terkandung di dalam campurannya dengan udara
diabsorpsi secara kimia oleh larutan NaOH, dan mengikuti reaksi di bawah ini:
𝑪𝑶𝟐(𝒈) + 𝟐𝑵𝒂𝑶𝑯(𝒂𝒒) → 𝑵𝒂𝟐 𝑪𝑶𝟑(𝒂𝒒) + 𝑯𝟐 𝑶 (𝒍)
dengan tahapan-tahapan reaksi sebagai berikut:
𝑪𝑶𝟐(𝒈) → 𝑪𝑶𝟐(𝒂𝒒,𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕)
𝑪𝑶𝟐(𝒂𝒒,𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕) + 𝑵𝒂𝑶𝑯(𝒂𝒒) → 𝑵𝒂𝑯𝑪𝑶𝟑 (𝒂𝒒)
𝑵𝒂𝑯𝑪𝑶𝟑 (𝒂𝒒) + 𝑵𝒂𝑶𝑯(𝒂𝒒) → 𝑵𝒂𝟐 𝑪𝑶𝟑 (𝒂𝒒) + 𝑯𝟐 𝑶 (𝒍)

𝑪𝑶𝟐(𝒈) + 𝟐𝑵𝒂𝑶𝑯(𝒂𝒒) → 𝑵𝒂𝟐 𝑪𝑶𝟑 (𝒂𝒒) + 𝑯𝟐 𝑶 (𝒍)


Pada proses absorpsi, CO2 bertindak sebagai (absorbate/zat yang diserap) dengan H2O
yang bertindak sebagai absorben/pelarut dan juga terdapat liquid inert dan gas inert (udara)
yang merupakan karier dimana merupakan komponen yang tidak ikut bereaksi. Absorben yang
digunakan sebagai pelarut harus memenuhi persyaratan yang sangat beragam untuk setiap
proses absorpsi. Misalnya pelarut itu harus :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang diabsorpsi sebesar mungkin (untuk menghemat
penggunaan pelarut dengan volume peralatan yang kecil
2. Sedapat mungkin selektif dalam melarutkan komponen yang diinginkan
3. Memiliki tekanan uap yang rendah, sehingga dapat meminimalisasi komponen gas yang
teruapkan
4. Sedapat mungkin tidak korosif, agar tidak merusak peralatan
5. Mempunyai viskositas yang rendah sehingga laju absorpsi meningkat
6. Stabil secara teknis
7. Tidak berbahaya,
8. Harganya murah dan mudah didapat
Berdasarkan sifatnya proses absorpsi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Absorpsi fisik
Absorpsi fisik merupakan absorpsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak
disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke
dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Contoh absorpsi ini adalah absorpsi gas H2S dengan
air, methanol, propilen, dan karbonat. Dari absorpsi fisik ini ada beberapa teori untuk
menyatakan model mekanismenya, yaitu :
• Teori model film
• Teori penetrasi
• Teori permukaan yang diperbaharui

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


b. Absorpsi kimia
Absorpsi kimia merupakan absorpsi dimana gas terlarut di dalam larutan penyerap
disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorpsi kimia ini adalah absorpsi dengan adanya
larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorpsi kimia dapat dijumpai pada
proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Keuntungan absorpsi kimia adalah
meningkatnya koefisien perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin
besarnya luas efektif permukaan. Absorpsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir
stagnan di samping penangkapan dinamik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju absorpsi :
1. Luas permukaan kontak
Jika luas permukaan kontak semakin besar, maka laju absorpsi semakin cepat. Hal ini
disebabkan oleh besarnya luas kontak akan mempermudah difusi gas ke cair.
2. Laju alir fluida
Semakin kecil laju alir fluida, maka waktu kontak pun akan semakin lama. Jika hal ini
terjadi maka zat yang berdifusi akan meningkat.
3. Konsentrasi gas
Perbedaan konsentrasi merupakan salah satu driving force dari proses difusi yang terjadi
di antara dua fluida.
4. Temperatur
Temperatur berpengaruh karena akan meningkatkan efisiensi pemisahan.
5. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi laju absorpsi, dimana semakin tinggi kelembaban
maka gas untuk mengambil kalor laten akan semakin terhalang.
6. Tekanan operasi
Berpengaruh pada efisiensi pemisahan semakin meningkat tekanan operasinya maka
semakin efisien proses pemisahannya.
Desain column mempertimbangkan tinggi dan diameter packing sesuai kebutuhan
pemisahan zat yang diabsorbsi. Diameter packing disesuaikan dengan karakteristik flooding
dari column sedangkan tinggi column disesuaikan dengan karakteristik packing dan system
transfer massa gas-liquid.
Flooding adalah peristiwa ketika terjadi kenaikan perbandingan antara laju alir gas dan
liquid yang menyebabkan proses pembuangan solute-nya menjadi lebih cepat hingga mencapai
titik dimana terjadi perubahan pressure drop yang sangat drastis. Hal ini bisa terjadi saat laju
alir liquid meningkat hingga packed tower penuh dengan liquid.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Flooding bergantung pada pressure drop sepanjang column yaitu ketika tekanan didasar
column meningkat dan tekanan di atas column lebih rendah yang menyebabkan gas naik keatas
secara turbulen. Perbedaan tekanan meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan gas
karena liquid mengisi penuh column dan mengurangi luasan dari gas. Pada flooding point liquid
tidak dapat lagi mengalir kebawah dan terbawa keluar bersama gas. Sedangkan pada loading
point perbedaan tekanan sebanding dengan perbedaan tekanan ketika dry run. Loading point
adalah keadaan ketika gas mulai menahan aliran liquid sehingga mulai terbentuk akumulasi air
yang mulai tampak dalam column dan memperkecil area bebas dari gas sehingga pressure drop
nya akan meningkat atau batasan sebelum terjadinya kenaikan pressure drop yang drastis.
Dalam packed tower yang diberikan jenis, ukuran packing nya dan dengan laju alir
liquid tertentu, ada suatu batasan atas untuk flowrate gas yang disebut flooding velocity. Jika
kecepatan gas melebihi flooding velocity maka sistem pada column tidak dapat beroperasi
(Geankoplis, hal 657).
Hukum Fick tentang difusi menyatakan bahwa laju dari difusi dari sebuah zat kimia
pada sebuah titik di dalam campuran gas (atau cairan atau padatan) adalah sebanding dengan
gradien konsentrasi dari zat tersebut di titik tersebut. Konsentrasi dari gas yang terlarut dalam
cairan sebanding dengan konstanta Henry. Konstanta Henry akan meningkat seiring dengan
meningkatnya tempeeratur. Konsentrasi dari gas di dalam cairan juga sebanding dengan
tekanan parsialnya. Oleh karena itu, salah satu cara meningkatkan kelarutannya adalah dengan
meningkatkan tekanan dari gas tersebut (Cengel, 2015).
Proses difusi berlangsung efektif bila lapisan film tipis. Lapisan film yang tipis akan
meniadakan terjadinya tahanan dari lapisan itu (tahanan makin kecil), sehingga proses
perpindahan massa tidak terganggu. Untuk mendapatkan lapisan yang tipis, kondisi dari kedua
aliran fase harus diatur yaitu diusahakan dengan membuat aliran yang turbulen, karena pada
lapisan film yang tipis akan diperoleh gradien konsentrasi yang kecil, sehingga proses absorpsi
berjalan sangat cepat dengan keadaan menjadi steady state. Model ini kurang realistis, karena
sulit menemukan adanya lapisan tipis dengan ketebalan tertentu di dekat permukaan fluida,
dimana akan tampak seperti mempunyai ketebalan yang sama. Untuk proses absorpsi, gas
dengan kelarutan tinggi, fraksi mol gas di dalam liquida akan lebih besar dari pada di dalam
fase gas.
Pengembangan teori ini digunakan untuk menghitung kecepatan absorpsi yang terjadi
pada packed tower yang dipengaruhi oleh ukuran packing-nya, dengan koefisien perpindahan
massa keseluruhan ditentukan berdasarkan luasan bagian dalam atau bagian luar dari film.
Dengan demikian laju perpindahan massanya per satuan luas dinyatakan sebagai :

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


NA = Ky (y - y*) (1)
dengan : Ky = koefisien perpindahan massa keseluruhan pada fase (kgmol/s.m2 . mol fraksi)
NA = kecepatan absorpsi (kgmol/s.m2)
(y - y*) = driving force yang melewati tahanan pada fase gas (mol fraksi).
(Geankoplis, Transport Processes and Unit Operations)
Dengan demikian laju perpindahan massa pada proses absorbsi yang dipengaruhi oleh packed
tower adalah:
Ky (y __ y*) dA
___________________
dNA = (2)
(1-y) lm

dengan : dNA = kecepatan absorpsi (kgmol/s)


(1 _ y) lm = harga rata-rata logaritmik dari (1 _ y) dan (1 _ y*),
dA = luasan packing
Pada proses absorpsi, perpindahan massa hanya terjadi dari fase gas ke fase ciran (difusi
stagnan). Perpindahan massa dari fase gas adalah d(V.y), yang dapat dinyatakan sebagai :
Ky (y __ y*) dA
___________________
d(V.y) = (3)
(1-y) lm
Jika S = luas penampang menara
a = luas kontak interface per volume packing
maka volume packing setinggi menara, dz adalah S.dz, sehingga dA = a.S.dz, dan
persamaan (2) menjadi :
Ky (y __ y*) a.S.dz
______________________
d(V.y) = (4)
(1-y) lm
Laju alir komponen yang tidak terabsorpsi adalah konstan dan dinyatakan dengan V’,
sehingga total gas masuk, V :
V’
_____
V= (5)
_
(1 y)
Sehingga :
V’
_____
d(V.y) = d y (6)
(1 _ y)
dy
________
=V (7)
_
(1 y)

Substitusi persamaan – persamaan di atas menghasilkan :

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


V dy Ky (y – y*) a dZ
_________ ____________________
= (8)
_
s (1 y) (1 _ y) lm
Jika : (1 _ y) lm / (1 _ y) = 1 dan Gy = V / s, maka :
Gy dy = Ky. a (y _ y*) dz (9)
Integrasi persamaan (9) menghasilkan :
Gy (ya1 _ ya2 )
__________________
ZT = (10)
_
Kya (ya ya*)lm
Karena Ky a = KGa.P, maka
_
Gy (ya1 ya2 )
__________________
ZT = (11)
_
KGa.P (ya ya*)lm
dengan :
(ya1 _ ya1*)lm _ (ya2 _ ya2*)lm
_ * ____________________________________
(ya ya )lm = (12)
_ * _ *
ln [(ya1 ya1 )lm / (ya2 ya2 )lm]
atau dapat digunakan rata-rata arimatika untuk larutan yang sangat encer.
Keterangan :
ya1 dan ya2 = mol fraksi solut di fase gas masuk dan keluar
ZT = tinggi menara packing
KGa = koefisien perpindahan massa keseluruhan
Jika absorben yang digunakan berkonsentrasi sangat rendah, maka akan diperoleh
kurva kesetimbangan yang memenuhi hukum Henry, yaitu :
ya1* = K. xa1 dan ya2* = K. xa2
dengan :
xa1 dan xa2 = mol fraksi solut di fase cairan masuk dan keluar
ya1* dan ya2* = mol fraksi solut di fase gas masuk dan keluar saat setimbang
K = konstanta Henry (untuk larutan elektrolit)
Nilai K dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Van Krevelen dan Hoftijer sebagai
berikut:
log (He / Heo) = h I
dengan :
h = harga karakteristik ion-ion dari larutan elektrolit (h+ + h_ + hG)
He = konstanta Henry (atm / mol fraksi)
Heo = konstanta Henry untuk pelarut air murni (atm / mol fraksi)
I = kekuatan ionik dari larutan (½  ci . zi2).

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB II
PERCOBAAN

II.1 Problem Statement


 Aliran gas sebesar 1 m3/jam (stp) mengandung CO2 yang akan diabsorp atau dikurangi
kadarnya. Jelaskan alasan memilih H2O sebagai absorbennya
 Konsentrasi awal CO2 dalam gas adalah sebesar 8% dan konsentrasi akhir yang
dihasilkan adalah sebesar 0,5%. Tentukan apakah alat percobaan yang dipakai sudah
memenuhi spesifikasi
 Kolom absorbsi gas-liquid dengan packing yang telah tersedia dalam lab mempunyai
spesifikasi sebagai berikut:
- Diameter dalam kolom = 6.37 cm
- Tinggi packing dalam kolom = 93 cm
- Tipe dan dimensi dari packing: Raschig ring

II.2 Variabel Percobaan


II.2.1 Percobaan Flooding
Variabel yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Tabel II.2.1 Variabel Percobaan Flooding
Qudara (L/menit)
20
40
60

II.2.2 Percobaan Mass Transfer


Variabel yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Tabel II.2.2 Variabel Percobaan Mass Transfer
Qlarutan (L/menit) Qudara (L/menit)
0,1 20
0,3 40
0,5 60

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


II.3 Metodologi Percobaan
II.3.1 Pembuatan Larutan
1. Larutan NaOH 2%
Menimbang 20 gram NaOH dengan neraca analitik dan dilarutkan dengan 1 Liter
Aquades dan dilakukan sebanyak 5 kali sehingga terbentuk larutan campuran 100 gram
NaOH dengan 5 Liter Aquades. Kemudian menuangkan larutan campuran ke dalam
bak.
2. Larutan HCL 0,1 N
Menyiapkan alat dan bahan. Kemudian mengambil HCl 37% sebanyak 83 ml. Lalu
mengencerkannya dengan aquades hingga volume 1L dan dilakukan standardisasi
hingga konsentrasinya menjadi 0,1N

II.3.2 Percobaan Flooding


1. Mengalirkan udara pada column dan mengamati pressure drop pada sistem dry-run
2. Mengatur aliran udara sesuai variabel, kemudian mencatat pressure drop dari masing-
masing aliran udara
3. Mengalirkan liquid pada rate pada tiap variabel aliran udara, kemudian mencatat
pressure drop
4. Mengamati apakah flooding terjadi pada rate tersebut atau tidak

II.3.3 Percobaan Mass Transfer


1. Mengukur konsentrasi NaOH yang tersedia pada tangki dengan metode titrasi
2. Mengatur aliran liquid pada dan aliran udara sesuai variable yang telah ditentukan
3. Menjalankan sistem selama 5 menit sebelum mengambil sampel
4. Mengukur kadar CO2 dari bagian bawah kolom dengan metode titrasi menggunakan
indikator PP dan indikator MO

II.4 Alat dan Bahan Percobaan


II.4.1 Alat
a. Column packed absorber
b. Tangki penampung waste solution
c. Neraca Analitik
d. Beaker Glass 1000 mL (1 buah)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


e. Beaker Glass 250 mL (3 buah)
f. Erlenmeyer 250 mL (1 buah)
g. Pipet ukur 10 mL (1 buah)
h. Karet Penghisap (1 buah)
i. Pipet mata (2 buah)
j. Buret 25 mL (1 buah)
k. Klem holder dan statif (1 buah)
l. Pengaduk kaca (1 buah)
m. Gelas arloji (1 buah)

II.4.2 Bahan
a. Udara
b. Aquades
c. Larutan NaOH 2%
d. Larutan HCl 0,1 N
e. Indikator MO
f. Indikator PP

II.5 Gambar Skema Alat

Keterangan Gambar :
a) Inlet udara
b) Rotameter udara
c) Tangki penampung
d) Pompa
e) Rotameter liquid
f) Column packed absorber
g) Outlet gas

Gambar II.5.1 Skema Alat Percobaan

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


II.6 Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Ukuran tangki :
 Lebar = 33 cm = 3.3 dm
 Tinggi = 25 cm = 2.5 dm
 Panjang = 50 cm = 5 dm
 Volume Tangki = 41250 cm3 = 41.25 dm3
2. Dimensi kolom :
 Keliling = 18 cm = 1.8 dm
 Diameter = 5.73 cm = 0.573 dm
 Tinggi = 126 cm = 12.6 dm
 Luas = 25.8 cm = 2.58 dm
 Volume = 3250 cm3 = 3.25 dm3
Konsentrasi NaOH = 2%
T udara = 32 °C
T air = 29.8 °C

Tabel II.3 Hasil Pengamatan Dry Run Udara


Q udara (L/min) Δh (cm H2O)
20 0.5
40 0.8
60 1.0

Tabel II.4 Hasil Pengamatan Run Udara+CO2 dan Larutan NaOH


Vtitran (ml)
Qudara Qlarutan Δh (mm Vproduk
Setelah Ditambah Setelah Ditambah
(L/min) (L/min) H2O) (ml)
PP MO
0.1 0.4 10 6.0 1.6
20 0.3 0.5 10 5.2 2.2
0.5 0.5 10 4.3 2.6
0.1 0.8 10 2.3 3.0
40 0.3 0.7 10 2.4 2.8
0.5 0.8 10 2.9 2.6
0.1 0.9 10 4.0 2.2
60 0.3 0.9 10 3.4 2.2
0.5 1.0 10 4.6 1.5

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Perhitungan


A. Persiapan
1. Konsentrasi larutan NaOH = 2%
2. Konsentrasi larutan HCl = 0,1 N

B. Penentuan KGa
Tabel III.1.1 Penentuan Konsentrasi CO2 Terabsorb
Rate Rate Rate CO2 terabsorb
Udara CO2 NaOH Volume titran (ml) (mol)
(L/min) (L/min) (L/mnt)
0.1 7.6 0.000264273
20 1.74 0.3 7.4 0.000257318
0.5 6.9 0.000239932
0.1 5.3 0.000184295
40 3.48 0.3 5.2 0.000180818
0.5 5.5 0.00019125
0.1 6.2 0.000215591
60 5.21 0.3 5.6 0.000194727
0.5 6.1 0.000212114

Tabel III.1.2 Tabel Perhitungan Neraca Massa Absorbsi


Fase Liquid Fase Gas
Laju
Laju V’
alir L’
Larutan alir gas
liquid inert Masuk Keluar Masuk Keluar
L/min Udara (mol/s)
inert
L/min (mol/s)
X1 X2 Y2 Y1
0.1 9.22444E-05 0.0118 0 0.90655 0.08282 0.070143
0.3 20 0.000276733 0.0118 0 0.76518 0.08282 0.070650
0.5 0.000461222 0.0118 0 0.66587 0.08282 0.071914
0.1 9.22444E-05 0.0237 0 0.95856 0.08282 0.082523
0.3 40 0.000276733 0.0237 0 0.88537 0.08282 0.082646
0.5 0.000461222 0.0237 0 0.82179 0.08282 0.082276
0.1 9.22444E-05 0.0355 0 0.97250 0.08267 0.083947
0.3 60 0.000276733 0.0355 0 0.92225 0.08267 0.084438
0.5 0.000461222 0.0355 0 0.87623 0.08267 0.084028

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Tabel III.1.3 Koefisien Mass Transfer (KGa)

Laju alir Laju alir


KGa
Larutan Udara
(mol/L.s)
(L / min) (L/min)
20 0.022107
0.1 40 0.000894
60 0.005571
20 0.019491
0.3 40 0.000527
60 0.007638
20 0.035034
0.5 40 0.001630
60 0.005903

III.2 Pembahasan
A. Operasi Alat dan Persiapan
Percobaan ini dilakukan dengan melewatkan larutan NaOH sebagai absorben ke dalam
kolom absorpsi secara kontinyu melalui tangki overflow. Pengaliran larutan NaOH melalui
tangki overflow ini dimaksudkan agar terjadi homogenasi pada tangki penampung NaOH.
Selain itu juga overflow bertujuan untuk :
a. Menghindari terjadinya turbulensi yang mendadak ketika larutan NaOH menuju kolom.
Jika terjadi tubulensi dapat menyebabkan terjadinya berkurangnya proses pelarutan CO2
dari udara ke dalam larutan NaOH, sehingga efektivitas larutan NaOH sebagai absorben
berkurang.
b. Menghindari terjadinya penumpukan larutan sesaat di lubang pemasukan ke dalam kolom
sehingga akan memperlambat aliran larutan masuk dan dapat merubah susunan packing,
c. Menjaga tidak terjadi perubahan tekanan pada tangki akibat tinggi tangki yang tidak
konstan.
d. Menghindari laju alir larutan NaOH masuk kolom yang fluktuatif.
Proses absorpsi CO2 ke dalam larutan NaOH seharusnya dilakukan dengan
menggunakan NaOH yang dilarutkan dalam air bebas CO2 atau air murni, yaitu air yang bebas
ion-ion lain yang dapat bereaksi dengan NaOH, CO2 dan air bebas dari CO2 yang udara yang
dapat mengurangi efektivitas NaOH sebagai absorben. Ini dilakukan terutama apabila
percobaan dalam skala laboratorium yang jumlah bahannya relatif sedikit sehingga pengaruh
impurities dari lingkungan (adanya CO2 dari udara / hasil pernafasan manusia) tidak dapat
diabaikan.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Selain hal-hal di atas, persiapan lain yang harus diperhatikan adalah kondisi packing
sebelum dioperasikan. Ini berpengaruh apabila di sela-sela packing yang digunakan terdapat
larutan NaOH atau gas CO2 yang terperangkap pada proses absorpsi sebelumnya sehingga akan
mengganggu pelaksanaan absorpsi berikutnya. Oleh karena itu sebelum dilakukan proses
absorpsi disarankan untuk melakukan backwash (mencuci) packing dengan mengalirkan air
bersih ke dalam kolom. Kegiatan ini dapat pula dimanfaatkan untuk mengkalibrasi aliran fluida
di dalam kolom.
Menara vertikal dipilih untuk operasi ini, dan dirancang sedemikian sehingga diperoleh
kontak yang baik antara kedua fase tersebut. Tujuan utama perancangan alat transfer massa
secara sederhana adalah menentukan tinggi kontak kedua fase itu. Berdasarkan cara kontak
antar fase, alat transfer massa difusional dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Proses keseimbangan dimana operasi dengan kesetimbangan antar fase (antara fase liquid
dan gas), yaitu alat dengan kontak secara kontinyu (continuous contact) dalam absorpsi
biasanya terjadi pada packed column, bubble column, dan spray tower.
2. Proses dikontrol dari kecepatan transfer massa, yaitu alat dengan kontak secara bertingkat
(stage wise contact / discreet), misalnya menara menggunakan plat atau tray.
Proses absorbsi digunakan packed column. Desain dari packing pada percobaan ini
berfungsi untuk :
1. Menturbulenkan aliran udara sehingga waktu kontak antara gas liquid menjadi lebih lama.
Aliran turbulen dapat membuat film menjadi tipis sehingga resistensinya pun menjadi
lemah sehingga dapat memudahkan proses difusi. Hal ini juga sesuai dengan teori penetrasi,
yaitu bahwa molekul-molekul yang berdifusi tidak akan mecapai sisi lapisan tipis yang lain
jika waktu kontaknya pendek.
2. Memecah gelembung sehingga luasan perpindahan massa total menjadi lebih besar dan
meningkatkan laju absorbsi.
Pada percobaan kali ini digunakan variabel rate udara 20, 40, dan 60 L/min. Persentasi
untuk CO2 untuk masing-masing variabel rate udara adalah 2%
Packed column berfungsi menyerap gas CO2 yang tidak melarut dalam larutan NaOH.
Sedangkan untuk gas CO2 yang melarut dalam larutan NaOH maka langsung mengalami reaksi
sehingga terbentuk NaHCO3 dan Na2CO3. Setelah itu, liquid keluar dari packed column dititrasi
dengan HCl yang sudah distandarisasi 0.1 N, menggunakan indikator PP sebanyak 3 tetes
sehingga terjadi perubahan warna larutan merah muda menjadi bening, Phenolpthalein (PP)
mempunyai range pH 8,2 – 10,0. Setelah ditetesi indicator PP, menitrasi menggunakan

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


indikator MO sebanyak 3 tetes sehingga terjadi perubahan warna larutan oranye menjadi merah
muda keunguan, Methyl Orange (MO) mempunyai range pH 3,1 – 4,4.

B. Analisis Proses Absorpsi


1. Absorpsi dan Faktor Lingkungan
Pada proses absorpsi laju absorpsi merupakan ukuran perpindahan massa antara fase
gas dan fase cairan, di samping perbedaan konsentrasi dan luas permukaan absorben. Laju
absorpsi tersebut juga tergantung pada faktor-faktor lainnya seperti di bawah ini :
a. Suhu
Umumnya semakin rendah suhu operasi kelarutan gas di dalam cairan semakin tinggi.
Selain berpengaruh pada proses pelarutan, suhu juga sangat berperan pada kondisi
optimum reaksi yang terjadi, apalagi dalam hal ini absorpsi dalam percobaan ini disertai
dengan reaksi kimia. Proses absorpsi dianggap dilakukan secara isoterm karena tidak
ada operasi signifikan yang dapat mempengaruhi perubahan suhu dan reaksi karbonasi
(penyerapan CO2 oleh larutan NaOH) umumnya berlangsung pada suhu kamar.
b. Tekanan
Semakin tinggi tekanan, kelarutan gas akan semakin tinggi. Tekanan ini mempengaruhi
banyak sedikitnya gas yang diserap oleh pelarut. Jika tekanan tinggi maka daya dorong
menuju ke pelarut juga semakin besar karena solute akan dipaksa keluar dari carier
2. Pengaruh Laju Alir gas inert (udara) Terhadap Koefisien Perpindahan Massa Keseluruhan
(KGa)
Dalam percobaan ini, proses absorpsi dilakukan dengan memvariasikan laju alir udara.
Pengaruh perubahan laju alir larutan NaOH terhadap koefisien perpindahan massa
keseluruhan (KGa) yang menunjukkan karakteristik proses absorpsi dapat dilihat pada
gambar III.1 dan gambar III.2.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Kga VS Laju alir udara
0.04
0.035
0.03
0.025
Kga

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Rate Udara

Rate Liq 0.1 Rate Liq 0.3 Rate liq 0.5

Gambar III.1 Grafik Hubungan KGa vs Rate Udara

Kga VS Laju alir larutan


0.04
0.035
0.03
0.025
Kga

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Rate larutan

Rate Udara 20 Rata Udara 40 Rate Udara 60

Gambar III.2 Grafik Hubungan KGa vs Rate Udara


Pada gambar III.1 menunjukkan bahwa nilai KGa menurun ketika laju alir udara 40 LPM
dan naik kembali pada laju alir udara 60 LPM. Hal ini tidak sesuai dengan teori double film
theory, yang menyebutkan bahwa semakin turbulen aliran maka tebal film akan menipis, harga
koefisien perpindahan massa fase cairan (kLa) semakin besar, sehingga nilai KGa juga semakin
besar, dan sebaliknya. Pada percobaan didapatkan variabel yang paling efektif dalam
mengabsorb CO2 ialah laju udara 20 LPM dan laju larutan 0.5 LPM, sedangkan variable yang
paling sedikit menyerap CO2 ke dalam larutan ialah pada laju udara 40 LPM dan laju larutan
0.3 LPM. Menurut literatur yang menyebutkan bahwa untuk mengefisienkan proses
perpindahan massa, dibuat suatu aliran turbulen dan counter current, dengan kondisi tersebut
perpindahan massa per satuan luasan akan meningkat karena akan membantu mendispersi suatu

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


fluida ke fluida lain dengan memberikan interfacial area yang lebih besar. Ketidaksesuaian
dengan teori tersebut dipengaruhi oleh peningkatan laju alir liquid yang lebih lanjut akan
menyebabkan terjadinya pengumpulan liquid di bagian atas kolom (packed tower). Keadaan ini
biasa disebut flooding (banjir). Titik terjadinya peristiwa disebut flooding point. Operasi pada
keadaan flooding tidak akan menghasilkan perpindahan massa yang baik karena yang terjadi
adalah proses pembuangan solute menjadi lebih cepat hingga mencapai titik dimana terjadi
perubahan pressure drop yang sangat drastis.

III.3 Analisis Problem Statement


Pada Problem Statement terdapat aliran gas 1 m3/h yang mengandung CO2 akan
diabsorp sehingga konsentrasi dari kandungan CO2 produk menjadi 0,5%. Pada problem
statement percobaan absorpsi yang telah diberikan bertujuan untuk mempelajari dan
menganalisa laju absorpsi CO2 (absorbate/zat yang diserap) dengan H2O yang bertindak sebagai
absorben/pelarut dengan alat-alat yang digunakan pada percobaan absorpsi apakah sudah sesuai
dan memenuhi spesifikasinya. Arus masuk mengandung 8% CO2. Proses absorpsi yang terjadi
yaitu absorpsi fisik dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai reaksi kimia.
Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik yaitu proses perpindahan massa yang terjadi
antara gas yang diabsorpsi dan larutan pengabsorpsi. Dalam hal ini H2O bereaksi dengan oksida
pembentuk asam yaitu gas CO2. Sebelum digunakan sebagai absorben, H2O terlebih dahulu
diturunkan tingkat kejenuhannya dengan cara melakukan penyulingan. Cairan yang
dikehendaki dididihkan hingga menguap kemudian uap diembunkan melalui kondensor,
sehingga uap mencair kembali. Pengolahan awal air sebelum proses destilasi yaitu koagulasi,
flokulasi dan diikuti filtrasi untuk menghilangkan kandungan padatan terlarut yang tinggi dalam
air umpan.
Pada percobaan Absorption yang telah dilakukan sebelumnya digunakan larutan yang
mengandung 2% NaOH sebagai absorben. Proses absorpsi yang terjadi yaitu absorpsi kimia
dimana gas terlarut dalam larutan penyerap disertai dengan reaksi kimia. Penggunaan absorbsi
kimia dalam fase cair sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna
dari campuran gasnya. Suatu keuntungan dalam absorpsi kimia adalah meningkatkan harga
koefisien perpindahan massa (KGa). Sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya
luas efektif antar muka, karena absorpsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir
stagnan disamping perangkapan dinamik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan larutan
NaOH untuk menyerap CO2 lebih efektif daripada H2O. Semakin cepat laju alir antara kedua
senyawa yang dikontakkan, maka akan semakin mudah senyawa tersebut terabsorpsi, yang

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


berarti akan semakin tinggi nilai persentase CO2 yang keluar bersama NaOH. Terjadinya
absorpsi kimia dapat memperbesar luas permukaan karena pada absorpsi kimia terbentuk ikatan
ion sehingga antar molekul tidak mudah lepas. Pada absorpsi fisik terbentuk ikatan Van Der
Waals dimana ikatannya bersifat lemah sehingga mudah lepas. Gas CO2 atau zat asam arang
merupakan sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon. Senyawa NaOH merupakan absorben yang tepat
digunakan untuk mengabsorp gas CO2, karena senyawa NaOH memiliki kemampuan yang baik
untuk dapat bereaksi dengan oksida-oksida pembentuk asam seperti gas CO2 dan SO2.
Sementara itu, alternatif teknologi dalam penghilangan gas CO2 adalah penggunaan suatu
absorben yang harus dipertimbangkan dari sisi ekonomi dan ketersediaannya. Proses absorpsi
gas CO2 dengan menggunakan pelarut H2O tetap merupakan proses yang mudah untuk
dijalankan. Pertimbangan lainnya jika menggunakan absorben H2O adalah H2O memiliki
tingkat solubilitas yang tinggi terhadap senyawa-senyawa tertentu yang bersifat polar, tidak
korosif, non-toxic, tidak berbahaya, non-volatile, dan biaya yang digunakan juga tidak terlalu
mahal (lebih ekonomis). Walaupun menurut penelitian lain yang telah dibuktikan sebelumnya,
penghilangan gas CO2 juga telah berhasil dilakukan melalui tekanan absorpsi dalam H2O
menggunakan menara packed, data yang memadai untuk mengevaluasi kinerja dari menara
absorpsi komersial atau untuk mendesign menara tersebut tidak tersedia. Untuk mendapatkan
kembali CO2 yang bersifat murni, maka dapat dilakukan stripping (dilakukan pemanasan yang
terjadi pada suhu tinggi) atau dapat juga digunakan separator karena pada suhu tinggi gas akan
diremove dari liquid dengan baik sehingga gasnya mudah untuk diambil kembali.
Dari peralatan yang terdapat di dalam laboratorium Teknik Kimia dapat diperoleh
penurunan konsentrasi dari CO2 dari 8.2% menjadi 7% dengan laju udara 20 l/min dan laju
larutan NaOH 2% sebesar 0.1 l/min, sehingga perlu dilakukan scale up untuk peralatan yang
terdapat di dalam laboratorium Teknik Kimia.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB IV
KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :


1. Karakteristik hidrodinamika suatu packed column dapat ditentukan dari hubungan antara
air mass velocity (Gy) dan water mass velocity (Gx) dengan pressure drop tiap unit tinggi
packing (ΔP/ZT).
2. Flooding point semakin meningkat dengan kenaikan tekanan didasar column dengan
rendahnya flowrate gas yang masuk dan meningkatnya tekanan diatas column yang
ditandai dengan meningkatnya flowrate liquid pada column. Semakin besar rate udara dan
air, pressure drop yang terjadi akan semakin besar. Hal ini disebabkan air yang masuk dari
bagian atas kolom akan terhambat oleh udara yang masuk dari bagian bawah kolom,
sehingga menyebabkan perubahan tekanan yang signifikan pada bagian bawah dan atas
kolom.
3. Laju alir udara mempengaruhi koefisien mass transfer (nilai KGa)
 Rate udara 20 L/min dengan rate liquid 0,1 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.022107
mol/L.s
 Rate udara 20 L/min dengan rate liquid 0,3 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.019491
mol/L.s
 Rate udara 20 L/min dengan rate liquid 0,5 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.035034
mol/L.s
 Rate udara 40 L/min dengan rate liquid 0,1 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.000894
mol/L.s
 Rate udara 40 L/min dengan rate liquid 0,3 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.000527
mol/L.s
 Rate udara 40 L/min dengan rate liquid 0,5 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.001630
mol/L.s
 Rate udara 60 L/min dengan rate liquid 0,1 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.005571
mol/L.s
 Rate udara 60 L/min dengan rate liquid 0,3 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.007638
mol/L.s
 Rate udara 60 L/min dengan rate liquid 0,5 L/min memiliki nilai KGa yakni 0.005903
mol/L.s

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


4. Untuk menyelesaikan problem statement dapat menggunakan peralatan di dalam
laboratorium Teknik Kimia namun perlu dilakukan scale up terlebih dahulu.
5. Penggunaan larutan NaOH untuk menyerap CO2 lebih efektif daripada H2O. Karena ikatan
antara NaOH dan CO2 lebih kuat daripada ikatan antara NaOH dan H2O.
6. Pelarut H2O untuk mengabsorbsi gas CO2 merupakan absorben yang harus dipertimbangkan
kembali dari sisi ekonomi dan ketersediaannya. Namun kekurangan dari pelarut H2O sendiri
kurang efektif dalam mengabsorpsi oksida-oksida pembentuk asam seperti gas CO2.
7. Senyawa NaOH merupakan absorben yang tepat digunakan untuk mengabsorp gas CO2,
karena senyawa NaOH memiliki kemampuan yang baik untuk dapat bereaksi dengan oksida-
oksida pembentuk asam seperti gas CO2 dan SO2.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Cahya, Ade dan Meditha H. 2018. Laporan Resmi Praktikum Aplikasi Teknik Kimia II.
Cengel, Yunus A. and Afshin J. Ghajar. 2015. Heat and Mass Transfer. New York:
McGraw-Hill Education.
Dhaifullah, Galang, Fauzan Imam dan Rosyid A. 2020. Laporan Resmi Praktikum
Aplikasi Teknik Kimia II.
Distantina, Sperisa.(2009). Alat Transfer Massa Absorber dan Stripper. Didapat dari:
http://distantina.staff.uns.ac.id/files/2009/09/4-absorber-stripper-d3.pdf.
Geankoplis, Christie J. 2003. Transport Processes and Separation Process Principles
(Includes Unit Operations). 4th edition. New Jersey: Prentice Hall.
McCabe, Warren L. 1993. Unit Operations Of Chemical Engineering,5th edition.
Singapura: McGraw-Hill Book Co.
Redjeki, Sri.(2012). Buku Ajar Proses Abrsopsi Gas-Liquid. Didapat dari:
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/JTK3171/document/.
https://www.youtube.com/watch?v=0PGfhzy2YD8 (diakses pada 14 Maret 2021 pukul
09.00 WIB)
https://www.youtube.com/watch?v=SgyGawS4aEI (diakses pada 14 Maret 2021 pukul
09.30 WIB)
https://www.youtube.com/watch?v=pQZdkuOAGM0 (diakses pada 14 Maret 2021 pukul
09.38 WIB)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


𝐴𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 Luas permukaan kolom cm2, m2, ft2
𝐷𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 Diameter kolom cm, m, ft
𝐺 Mass velocity lbm/ft2s
𝐺′ Solvent molar velocity lbmol/menit
𝐾𝑔 𝑎 Koefisien perpindahan massa mol/m3s
𝑁 Konsentrasi N
𝑁 Absorbed component molar velocity mol/s
𝑛 Jumlah mol mol
𝛥𝑃 Pressure drop cm H2O, in H2O, atm
𝑃𝑖 Partial pressure di bagian inlet udara atm
𝑃𝑜 Partial pressure di bagian outlet udara atm
𝑄 Flow rate L/menit, ft3/menit
𝑉𝑇 Volume tangki cm3, L, ft3
Fraksi mol NaOH pada larutan
𝑥0 -
masuk kolom
Fraksi mol NaOH pada larutan
𝑥1 -
keluar kolom
Fraksi mol NaOH pada udara
𝑦1 -
keluar kolom
Fraksi mol NaOH pada udara
𝑦2 -
masuk kolom
𝑍𝑇 Tinggi packing cm, m, ft
𝜌 Massa jenis kg/m3, kg/L, lbm/ft3
𝛥𝑚𝑜𝑙 Jumlah mol NaOH terabsorb mol

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


APPENDIKS

Diketahui :  CO2 = 1.53 gram/liter


BM CO2 = 44 gram/mol
 udara (dengan asumsi 79 % N2 dan 21% O2) = 1.137 gram/liter
BM udara (dengan asumsi 79 % N2 dan 21% O2) = 28.97 gram/mol
Tinggi kolom absorber = 93 cm
Luas penampang kolom absorber = 0.0115 m2
Berikut ini contoh perhitungan pada rate aliran udara 20 L/menit dan aliran larutan 0.1 L/menit :

1. Menghitung Neraca Massa Sistem

V1, y1 L0, x0

V2, y2 L1, x1

 Jumlah gas masuk (V2)  fraksi komponen y2


Jumlah gas keluar (V1)  fraksi komponen y1
Jumlah liquid masuk (L0)  fraksi komponen x0
Jumlah liquid keluar (L1)  fraksi komponen x1
 Jumlah CO2 yang terabsorb
1𝐿
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥  𝐶𝑂2 𝑥
1000𝑚𝐿
Jumlah CO2 yang terabsorb =
𝐵𝑀 𝐶𝑂2
𝑔𝑟 1𝐿
7.6 𝑚𝐿 𝑥 1.53 𝑥
𝐿 1000𝑚𝐿
Jumlah CO2 yang terabsorb = 𝑔𝑟
44
𝑚𝑜𝑙

Jumlah CO2 yang terabsorb = 0.000264 mol

 Total gas masuk = total udara masuk + total CO2 masuk (10% dari gas masuk)

0.9 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑥 𝜌 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑥 𝜌 𝐶𝑂2
𝑉2 = +
𝐵𝑀 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐵𝑀 𝐶𝑂2

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


𝐿 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝐿 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.9 𝑥 20 𝑥1 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 1.137 𝑔𝑟/𝐿 0.1 𝑥 20 𝑥1 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 1.53 𝑔𝑟/𝐿
𝑉2 = 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 + 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60
28.97 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑉2 = 0.012933 mol/s
𝐿 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.1 𝑥 20 𝑥1 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 1.53 𝑔𝑟/𝐿
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑂2 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = = 0.001159 mol/s
44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

1 𝑎𝑡𝑚 𝑥 1,74 𝐿
 Mol CO2 masuk = 𝑎𝑡𝑚 = 0,0011679 mol/s
0,082 𝐿 𝑥 303 𝐾 𝑥 60
𝑚𝑜𝑙𝐾

Mol total gas masuk = V2 (udara masuk) + V total CO2 masuk


Mol total gas masuk = 0.012933 + 0.001159 = 0.0140924 mol/s
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑦2 =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
0.00116719
𝑦2 = = 0.08282
0.0140924

 Total gas keluar = total udara keluar + total CO2 keluar


Total udara keluar = total udara masuk = 0.012933 mol/s
Total CO2 keluar = Total CO2 masuk – jumlah CO2 yang terabsorb
Total CO2 keluar = 0.001159 – 0.000264 = 0.000894 mol/s
V1 = (0.0120099+0.000894) = 0.012757 mol/s
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 0.000894
𝑦1 = = = 0.070143
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 0.012757
 Total liquid masuk = murni larutan NaOH saja
𝐿 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑔 𝑚3
0.1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 1 𝑥 996.24 𝑚3 𝑥 1 1000 𝐿 𝑚𝑜𝑙
𝐿𝑜 = 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 0,0000922
𝑘𝑔 𝑠
18
𝑚𝑜𝑙
𝑥0 = 0 (belum ada CO2 pada aliran masuk larutan NaOH)
 Total liquid keluar = total liquid keluar + total CO2 keluar
Total liquid keluar = total liquid masuk = 0.0000922 mol/s
Total CO2 keluar = jumlah CO2 yang terabsorb
L1= (0.0000922+0.000894) mol/s = 0.000987 mol/s
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 0.000894
𝑥1 = = = 0.90655
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 0.000987

2. Menghitung Nilai Koefisien Transfer Massa (KGa)


Run 1 = Rate aliran udara 20 L/menit
Kadar CO2 pada gas masuk, y2 = 0,08282

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Kadar CO2 pada gas masuk, y1 = 0,070143

Rate Udara 20 L/menit & Rate Liquid 0,1 L/menit

y y* y-y* 1/(y-y*) koef fx


0,070143 0,01 0,060143 16,62691 1 16,62691
0,071412 0,01 0,061412 16,28359 2 32,56718
0,07268 0,01 0,06268 15,95416 2 31,90833
0,073948 0,01 0,063948 15,6378 2 31,27561
0,075216 0,01 0,065216 15,33374 2 30,66749
0,076484 0,01 0,066484 15,04128 2 30,08257
0,077752 0,01 0,067752 14,75977 2 29,51954
0,07902 0,01 0,06902 14,4886 2 28,97721
0,080288 0,01 0,070288 14,22722 2 28,45444
0,081556 0,01 0,071556 13,9751 2 27,9502
0,082824 0,01 0,072824 13,73176 1 13,73176
Jumlah 301,7612
Luasan 0,191323

𝑑𝑦
𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 = ∫ = 0,191323
𝑦−𝑦∗
(Perhitungan luasan dapat dilakukan dengan metode trapezoidal dan metode simpson)

𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 𝑉1 0,191323 𝑥 0,012757


𝐾𝐺𝑎 = = = 0,022108
𝐴 𝑥 𝑍𝑡 0,115 𝑥 0,96

3. Menghitung Scale Up Diameter Kolom


𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑔
𝐺𝑎𝑠 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑟𝑎𝑡𝑒(𝑉𝑤) = 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 1,1715 . 𝑔𝑟𝑎𝑚 .
= 0,3905 𝑠
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 60 𝑠
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝐿𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑟𝑎𝑡𝑒(𝐿𝑤) = 𝜌. 𝑉 = 1,0099 3 . 1 𝑚3 = 1,0099 = 0,0168
𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑠
Flooding pada h = 25 cm
∆P = 𝜌. 𝑔. ℎ = 1000 . 10 . 0,25 = 2500 𝑃𝑎 = 19 𝑚𝑚𝐻𝑔

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Grafik 1. Generalized pressure drop correlation, adapted from a figure by the Norton
Co. with permission
 Dari grafik 1. didapat K4 = 0,34 Flooding K4 = 0,91
0,34
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑓𝑙𝑜𝑜𝑑𝑖𝑛𝑔 = √ . 100% = 61,12%
0,91
0,5

𝐾4 . 𝜌𝑣 (𝜌𝐿 − 𝜌𝑣)
𝑉𝑤 = [ ]
𝜇𝐿
13,1 . 𝐹𝑝 . (𝜌𝐿)0,1
1
𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑠𝑐ℎ𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑖𝑛𝑔 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛, 𝐹𝑝 = 2100
2
0,5

0,34 . 996,05 (1009,9 − 996,05)


𝑉𝑤 = [ ]
10−3
13,1 . 2100 . ( −3 )0,1
10

𝑘𝑔
𝑉𝑤 = 0,1705
𝑚2 . 𝑠

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


𝑉𝑤 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 0,3905
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 = = = 2,29 𝑚2
𝑉𝑤 0,1705
𝜋 . 2,29
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = √ = 1,707 𝑚
4
4
𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑟𝑒𝑎 = . 1,7072 = 3,712 𝑚2
𝜋

4. Menghitung Scale Up Tinggi Kolom (menggunakan metode Cornell)


10−5 𝑚2
𝐷𝑣 = 2,49 .
𝑠
−9 2
10 𝑚
𝐷𝐿 = 3,036.
𝑠
0,01862 . 10−3
(𝑆𝑐)𝑣 = = 0,6383
1,1715 . 2,49. 10−5
1 . 10−3
(𝑆𝑐)𝐿 = = 329,3
1000 . 3,036 . 10−9
𝜇𝑣 = 0,01862 . 10−3 𝑁𝑠/𝑚2

0,08266
𝐿𝑤 = = 4,678 𝑘𝑔/𝑚2 𝑠
0,01767

Saat 59,4% flooding K3 = 0,84

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


Berdasarkan data dari grafik di atas:
 saat 59,4% flooding ψh = 58

saat 59,4% flooding ϕh = 0,06


𝑍 = 1,115 𝑚 (𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑙𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚)
𝑧 0,15
𝐻𝐿 = 0,305Фℎ(𝑆𝑐)𝐿0,5 𝐾3 ( )
3,05
0,5
1,115 0,15
𝐻𝐿 = 0,305 . 0,06 . (329,38) 0,84 ( ) = 0,72
3,05
Karena liquid saat 29oC merupakan air, maka :
f1=f2=f3=1
𝐷𝑐 𝑧 0,33
0,011𝜓ℎ(𝑆𝑐)𝑣 0,5 ( )( )
0,305 3,05
𝐻𝐺 =
(𝐿𝑤 . 𝑓1 . 𝑓2 . 𝑓3)0,5

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


0,1 1,115 0,33
0,011 . 58 . (0,6383)0,5 ( )( )
0,305 3,05
𝐻𝐺 = = 0,9395
(4,678 . 1 . 1 . 1)0,5
𝑚𝐺𝑚
𝐻𝑂𝐺 = 𝐻𝐿 + 𝐻𝐺
𝐿𝑚

𝑚𝐺𝑚 𝑚𝐺𝑚
Berdasarkan Colburn nilai optimum = 0,7 − 0,8. Gunakan = 0,8
𝐿𝑚 𝐿𝑚

𝐻𝑂𝐺 = 0,72 + 0,8 . 0,9395 = 1,4916

𝑍 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝐻𝑂𝐺 . 𝑍 = 1,4916 . 1,115 = 1,663 𝑚

 Hasil Scale Up Alat Absorpsi


Alat di laboratorium:
o Ukuran packing = 9,33 mm
o Diameter kolom = 6,37 cm
o Tinggi kolom = 0,93 m
 Alat Hasil Scale Up
o Ukuran packing = 9,33 mm
o Diameter kolom = 6,37 cm
o Tinggi kolom = 0,93 m

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai