Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori


II.1.1 Pengertian Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia
dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak dapat digantikan
oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air.
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi
(Ningtyas, 2014).
Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk
manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh
semuanya dalam bentuk pelarut air. Juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh
akar dalambentuk larutannya. Mengingat pentingnya peranan air bagi manusia, maka
diperlukan upaya menjaga kulitas air. Upaya menjaga kualitas air dilakukan melalui
pengelolaan air (Ningtyas, 2014).
Dari segi kualitas, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai air bersih,
di antaranya kualitas fisik meliputi tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Air
bersih juga harus memenuhi kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan bebas dari
zat-zat beracun. Selain itu, terdapat juga kualitas biologi, yaitu air harus terbebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit. Persyaratan kategori air bersih semakin ketat saat air
digunakan untuk konsumsi manusia (Ningtyas, 2014).
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri dari
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2O. Karena air mempunyai sifat yang hampir
bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi semua
bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang
merupakan sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang
merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan
wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air
mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie,
2010).
Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengadilan Kualitas Air
dan Pengadilan Kualitas Pencemaran, Bab I Ketentuan Umum pasal 1, menyatakan bahwa:
“Air tawar adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air
laut dan air fosil”. Sedangkan Air laut adalah air yang berasal dari laut, memiliki rasa asin,
dan memiliki kadar garam (salinitas) yang tinggi. Rata-rata air laut di lautan dunia
mamiliki salinitas sebesar 3,5%. Kandungan garam-garaman utama yang terdapat dalam
air laut antara lain klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium
(1%), potasium (1%), dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam
borak, strontium, dan florida. Keberadaan garam-garaman ini mempengaruhi sifat fisis air
laut seperti densitas, kompresibilitas, dan titik beku (Kodoatie, 2010).

II-1
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
II.1.2 Sumber Air
Secara garis besar menurut sumber atau letaknya, air dapat dibedakan menjadi 2
yaitu air tanah dan air permukaan. Air tanah adalah semua jenis air yang terletak di bawah
tanah, dan biasanya memerlukan cara tertentu untuk menaikkannya ke permukaan.
Misalnya, dengan membuat sumur atau dengan menggunakan pompa. Adapun air
permukaan meliputi semua sumber air yang terdapat di permukaan tanah, seperti air
sungai, kolam, danau, ataupun air hujan (Purnawijayanti, 2001).
Air tanah pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, namun tidak dijamin
bahwa semua jenis air tanah aman untuk dikonsumsi atau digunakan dalam pengolahan
makanan. Air permukaan, karena letaknya pada tempat relatif terbuka, cenderung lebih
mudah terkontaminasi atau tercemar, baik secara fisik, kimiawi, mikrobiologis, maupun
radiologis. Biasanya air permukaan memerlukan tindakan sanitasi spesifik sebelum
digunakan sebagai air minum maupun air untuk keperluan pengolahan makanan
(Purnawijayanti, 2001).
Menurut Slamet (2001), air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari
berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi, air angkasa
(hujan), air permukaan, dan air tanah
1. Air angkasa (hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau merupakan
air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada
di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh
partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida, nitrogen, dan
amoniak.
2. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badan- badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, airterjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi.
3. Air tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami
proses filtrasi secara alamiah. Proses - proses yang telah dialami air hujan tersebut,
di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni
dibandingkan air permukaan.

II.1.3 Parameter Kualitas Air


Kualitas air yang baik ditentukan dari beberapa parameter diantaranya parameter
fisika, kimia, dan biologi. Salah satu parameter kimia yang menentukan kualitas air yang
baik adalah kandungan garam mineral. Kandungan garam mineral dalam air tanah berbeda-
beda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena lapisan tanah yang
berbeda pada setiap daerah. Salah satu contohnya, air tanah di daerah tanah berkapur
memiliki kandungan garam mineral Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 yang tinggi. Akibat
tingginya kandungan garam mineral Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 sehingga menyebabkan
kesadahan air (Purnawijayanti, 2001).
Tabel 1I.1. Unsur-unsur dalam air yang dapat menimbulkan kesulitan atau memengaruhi
kesehatan bila terdapat dalam jumlah yang berlebihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-2
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
Tingkat Tertinggi yang Tingkat Maksimum yang
Bahan
paling Layak (mg/L) Diperkenankan (mg/L)
Senyawa Fenolik (sebagai
0,001 0,02
fenol)
Flouride (F) 0,6-1,7 -
Nitrat (NO3) 45 45
Tembaga (Cu) 0,1 1,0
Besi (Fe) 0,05 1,5
Seng (Zn) 5,0 15,0
Mangan (Mn) 75 200
Kalsium (Ca) 30 150
Magnesium (Mg) 500 1000
Mg + natrium sulfat 200 400
Sulfat (SO4) - -
Hidrogen sulfida (H2S) 200 600
Klorida (Cl) 0,2 1,0
Deterjen anionik (ABS) 0,2 0,5
Karbon kloroform ekstrak
7,0-8,5 8,5-9,2
(CCE)
Total padatan terlarut 100 500
pH 5 50
Kekerasan (Total Hardness) 5 25
Warna (dalam unit Hazen) 0,002 -
Unit kekeruhan (SiO2) 45 1,5

Tabel II.2 Standar Mutu Bakteriologis Air


Bakteri Koliform/100 mL (dalam MPN-
Klasifikasi
most probable number)
Mutu bakteri yang dapat diterapkan pada
0-50
penanganan penyucihamaan
Mutu bakteri yang memerlukan cara-cara
penanganan konvensional penggumpalan, 50-5000
penyaringan, penyucihamaan
Polusi Berat yang memerlukan jenis-jenis
5000-50.000
penanganan yang ekstensif
Polusi yang sangat berat. Tak dapat
diterima kecuali digunakan penanganan
khusus yang dipersiapkan untuk air >50.000
semacam itu; sumber digunakan hanya
bila tidak ada pilihan lain
Menurut Deril (2013), Sesuai dengan Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan bahwa
air minum yang aman bagi kesehatan harus memenuhi persyaratan fisik, biologi, dan
kimia.
1. Syarat Fisik
Parameter fisik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
tersebut. Parameter fisik meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat
padat terlarut (TDS). Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer. Air yang
baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa dan suhu untuk air
minum idealnya ± 30 C.
1. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda. Uji
Kalitas sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu
air yang dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi
bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen.
2. Syarat Kimiawi
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Kesadahan, Zat Organik
(KMnO4), Besi (Fe), Mangan (Mn), Derajat keasaman (pH), Kadmium (Cd) dan
zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air minum yang dikonsumsi
sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti
tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan Standard
Nasional Indonesia. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan
zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak
baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.
Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia
organik. Dalam standar air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa
logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya serta beracun serta derajat keasaman (pH).
Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida. Sumber logam
dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses 6 pelapukan
secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga sebagai penyebab
kehadiran logam dalam air

II.1.4 Sanitasi Air


Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit tersebut. Secara luas ilmu sanitasi merupakan penerapan dari
prinsip-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan
kesehatan yang baik pada manusia (Purnawijayanti, 2001).
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka sanitasi berkaitan langsung dengan
lingkungan hidup manusia didalamnya. Riyadi (2004) menyatakan bahwa, lingkungan
adalah sesuatu yang berada di sekitar manusia secara lebih terperinci dapat dikategorikan
dalam beberapa kelompok :
1. Lingkungan Fisik, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara serta
interaksi satu sama lainnya diantara faktor-faktor tersebut.
2. Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme hidup
baik binatang, tumbuhan maupun mikroorganisme kecuali manusia sendiri.
3. Lingkungan sosial yaitu termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-4
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dan psikososial.
Berdasarkan kategori di atas dapat pula diartikan bahwa lingkungan adalah
kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan dari suatu organisme hidup (manusia). Kesehatan lingkungan merupakan
salah satu displin ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan perluasan dari prinsip-prinsip
hygiene dan sanitasi (Riyadi, 2004).

II.1.4.1 Parameter Kimia Analisa Air Sanitasi


1. pH
pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai
contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut
adalah 0,000001 bagian dari total larutan. Tidak semua makhluk bisa bertahan
terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang
unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan, sistem
pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pembufferan. Penanganan nilai pH akan
lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa
cara penanganan pH, yang kalau diperhatikan lebih jauh, cenderung mengarah pada
penanganan kesadahan atau alakalinitas (Putranto, 1993).
2. Total Hardness
Total hardness adalah sejumlah ion kalsium dan magnesium yang terlarut
dalam air. Kalsium dan magnesium adalah komponen yang membuat make‐up
water menjadi sadah (susah dicuci). Material‐material hardness bereaksi dengan
sabun sehingga membutuhkan lebih banyak sabun untuk melakukan pencucian.
Kesadahan air harus dimonitor karena material dalam larutan akan membentuk
deposit yang keras, terutama pada heat exchanger (alat pemanas). Kesadahan pada
air menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat
mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam seperti Fe dan Mn.
Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang kita
gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan berbentuk endapan semacam
kerak (Putranto, 1993).

Total Hardness dalam air dapat ditentukan dengan dua metode, yakni metode titrasi
penyabunan dan metode titrasi EDTA.
A
Hardness = 1,0009 x x 1000 x f
B

Dimana :
A = volume titran EDTA yang digunakan (ml)
B = volume sampel sebelum diencerkan (ml)
f = faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut standarisasi
dengan CaCO3 (f ≤ 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-5
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
1,009 = ekuivalensi antara 1 ml EDTA 0,01 M dan 1 mg kesadahan sebagai
CaCO3
(G. Alaerts, 1984).
3. Turbidity
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari
suatu bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorganik dari
buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang
terkandung dalam perairan. Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
organik yang dihasilkan oleh buangan industri. Kekeruhan dapat disebabkan bahan-
bahan tersupensi yang yang bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar,
tergantung derajat turbelensinya. Alat untuk mengukur kekeruhan pada suatu air
disebut turbidymeter (Putranto, 1993).
4. TDS (Total Dissolved Solid)
Total Dissolved solid adalah benda padat yang terlarut, yaitu semua mineral,
garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut
diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-benda padat
terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam
satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air
(Putranto, 1993).

Tabel II.3 Parameter Kimia Standar SNI 01-0220-1987

SNI
Parameter Analisa
01-0220-1987
pH 9,2
TDS 1500
Turbidity 25
P-Alkalinitas -
M-Alkalinitas -
Ca Hardness 10
Total Hardness 10

II.1.5 Kesadahan
Air banyak mengandung logam, baik logam ringan maupun logam berat, jarang
sekali dalam bentuk atom tersendiri, tetapi biasanya terikat oleh senyawa lain sehingga
berbentuk molekul. Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan logam ringan yang banyak
ditemukan di dalam air. Kalsium karbonat merupakan unsur terpenting dalam kesadahan
(hardness). Kalsium karbonat dapat menyebabkan perkaratan dan pada suhu rendah dapat
menyebabkan korosi (Ningtyas, 2014).
Kesadahan pada air dapat dibagi menjadi kesadahan tetap dan kesadahan
sementara. Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfat
sedangkan kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat
dalam air. Kadar kesadahan air ini berbeda dimasing–masing tempat tergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-6
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
kondisi tanah daerah tersebut. Kesadahan dalam air menunjukkan bahwa terjadi kontak
antara formasi geologi dengan badan air tersebut. Kadar maksimum kesadahan air yang
sesuai dengan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat
pengawasan kualitas air bersih adalah 500 mg/L. Apabila kadar kesadahan air melewati
batas maksimum, maka perlu diturunkan kadarnya yang biasa disebut dengan pelunakan
air (water softening) (Ningtyas, 2014).
Kadar kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan
dalam jangka panjang misalnya penyakit batu ginjal dan karang gigi karena air sadah
banyak mengandung ion logam Ca2+ dan Mg2+. Air sadah juga tidak menguntungkan atau
mengganggu proses pencucian menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah,
mula-mula sabun harus bereaksi lebih dahulu dengan ion kalsium dan magnesium yang
terdapat dalam air sebelum berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Hal ini bukan saja
akan banyak memboroskan penggunaan sabun, tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi
akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu
proses pembersihan dan pembilasan oleh air. Mengingat bahaya yang ditimbulkan jika
mengkonsumsi air dengan kadar kesadahan tinggi maka perlu dilakukan upaya untuk
menurunkannya (Ningtyas, 2014).
Kesadahan dalam air dapat mengakibatkan air menjadi keruh dan proses
penyabunan menjadi terganggu sebagai akibat dari mineral ion Ca dan Mg yang bereaksi
dengan anion sabun. Selain itu kesadahan dalam air dapat membuat alat-alat masak seperti
panci dan ketel menjadi berkerak. Kerak yang ditimbulkan tersebut dapat menyebabkan
transfer panas terhambat sehingga panas yang dibutuhkan harus lebih besar serta waktu
yang diperlukan lebih lama. Selain mineral ion Ca dan Mg, kesadahan air juga dapat
disebabkan oleh jenis mineral seperti Sr, Fe, dan Mn dalam jumlah yang sangat kecil
(Purnawijayanti, 2001).
Kesadahan air dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kesadahan sementara dan
kesadahan tetap. Kesadahan sementara atau (sering disebut juga) kesadahan karbonat
disebabkan oleh terdapatnya garam karbonat atau bikarbonat dari kalsium atau magnesium.
Kesadahan jenis ini dapat dihilangkan dengan cara memanaskan air. Selain pemanasan,
garam-garam bikarbonat akan mengurai, untuk mengendapkan kalsium atau magnesium
karbonat. Kesadahan tetap atau permanen atau disebut juga kesadahan non karbonat tidak
dapat dihilangkan dengan pemanasan. Kesadahan jenis ini disebabkan oleh adanya garam
MgSO4/CaSO4 atau Cl (Purnawijayanti, 2001).
II.1.6 Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan selektif yang digunakan untuk merusak penyakit
yang disebabkan oleh organisme yang berasal dari bakteri, virus, dan amoeba. Pada proses
ini organisme belum mati seluruhnya, berbeda dengan strerilisasi yang mana dapat
membunuh seluruh organisme yang ada. Penyakit yang timbul misalnya thypus, kolera,
parathypus, disentri, polimielitis dan infeksi hepatitis, sehingga diperlukan desinfektan
dalam pembersihan air kolam renang (Dheasy, 2017).
Desinfektan umumnya diperoleh dari bahan kimia, bahan fisika, mekanik dan
radiasi. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah klorin dimana unsur ion-ionnya terdapat
dalam senyawa kaporit. Desinfektan dari bahan fisika dapat berasal dari cahaya matahari.
Radiasi ultraviolet sangat berguna dalam sterilisasi kualitas kecil pada air karena dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-7
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
membunuh molekul dari organik dan juga organisme. Desinfeksi secara mekanik
mengutamakan kebersihan dari air kolam renang. Sedangkan desinfeksi secara radiasi
menggunakan sinar gamma pada cara sterilisasi (Dheasy, 2017).
Sanitaiser kimia (sering disebut juga desinfektan) adalah senyawa kimia yang
memiliki kemampuan untuk membuniuh mikroorganisme. Banyak jenis sanitaiser kimia
tersedia untuk diaplikasikan pada pengolahan dan pelayanan makanan. Desinfektan tidak
memiliki daya penetrasi, dengan demikian, tidak mampu mematikan mikroorganisme yang
terdapat dalam celah, lubang, atau dalam cemaran mineral (Purnawijayanti, 2001).
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan desinfektan, karena
berpengaruh terhadap efektivitas. Faktor tersebut antara lain waktu kontak, suhu,
konsentrasi, pH, kebersihan alat, dan ada tidaknya bahan pengganggu. Waktu kontak
minimum yang efektif bagi proses desinfeksi berkisar antara 21,1 - 37,8 oC (Purnawijayanti,
2001).
Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu faktor kritis dalam menentukan
efektivitas desinfektan. Senyawa klorin akan kehilangan aktivitasnya bila pH lingkungan
lebih dari 10. Adapun desinfektan berbahan dasar iodin tidak efektif digunakan pada pH
5,0. Kontak yang baik antara desinfektan dengan permukaan juga akan menentukan
efektivitas, sehingga proses pembersihan sebelum desinfektan harus benar-benar
sempurna. Kebanyakan desinfektan bereaksi dengan bahan-bahan organik yang terdapat
dalam cemaran, yang akan berakibat pada berkurangnya efektivitas desinfektan
(Purnawijayanti, 2001).
Menurut Purnawijayanti (2001), ada 4 macam desinfektan yang lazim digunakan
dalam proses pengolahan pangan, yang dibedakan menurut komponen utama yang
dikandungnya, yaitu sebagai berikut:
a. Desinfektan berbahan dasar klorin
b. Desinfektan berbahan dasar iodin
c. Senyawa ammonium kuarter (Quarts)
d. Surfaktan anionik asam

II.1.7 Kaporit
Ca(OCl)2 yang dikenal dengan nama kaporit merupakan senyawa yang banyak
digunakan oleh PDAM dalam pengolahan air minum karena senyawa ini dapat membunuh
bakteri atau mikroorganisme. Sebagai oksidator, kaporit digunakan untuk menghilangkan
bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang
banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III) (Aziz, 2013).
Kaporit merupakan desinfektan yang umum digunakan dalam segala bentuk baik
bentuk kering atau kristal dan bentuk basah atau larutan . Dalam bentuk kering, biasanya
kaporit berupa serbuk atau butiran, tablet atau pil. Dalam bentuk basah biasanya kristal
yang ada dilarutkan dengan aquadest menurut kebutuhan desinfeksi. Berdasarkan uji
kaporit dalam laboratorium disebutkan bahwa kaporit terdiri lebih dari 70% bentuk klorin.
Kaporit dalam bentuk butiran atau pil dapat cepat larut dalam air dan penyimpanannya
ditempat kering yang jauh dari bahan kimia yang mengakibatkan korosi, dalam kondisi
atau temperatur rendah, relatif stabil. Kaporit merupakan bahan yang mudah dicari, mudah
penggunaannya, terjangkau oleh masyarakat umum (Dheasy, 2017).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-8
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
Kaporit atau kalsium hipoklorit pada proses desinfeksi bisa dengan cepat
membunuh organisme yang ada di air kolam renang, dan juga bisa menyisihkan NH₄⁺ pada
air kolam renang sehingga kadar dari ammoniak bisa berkurang dan tidak melampaui batas
dari Standar Nasional Indonesia dimana air kolam renang merupakan air yang masuk
dalam golongan 3 dimana kadar ammoniak bebas tidak boleh lebih dari 5 mg/L (Dheasy,
2017).
Kelemahan klorinasi adalah adanya korelasi positif antara kaporit dengan senyawa
organohalogen yang merupakan hasil reaksi antara klor dengan senyawa organik
berhalogen (CHCl) yang terdapat dalam limbah. Salah satu senyawa organohalogen adalah
trihalometan (THM). Semakin tinggi konsentrasi kaporit, semakin tinggi pula probilitas
terbentuknya THM. Trihalomentan bersifat karsinogenik dan mutagenik (Dheasy, 2017).
Ditinjau dari konsep Reaksi Redoks, kaporit atau tawas berperan sebagai oksidator
kuat. Dalam proses penjernihan air, oksidasi dari senyawa organik membuat air tampak
kotor atau keruh. Baik bakteri ataupun senyawa organik itu akan teroksidasi oleh Kaporit
atau Ca(OCl)2 yang merupakan oksidator kuat. Sebagaimana kita tahu bahwa senyawa
organik itu terdiri dari rangkaian senyawa hidrokarbon. sehingga jika terurai akan
membentuk air dan gas CO2 (Dheasy, 2017).
Ditinjau dari konsep laju reaksi, dalam proses penjernihan air kolam, konsentrasi
larutan kaporit yang digunakan sangat menentukan kebersihan kolam renang tersebut.
Apabila konsentrasinya terlalu rendah maka larutan kaporit tersebut tidak cukup kuat untuk
mematikan kuman-kuman dalam kolam tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi larutan
kaporit cukup dan kuat, maka larutan kaporit tersebut dapat mematikan kuman-kuman
dalam kolam tersebut (Dheasy, 2017).
Adapun beberapa syarat mutu kaporit, terdapat pada tabel di bawah ini:
Tabel II.4 Kaporit (Kalsium Hipoklorit)
Persyaratan
No Jenis Uji Satuan
Tipe AA Tipe A
1 Available Chlorine, b/b % min. 60 min. 60
2 Bahan yang tidak larut % maks. 1,0 -
dalam HCl Asam Clorida,
b/b
3 Cemaran logam :
3.1 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,05 -
3.2 Timbal (Pb) mg/kg maks. 2,5 -
3.3 Seng (Zn) mg/kg maks. 40 -
3.4 Timah (Sn) mg/kg maks. 150 -
4 Arsen (As) mg/kg maks. 1 -
Keterangan :
Tipe AA : Digunakan untuk keperluan pengolahan air
Tipe A : Digunakan untuk keperluan lainnya

II.1.8 Natrium Hipoklorit


Natrium hipoklorit termasuk golongan halogenated yang oxygenating. Sodium
hipoklorit dalam larutan membentuk hypochlorus acid (HOCl) dan oxychloride (OCl).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-9
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
Desinfektan ini adalah larutan yang berbahan dasar klorin (Cl 2), larutan ini merupakan
desinfektan derajat tinggi (high level disinfectants) karena sangat aktif pada semua bakteri,
virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Bahan tersebut bekerja cepat atau fast acting,
sangat efektif melawan Hepatitis B virus (HBV) dan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) (David, 2010).
Natrium hipoklorit adalah salah satu bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai
desifektan karena dapat melepaskan klorin yang mampu membunuh mikroorganisme.
Natrium hipoklorit termasuk golongan halogen yang teroksigenasi. Larutan ini merupakan
desinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada bakteri, virus, jamur, parasit, dan
beberapa spora (Brigitta, 2016).
Bentuk Kimia Natrium hipoklorit berupa larutan berwarna putih agak kekuningan
berbau khas dan sedikit menyengat. Natrium hipoklorit dapat melepaskan klorin sehingga
dapat menjadi bahan antimikroba yang mampu membunuh mikroorganisme. Natrium
hipoklorit merupakan antimikroba yang efektif dengan melapisi jaringan mikroorganisme
tersebut (Brigitta, 2016).
Natrium hipoklorit adalah salah satu zat aktif yang jika dilarutkan dalam air akan
menimbulkan efek bleaching karena dapat melepaskan ion klorida ke dalam larutan dan
juga efektif digunakan untuk pemurnian permukaan, pemutih, penghilang bau dan
desinfektan air (Brigitta, 2016).
Keberadaan soda kaustik dalam natrium hipoklorit menyebabkan pH air meningkat.
Ketika natrium hipoklorit larut dalam air, dua zat akan terbentuk yaitu asam hipoklorit dan
ion hipoklorit. Asam hipoklorit kemudian terdegradasi membentuk asam klorida dan
oksigen. Oksigen merupakan oksidator yang sangat kuat, oleh karena itu, natrium
hipoklorit sering digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur (Brigitta, 2016).
Manfaat dari larutan ini dikarenakan kemampuannya mengoksidasi dan
menghidrolisa sel dan secara osmosis mengalirkan air keluar dari sel akibat sifatnya yang
hipertonis. Natrium hipoklorit mempunyai pH antara 11-12. Jaringan nekrotik dan pus
dilarutkan dan efek antimikrobanya mampu masuk lebih dalam dan membersihkan area
yang terinfeksi secara lebih baik. Secara komersial natrium hipoklorit tersedia dalam
konsentrasi 5-15 persen. Padatan natrium hipoklorit terbentuk jika konsentrasi diatas 15
persen (Brigitta, 2016).

II.2 Aplikasi Industri


Analisis Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu) di Sekitar Universitas
Islam Riau
Fitri Mairizki
2017

Air merupakan materi penting dalam kehidupan. 70% zat pembentuk tubuh
manusia terdiri dari air sehingga air menjadi kebutuhan mutlak bagi manusia. Kebutuhan
air untuk keperluan sehari-hari berbeda untuk setiap tempat dan setiap tingkatan
kehidupan. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula jumlah kebutuhan air.
Pemilihan DAMIU sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan air minum menjadi resiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-10
Laboratorium Pengolahan Air Industri
Kimia
Departemen Teknik Kimia Industri FV-
yang dapat membahayakan kesehatan jika kualitas DAMIU masih diragukan apalagi jika
konsumen tidak memperhatikan keamanan dan kehigienisannya. Kualitas air produksi
DAMIU akhir-akhir ini semakin menurun dengan permasalahan secara umum antara lain
peralatan Depot Air Minum (DAM) yang tidak dilengkapi alat sterilisasi, mempunyai daya
bunuh rendah terhadap bakteri, atau pengusaha belum mengetahui kualitas air baku yang
digunakan, jenis peralatan DAM yang baik dan cara pemeliharaannnya serta penanganan
air hasil olahan. Higiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air
minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan, dan pembagian
air minum. Higiene sanitasi DAMIU meliputi variabel tempat, peralatan dan operator.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah
delapan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang berada di sekitar Universitas Islam
Riau dan jumlah sampel petugas DAMIU masing masing diambil satu orang. Data yang
diperoleh pada penelitian ini adalah data primer berupa observasi dengan menggunakan
daftar checklist berpedoman pada Permenkes No. 43 / MENKES / PER / IV / 2014 tentang
Higiene Sanitasi DAMIU. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dibahas secara
deskriptif.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hanya satu DAMIU yang menggunakan air
baku bersumber dari mata air (Sampel A) sedangkan tujuh DAMIU lainnya (Sampel B-H)
menggunakan air baku bersumber dari sumur bor. Sumber air baku tersebut akan
mempengaruhi kualitas AMIU yang dihasilkan. Bahan baku utama yang seharusnya
digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang terjamin kualitasnya, yaitu terlindungi
dari cemaran fisika, kimia dan biologi yang berbahaya bagi kesehatan. DAMIU yang
menggunakan air baku bersumber dari mata air harus diangkut menggunakan kendaraan
dengan tangki air yang terbuat dari bahanbahan yang tidak melepaskan zat-zat beracun
serta pengangkutan paling lama 12 jam sampai ke DAMIU. Pengangkutan yang melebihi
waktu 12 jam dapat memungkinkan berkembangnya mikroba yang berbahaya bagi
kesehatan. Kondisi higiene sanitasi tempat dan peralatan DAMIU secara umum baik,
namun yang perlu diperhatikan adalah tata ruang dan ventilasi. Kondisi higiene sanitasi
penjaman yang harus diperhatikan adalah tidak memakai pakaian kerja khusus yang bersih
dan rapi, tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan tidak memiliki
sertifikat telah mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-11

Anda mungkin juga menyukai

  • LEACHING
    LEACHING
    Dokumen32 halaman
    LEACHING
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Salt Diffusion
    Salt Diffusion
    Dokumen24 halaman
    Salt Diffusion
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Fluidized Heat Transfer
    Fluidized Heat Transfer
    Dokumen42 halaman
    Fluidized Heat Transfer
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • ABSORPSI
    ABSORPSI
    Dokumen29 halaman
    ABSORPSI
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Absorber
    Absorber
    Dokumen22 halaman
    Absorber
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • DISTILASI
    DISTILASI
    Dokumen33 halaman
    DISTILASI
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Lle Kel 1
    Lle Kel 1
    Dokumen12 halaman
    Lle Kel 1
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Jobdesk Sie
    Jobdesk Sie
    Dokumen3 halaman
    Jobdesk Sie
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • 1 - ChEng Math - Introduction
    1 - ChEng Math - Introduction
    Dokumen14 halaman
    1 - ChEng Math - Introduction
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Biogas Tapioka
    Biogas Tapioka
    Dokumen8 halaman
    Biogas Tapioka
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat
  • Bab X
    Bab X
    Dokumen16 halaman
    Bab X
    ragilia maulidia
    Belum ada peringkat