Semester V 2022/2023
LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORBSI
Sifat Keterangan
Titik didih -78.5 oC
Titik leleh -56.6 oC
Densitas 1.873 kg/m3
Temperatur kritis 38 oC
Tekanan kritis 0.6 kg/cm2.G
Kelarutan dalam air 1.45 g/L
Keasaman 6.35 & 10.33
Viskositas 0,07 cp pada -78 oC
Berat molekul 44.01 g/mol
Kereaktifan Tidak reaktif
Bentuk moleku Linear
Tabel 1. Sifat Kimia dan Fisika CO2
Prinsip-prinsip absorpsi
Prinsip absorpsi adalah dengan memanfaatkan besarnya difusivitas
molekul-molekul gas pada larutan tertentu. Umumnya, peralatan absorpsi gas
terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan
pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah; pemasukan zat cair dan
distributornya pada bagian atas, pengeluaran gas dan zat cair masing-masing
diatas dan dibawah. Serta diisi dengan massa zat tak aktif (inert) diatas
penyangganya yang disebut isian menara atau unggun (towerpacking). Zat cair
yang masuk berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut dalam pelarut
disebut cairan lemah (weak liquor), didistribusikan diatas isian dengan distributor
secara seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut, disebut gas kaya (rich gas), masuk ke
ruang pendistribusian melalui celah isian, berlawanan arah dengan zat cair. Isian
itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair dan gas
sehingga membantu terjadinya kontak yang maksimal antara kedua fase, dan
terjadi penyerapan zat terlarut yang ada di dalam rich gas oleh zat cair yang
masuk ke dalam menara dan gas encer (lean gas) keluar dari atas. Sambil mengalir
kebawah, zat cair makin kaya zat terlarut, dan keluar dari bawah menara sebagai
cairan pekat (strong liquor) (McCabe, 1993). Faktor-faktor yang berpengaruh
pada operasi absorpsi dalam McCabe (1993) sebagai berikut:
A. Laju alir fluida
Jika laju alir fluida semakin kecil, maka waktu kontak antara gas dengan
pelarut akan semakin lama. Dengan demikian, akan meningkatkan jumlah gas
yang berdifusi.
B. Komposisi dalam aliran air
Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH)
maka penyerapan lebih baik.
C. Suhu operasi
Semakin rendah suhu operasi, maka penyerapan semakin baik.
D. Tekanan operasi
Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada
batas tertentu. Akan tetapi, penyerapan akan lebih buruk jika dilakukan di
atas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon umumnya 4000-5000 kPa).
E. Laju alir gas
Semakin besar laju alir gas, maka penyerapan semakin buruk.
Yo
d [ NxY ]
H= ∫ Kog. a . A .(Y ¿ −Y )
Y1
Pi
ln
Kog = N x Po
a . A . N (Pi−Po)
Pi = tekanan partikel CO2 masuk kolom (atm)
Po = tekanan partikel gas CO2 keluar kolom (atm)
N = jumlah CO2 yang terserap dengan alat HMPL
A = luas spesifik packing/ unit volume.
Pada percobaan ini dipakai. Rasching ring dengan luas bidang kontak 440
m2/m3.
A.H = volume kolom berisi packing
Tekanan partikel gas CO2 = fraksi volume x (tekanan total/760) atmosfir.
a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air/NaOH dengan alat HMPL.
Misal :
- Laju alir CO2 F3 liter/detik
- Laju alir udara F2 liter/detik
- Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HMPLV= 1 ml.
- Volume CO2 V= 2 ml.
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk (Yi)
Yi = (V2 / V1)
F3
Yi=
F 2+ F 3
Farksi gas CO2 didalam aliran gas keluar (Yo)
V2
Yo = ( )
V1
Jika jumlah CO2 yang diabsorbsi sepanjang kolom adalah Fa liter/detik.
Neraca massa :
CO2 masuk – CO2 keluar = CO2 diabsorbsi
Atau
(F2 + F3) Yi – [F3 +(F3 + Fa)] Yo = Fa
Dengan penurunan secara matematis diperoleh :
(Yi−Yo)( F 2+ F 3) ( Yi−Yo )
Fa = = x Total Gas Masuk (liter /detik )
1−Yo 1−Yo
Atau
Fa tek . rata−rata kolom 273
N= x x
22,42 760 tem . kolom( K )
[gmol CO2 terabsorbsi/detik].
Catatan :
Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak
dipengaruhi oleh penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan
tekanan yang terjadi sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
b. Penentuan kadar CO2 yang terbsorbsi dengan metode titrasi.
Absorbsi CO2 dengan menggunakan air.
Secara Stoikhiometri dapat ditulis
CO2 + H2O H2CO3
Jika :
Laju alir F1 L/detik
Vol. Larutan NaOH V1 ml
Konsentrasi NaOH C1 M
Vol. Sampel V2 ml
Maka konsetrasi CO2 didalam sampel :
V 1 xC 1
Fa = [M ]
V2
Laju rata-rata CO yang terabsorbsi pada suatu priode :
¿
= [ Cd ( t=n )−Cd ( t=m ) ] x volume Sistem¿ ( n−m ) x 60 g . mol/detik
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan
absorben :
o Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih
sedikit, volume alat lebih kecil).
o Selektif o Memiliki tekanan uap yang rendah o Tidak
korosif.
o Mempunyai viskositas yang rendah o Stabil secara
termis.
o Murah
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis
absorben ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.
• Arang aktif
Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat
arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat
dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk
powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan
dalam fase cair,berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang
menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut
dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan
industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas
atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai
struktur yang lemah.
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi
oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila
kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur
250-900 oC, maka kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas
atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang
hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas
permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa
jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya
dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang
hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana
dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.
Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung
monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok
dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti,
misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lainlain. Bentonit dapat
dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alumunium silikat
hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah
lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat
ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth
digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat
bentonit sebagai adsorben adalah :
VII. PERHITUNGAN
a. Grafik Perbandingan Laju Mol CO 2 Terabsorbsi pada F=
4L/menit
b. Grafik Waktu vs Kog
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percoabaan absorbasi. Absorbsi
gas adalah operasi perpindahan massa dimana gas / campuran gas
dikontakkan dengan cairan sehingga terjadi pelarutan satu atau lebih
komponen-komponen gas ke dalam cairan. Mekanisme perpindahan massa
yang terjadi sebagian besar dikontrol oleh laju difusi, dimana laju difusi
tersebut dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi fasa gas dengan fasa cair.
Pada praktikum dimana laju alir air 3 liter/menit, laju alir udara 30
liter/menit dan laju alir CO2 adalah 4 liter/menit dilakukan untuk metode
HMPL dan titrasi. Pada karakteristik kolom kering terjadi kenaikan beda
tekanan dengan bertambahnya laju alir udara dimana semakin besar laju
alir udara semakin besar pula tekanan.
Pengaruh gas CO2 dalam absorpsi air metode analisis gas berada
dalam keadaan konstan, jika laju alir gas dilakukan berlanjut lama
kelamaan gas yang dihasilkan akan habis. Olehnya itu agar gas yang
diperoleh tidak habis dapat dilakukan dengan manambahkan pelarut pada
kolom.
Pengaruh gas CO2 dalam absopsi air untuk analisis larutan pada
percobaan diperoleh hasil yang kurang baik. Hal ini mungkin disebabkan
karena adanya kesalahan dalam melakukan titrasi.
IX. KESIMPULAN
1. Penurunan tekanan dalam kolom isian kering berbanding lurus dengan
laju alir udara. Artinya semakin besar laju alir, maka semakin besar
pula penurunan tekanan yang terjadi.
2. Pada penurunan tekanan pada kolom isian basah dilakukan dengan
variasi laju alir 30 dan 40 L/menit serta diketahui bahwa penurunan
tekanan pada laju alir 30 L/menit lebih kecil daripada pada laju alir 40
L/menit.
3. Konsentrasi CO2 dengan metode HMPL pada t= 15 menit, 30 menit, 45
menit, dan 60 menit secara berurutan adalah 0,00149 mol/sec, 0,0014
mol/sec, 0,00121 mol/sec dan 0,00109 mol/sec.
4. Konsentrasi CO2 dengan metode titrasi pada t= 0 menit, 15 menit, 30
menit, 45 menit, dan 60 menit secara berurutan adalah 0 mol/sec, -
0,000008 mol/sec, 0,000003 mol/sec, 0,000015 mol/sec, dan 0,000009
mol/sec.
X. DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/laboratorium-
intruksional-tk-ii/absorbsi-gas/28480476
https://www.academia.edu/4769014/Praktikum_Absorbsi
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahU
KEwiA_YL2leL6AhVkSWwGHSQaB8cQFnoECC4QAQ&url=https%3A
%2F%2Fbaixardoc.com%2Fpreview%2Flaporan-praktikum-absorbsi-
5c72fedd8f62b&usg=AOvVaw2_VqDPR9O5QdXvBxefN8xt
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahU
KEwiA_YL2leL6AhVkSWwGHSQaB8cQFnoECCQQAQ&url=https
%3A%2F%2Fwww.coursehero.com%2Ffile%2F46247335%2FLaporan-
Absorpsi-gasdocx%2F&usg=AOvVaw2sI4jGhTeqgea0uFcmZ6ds
Jobsheet Laboratorium Separasi Thermal Dan Difusi, Absorbsi, Jurusan
Teknik Kimia
XI. LAMPIRAN
XII.