Anda di halaman 1dari 24

Laboratorium Separasi Thermal dan Difusi

Semester V 2022/2023

LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORBSI

Pembimbing : Ir. Hastami Murdiningsih, S.T.,M.T


Kelompok : 4 (EMPAT)
Tgl praktikum : 3 OKTOBER 2022

Nama : Yusfita Rahma


NIM : (43220047)
Kelas : 3B D4 Teknologi Kimia Industri

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022/2023
I. TUJUAN
1. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian kering dengan variasi
laju alir udara.
2. Mentukan penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan variasi laju
alir udara.
3. Menentukan konsentrasi CO2 dengan metode HMPL.
4. Menentukan kadar CO2 didalam air dengan metode titrasi.

II. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Seperangkat alat absorbsi dengan kolom isian.
2. Buret 50 ml.
3. Klef dan Klem.
4. Pipet volum 25 ml.
5. Labu semprot.
6. Erlenmeyer 250 ml.
7. Pipet ukur 25 ml.
8. Saptula.
9. Gelas kimia 1L.
10. Gelas kimia 500 ml.
11. Gelas kimia 100 ml.
12. Corong kaca.
13. Bulb.
14. Stopwatch.
15. Pipet tetes.

III. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Air cran.
2. NaOH 0,01 N.
3. Indikator PP.
4. Gas CO2.
IV. DASAR TEORI
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi
d a l a m i n d u s t r i k i m i a dimana suatu campuran gas dikontakkan
dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbs dapat terjadi
melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi merupakan proses yang terjadi ketika suatu komponen
gas (absorbat) berdifusi ke dalam cairan (absorben) dan membentuk suatu
larutan. Prinsip dasar dari absorbsi adalah memanfaatkan besarnya
difusivitas molekul-molekul gas pada larutan tertentu dan dapat dilakukan
pada gas-gas atau cairan yang relatif berkonsentrasi rendah maupun yang
berkonsentrasi tinggi (konsentrat). Bila campuran gas dikontakkan dengan
cairan yang mampu melarutkan salah satu komponen dalam gas tersebut
dan keduanya dikontakkan dalam jangka waktu yang cukup pada suhu
tetap, maka akan terjadi suatu kesetimbangan dimana tidak terdapat lagi
perpindahan massa. Driving force dalam perpindahan massa ini adalah
tingkat konsentrasi gas terlarut (tekanan parsial) dalam total gas melebihi
konsentrasi kesetimbangan dengan cairan pada setiap waktu (Gozan,
2006).
Penyerap tentu akan menyerap setiap satu atau lebih komponen
gas. Pada proses absorpsi ada dua macam proses yaitu:
1. Absorpsi Fisik
Absorpsi fisik merupakan absorpsi dimana gas terlarut dalam
cairan penyerap disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorpsi ini
adalah gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat.
Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam
air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari absorpsi fisik ada beberapa
teori untuk menyatakan model mekanismenya, yaitu:
a. Teori model film.
b. Teori penetrasi.
c. Teori permukaan yang diperbaharui.
2. Absorbsi Kimia
Absorbsi kimia adalah absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini
adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K 2CO3, dan
sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumapai pada proses
penyerpan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaaan absorbsi kimia
pada fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut
secara lebih sempurna dari campuran gas, sebagian dari perubahan ini
disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan. Absorbsi kimia
dapat juga berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping
penangkapan dinamik (Zehnjung, 2015).

Karbondioksida (CO2) adalah senyawa yang disebut-sebut sebagai


penyebab terjadinya global warming. Tidak hanya menyebabkan global
warming, karbondioksida juga dianggap merugikan pada industri
pengolahan gas alam karena sifatnya yang korosif dan memadat pada suhu
operasional yang sangat rendah. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
pada peralatan dan sistem perpipaan pabrik.

Sifat Keterangan
Titik didih -78.5 oC
Titik leleh -56.6 oC
Densitas 1.873 kg/m3
Temperatur kritis 38 oC
Tekanan kritis 0.6 kg/cm2.G
Kelarutan dalam air 1.45 g/L
Keasaman 6.35 & 10.33
Viskositas 0,07 cp pada -78 oC
Berat molekul 44.01 g/mol
Kereaktifan Tidak reaktif
Bentuk moleku Linear
Tabel 1. Sifat Kimia dan Fisika CO2

Proses Absorbsi CO2


Absorbsi gas adalah operasi perpindahan massa dimana gas / campuran
gas dikontakkan dengan cairan sehingga terjadi pelarutan satu atau lebih
komponen-komponen gas ke dalam cairan. Mekanisme perpindahan massa yang
terjadi sebagian besar dikontrol oleh laju difusi, dimana laju difusi tersebut
dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi fasa gas dengan fasa cair. Terdapat dua
jenis absorbsi, yaitu absorbsi fisika dan absorbsi kimia. Proses perpindahan massa
pada absorbsi kimia terjadi melalui reaksi kimia. Absorbsi fisika terjadi karena
adanya beda konsentrasi. Pada absorbsi fisika, energi yang dibutuhkan untuk
regenerasi larutan jauh lebih rendah daripada absorbsi kimia. Hal ini karena pada
absorbsi fisika tidak diperlukan penambahan energi untuk regenerasi larutan,
cukup menurunkan tekanan sebagai driving force (Treybal, 1981). Aplikasi dari
absorbsi fisika adalah proses absorbsi gas CO2 ke dalam air, dimana CO2 akan
berdifusi ke dalam air tanpa terjadi reaksi kimia. Absorbsi CO 2 ke dalam air
adalah proses yang dijadikan sebagai pembanding dalam menggunakan pelarut
lain sebagai absorben. Pada dasarnya, CO2 tetap bereaks dengan air, dimana reaksi
yang terjadi adalah reaksi kesetimbangan dan konstanta kesetimbangan yang
terjadi sangat kecil. Oleh karena itu, reaksi kimia antara CO2 dan air dapat
diabaikan. Reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Kim dan Yang, 2000):
CO2(g) + H2O(l) ↔ H2CO3(aq) ↔ H+(aq)+ HCO3-(aq)
Absorbsi gas CO2 ke dalam pelarut senyawa amina adalah absorbsi kimia,
dimana terjadi reaksi kimia antara CO2 dengan senyawa amina (Shuo dkk, 1996).
Reaksi tersebut merupakan mekanisme Zwitter-ion. MEA, DEA, dan MDEA
adalah pelarut (absorben) yang biasa digunakan untuk meng-absorb CO2, dimana
pelarut-pelarut tersebut dapat diregenerasi kembali.

Prinsip-prinsip absorpsi
Prinsip absorpsi adalah dengan memanfaatkan besarnya difusivitas
molekul-molekul gas pada larutan tertentu. Umumnya, peralatan absorpsi gas
terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan
pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah; pemasukan zat cair dan
distributornya pada bagian atas, pengeluaran gas dan zat cair masing-masing
diatas dan dibawah. Serta diisi dengan massa zat tak aktif (inert) diatas
penyangganya yang disebut isian menara atau unggun (towerpacking). Zat cair
yang masuk berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut dalam pelarut
disebut cairan lemah (weak liquor), didistribusikan diatas isian dengan distributor
secara seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut, disebut gas kaya (rich gas), masuk ke
ruang pendistribusian melalui celah isian, berlawanan arah dengan zat cair. Isian
itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair dan gas
sehingga membantu terjadinya kontak yang maksimal antara kedua fase, dan
terjadi penyerapan zat terlarut yang ada di dalam rich gas oleh zat cair yang
masuk ke dalam menara dan gas encer (lean gas) keluar dari atas. Sambil mengalir
kebawah, zat cair makin kaya zat terlarut, dan keluar dari bawah menara sebagai
cairan pekat (strong liquor) (McCabe, 1993). Faktor-faktor yang berpengaruh
pada operasi absorpsi dalam McCabe (1993) sebagai berikut:
A. Laju alir fluida
Jika laju alir fluida semakin kecil, maka waktu kontak antara gas dengan
pelarut akan semakin lama. Dengan demikian, akan meningkatkan jumlah gas
yang berdifusi.
B. Komposisi dalam aliran air
Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH)
maka penyerapan lebih baik.
C. Suhu operasi
Semakin rendah suhu operasi, maka penyerapan semakin baik.
D. Tekanan operasi
Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada
batas tertentu. Akan tetapi, penyerapan akan lebih buruk jika dilakukan di
atas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon umumnya 4000-5000 kPa).
E. Laju alir gas
Semakin besar laju alir gas, maka penyerapan semakin buruk.

F. Luas permukaan kontak


Semakin besar permukaan gas dan pelarut yang kontak, maka laju absorpsi
yang terjadi juga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan permukaan kontak
yang semakin luas akan meningkatkan peluang gas untuk berdifusi ke pelarut
G. Kelembaban gas
Kelembaban yang tinggi akan membatasi kapasitas gas untuk mengambil
kalor laten, hal ini tidak disenangi dalam proses absorpsi. Dengan demikian,
proses dehumidification gas sebelum masuk ke dalam kolom absorber sangat
dianjurkan.
Karena itu dalam operasi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga
diperoleh hasil yang maksimal. Karekteristik suatu cairan dalam menyerap
komponen didalam aliran gas ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan
massa antara gascairan, yaitu banyaknya mol gas yang berpindah persatuan
luas serta tiap fraksi mol (gram mol)/(detik) (Cm3) (fraksional)
Untuk menentukan hanya koefisien perpindahan suatu massa suatu kolom
absorpsi dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa.
Tinggi koefisien dalam kolom biasa digunakan persamaan: Y*

Yo
d [ NxY ]
H= ∫ Kog. a . A .(Y ¿ −Y )
Y1

Yi = fraksi mol CO2 dalam aliran gas masuk.


Yo = fraksi mol CO2 dalam aliran gas keluar.
Y* = fraksi mol gas CO2 yang berada dalam kesetinambagan dengan larutan.
Y = fraksi mol CO2 didalam larutan.
Persamaan diatas diubah menjadi :
Yo
H . a . A . Kog dY
=∫ ¿
y Y1 Y −y
Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu
penentuan kog lebih mudah dipecahkan dengan persamaan :

N = Kog x a.A.H x selisih tekanan


laju absorpsi luas bidang rata-rata logaritma
(mol/detik) transfer massa(m2) (atm)

Pi
ln
Kog = N x Po
a . A . N (Pi−Po)
Pi = tekanan partikel CO2 masuk kolom (atm)
Po = tekanan partikel gas CO2 keluar kolom (atm)
N = jumlah CO2 yang terserap dengan alat HMPL
A = luas spesifik packing/ unit volume.
Pada percobaan ini dipakai. Rasching ring dengan luas bidang kontak 440
m2/m3.
A.H = volume kolom berisi packing
Tekanan partikel gas CO2 = fraksi volume x (tekanan total/760) atmosfir.
a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air/NaOH dengan alat HMPL.
Misal :
- Laju alir CO2 F3 liter/detik
- Laju alir udara F2 liter/detik
- Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HMPLV= 1 ml.
- Volume CO2 V= 2 ml.
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk (Yi)
Yi = (V2 / V1)
F3
Yi=
F 2+ F 3
Farksi gas CO2 didalam aliran gas keluar (Yo)
V2
Yo = ( )
V1
Jika jumlah CO2 yang diabsorbsi sepanjang kolom adalah Fa liter/detik.
Neraca massa :
CO2 masuk – CO2 keluar = CO2 diabsorbsi
Atau
(F2 + F3) Yi – [F3 +(F3 + Fa)] Yo = Fa
Dengan penurunan secara matematis diperoleh :
(Yi−Yo)( F 2+ F 3) ( Yi−Yo )
Fa = = x Total Gas Masuk (liter /detik )
1−Yo 1−Yo
Atau
Fa tek . rata−rata kolom 273
N= x x
22,42 760 tem . kolom( K )
[gmol CO2 terabsorbsi/detik].
Catatan :
Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak
dipengaruhi oleh penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan
tekanan yang terjadi sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
b. Penentuan kadar CO2 yang terbsorbsi dengan metode titrasi.
Absorbsi CO2 dengan menggunakan air.
Secara Stoikhiometri dapat ditulis
CO2 + H2O H2CO3

Jika :
Laju alir F1 L/detik
Vol. Larutan NaOH V1 ml
Konsentrasi NaOH C1 M
Vol. Sampel V2 ml
Maka konsetrasi CO2 didalam sampel :
V 1 xC 1
Fa = [M ]
V2
Laju rata-rata CO yang terabsorbsi pada suatu priode :
¿
= [ Cd ( t=n )−Cd ( t=m ) ] x volume Sistem¿ ( n−m ) x 60 g . mol/detik

Absorpsi CO2 dengan menggunakan NaOH

Secara stokiometri reaksi pada proses absorpsi ini :

CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O

Pada proses titrasi tahap pertama reaksi yang terjadi :

2NaOH + Na2CO3 + 2HCl 2 NaHCO3 + 2NaCl + H2O

Jika volume sample yang digunakan V1 ml. Konsentrasi HCl C


g.mol/liter. Indicator yang digunakan phenolphalein. Dalam suasana basa
kuat indicator phenolphalein akan berwarna merah jambu. Jika seluruh
NaOH sudah habis bereaksi dengan HCl serta semua karbonat telah
berubah menjadi bikarbonat larutan akan berubah menjadi tidak berwarna.
Misalkan volume HCl yang digunakan untuk titrasi sampai tahap ini V 2 m.
bila dalam larutan ditambahkan indicator metil orange maka warna larutan
akan berubah menjadi kuning. Jika titrasi dilanjutkan maka pada titik akhir
titrasi larutan menjadi tidak berwarna. Reaksi yang terjadi :
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V 2
ml, maka volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V3 –
V2) ml. pada tabung kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 – V2)
ml lebih sedikit dan dikocok dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah
hasil reaksi antara karbonat dalam sampel dengan larutan barium. Endapan
yang tebentuk adalah barium karbonat yang dari karbonat dalam sample.
Jika larutan diberi beberapa tetes indicator phenolphalein maka larutan
akan berwarna merah jambu.

Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan
absorben :
o Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih
sedikit, volume alat lebih kecil).
o Selektif o Memiliki tekanan uap yang rendah o Tidak
korosif.
o Mempunyai viskositas yang rendah o Stabil secara
termis.
o Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air


(untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan
tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi
seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
basa).

Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis
absorben ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.

• Arang aktif

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%


karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan
agar tidak terjadikebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga
bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak
teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat
digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas
permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika
terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan
kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian,
arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang
demikian disebut sebagai arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas
dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif,
tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan.

Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat
arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat
dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk
powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan
dalam fase cair,berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang
menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut
dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan
industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas
atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai
struktur yang lemah.

Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau


pellet yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori
lebih halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali
pelarut, katalis,pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung
kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyaibahan baku yang
mempunyai struktur keras.
• Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan
sekelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum
mineral zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali
tanah. serta mempunyai rumus kimia sebagai berikut :

M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O

Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba

Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan


logam alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air
menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan
terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit
cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan,
semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi,
mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam,
industri oksigen, industri petrokimia.

Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi
oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila
kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur
250-900 oC, maka kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas
atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang
hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas
permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa
jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya
dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang
hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana
dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.
 Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung
monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok
dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti,
misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lainlain. Bentonit dapat
dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alumunium silikat
hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah
lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat
ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth
digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat
bentonit sebagai adsorben adalah :

 mempunyai surface area yang besar (fisika)

 bersifat asam yang padat (kimia)

 bersifat penukar-ion (kimia)


 bersifat katalis (kimia)
V. PROSEDUR KERJA
1. Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam kolom kering
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Dibersihkan tempat penampungan air dengan dengan
mengeluarkan air yang sebelumnya dan diganti dengan air
kran baru.
c. Dialirkan udara dengan laju 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 dan
110 l/menit (F2)
d. Dicatat penurunan tekanan yang terjadi.
2. Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam bentuk basah.
a. Dialirkan udara kedalam kolom dengan laju alir 30 l/menit
(F2).
b. Dialirkan air kedalam kolom dengan laju alir 3 L/menit (F1)
c. Dicatat penurunan tekanan yang terjadi didalam kolom.
d. Diulang percobaan dengan menaikkan laju alir udara hingga
terjadi flooding.
3. Menentukan jumlah CO2 yang terserap dengan metode titrasi
a. Dihidupkan pompa dan mengatur laju alir didalam kolom pada
3 L/menit. (F1)
b. Dihidupkan kompresor udara dengan mengtur laju alirnya 30 L
/menit (F2)
c. Dibuka dengan hati-hati regulator gas karbon dioksida dan
mengatur pada laju alir 4 L/menit (F3)
d. Diambil sampel sebanyak 25 ml untuk t=0 menit dari tangki
yang masuk
e. Setelah 15 menit, diambil lagi sampel masing-masing 25 ml
sampel dari tangki masuk dan sampel yang keluar kedalam
erlenmeyer.
f. Ditambahkan 3 tetes indikator PP kedalam sampel dan dititrasi
dengan menggunakan NaOH 0,01 N hingga berwarna merah
muda.
g. Dicatat volume NaOH 0,01 N yang digunakan.
h. Diulangi dengan selang waktu 15 menit selama 1 jam
i. Mengubah laju alir gas CO2 3 L/min dan 4 L/min
4. Cara menganalisa kadar CO2 dengan HMPL
a. Diisi bola tandom dibagian bawah alat HMPL dengan larutan
NaOH 1N hingga tanda 0 atau sejajar
b. Dibilas tabung analisa HMPL dengan jalan menarik piston dan
dibuang gas yang telah terisap ke atmosfir dengan volume 40
ml (V1)
c. Ditutup semua saluran kedua atmosfer dan menghisap kembali
campuran gas yang diisap yaitu 40 ml dan menutup saluran
dari gas
d. Dikembangkan tekanan didalam tabung dengan udara luar
dengan jalan membuka dan menutup keran saluran buang ke
atmosfir mengusahakan agar permukaan NaOH tetap pada
tanda 0.
e. Dicatat kenaikan volume NaOH 1N setiap 15 menit pada
variasi laju alir 4 L/menit selama masing-masing 1 jam dan
dicatat pula perubahan tekanannya.
f. Dicatat penurunan tekanannya.
VI. DATA HASIL PENGAMATAN
a. Kalibrasi penurunan tekanan dalam kolom isian kering.

No Laju Aliran Udara ∆P1 (mmH2O) ∆P2 (mmH2O)


. (L/menit)
P1 P2 P1 P2
1. 30 168 172 294 296
2. 40 167 174 294 296
3. 50 166 175 292 298
4. 60 164 176 291 300
5. 70 163 177 290 301
6. 80 162 180 288 303
7. 90 160 181 288 303
8. 100 158 182 288 303
9. 110 157 183 286 304

b. Menentukan penurunan tekanan aliran gas pada kolom dinding basah

Laju Alir Laju Aliran ∆P1 (mmH2O) ∆P2 (mmH2O)


Udara Air
(L/menit) (L/menit)
P1 P2 P1 P2
2 163 167 292 298
2,5 162 179 291 299
30 3 157 182 289 301
3,5 152 109 283 308
4 135 204 270 309
2 147 162 278 312
2,5 145 194 277 314
40 3 141 200 270 320
3,5 133 107 260 331
4 117 221 237 353
c. Menentukan jumlah CO2 yang terserap dengan metode HMPL
Waktu ∆P1 (mmHg) ∆P2
F CO2 (menit) V1 V2 (mmHg)
P1 P2 P1 P2
15 40 2,2 138 203 273 318
4 30 40 2,5 144 197 272 316

45 40 2,7 143 197 273 318


60 40 2,9 143 197 272 316

d. Cara menganalisa kadar CO2 dengan titrasi (NaOH 0,01 N)


F Waktu Waktu Vol. NaOH Vol. NaOH (ml)
CO2 (menit) (secon) (ml) Masuk Keluar
1 2 1 2
0 0 0,3 0,2 - -
15 900 1 1,1 1,7 1,2
4 30 1800 1,8 1,6 1,6 1,5

45 2700 2,4 2,4 1,7 1,6


60 3600 2,2 2,2 2 1,4

VII. PERHITUNGAN
a. Grafik Perbandingan Laju Mol CO 2 Terabsorbsi pada F=
4L/menit
b. Grafik Waktu vs Kog

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percoabaan absorbasi. Absorbsi
gas adalah operasi perpindahan massa dimana gas / campuran gas
dikontakkan dengan cairan sehingga terjadi pelarutan satu atau lebih
komponen-komponen gas ke dalam cairan. Mekanisme perpindahan massa
yang terjadi sebagian besar dikontrol oleh laju difusi, dimana laju difusi
tersebut dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi fasa gas dengan fasa cair.

Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan penurunan tekanan


dalam kolom isian kering dengan variasi laju alir udara, mentukan
penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan variasi laju alir
udara, menentukan konsentrasi CO2 dengan metode HMPL, menentukan
kadar CO2 didalam air dengan metode titrasi. Pada percobaan ini,
dilakukan kontak antara air dengan udara dalam kolom isian. Adanya
kolom isian akan menyebabkan tahanan antara aliran air dengan aliran
udara dan mengakibatkan bidang sentuh antara air dan udara semakin
besar. Peristiwa absorpsi pada percobaan ini berupa aliran counter-current
dimana aliran udara masuk dibawah kolom dan aliran air masuk diatas
kolom dengan laju masung-masing yang dapat diatur. Sehingga dapat
dilihat bagaimana pengaruh laju alir udara masuk terhadap tekanan pada
kolom yang terbasahi.

Pada praktikum dimana laju alir air 3 liter/menit, laju alir udara 30
liter/menit dan laju alir CO2 adalah 4 liter/menit dilakukan untuk metode
HMPL dan titrasi. Pada karakteristik kolom kering terjadi kenaikan beda
tekanan dengan bertambahnya laju alir udara dimana semakin besar laju
alir udara semakin besar pula tekanan.

Pengaruh gas CO2 dalam absorpsi air metode analisis gas berada
dalam keadaan konstan, jika laju alir gas dilakukan berlanjut lama
kelamaan gas yang dihasilkan akan habis. Olehnya itu agar gas yang
diperoleh tidak habis dapat dilakukan dengan manambahkan pelarut pada
kolom.

Pengaruh gas CO2 dalam absopsi air untuk analisis larutan pada
percobaan diperoleh hasil yang kurang baik. Hal ini mungkin disebabkan
karena adanya kesalahan dalam melakukan titrasi.

Dari hasil percobaan yang dilakukan di dapatkan hasil dimana


semakin tinggi laju alir udara, laju air dan laju CO 2 maka delta P juga
akan semakin tinggi.

Dari hasil perhitungan didapatkan, untuk konversi tabel a semakin


lama waktu, makin tinggi laju alir maka akan semakin tinggi tekanan
yang di hasilkan. Begitupun dengan konversi tabel b.

Berdasarkan grafik hubungan waktu(t) vs N (laju absorbsi) dengan


variasi laju air gas CO2 yaitu 4 liter/ menit pada metode HMPL dimana
dari hasil grafiknya menunjukkan bahwa grafik tersebut diketahui
hubungan antara waktu dalam menit dengan N atau laju penyerapan CO2
terlihat garis yang menurun baik itu laju alir CO 2 pada data tersebut dapat
diperoleh hasil bahwa semakin lama waktu kontak maka semakin sedikit
jumlah CO2 yang diserap. Namun secara teori yaitu semakin lama waktu
yang di butuhkan semakin besar pula laju absorbsinya.

IX. KESIMPULAN
1. Penurunan tekanan dalam kolom isian kering berbanding lurus dengan
laju alir udara. Artinya semakin besar laju alir, maka semakin besar
pula penurunan tekanan yang terjadi.
2. Pada penurunan tekanan pada kolom isian basah dilakukan dengan
variasi laju alir 30 dan 40 L/menit serta diketahui bahwa penurunan
tekanan pada laju alir 30 L/menit lebih kecil daripada pada laju alir 40
L/menit.
3. Konsentrasi CO2 dengan metode HMPL pada t= 15 menit, 30 menit, 45
menit, dan 60 menit secara berurutan adalah 0,00149 mol/sec, 0,0014
mol/sec, 0,00121 mol/sec dan 0,00109 mol/sec.
4. Konsentrasi CO2 dengan metode titrasi pada t= 0 menit, 15 menit, 30
menit, 45 menit, dan 60 menit secara berurutan adalah 0 mol/sec, -
0,000008 mol/sec, 0,000003 mol/sec, 0,000015 mol/sec, dan 0,000009
mol/sec.

X. DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/laboratorium-
intruksional-tk-ii/absorbsi-gas/28480476
https://www.academia.edu/4769014/Praktikum_Absorbsi
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahU
KEwiA_YL2leL6AhVkSWwGHSQaB8cQFnoECC4QAQ&url=https%3A
%2F%2Fbaixardoc.com%2Fpreview%2Flaporan-praktikum-absorbsi-
5c72fedd8f62b&usg=AOvVaw2_VqDPR9O5QdXvBxefN8xt
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahU
KEwiA_YL2leL6AhVkSWwGHSQaB8cQFnoECCQQAQ&url=https
%3A%2F%2Fwww.coursehero.com%2Ffile%2F46247335%2FLaporan-
Absorpsi-gasdocx%2F&usg=AOvVaw2sI4jGhTeqgea0uFcmZ6ds
Jobsheet Laboratorium Separasi Thermal Dan Difusi, Absorbsi, Jurusan
Teknik Kimia

XI. LAMPIRAN
XII.

Anda mungkin juga menyukai