Anda di halaman 1dari 12

Laboratorium Kimia Fisika

Semester II 2020 / 2021

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGARUH SUHU PADA KECEPATAN REAKSI

Pembimbing : Ir. Swastanti Brotowati, M.Si.


Kelompok : III
Tgl. Praktikum : 24 Juni 2021

DISUSUN OLEH:
Hardiansyah 43220041
Altria Nurfadhilah 43220042
Widya Sugiarti Damin 43220043
Annisa Syamsuddin 43220044
Diah Permata Setiawaty 43220045
Usnaima 43220046
Yusfita Rahma 43220047
Kelas : 1B D4-Teknologi Kimia Industri

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021
I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat menentukan


orde reaksi dari pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap kecepatan reaksi.
II. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Baskom
2. Gelas kimia 600 ml
3. Gelas kimia 100 ml
4. Pipet ukur 25 ml
5. Pipet ukur 10 ml
6. Erlenmeyer 100 ml
7. Thermometer 0 – 1000C
8. Stopwatch
9. Bulb
10. Panci
11. Batang pengaduk
12. Botol semprot

III. BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Tio sulfat
2. Aquadest
3. HCl
4. Es batu
5. Label

IV. DASAR TEORI


Laju reaksi merupakan peristiwa perubahan konsentrasi reaktan atau
produk dalam satuan waktu. Laju reaksi juga dapat dinyatakan sebagai
suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi. Konstanta
laju reaksi merupakan laju reaksi bila konsentrasi dari masing-masing
jenis adalah satu (Keenan, 1984).
Kecepatan laju reaksi yang berbanding lurus terhadap konsentrasi
dengan satu atau dua pengikut berpangkat dua akan disebutkan sesuai
jumlah pangkat. Reaksi disebut bertingkat tiga bila kecepatan reaksinya
berbanding lurus dengan konsentrasi pangkat tiga. Biasanya laju reaksi
tidak bergantung pada orde reaksi, suatu reaksi yang merupakan proses
satu tahap didefinisikan dengan berdasarkan reaksinya yaitu reaksi dasar
(Petrucci, 1982).
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap
liter larutan. Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap
1000 g pelarut murni. Sedangkan fraksi mol menyatakan perbandingan
mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen (Syukri,
1999).
Berdasarkan teori tumbukan yang menyatakan bahwa sebelum
terjadinya reaksi molekul pereaksi haruslah saling bertumbukan sehingga
sebagian molekul pada tumbukan ini akan membentuk suatu molekul.
Molekul yang akan mampu bersifat mengaktivasi diri secara langsung.
Molekul tersebut kemudian berubah menjadi hasil reaksi agar reaksi dapat
membentuk kompleks yang akan aktif. Walaupun demikian, molekul-
molekul ini hanya akan mempunyai energi minimum yang disebut energi
aktivasi (Sukardjo, 2002).
Hukum laju reaksi merupakan suatu bentuk persamaan yang
menyatakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesi yang
ada termasuk produk-produk yang dihasilkan dalam reaksi
tersebut.Hukum laju reaksi mempunyai dua penerapan utama, yaitu
penerapan teoritis yang merupakan pemandu dalam mekanisme reaksi
sedangkan penerapan praktiknya akan dilakukan setelah mengetahui
hukum laju reaksi dan konstanta lajunya. Untuk reaksi kimia sebagai
berikut.
aA +bB → cC+ dD
Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah:
m n
v=k [ A ] [ B ]
Dengan:
v = laju reaksi
k = konstanta laju reaksi
[A] = konsentrasi laju zat A
[B] = konsentrasi laju zat B
m = orde terhadap zat A
n = orde terhadap zat B
Persamaan laju reaksi untuk suatu zat a dapat ditulis sebagai berikut:
n
RA=
t
RA = laju reaksi
n = jumlah mol zat A yang terbentuk
t = waktu

Ra memiliki harga positif jika zat tersebut terbentuk dan akan memiliki
harga negatif jika zat tersebut digunakan untuk bereaksi (Atkins, 1996).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi atau


kecepatan reaksi:
a. Konsentrasi. Jika kecepatan suatu zat semakin besar maka laju
reaksinya semakin besar pula dan sebaliknya jika konsentrasi
semakin kecil maka laju reaksinya semakin kecil pula. Untuk
beberapa reaksi laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan
matematis yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan
laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi
dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi
kimia pada prinsipnya menentukan pengaruh seberapa besar
perubahan konsentrasi laju reaksi terhadap konsentrasi pereaksi
(Charles, 2004).
b. Luas permukaan. Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen
sangat berbeda dengan reaksi yang berlangsung dalam sistem
heterogen. Pada reaksi homogen campuran zatnya bercampur
seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi
kimia karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan satu sama
lain. Dalam sistem reaksi hanya berlangsung pada bidang-bidang
yang bersentuhan dari kedua fase yang bereaksi. Reaksi kimia
berlangsung pada kedua molekul-molekul, atom-atom, atau ion-ion
dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Semakin
luas permukaan suatu reaksi maka semakin cepat reaksi itu
berlangsung (Charles, 1882).
c. Suhu/temperatur. Pada suhu yang tinggi, energi molekul-molekul
bertambah. Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya
kenaikan suhu sebesar 10°C akan menyebabkan kenaikan laju
reaksi sebesar dua atau tiga kalinya. Kenaikan laju reaksi ini
disebabkan dengan kenaikan suhu atau menyebabkan semakin
cepatnya molekul-molekul bergerak sehingga memperbesar
kemungkinan terjadi tabrakan yang efektif. Energi tumbukan suatu
reaksi dapat berlangsung disebut energi aktivasi (Chang, 2001).
d. Katalis. Berbagai reaksi berlangsung lambat dapat dipercepat
dengan menambahkan zat lain yang disebut dengan katalis. Konsep
yang menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis
menurunkan energi energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan
membentuk tahap-tahap reaksi yang baru. Ada dua jenis katalis
yaitu katalis homogen adalah katalis yang satu fase dengan zat
yang jenis katalis ini umumnya ikut bereaksi tetapi pada akhirnya
reaksi akan kembali ke bentuk semula. Katalis heterogen adalah
katalis yang tidak satu fase dengan zat-zat yang bereaksi jenis
katalis ini umumnya logam-logam dan reaksi yang tercepat
umumnya pada gas (Supardi, 2008).
Orde suatu reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam
hukum laju berbentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi merupakan
bilangan bulat dan kecil namun dalam beberapa kasus dapat berupa
bilangan pecahan atau nol. Orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak
sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri. Reaksi harga n
memberikan orde reaksi jika n = 0 maka laju reaksinya disebut orde nol
terhadap X. Hal ini berarti bahwa perubahan konsentrasi tidak
berpengaruh pada laju reaksi (Chang, 2001).

V. LANGKAH KERJA
 Pengaruh suhu
A. Untuk suhu 20oC
1) Memipipet larutan tio sulfat sebanyak 10 ml ke dalam Erlenmeyer
A dan B.
2) Menambahkan aquadest sebanyak 40 ml dan 2 ml larutan HCl ke
dalam Erlenmeyer.
3) Masukkan Erlenmeyer yang berisi larutan ke dalam wadah berisi
es batu dan suhunya di ukur hingga mencapai 20oC.
4) Campurkan larutan dari kedua Erlenmeyer kedalam gelas kimia
secara bersamaan.
5) Nyalakan stopwatch smpai larutaan yang semula bening menjadi
putih susu dan larutan telah berhenti bereaksi.
6) Catat waktu yang digunakan.
B. Untuk suhu 30oC
1) Memipipet larutan tio sulfat sebanyak 20 ml ke dalam Erlenmeyer
A dan B.
2) Menambahkan aquadest sebanyak 30 ml dan 2 ml larutan HCl ke
dalam Erlenmeyern.
3) Campurkan larutan dari kedua Erlenmeyer kedalam gelas kimia
secara bersamaan.
4) Nyalakan stopwatch smpai larutaan yang semula bening menjadi
putih susu dan larutan telah berhenti bereaksi.
5) Catat waktu yang digunakan.
C. Untuk suhu 50oC
1) Memipipet larutan tio sulfat sebanyak 30 ml ke dalam Erlenmeyer
A dan B.
2) Menambahkan aquadest sebanyak 20 ml dan 2 ml larutan HCl ke
dalam Erlenmeyer.
3) Panaskan Erlenmeyer yang berisi larutan kedalam panic yang
berisi air yang telah dipanasakan dan ukur suhunya hingga
mencapai 50oC.
4) Campurkan larutan dari kedua Erlenmeyer kedalam gelas kimia
secara bersamaan.
5) Nyalakan stopwatch smpai larutaan yang semula bening menjadi
putih susu dan larutan telah berhenti bereaksi.
6) Catat waktu yang digunakan.
D. Untuk suhu 60oC
1) Memipipet larutan tio sulfat sebanyak 40 ml ke dalam
Erlenmeyer A dan B.
2) Menambahkan aquadest sebanyak 10 ml dan 2 ml larutan HCl
ke dalam Erlenmeyer.
3) Panaskan Erlenmeyer yang berisi larutan ke dalam panci yang
berisi air yang telah dipansakan dan ukur suhunya
hingga mencapai 60oC.
4) Campurkan larutan dari kedua Erlenmeyer kedalam gelas kimia
secara bersamaan.
5) Nyalakan stopwatch smpai larutaan yang semula bening
menjadi putih susu dan larutan telah berhenti bereaksi.
6) Catat waktu yang digunakan.
 Pengaruh konsentrasi
1) Menyiapkan suatu sistem pada table berikut pada tabung raeksi
yang terpisah:
Siste Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2
m
tiosulfat aquades HCl tiosulfat aquades HCl
1. 10 ml 40 ml 2 ml 10 ml 40 ml 2 ml
2. 20 ml 30 ml 2 ml 20 ml 30 ml 2 ml
3. 30 ml 20 ml 2 ml 30 ml 20 ml 2 ml
4. 40 ml 10 ml 2 ml 40 ml 10 ml 2 ml
2) Campurkan larutan dalam Erlenmeyer tersebut kedalam gelas
kimia secara besamaan dan nyalakan stopwatch untuk menghitung
waktu yang dibutuhkan sampai larutan berubah menjadi putih susu
dan berhenti bereaksi.
3) Catat waktu yang digunakan.
VI. DATA HASIL PENGAMATAN
 Pengaruh konsentrasi
Tiosulfat H2O HCl Waktu
Sampel
(ml) (ml) (ml) (s)
1. 10 40 2 128
2. 20 30 2 33
3. 30 20 2 34
4. 40 10 2 23
 Pengaruh suhu
Tiosulfat H2O HCl Suhu Waktu
Sampel
(ml) (ml) (ml) (oC) (s)
1. 10 40 2 20 137
2. 20 30 2 30 58
3. 30 20 2 50 11
4. 40 10 2 60 17
VII. PERHITUNGAN
 Pengaruh konsentrasi
1
Mencari
t
1) Untuk sampel 1
1 1
= =0,008
t 128
2) Untuk sampel 2
1 1
= =0,0 3
t 33
3) Untuk sampel 3
1 1
= =0,0 29
t 34
4) Untuk sampel 4
1 1
= =0,0 43
t 23
Tabel hasil perhitumgan
Volume tiosulfat Waktu 1/t
(ml) (s)
10 128 0,008
20 33 0,030
30 34 0,029
40 23 0,043
 Pengaruh suhu
 Mencari K
1) Untuk sampel 1
K = 20 + 273 = 293
2) Untuk sampel 2
K = 30 + 273 = 303
3) Untuk sampel 3
K = 50 + 273 = 323
4) Untuk sampel 4
K = 60 + 273 = 333
 Mencari 1/K
1) Untuk sampel 1
1/K = 1/293 = 0,00341
2) Untuk sampel 2
1/K = 1/303 = 0,00330
3) Untuk sampel 3
1/K = 1/323 = 0,00309
4) Untuk sampel 4
1/K = 1/333 = 0,00300
 Mencari 1/t
1) Untuk sampel 1
1/t = 1/137 = 0,007
2) Untuk sampel 2
1/t = 1/58 = 0,017
3) Untuk sampel 3
1/t = 1/11 = 0,090
4) Untuk sampel 4
1/t = 1/17 = 0,058
 Mencari log 1/t
1) Untuk sampel 1
log 1/t = log 0,007 = -2,15
2) Untuk sampel 2
log 1/t = log 0,017 = -1,77
3) Untuk sampel 3
log 1/t = log 0,090 = -1,05
4) Untuk sampel 4
log 1/t = log 0,058 = -1,24
table hasil perhitungan
Suhu K 1/K Waktu 1/t Log
1/t
20 293 0,00341 137 0,007 -2,15
30 303 0,00330 58 0,017 -1,76
50 323 0,00309 11 0,090 -1,04
60 333 0,00300 17 0,058 -1,23

 Laju reaksi
konsentrasi
V=
waktu
 Untuk sampel 1
0,25 M
V= =0,0019 M / s
128 s
 Untuk sampel 2
0,25 M
V= =0,00 75 M /s
33 s
 Untuk sampel 3
0,25 M
V= =0,0 073 M /s
34 s
 Untuk sampel 4
0,25 M
V= =0,0 108 M /s
23 s

VIII. PEMBHASAN
Dalam praktikum kali ini kita melakukan percobaan tentang pengaruh
suhu dan konsentrasi terhadap laju reaki.
a) Percobaan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap lau
reaksi. Variasi suhu yang digunakan pada percobaan ini adalah
20oC,30oC,50oC, dan 60oC.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu, pada suhu 20 oC waktu
yang di butuhkan untuk bereaksi adalah 137 detik, pada suhu 30 oC
waktu yang dibutuhkan adalah 58 detik, pada suhu 50oC waktu yang
dibutuhkan adalah 11 detik, pada suhu 60oC waktu yang di butuhkan
adalah 17 detik. Dari hasil tersebut di dapatkan bahwa terdapat
kesalahan pada saat pencampuran larutan sehinggan semakin tinggi
suhu maka semakin cepat laju reaksi tidak sesuai dengan percobaan
yang kami lakukan =karena data yang kami daptkan pada suhu 50 oC
laju reaksinya lebih cepat dari pada suhu 60oC. Kesalahan ini bisa saja
disebabkan oleh pengadukan yang kurang atau luas permukaan gelas
kimia yang digunakan.

Perbandingan 1/t dengan Temperatur


0.1

0.05 f(x) = 0.00175 x − 0.027


1/t

R² = 0.695074897866546
0
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Temperatur

Dari grafik di atas diperoleh R2 = 0,6951, dimana harga R2 tersebut


mendekati 1, itu artinya suhu mempengaruhi laju reaksi. Dari grafit
tersebut pula dapat dilihat waktu pada suhu 50oC lebih lama di banding
waktu pada suhu 60oC.
b) Percobaan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
Percobaan ini bertujun untuk mengetaahui pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi. Percobaan dilakukan dengan variasi konsentrasi
Na2S2O3 dan H2O, sedangkan konsentrasi Hcl tetap.
Hasil yang di peroleh dari percobaan ini yaitu, pada konsentrasi 10 ml
Natrium tiosulfat di peroleh waktu untuk bereaksi selama 128 detik,
pada konsentrasi 20 ml diperoleh waktu selama 33 detik, pada
konsentrasi 30 ml diperoleh waktu selama 34 detik, dan pada
konsentrasi 40 diperoleh waktu selama 23 detik. Pada umumnya
semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat laju reaksi, akan tetapi
pada percobaan yang kami lakukan dipatkan hasil yang berbeda
dimana pada konsenteasi 40 ml waktu yang dibutuhkan lebih sedikit
dibandingkan pada konsentrasi 30 ml. hal ini dapat dipengaruhi karena
lama saat pengadukan atau juga dapat di pengaruhi olehluas
permukaan.

perbandingan 1/t dengan konsentrasi


0.06
0.04
f(x) = 0.00104 x + 0.0015
1/t

0.02 R² = 0.859777424483307
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi tiosulfat

Dari grafik diatas dapat di lihat bahwa datanya naik turun, ini dikarenakan
waktu yang kami dapatkan dari data pengamtan tidak sejalan dengan teori
yang seharusnya yaitu, semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat
laju reaksi. Dari grafik tersebut diperoleh nilai R2 = 0,8598.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
1. Dari percobaan yang kami lakukan, data yang kami dapatakan tidak
sesuai dengan teori yang seharusnya, hal ini dipengaruhi beberapa
factor seperti lama pengadukan dan luas permukaan gelas kimia tempat
pencampuran.
2. Dari percobaan yang kami lakukan di peroleh V untuk sampel pertama
adalah 0,0019 M/s, sampel kedua 0,0075 M/s, sampel ketiga 0,0073
M/s, dan sampel keempat adalah 0,0109 M/s.

X. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1996. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta: Jakarta.
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Jilid 2.
Erlangga: Jakarta.
Charles, W. 1992. Kimia untuk Universitas. Gramedia: Jakarta.
Keenan, C.W., D.C. Klemfelter, dan J.H. Wood. 1984. Kimia untuk
Universitas. Erlangga: Jakarta.
Oxtoby, David W., dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1.
Erlangga: Jakarta.
Sukardjo. 2002. Kimia Fisik. Rineka Cipta: Jakarta. Syukri, S. 1999.
Kimia Dasar 2. ITB: Bandung.

XI. LAMPIRAN
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
SUHU RUANG 200C

Anda mungkin juga menyukai