Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA II

ABSORPSI CO2 DENGAN AIR

Diajukan untuk Memenuhi Laporan Praktikum Proses Teknik Kimia II

Disusun Oleh :
Kelompok II (A2)

1. Wika Armadani NIM. 170140043


2. Annisa Khairani Nasution NIM. 170140044
3. Yogi Ardhika Wijaya NIM. 170140115
4. Feni Lestari Berutu NIM. 170140013
5. Yulia Moriza Fonna NIM. 170140006
6. Fajar M. Siregar NIM. 170140051

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
ABSTRAK
Absorpsi merupakan proses perpindahan massa untuk tujuan pemisahan
impurities (zat pengotor) yang terkandung dalam suatu material. Percobaan ini
bertujuan untuk Menghitung laju absorpsi gas CO2 dalam air melalui analisis
larutan yang keluar dari kolom dengan metode titrasi. Dalam Percobaan ini
digunakan larutan air sebagai cairan penyerap untuk mengabsorpsi gas CO2,
dimana fluida air dialirkan kedalam alat Absorbsi kemudian dialirkan CO2. Dari
hasil percobaan, didapat perbandingan laju alir air pada run 1 yaitu 1 L/menit, laju
alir gas CO2 sebesar 1 L/menit , dan run ke 2 yaitu 2 L/menit, dan laju alir gas
CO2 sebesar 1 L/menit. Pada run 1 didapat nilai kadar CO2 yaitu pada menit 0, 10,
20, 30, 40, dan 50 adalah sebesar 9,24 ppm, 29,04 ppm, 33 ppm, 37,4 ppm, 40,04
ppm, dan 45,64 ppm. Ppm. Nilai kadar CO2 yang didapat pada laju alir air pada
run ke 2 yaitu 2 L/menit pada menit 0,10,20,30,40, dan 50 adalah 9,24 ppm, 36,08
ppm, 58,08 ppm, 85,36 ppm, 91,08 ppm, dan 94,16 ppm. Dari hasil percobaan,
dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu penyerapan, maka semakin besar
pula kadar CO2 yang terserap.
Kata Kunci: Absorbsi, CO2, ppm Fluida, dan Laju alir.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Absorpsi CO2 dengan Air

1.2 Tanggal Praktikum : 15 Juni 2020

1.3 Pelaksana Praktikum: 1. Wika Armadani NIM. 170140043

2. Annisa K. Nasution NIM. 170140044

3. Yogi Ardhika Wijaya NIM. 170140115

4. Feni Lestari Berutu NIM. 170140013

5. Yulia Moriza Fonna NIM. 170140006

6. Fajar M. Siregar NIM. 170140051

1.4 Tujuan Praktikum :1. Dapat mengoperasikan alat absorpsi gas

2. Menghitung laju absorpsi gas CO2 dalam air


melalui analisis larutan yang keluar dari kolom
dengan metode titrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Absorpsi
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan
perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya
berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam
proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antar fase, lapisan cairan atau
bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-
bahan yang direaksikan. Absorpsi terdiri dari 2 macam proses yaitu absorpsi fisik
dan absorpsi kimia.
1. Absorpsi Fisik
Absorpsi fisik adalah penyerapan yang terjadi karena adanya interaksi
fisik, komponen yang diserap pada absorpsi ini memiliki kelarutan yang lebih
tinggi (dibandingkan komponen gas lain) dengan pelarut, dimana gas terlarut
dalam larutan penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh reaksi ini
adalah absorpsi gas CO2 dengan air. Pada absorpsi fisik ini ada beberapa teori
untuk menyatakan model mekanismenya yaitu:
a. Teori Model Film
bulk gas liquid bulk
gas film CO film liquid

C1

Gambar2.1 Model Teori Film pada Absorpsi

b. Teori penetrasi
c. Teori permukaan yang diperbaharui
2. Absorbsi Kimia
Absorbsi kimia adalah absorpsi yang melibatkan reaksi kimia pada saat
absorbat dan absorben saling berinteraksi. Salah satu contoh absorpsi disertai
reaksi kimia yang diaplikasikan dalam industri adalah absorpsi CO2 kedalam
larutan pottasium karbonat (Ali dkk, 2008).

Absorber stipper

feed gas stripping gas

Gambar 2.2KonfigurasiAbsorber-Stipper

2.2 Koefisien Perpindahan Massa (Kga)


Didalam merancang suatu menara absorbsi harga koefisien perpindahan
massa merupakan besaran yang sangat penting. Dengan tersedianya harga Kga
dapat ditentukan besaran-besaran lain, seperti:
a. Kecepatan perpindahan massa
Kecepatan perpindahan massa dapat dihitung setelah konsentrasi gas yang
berkeseimbangan dengan fase cairnya diketahui. Dalam hal ini gas harus
mendifusi kealiran cairan tiap satuan waktu.
b. Waktu operasi
Jika harga Kga diketahui maka kecepatan perpindahan massa nya juga
dapat diketahui sehingga waktu operasi absorbsi dapat diketahui juga.
c. Ukuran alat dan biaya
Untuk mengetahui dimensi alat dan besarnya biaya pembuatan alat
tersebut dapa tditurunkan dari persamaan berikut :
GM
H OG= ……………………………………………………..
Kga . P
(2.1)
Rumus untuk menghitung Kga dapat didasarkan pada absorbsi fisik
dengan menganggap bahwa kurva kesetimbangan larutan pada selang waktu
tertentu dimana perpindahan massa berlangsung.
A
Gambar 2.3 elemen belakang kontak
Dari skema tersebut dapat didapatkan persamaan:
dGy=Kga . P (y-y’)dz ………………………………………………….(2.2)
Kecepatan perpindahan massa dapat ditentukan persamaan yang
diturunkan oleh Max Well dan Stefan.
D A . g( y A 1− y A 2 )
N A= ………………………………………………..…
R T Z P1 ( 1− y A ) m
(2.3)
Persamaan tersebut merupakan persamaan untuk difusi gas dalam keadaan
tetap dari komponen A melalui B yang tidak bergerak dan gas berdifusi dari tubuh
gas kepermukaan batas gas cair. Dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk
mencari korelasi Kga yaitu:
n
Kga= ………………………………………………….....
( Z . A . ∆ Pℑ . f )
(2.4)
Apabila volume cair diabaikan, maka :
Neraca massa A pada fase cair di sepanjang elemen volume kolom AG Z,
menghasikan persamaan:
d ¿ ¿ …………………………….(2.5)
Neraca massa A pada fase gas pada elemen volume yang sama
menghasilkan persamaan:
d ¿ ¿ …………………………………….(2.6)
Pada absorbsi CO2 dengan larutan NaOH terjadi reaksi :

CO 2+2 NaOH → Na2 CO 3 + H 2 O


2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Absorpsi
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi, diantaranya :
1. Tekanan operasi
Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan akan semakin baik sampai
pada batas tertentu.
2. Temperatur
Semakin tinggi suhu menyebabkan densitas campuran gas semakin kecil
dan kelarutan gas menurun.
3. Laju alir air dan gas
Semakin besar laju alir air, maka penyerapan semakin baik. Sedangkan
semakin besar laju alir gas, penyerapan akan semakin buruk.
4. Kelarutan (solubility ) gas dalam pelarut dalam kesetimbangan

2.4 Peralatan absorpsi


1. Menara isian (Packing)
Jenis- jenis isian (packing) yang digunakan sangat beragam, tetapi secara
umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Packing curah, yang diisikan secara acak ke dalam menara. Packing ini
berdimensi antara 1/4 – 3 inch.
2. Packing susun, yang disusun di dalam menara dengan tangan. Berdimensi
antara 2-8 inch.
Packing umumnya terbuat dari bahan-bahan yang murah, tidak bereaksi
dan ringan, seperti lempung, porselin, dan berbagai jenis plastik. Sebagian
packing dibuat dari baja atau aluminium. Di dalam menara absorpsi, packing
umumnya disusun tak beraturan dalam suatu struktur terbuka dengan porositas 60-
95%. Packing yang digunakan sebagai isian menara harus memenuhi beberapa
persyaratan pokok, yaitu :
1. Tidak bereaksi dengan fluida di dalam menara
2. Kuat, tapi tidak terlalu berat
3. Memiliki cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat
cair yang terperangkap (holdup) atau menyebabkan penurunan tekanan
terlalu tinggi
4. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dan gas
5. Ekonomis (Penuntun Praktikum PTK II)

2.5 Proses absorpsi CO2


Pada absorpsi CO2, kelarutan gas yang akan di serap dapat disebabkan
hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga
oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan
ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih
tinggi. Aplikasi dari absorpsi fisik adalah proses absorpsi CO2 oleh air, dimana
CO2 akan berdifusi ke dalam air tanpa terjadi reaksi kimia. Absorpsi CO2 ke
dalam air adalah proses yang dijadikan sebagai pembanding dalam menggunakan
pelarut lain sebagai absorben. Pada dasarnya, CO2 tetap bereaksi dengan air,
dimana reaksi yang terjadi adalah reaksi kesetimbangan dan konstanta
kesetimbangan yang terjadi sangat kecil. Oleh karena itu, reaksi kimia antara CO2
dan air dapat diabaikan. Reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Young-
Seok Kim 2000) :
CO2 + 2H2O ↔ H3O+ + HCO3- …………………….....…………….....(2.1)
Absorpsi gas CO2 dengan pelarut senyawa amina adalah absorpsi kimia,
dimana terjadi reaksi kimia antara CO2 dengan senyawa amina (Xu Shuo 1996):
Reaksi antara MEA atau DEA dengan CO2 secara umum digambarkan oleh
mekanisme Zwitter-ion yang terdiri atas dua tahap :
CO2 + R1R2NH ↔ R1R2NH +COO-……………………...………….....(2.2)
R1R2NH+COO- + B↔ R1R2NCOO- + bH+……………………....….....(2.3)
Dimana R1 adalah sebuah kumpulan akil dan R 2 adalah H untuk MEA dan
kumpulan alkil untuk DEA. Pada industri, absorpsi CO2 biasanya dilakukan pada
kolom absorpsi yang besar. Kolom absorpsi adalah sebuah kolom dimana ada zat
yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen
kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap
reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang
terjadi pada semua reaksi kimia. Namun banyak kekurangan yang terdapat dalam
teknologi ini, seperti foaming, flooding, dan loading.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Unit peralatan absorpsi gas
2. Erlenmeyer 250 ml
3. Labu takar 100 ml
4. Buret 25 ml
5. Pipet volum 50 ml dan 10 ml
6. Pipet tetes

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Gas CO2
2. Indikator phenolphthalein (pp)
3. Larutan standar NaOH 0,0277 M
4. Larutan standar natrium bicarbonate 0,01 M

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
3.2.1 Percobaan absorpsi
1. Isi tangki reservoir dengan air hingga ¾ penuh, catat volumenya sebagai
VT. Terlebih dahulu dilakukan titrasi pada air sebagai titrasi blanko.
2. Pastikan valve air gas (V7) tertutup, valve keluaran sampel V5 dan V6
terbuka. Alirkan air dengan menghidupkan pompa dan laju alir diatur
menggunakan pengatur valve air (V1) sesuai penugasan.
3. Buka valve pengatur tekanan tabung gas CO2 dengan hati-hati dan atur laju
alir gas dengan V7 sesuai penugasan.
4. Setelah waktu operasi tercapai, ambil sampel dari keran sampel sesuai
dengan selang waktu yang ditentukan.
5. Diambil 400 ml sampel dalam tabung tertutup pada setiap waktu dan
dilakukan analisa volumetrik terhadap sampel.

3.2.2 Penentuan CO2 Terlarut


1. Ambil sampel masing-masing sebanyak 400 ml
2. Pipet segera masing-masing sampel 10 ml ke dalam erlenmeyer 100 ml
3. Teteskan 2-3 tetes indikator pp, jika terbentuk warna merah dengan segera
berarti tidak ada CO2 bebas.
4. Titrasi sampel (tidak berwarna) dengan larutan NaOH satandar sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang 30 detik. Catat volume
alkali yang dibutuhkan (VB).
5. Untuk memperoleh hasil yang baik, gunakan warna pembanding standar
yang dibentuk dari natrium bicarbonate dengan pp dalam jumlah yang
sama.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan absorbsi adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Run I (Flowrate CO 2 1 L/menit dan Flowrate air 1
L/menit)
Waktu Laju alir air Laju alir Volume Kadar CO2 Kadar Co2
(Menit) (L/menit) CO2 titran (ml) (ppm) (%)
(L/mnt)
0 1 1 2,1 9,24 0
10 1 1 8,7 29,04 46,66
20 1 1 9,6 33 38,9
30 1 1 10,9 37,4 32,81
40 1 1 11,2 40,04 30
50 1 1 12,7 45,64 24,70

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Run II (Flowrate CO2 1 L/menit dan Flowrate air 2
L/menit)
Waktu Flow rate air Flow rate Volume Kadar CO2 Kadar Co2
(Menit) (L/menit) CO2 titran (ml) (ppm) (%)
(L/mnt)
0 2 1 2,1 9,24 0
10 2 1 10,3 36,08 34,42
20 2 1 15,3 58,08 18,91
30 2 1 21,5 85,36 12,13
40 2 1 22,8 91,08 11,29
50 2 1 23,5 94,16 10,88
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, yaitu absorpsi gas
karbondioksida (CO2) menggunakan kolom absorbsi jenis packing menggunakan
pelarut (solvent) air. Kadar CO2 terlarut sebelum digunakan sebagai
pelarut(solvent) adalah sebesar 0 ppm. Pada percobaan ini dilakukan 2 kali run
pada kolom packing dengan variasi waktu dan laju alir CO2 yang sama, variasi
waktunya yaitu 0, 10, 20, 30 40, dan 50 menit. Adapun untuk laju alir CO2 pada
run 1 dan run 2 adalah 1 L/menit. Sedangkan untuk laju alir air pada run 1 dan run
2 berbeda, pada run 1 laju alir air 1 L/menit, pada run 2 laju alir air 2 L/menit.
Percobaan ini dilakukan didalam kolom absorber secara kontinyu dengan isian
packing Rasching rings.

4.2.1 Hubungan antara Waktu kontak dan Laju Alir Air Terhadap Kadar
CO2 yang diserap
Adapun hubungan antara waktu kontak dan flowrate air terhadap kadar
CO2 yang dapat diserap dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

100
80
kadar co2 (ppm)

60
40 Run I (flowrate
CO2 L/menit)
20
0
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)

Gambar 4.1 Hubungan antara waktu kontak dan flowrate air terhadap Kadar
CO2 yang Terabsobsi
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa hasil kadar gas CO2 yang
paling banyak terserap terdapat pada run II, yaitu pada waktu 50 menit dengan
laju alir air 2 L/m, laju alir gas CO2 1 L/m dan volume titran 23,5 ml. Hal ini
dikarenakan laju alir pada run II lebih besar daripada laju alir di run I, sehingga
kadar CO2 lebih banyak terserap. Dari Gambar 4.1 juga dapat dilihat bahwa
semakin lama waktu penyerapan, maka kadar CO2 yang terserap akan semakin
tinggi, hal ini dikarenakan solvent akan lebih sering bersentuhan dengan solute
gas sehingga difusi gas kedalam solvent akan lebih baik menyebabkan kadar CO2
di dalam solvent semakin tinggi. Selain itu, volume titran juga dapat
mempengaruhi kadar CO2, semakin tinggi volume titran maka semakin tinggi
kadar CO2 yang terserap karena konsentrasi kadar CO2 lebih banyak.

4.2.2 Hubungan antara Waktu kontak dan Laju Alir Air terhadap
Effisiensi penyerapan Kadar CO2

Adapun hasil percobaan yang didapat antara hubungan efisiensi


penyerapan CO2 dengan waktu yaitu:

50
45
40
35
kadar co2 (%)

30
25 Run I (flowrate CO2
L/menit)
20
Run II (flowrate CO2
15 L/menit)
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)

Gambar 4.2 Hubungan antara waktu kontak dan laju alir air terhadap
effisiensi penyerapan kadar CO2

Berdasarkan Gambar 4.2 diperoleh hasil efisiensi penyerapan gas CO2


yang paling banyak terdapat pada run I di menit ke 10 dengan laju alir air 1 L/m,
laju alir gas CO2 1 L/m yaitu sebesar 46,66 %. Dari Gambar 4.1 dapat dilihat
bahwa semakin kecil laju alir maka persen penyerapan akan semakin tinggi
karena akan memperlama waktu kontak antara CO2 dan air sehingga CO2 dapat
terdifusi dengan baik kedalam air. Namun semakin besar laju alir atau debit aliran
masuk maka persen penyerapan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan gas CO 2
memilki lebih sedikit waktu untuk terdifusi kedalam air (Ahmad, 2012). Hal
inilah yang menyebabkan kadar efisiensi pada run II lebih kecil daripada run I,
pada run II laju alir air sebesar 2 L/menit sedangkan pada run I laju alir air sebesar
1 L/menit. Sehingga persen efisiensi terbesar terdapat pada run I.
Peningkatan ini juga terjadi dikarenakan kinerja alat absorpsi telah
mengalami distribusi yang sempurna, sehingga packing didalam absorpsi
mengalami kontak antara air dan CO2 yang membuat air menyerap CO2 dengan
menghasilkan efisiensi maksimum yang dicapai. Kemudian pada waktu 40 menit
terjadi penurunan efisiensi CO2, hasil efisiensi pada waktu 50 menit pada run I
adalah 24,70 % dan run II adalah 10,88 %. Penurunan ini dapat terjadi
dikarenakan alat absorpsi telah mengalami keadaan titik jenuh untuk efisiensi
penyerapannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semakin besar laju alir air maka kadar CO2 yang terserap semakin besar.
Kadar CO2 terbesar terdapat pada run II dengan laju alir air 2 L/menit yaitu
sebesar 94,16 ppm
2. Semakin kecil laju alir air maka persen efisiensi penyerapan akan semakin
tinggi. Efisiensi terbesar terdapat pada run I dengan laju alir air 1 L/menit
yaitu sebesar 46,66 %
3. Semakin besar volume titran maka semakin besar pula kadar CO2 yang
terserap. Volume titran terbesar terdapat pada waktu 50 menit di run I
sebesar 23,5 ml
4. Semakin lama waktu kontak maka semakin besar kadar CO2 yang terserap.
Kadar CO2 terbesar terdapat pada waktu 50 menit pada run I dan run II
sebesar 45,64 ppm dan 94,16 ppm
5.2 Saran
Praktikum absorpsi ini juga dapat dilakukan menggunakan pelarut seperti
pottasium karbonat, agar kita dapat mengamati dan membandingkan laju absorpsi
dengan pelarut yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

[PAPER] Parameter Kga - Enhancement Factor dalam Sistem Absorbsi Gas CO2
dengan Larutan NaOH.pdf. (n.d.).
Achir, Z. (2018). Pengaruh Suhu Terhadap Sifat Sifat Gas-Cairan pada Absorpsi
CO 2 Menggunakan a-MDEA Temperature Effect Study on Gas – Liquid
Properties of CO2 Absorption Process with a-MDEA. Jurnal Rekayasa
Kimia Dan Lingkungan, 13(1), 24–32.
Altway, A., Its, K., Arief, J., Hakim, R., & Telp, S. (2009). Pengaruh Model
Aliran Terhadap Recovery Co2 Pada Absorpsi Gas Co2 Oleh Larutan K2Co3
Didalam Packed Column Dengan Kondisi Non-Isothermal. Pengaruh Model
Aliran Terhadap Recovery Co2 Pada Absorpsi Gas Co2 Oleh Larutan
K2Co3 Didalam Packed Column Dengan Kondisi Non-Isothermal, 12(3),
154–160. https://doi.org/10.14710/reaktor.12.3.154
Kartohardjono, S., Anggara, Subihi, & Yuliusman. (2007). Absorbsi CO2 dari
Campurannya dengan CH4 atau N2 melalui Kontaktor Membran Serat
Berongga Menggunakan Pelarut Air. Makara, Teknologi, 11(2), 97–102.
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN

Menghitung Kadar Blanko


Diketahui: Vtitran = 2,1 ml
Ntitran = 0,04 N
BM CO2 = 44
Vtitran x Ntitran x BM CO 2 x 1000
Kadar blanko =
Vsampel
2,1 ml x 0,04 N X 44 x 1000
= 400 ml

= 9,24 ppm

Run I
1. Menghitung kadar CO2
a. Pada waktu 0 menit
Vtitran x Ntitran x BM CO 2 x 1000
Ppm =
Vsampel
2,1 ml x 0,04 N x 44 x 1000
=
40 0 ml
= 9,24

b. Pada waktu 10 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
8,7 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
40 0 ml
= 29,04

c. Pada waktu 20 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
9,6 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
400 ml
= 33

d. Pada waktu 30 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
10,9 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
40 0 ml
= 37,4

e. Pada waktu 40 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
11,2 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
40 0 ml
= 40,04

f. Pada waktu 50 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
12,7 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
400 ml
= 46,64

2. Efisiensi Penyerapan CO2


a. Pada waktu 0 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 a - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
9,24 – 9,24
9,24
= x 100%
0
=0

b. Pada waktu 10 menit


kadar blanko
=
kadar C O 2 b - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
2 9,04 – 9,24
9,24
= x 100%
19,18
= 46,66 %

c. Pada waktu 20 menit


kadar blanko
=
kadar C O 2 c - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
33 – 9,24
9,24
= x 100%
23,76
= 38,9 %
d. Pada waktu 30 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 d - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
37,4 – 9,24
9,24
= x 100%
28,16
= 32,81 %

e. Pada waktu 40 menit


kadar blanko
=
kadar C O 2 e - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
40,04 – 9,24
9,24
= x 100%
30,8
= 30 %

f. Pada waktu 50 menit


kadar blanko
=
kadar C O2 f - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
45,64 – 9,24
9,24
= x 100%
37,4
= 24,70 %

Run II
1. Menghitung kadar CO2
a. Pada waktu 0 menit
Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm =
ml sampel
2,1 ml x 0,04 N x 44 x 1000
=
40 0 ml
= 9,24

b. Pada waktu 10 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
10,3 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
40 0 ml
= 36,08

c. Pada waktu 20 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
15,3 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
400 ml
= 58,08

d. Pada waktu 30 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
21,5 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
40 0 ml
= 85,36

e. Pada waktu 40 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
22,8 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
40 0 ml
= 91,08

f. Pada waktu 50 menit


Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm = - kadar CO2 a
ml sampel
23,5 ml x 0,04 N x 44 x 1000
= – 9,24
400 ml
= 94,16

2. Efisiensi Penyerapan CO2


a. Pada waktu 0 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 a - kadar blanko
x 100%

0
= x 100%
9,24 - 0
0
= x 100%
9,24
=0

b. Pada waktu 10 menit


kadar blanko
=
kadar C O2 b - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
36,08 – 9,24
9,2 4
= x 100%
26,84
= 34,42 %
c. Pada waktu 20 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 c - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
58,08 – 9,24
9,2 4
= x 100%
48,84
= 18,91 %
d. Pada waktu 30 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 d - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
85,36 – 9,24
9,2 4
= x 100%
76,12
= 12,13 %
e. Pada waktu 40 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 e - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
91,08 – 9,24
9,2 4
= x 100%
81,84
= 11,29 %
f. Pada waktu 50 menit
kadar blanko
=
kadar C O2 f - kadar blanko
x 100%

9,24
= x 100%
94,16 – 9,24
9,2 4
= x 100%
84,92
= 10,88%
LAMPIRAN C

GAMBAR ALAT
NO Gambar Alat Fungsi
.
1. Packed Bed Absorber Tempat berlangsungnya
proses absorpsi
2. Buret untuk meneteskan
sejumlah reagen cair

3. Erlenmeyer Sebagai tempat untuk


menampung larutan yang
akan dititrasi

4. Pipet tetes Untuk memindahkan cairan


tetes demi tetes

5. Labu takar Untuk mengencerkan larutan


hingga mencapai volume
tertentu.
6. Stopwatch Untuk mengukur waktu

Anda mungkin juga menyukai