Disusun Oleh :
Kelompok II (A2)
PENDAHULUAN
2.1 Absorpsi
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan
perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya
berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam
proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antar fase, lapisan cairan atau
bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-
bahan yang direaksikan. Absorpsi terdiri dari 2 macam proses yaitu absorpsi fisik
dan absorpsi kimia.
1. Absorpsi Fisik
Absorpsi fisik adalah penyerapan yang terjadi karena adanya interaksi
fisik, komponen yang diserap pada absorpsi ini memiliki kelarutan yang lebih
tinggi (dibandingkan komponen gas lain) dengan pelarut, dimana gas terlarut
dalam larutan penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh reaksi ini
adalah absorpsi gas CO2 dengan air. Pada absorpsi fisik ini ada beberapa teori
untuk menyatakan model mekanismenya yaitu:
a. Teori Model Film
bulk gas liquid bulk
gas film CO film liquid
C1
b. Teori penetrasi
c. Teori permukaan yang diperbaharui
2. Absorbsi Kimia
Absorbsi kimia adalah absorpsi yang melibatkan reaksi kimia pada saat
absorbat dan absorben saling berinteraksi. Salah satu contoh absorpsi disertai
reaksi kimia yang diaplikasikan dalam industri adalah absorpsi CO2 kedalam
larutan pottasium karbonat (Ali dkk, 2008).
Absorber stipper
Gambar 2.2KonfigurasiAbsorber-Stipper
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Gas CO2
2. Indikator phenolphthalein (pp)
3. Larutan standar NaOH 0,0277 M
4. Larutan standar natrium bicarbonate 0,01 M
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan absorbsi adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Run I (Flowrate CO 2 1 L/menit dan Flowrate air 1
L/menit)
Waktu Laju alir air Laju alir Volume Kadar CO2 Kadar Co2
(Menit) (L/menit) CO2 titran (ml) (ppm) (%)
(L/mnt)
0 1 1 2,1 9,24 0
10 1 1 8,7 29,04 46,66
20 1 1 9,6 33 38,9
30 1 1 10,9 37,4 32,81
40 1 1 11,2 40,04 30
50 1 1 12,7 45,64 24,70
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Run II (Flowrate CO2 1 L/menit dan Flowrate air 2
L/menit)
Waktu Flow rate air Flow rate Volume Kadar CO2 Kadar Co2
(Menit) (L/menit) CO2 titran (ml) (ppm) (%)
(L/mnt)
0 2 1 2,1 9,24 0
10 2 1 10,3 36,08 34,42
20 2 1 15,3 58,08 18,91
30 2 1 21,5 85,36 12,13
40 2 1 22,8 91,08 11,29
50 2 1 23,5 94,16 10,88
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, yaitu absorpsi gas
karbondioksida (CO2) menggunakan kolom absorbsi jenis packing menggunakan
pelarut (solvent) air. Kadar CO2 terlarut sebelum digunakan sebagai
pelarut(solvent) adalah sebesar 0 ppm. Pada percobaan ini dilakukan 2 kali run
pada kolom packing dengan variasi waktu dan laju alir CO2 yang sama, variasi
waktunya yaitu 0, 10, 20, 30 40, dan 50 menit. Adapun untuk laju alir CO2 pada
run 1 dan run 2 adalah 1 L/menit. Sedangkan untuk laju alir air pada run 1 dan run
2 berbeda, pada run 1 laju alir air 1 L/menit, pada run 2 laju alir air 2 L/menit.
Percobaan ini dilakukan didalam kolom absorber secara kontinyu dengan isian
packing Rasching rings.
4.2.1 Hubungan antara Waktu kontak dan Laju Alir Air Terhadap Kadar
CO2 yang diserap
Adapun hubungan antara waktu kontak dan flowrate air terhadap kadar
CO2 yang dapat diserap dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
100
80
kadar co2 (ppm)
60
40 Run I (flowrate
CO2 L/menit)
20
0
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)
Gambar 4.1 Hubungan antara waktu kontak dan flowrate air terhadap Kadar
CO2 yang Terabsobsi
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa hasil kadar gas CO2 yang
paling banyak terserap terdapat pada run II, yaitu pada waktu 50 menit dengan
laju alir air 2 L/m, laju alir gas CO2 1 L/m dan volume titran 23,5 ml. Hal ini
dikarenakan laju alir pada run II lebih besar daripada laju alir di run I, sehingga
kadar CO2 lebih banyak terserap. Dari Gambar 4.1 juga dapat dilihat bahwa
semakin lama waktu penyerapan, maka kadar CO2 yang terserap akan semakin
tinggi, hal ini dikarenakan solvent akan lebih sering bersentuhan dengan solute
gas sehingga difusi gas kedalam solvent akan lebih baik menyebabkan kadar CO2
di dalam solvent semakin tinggi. Selain itu, volume titran juga dapat
mempengaruhi kadar CO2, semakin tinggi volume titran maka semakin tinggi
kadar CO2 yang terserap karena konsentrasi kadar CO2 lebih banyak.
4.2.2 Hubungan antara Waktu kontak dan Laju Alir Air terhadap
Effisiensi penyerapan Kadar CO2
50
45
40
35
kadar co2 (%)
30
25 Run I (flowrate CO2
L/menit)
20
Run II (flowrate CO2
15 L/menit)
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)
Gambar 4.2 Hubungan antara waktu kontak dan laju alir air terhadap
effisiensi penyerapan kadar CO2
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semakin besar laju alir air maka kadar CO2 yang terserap semakin besar.
Kadar CO2 terbesar terdapat pada run II dengan laju alir air 2 L/menit yaitu
sebesar 94,16 ppm
2. Semakin kecil laju alir air maka persen efisiensi penyerapan akan semakin
tinggi. Efisiensi terbesar terdapat pada run I dengan laju alir air 1 L/menit
yaitu sebesar 46,66 %
3. Semakin besar volume titran maka semakin besar pula kadar CO2 yang
terserap. Volume titran terbesar terdapat pada waktu 50 menit di run I
sebesar 23,5 ml
4. Semakin lama waktu kontak maka semakin besar kadar CO2 yang terserap.
Kadar CO2 terbesar terdapat pada waktu 50 menit pada run I dan run II
sebesar 45,64 ppm dan 94,16 ppm
5.2 Saran
Praktikum absorpsi ini juga dapat dilakukan menggunakan pelarut seperti
pottasium karbonat, agar kita dapat mengamati dan membandingkan laju absorpsi
dengan pelarut yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
[PAPER] Parameter Kga - Enhancement Factor dalam Sistem Absorbsi Gas CO2
dengan Larutan NaOH.pdf. (n.d.).
Achir, Z. (2018). Pengaruh Suhu Terhadap Sifat Sifat Gas-Cairan pada Absorpsi
CO 2 Menggunakan a-MDEA Temperature Effect Study on Gas – Liquid
Properties of CO2 Absorption Process with a-MDEA. Jurnal Rekayasa
Kimia Dan Lingkungan, 13(1), 24–32.
Altway, A., Its, K., Arief, J., Hakim, R., & Telp, S. (2009). Pengaruh Model
Aliran Terhadap Recovery Co2 Pada Absorpsi Gas Co2 Oleh Larutan K2Co3
Didalam Packed Column Dengan Kondisi Non-Isothermal. Pengaruh Model
Aliran Terhadap Recovery Co2 Pada Absorpsi Gas Co2 Oleh Larutan
K2Co3 Didalam Packed Column Dengan Kondisi Non-Isothermal, 12(3),
154–160. https://doi.org/10.14710/reaktor.12.3.154
Kartohardjono, S., Anggara, Subihi, & Yuliusman. (2007). Absorbsi CO2 dari
Campurannya dengan CH4 atau N2 melalui Kontaktor Membran Serat
Berongga Menggunakan Pelarut Air. Makara, Teknologi, 11(2), 97–102.
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN
= 9,24 ppm
Run I
1. Menghitung kadar CO2
a. Pada waktu 0 menit
Vtitran x Ntitran x BM CO 2 x 1000
Ppm =
Vsampel
2,1 ml x 0,04 N x 44 x 1000
=
40 0 ml
= 9,24
9,24
= x 100%
9,24 – 9,24
9,24
= x 100%
0
=0
9,24
= x 100%
2 9,04 – 9,24
9,24
= x 100%
19,18
= 46,66 %
9,24
= x 100%
33 – 9,24
9,24
= x 100%
23,76
= 38,9 %
d. Pada waktu 30 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 d - kadar blanko
x 100%
9,24
= x 100%
37,4 – 9,24
9,24
= x 100%
28,16
= 32,81 %
9,24
= x 100%
40,04 – 9,24
9,24
= x 100%
30,8
= 30 %
9,24
= x 100%
45,64 – 9,24
9,24
= x 100%
37,4
= 24,70 %
Run II
1. Menghitung kadar CO2
a. Pada waktu 0 menit
Vtitran x N titran x BM x 1000
Ppm =
ml sampel
2,1 ml x 0,04 N x 44 x 1000
=
40 0 ml
= 9,24
0
= x 100%
9,24 - 0
0
= x 100%
9,24
=0
9,24
= x 100%
36,08 – 9,24
9,2 4
= x 100%
26,84
= 34,42 %
c. Pada waktu 20 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 c - kadar blanko
x 100%
9,24
= x 100%
58,08 – 9,24
9,2 4
= x 100%
48,84
= 18,91 %
d. Pada waktu 30 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 d - kadar blanko
x 100%
9,24
= x 100%
85,36 – 9,24
9,2 4
= x 100%
76,12
= 12,13 %
e. Pada waktu 40 menit
kadar blanko
=
kadar C O 2 e - kadar blanko
x 100%
9,24
= x 100%
91,08 – 9,24
9,2 4
= x 100%
81,84
= 11,29 %
f. Pada waktu 50 menit
kadar blanko
=
kadar C O2 f - kadar blanko
x 100%
9,24
= x 100%
94,16 – 9,24
9,2 4
= x 100%
84,92
= 10,88%
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
NO Gambar Alat Fungsi
.
1. Packed Bed Absorber Tempat berlangsungnya
proses absorpsi
2. Buret untuk meneteskan
sejumlah reagen cair