Anda di halaman 1dari 37

ABSORPSI

Syahlum Alvina Ardista


Erwin Riski Indrastika
PEMODELAN REAKTOR ABSORPSI MENGGUNAKAN
ABSORBEN LIMBAH LAS KARBID UNTUK MENGOLAH
CO2

INFOMATEK VOLUME 20 NOMOR 1 JUNI 2018

Kania Dewi, Steffani


Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan – Institut Teknologi
Bandung
Penelitian ini memanfaatkan (Ca(OH)2),
yang terdapat dalam dalam limbah las
karbid untuk mengolah CO2 dalam suatu
reaktor semi batch. Reaksi ini akan
menghasilkan produk samping yakni
CaCO3 (kapur) yang merupakan padatan
senyawa mineral karbonat anorganik.
Asumsi yang digunakan dalam pemodelan ini adalah
reaktor bekerja pada kondisi steady state, kedua fasa
berada pada suhu 25°C, kecepatan pengadukan serta
bubbler diabaikan, dan orde reaksi merupakan pseudo
orde satu. Model divalidasi dengan menggunakan hasil
penelitian laboratorium absorpsi CO2 oleh limbah las
karbid dalam reaktor semi batch dengan konsentrasi
inlet sebesar 18%. Absorpsi CO2 oleh limbah las karbid
yang mengandung Ca(OH)2 terutama terjadi pada
liquid-bulk sehingga perpindahan massa akan terjadi
lebih besar di liquid-bulk dibanding dengan
perpindahan massa di gas-liquid film.
Reaktor Semi Batch
Gas CO2 di dalam container bag dengan konsentrasi sebesar 18%
dialirkan menggunakan pompa menuju reaktor dengan debit inlet gas
CO2 sebesar 7 liter/menit. Gas CO2 kemudian diabsorpsi oleh larutan
penyerap yang berasal dari limbah las karbid di dalam reaktor absorpsi
semi batch. Konsentrasi gas CO2 hasil absorpsi akan diukur oleh Auto
Emission Analyzer.
Penelitian dilakukan sebanyak dua kali dengan kondisi
sebagai berikut:
1. Massa limbah las karbid adalah 320 gram
2. Volume pelarut adalah 4 liter
3. Volume larutan limbah las karbid dalam reaktor adalah
3,8 liter
4. Suhu 25°C dan tekanan standar 1 atm
Pembahasan

● Persentase CO2 terukur setelah melewati semi batch reactor pada


waktu setelah 50 menit mulai mendekati nilai 18%. Hal ini berarti
bahwa laju absorpsi limbah las karbid terhadap CO2 mulai menurun
sehingga apabila dikaitkan dengan konsentrasi limbah las karbid, hal
ini menandakan larutan limbah las karbid sudah berada pada tahap
mendekati jenuh, sehingga penyerapan gas CO2 semakin menurun.
● Absorpsi yang diikuti dengan reaksi kimia dalam fase cair digunakan
untuk melarutkan gas dari campuran gas. Reaksi di dalam fase cair
mengakibatkan turunnya partial pressure, yang menyebabkan
meningkatnya driving force yang memicu perpindahan massa.
● Pengaruh konstanta laju reaksi terhadap waktu absorpsi, dimana
waktu absorpsi akan semakin singkat pada konstanta laju reaksi
yang lebih besar.
Nilai konstanta laju hasil penelitian (1) sebesar 0,0000410568
(1/s) serta nilai konstanta laju reaksi hasil penelitian (2) sebesar
0,0000337927 (1/s). Nilai konstanta laju reaksi pemodelan yang
terletak dalam rentang 0.001-0.01 jauh lebih besar dibandingkan
nilai konstanta hasil penelitian laboratorium. Hasil validasi
menunjukkan bahwa laju reaksi hasil penelitian laboratorium jauh
lebih lambat dibandingkan dengan hasil simulasi pemodelan.
Kesimpulan
● Model simulasi dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
memprediksi dinamika proses dan kekarbid yang mengandung
Ca(OH)2 melalui proses karbonasi mineral dalam reaktor semi batch
ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mengurangi emisi
CO2. Limbah karbid yang mengandung Ca(OH)2 melalui proses
karbonasi mineral dalam reaktor semi batch ini dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif untuk mengurangi emisi CO2.

● Absorpsi CO2 oleh limbah las karbid yang mengandung Ca(OH)2


terutama terjadi pada liquid-bulk sehingga perpindahan massa akan
terjadi lebih besar di liquid-bulk dibanding dengan perpindahan
massa di gas-liquid film.
KAJIAN PENGARUH LAJU ALIR NaOH
DAN WAKTU KONTAK TERHADAP
ABSORPSI GAS CO2 MENGGUNAKAN
ALAT ABSORBER TIPE SIEVE TRAY

Robiah Robiah, Untung Renaldi, Ani Melani*


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Palembang
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Seberang Ulu II, 13 Ulu,
Kec. Plaju,
Kota Palembang, Sumatera Selatan 30263.
*Corresponding author: animelani2034@gmail.com

Distilasi, Vol. 6 No. 2, September 2021, Hal. 27-35


Pada dasarnya absorpsi memiliki 2 jenis proses, yaitu absorpsi
kimia dan absorpsi fisika. Absorpsi kimia melibatkan reaksi
kimia antara pelarut cair dengan alir gas dan solut tetap di fase
cair. Absorpsi fisika merupakan proses absorpsi dimana gas
terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai dengan reaksi
kimia.
Faktor Yang Mempengaruhi Laju Absorpsi
1. Luas permukaan kontak
Semakin besar permukaan gas dan pelarut yang kontak, maka laju absorpsi yang terjadi juga
akan semakin besar. Hal ini dikarenakan, permukaan kontak yang semakin luas akan
meningkatkan peluang gas untuk berdifusi ke pelarut.
2. Laju alir fluida
Jika laju alir fluida semakin kecil, maka waktu kontak antara gas dengan pelarut akan semakin
lama. Dengan demikian, akan meningkatkan jumlah gas yang berdifusi.
3. Konsentrasi gas
Perbedaan konsentrasi merupakan salah satu driving force dari proses difusi yang terjadi antar
dua fluida.
4. Tekanan operasi
Peningkatan tekanan akan meningkatkan efisiensi pemisahan.
5. Temperatur komponen terlarut dan pelarut
Temperatur pelarut hanya sedikit berpengaruh terhadap laju absorosi
6. Kelembaban Gas
Kelembaban yang tinggi akan membatasi kapasitas gas untuk mengambil kalor laten, hal ini tidak
disenangi dalam proses absorpsi. Dengan demikian, proses dehumidification gas sebelum
masuk ke dalam kolom absorber sangat dianjurkan.
● Secara umum ada empat jenis kolom absorpsi, yaitu:
menara spray, menara gelembung, menara plate dan
menara packing. Jenis kolom absorpsi yang digunakan
pada penelitian ini adalah jenis menara plate atau tray.
Sedangkan jenis tray yang digunakan berupa sieve tray.
● Sieve tray atau perforated tray adalah tray yang terbuat
dari lapisan logam datar dengan sejumlah lobang.
Diameter lobang berkisar antara 18-12 inch, tetapi yang
sering digunakan adalah 36 inch.
● Hal ini di tentukan berdasarkan efesiensi penyerapan
yang terjadi antara gas dan fluida di dalam kolom,
semakin lama gas dan fluida di dalam kolom melakukan
kontak maka akan semakin banyak transfer massa yang
terjadi antara gas dan fluida, hal ini terjadi karena
kemungkinan gas berdifusi kedalam liquid semakin
besar.
Blok Diagram Alat Absorber
Pembahasan
Pada laju alir NaOH tetap, dengan memvariasi konsentrasi CO2
menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2
mengakibatkan peningkatan gas CO2 yang terserap, hal ini
adanya peningkatan perbedaan konsentrasi, transfer massa
akan meningkat juga. Data yang terbaik pada variasi laju alir
NaOH 1 L/menit dengan kecapatan laju alir udara:CO2 pada
10:11 (L/menit) dengan jumlah penyerapan CO2 sebesar 58,622
%.
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi gas CO2 maka
semakin besar CO2 yang terserap, dan
semakin besar laju alir NaOH maka
semakin sedikit CO2 yang terabsorpsi. Hal
ini terjadi karena semakin kecil laju alir
NaOH maka semakin besar peluang kontak
antara NaOH dan CO2 didalam kolom
absorber. Sedangkan semakin lama waktu
alir maka semakin besar CO2 yang
diabsorpsi.
ABSORPSI GAS CO2 BERPROMOTOR MSG DALAM LARUTAN
K2CO3

Erlinda Ningsih 1), Abas Sato 2), Mochammad Alfan Nafiuddin 3), Wisnu Setyo Putranto4)
Teknik Kimia, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim no. 100
Email : erlindaningsih84@gmail.com
Seminar Nasional Inovasi Dan AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN 2085-4218 ITN
Malang, 4 Pebruari 2017

17
Absorpsi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan proses
pelarutan. Terdapat beberapa macam absorben untuk absorpsi gas CO2, contohnya
potassium hidroksida (KOH), sodium hidroksida (NaOH), Pottasiumkarbonat (K2CO3),
dan lain-lain. Untuk membantu laju penyerapan gas CO2 dapat menggunakan promotor.
Promotor yang dapat digunakan dalam absorbsi gas CO2 diantaranya monoethanolamine,
diethanolamine, methyldiethanolamine, triethanolamine, dan lain sebagainya.

18
Penelitian ini diawali dengan menentukan laju alir liquida dengan laju absorbsi terbesar,
dimana laju alir liquida yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4 dan 5 liter/menit sedangkan laju
alir gas tetap yaitu 15 liter/menit dengan konsentrasi MSG 0%. Dari penentuan laju alir
liquida ini didapatkan laju absorbsi terbaik, yaitu 0,000832 mol/menit yang dihasilkan dari
laju alir liquida 5 liter/menit.

19
a. Pengaruh Laju Alir Liquida dan Gas Terhadap Laju Absorpsi Gas CO2

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa kenaikan laju alir liquida dapat
meningkatkan nilai laju absorbsi (q), contohnya pada laju alir liquida 1 liter/menit,
laju alir gas 15 liter/menit memiliki laju absorbs sebesar 0,00059 mol/menit
sedangkan pada laju alir liquida 5 liter/menit laju alir gas 15 liter/menit laju
absorbs sebesari 0,00069 mol/menit. Hal ini disebabkan karena jumlah K2CO3
semakin besar sehingga lebih banyak gas CO2 yang terabsopsi..
20
b. Pengaruh Konsentrasi MSG Terhadap Laju Absorpsi Gas CO2 Penelitian ini menggunakan
variabel konsentrasi MSG sebesar 1%, 3%, dan 5%. Pengaruh konsentrasi MSG terhadap laju
absorbsi gas CO2
Dari Gambar 2 dapat diketahui
bahwa peningkatan konsentrasi
MSG dapat meningkatkan laju
absorbsi (q), pada laju alir liquida
5 liter/menit, laju alir gas 15
liter/menit dan MSG 1 % laju
absorbsi sebesar 0,0007
mol/menit sedangkan pada MSG
5 % di laju gas yg sama laju
absorbsi sebesar 0,0009
mol/menit.

21
c. Pengaruh Laju Alir Liquida dan Gas Terhadap % CO2 Removal
Persen removal merupakan parameter yang menunjukkan kemampuan liquida untuk dapat
menyerap gas.
Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa
peningkatan laju alir liquida dapat
meningkatkan % CO2 removal yaitu pada
laju liquida 1 liter/menit dan laju gas 15
liter/menit sebesar 3,03 % dan pada laju
liquida 5 liter/menit dan laju gas 15
liter/menit sebesar 3,55%. Hal ini
disebabkan karena jumlah fasa liquida
yaitu K2CO3 yang berkontak dengan fasa
gas CO2 semakin besar sehingga lebih
banyak gas CO2 yang terabsopsi. Jumlah
fasa gas yang berpindah akan berhenti
jika sudah mencapai kesetimbangan dan
juga sifat kelarutan gas CO2..

22
d. Pengaruh Konsentrasi MSG Terhadap % CO2 Gambar 4 merupakan perbandingan pengaruh
Removal
laju alir gas terhadap %CO2 removal.
Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa
penambahan laju alir gas dapat menurunkan
% CO2 removal dimisalkan pada laju alir
liquida 5 liter/menit, laju alir gas 15 liter/menit
dan MSG 5% memiliki %CO2 removal sebesar
4,59% sedangkan pada laju alir liquida 5
liter/menit, laju alir gas 50 liter/menit dan
MSG 5% memiliki %CO2 removal sebesar
1,252%. Peningkatan laju alir gas
menyebabkan jumlah CO2 masuk ikut
meningkat sehingga berdampak pada
turunnya % CO2 removal. Fenomena ini
disebabkan karena perbandingan gas CO2
yang lebih banyak dibandingkan absorbennya.
23
Gambar 5 merupakan pengaruh konsentrasi
MSG terhadap % CO2 removal.
Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa
peningkatan konsentrasi MSG dapat
meningkatkan % CO2 removal seperti dalam
laju alir gas 15 liter/menit MSG 1% memiliki
%CO2 removal sebesar 3,55 % sedangkan
pada konsentrasi 5% memiliki %CO2 removal
sebesar 4,59 %. Penambahan MSG yang
berperan mempercepat reaksi (Katalis) antara
CO2 dan absorben (K2CO3) menyebabkan
proses transfer atau CO2 yang terserap lebih
banyak. Sehingga konsentrasi MSG semakin
besar dapat meningkatkan jumlah gas CO2
yang terserap.

24
e. Pengaruh konsentrasi MSG terhadap KGa
Dari Gambar 6 dapat diketahui
bahwa peningkatan konsentrasi MSG
dapat meningkatkan nilai KGa seperti
pada laju alir gas 15 liter/menit MSG
0% memiliki nilai KGa sebesar 8,53
sedangkan pada laju alir 15
liter/menit MSG 5% memiliki nilai
KGa sebesar 10,82. Hal ini
disebabkan proses absorpsi yang
berlangsung disertai reaksi kimia
sehingga proses transfer massa
berlangsung cepat.

25
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa laju absorpsi CO2 dipengaruhi oleh laju alir liquida
dan konsentrasi MSG. Sedangkan nilai %CO2 removal dipengaruhi oleh laju alir liquida,
laju alir gas dan konsentarsi MSG. Proses absorpsi CO2 ini disertai reaksi cepat dengan
adanya MSG sebagai katalis sehingga juga berlangsung proses transfer massa.
Fenomena ini mempengaruhi nilai KGa pada proses absorpsi CO2 dengan katalis MSG.

26
PENGARUH VARIASI LAJU ALIR GAS ALAM TERHADAP ABSORBSI
GAS CO2 DAN WAKTU PEMBAKARAN GAS ALAM
Agung Kurniawan ,Muhrinsyah Fatimura,Nurlela
Program Studi Teknik Kimia FakultasTeknik Universitas PGRI Palembang
Correspondence email: guung.kurniawan@gmail.com

Volume 7,Nomor1,Januari – Juni 2022

27
Proses absorpsi merupakan salah satu proses yang dapat menghilangkan kandungan
CO2 dalam gas alam. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mengontakkan gas alam
dengan absorben pada Menara absorber. Absorben sendiri adalah cairan yang dapat
melarutkan bahan yang akan diabsorpsi, baik secara fisik ataupun dengan reaksi kimia.
Dengan kata lain absorben memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan yang tidak
dikehendaki baik secara fisik maupun kimia sehingga kadar dari bahan yang tidak
diinginkan tersebut didalam suatu sampel dapat berkurang sampai jumlah tertentu
tergantung dari kemampuan suatu absorben untuk mengabsorpsi.

28
Menurut Hadi Salekun (2007), dalam pemilihan suatu absorben terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
● Stabil secara termis
● Sedapat mungkin tidak korosif (Menyebabkan pengkaratan)
● Memiliki daya melarutkan yang baik (Selektif)
● Memiliki viskositas yang relative rendah
● Harganya murah
Adapun beberapa jenis absorben lain selain KOH yang dapat digunakan dalam penyerapan gas
CO2 didalam gas alam, diantaranya :
● NaOH (Natrium Hidroksida)
● Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida)
● KHCO3 (Kalium Bikarbonat)
● K2CRO3 (Potasium Bikarbonat)

29
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh urutan kerja yang terstruktur, sistematis, dan logis serta
dapat dilakukan analisa yang mendalam pada setiap tahap pengujian yang berlangsung dan
mendapatkan data yang diperlukan.

30
Diagram Alir Penelitian

31
Pada pengujian penyerapan gas CO2 didalam gas alam menggunakan reagen kalium hidroksida
(KOH) dan kalsium hidroksida Ca(OH)2 dengan metode analisa secara gravimetri, yang mana berat
endapan yang terbentuk diidentifikasikan sebagai gas CO2 sisa yang tidak terserap sempurna dan
dilakukan analisa secara gravimetri (Fatimura Muhrinsyah, 2012). Dari pengujian yang telah
dilakukan maka didapatkan jumlah gas CO2 yang terserap pada tabel 2. berikut ini:

32
33
34
35
Setelah dilakukan absorbsi kadar gas CO2 didalam gas alam maka kadar gas CO2 akan semakin
rendah dan kadar gas methane (CH4) akan meningkat (Purba Elida, 2021), gas methane merupakan
komponen utama pada berlangsungnya proses pembakaran, dimana semakin tinggi kadar gas
methane dan semakin rendah kadar gas CO2 maka waktu pembakaran yang terjadi akan
berlangsung singkat. Konsentrasi gas CO2 didalam gas alam dapat menurunkan kualitas
pembakaran, semakin meningkatnya kadar gas CO2 dapat menurunkan luas daerah api berwarna
kuning (Sasongko Mega Nur, 2014), dimana menurut sifat nya keberadaan CO2 didalam gas alam
dapat menyebabkan pembakaran tidak sempurna serta menurunkan kualitas pembakaran dan dari
hasil pengujian yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh hasil yang sama dimana terdapat
selisih waktu antara gas alam sebelum dan setelah dilakukan absorbsi CO2.

36
KESIMPULAN

Semakin rendah laju alir gas alam maka penyerapan (absorbsi) gas CO2 akan semakin
baik. Laju alir gas alam sebesar 3 liter/menit menghasilkan penyerapan CO2 yang
paling baik yaitu 72,77%. Semakin rendah kadar gas CO2 yang terikat didalam gas alam
maka waktu pembakaran yang diperoleh akan semakin singkat. Selisih waktu
pembakaran pada laju alir 3 liter/menit sebesar 8,82%, pada laju alir 5 liter/menit
sebesar 12,27%, pada laju alir 7 liter/menit sebesar 18,79%.

37

Anda mungkin juga menyukai