Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM UNIT PROSES

Materi ABSORBSI GAS CO2 DENGAN NaOH

Disusun oleh: FRANSISCA SELVY

Group Rekan Kerja

: :

B-21 1. M. Fatih 2. Septia Tri Wulandari

LABORATORIUM PROSES TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM UNIT PROSES


Materi ABSORBSI GAS CO2 DENGAN NaOH

Disusun oleh: M. FATIH

Group Rekan Kerja

: :

B-9 1. Fransisca Selvy 2. Septia Tri Wulandari

LABORATORIUM PROSES TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM UNIT PROSES


Materi ABSORBSI GAS CO2 DENGAN NaOH

Disusun oleh: SEPTIA TRI WULANDARI

Group Rekan Kerja

: :

B-9 1. M. Fatih Askarillah 2. Fransisca Selvy

LABORATORIUM PROSES TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

INTISARI

Dalam industri, gas-gas pencemar seperti karbonmonoksida ataupun H2S harus diserap agar tidak teremisi ke udara luar. Gas karbondioksida meskipun kurang begitu berbahaya dapat menyebabkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global. Dalam pabrik amoniak, gas karbondioksida dapat meracuni katalis besi pada reaktor amoniak. Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Dalam percobaan ini digunakan larutan NaOH sebagai cairan penyerap untuk mengabsorbsi gas CO2 dan packing tower sebagai alat absorbsi dengan packing jenis rashig rings berdiameter 1 inch. Pada percobaan ini digunakan variable konsentrasi larutan NaOH yaitu 0,05 N; 0,1 N; 0,15 N; dan 0,2 N. Larutan NaOH dipompa dan diumpankan pada bagian atas menara pada konsentrasi yang telah ditetapkan dan laju alir 1 L/jam. Sementara itu gas CO2 dialirkan pada bagian bawah kolom. Gas dan cairan akan saling kontak, dan terjadi reaksi. Ambil 10 ml sampel tiap selang waktu 3 menit untuk dititrasi dengan metode acidi alkalimetri untuk menentukan kandungan karbonat dalam larutan sample.
Dari hasil percobaan diperoleh, semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar laju reaksi NaOH dengan CO2 membentuk produk yang berarti akan semakin banyak perpindahan massa CO2 ke larutan NaOH. Banyaknya CO2 yang terserap dalam larutan NaOH 0,2 N dari 0,08 mol/L menurun hingga 0,05 mol/L; NaOH 0,15 N dari 0,05 mol/L menurun hingga 0,042 mol/L kemudian meningkat lagi mencapai 0,05 mol/L; NaOH 0,1 N dari 0,035 mol/L menurun hingga 0,021 mol/L; NaOH 0,05 N dari 0,034 mol/L menurun hingga 0,022 mol/L. Semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar koefisien perpindahan massa CO2 ke NaOH. Pada percobaan kami pada variable konsentrasi NaOH 0,05 N memiliki koefisien perpindahan massa yang tak jauh berbeda dari variable NaOH 0,1 N. Pada variable NaOH 0,05 N, Kga = sedangkan pada variable NaOH 0,1 N, Kga = , hal ini disebabkan karena semakin rendah konsentrasi NaOH maka semakin rendah konsentrasi CO2 yang akan terserap sehingga perbedaan jumlah CO2 yang terserap antara larutan NaOH 0,1 N dengan 0,05 N tidak terlalu jauh. Semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar konstanta kecepatan reaksi antara NaOH dengan CO2. Besarnya konstanta kecepatan reaksi pada larutan NaOH 0,2 N adalah 0,0023L/(mol.menit); larutan 0,15 N adalah 0,00205L/(mol.menit); larutan 0,1 N adalah 0,0009 L/(mol.menit); larutan 0,05 N adalah 0,0006L/(mol.menit). Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi larutan NaOH maka semakin dekat jarak antar molekul NaOH yang terdapat dalam larutan sehingga mempercepat terjadinya tumbukan antara NaOH dengan CO2.

Kesimpulan dari percobaan kami yaitu semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar jumlah CO2 yang terserap. Semakin besar konsentrasi NaOH semakin besar koefisien perpindahan massa. Semakin besar konsentrasi NaOH semakin besar konstanta kecepatan reaksi antara NaOH dengan CO2. Saran untuk percobaan ini adalah pembuatan larutan NaOH lebih baik dilakukan dari konsentrasi paling tinggi, setelah sisa baru diencerkan untuk variable konsentrasi selanjutnya agar tidak boros reagen. Laju alir CO2 sebaiknya dijaga agar tidak terlalu besar sehingga pengeluaran CO2 dapat diminimalisir.

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Dalam industri, gas-gas pencemar seperti karbonmonoksida ataupun H2S harus diserap agar tidak teremisi ke udara luar. Gas karbondioksida meskipun kurang begitu berbahaya dapat menyebabkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global. Dalam pabrik amoniak, gas karbondioksida dapat meracuni katalis besi pada reaktor amoniak. Proses penyerapan gas kanbondioksida biasanya digunakan triethana lamine, diethanolamin, monomethanolamine, sodium karbonat, potassium karbonat, maupun larutan alkali hidoksida seperti kalium hidoksida atau natrium hidroksida. Dapat juga gas karbondioksida tersebut diserap dengan menggabungkan penyerap-penyerap yang ada untuk efisiensi penyerapan yang tinggi. Pemilihan penyerap biasanya didasari pada aktivitas penyerapannya, mudahnya penyerap diregenerasi dari faktor lain seperti toksilat dan katalifitas. Dalam percobaan ini digunakan larutan NaOH sebagai cairan penyerap untuk mengabsorbsi gas CO2. Pemilihan larutan NaOH ssebagai cairan penyerap disebabkan oleh waktu reaksinya yang relative cepat, harganya murah, dan dapat dengan mudah diregenerasi.. I.2 Tujuan Percobaan 1. Mempelajari pengaruh variabel konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap 2. Mempelajari pengaruh variabel konsentrasi NaOH terhadap massa NaOH yang terserap 3. Mempelajari pengaruh variabel konsentrasi NaOH terhadap kga I.3 Manfaat Percobaan 1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh variabel konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap 2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh variabel konsentrasi NaOH terhadap massa NaOH yang terserap 3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh variabel konsentrasi NaOH terhadap kga

BAB II LANDASAN TEORI

II.1.

Absorbsi Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Pada awal absorbsi sendiri ada 2 proses, yaitu : 1. Absorbsi fisik Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam larutan penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh reaksi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik. Dari absorbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya yaitu : a. Teori model film
bulk gas gas liquid bulk film CO film liquid

C1

X L

(Gambar 3.1 model teori film pada Absorpsi) b. Teori penetrasi c. Teori permukaan yang diperbaharui 2. Absorbsi Kimia Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya.Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia.

Absorber

stipper

feed gas

stripping gas

(Gambar 2.2 konfigurasi absorber-stipper)

Penggunaan absorbsi kimia dalam fase cair sering digunakan untuk mengeluarkan zat pelarut secara lebih sempurna dalam campuran gasnya. Suatu keuntungan dalam absorbsi kimia adalah meningkatkan harga koefisien perpindahan massa(kga). Sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif antar muka karena absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah hamper stagnan di samping perangkapan dinamik. Untuk memperluas permukaan kontak digunakan kolom berisi packing (packed coloum) dengan criteria pemilihan packing sebagai berikut : Memiliki luas permukaan terbasahi tiap unit volume yang besar Memiliki ruang kosong yang cukup besar sehingga kehilangan tekanan kecil Karakteristik pembasahan baik Densitas kecil agar berat kolom keseluruhan kecil Tahan korosi dan ekonomis Beberapa jenis packing yang sering digunakan antara lain raching ring, intolox sadle, poll ring. Di dalam merancang suatu menara absorbsi harga koefisien perpindahan massa merupakan besaran yang sangat penting. Penurunan korelasi harga Kga didasarkan pada absorbsi fisik. Dengan tersedianya harga Kga dapat ditentukan besaran-besaran lain, seperti : a. Kecepatan perpindahan massa Kecepatan perpindahan massa dapat dihitung setelah konsentrasi gas yang berkeseimbangan dengan fase cairnya diketahui. Dalam hal ini gas harus mendifusi ke aliran cairan tiap satuan waktu. b. Waktu operasi Jika harga Kga diketahui maka kecepatan perpindahan massanya juga dapat diketahui sehingga waktu operasi absorbsi dapat diketahui juga. c. Ukuran alat dan biaya Untuk mengetahui dimensi alat dan besarnya biayapembuatan alat tersebut dapat diturunkan dari persamaan berikut : (1) Rumus untuk menghitung Kga dapat didasarkan pada absorbsi fisik dengan menganggap bahwa kurva kesetimbangan larutan pada selang waktu tertentu dimana perpindahan massa berlangsung.

(Gambar 2.3 elemen belakang kontak)

Dari skema tersebut dapat didapatkan persamaan : dGy=Kga . P (y-y)dz (2) Kecepatan perpindahan massa dapat ditentukan persamaan yang diturunkan oleh Max Well dan Stefan. (3) Persamaan tersebut merupakan persamaan untuk difusi gas dalam keadaan tetap dari komponen A melalui B yang tidak bergerak dan gas berdifusi dari tubuh gas ke permukaan batas gas cair. Dari persamaan tersebut dapat digunakan untuk mencari korelasi Kga yaitu : (4) Apabila volume cair diabaikan, maka : Neraca massa A pada fase cair di sepanjang elemen volume kolom AGZ, menghasikan persamaan: {
[ ]

(5)

Neraca massa A pada fase gas pada elemen volume yang sama menghasilkan persamaan :

[ ]
Pada absorbsi CO2 dengan larutan NaOH terjadi reaksi :

(6)

II.2.

Alat-alat absorbsi 1. Packing Tower

Salah satu contoh packing tower adalah Packed Bed Absorber. Packed Bed Absorber berupa tube atau pipa yang diisi dengan beberapa packing. Cairan masuk dari bagian atas, sedangkan gas masuk dari bagian bawah.

(Gambar 2.4 Packed Bed Absorber)

Di dalam packed bed absorber terdapat Packing yang memberikan kontak yang bagus antar kedua fasa sehingga luas permukaan menjadi maksimum. Ada 3 jenis packing : 1. Raschig ring: potongan pipa L D 0,5-1 in 2. Berl saddle 3. Pall ring Macam-macam packing :

BAB III PELAKSANAAN PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan a. Bahan yang Digunakan NaOH Gas CO2 Udara Aquadest b. Bahan untuk analisis Indikator PP Indikator MO HCl 0,1 N c. Alat yang Digunakan Rangkaian menara unggun tetap dengan Din= 1,5 cm dan Dout= 3 cm yang berisi Raschig Rings berdiameter 1 inch. Rangkaian alat titrasi III.2 Gambar Alat Utama

10

9 5
1 2 6

11

Keterangan : 1. Tangki NaOH 2. Pompa celup 3. Tangki pengumpan 4. Kolom absorpsi 5. Manometer 6. Tabung pencampur III.3 Variabel Percobaan a. Variabel tetap Laju alir =1 L/jam b. Variabel berubah Konsentrasi NaOH ; 0,2N; 0,15N; 0,1N; 0,05N

7. Tabung CO2 murni 8. Outer 9. Pipa recycle 10. Pipa NaOH masuk kolom 11. Kompresor

III.4 Respon Uji Hasil Konsentrasi karbonat (CO32-) dalam larutan sample. III.5 Cara Kerja 1. Buat larutan induk NaOH dengan konsentrasi 0,1 N sebanyak 10 L Timbang 80 gr NaOH Dilarutkan dalam aquadest sebanyak 10 L Larutan NaOH ditampung dalam tangki untuk dioperasikan 2. Operasi Absorpsi NaOH 0,2 N dipompa dan diumpankan pada bagian atas menara pada laju alir tertentu Alirkan gas CO2 pada bagian bawah menara. Ukur Z murni, Z campuran dan h Biarkan gas CO2 dan NaOH kontak sampai aliran keluarkolom steady Ambil 10 ml sampel tiap 2 menit hingga 2 kali konstan dan analisa Ulangi operasi untuk variabel konsentrasi NaOH berubah dan laju alir tetap 3. Analisa sampel Diambil 10 ml sampel Tambahkan PP sampai merah jambu, titrasi dengan HCl 0,1 N sampai merah hampir hilang (kebutuhan titran a ml) Lalu tambahkan 2-3 tetes indicator MO, titrasi lagi sampai orange berubah warna merah (kebutuhan titran=b ml)

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Percobaan dan Pembahasan 1. Hubungan CO2 terserap vs waktu (menit)
0.1000 CO2 terserap (mol) 0.0800 0.0600 0.0400 0.0200 0.0000 0 5 10 waktu (menit) 15 NaOH 0,2 N NaOH 0,15 N NaOH 0,1 N NaOH 0,05 N

Gambar 4.2.1 Grafik hubungan CO2 terserap vs waktu (menit) Sesuai dengan persamaan : Semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar laju reaksi NaOH dengan CO 2 membentuk produk yang berarti akan semakin banyak perpindahan massa CO2 ke larutan NaOH. Banyaknya CO2 yang terserap dalam larutan NaOH 0,2 N dari 0,08 mol/L menurun hingga 0,05 mol/L; NaOH 0,15 N dari 0,05 mol/L menurun hingga 0,042 mol/L kemudian meningkat lagi mencapai 0,05 mol/L; NaOH 0,1 N dari 0,035 mol/L menurun hingga 0,021 mol/L; NaOH 0,05 N dari 0,034 mol/L menurun hingga 0,022 mol/L. Pada konsentrasi NaOH 0,1 N dan 0,05 N tidak terjadi perbedaan penyerapan gas CO2 yang significant, karena semakin rendah konsentrasi NaOH maka laju reaksi NaOH dengan CO2 membentuk produk akan semakin kecil sehingga semakin kecil perpindahan massa CO2 ke larutan NaOH yang menyebabkan perbedaan penyerapan konsentrasi CO2 antara larutan NaOH 0,1 N dengan 0,05 N tidak jauh berbeda. 2. Hubungan Kga vs Konsentrasi NaOH
1200 1000 800 Kga 600 400 200 0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 KOnsentrasi NaOH (N)

Gambar 4.2.2. Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH vs Kga

Besarnya harga koefisien perpindahan massa CO2 ke larutan NaOH dipengaruhi oleh tekanan, suhu, ukuran pack tower, kecepatan alir gas dan larutan, dan komposisi dari reaktan. Sesuai persamaan :

N Z A

= CO2 terserap rata-rata = tinggi unggun = luasan kolom = 7,069 x 10-4 m2 = tekanan = 2,077 Pa F = fraksi volume celah packing dalam kolom = 0,61 Semakin besar konsentrasi reaktan NaOH maka semakin besar perpindahan massa CO2 ke larutan NaOH. Sesuai dengan persamaan: Oleh karena itu semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar koefisien perpindahan massa CO2 ke NaOH. Pada percobaan kami pada variable konsentrasi NaOH 0,05 N memiliki koefisien perpindahan massa yang tak jauh berbeda dari variable NaOH 0,1 N. Pada variable NaOH 0,05 N, Kga = sedangkan pada variable NaOH 0,1 N, Kga = .Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi NaOH yang sangat rendah, jumlah CO2 yang terserap oleh larutan NaOH sangat kecil sehingga jumlah CO2 yang terserap antara NaOH 0,1 N dan NaOH 0,05 N perbedaannya tidak terlalu jauh. 3. Hubungan Konstanta kecepatan reaksi vs Konsentrasi NaOH
0.006 0.005 0.004 0.003 0.002 0.001 0 0 0.05 0.1 0.15 0.2 Konsentrasi NaOH (N) 0.25 k R = 0.927

Gambar 4.2.3. Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Konstanta kecepatan reaksi Sesuai hasil percobaan kami, semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar konstanta kecepatan reaksi antara NaOH dengan CO2. Besarnya konstanta kecepatan reaksi pada larutan NaOH 0,2 N adalah 0,0023L/(mol.menit); larutan 0,15 N adalah 0,00205L/(mol.menit); larutan 0,1 N adalah 0,0009 L/(mol.menit); larutan 0,05 N adalah 0,0006L/(mol.menit). Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi larutan NaOH maka semakin dekat jarak antar molekul NaOH yang terdapat dalam larutan sehingga mempercepat terjadinya tumbukan antara NaOH dengan CO2. Tumbukan antara NaOH dengan CO2 menyebabkan terjadinya reaksi dan kemudian terbentuk produk. Kurva hubungan konsentrasi NaOH dengan konstanta kecepatan reaksi memiliki trendline linear yang berarti semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar konstanta kecepatan reaksi sehingga semakin besar konsentrasi NaOH maka jumlah CO 2 yang terserap akan semakin banyak.

BAB IV PENUTUP

IV.1. Kesimpulan 1. Semakin besar konsentrasi NaOH semakin besar CO2 yang terserap 2. Semakin besar konsentrasi NaOH semakin besar koefisien perpindahan massa 3. Semakin besar konsentrasi NaOH semakin besar konstanta kecepatan reaksi antara NaOH dengan CO2 IV.2. Saran 1. Pembuatan larutan NaOH lebih baik dilakukan dari konsentrasi paling tinggi, setelah sisa baru diencerkan untuk konsentrasi selanjutnya agar tidak boros reagen 2. Laju alir CO2 sebaiknya dijaga agar tidak terlalu besar sehingga pengeluaran CO2 dapat diminimalisir.

LEMBAR PERHITUNGAN
A. Pembuatan Reagen 1. Larutan HCl 0,1 N, kadar 25%, 250 ml

2. Larutan NaOH 0,2 N, V=10000 ml

3. Larutan NaOH 0,15 N, V=10000 ml

4. Larutan NaOH 0,1 N, V=10000 ml

5. Larutan NaOH 0,05 N, V=10000 ml

B. Perhitungan laju alir CO2

( ( )

) ( )

C. Perhitungan laju alir udara

( )

( )

D. Penentuan kadar CO2 mula-mula Q1 udara C1 Q2 CO2 C2 Q3=Q1 + Q2

Q1 = 0,623 L/s Q2 = 0,74677 L/s Neraca total = Q3 = Q1 + Q2 Q3 = 0,623 + 0,74677 = 1,36977 L/s Neraca komponen CO2 = C3 . Q3 = C1 . Q1 + C2 . Q2 Karena C1 = 0, maka

P = tekanan CO2 pada tabung E. Perhitungan hasil percobaan

1. Konsentrasi NaOH 0,2 N t (menit) a (ml) b (ml) Na2CO3 NaHCO3 C CO2 N 0 2 6 0,0400 0,0400 0,0800 0 2 1,6 4,8 0,0320 0,0320 0,0640 0,095587 4 1,3 4,4 0,0260 0,0310 0,0570 0,085132 6 1,1 4,3 0,0220 0,0320 0,0540 0,080651 8 1 4,2 0,0200 0,0320 0,0520 0,077664 10 0,9 4,2 0,0180 0,0330 0,0510 0,076171 Rata-rata 1,316666667 4,65 0,026333 0,033333 0,059667 0,069201 2. Konsentrasi NaOH 0,15 N t (menit) a (ml) b (ml) Na2CO3 NaHCO3 C CO2 N 0 2 3 0,0400 0,0100 0,0500 0 2 1,7 2,8 0,0340 0,0110 0,0450 0,067209 4 1,6 2,6 0,0320 0,0100 0,0420 0,062729 6 1,7 2,7 0,0340 0,0100 0,0440 0,065716 8 2 2,7 0,0400 0,0070 0,0470 0,070196 10 2 2,9 0,0400 0,0090 0,0490 0,073183 12 1,9 2,8 0,0380 0,0090 0,0470 0,070196 Rata-rata 1,842857143 2,785714 0,036857 0,009429 0,046286 0,058461 3. Konsentrasi NaOH 0,1 N t (menit) a (ml) b (ml) Na2CO3 NaHCO3 C CO2 N 0 1,5 2 0,0300 0,0050 0,0350 0 2 1,1 1,5 0,0220 0,0040 0,0260 0,038832 4 1,2 1,7 0,0240 0,0050 0,0290 0,043313 6 1 1,4 0,0200 0,0040 0,0240 0,035845 8 0,9 1,2 0,0180 0,0030 0,0210 0,031364 10 0,9 1,2 0,0180 0,0030 0,0210 0,031364 Rata-rata 1,1 1,5 0,022 0,004 0,026 0,03012 4. Konsentrasi NaOH 0,05 N t (menit) a (ml) b (ml) Na2CO3 NaHCO3 C CO2 N 0 1,4 2 0,0280 0,0060 0,0340 0 2 1,2 1,8 0,0240 0,0060 0,0300 0,044806 4 1,3 1,9 0,0260 0,0060 0,0320 0,047793 6 1,2 1,6 0,0240 0,0040 0,0280 0,041819 8 1,1 1,4 0,0220 0,0030 0,0250 0,037339 10 1 1,3 0,0200 0,0030 0,0230 0,034351 12 1 1,2 0,0200 0,0020 0,0220 0,032858 Rata-rata 1,171428571 1,6 0,023429 0,004286 0,027714 0,034138 F. Perhitungan konstanta kecepatan reaksi

1. Konsentrasi NaOH 0,2 N t (menit) N (y) 0 0 2 0,095587 4 0,085132 6 0,080651 8 0,077664 10 0,076171 Rata-rata 0,069201 y = 0,0046x + 0,0462 Karena data dihitung tiap 2 menit, maka: k = 0,0023 2. Konsentrasi NaOH 0,15 N t (menit) N (y) 0 0 2 0,067209 4 0,062729 6 0,065716 8 0,070196 10 0,073183 12 0,070196 Rata-rata 0,058461 y = 0,0041x + 0,0338 Karena data dihitung tiap 2 menit, maka: k = 0,00205 3. Konsentrasi NaOH 0,1 N t (menit) N 0 0 2 0,038832

4 6 8 10 Rata-rata

0,043313 0,035845 0,031364 0,031364 0,03012

y = 0,0018x + 0,0211 Karena data dihitung tiap 2 menit, maka: k = 0,0009 4. Konsentrasi NaOH 0,05 N t (menit) N 0 0 2 0,044806 4 0,047793 6 0,041819 8 0,037339 10 0,034351 12 0,032858 Rata-rata 0,034138 y = 0,0012x + 0,0269 Karena data dihitung tiap 2 menit, maka: k = 0,0006 G. Perhitungan Kga

Kga N F A

= koefisien perpindahan massa = jumlah CO2 terserap rata-rata = Faktor absorbsi = beda tekanan = luas bidang kontak

1. Pada NaOH 0,2 N

2. Pada NaOH 0,15 N

3. Pada NaOH 0,1 N

4. Pada NaOH 0,05 N

DAFTAR PUSTAKA

Brown, GG.1950, Unit Oparation, John Willey & Sons Inc, New York. Ludwig, Ernest.E.1979, Applied Process Design for Chemical and Petrochemical Plants, vol II, 2nd edition, Gulf Publishing Company, Houston Texas. Jerry, Meldon,1999. Simplity Calculations Chemical Reactions, Hydrocarbon Processing, p 87-91 Perry, RH.1984. Chemical Engineering Handbook. 6thedition, Mc Graw Hill Book co, Singapore Treyball, RG.1981. Mass Transfer Operation,3rdedition, Mc Graw Hill Book Co. Ltd Octave,L.1972. Chemical Reaction Engineering John Willey & Sons Inc, New York. Stole, J.L.,F.J.Benitez, J.B.Heredia, and C.Rodriguez.1990. Absorbtion of Carbon Dioxide into Aqueous Solution of Triethanolamine AICHE Journal 39, pp1263-1266.

NO

DIPERIKSA TANGGAL

Anda mungkin juga menyukai