Anda di halaman 1dari 5

1

JURNAL PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

PENGARUH LAJU ALIR NaOH TERHADAP JUMLAH CO2


TERSERAP,TETAPAN PERPINDAHAN MASSA CO2 FASE GAS
(KGa) DAN CAIR (KLa), DAN TETAPAN REAKSI (k2) PADA
PROSES ABSORPSI GAS CO2

*)
Samuel Petrick Pradana, Silmi Kaffah , Tri Ningrum
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto,
Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058.

Abstrak

Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas yang
dapat larut menuju penyerap berupa cairan dan bereaksi di fase cair. Pada praktikum ini dilakukan proses
Absorpsi gas CO2 dengan cairan NaOH guna untuk mengetahui pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah
CO2 terserap, nilai KGa, , KLa , dan k2. Bahan yang digunakan adalah Kristal NaOH 0,785 N; 10 L, gas
karbondioksida bertekanan 6,5 bar, aquadest, larutan HCl 0,7 N; 500 mL, indikator PP, indikator MO.
Percobaan dilakukan dengan metode absorpsi secara kimia menggunakan packed column absorber.
Percobaan dimulai dengan membuat larutan induk NaOH, lalu menentukan fraksi ruang kosong kolom
absorpsi, kemudian melakukan operasi absorpsi dan dilanjutkan dengan analisis sampel dengan metode
titrasi. Kesimpulan yang diperoleh adalah semakin besar laju alir NaOH maka jumlah CO 2 yang terserap
semakin kecil, nilai KGa dan KLa semakin besar, dan Nilai tetapan k2 semakin kecil.
Kata kunci: Absorbsi, laju alir, perpindahan massa, konstanta kecepatan reaksi

Abstract

Gas-liquid absorption is a heterogeneous process that involves the displacement of a gas component
which can dissolve into a liquid absorbent and react in the liquid phase. In this lab, CO2 gas absorption process
is done with NaOH liquid in order to determine the effect of NaOH flow rate on the amount of CO2 absorbed,
KGa, KLa, and k2 values. The material used is NaOH Crystal 0.785 N; 10 L, pressurized carbon dioxide gas 6.5
bar, aquadest, HCl solution 0.7 N; 500 mL, PP indicator, MO indicator. The experiment was carried out by
chemical absorption method using the packed column absorber. The experiment was started by making a main
solution of NaOH, then determining the fraction of the empty space of the absorption column, then performing
the absorption operation and continued with sample analysis using the titration method. The conclusion is the
greater the NaOH flow rate, the smaller the amount of CO2 absorbed, the greater the value of KGa and KLa, and
the smaller the value of k2.
Keywords: Absorption, flow rate, mass transfer, reaction rate constant

PENDAHULUAN
Absorpsi gas-cair merupakan proses tergantung pada konsentrasi dan reaktivitas bahan-
heterogen yang melibatkan perpindahan komponen bahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi
gas yang dapat larut menuju penyerap yang berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut,
biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap biasanya proses absorpsi dijalankan dalam reaktor
(Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi tangki berpengaduk bersparger, kolom gelembung
dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, (bubble column) atau kolom yang berisi tumpukan
lapisan cairan atau bahkan badan utama cairan, partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi

*)Penulis Korespondensi
E-mail : simikafah@gmail.com
No. HP : 085327471047
2

gas-cair dapat diterapkan pada pemurnian gas


sintesis yang masih bermanfaat dalam gas buang
atau bahkan pada industri yang melibatkan
pelarutan gas dalam cairan. seperti H2SO4, HCl,
HNO3, formadehid dll (Coulson, 1996).
Pada percobaan ini dipelajari bagaimana
pengaruh pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah
CO2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi,
pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan
perpindahan massa CO2 fase gas (KGa), pengaruh
laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase cair (KLa), dan nilai tetapan reaksi
antara CO2 dengan NaOH (k2). Gambar 2. Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam
Contoh peristiwa absorpsi kimia adalah larutan NaOH
absorpsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH,
K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi Laju perpindahan massa CO2 melalui
kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas lapisan gas:
CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada Ra = kga (Pg − Pai) (1)
gambar 1. Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan
dalam fase larutan :
A∗ = H. Pai (2)
dengan H pada suhu 30oC=2.88x10-5 g
mole/cm3.atm.
Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke
badan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2
terlarut dengan gugus hidroksil:
[ ∗] √ [ ] (3)
Eliminasi A* dari persamaan 1. 2 dan 3
menghasilkan :
√ [ ]
√ [ ]

√ [ ]
Jika nilai kL sangat besar, maka: ,
Gambar 1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2
dengan pelarut MEA di pabrik amonia sehingga persamaan diatas menjadi :
√ [ ]
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam
√ [ ]
tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan
sparger, kolom gelembung (bubble column), atau
Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi
dengan kolom yang berisi packing yang inert
persamaan:
(packed column) atau piringan (tray column).
Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya
didasarkan pada reaktivitas reaktan (gas dan
cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi. Jika tekanan operasi cukup rendah. maka
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 ke plm dapat didekati dengan .
dalam larutan NaOH yang disertai reaksi kimia Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empirik
berlangsung melalui empat tahap, yaitu dengan persamaan (Zheng dan and Xu, 1992):
perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas menuju
lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara ( ) ( )
CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh
perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan lebih besar dibandingkan dengan laju difusi CO2
utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut paa batas film cairan denan badan cairan adalah
dengan gugus hidroksil (OH-). Skema proses nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2 yang
tersebut dapat dilihat pada gambar 2. sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan
demikian tebal film (x) dapat ditentukan dengan
persamaan:

( )
3

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Alat dan Bahan Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Jumlah
Alat yang digunakan yaitu kolom CO2 yang Terserap pada Berbagai Waktu
absorpsi, manometer, bak penampung, kompresor,
pompa, pipet tetes, erlenmeyer, buret, statif, dan
klem. Bahan yang digunakan kristal NaOH 0,758
N; 10 L, gas CO2 yang disimpan dalam tabung
bertekanan, aquadest, HCl 0,7 N; 500 mL,
indikator PP dan MO.

Metode Penelitian
Pada percobaan ini variabel tetap adalah
tekanan CO2 6,5 bar, suhu 30°C, konsentrasi HCl
0,7 N dan konsentrasi NaOH 0,785 N. Sedangkan
variable berubahnya adalah laju alir NaOH masing-
masing 3,5 ml/s; 4,5 ml/s dan 5,5 ml/s. Gambar 3. Pengaruh laju alir NaOH terhadap
Langkah pertama yaitu dengan membuat jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu
larutan induk NaOH dengan cara menimbang
NaOH seberat 320,4 gram dan dilarutkan dalam Pada grafik mol CO2 yang terserap untuk
aquadest 10 L, kemudian larutan NaOH ditampung masing-masing laju NaOH (3,5; 4,5; 5,5) ml/s
dalam tangki untuk dipanaskan. Langkah kedua mempunyai grafik yang fluktuatif namun jika
yaitu menentukan fraksi ruang kosong pada kolom diteliti secara menyeluruh lebih lanjut ketiga grafik
absorbsi dengan cara yang pertama tutup kran yang tersebut sedikit mengalami penurunan. Ketiga
berada dibawah kolom absorbsi. Setelah itu, alirkan kurva memiliki kecenderungan yang sama, yaitu
larutan NaOH dari bak penampung 2 kedalam semakin lama waktu reaksi maka semakin sedikit
kolom absorbs. Selanjutnya menghentikan aliran CO2 yang terserap. Hal ini dikarenakan pada
jika tinggi cairan dalan kolom tepat setinggi operasi absorbsi dengan laju alir besar, waktu
tumpukan packing. Mengeluarkan aliran yang kontak antara NaOH dengan CO2 untuk jumlah
berada didalam kolom dengan membuka kran molekul yang sama akan semakin kecil. Waktu
dibawah kolom, cairan tersebut ditampung didalam kontak yang singkat ini menyebabkan transfer
erlenmeyer atau gelas ukur, kemudian kran ditutup massa yang terjadi lebih sedikit dan jumlah CO2
jika cairan dalam kolom tepat berada pada packing yang terserap juga lebih sedikit (Maarif, 2009).
bagian paling bawah. Mencatat kebutuhan volume Sehingga dapat disimpulkan bahwa
cairan sebagai volume ruang kosong dalam semakin cepat laju NaOH maka waktu kontak
absorbsi atau Vvoid. Menentukan volume total larutan NaOH dengan gas CO2 semakin lambat
kolom absorbsi, yaitu dengan mengukur diameter akibatnya proses absorbsi gas CO2 pun semakin
kolom (D) dan tinggi tumpukan packing (H). sedikit pula.
Kemudian menghitung fraksi ruang kosong kolom
absorbsi. Langkah yang ketiga yaitu operasi Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai
absorpsi yang dilakukan dengan memompa larutan Tetapan Perpindahan Massa CO2 Fase Gas
NaOH sesuai variabel kedalam kolom melalui (kGa)
bagian atas kolom dengan laju alir tertentu hingga
keadaan mantap tercapai. Selanjutnya mengalirkan
gas CO2 melalui bagian bawah kolom dan ukur
beda ketinggian cairan dalam manometer.
Kemudian mengambil 10 mL sampel cairan dari
dasar kolom absorpsi setiap 1 menit selama 10
menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau
kandungan NaOH bebasnya. Dan langkah yang ke
empat yaitu menganalisis sampel yang dilakukan
dengan mengambil 10 mL sampel cairan yang
ditempatkan dalam erlenmeyer. Selanjutnya
menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel
dititrasi dengan larutan HCl sesuai variabel sampai Gambar 4. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai
warna merah hampir hilang (kebutuhan titran=a tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (KGa)
mL). Kemudian menambahkan 2-3 tetes indikator
metil jingga (MO) dan dititrasi dilanjutkan lagi Pada gambar diatas terlihat bahwa grafik
sampai warna jingga berubah menjadi merah pada laju alir 5,5 ml/s turun karena semakin tebal
(kebutuhan titran = b mL). film yang harus dilewati oleh molekul gas CO2
untuk bergerak menuju badan utama cairan,
4

koefisien transfer massa gas menjadi semakin kecil. menyebabkan tumbukan antar partikel yang
Hal ini terjadi karena tahanan perpindahan massa semakin besar pula, akibatnya CO2 yang terlarut
yang ada semakin besar dan menghambat laju dalam cairan semakin banyak dan koefisien
perpindahan massa gas kearah badan utama cairan perpindahan massa antar fase cair (KLa) juga
(Hadiyanto, 2017). Sedangkan untuk laju alir 3,5 meningkat.
ml/s dan 4,5 ml/s, nilai KGa akan semakin besar
(grafik naik) seiring meningkatnya laju alir. Hal ini Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai
disebabkan karena kenaikan laju alir NaOH akan Tetapan k2
meningkatkan koefisien perpindahan massa antar
fase gas-cair. Hal ini dapat terjadi karena semakin
besar laju alir cairan semakin baik. Dengan
demikian, jumlah gas yang dapat berpindah dari
fase gas menuju fase cairan semakin banyak
((Kumoro dan Hadiyanto, 2000).

Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai


Tetapan Perpindahan Massa CO2 Fase Cair
(kLa)

Gambar 6. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai


tetapan k2

Dari grafik diatas terlihat bahwa


konstanta kecepatan reaksi berbanding terbalik
dengan kenaikan laju alir. Hal ini dikarenakan
semakin besar laju alir semakin cepat fluida
mengalir dan waktu kontak akan sangat cepat
sehingga kecepatan reaksi semakin lambat
karena kontak yang dilakukan tidak optimal
Gambar 5. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai (Riapanitra dkk, 2009). Hal ini juga dipengaruhi
tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (KLa) oleh pola aliran yang dihasilkan, semakin cepat
fluida cair masuk ke dalam kolom packing maka
Pada gambar 5, nilai kLa untuk variabel pola aliran plug flow pun terjadi sehingga tidak
dengan laju alir 3,5 ml/s adalah 1,32 x 10-5 m3/s, semua NaOH terkena kontak dengan CO2. Maka
pada laju alir 4,5 ml/s adalah 1,42 x 10 -5 m3/s, dan dari itu besar konstanta kecepatan reaksi semakin
pada laju alir 5,5 ml/s adalah 1,5 x 10-5 m3/s. Pada turun seiring berjalannya waktu (Kusnarjo dkk,
Gambar 4.3 dengan suhu tetap, kenaikan laju alir 2009).
NaOH meningkatkan koefisien perpindahan massa Dapat disimpulkan data praktikum k2
antar fase cair. mengalami kenaikan disebabkan bertambahnya
Berdasarkan persamaan Zheng dan Xu laju alir NaOH maka akan menyebabkan
(1992) : terjadinya aliran turbulen yang menyebabkan
molekul fluida bergerak kesegala arah dan
menimbulkan tumbukan antar partikel yang
semakin membesar. Jadi, semakin besar laju alir
( ) ( )
NaOH akan membuat nilai k2 semakin besar pula
Menunjukkan bahwa KLa berbandung (Kusnarjo, dkk. 2009).
lurus dengan Q0,2 NaOH (laju alir), sehingga dapat
disimpulkan bahwa apabila laju alir semakin besar KESIMPULAN
maka harga kLa juga akan semakin besar. Menurut Laju alir yang baik digunakan untuk
Putri, dkk. (2016) dengan adanya peningkatan laju absorpsi CO2 dengan NaOH adalah sebesar 4,5
alir cairan aliran yang terjadi di dalam kolom ml/s. Semakin besar laju alir NaOH, nilai KGa akan
menjadi turbulen. Laju alir cairan mempengaruhi semakin meningkat dikarenakan turbulensi yang
nilai dari bilangan reynold suatu fluida. Semakin terjadi di dalam kolom bahan isian menjadi lebih
besar laju alir cairan yang digunakan maka besar sehingga kontak antara gas – cair akan
bilangan reynold fluida tersebut menjadi semakin menjadi lebih cepat. Semakin besar laju alir NaOH,
besar pula. Dengan meningkatnya bilangan nilai KLa akan semakin meningkat sebab CO2 yang
reynold, aliran fluida tersebut akan semakin terlarut dalam cairan semakin banyak. semakin
turbulen. Pada aliran turbulen, molekul-molekul di besar laju alir semakin cepat fluida mengalir dan
dalam fluida bergerak ke segala arah sehingga waktu kontak akan sangat cepat sehingga
5

kecepatan reaksi k2 semakin lambat karena dalam Ungun Tetap. 24(2). 186–
kontak yang dilakukan tidak optimal 195.
Kusnarjo. Dkk. (2009). Pengaruh Model Aliran
UCAPAN TERIMA KASIH terhadap Recovery CO2 pada absorbsi Gas
Penulis mengucapkan terima kasih CO2 oleh Larutan K2CO3 didalam
kepada: Prof. Dr. Andri Cahyo K., ST., MT. selaku Packed Column dengan Kondisi Non-
dosen pembimbing, Faishal Maulana K selaku Isothermal. Surabaya: Institut
asisten pembimbing materi absorpsi CO2 dengan Teknologi Sepuluh November. Fakultas
larutan NaOH, keluarga yang senantiasa Teknik Industri
mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta Maarif. Dkk. (2009). Absorbsi Gas Karbondioksida
teman-teman yang memberikan dorongan, doa dan (CO2) dalam Biogas dengan Larutan
semangat. NaOH secara Kontinyu. Semarang:
Universitas Diponegoro. Fakultas Teknik
DAFTAR PUSTAKA Putri, Dkk.,(2016). Absoprsi Gas CO2 pada
Coulson. J. M.. & Richardson. J. F. (1996). Replika Gas Buang PLTU Tarahan
Chemical Engineering: Volume 1: Fluid Menggunakan Larutan Na2CO3
flow. heat transfer and mass (Variasi Laju Alir Na2CO3). Seminar
transfer (5th ed.). London: Butterworth Nasional Riset dan Industri 28
Franks. R. G. E. (1967). Mathematical modeling in November 2016,Bandar
chemical engineering. New York: John Lampung, Indonesia.
Wiley and Sons. Inc. Zheng. Y. and Xu. X. (1992). Study on catalytic
Hadiyanto dkk., 2007. Parameter Kga- distillation processes. Part I. Mass transfer
Enchancement Faktor Dalam Sistem characteristics in catalyst bed within the
Absorbsi Gas CO2 Dengan Larutan column. Transaction of the Institution of
NaOH. 27(7). 27-30. Chemical Engineers. (Part A) 70.
Kumoro. & Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas 459–464.
Karbondioksid dengan Larutan Soda Api

Anda mungkin juga menyukai