Anda di halaman 1dari 11

Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

GREEN CATALYST UNTUK MENGHASILKAN HIDROGEN PADA STEAM


REFORMING METANA

1. Latar Belakang
Sejak 2015, Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement untuk mendukung penurunan suhu
bumi 2oC sebelum tahun 2020. Selaras dengan komitmen ini, maka diperlukan terobosan transisi
energi dari fossil fuel menjadi energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang masih dalam
pengembangan adalah gas Hidrogen (H2), seperti yang dihasilkan di industri pupuk. Kedepannya di
tahun 2050 (decarbonization year), hidrogen dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan untuk
meningkatkan mitigasi perubahan iklim dan menekan penggunaan fossil fuel di sektor industri,
perkantoran, transportasi dan pembangkit listrik.
Pada umumnya industri penghasil hidrogen menggunakan metana untuk pembentukan hidrogen
dengan proses methane steam reforming, karena sifatnya yang relatif lebih bersih, ketersediaannya
melimpah, dan kemudahannya untuk dikonversi menjadi hidrogen. Methane steam reforming adalah
reaksi antara metana dan steam yang memproduksi karbon monoksida dan hidrogen. Tipe reaksi ini
adalah endotermis, sehingga membutuhkan eksternal energi (heat) ketika bereaksi. Reaksi ini
memerlukan temperatur yang sangat tinggi, yaitu pada rentang 1000 K atau bahkan lebih untuk
merealisasikan konversi yang tinggi menjadi produk karbon monoksida dan hidrogen. Untuk
mendorong agar reaksi berlangsung dengan cepat sehingga kesetimbangan dapat dicapai pada
keluaran reformer, dibutuhkan katalis dalam reaksi tersebut. Jadi, di dalam makalah ini akan dibahas
mengenai desain katalis yang digunakan dalam rekasi methane steam reforming tersebut, yang
ditinjau dari segi analisa termodinamika, kinetika, mekanisme reaksi, pertimbangan pemilihan katalis,
preparasi, uji aktivitas dan karakterisasi, hingga permasalahan deaktivasi dan proses regenerasinya.

2. Analisis Stokiometri
2.1. Reaksi reaktan dengan dirinya sendiri
Reaksi Jenis Reaksi
CH4 ↔ C + 2H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H6 + H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H4 + 2H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H2 + 3H2 Dehidrogenasi
2H2O ↔ 2H2 + O2 Dehidrogenasi

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 1


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

2.2. Reaksi antara reaktan (cross reaction):


Reaksi Jenis Reaksi
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2 Dehidrogenasi
CH4 + 2H2O ↔ CO2 + 4H2 Dehidrogenasi

2.3. Reaksi antara reaktan dengan produk:


Reaksi Jenis Reaksi
6CO2 + 6H2O ↔ C6H12O6 + 6O2 Hidrogenasi
CO + H2O ↔ CO2 + H2 Oksidasi, Dehidrogenasi
CO + H2 ↔ C + H2O Hidrogenasi

Target dari reaksi methane steam reforming adalah menghasilkan hidrogen sebanyak-banyaknya
untuk digunakan dalam proses selanjutnya. Dari berbagai kemungkinan reaksi yang dapat terjadi di
dalam reaktor primary reformer di atas, maka dipilih reaksi methane steam reforming berikut untuk
menghasilkan hidrogen.

CH4 + H2O ↔ CO + 3H2

Produk H2 digunakan untuk sintesis ammonia, sedangkan produk CO sendiri akan digunakan
kembali pada shift converter yang menghasilkan gas hidrogen (H2).

2.4. Pengajuan Mekanisme Reaksi di Permukaan


Tujuan dalam tahapan ini adalah untuk mengetahui visualisasi kejadian secara molekuler.
Sebagai contoh, mekanisme yang ada pada Gambar 1 berikut merupakan gambaran reaksi di
permukaan katalis secara umum.

Gambar 1. Mekanisme Reaksi di Permukaan Katalis

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 2


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

Adapun penjelasan mekanisme reaksi methane steam reforming di permukaan katalis nikel,
sebagai katalis yang dipilih, dapat dijelaskan dalam tahapan berikut:
1. Difusi dari reaktan (CH4 dan H2O) ke dalam boundary layer di permukaan katalis
2. Difusi dari reaktan ke dalam pori-pori katalis
3. Proses adsorpsi dari reaktan dari luar ke dalam pori-pori katalis
4. Proses reaksi kimia pada permukaan katalis
5. Desorpsi dari produk reaksi (CO dan H2) dari permukaan katalis
6. Difusi dari produk reaksi keluar dari pori-pori
7. Proses difusi dari produk reaksi menuju ke boundary layer dan ke fase gas

Adapun pada Gambar 2 merupakan reaksi katalisis pada permukaan yang diajukan. Reaksi permukaan
diasumsikan sebagai adsorpsi dissosiatif.

Gambar 2. Mekanisme Reaksi di Permukaan Katalis Nikel

3. Analisa Termodinamika
Reaksi methane steam reforming di dalam reaktor primary reformer adalah sebagai berikut:
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2
Terlihat bahwa reaksi di atas merupakan reaksi endotermis kuat dengan nilai ∆H positif, sehingga
dalam reaksi methane steam reforming di dalam reaktor primary reformer dibutuhkan penambahan
panas dari pembakaran gas agar reaksi dapat berlangsung ke arah yang diharapkan. Dalam reaktor
reforming primer menggunakan suhu optimum 920oC dan tekanan optimum 35-40 kg/cm2.
Persamaan reaksi :
𝐶𝐻4(𝑔) + 𝐻2 𝑂(𝑔) ↔ 𝐶𝑂(𝑔) + 3𝐻2(𝑔)
𝐴 + 𝐵 ↔ 𝐶 + 3𝐷
Mula-mula : 1 1
Reaksi : 𝑋 𝑋 ↔ 𝑋 3𝑋
Sisa : (1 − 𝑋) (1 − 𝑋) 𝑋 3𝑋

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 3


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

Diketahui besaran – besaran termodinamika tiap komponen adalah seperti yang tertera dalam
Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Besaran Termodinamika Unsur


Komponen ∆HFO (KJ/mol) ∆GFO (KJ/mol)
CH4 -74.52 -50.5
H2O -241.79 -228.57
CO -110.5 -137.23
3H2 0 0

Maka energi bebas Gibss reaksi pada kondisi standar adalah :


∆G0reaksi = ∑∆G0produk - ∑∆G0reaktan
∆G0reaksi = (-137.23 + 0) – (-50.5+(-228.57))
∆G0reaksi = 141.84 kJ/mol
Energi bebas Gibss reaksi ini pada keadaan standar bernilai positif. Hal ini menunjukan reaksi
tidak dapat berjalan spontan pada kondisi standar.
Sedangkan untuk entalpi reaksi pada keadaan standar adalah:

∆H0reaksi = ∑∆H0produk - ∑∆H0reaktan


∆H0reaksi = (-110.5 + 0) – (-74.52+(-241.79))
∆H0reaksi = 205.81 kJ/mol
Konstanta kesetimbangan termodinamik reaksi pada temperatur 298.15 oK adalah
0
∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
− = 𝐿𝑛 𝐾0
𝑅𝑇
Maka, konstanta kesetimbangan standar dapat dicari:
0
∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
𝐾0 = 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑅𝑇
)
𝐽
141.840
𝐾𝑂 = 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑚𝑜𝑙 )
𝐽
8.314 × 298.15 𝐾
𝑚𝑜𝑙𝐾
𝐾𝑂 = 1.41 × 10−25

4. Analisa Kinetika
Pada desain katalis ini, dipilih model Langmuir-Hinshelwood (dengan berbagai asumsi yang
telah diketahui bersama) dalam pendekatan analisa kinetika reaksi, karena model Langmuir-

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 4


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

Hinshelwood tersebut memiliki beberapa kelebihan untuk analisa kinetika reaksi methane steam
reforming antara lain :
1. Pendekatan yang paling umum dan terbaik untuk diaplikasikan pada katalis
2. Menggambarkan proses adsorpsi dan desorpsi di permukaan inti aktif katalis
3. Reaksi berlangsung dalam fase gas dan terjadi proses difusi gas.
4. Dapat digunakan untuk reaksi yang bersifat reversible
Untuk reaksi methane steam reforming, model dengan menggunakan persamaan Langmuir-
Hinshelwood, dapat dirumuskan sebagai berikut.
Reaksi yang terjadi:
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2
(A) (B) (C) (3D)
Maka persamaan laju reaksi menjadi :
𝑘𝐾𝐴 𝑃𝐴 𝐾𝐵 𝑃𝐵
−𝑟𝐴 =
(1 + 𝐾𝐴 𝑃𝐴 + 𝐾𝐵 𝑃𝐵 + 𝐾𝐶 𝑃𝐶 + 𝐾𝐷 𝑃𝐷 )3

5. Pemilihan Katalis
Untuk mendapatkan desain katalis yang sesuai adalah bergantung pada bahan katalitik, bahan
promotor dan bahan penyangga (support). Support sebaiknya mempunyai luas permukaan yang
cukup besar sehingga dapat memperbesar dispersi katalis dan mempermudah terjadinya reaksi
permukaan.
5.1. Inti Aktif
Pada umumnya, untuk reaksi dehidrogenasi, langkah teringan adalah mengeliminasi semua
logam namun tetap fokus pada oksida. Aktivitas yang tinggi terdapat pada ion dengan konfigurasi
elektron d4 dan d6. Dehidrogenasi ringan terletak pada oksida yang mengandung ion Cu2+, Ni2+, Fe3+,
Mn2+, V3+, V5+ dan Ti4+.
5.2. Support
Support yang biasa digunakan pada katalis methane steam reforming diantaranya ialah
refractory alumina, magnesium aluminat, kalsium aluminat, dan kalsium aluminat titanat.
Untuk bahan baku gas alam (natural gas), katalis yang paling banyak digunakan adalah katalis
Nikel dengan support MgAl2O4. Namun, dalam makalah ini diajukan ide baru tentang new catalyst
dalam konsep catalyst development. Katalis baru ini berasal dari limbah biomassa, seperti limbah dari
perkebunan, pertanian maupun hasil aktivitas manusia. Guna memenuhi sustainability aspect, katalis
biomassa ini sangat ramah lingkungan, ketersediaan yang melimpah, tidak beracun, reuseable, dan

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 5


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

biodegradabel. Selain itu, karena biomassa ini adalah limbah maka harga belinya juga menjadi lebih
murah dibandingkan membeli katalis konvensionalnya.

Gambar 3. Berbagai sumber limbah biomassa

Pada improvement ini, support katalis yang awalnya Al2O3 akan digantikan oleh katalis
berbasis biomassa. Reaksi hidrasi dan dehidrasi melibatkan adanya air dalam persamaan reaksinya,
tetapi tidak mengurangi atau menambahkan atom hidrogen. Afinitas permukaan katalis terhadap air
berhubungan dengan energi aktivasi untuk dehidrasi di permukaan katalis tersebut. Aktivitas katalis
asam karena kemampuannya mengadsorpsi air membentuk ion air terprotonasi.
Sintesis katalis berbasis karbon dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bila dilakukan aktivasi
terlebih dahulu, maka diperlukan serangkaian tahapan tambahan, tetapi dapat juga dilakukan sintesis
katalis berbasis karbon tanpa diawali dengan aktivasi. Jalur tanpa aktivasi ini merupakan yang paling
sederhana, hemat dan dapat menghasilkan yield yang besar.
Sebelum digunakan, dilakukan pratreatment pada limbah biomassa dengan melakukan direct
carbonization atau pirolisis dalam kondisi inert. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan elemen non
karbon (hidrogen, oksigen, nitrogen dan lainnya) sehingga dapat membentuk struktur dasar cincin
karbon yang rigid.

Gambar 4. Jalur sintesis lembaran karbon


Selanjutnya dilakukan treatment kedua, dimana katalis padat berbasis biomassa tersebut
menjadi support katalis nikel melalui metode impregnasi.

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 6


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

5.3 Katalis yang Disarankan


Katalis Nikel dipilih sebagai inti aktif pada desain ini dengan beberapa pertimbangan sebagai
berikut:
a. Nikel adalah termasuk logam non-mulia, yang relatif lebih ekonomis dan komersial.
b. Nikel termasuk dalam golongan transisi dimana mempunyai orbital d yang belum penuh, yaitu
d8. Elektron pada orbital d akan berinteraksi dengan elektron yang berada pada orbital s dan p
sehingga menyebabkan keadaan elektron terdegenerasi, sehingga memiliki tingkat energi yang
lebih rendah
c. Nikel memiliki aktivitas tinggi dalam proses hidrogenasi, dapat memfasilitasi atom-atom H
untuk membentuk H2. Panas adsorpsi H2 yang dimiliki Ni sebesar 31Kkal/mol.
Sedangkan untuk support yang dipilih adalah green catalyst (GC) dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
a. Lembaran karbon bersifat mesoporous, sehingga meningkatkan aksesibilitas molekul yang
masuk ke inti aktif.
b. Inti aktif (Nikel) terdispersi merata pada seluruh permukaan support (matriks karbon) yang
memiliki pengaruh besar terhadap stabilitas dan peningkatan aktivitas.
Berikut ini adalah gambaran bentuk katalis yang digunakan dalam proses methane steam
reforming.

Gambar 5. Contoh Bentuk Katalis Nikel untuk Proses Steam Reforming


Untuk ukuran katalis biasanya berdiameter 5/8 inci, dengan tinggi ¾ inci, dan luas permukaan 5
m2/g. Sedangkan untuk bentuk katalis yang dipilih adalah katalis bentuk minilith seperti terlihat pada
Gambar 5, dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Menghasilkan luas permukaan inti aktif yang besar
b. Menghasilkan pressure drop yang rendah

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 7


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

6. Proses Preparasi dan Karakterisasi Katalis


6.1. Proses Preparasi Katalis
Salah satu metode yang terbaik untuk memproduksi katalis adalah dengan metode impregnasi
material porous support dengan larutan komponen aktifnya. Dimana secara umum, setelah proses
penyiapan kandungan aktif dan penyangga, lalu masuk ke tahap deposisi komponen aktif ke
penyangga dengan metode impregnasi, setelah itu partikel katalis dikeringkan dan garam logam yang
terbentuk didekomposisi menjadi oksida dengan pemanasan.
Impregnasi merupakan metode deposisi yang paling sederhana dan simpel. Tujuannya adalah
untuk memenuhi pori dengan larutan garam logam dengan konsentrasi yang cukup untuk
memberikan loading yang tepat. Larutan dibuat dalam jumlah yang cukup untuk mengisi pori dan
harus didasarkan pada perhitungan volume pori pada preparasi oksida tunggal, hanya saja larutan
garam logam tidak mengalami perlakuan pemanasan. Partikel penyangga dimasukkan dalam larutan
garam logam dan setelah larutan mengisi pori penyanga, dilakukan pengeringan dan kalsinasi. Apabila
loading yang dikehendaki belum terpenuhi, maka dilakukan perendaman penyangga lagi untuk
pengisian pori kembali sampai loading terpenuhi. Dengan demikian, metode ini dapat memberikan
loading sebesar volume pori yang tersedia dimana sebelumnya loading yang didapatkan berada
dibawah loading presipitasi.
Katalis impregnasi memiliki banyak keuntungan dibandungkan dengan katalis hasil metode
presipitasi. Yaitu, struktur pori dan luas permukaan spesifiknya lebih besar, dimana hal tersebut
ditentukan oleh supportnya. Karena material support tersedia dalam semua rentang yang diinginkan
untuk luas permukaan, porositas, bentuk, ukuran, dan stabilitas mekanik, maka katalis impregnasi bisa
dibuat dengan pertimbangan karakteristik perpindahan masa.
6.2. Karakterisasi Katalis
Beberapa tahapan dalam proses karakterisasi katalis tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Penentuan Luas Permukaan Spesifik, Volume Total Pori dan Jari Rata-Rata dari Pori dengan BET
Luas permukaan spesifik, volume total pori, dan rerata jari-jari pori didasarkan pada fenomena
adsorpsi gas lapis tunggal yang berlangsung pada temperatur konstan. Untuk keperluan ini
digunakan sistem BET (Brunauer-Emmet-Teller). Pengukuran luas permukaan dengan metode BET
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu single point dan multi point. Pengukuran single point
dilakukan bila profil isoterm telah diketahui dan dilaksanakan pada suatu nilai tekanan parsial
adsorbat dimana profil isotermnya linier. Sedangkan pengukuran multi point dilakukan jika profil
isotermnya belum diketahui, dilakukan dengan memvariasikan nilai tekanan parsial adsorbat pada
rentang 0,05 < (p/po) < 0,35. Bila adsorbat yang digunakan adalah gas nitrogen, maka nitrogen cair
digunakan sebagai media pendinginnya.

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 8


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

Temperatur Programmed Reduction/ Diferential (TPR/TPD)


Sistem TPR/TPD digunakan untuk mengetaui pengaruh komposisi penyangga katalis terhadap
tingkat adsorpsi katalis. Selain itu juga teknik TPD digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan
asam (acid strength) dari katalis. Pada sistem TPR/TPD memungkinkan penggunaan berbagai macam
adsorbat yang berbeda dan bahan penurun (reducing agent) pada perlakuan sampel katalis dengan
sistem vakum.
Thermalgravimetric Analysis (TGA)
TGA merupakan suatu teknik mengukur perubahan jumlah dan laju dalam berat dari material
sebagai fungsi dari temperatur atau waktu dalam atmosfer yang terkontrol. Pengukuran digunakan
untuk menentukan komposisi material dan memprediksi stabilitas termalnya pada temperatur
mencapai 1000oC. Teknik ini dapat mengkarakterisasi material yang menunjukkan kehilangan atau
pertambahan berat akibat dekomposisi, oksidasi, atau dehidrasi .Teknik ini sesuai untuk berbagai
macam material padat termasuk material organik maupun anorganik.
Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM membaca suatu permukaan sampel dengan suatu alat pembaca elektron (5-50kV).
Elektron (dan foton), dideviasikan atau diemisikan, menghasilkan gambar pada tabung sinar katoda,
di-scan secara menyeluruh dengan sinar. Pembesaran 20-50.000 kali mungkin dilakukan dengan
resolusi sebesar 5 nm. Suatu area dengan kedalaman yang besar dan struktur yang sangat tidak
teratur dapat diketahui dengan efek tiga dimensi.

7. Proses Deaktivasi dan Regenerasi Katalis


7.1. Deaktivasi secara Kimiawi
Beberapa bentuk deaktivasi secara kimia adalah :
✓ Reaksi oksidasi katalis: senyawa aktif katalis Ni teroksidasi oleh oksigen (O2) menjadi NiO, hal ini
dapat terjadi apabila umpan Hidrogen (H2) ke reaktor kurang.
✓ Katalis keracunan (poisoning): terjadi apabila senyawa aktif Nikel (Ni) bereaksi dengan senyawa
racun (misal S, Cl membentuk NiS, NiCl2). Sesuai dengan gambaran berikut.
7.2. Deaktivasi secara fisik
Deaktivasi secara fisik terjadi apabila katalis menjadi tidak aktif karena perubahan fisik atau
adanya suatu benda/padatan yang menutupi senyawa aktif sehingga tidak dapat kontak dengan
reaktan, carbon formation yang disebabkan oleh methane craking sesuai reaksi berikut:
CH4 ↔ C + 2H2
Dengan adanya lapisan karbon yang menutupi permukaan aktif katalis Ni membuat aktifitas katalis
menjadi menurun. Berikut adalah gambaran deposit karbon pada permukaan katalis:

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 9


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

7.3. Regenerasi Katalis


Proses regenerasi katalis merupakan proses pengaktifan lapisan aktif katalis Ni pada awal
penggunaan katalis ataupun pada katalis yang sudah mengalami deaktivasi agar aktifitas katalis
kembali meningkat. Sebelum digunakan, katalis reforming berbentuk senyawa NiO, agar dapat aktif
mereaksikan steam reforming maka NiO perlu diubah ke senyawa Ni. Reaksi pengubahan NiO ke Ni
disebut reduksi katalis dengan menggunakan H2, sesuai reaksi berikut:
NiO + H2 → Ni + H2O
Dengan terbentuknya lapisan Ni aktif di katalis reformer, maka katalis telah siap untuk menurunkan
energi aktivasi yang dibutuhkan dalam proses methane steam reforming di reaktor primary dan
secondary reformer.

8. Kesimpulan
Katalis yang disarankan pada desain ini untuk reaksi methane steam reforming berdasarkan analisa
termodinamika, kinetika, dan merupakan hal baru dalam industri adalah katalis Ni/GC dengan rincian
sebagai berikut :
✓ Inti aktif : Nikel (Ni)
✓ Support : Karbon berbasis limbah biomassa (green catalyst)
✓ Bentuk : Minilith
✓ Ukuran : Diameter 5/8 inci, tinggi ¾ inci, luas permukaan diprediksikan sekitar
2 -50 nm.
Namun, penelitian ini memerlukan pengembangan lebih lanjut karena topik mengenai green catalyst
masih terbilang sangat baru.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alimah, Siti., Priambodo Dedy., Dewita, Erlan. 2010. Aspek Termodinamika Produksi Hidrogen dengan
Proses Steam Reforming Gas Alam. Research Gate.
2. Nasikin M., and Bambang H.S., Diktat Kuliah Katalisis Heterogen, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
3. Reyes-Rodriguez, J.L., Sathish-Kumar, K., Solorza-Feria, O. 2015. Synthesis and functionalization of green
carbon as a Pt catalyst support for the oxygen reduction reaction. International Journal of Hydrogen Energy:
Elsevier.
4. Satterfield, C., N.; Heterogeneous Catalysis in Industrial Practice; Mc. Graw.Hill, Inc.; New York, 1991.

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 10


Nadira Cahyaning Mentari (1706990691)

5. Tang, Zo-Ee., Lim, Steven., Pang, Yean-Ling., Ong, Hwai-Chyuan., Lee, Keat-Teong. 2018. Synthesis of
biomass as heterogeneous catalyst for application in biodiesel production: State of the art and fundamental
review. Renewable and Sustainable Energy Review: Elsevier.
6. Thomas J.M, and Thomas W.J.; Principles and Practice of Heterogeneous Catalysis; VCH; Weinhein, New
York, Basel, Cambirdge and Tokyo, 1997.
7. Yutthalekha, Thittaya., Wattanakit, Chularat., Warakulwit, Chompinuch., Wannapakdee, Wannaruedee.,
Rodponthukwaji, Kamonlatth., Witoon, Thongthai., Limtrakul, Jumras. 2016. Hierarchical FAU-type zeolite
nanosheets as green and sustainable catalysts for benzylation of toluene. Journal of Cleaner Production:
Elsevier.

Tugas Desain Katalis_Teknik Kimia_Universitas Indonesia 11

Anda mungkin juga menyukai