1. Latar Belakang
Sejak 2015, Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement untuk mendukung penurunan suhu
bumi 2oC sebelum tahun 2020. Selaras dengan komitmen ini, maka diperlukan terobosan transisi
energi dari fossil fuel menjadi energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang masih dalam
pengembangan adalah gas Hidrogen (H2), seperti yang dihasilkan di industri pupuk. Kedepannya di
tahun 2050 (decarbonization year), hidrogen dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan untuk
meningkatkan mitigasi perubahan iklim dan menekan penggunaan fossil fuel di sektor industri,
perkantoran, transportasi dan pembangkit listrik.
Pada umumnya industri penghasil hidrogen menggunakan metana untuk pembentukan hidrogen
dengan proses methane steam reforming, karena sifatnya yang relatif lebih bersih, ketersediaannya
melimpah, dan kemudahannya untuk dikonversi menjadi hidrogen. Methane steam reforming adalah
reaksi antara metana dan steam yang memproduksi karbon monoksida dan hidrogen. Tipe reaksi ini
adalah endotermis, sehingga membutuhkan eksternal energi (heat) ketika bereaksi. Reaksi ini
memerlukan temperatur yang sangat tinggi, yaitu pada rentang 1000 K atau bahkan lebih untuk
merealisasikan konversi yang tinggi menjadi produk karbon monoksida dan hidrogen. Untuk
mendorong agar reaksi berlangsung dengan cepat sehingga kesetimbangan dapat dicapai pada
keluaran reformer, dibutuhkan katalis dalam reaksi tersebut. Jadi, di dalam makalah ini akan dibahas
mengenai desain katalis yang digunakan dalam rekasi methane steam reforming tersebut, yang
ditinjau dari segi analisa termodinamika, kinetika, mekanisme reaksi, pertimbangan pemilihan katalis,
preparasi, uji aktivitas dan karakterisasi, hingga permasalahan deaktivasi dan proses regenerasinya.
2. Analisis Stokiometri
2.1. Reaksi reaktan dengan dirinya sendiri
Reaksi Jenis Reaksi
CH4 ↔ C + 2H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H6 + H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H4 + 2H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H2 + 3H2 Dehidrogenasi
2H2O ↔ 2H2 + O2 Dehidrogenasi
Target dari reaksi methane steam reforming adalah menghasilkan hidrogen sebanyak-banyaknya
untuk digunakan dalam proses selanjutnya. Dari berbagai kemungkinan reaksi yang dapat terjadi di
dalam reaktor primary reformer di atas, maka dipilih reaksi methane steam reforming berikut untuk
menghasilkan hidrogen.
Produk H2 digunakan untuk sintesis ammonia, sedangkan produk CO sendiri akan digunakan
kembali pada shift converter yang menghasilkan gas hidrogen (H2).
Adapun penjelasan mekanisme reaksi methane steam reforming di permukaan katalis nikel,
sebagai katalis yang dipilih, dapat dijelaskan dalam tahapan berikut:
1. Difusi dari reaktan (CH4 dan H2O) ke dalam boundary layer di permukaan katalis
2. Difusi dari reaktan ke dalam pori-pori katalis
3. Proses adsorpsi dari reaktan dari luar ke dalam pori-pori katalis
4. Proses reaksi kimia pada permukaan katalis
5. Desorpsi dari produk reaksi (CO dan H2) dari permukaan katalis
6. Difusi dari produk reaksi keluar dari pori-pori
7. Proses difusi dari produk reaksi menuju ke boundary layer dan ke fase gas
Adapun pada Gambar 2 merupakan reaksi katalisis pada permukaan yang diajukan. Reaksi permukaan
diasumsikan sebagai adsorpsi dissosiatif.
3. Analisa Termodinamika
Reaksi methane steam reforming di dalam reaktor primary reformer adalah sebagai berikut:
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2
Terlihat bahwa reaksi di atas merupakan reaksi endotermis kuat dengan nilai ∆H positif, sehingga
dalam reaksi methane steam reforming di dalam reaktor primary reformer dibutuhkan penambahan
panas dari pembakaran gas agar reaksi dapat berlangsung ke arah yang diharapkan. Dalam reaktor
reforming primer menggunakan suhu optimum 920oC dan tekanan optimum 35-40 kg/cm2.
Persamaan reaksi :
𝐶𝐻4(𝑔) + 𝐻2 𝑂(𝑔) ↔ 𝐶𝑂(𝑔) + 3𝐻2(𝑔)
𝐴 + 𝐵 ↔ 𝐶 + 3𝐷
Mula-mula : 1 1
Reaksi : 𝑋 𝑋 ↔ 𝑋 3𝑋
Sisa : (1 − 𝑋) (1 − 𝑋) 𝑋 3𝑋
Diketahui besaran – besaran termodinamika tiap komponen adalah seperti yang tertera dalam
Tabel 1 berikut.
4. Analisa Kinetika
Pada desain katalis ini, dipilih model Langmuir-Hinshelwood (dengan berbagai asumsi yang
telah diketahui bersama) dalam pendekatan analisa kinetika reaksi, karena model Langmuir-
Hinshelwood tersebut memiliki beberapa kelebihan untuk analisa kinetika reaksi methane steam
reforming antara lain :
1. Pendekatan yang paling umum dan terbaik untuk diaplikasikan pada katalis
2. Menggambarkan proses adsorpsi dan desorpsi di permukaan inti aktif katalis
3. Reaksi berlangsung dalam fase gas dan terjadi proses difusi gas.
4. Dapat digunakan untuk reaksi yang bersifat reversible
Untuk reaksi methane steam reforming, model dengan menggunakan persamaan Langmuir-
Hinshelwood, dapat dirumuskan sebagai berikut.
Reaksi yang terjadi:
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2
(A) (B) (C) (3D)
Maka persamaan laju reaksi menjadi :
𝑘𝐾𝐴 𝑃𝐴 𝐾𝐵 𝑃𝐵
−𝑟𝐴 =
(1 + 𝐾𝐴 𝑃𝐴 + 𝐾𝐵 𝑃𝐵 + 𝐾𝐶 𝑃𝐶 + 𝐾𝐷 𝑃𝐷 )3
5. Pemilihan Katalis
Untuk mendapatkan desain katalis yang sesuai adalah bergantung pada bahan katalitik, bahan
promotor dan bahan penyangga (support). Support sebaiknya mempunyai luas permukaan yang
cukup besar sehingga dapat memperbesar dispersi katalis dan mempermudah terjadinya reaksi
permukaan.
5.1. Inti Aktif
Pada umumnya, untuk reaksi dehidrogenasi, langkah teringan adalah mengeliminasi semua
logam namun tetap fokus pada oksida. Aktivitas yang tinggi terdapat pada ion dengan konfigurasi
elektron d4 dan d6. Dehidrogenasi ringan terletak pada oksida yang mengandung ion Cu2+, Ni2+, Fe3+,
Mn2+, V3+, V5+ dan Ti4+.
5.2. Support
Support yang biasa digunakan pada katalis methane steam reforming diantaranya ialah
refractory alumina, magnesium aluminat, kalsium aluminat, dan kalsium aluminat titanat.
Untuk bahan baku gas alam (natural gas), katalis yang paling banyak digunakan adalah katalis
Nikel dengan support MgAl2O4. Namun, dalam makalah ini diajukan ide baru tentang new catalyst
dalam konsep catalyst development. Katalis baru ini berasal dari limbah biomassa, seperti limbah dari
perkebunan, pertanian maupun hasil aktivitas manusia. Guna memenuhi sustainability aspect, katalis
biomassa ini sangat ramah lingkungan, ketersediaan yang melimpah, tidak beracun, reuseable, dan
biodegradabel. Selain itu, karena biomassa ini adalah limbah maka harga belinya juga menjadi lebih
murah dibandingkan membeli katalis konvensionalnya.
Pada improvement ini, support katalis yang awalnya Al2O3 akan digantikan oleh katalis
berbasis biomassa. Reaksi hidrasi dan dehidrasi melibatkan adanya air dalam persamaan reaksinya,
tetapi tidak mengurangi atau menambahkan atom hidrogen. Afinitas permukaan katalis terhadap air
berhubungan dengan energi aktivasi untuk dehidrasi di permukaan katalis tersebut. Aktivitas katalis
asam karena kemampuannya mengadsorpsi air membentuk ion air terprotonasi.
Sintesis katalis berbasis karbon dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bila dilakukan aktivasi
terlebih dahulu, maka diperlukan serangkaian tahapan tambahan, tetapi dapat juga dilakukan sintesis
katalis berbasis karbon tanpa diawali dengan aktivasi. Jalur tanpa aktivasi ini merupakan yang paling
sederhana, hemat dan dapat menghasilkan yield yang besar.
Sebelum digunakan, dilakukan pratreatment pada limbah biomassa dengan melakukan direct
carbonization atau pirolisis dalam kondisi inert. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan elemen non
karbon (hidrogen, oksigen, nitrogen dan lainnya) sehingga dapat membentuk struktur dasar cincin
karbon yang rigid.
8. Kesimpulan
Katalis yang disarankan pada desain ini untuk reaksi methane steam reforming berdasarkan analisa
termodinamika, kinetika, dan merupakan hal baru dalam industri adalah katalis Ni/GC dengan rincian
sebagai berikut :
✓ Inti aktif : Nikel (Ni)
✓ Support : Karbon berbasis limbah biomassa (green catalyst)
✓ Bentuk : Minilith
✓ Ukuran : Diameter 5/8 inci, tinggi ¾ inci, luas permukaan diprediksikan sekitar
2 -50 nm.
Namun, penelitian ini memerlukan pengembangan lebih lanjut karena topik mengenai green catalyst
masih terbilang sangat baru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimah, Siti., Priambodo Dedy., Dewita, Erlan. 2010. Aspek Termodinamika Produksi Hidrogen dengan
Proses Steam Reforming Gas Alam. Research Gate.
2. Nasikin M., and Bambang H.S., Diktat Kuliah Katalisis Heterogen, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
3. Reyes-Rodriguez, J.L., Sathish-Kumar, K., Solorza-Feria, O. 2015. Synthesis and functionalization of green
carbon as a Pt catalyst support for the oxygen reduction reaction. International Journal of Hydrogen Energy:
Elsevier.
4. Satterfield, C., N.; Heterogeneous Catalysis in Industrial Practice; Mc. Graw.Hill, Inc.; New York, 1991.
5. Tang, Zo-Ee., Lim, Steven., Pang, Yean-Ling., Ong, Hwai-Chyuan., Lee, Keat-Teong. 2018. Synthesis of
biomass as heterogeneous catalyst for application in biodiesel production: State of the art and fundamental
review. Renewable and Sustainable Energy Review: Elsevier.
6. Thomas J.M, and Thomas W.J.; Principles and Practice of Heterogeneous Catalysis; VCH; Weinhein, New
York, Basel, Cambirdge and Tokyo, 1997.
7. Yutthalekha, Thittaya., Wattanakit, Chularat., Warakulwit, Chompinuch., Wannapakdee, Wannaruedee.,
Rodponthukwaji, Kamonlatth., Witoon, Thongthai., Limtrakul, Jumras. 2016. Hierarchical FAU-type zeolite
nanosheets as green and sustainable catalysts for benzylation of toluene. Journal of Cleaner Production:
Elsevier.