Anda di halaman 1dari 26

SIMULASI REAKTOR SINTESA AMMONIA (NH3)

Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz Haber (1908),
seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan amonia untuk produksi
secara besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur kimia juga dari Jerman.
Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke
kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut
berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Dilain pihak,
karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Proses HaberBosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan
katalisator, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al 2O3, MgO, CaO, dan K2O. Seiring dengan
kemajuan teknologi, digunakanlah tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 700 atm.
Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula
campuran gas nitrogen dan hidrogen dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang
diinginkan. Kemudian campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator
sehingga terbentuk amonia. Diagram alur dari proses Haber-bosch untuk sintesis amonia :

Kinetika dan Mekanisme Reaksi Sintesis Amonia


Kunci disain konverter yang efisien dalam sintesis NH 3 umum adalah tekanan parsial
reaktan, produk dan bahan inert yang ke luar konverter pada temperatur yang berbeda dan

tekanan total. Saat temperatur tinggi, tekanan meningkatkan laju reaksi, selain itu, pada kondisi
temperatur yang tinggi akan mengurangi nilai tetapan kesetimbangan, dan karenanya
pengurangan konsentrasi NH3 yang maksimum dapat dicapai ketika temperatur operasi
ditingkatkan. Walaupun demikian, pada kondisi temperatur yang tinggi ketika laju reaksi awal
tinggi maka laju reaksi akan relatif menurun ketika mendekati kesetimbangan konsentrasi NH 3
yang rendah.
Hasil optimal NH3 dari suatu konverter pada tekanan yang telah ditentukan dapat
diperoleh ketika profil temperatur secara terus-menerus menurun ketika konsentrasi NH3
meningkat. Hal ini akan dibahas nanti dalam bab ini. Dengan parameter temperatur operasi
normal untuk laju maksimum sekitar 70oC di bawah temperatur yang ditentukan untuk komposisi
gas sintesis saat kesetimbangan termodinamik. Metode kinetik yang sering digunakan dalam
sintesis NH3 adalah mekanisme Temkin yang akan dijelaskan selanjutnya.
Mekanisme Temkin
Persamaan kinetik yang pertama memberi penjelasan yang beralasan dengan laju yang
diamati berkaitan dengan Temkin dan Pyzhev, yang diperkenalkan tahun 1940. Persamaan ini
didasarkan pada asumsi bahwa absorbsi nitrogen pada suatu permukaan yang tidak seragam
adalah cara mengendalikan laju, dan sekarang ini persamaan dibawah terkenal untuk laju reaksi
intrinsik (utama) tanpa adanya difusi. Pada persamaan ini, r adalah laju reaksi dan Kp adalah
tetapan kesetimbangan untuk reaksi sintesis. Konstanta mempunyai suatu nilai antar 0 dan 1
dan k2 dicari dengan persamaan (2). Nilai Ek2 adalah sekitar 150 kJ/mol.
(1)

(2)
Persamaan di atas telah menjadi dasar untuk mendisain konverter di industri sekitar 30
tahun lalu. Kebanyakan pekerjaan, termasuk pada ICI menggunakan nilai dari yang ditemukan
oleh Temkin, yaitu 0.5. Nielsen telah menemukan nilai yang terbaik (yang didukung suatu
gambar) yaitu 0.75. Pada umumnya telah ditemukan untuk memperbolehkan nilai k2 berkurang
dengan meningkatkan tekanan, meskipun Nielsen ( = 0.75), dan Livshit & Siderov
(menggunakan = 0.5) menyatakan bahwa k2 pada dasarnya adalah tekanan bebas jika fugasitas

bukanlah tekanan parsial yang digunakan untuk keadaan yang

tidak ideal. Persamaan (1)

menunjukan bahwa hal tersebut tidak berlaku ketika konsentrasi NH 3 adalah 0, karena untuk
memperkirakan laju reaksi menjadi tanpa batas. Maka itu, ditetapkan bahwa pada kondisi ini laju
reaksi terbaik diberikan oleh persamaan dibawah ini

(3)
Pada tahun 1963, Temkin dan kawan-kawan mengusulkan suatu mekanisme yang
disatukan sebagai suatu langkah penting, menambahkan molekul hidrogen pertama kepada
nitrogen yang diabsorb. Mereka memperoleh persamaan persamaan di mana k. dan l diberikan
oleh persamaan berikutnya.

(4)

(5)

(6)
Persamaan di atas dapat menunjukkan bahwa pada kedua kondisi yang ekstrim, yang
mendekati kesetimbangan dan jauh dari kesetimbangan, persamaan diatas menjadi sama dengan
persamaan dibawah. Jika k. adalah tekanan bebas, tekanan tergantung pada k2 melalui faktor Kp (
-1)

(7)
Jumlah kerja yang dipertimbangkan pada kinetika dari sintesis NH 3 telah dilakukan di
laboratorium ICI selama tahun 1950-an dan 1960-an dan pengujian uji katalis pada reaktor. Telah
ditemukan, dari sejumlah besar penentuan laju diferensial di luar rentang kondisi yang luas,
bahwa model Temkin dan kawan-kawan memberikan banyak keuntungan yang lebih baik
dibanding persamaan untuk kondisi difusi tidak terbatas. Pada kebanyakan kondisi komersil k2 =

k. / Kp(1-). Nilai-nilai yang terbaik ; Ek. = 110.8 kJ/mol dan = 0.46, yaitu cocok dengan model
persamaan Temkin dan kawan-kawan (Ek. = 104.5 kJ/mol dan = 0.4), dan k. ditentukan
menjadi tekanan yang bebas. Dengan begitu, adalah mungkin untuk mengkalkulasi
ketergantungan temperatur dan tekanan terhadap k2. Pada tekanan 200 bar dan temperatur 450 C,
Kp bervariasi yaitu P0.44, dan jika = 0.46, k2 bervaiasi yaitu P-0.24. Pada temperatur rendah,Kp
hanya fungsi temperatur, dan sebagai konsekuensinya k2 adalah tekanan yang bebas. Dengan cara
yang sama, hubungan energi aktivasi dengan k2 dapat diramalkan dari persamaan dibawah di
mana HR adalah entalpi reaksi. Karenanya Ek2 = 110.8 + 58.1 = 168.9 kJ/mol (HR 109
kJ/mol), yang mana mendekati nilai yang normal, yaitu 158.8 kJ/mol (38 kcal/mol).
Ek2 = Ek. + (1 ) HR

(8)

HR = - RT2 (ln Kp/t)P

(9)

Mekanisme Reaksi
Urutan peristiwa yang berlangsung pada permukaan katalis selama sintesis NH 3 telah
dipelajari oleh beberapa kelompok riset/peneliti selama bertahun-tahun. Hal ini dilakukan
mengkombinasikan asumsi beberapa periset awal, bahwa langkah penetapan laju melibatkan
interaksi awal dari molekul nitrogen (N) dengan permukaan besi, meskipun sebenarnya interaksi
secara alamiah yang tepat tentang ini tidak diketahui. Pembuktian dari interaksi ini diperoleh
dengan bantuan ilmu pengetahuan modern mengenai teknik permukaan yang membantu
memperkuat dan memperjelas hal ini. Interaksi ini dapat ditunjukkan dengan data dari
spektroskopi fotoelektron ultraviolet (UPS) dan Spektroskopi fotoelektron sinar-X (XPS) bahwa
nitrogen dapat diadsorb oleh suatu permukaan besi, baik dalam bentuk molekul ataupun atom.
Molekul nitrogen hanya terikat dengan lemah ( panas adsorpsi kurang dari 40 kJ/mol) tetapi
adsorpsi akan lebih cepat dengan suatu koefisien penggabungan sekitar 0.01.
Adsorpsi molekul nitrogen pada permukaan besi (Fe 111) ada dua cara. Cara pertama
adalah diikat dengan sangat lemah dengan adsorbsi fisik bentuk gamma () yang tidak diserap
pada 80 K dan cara yang lainnya dengan bentuk alpha () yang menjadi langkah awal
penguraian dari molekul nitrogen di permukaan besi. Hal ini ditunjukkan dengan loss energy
oleh spektroskopi elektron resolusi tinggi di mana bentuk alpha () mempunyai ikatan sisi
dengan sisi dalam konfigurasi. Meskipun begitu, konversi dari bentuk molekul menjadi bentuk

atom sangat lambat, sehingga koefisien penggabungan untuk penguraian nitrogen yang
teradsorpsi sangat rendah, sekitar 10-7, dan ini adalah batasan laju (rate-limiting) pada sintesis
NH3. Seperti diketahui pada awal, laju penguraian nitrogen yang akan teradsorpsi secara kimia
diakibatkan oleh struktur permukaan besi, dengan Fe (111) lebih aktif sekitar 20 dibanding Fe
(110).
Adsorpsi penguraian hidrogen pada permukaan besi terjadi dengan sangat cepat pada
temperatur rendah, dan hal tersebut ditunjukkan dengan desorpsi hidrogen di atas temperatur
200oC yang sangat cepat. Keadaan kesetimbangan untuk adsorpsi dan desorpsi hidrogen pada
permukaan besi selalu dijaga di bawah kondisi sintesis NH3. Sejak proses hidrogenasi
berkembang, pengamatan langsung terhadap hasil antara (intermediet) sangat sulit untuk
dilakukan. Untuk memperoleh informasi mengenai sifat alami hidrogenasi (terutama penguraian
NH3 pada permukaan besi) maka dipelajari oleh Ertl dan kawan-kawan. NH 3 terserap pada
temperatur rendah dan dengan cepat terdesorpsi (terlepas) pada temperatur di atas 100 C. Ketika
NH3 terurai pada permukaan besi menjadi hidrogen dan nitrogen, terbentuklah atom. Pertukaran
reaksi dengan deuterium untuk produksi NH2D, asumsi bahwa disosiasi reversibel yang terjadi
pada reaksi tersebut seperti yang ditunjukkan dalam persamaan reaksi berikut :
D2 (ad) 2D (ad)
NH3 (ad) NH2 (ad) + H (ad)
NH2 (ad) + D (ad) NH2D (ad)
Interaksi NH3 dengan Fe (110) ditunjukan oleh UPS bahwa pada temperatur 500 K jenis
yang stabil adalah nitrogen (ad) dan bukti lainnya adalah untuk tahap hidrogenasi (intermediet)
stabil pada temperatur 340 K. Intermediate ini akan membentuk NH (ad) daripada NH 2 (ad)
seperti yang ditunjukan dengan spektrometri massa ion sekunder. Bukti untuk kehadiran dari
intermediate di dalam interaksi N, H, dan NH3 dengan permukaan besi telah diperoleh, dan ini
telah di-compile (disusun) ke dalam suatu mekanisme reaksi keseluruhan seperti ditunjukkan
dalam pola 1. Urutan reaksi lain yang serupa telah pula diusulkan oleh para periset terdahulu,
hanya saja tanpa penjelasan mengenai sifat permukaan intermediate.
Pola 1.

H2 2H (ad)
N2 N2 (ad)() N2 (ad)() 2N (ad)

N (ad) + H (ad) NH (ad)


NH (ad) + H (ad) NH2 (ad)
NH2 (ad) + H (ad) NH3 (ad) NH3
Efek Na yang meningkat di dalam katalis harus ditingkatkan dengan mempengaruhi batas
laju masuk pada sintesis NH3, dimana saat itu terjadi pemisahan dari bentuk molekul nitrogen
yang teradsorb menjadi bentuk atomik. Hal itu telah ditunjukkan bahwa panas adsorpsi dari
molekul nitrogen pada permukaan besi meningkat sekitar 45 kJ/mol, dan sebagai akibatnya
adalah penurunan energi aktivasi untuk penguraian ketika molekul nitrogen mendekati suatu
atom natrium (Na). Ini mengakibatkan suatu peningkatan yang besar pada koefisien
penggabungan. Hal ini mengarah pada situasi di mana semua area permukaan besi mempunyai
aktivitas serupa terhadap natrium. Peningkatan dalam energi adsorpsi molekul nitrogen itu
dianggap berkaitan dengan perpindahan muatan dari natrium pada permukaan besi, dengan
mengabaikan banyaknya ikatan yang lebih kuat dari permukaan besi ke molekul nitrogen.
Implikasi pada Desain Proses
Laju reaksi overall untuk menghasilkan NH3 dari nitrogen (N) tergantung pada laju relatif
reaksi searah dan reaksi balik. Sebelum terjadi kesetimbangan, reaksi searah lebih mendominasi
dan laju reaksi akan meningkat dengan peningkatan temperatur. Ketika mendekati keadaan
kesetimbangan (telah adanya sejumlah substansi NH 3) reaksi balik meningkat secara signifikan,
profil ini dapat dilihat pada Figure 8.8.

Grafik di atas menunjukan konsentrasi NH 3 pada kesetimbangan sebagai fungsi


temperatur, bersama-sama dengan satu kontur (bentuk) rangkaian laju reaksi yang konstan.
Kontur (bentuk) ini dinyatakan dalam hal laju reaksi overall pada temperatur 350oC yang telah
terdapat NH3 sebanyak 20%. Untuk setiap konsentrasi NH3 dalam reaksi gas ada suatu nilai
temperatur di mana laju reaksi mempunyai nilai maksimum, yang akan turun dengan tajam pada
temperatur yang lebih tinggi ketika terjadi kurva kesetimbangan AB. Nilai maksimum bentuk
(kontur) laju yang tetap (konstan) menghasilkan kurva CD, yang bisa mewakili profil temperatur
yang ideal untuk suatu konverter NH3, dan kondisinya tergantung pada ukuran partikel dan
aktivitas dari katalis. Profil seperti itu tidak dapat dicapai dalam praktek, meskipun demikian
tujuan dari perancang konverter adalah untuk mendekati keadaan yang ideal
Aktivitas utama dari katalis untuk sintesis NH 3 secara berangsur-angsur menurun selama
pemakaian katalis tersebut (pada awalnya secara relatif menurun dengan cepat), di ikuti oleh
suatu penurunan yang lambat terhadap laju reaksi ke tingkat yang steady, yaitu sekitar separuh
dari aktivitas awal katalis. Waktu dan tingkat deaktivasi ini tergantung seluruhnya pada kondisi
operasi, dan reaktor harus dirancang untuk beroperasi pada steady state. Laju reaksi pada tabel
8.3 adalah untuk katalis baru yang telah mengalami reduksi dan tidak tepat untuk perancangan
suatu konverter.
Simulasi Sintesis Amonia dengan Program Microsoft Excel

Data data diambil dari Program Hysys Samples Amonia Plant


Integration information
Number of segment : 5
Minimum step Fraction
: 1.0 x 106
Minimum step Lenghth
: 9.7 x 107 m
Catalyst data
Particle Diameter
: 0.00100 mm
Particle Sphericity
: 1000
Solid density
: 2500.0 Kg/m3
Bulk Density
: 1250.0 Kg/m3
Solid Heat Capcity
: 250.000 KJ/Kg.oC
Stoichiometry and Rate Info
Component Mole WL
Stoich Coeff Fwd Order
Nitrogen
28.013
-0.500
0.50
Hydrogen
2.016
-1.500
1.50
Ammonia
17.030
1.000
0.00
Balance
Balance Error
0.00000
o
Reaction Heat (25 C) -9.1 x 104 kJ/kgmole
Basis
Basis
: Partial Pres
Base Component
: Nitrogen
Rxn Phase
: Vapour Phase
Min, Temperatur
: -2731 oC
Max Temperatur
: 3000 oC
Basis Units
: atm
Rate Units
: Kgmole/m3s
Forward reaction
A
10000
E
91000

empty
Reverse Reaction
A
1.3000 x 10+010
E
1.4100 x 10+005

empty
Tube Dimesion
Total Volume
: 6.851 m3
Length
: 0.969 m
Diameter
: 3.0000 m
Number of tubes
:1
Wall Thickness
: 0.0050 m
Tube Packing
Void Fraction
: 0.500
Void Volume
: 3.426 m3

Rev Order
0.00
0.00
1.00

Equation Help

Reaksi Sintesis Amonia :


Komposisi (dalam fraksi mol) :
H2
= 0,5148
N2
= 0,1833
NH3 = 0,0141
Ar
= 0,0574
CH4 = 0,2304
Data- data diperoleh dari Hysys.
Diameter reaktor
Panjang reaktor

: 9,8425 ft = 3 m
Ac = 76,0853 ft2 = 7,0686 m2.
: 9,54 ft = 2,9078 m.

Kinetika Reaksi :

Termodinamika :

saat setimbang :

maka,

Penyelesaian dilakukan dengan metode Solver.


Data Cp diperoleh dari Basic and Calculation In Chemical Engineering, Himmelblau:

Neraca mol
Design :

Rate law :
Stoikiometri : reaktan kunci : N2

Energi Balance

Reaksi :

Neraca Momentum
Persamaan Ergun:

Ketiga persamaan diferensial diatas diselesaikan secara simultan dengan menggunakan metode
Euler di dalam program Excel dengan variabel independent-nya adalah L (panjang reaktor), L
yang digunakan adalah 0.03 ft untuk panjang reaktor 30 m (98.4 ft)
Pembahasan Hasil Simulasi
Reaktor Adiabatis
Reaksi amonia dijalankan pada reaktor adiabatis dengan kondisi yang telah ditentukan, dan
diperoleh konversi akhir sekitar 43%. Konversi 43% didapat dari reaktor yang panjangnya + 7
meter.

Dapat dilihat dari profil X, T dan P/Po pada sintesa NH 3 dimana profil konversi yang
ditunjukkan setelah mencapai + 7 m konversinya sudah tidak naik lagi dan ada kecenderungan
semakin menurun tetapi tidak terlalu jauh penurunannnya, hal ini dapat terjadi karena konversi
NH3 setelah jarak + 7 m telah mendekati kondisi kesetimbangannya sehingga konversinya sudah
tidak bisa meningkat lagi. Selain itu, dikarenakan adanya sedikit NH 3 yang terurai kembali

menjadi N2 dan H2. Hal ini dapat dilihat pada grafik profil Xdan Xeterhadap T dimana konversi
akhir telah mendekati konversi kesetimbangannya.Pada grafik di sebelah kanan dapat dilihat
terjadi kenikkan temperatur seiring dengan naiknya konversi. Hal ini dikarenakan reaksi sintesis
amonia merupakan reaksi eksoterm, dimana akan menghasilkan panas selama reaksi
berlangsung. Pada saat konversi telah mendekati konversi kesetimbangannya (pada jarak 7 m
atau lebih), temperatur reaktor cenderung konstan, karena reaksi NH 3 telah setimbang. Terjadi
sedikit penurunan temperatur dikarenakan terjadi reaksi balik dimana merupakan reaksi
endotermis. Temperatur akhir sebesar 302.805C. Pada grafik juga dapat dilihat terjadi
penurunan tekanan yang ditandai dengan penurunan P/Po. Hal ini disebabkan terjadi friksi antara
reaktan dan katalis yang akan meningkatkan pressure drop. Tekanan keluaran reaktor adalah
113.423 atm. Dengan kondisi seperti diatas maka Kapasitas produksi NH 3 pada proses adiabatis
adalah 1613,04 ton/hari (1 tube).
Reaktor Adiabatis + Interstage cooler
Dengan menjalankan reaksi amonia pada kondisi adiabatis dengan interstage cooler dan
menggunakan data yang sama seperti pada reaktor adiabatis tanpa interstage cooler maka
diperoleh konversi sebasar 53.064 % dengan panjang reaktor 30 m.

Dapat dilihat pada grafik X, T, P/Po dimana setelah jarak 11 m, konversi telah cenderung
konstan sehingga reaktan melewati interstage cooler dan didinginkan hingga temperatur awal
umpan yaitu sebsar 270oC. Kemudian umpan dimasukkan kembali ke bed II dan reaksi kembali
berjalan dan konversi akan meningkat kembali hingga pada jarak 26.5 meter, keluaran dari bed
II dilewatkan pada interstage cooler II dan didinginkan kembali ke temperatur awal umpan.
Kemudian dimasukkan kembali ke bed III. Konversi hanya meningkat sedikit dan keluaran bed
III merupakan keluaran akhir reaktor. Jadi untuk reaktor sepanjang 30 m, digunakan total bed 3
buah dengan interstage cooler 2 buah. Pada grafik profil X, Xe terhadap T dapat dilihat saat
konversi mendekati kesetimbangan, maka temperatur diturunkan ke temperatur awal umpan
dengan cara melewatkan pad interstage cooler. Demikianlah proses ini berlangsung seterusnya
hingga melewati 3 bed dan 2 interstage cooler sehingga diperoleh konversi yang lebih tinggi
daripada konversi pada saat reaktor hanya beroperasi secara adiabatis saja.
Pada grafik juga dapat dilihat terjadi penurunan tekanan yang ditandai dengan penurunan
P/Po. Hal ini disebabkan terjadi friksi antara reaktan dan katalis yang akan meningkatkan
pressure drop. Tekanan keluaran reaktor adalah 116.587 atm. Kapasitas produksi NH 3 untuk
proses adiabatis dan interstage ini adalah 1987,75 ton/hari (1 tube). Jadi dengan memasang
interstage cooler pada reaktor akan menaikkan konversi sehingga hasil produksi yang dihasilkan
lebih besar yaitu meningkat menjadi 1987.75 ton/hari dari 1613.04 ton/hari pada kondisi
adiabatis tanpa interstage cooler.
Reaktor Non -adiabatis
Jika reaksi amonia dijalankan pada reaktor non-adiabatis dengan data-data diatas maka
diperoleh konversi sebesar 0.50668 (50.668%) dengan reaktor sepanjang 30 m.

Dapat dilihat pada grafik X, T, P/Po dimana konversi masih terus meningkat sampai pada
jarak 30 meter walaupun tidak signifikan. Profil konversi pada saat temperatur reaktor
didinginkan dengan mengontakkan dengan HE dapat dilihat pada grafik profil X dan Xe
terhadap T. Karena konversi tidak dapat melewati konversi kesetimbangannya maka salah satu
cara untuk menaikkan konversi adalah dengan menurunkan temperatur. Temperatur diturunkan
dengan mengontakkan reaktan dengan air pendingin sehingga terjadi perpindahan kalor melalui
dinding reaktor dengan UA sebesar 10.437 kW/m2 hrdengan Ta = 270 C. Pada grafik dapat
dilihat profil temperatur yang naik pada bagian awal masukan reaktor kemudian menurun hingga
bagian akhir reaktor. pada awal reaktor, reaksi berlangsung sangat cepat sehingga panas yang
diserap air pendingin tidak dapat mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan sehingga temperatur
reaktor naik. setelah mencapai 6 m, reaksi menjadi agak lambat sehingga panas yang diserap air
pendingin telah dapat mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan dan akhirnya panas yang
diserap air pendingin lebih besar dari panas reaksi yang dihasilkan, akibatnya temperatur reaktor
menurun. Temperatur keluaran reaktor adalah 278.84 C.
Pada grafik juga dapat dilihat terjadi penurunan tekanan yang ditandai dengan penurunan
P/Po. Hal ini disebabkan terjadi friksi antara reaktan dan katalis yang akan meningkatkan
pressure drop. tekanan keluaran reaktor sebesar 115.74 dengan kapasitas produksi NH 3 sebesar
1892.98 ton/hari (1 tube).
Pada simulasi produksi amonia dengan kondisi reaktor non adiabatis hasil produksi NH 3
diperoleh 1892.98 ton/hari hasil produksi ini tidak jauh beda dengan reaktor pada kondisi

adiabatis yakni 1613,04 ton/hari dan dengan kondisi reaktor adabatis + interstage cooler yakni
1987.76 ton / hari hasil produksi ini lebih besar dibandingkan dengan pada kondisi reaktor non
adiabatic
Reaktor Adiabatis dengan Absorber NH3 dan Supplai H2 dan N2
Dengan mensuplai N2 dan H2 serta mengambil produk NH3 maka konversi kesetimbangan akan
meningkat dan secara langsung akan meningkatkan konversi akhir. Dapat dilihat pada grafik
dengan mensuplai N2 dan H2 masing-masing 10 atm dan NH3 diabsorbsi dengan air sebesar 10
atm hasilnya konversi akan meningkat melewati konversi kesetimbangan pada keadaan awal.

Konversi akhir yang didapat 0.582849 dengan temperatur keluaran 314.85C dan tekanan
keluaran 114.25 atm. Kapasitas produksi NH3 sebesar 2183.28 ton/hari (1 tube).
Dan jika suplai N2 dan H2 masing-masing ditingkatkan menjadi 20 atm dan NH3
diabsorbsi dengan air sebesar 10 atm hasilnya konversi akan meningkat melewati konversi
kesetimbangan pada keadaan awal juga. Hasil yang diperoleh konversi 71 % dengan hasil
produksi 2671.87 ton/hari (1 tube) tetapi temperatur keluaran yang hasilkan meningkat menjadi
325.35OC dan tekanan keluaran 115.07 atm. Dengan menaikkan suplai N 2, H2 dan absorbsi NH3
akan menaikkan konversi tetapi harus diperhatikan temperatur keluaran karena pada suplai

masing-masing 20 atm terjadi peningkatan temperatur dibandingkan dengan yang disuplai


masing-masing 10 atm.

Reaktor Adiabatis + interstage cooler dengan absorber NH3 dan suplai H2 dan N2
N2 dan H2 disuplai masing-masing 10 atm dan NH 3 diabsorpsi dengan air sebesar 10 atm,
hasilnya, konversi akan meningkat melewati konversi kesetimbangan pada keadaan awal. Hal ini
dikarenakan dengan mensuplai N2 dan H2 serta mengambil produk NH3 maka konversi
kesetimbangan akan meningkat dan secara langsung akan meningkatkan konversi akhir.
Konversi akhir yang didapat 0.68628 dengan temperatur keluaran 278.484 C dan tekanan
keluaran 117.709 atm. Kapasitas produksi NH3 sebesar 2570.7 ton/hari (1 tube).

Reaktor Non-adiabatis dengan absorber NH3 dan Suplai H2 dan N2


N2 dan H2 disuplai masing-masing 10 atm dan NH 3 diabsorpsi dengan air sebesar 10 atm,
hasilnya, konversi akan meningkat melewati konversi kesetimbangan pada keadaan awal. Hal ini
dikarenakan dengan mensuplai N2 dan H2 serta mengambil produk NH3 maka konversi
kesetimbangan akan meningkat dan secara langsung akan meningkatkan konversi akhir.
Konversi akhir yang didapat 0.66786 dengan temperatur keluaran 282.612 C dan tekanan
keluaran 116.963 atm. Kapasitas produksi NH3 sebesar 2501.73 ton/hari (1 tube).

Menetukan Temperatur Umpan Optimum pada Reaktor Adiabatis


Denganmemvariasikantemperatur umpan masuk reaktor pada reaktor adiabatis maka dapat
ditentukan temperatur optimum umpan masuk reaktor dimana temperatur umpan yang akan
memberikan konversi yang maksimum.

Reaktor Adiabatis
To (C)
T (C)
X
200
209.388 0.123
210
225.898 0.208
220
246.078 0.338
240
279.349 0.508
260
295.157 0.459
270
302.805 0.431
280
310.496 0.403
300
326.041 0.348
320
341.856 0.295
330
349.883 0.270
350
366.209 0.222
370
382.927 0.179
400
408.777 0.123

Xe
0.780
0.763
0.726
0.608
0.500
0.471
0.443
0.391
0.340
0.306
0.264
0.212
0.156

Reaktor Adiabatis

Xe

T (C)

Pada grafik dapat dilihat dengan naiknya temperatur umpan, konversi akan meningkat
sampai temperatur umpan 240 C, kemudian untuk temperatur umpan > 240 C, konversi akan
menurunkan temperatur pada temperatur umpan < 240 C, konversi masih dibatasi oleh laju
reaksi dimana semakin besar temperatur umpan, laju reaksi akan semakin besar dan konversi
meningkat. Sedangkan untuk temperatur umpan > 240 C, konversi telah dibatasi oleh konversi
kesetimbangan termodinamis, dimana akibat reaksi eksotermis, semakin besar temperatur
umpan, konversi kesetimbangan akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada grafik
dengan meningkatnya temperatur umpan, konversi kesetimbangan akan menurun. Semakin besar
temperatur umpan, maka temperatur keluaran reaktan akan semakin besar. Dari grafik dapat
dilihat temperatur optimum umpan masuk adalah 240 C.

Menentukan Temperatur Umpan Optimum pada Reaktor Non- Adiabatis


Hal yang sama dilakukan yaitu dengan memvariasikan temperatur umpan masuk reaktor non
adiabatis maka dapat ditentukan temperatur optimum umpan masuk reaktor dimana temperatur
umpan yang akan memberikan konversi yang maksimum.

Reaktor Non-Adiabatis
To (C)
T (C)
X
200
275.129 0.467
210
275.963 0.487
220
276.343 0.502
240
276.644 0.514
260
277.757 0.512
270
278.840 0.507
280
280.217 0.500
300
283.543 0.485
320
287.289 0.469
330
289.251 0.461
350
293.293 0.444
370
297.446 0.427
400
303.827 0.401

Xe
0.753
0.737
0.730
0.716
0.680
0.660
0.624
0.557
0.515
0.500
0.469
0.460
0.433

Reaktor Non-adiabatis

Xe

T (C)

Pada grafik dapat dilihat dengan naiknya temperatur umpan, konversi akan meningkat
sampai temteratur umpan 250 C, kemudian untuk temperatur umpan > 250 C, konversi akan
menurunkan temperatur pada temperatur umpan < 250 C, konversi masih dibatasi oleh laju
reaksi dimana semakin besar temperatur umpan, laju reaksi akan semakin besar dan konversi

meningkat. Sedangkan untuk temperatur umpan > 250 C, konversi telah dibatasi oleh konversi
kesetimbangan termodinamis, dimana akibat reaksi eksotermis, semakin besar temperatur
umpan, konversi kesetimbangan akan semakinmeningkat. Hal ini dapat dilihat pada grafik
dengan meningkatnya temperatur umpan, konversi kesetimbangan akan menurun. Semakin besar
temperatur umpan, maka temperatur keluaran reaktan akan semakin besar. Dari grafik dapat
dilihat temperatur optimum umpan masuk adalah 250 C. temperatur optimum umpan masuk
untuk adiabatis lebih kecil dibandingkan dengan temperatur pada kondisi non adiabatis.
Pengaruh Temperatur Pendingin Terhadap Konversi Akhir pada reaktor Non adiabatis
Sama sperti mbuata kurva

sebelumnya denganmemvariasikantemperatur pendingin yang

digunakan pada reaktor non-adiabatis maka dapat ditentukan temperatur optimum pendingin
dimana temperatur pendingin yang akan memberikan konversi yang maksimum.

X
Ta
150
170
200
220
250
270
300
320
350

To=270 To=240
C
C
0.389
0.152
0.450
0.199
0.533
0.312
0.560
0.416
0.543
0.522
0.507
0.514
0.436
0.452
0.386
0.403
0.314
0.331

Pengaruh Temperatur Pendingin

To=270 C

To=240 C

Dari grafik dapat dilihat untuk To = 240 C, temperatur air pendingin optimum adalah 260 C
dan untuk To = 270 C, temperatur air pendingin optimum adalah 225 C. Pada temperatur air
pendingin dibawah 260 C, konversi untuk To = 270 C jauh lebih besar daripada konversi untuk
To = 240 C untuk temperatur air pendingin yang sama. Hal ini dikarenakan pada bagian
temperatur air pendingin dibawah 260 C, konversi masih dibatasi oleh laju reaksi dan karena
temperatur umpan 270 C lebih besar maka konversinya juga akan lebih besar (T ~ x untuk
rezim laju reaksi). Akan tetapi saat temperatur air pendingin diatas 260 C, konversi untuk To =
240 C dan To = 270 C memberikan nilai yang hampir sama untuk temperatur air pendingin
yang sama. Hal ini disebabkan saat temperatur air pendingin diatas 260 C, konversi telah
dibatasi oleh kesetimbangan termodinamis, sehingga konversi untuk To = 240 C dan To = 270
C hampir sama. Dengan demikian untuk temperatur air pendingin diatas 260 C, variasi
temperatur umpan kurang berpengaruh terhadap nilai konversi akhir.
Kesimpulan Simulasi NH3
Dapat dilihat dari simulasi yang dilakukan pada kondisi reaktor adiabatis, adiabtis dengan
interstage cooler , non adiabatis , dan dengan absorber dan suplai N 2 dan H2 hasil konversi

terbesar pada kondisi reaktor adiabtis + interstage cooler dengan absorber NH3 dan suplai H2 dan
N2 yakni sebesar 0.68628 atau 68.628% dengan hasil produksi NH3 sebesar 2570.74 ton /hari(1
tube).

Anda mungkin juga menyukai