Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


PT. PLN (Persero) PLTP LAHENDONG

“Analisa CO2 dan H2S pada NCG (Non Condensable Gases) di PLTP
Lahendong”

Disusun Oleh
Nurul Afifah (16101101005)

Dosen Pembimbing PKL

Dr. Henry F. Aritonang, S,Si, M.Si.

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisa CO2 dan H2S pada NCG (Non Condensable


Gases) di PLTP Lahendong

Nama : Nurul Afifah

NIM : 16101101005

Program Studi : Kimia

Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL

Dr. Henry F. Aritonang S.Si, M.Si.


NIP : 197112072000031001

Mengetahui,

Dekan F-MIPA UNSRAT Ketua Program Studi KIMIA

Prof. Dr. Benny Pinontoan, M.Sc. Drs. Dewa G. Katja, M.Si.


NIP.196606041995121001 NIP.196012201986121001
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PADA

PT. PLN PERSERO PLTP LAHENDONG

Oleh :

Nurul Afifah
NIM : 16101101005

Menyetujui,
Supervisor Laboratorium

Herbert S. M. Saragih

Mengetahui,
Manager

Steven Lintong
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya
atas berkat dan Kasih-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan serta penulisan laporan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL)
tersebut di PT. PLN PERSERO PLTP LAHENDONG. Dalam laporan ini akan
membahas tentang kegiatan PKL selama 21 hari dan penelitian sederhana dengan
judul Analisa CO2 dan H2S pada NCG (Non Condensable Gases) di PLTP
Lahendong.
Penulisan laporan hasil Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu
syarat dalam mata kuliah wajib, yakni Praktek Kerja Lapang (PKL), dan menjadi
syarat akademis dari Program Studi Kimia untuk dapat menyelesaikan studi di
FMIPA.
Melalui penulisan laporan ini, diucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan FMIPA UNSRAT, Prof. Dr. Benny Pinontoan, M.Sc.
2. Ketua Program Studi Kimia, Drs. Dewa G. Katja, M.Si.
3. Dosen Pembimbing PKL, Dr. Henry F. Aritonang, S.Si, M.Si.
4. Manager PT. PLN PERSERO PLTP LAHENDONG, Steven Lintong
5. Supervisor Laboratorium, Herbert S. M. Saragih
6. Seluruh staf dan karyawan PT. PLN PERSERO PLTP LAHENDONG (Ka
) yang telah membantu penulis selama proses pelaksanaan Praktek Kerja
lapangan.
7. Serta berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang juga
telah turut membantu.
Akhir kata semoga laporan hasil Praktek Kerja Lapangan ini, dapat
memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Manado, 01 Februari 2019

Nurul Afifah

2
3
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan berkembangnya zaman dari tahun ke tahun maka berkembang pula


akan kebutuhan terhadap sumber daya manusia. Perkembangan yang sangat ketat
menuntut manusia berlomba-lomba menampilkan keahlian yang ada untuk
mencapai kesuksesan. Perkembangan memiliki tahap yang tidak datang secara
instan melainkan memiliki alur yang berjalan dengan waktu yang dinamakan
proses. Proses yang tepat akan memunculkan perkembangan yang sangat pesat.
Demikian halnya dengan Sumber Daya Manusia, kebutuhan akan Sumber Daya
Manusia yang memiliki kualitas yang baik akan sangat berperan penting dalam
perkembangan suatu instansi atau perusahaan dan bahkan dapat mengangkat
derajat bangsa dalam perkembangan globalisasi. Salah satu cara menghasilkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik adalah Pendidikan.

Berkaitan dengan cara menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang


berkualitas, maka Universitas Sam Ratulangi, Fakultas MIPA, khususnya jurusan
Kimia sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan telah
mempersiapkan suatu program dimana mahasiswanya akan dibekali pengetahuan
serta keterampilan untuk terjun ke dunia kerja dan sekaligus terjun ke dunia
bisnis.

Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,


kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah.
Dengan mengikuti praktek kerja lapangan diharapkan dapat menambah
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan
diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan oleh Mahasiswa


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Kimia adalah
salah satu syarat dalam mata kuliah wajib dan menjadi syarat akademis yang
harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini, dapat

4
dilaksanakan di PT. PLN (Persero) PLTP Lahendong. Adanya kegiatan Praktek
Kerja Lapangan ini, diharapkan setiap mahasiswa mendapatkan pengalaman
secara langsung dibidangnya, serta memperdalam ilmu yang telah diperoleh saat
kuliah. Selama Praktek Kerja Lapangan mahasiswa dituntut untuk dapat
menjalankan tugas dan mengatasi segala persoalan-persoalan yang membutuhkan
kreatifitas serta solusi atas apa yang telah didapat selama Praktek Kerja Lapangan
(PKL) ini berlangsung.

Pada zaman ini kenyataannya bahwa kebutuhan akan energi, khususnya


energi listrik di Indonesia, menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup
masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di
bidang teknologi, industri dan informasi.

Semakin berkurangnya ketersediaan sumber daya energi fosil, khususnya


minyak bumi, yang sampai saat ini masih merupakan tulang punggung dan
komponen utama penghasil energi listrik di Indonesia, serta makin meningkatnya
kesadaran akan usaha untuk melestarikan lingkungan, menyebabkan kita harus
berpikir untuk mencari altematif penyediaan energi listrik seperti matahari, angin,
air, biomas, Panas Bumi dan lain sebagainya.

Panas Bumi adalah sumber Energi Terbarukan berupa panas dari dalam bumi
dalam bentuk uap air, air panas, atau campuran keduanya yang dapat di ekstrak
panasnya. Panas Bumi dapat dimanfaatkan secara langsung (direct use) untuk
pemandian air panas, wisata, dan sebagainya dan tidak langsung (indrect use)
untuk pembangkit tenaga listrik.

Secara sederhana, cara pemanfaatan panas bumi untuk mengasilkan listrik


adalah dengan memproduksi fluida panas bumi dari bawah permukaan dapat
berupa uap air atau air kemudain fluida panas bumi tersebut dipisahkan antara uap
dan air, dimana uap air digunakan untuk menggerakan turbin yang kemudian akan
menghasilkan energi listrik, seddangkan air yang sudah terpisah didiginkan
terlebih dahulu kemudian diinjeksikan lagi kedalam bumi.

5
Panas bumi merupakan salah satu sumber energy yang bisa menyediakan
listrik secara kontinyu dengan dampak negatif kecil terhadap lingkungan. Tingkat
emisi CO2 dan H2S yang dihasilkan dari PLTP jauh lebih kecil dibandingkan
dengan pembangkit listrik yang bersumber dari energi batubara, minyak atau gas
bumi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Panas Bumi
Menurut salah satu teori, pada prinsipnya bumi merupakan pecahan yang
terlempar dari matahari. Karenanya, bumi hingga kini masih mempunyai inti
panas sekali yang meleleh. Kegiatan-kegiatan gunumg berapi dibanyak tempat
dipermukaan bumi dipandang sebagai bukti dari teori ini.
Magma yang menyebabkan letusan-letusan vulkanik juga menghasilkan
sumber-sumber uap dan air panas pada permukaan bumi. Dibanya tempat, air
dibawah tanah bersinggungan dengan panas di perut bumi dan menimbulkan suhu
tinggi dan tekanan tinggi. Ia mengalir kepermukaan sebagai air panas, lahar panas
dan aliran uap. Kita bias menggunakan tidak hanya hembusan alamiah tetapi
dapat member hingga bagian dasar uap, atau menyemprotkan air dingin hingga
bersinggungan dengan karang kering yang panas untuk memanaskannya menjadi
uap.
Pada dasarnya bumi terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar adalah
lapisan kulit atau kerak bumi (crust) tebalnya rata-rata 30-40 Km atau lebih
didaratan dan dilaut antara 7 dan 10 Km. Bagian berikutnya dinamakan mantel,
mantel bumi (mantle) merupakan lapisan yang semi cair atau batuan yang meleleh
atau sedang mengalami perubahan fisik akibat pengaruh tekanan dan temperature
tinggi disekitarnya, yang terdiri atas batu yang dalamnya mencapai kira-kira 3000

7
Km, dan yang berbatasan dengan inti bumi yang panas sekali. Bagian luar dari inti
bumi (outer core ) berbentuk liquid. Inti ini terdiri atas inti cair atau inti meleleh,
yang mencapai 2000 Km. Kemudian lapisan terdalam dari inti bumi (inner core)
berwujud padat. Inti keras yang mempunyai garis tengah sekitar 2600 Km.
Panas inti bumi mencapai 5000 0C lebih. Diperkirakan ada dua sebab
mengapa inti bumi itu panas. Pertama disebabkan tekanan yang begitu besar
karena gravitasi bumi mencoba mengkompres atau menekan materi, sehingga
bagian yang tengah menjadi paling terdesak. Sehingga kepadatan bumi menjadi
lebih besar sebelah dalam. Sebab kedua bahwa bumi mengandung banyak bahan
radioaktif seperti Uranium-238, Uranium-235 dan Thorium-232. Bahan-bahan
radioaktif ini membangkitkan jumlah panas yang tinggi. Panas tersebut dengan
sendirinya berusaha untuk mengalir keluar, akan tetapi ditahan oleh mantel yang
mengelilinginya. Menurut perkiraan rata-rata panas yang mencapai permukaan
bumi adalah sebesar 400 kkal/m2 setahun.
Dipermukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas, bahakan
suamber uap panas. Panas itu datangya dari batu-bautu yang meleleh atau magma
yang menerimapanas dari inti bumi.
Magma yang terletak didalam lapisan mantel, memanasi lapisan batu padat.
Diatas batu padat terletak suatu lapisan batu berpori, yaitu batu mempunyai
banyak lubang kecil. Bila lapisan batu berpori ini berisi air, yang berasal dari air
tanah, atau resapan air hujan, atau resapan air danau maka air itu turut dipanaskan
oleh lapisan batu padat yang panas itu. Bila panasnya besar, maka terbentuk air
panas, bahkan dapat terbentuk uap dalam lapisan batu berpori. Bila diatas lapisan
batu berpori terdapat satu lapisan batu padat, maka lapisan batu berpori berfungsi
sebagai boiler. Uap dan juga air panas bertekanan akan berusaha keluar. Dalam
hal ini keatas, yaitu kearah permukaan bumi.
Energi panas bumi adalah energi panas yang dihasilkan dan disimpan di
Bumi. Energi panas adalah energi yang menentukan suhu materi. Energi panas
bumi dari kerak bumi berasal dari pembentukan asli planet ini dan dari peluruhan
radioaktif. Sumber panas bumi rentang energi dari tanah dangkal untuk air panas
dan batu panas menemukan beberapa mil di bawah permukaan bumi, dan turun

8
lebih dalam ke temperatur yang sangat tinggi dari batuan cair yang disebut
magma.
Gradien panas bumi, yang merupakan perbedaan suhu antara inti planet dan
permukaannya, putaran konduksi kontinyu dari energi panas dalam bentuk panas
dari inti ke permukaan. Suhu pada batas inti - mantel bisa mencapai lebih dari
4000°C (7200°F). Suhu dan tekanan tinggi di Bumi interior menyebabkan
beberapa batu mencair dan mantel solid untuk berperilaku plastis, sehingga
bagian-bagian dari mantel convecting ke atas karena lebih ringan dari batuan
sekitarnya.
Listrik panas bumi adalah biaya efektif, handal, berkelanjutan, dan ramah
lingkungan, namun secara historis terbatas pada daerah dekat batas lempeng
tektonik. Kemajuan teknologi terbaru telah secara dramatis memperluas
jangkauan dan ukuran sumber daya yang layak, terutama untuk aplikasi seperti
pemanas rumah, membuka potensi untuk eksploitasi luas. Sumur panas bumi
melepaskan gas rumah kaca yang terperangkap jauh di dalam bumi, tetapi emisi
ini jauh lebih rendah per unit energi dibandingkan bahan bakar fosil. Akibatnya ,
tenaga panas bumi memiliki potensi untuk membantu mengurangi pemanasan
global jika banyak digunakan di tempat bahan bakar fosil.
Sumber daya bumi geothermal secara teoritis lebih dari cukup untuk
memasok kebutuhan energi manusia, tetapi hanya sebagian kecil dapat
menguntungkan dieksploitasi. Pengeboran dan eksplorasi sumber daya yang
mendalam sangat mahal. Perkiraan untuk masa depan tenaga panas bumi
tergantung pada asumsi tentang teknologi, harga energi, subsidi, dan suku bunga.
Energi panas bumi datang baik bentuk uap atau cairan yang didominasi.
Larderello dan geyser yang uap yang didominasi. Situs uap didominasi
menawarkan suhu 240-300 C yang menghasilkan uap panas.
Gejala panas bumi pada umumnya tampak dipermukaan bumi berupa mata
air panas, fumarole, geyser dan sulfatora. Dengan jalan pengebora, uap alam yang
bersuhu dan tekanan tinggi dapat diambil dari dalam bumi dan dialirkan ke
generator turbo yang selnjutnya menghasilkan tenanga listrik
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

9
Pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah pembangkitan listrik dengan
panas bumi dilakukan dengan mengebor tanah didaerah berpotensi panas bumi
untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan
katel uap (boiler) sehingga uapnya bias mengerakkan turbin uap yang tersambung
ke generator, untuk panas bumi bertekanan tinggi dapat langsung memutar turbin
generator stelah uap yang keluar dibersihkan dahulu.
2.2.1 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi sama saja dengan
pembangkit listrik tenaga uap hanya saja yang digunakan pada pembangkit listrik
tenaga panas bumi adalah uap panas bumi.
Uap panas bumi yang telah dipisahkan dari air yang berasal langsung dari
perut bumi. Karena itu pembangkit listrik tenaga panas bumi biasanya dibangun di
daerah pegunungan dekat gunung berapi.
Pengeboran dilakukan di atas permukaan kantong uap di perut bumi,
tepatnya diatas lapisan batuan yang keras di atas penggerak generator, hingga uap
dari dalam akan menyembur keluar. Namun ada dampak yang tidak
menguntungkan dari uap yang menyembur keluar ini.
Uap yang keluar dari sumur sering mengandung berbagai unsur kimia yang
terlarut dalam bahan-bahan padat sehingga uap itu tidak begitu murni. Zat-zat
pengotor antara lain Fe, Cl, SiO2, CO2, H2S dan NH4. Pengotor ini akan
mengurangi efisiensi pembangit listrik tenaga panas bumi dan merusak sudut-
sudut turbin serta mencemari lingkungan.
Setelah mengerakkan turbin, uap akan diembukan dala kondensor menjadi
air dan disuntikan kembali kedalam perut bumi menuju kantong uap. Jumlah
kandungan Uap dalam kantong uap ini terbatas, karenanya daya pembangkit
listrik tenga panas bumi yang sudah maupun akan dibangun harus disesuaikan
dengan perkiraan jumlah kandungan tersebut.
Untuk membangkitkan listrik dengan panas bumi dilakukan dengan cara
mengebor tanah di daerah yang berpotensi untuk membuat lubang gas panas yang
akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa
menggerakkan turbin uap yang tersambung ke generator. Panas bumi yang

10
mempunyai tekanan tinggi dapat langsung memutar turbin generator, setelah uap
yang keluar dibersihkan telebih dahulu.
2.2.2 Peralatan utama pembangkit listrik tenaga panas bumi
1. Demister
Demister adalah peralatan yang berfungsi untuk menangkap butiran
butiran air yang masih terkandung di dalam uap sesaat sebelum uap
tersebut memasuki turbin. Sehingga demister biasanya dipasang tidak jauh
dari turbin.
2. Turbin
Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energy fluida kerja,
dalam hal ini adalah uap, dipergunakan langsung untuk memutar roda
turbin. Bagian turbin yang berputar dinamakan roda turbin. Roda turbin
memutar poros yang menggerakan atau memutar bebannya, yang dalam
hal ini adalah generator listrik.
Secara umum, terdapat dua jenis turbin yaitu turbin tanpa kondensor
(Atmospheric Exhaust / Back Pressure Turbine) dimana yang keluar dari turbin
langsung fbuang ke udara dan turbin dengan kondensor dimana fluida yang keluar
dari turbin dialirkan ke kondensor untuk dikondensasikan.
Turbin kondensor dilengkapi dengan kondensor (condensing unit). Uap
(baik yang berupa uap kering ataupun uap hasil separasi) yang keluar dari turbin
dimasukkan ke dalam kondensor dengan tekanan vakum sehingga output power
yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dan menjadi lebih efisien. Uap keluaran dari
turbin diubah menjadi kondensat di dalam kondensor. Kondensat dapat
dikembalikan atau direinjeksikan ke dalam reservoar.

3. Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energy
mekanik putaran poros turbin menjadi energy listrik.

4. Transformer utama
Transformator adalah alat untuk menyalurkan energy listrik ke tegangan
rendah maupun ke tegangan tinggi.

5. Transmission line

11
Perangkat ini berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran listrik yang
berada di wilayah pembangkit listrik tenaga panas bumi maupun aliran yang akan
distribusikan.
6. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari
turbin dengan kondisi tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi
atas kondensor, kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan
panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray nozzle.
Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh
ejector. Ejector ini juga berfungsi untuk mempertahankan hampa kondensor pada
saat operasi normal dan membuat hampa kondensor sewaktu start awal.
Air kondensat dipompakan oleh dua buah pompa pendingin utama (Main
Cooling Water Pump) ke menara pendingin (Cooling Tower) untuk didinginkan
ulang sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Kondensor dipasang dibawah
turbin, karena kondensor kontak langsung memiliki efisiensi perpindahan panas
yang jauh lebih besar daripada kondensor permukaan..
Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik tenaga
panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan system
pengambilan kembali kondensat seperti yang dilakukan oleh pembangkit listrik
tenaga uap konvesional.
7. Liquid Ring Vaccum Pump
Pompa vakum berfungsi utnuk memperbaiki derajat kevakuman
8. Hot Well Pump
Hot well pump adalah pendingin utama yang berfungsi untuk memompakan
air kondensat dari kondensor ke cooling tower utnuk kemudian didinginkan.
9. Main Cooling Water Pump
Main Cooling Water Pump adalah pompa pendingin utama yang berfungsi
untuk memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower kemudian
didinginkan
10. Cooling Tower
Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan kondensat dar pompa hot well
pump agar selanjutnya kondensat ini dapat disirkulasikan sebagai air pendingin.

12
11. Non Condaensable Gases Removal Sistem
Perangkat ini bertujuan untuk mengantarkan gas ke bagian atas dari cooling
tower dimana materi tersebut didispersikan ke udara.
2.3 Komposisi Kimia Batuan Reseirvoir Panas Bumi
Batuan reservoir panasbumi pada umumnya adalah batuan beku. Batuan
beku ini tersusun atas Si, Al, Mg, Fe, Ca, Na dan K serta Mn, P dan Ti dalam
jumlah yang sedikit. Elemen tersebut didampingi oleh oksigen dan sejumlah
batuan dan biasanya dilaporkan dalam bentuk komponen oksida (SiO2 dan Al2O3).
Dari hasil analisa kimia batuan reservoir, menunjukkan SiO2 merupakan
komponen terbanyak, berkisar antara 35-75 %, Al2O3 sekitar 12-18 % pada batuan
beku dan mencapai 20 % pada batuan beku intermediate.
Berdasarkan kandungan silica (SiO2), menurut O. Hirakawa dapat
diklasifikasikan menjadi:

1. Batuan Asam (Acidic/Silicic Rock)


Merupakan batuan dasar reservoir yang mempunyai kandungan silica
cukup tinggi (lebih dari 60 %). Contohnya granite dan riolite.
2. Batuan Basa (Basic Rock)
Merupakan batuan reservoir yang mempunyai kandungan silica antara
45-52 % yang kaya Mg, Fe dan Ca. Contohnya gabbro dan basalt.
3. Batuan Menengah (Intermediate Rock)
Merupakan batuan beku peralihan antara batuan beku asam dan batuan
beku basa dengan kandungan silica antara 52-66 %. Contohnya andesite
dan diorite.
4. Batuan Ultrabasa
Merupakan batuan reservoir dengan kandungan silica rendah berkisar
antara 40-45 %. Contohnya dunite.
2.4 Gas Hidrogen Sulfida (H2S)
Hidrogen sulfida (H2S), adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah
terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas
biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen
(aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini

13
juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama sulfana, sulfur hidrida, gas asam
(sour gas), sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik, dan gas limbah (sewer gas).
IUPAC menerima penamaan "hidrogen sulfida" dan "sulfana".
Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara kimiawi terkait
dengan air (H2O) karena oksigen dan sulfur berada dalam golongan yang sama di
tabel periodik. Hidrogen sulfida merupakan asam lemah, terpisah dalam larutan
aqueous (mengandung air) menjadi kation hidrogen H+ dan anion hidrosulfid HS−:
H2S → HS− + H+ Ka = 1.3×10−7 mol/L; pKa = 6.89.
Ion sulfida, S2−, dikenal dalam bentuk padatan tetapi tidak di dalam larutan
aqueous (oksida). Konstanta disosiasi kedua dari hidrogen sulfida sering
dinyatakan sekitar 10−13, tetapi sekarang disadari bahwa angka ini merupakan
error yang disebabkan oleh oksidasi sulfur dalam larutan alkalin. Estimasi terakhir
terbaik untuk pKa2 adalah 19 ± 2. Gas Hydrogen Sulfide (H2S) sangat beracun dan
mematikan, para pekerja pada pemboran minyak dan gas bumi mempunyai resiko
besar atas keluarnya gas H2S. Pengetahuan Umum tentang (H2S) Hidrogen Sulfida
(H2S) adalah gas yang sangat beracun dan dapat melumpuhkan sistem pernapasan
serta dapat dapat mematikan dalam beberapa menit. dalam jumlah sedikitpun gas
H2S sangat berbahaya untuk kesehatan.
Hidrogen Sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh bakteri. Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas bumi, selokan, air
yang tergenang. Misalnya rawa-rawa dan juga terbentuk pada proses-proses
industri maupun proses biologi lain.
Kateristik gas H2S, sebagai berikut.
 Sangat beracun dan mematikan
 Tidak Berwarna
 Lebih Berat Dari udara sehingga cendrung berkumpul dan diam pada
daerah yang rendah
 Dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil pembakarannya
gas sulfur Dioksida (SO2) yang juga merupakan gas beracun
 Sangat Korosif mengakibatkan berkarat pada logam tertentu

14
 Pada konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk dan dapat
melumpuhkan indera penciuman manusia.
2.5 Gas Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida (CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia
yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah
atom karbon. Berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan
hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi
kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi
tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang
penting karena menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi,
dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada
proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen
penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping
pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari
gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1
atm namun langsung menjadi padat pada temperatur kurang dari -78°C. Dalam
bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering. CO2 adalah
oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah
muda.
Karbon dioksida larut dalam air dan secara spontan membentuk H 2CO3
(asam karbonat) dalam kesetimbangan dengan CO 2. Konsentrasi relatif antara
CO2, H2CO3, dan HCO3− (bikarbonat) dan CO32−(karbonat) bergantung pada
kondisi pH larutan. Dalam air yang bersifat netral atau sedikit basa (pH > 6,5),
bentuk bikarbonat mendominasi (>50%). Dalam air yang bersifat basa kuat (pH >
10,4), bentuk karbonat mendominasi. Bentuk karbonat dan bikarbonat memiliki
kelarutan yang sangat baik. Dalam air laut (dengan pH = 8,2 - 8,5), terdapat 120
mg bikarbonat per liter.
Karbon dioksida secara garis besar dihasilkan dari enam proses:
1. Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana
metana dikonversikan menjadi CO2.

15
2. Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil
3. Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir,
wiski, dan minuman beralkohol lainnya
4. Dari proses penguraian termal batu kapur (CaCO3)
5. Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat
6. Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya
dihasilkan dari pengasaman air pada batu kapur atau dolomit
Karbon dioksida digunakan secara luas dalam beragam industri, seperti:
 Makanan: minuman berkarbonasi. Minuman gasifikasi. Pengemasan,
pembekuan, dan pendinginan.
 Deburring dan grinding.
 Netralisasi.
 Aplikasi fabrikasi logam.
 Katering.
 Obat-obatan: Campuran metabolisme.
 Plastik Berbusa: ekstraksi superkritis.
2.6 Titrasi Asam-Basa
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan
basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang
belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga
asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa
tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa
dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan
konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.

16
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”.
Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa ini adalah titrasi
asam basa (Asidimetri dan alkalimetri). Titrasi ini termasuk reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain
reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat
menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri.
Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan
menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati
perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna
dari indikator
2.6.1 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi).
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen.

17
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka
kita bisa menghitung kadar titrant.
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu
asam dengan basa.
H3O+ + OH– ⇔ 2 H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan jumlah ekivalen asam (H 3O+) sama
dengan jumlah ekivalen basa (OH–).
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau
basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit
dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan
baku asam dapat dibuat dari HCl, H 2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku
basa dibuat dari NaOH atau KOH. Larutan baku primer adalah larutan yang
konsentrasinya dapat ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat
yang mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi kemudian
dilarutkan sampai volume tertentu. Sedangkan larutan baku sekunder,
konsentrasinya harus ditentukan terlebih dahulu dengan pembakuan/standarisasi
terhadap baku primer.
Contoh:
Baku primer : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP),
H2C2O4
Baku sekunder : HCl, H2SO4, NaOH, KOH
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat;
asam/basa lemah dengan basa/asam kuat seperti:
NH4OH + H3O+ ⇔ NH4+ + 2H2O (basa lemah dengan asam kuat)
CH3COOH + OH– ⇔ CH3COO– + H2O (asam lemah dengan basa kuat)
CH3COO– + H3O+ ⇔ CH3COOH + H2O (garam dengan asam kuat)
NH4+ + OH– ⇔ NH3 + H2O (garam dengan asam kuat)
Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam
monofungsional. Garam-garam tersebut dalam air mengalami hidrolisis
menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini

18
dititrasi dengan asam atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai
Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam), maka garam tersebut dapat dititrasi dengan
basa, bila sebaliknya (Ka<Kb), garam tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik
ekivalen dicapai pada pH larutan CH3COOH atau NH4OH.
2.7 Analisa Qualitatif Gas NCG dan Sampling
Tujuan analisa qualitatif ini yaitu untuk mengetahui adanya gas NCG.
Analisa Qualitatif gas NCG menggunakan alat yang di sebut Wet Test. Alat ini
dapat mengukur jumlah total gas yang tidak terkondensasi. Prinsip kerja alat ini
hanya mengukur gas total yang tidak terkondensasi dari uap yang telah di
lewatkan pada cooler. Gas total yang di terukur oleh alat Wet Test, masih belum
bisa memberikan informasi kadar setiap komposisi NCG dalam uap. Gas NCG
(non-condensable gas) terdiri dari banyak gas yang tidak terkondensasi. Maka
dari itu, untuk menentukan kadar setiap gas di lakukan sampling gas NCG. Gas
ini mengandung CO2 dan H2S yang paling banyak. Untuk menganalisa banyaknya
gas CO2 dan H2S di lakukan dengan menjerap gas ini menggunakan larutan
penjerap. Larutan penjerap memiliki konsentrasi dan volume yang telah di
perhitungkan seberapa banyak jumlah maksimal gas NCG yang dapat di serap
secara kimia. Selanjutnya untuk mengetahui kadar setiap gas dilakukan analisa
quantitatif.
2.7.1 Larutan penjerap NaOH untuk gas CO2
Larutan NaOH digunakan untuk menjerap gas CO 2 karena NaOH bertindak
sebagai kuat. CO2 yang bersifat asam lemah dapat bereaksi dengan NaOH sebagai
basa kuat. NaOH mengabsorbsi gas CO2 secara kimia. Gas CO2 dapat bereaksi
secara kimia membentuk natrium karbonat. Dengan menggunakan larutan NaOH
dengan konsentrasi tertentu dan patokan jumlah gas CO 2 yang di serap yaitu
20.000 ppm. Gas CO2 dapat di analisa dengan metode aside-alkalimetri dan di
ketahui kandungan gas CO2 pada sumur produksi.
2.7.2 Prinsip larutan penjerap
Dengan mengalirkan gas NCG ke dalam botol penampung selama 30 detik
dan gas akan bereaksi dengan larutan. Gas CO2 dan gas H2S akan di tangkap oleh
larutan NaOH. Kemudian gas yang tidak bereaksi dengan larutan penjerap akan
terperangkap dalam botol penampung.

19
2.7.3 Reaksi larutan penjerap
2NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O
H2S + NaOH → Na2S + H2O
2.7.4 Sampling
Sampel gas diambil dari jalur pipa dengan evacuated flask berukuran
volume 200-400 ml. Pada analisa gas dalam uap, uap harus dikondensasi dan
massa/volume diukur sehingga konsentrasi dapat dinyatakan sebagai gas dalam
uap. Sebelum pengambilan sampel, larutan caustic soda dimasukkan ke dalam
tabung untuk menyerap gas-gas utama yaitu CO2 and H2S. Gas-gas lain
terkonsentrasi di ruang uap yang lebih mudah dianalisa. Berarti terdapat sejumlah
uap yang dapat dikondensasi yang diperlukan untuk menyatakan hasil analisa
sebagai gas dalam steam (tanpa caustic soda, tabung akan dipenuhi dengan gas
CO2 dan sangat sedikit kondensat yang akan tersampel).

20
21

Anda mungkin juga menyukai