Anda di halaman 1dari 25

Bab 19 – Humidifikasi

Operasi Humidifikasi
Humidifikasi dan dehumidifikasi melibatkan perpindahan material antara fasa cair murni
dan gas tetap yang hampir tidak larut dalam cairan. Operasi ini adalah lebih sederhana daripada
absorpsi dan pelucutan,karena ketika cairan hanya mengandung satu komponen,tidak ada gradien
konsentrasi dan tidak adanya tahanan terhadap perpindahan massa dalam fase cair. Di sisi lain,
baik perpindahan panas dan perpindahan massa fase gas adalah penting, dan keduanya saling
mempengaruhi. Dalam bab-bab sebelumnya bahasan ini telah diperlakukan secara terpisah;pada
bab ini dan di bab pengeringan padatan (dibahas dalam Bab 24) terjadi bersama-sama, serta terjadi
perubahan konsentrasi dan suhu secara bersamaan.

DEFINISI
Dalam operasi humidifikasi, terutama yang diterapkan pada sistem udara-air, sejumlah
definisi yang lebih khusus digunakan secara umum. Dasar untuk perhitungan teknik adalah satuan
massa gas bebas uap, dimana uap berarti bentuk gas. Dalam diskusi ini dasar satuan gas massa uap
digunakan. Dalam fasa gas kondisi uap akan disebut sebagai komponen A dan gas tetap sebagai
komponen B. Karena sifat campuran gas-uap bervariasi dengan tekanan total, tekanan harus
diperbaiki. Kecuali ditentukan lain, tekanan total 1 atm diasumsikan. Juga, diasumsikan bahwa
campuran gas dan uap mengikuti hukum-hukum gas ideal.
Kelembaban ℋ adalah massa uap yang dibawa oleh satuan massa gas bebas uap. Jadi
didefinisikan, kelembaban hanya bergantung pada tekanan parsial uap dalam campuran bila
tekanan total tetap. Jika tekanan parsial uap adalah 𝑝𝐴 atm, rasio molal uap terhadap gas pada 1
𝑝
atm adalah 𝐴⁄(𝑃 − 𝑝 ). Oleh karena itu kelembabannya:
𝐴
𝑀𝐴 𝑝𝐴 (19.1)
ℋ=
(𝑃
𝑀𝐵 − 𝑝𝐴 )

dimana 𝑀𝐴 dan 𝑀𝐵 adalah berat molekul dari komponen A dan B, masing-masing.


Kelembaban berhubungan dengan fraksi mol dalam fasa gas dengan persamaan
ℋ ⁄𝑀𝐴 (19.2)
𝑦=
1⁄𝑀𝐵 + 𝐻 ⁄𝑀𝐴
Karena ℋ ⁄𝑀𝐴 biasanya lebih kecil dibandingkan dengan 1⁄𝑀 sering kali y dapat
𝐵
dianggap berbanding lurus dengan ℋ. Gas jenuh adalah gas dimana uap berada dalam keadaan
setimbang dengan cairan pada suhu gas. Tekanan parsial uap dalam gas jenuh sama dengan
tekanan uap cairan.
𝑀𝐴 𝑃′𝐴 (19.3)
ℋ𝑠 =
𝑀𝐵 (𝑃 − 𝑃𝐴 )
Kelembaban relatif ℋ𝑅 didefinisikan sebagai rasio tekanan parsial uap terhadap tekanan
uap cairan pada suhu gas. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen basis, sehingga kelembaban
100 persen berarti gas jenuh dan kelembaban 0 persen berarti gas bebas uap. Menurut definisi
𝑃𝐴 (19.4)
ℋ𝑅 = 100
𝑃′𝐴
Persentase kelembaban ℋ𝐴 adalah rasio kelembaban aktual ℋ terhadap kelembaban
jenuh 𝐻𝑠 pada suhu gas, juga berdasarkan persentase basis, atau
ℋ 𝑝𝐴 ⁄(𝑃 − 𝑝𝐴 ) 𝑃 − 𝑃′𝐴 (19.5)
ℋ𝑅 = 100 = 100 ′ = ℋ𝑅
ℋ𝑆 𝑃 𝜆 /(𝑃 − 𝑃′𝐴 ) 𝑃 − 𝑃′𝐴
Kalor lembab (humid heat) cs adalah energi panas atau kalor yang dibutuhkan untuk
meningkatan suhu dari 1 gram atau 1 lb gas dan segala macam uap yang terkandung dari gas
sebesar 1oC atau 1oF. Maka dapat dirumuskan:
𝑐𝑠 = 𝑐𝑝𝐵 + 𝑐𝑝𝐴 ℋ (19.6)

dimana 𝑐𝑝𝐵 dan 𝑐𝑝𝐴 adalah kalor spesifik dari gas dan uap. Volume kelembapan 𝑣𝐻 adalah
volume total dari unit massa gas tanpa uap ditambah segala macam uap yang terkandung dalam 1
atm dan suhu gas. Dari hukum gas dan nilai volume molar standar, 𝑣𝐻 (dalam unit SI) berhubungan
dengan kelembapan dan suhu dinyatakan dengan persamaan:
0.0224𝑇 1 ℋ (19.7a)
𝑣𝐻 = ( + )
273 𝑀𝐵 𝑀𝐴
dimana 𝑣𝐻 dinyatakan dalam meter kubik per gram dan T dinyatakan dalam Kelvin. Dalam
unit fps persamaannya dinyatakan dengan:
359𝑇 1 ℋ (19.7b)
𝑣𝐻 = ( + )
492 𝑀𝐵 𝑀𝐴
dimana 𝑣𝐻 dinyatakan dengan meter kubik per lb dan T dinyatakan dalam derajat Rankine.
Untuk gas tanpa uap, nilai ℋ = 0 dan 𝑣𝐻 menyatakan volume spesifik dari gas murni. Untuk gas
jenuh (saturated gas) ℋ = ℋ𝑠 , dan 𝑣𝐻 menyatakan volume jenuh (saturated volume).
Titik embun (dew point) adalah suhu dimana suatu campuran uap dan gas harus
didinginkan (pada kelembaban konstan) untuk menjadi jenuh. Titik embun fasa gas jenuh sama
dengan suhu gas.

Total entalpi Hy adalah entalpi dari satuan masa gas ditambah dengan seluruh uap yang
dikandung. Untuk menghitung Hy, dua keadaan referensi harus dipilih, satu untuk keadaan gas dan
satu untuk keadaan uap. Jika To menjadi data suhu yang terpilih untuk setiap komponen, dan
berdasarkan entalpi dari komponen A pada cairan A sampai To- (suhu To = 32oF untuk
menyelsaikan masalah udara-air). Jika suhu gas adalah T dan kelembaban ℋ. Total entalpi adalah
penjumlahan dari tiga komponen: kalor sensibel dari uap, kalor laten dari cairan pada saat To, dan
kalor sensibel uap tanpa gas. Kemudian

𝐻𝑦 = 𝐶𝑝𝐵 (𝑇 − 𝑇𝑜 ) + ℋ𝜆0 + 𝐶𝑝𝐴 ℋ (𝑇 − 𝑇𝑜 ) (19.8)


Dimana 𝜆0 adalah kalor laten cairan pada To- dari persamaan (19.6) persamaan menjadi
𝐻𝑦 = 𝐶𝑠 (𝑇 − 𝑇𝑜 ) + ℋ𝜆0 (19.9)

Kesetimbangan fasa
Dalam operasi humidifiksi dan dehumidifikasi fasa cair adalah satu komponen murni.
Kesetimbangan tekanan parsial zat terlarut pada fasa gas adalah fungsi suhu ketika total tekanan
pada sistem adalah konstan. Lalu, pada tekanan moderat kesetimbangan tekanan parsial hampir
tidak tergantung pada tekanan total dan hampir sama dengan tekanan uap cair. Menurut hukum
Dalton kesetimbangan tekanan parsial dapat dikonversi menjadi kesetimbangan fraksi mol 𝑦𝑒
terkait dengan kejenuhan kelembaban berdasarkan persamaan (19.2); sehingga
ℋ𝑠 / 𝑀𝐴
𝑦𝑒 = (19.10)
1/𝑀𝐵 +ℋ𝑠 / 𝑀𝐴

Gambar 19.1 Kesetimbangan untuk sistem udara-air pada 1 atm.

Adiabatic saturator
Air sering dicampur kedalam aliran gas di dalam pipa atau spray chamber untuk membuat
gas menjadi jenuh. Pipa ataupun chamber kemudian di isolasi sehingga prosesnya menjadi
adiabatis. Gas kemudian di dinginkan dan di humidifikasi, dengan kelembapan awal ℋ dan suhu
𝑇. Suhu keluaran gas dapat dikatakan “suhu jenuh adiabatis” 𝑇𝑠 , jika air tidak menguap
keseluruhan dan air masih akan membentuk kesetimbangan dengan gas. Sehingga, cairan yang
tersisa dalam kondisi 𝑇𝑠 akan di sirukalsikan kembali dengan nozzle. Nilai 𝑇𝑠 bergantung pada suhu
dan kelembapan awal dari udara, dan suhu awal air. Karena pengaruh suhu awal air yang sangat
kecil dan mempermudah analisis, air diasumsikan masuk pada suhu 𝑇𝑠 .

Neraca entalpi dapat ditulis secara berikut ini. Kerja pompa dapat diabaikan, dan data dari
neraca entalpi berdasarkan suhu 𝑇𝑠 , sebagai datum. Kemudian, entalpi dari susunan cairan
dianggap nol, dan entalpi total yang memasuki gas sama dengan keluarannya. Karena yang terakhir
adalah datum suhu, entalpi nya adalah ℋ𝑠 𝜆𝑠 , dimana ℋ𝑠 adalah kelembapan jenuh dan 𝜆𝑠 adalah
panas laten, dan keduanya pada 𝑇𝑠 . Dari persamaan (19.9) entalpi total masukan gas adalah
𝑐𝑠 (𝑇 − 𝑇𝑠 ) + ℋ𝜆𝑠 , dan neraca entalpi nya adalah

𝑐𝑠 (𝑇 − 𝑇𝑠 ) + ℋ𝜆𝑠 = ℋ𝑠 𝜆𝑠
Atau
ℋ𝑠 − ℋ 𝑐𝑠 𝑐𝜌𝐵 + 𝑐𝜌𝐴 ℋ (19.11)
= =
𝑇 − 𝑇𝑠 𝜆𝑠 𝜆𝑠
Untuk mendapatkan suhu jenuh adiabatis pada gas selain udara, digunakan neraca panas
yang mirip dengan persamaan (19.11). Menggunakan persamaan ini akan lebih mudah, namun
untuk kapasitas panas molar, diperlihatkan pada contoh dibawah.

Persamaan (19.11) tidak dapat diselesaikan secara langsung untuk mendapatkan suhu
jenuh adiabatis 𝑇𝑠 , karena ℋ𝑠 ,𝑐𝑠 , dan 𝜆𝑠 adalah fungsi dari 𝑇𝑠 . Dengan demikian, 𝑇𝑠 didapatkan
dengan perhitungan trial-and-error, atau, untuk sistem udara-air, digunakan grafik kelembapan.

Contoh 19.1. Gas buang pada suhu 320oF dan tekanan 1 atm didinginkan dengan
semprotan air. Gas tersebut mengandung 14 persen CO2, 7 persen H2O, 3 persen O2, dan
76 persen N2. (a) Hitung temperature jenuh adiabatick jika semprotan air yang masuk pada
temperature 80oF. (b) Ulangi untuk air yang masuk pada Ts.
Solution
(a) Basis: 100 mol gas. Temperatur tebakan untuk Ts adalah 120oF dan mengevaluasi
kapasitas kalor molar CP untuk masing-masing gas pada (320+120)/2 = 220oF
Kapasitas panas
Jumlah mol nCp
Gas molar (Cp)
CO2 14 9.72 136.08
H2 O 7 8,11 56.77
O2 3 7.14 21.42
N2 76 6.98 530.48
Total 100 744.75
Membuat keseimbangan kalor untuk z mol dari air yang teruapkan:

Σ n Cp (T − Ts) = z λs + 18z(120 − 80)

= 𝑧(𝜆𝑠 + 730)
Pada 120oF, dari Appendix 7,
𝐵𝑡𝑢
𝜆𝑠 = 1025.5 𝑥 18 = 18459 𝑚𝑜𝑙.
𝑙𝑏
Kemudian 744.75(320-120) = z(18459 + 720) = 19179z
z = 7.77
Total mol dari air di keluaran gas: 7+ 7.77 = 14.77
Fraksi mol dari air di keluaran gas:
14.77
𝑦= = 0.137
107.77
Dari Fig. 19.1, nilai saturasi ys pada 120oF adalah 0.115. Sehingga suhu saturasi pasti lebih besar
dari 120oF, karena perkiraan yang lebih tinggi untuk Ts akan mengurangi y dan meningkatkan yx.

Gunakan Fig 19.1 untuk perkiraan baru Tx, untuk yx = 0.137, Tx = 126oF. Kemudian λx =
1022.1 x 18 = 18398 Btu/lbmol. Debngan mengesampingkan perubahan di Σ n Cp, kita dapatkan

744.75(320 − 126) = 𝑧[18398 + 18(126 − 80)] = 19226𝑧


z = 7.51
Total mol air: 7 + 7.51 = 14.51
14.51
𝑦 = 107.51 = 0.135

Hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan 0.137 sehingga Ts = 126oF

(b) 744.75(320 − 126) = 𝑧(18398)

𝑧 = 7.85
7+7.85
𝑦= = 0.138
107.51

Suhu saturasi seharisnya sedikit lebih tinggi daripada 126oF, namun perbedaannya dapat
diabaikan. Data tekanan uap yang lebih akuran dibutuhkan untuk mencari suhu saturasi dibawah
0.1oF.
GRAFIK KELEMBABAN
Diagram yang tepat untuk menunjukkan sifat dari campuran gas tetap dan uap yang dapat
dikondensasikan adalah humidity chart atau grafik kelembaban. Grafik untuk campuran udara
dan air pada 1 atm dapat dilihat pada gambar 19.2. Banyak bentuk dari grafik yang serupa yang
telah diusulkan. Gambar 19.2 merupakan grafik berdasarkan pada Grosvenor2 chart.

Gambar 19.2 Humidity chart. Udara-air 1 atm

Pada gambar 19.2 suhu diplotkan sebagai absis dan kelembaban sebagai ordinat. Pada
semua poin pada chart merepresentasikan campuran udara-air. Garis kurva bernilai 100 persen
member informasi kelembaban dari udara jenuh sebagai fungsi dari temperature. Dengan
menggunakan tekanan uap dari air, kordinat poin pada garis ini dihasilkan dari gambar 19.3. pada
poin manapun diatas dan di sebelah kiri garis kejenuhan menunjukkan campuran udara jenuh dan
air fase cair. Bagian ini penting hanya untuk memeriksa formasi kabut (fog formation). Poin
dibagian bawah garis kejenuhan menunjukkan udara dibawah titik jenuh/udara tak jenuh dan poin
pada temperatur menunjukkan udara kering. Garis lengkung diantara garis kejenuhan dan axis
temperature ditandai dengan persen yang sama merepresentasikan campuran udara-air dari persen
kelembapan tertentu. Seperti pada persamaan (19.5), interpolasi linear antara garis saturasi dan
aksis temperatur bisa digunakan untuk menentukan garis dari persen kelembaban konstan.

Garis menurun kearah bawah dan ke arah kanan garis pejenuhan adalah garis pendinginan
adiabatic. Garis tersebut diplot dari persamaan (19.11), setiap garis digambar untuk nilai konstan
dari temperatur pendinginan adiabatik. Untuk nilai Ts yang diberikan, Hs dan λs adalah tetap, dan
garis dari ℋ vs T bisa di plot dengan menentukan nilai ℋdan menghitung nilai yang berhubungan
dengan T. Inspeksi dari persamaan (19.11) menunjukkan bahwa slope dari garis pendinginan
−𝑐
adiabatic, apabila digambar pada koordinat persegi sebenarnya adalah 𝑠⁄𝜆 , dan dengan
𝑠
persamaan (19.6) kemiringan ini bergantung pada nilai kelembaban. Pada koordinat persegi, lalu,
garis pendinginan adiabatik tak akan lurus atau paralel. Pada gambar 19.2 ordinat cukup dibuat
menyimpang unruk meluruskan garis adiabatik dan mengubahnya menjadi paralel, sehingga
interpolasi antara keduanya menjadi mudah. Akhir dari garis adiabatik diidentifikasi dengan
hubungan temperatur adiabatik jenuh.

Garis dapat dilihan pada ada gambar 19.2 untuk volum spesifik dari udara kering dan
volum jenuh. Kedua garis tersebut adalah plot antara volum vs temperatur. Volume dibaca pada
skala sebelah kiri. Poin koordinat dari garis-garis ini dihitung menggunakan persamaan (19.7b).
Interpolasi linear antara dua garis ini, berdasarkan persen kelembaban, memberikan nilai volum
lembab (humid volume) dari udara tak jenuh. Serta, hubungan antara panas lembab ( humid heat)
𝑐𝑠 dan kelembaban ditunjukkan sebagai sebuah garis pada gambar 19.2. Garis ini merupakan plot
dari persamaan (19.6). Skala dari 𝑐𝑠 terdapat pada bagian atas grafik.

Pada Gambar 19.2, suhu diplot sebagai absis dan kelembapan sebagai ordinat. Titik mana
pun pada grafik merepresentasikan campuran definit antara udara dan air. Garis kurva yang
ditandai 100 persen memberikan kelembapan udara jenuh sebagai fungsi dari suhu udara. Dengan
menggunakan tekanan uap air, koordinat titik-titik pada garis ini ditemukan dari persamaan (19.3).
Titik yang berada di atas dan kiri dari garis jenuh merepresentasikan campuran udara jenuh dan
air cair. Bagian ini hanya penting saat mengecek formasi kabut. Titik yang berada di bawah garis
jenuh merepresentasikan udara tak jenuh, dan titik pada aksis suhu merepresentasikan udara
kering. Garis-garis kurva di antara garis jenuh dan aksis suhu yang ditandai dalam presentasi yang
sama merepresentasikan campuran udara dan air pada presentase kelembapan definit. Sesuai yang
ditunjukkan pada persamaan (19.5), interpolasi linear antara garis jenuh dan aksis suhu dapat
digunakan untuk melokasikan garis-garis presentase kelembapan konstan.
Garis miring lurus ke bawah dan kanan garis jenuh disebut garis pendinginan adiabatic.
Mereka adalah plot dari persamaan (19.11), masing-masing digambar untuk nilai konstan dari suhu
saturasi adiabatik. Untuk suatu nilai TS, nilai HS dan λS didapatkan, dan garis ℋterhadap T dapat
diplot dengan memasukkan nilai dari ℋdan menghitung nilai yang sesuai dari T. Persamaan
(19.11) bila diamati menunjukkan gradien dari sebuah garis pendinginan adiabatik, jika digambar
pada koordinat kotak utuh, ialah −𝐶𝑆 /𝜆𝑆 dan dari persamaan (19.16) gradien ini tergantung pada
kelembaban. Pada koordinat kotak, garis pendinganan adiabatic tidak sepenunya lurus ataupun
parallel. Pada Gambar 19.2 ordinat cukup terdistorsi untuk meluruskan adiabatik dan membuatnya
menjadi parallel, sehingga interpolasi antara keduanya menjadi mudah. Ujung dari adiabatik
ditandai dengan suhu jenuh adiabatik yang sesuai.
Garis-garis yang ditunjukkan Gambar 19.2 ditujukan untuk volume spesifik dari udara
kering dan volume jenuh. Kedua garis diplot dari volume terhadap suhu. Volume dibaca pada skala
di kiri. Koordinat untuk titik-titik dari garis tersebut dihitung dengan persamaan (19.7b).
Interpolasi linear antara kedua garis, didasarkan pada persentase kelembaban, memberikan olume
lembab udara takjenuh. Serta hubungan antara kalor lembab 𝐶𝑆 dan kelembaban ditunjukkan
sebagai sat ugaris pada Gambar 19.2. Garis ini ialah plot dari persamaan (19.6). Skala untuk 𝐶𝑆
berada pada bagian atas grafik

Kegunaan grafik kelembaban


Kegunaan grafik kelembapan sebagai sumber data tentang campuran air-udara tertentu
dapat ditunjukkan dengan mengacu pada Gambar 19.3, yang merupakan bagian dari bagan pada
Gambar 19.2. Asumsikan, misalnya, bahwa aliran tertentu dari udara tak jenuh diketahui memiliki
suhu T1 dan kelembaban persentase ℋ A1. Point a mewakili udara ini pada grafik. Titik ini adalah
persimpangan garis suhu konstan untuk T1 dan garis kesetimbangan konstan untuk 𝜘A1.
Kelembaban ℋ A1 di udara diberikan oleh titik b, koordinat kelembaban titik a. Titik embun
ditemukan dengan mengikuti garis konstan-kelembaban melalui titik a ke kiri ke titik c pada garis
100 persen. Titik embun kemudian dibaca pada titik d pada sumbu suhu. Suhu saturasi adiabatik
adalah suhu yang diterapkan pada jalur pendinginan adiabatik melalui titik a. Kelembaban pada
saturasi adiabatik ditemukan dengan mengikuti garis adiabatik ℋ𝑆 melalui titik a ke persimpangan
e pada garis 100 persen dan membaca kelembaban pada titik f pada skala kelembaban. Interpolasi
antara garis adiabatik mungkin diperlukan. Suhu saturasi adiabatik Ts. diberikan oleh titik g.

Gambar 19.3 Kegunaan grafik kelembapan.


Jika udara kemudian jenuh pada suhu yang konstan, kelembapan setelah kejenuhan dapat
terlihat dari garis temperature-konstan melalui titik a ke titik h pada garis 100 persen dan membaca
kelembapan pada titik j.
Volum kelembapan pada udara terlihat dari titik k dan l pada kurva untuk titik jenuh dan
volum kering, secara berurutan, sesuai dengan suhu T1. Titik m akan terlihat pada saat perpindahan
garis l k sejauh (𝐻𝐴 /100) kl dari titik l, dimana kl adalah segmen garis di antara l dan k. Volum
kelembapan vh diberikan pada titik n pada skala volum. Panas lembab udara dapat dilihat dari
titik-titik o, persimpangan garis kelembaban-konstan melalui titik a dan garis panas lembab, dan
membaca panas lembab cs pada titik p pada skala di atas.

Contoh 19.2. Suhu dan titik embun udara yang masuk ke pengering tertentu adalah 150
dan 60℉ (65,6 dan 15,6℃). Data tambahan apa yang dapat dibaca dari grafik kelembapan
untuk udara ini?

Solusi. Titik embun adalah koordinat suhu pada titik jenuh yang cocok dengan kelembapan udara.
Kelembapan jenuh untuk suhu 60OF adalah 0.011 lb air per lb (0.011 g/g) udara kering, dan ini
adalah kelembapan pada udara. Dari suhu dan kelembapan udara, titik dari grafik untuk udara ini
berlokasi pada H = 0.011 dan T = 150OF, persentase kelembapan, HA dapat ditemukan dengan
interpolasi dan didapat 5,2% . Garis pendinginan adiabatik melewati titik yang berpotongan
dengan garis 100% pada suhu 85OF (29,4OC), dan ini adalah suhu jenuh adiabatis. Kelembapan
jenuh udara pada suhu ini adalah 0,026 lb air per pound (0,026 g/g) udara kering. Panas lembap
udara adalah 0,0245 Btu/lb udara kering . OF (1,03 J/g.OC). Volume jenuh pada 150OF adalah 20,7
ft3/lb (1,29 m3/kg) udara kering, dan volume spesifiknya pada 150OF adalah 15,35 ft3/lb (0,958
m3/kg). Volume lembapnya adalah
0.011 𝑥 359 610 𝑓𝑡 3⁄ 3
𝑣𝐻 = 15.35 + ( ) = 15,62 𝑙𝑏 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (0,978 𝑚 ⁄𝑘𝑔)
18 492

Grafik kelembapan untuk sistem selain udara-air


Grafik kelembaban dapat dibuat untuk sistem apapun pada tekanan total yang diinginkan.
data yang dibutuhkan adalah tekanan uap dan panas laten penguapan dari komponen yang dapat
dikondensasi sebagai fungsi suhu, kalor spesifikdari gas dan dan uap murni, serta berat molekul
dari kedua komponen. Jika diinginkan suatu bagan berdasarkan mol, semua persamaan dapat
dengan mudah diubah dengan penggunaan unit molal. Jika diinginkan grafik pada tekanan selain
1 atm, dapat terjadi perubahan yang terlihat jelas dari persamaan di atas. grafik untuk beberapa
sistem umum selain air-air telah dipublikasikan
SUHU BOLA BASAH
Sifat-sifat yang dibahas sebelumnya serta yang ditunjukkan pada grafik kelembaban adalah
pada keadaan statis atau ekuilibrium. Penting untuk diketahui pula laju massa dan panas yang yang
berpindah antara fasa gas dan cairan yang tidak pada keadaan ekuilibrium (setimbang). Driving
forces untuk perpindahan massa dan panas adalah konsentrasi serta perbedaan suhu yang dapat
diprediksi dengan menggunakan kuantitas yang disebut temperature bola basah.
Suhu bola basah adalah keadaan tunak, suhu nonequilibrium, yang dicapai oleh sebagian
kecil massa cairan yang terpapar pada kondisi adiabatik dengan aliran gas yang kontinu. Karena
aliran gas bersifat kontinyu, sifat-sifatnya konstan dan biasanya dievaluasi pada inlet conditioins.
Jika gas tidak jenuh, beberapa cairan menguap, mendinginkan cairan yang tersisa sampai laju
perpindahan panas ke cairan hanya menyeimbangkan panas yang dibutuhkan untuk penguapan.
Suhu cairan saat kondisi mapan tercapai adalah suhu bola basah
Metode pengukuran suhu bola basah dapat dilihat pada gambar 19.4a. Termometer atau
alat pengukur suhu yang lain, seperti termokopel, diselimuti oleh sumbu, yang mana pada kondisi
jenuh dengan cairan murni dan dicelupkan ke dalam aliran gas yang memiliki suhu T dan
kelembaban H tertentu. Asumsikan bahwa pada kondisi awal, suhu dari cairan tersebut sama
dengan suhu dari aliran gas. Karena gas tidak berada pada kondisi jenuh, maka cairan akan
menguap, dan karena proses yang terjadi adalah adiabatik, maka kalor laten akan diberikan
pertama kali sebagai pendinginan cairan tersebut. Karena suhu dari cairan berkurang dibawah dari
suhu gas, kalor sensibel akan ditransfer ke cairan. Akhirnya kondisi tunak telah tercapai pada suhu
cairan tersebut dimana panas dibutuhkan untuk menguapkan cairan dan pemanasan untuk uap ke
suhu gas yang sudah dalam kondisi setimbang oleh aliran panas sensibel dari gas ke cairan. Kondisi
ini adalah suhu tunak, dengan simbol Tw, dimana disebut suhu bola basah. Tw adalah fungsi dari
T dan H. Suhu dan gradien konsentrasi pada kondisi tunak dapat dilihat pada gambar 19.4b.

Gambar 19.4 (a) Termometer wet-bulb. (b) Gradien pada lapisan batas gas
Untuk mengukur suhu bola basah dengan presisi, 3 hal yang perlu diperhatikan: (1) Sumbu
harus benar-benar basah, tidak ada bagian yang kering dari sumbu yang kontak dengan gas; (2)
kecepatan gas harus cukup besar (setidaknya 5 m/s) untuk memastikan bahwa laju alir panas
radiasi dari lingkungan yang lebih hangat ke bulb dapat diabaikan bila dibandingkan dengan laju
alir panas sensibel oleh perpindahan panas konduksi dan konveksi dari gas ke bulb; (3) jika cairan
buatan diberikan ke bulb, harus pada kondisi suhu bola basah. Ketika ketiga hal tersebut terpenuhi,
maka suhu bola basah tidak terikat/dipengaruhi oleh kecepatan gas pada berbagai laju aliran.
Suhu bola basah secara superfisial menyerupai suhu adiabatik jenuh Ts. Memang, untuk
campuran air-udara kedua suhunya hampir sama. Hal ini adalah kebetulan, namun, tidaklah benar
untuk campuran lain selain campuran air dan udara. Pada dasarnya, suhu bola basah berbeda
dengan suhu adiabatik jenuh. Suhu dan kelembaban dari gas berbeda selama suhu adiabatik, dan
titik akhirnya adalah titik kesetimbangan dan bukanlah kondisi tunak yang dinamis.
Pada umumnya, termometer yang tidak terselimuti (wick) digunakan bersamaan dengan
suhu bola basah untuk mengukur T, suhu aktual gas, dan suhu gas tersebut biasanya disebut suhu
bola kering.

Teori temperatur wet-bulb


Pada temperatur wet-bulb laju perpindahan panas dari gas ke cairan sama dengan hasil dari
laju penguapan dan jumlah dari panas laten penguapan pada temperatur Tw dan panas sensibel dari
uap. Karena radiasi ditiadakan, maka persamaannya ditulis :
𝑞 = 𝑀𝐴 𝑁𝐴 [𝜆𝑊 𝐶𝑝𝐴 (𝑇 − 𝑇𝑊 )] (19.12)
Dimana q = Laju perpindahan panas sensibel ke cairan
NA = Laju molal penguapan
λw = Panas laten cairan pada temperatur wet-bulb TW
Laju perpindahan panas dinyatakan dalam luas, penurunan temperatur, dan koefisien
perpindahan panas
𝑞 = ℎ𝑦 (𝑇 − 𝑇𝑖 )𝐴 (19.13)

Dimana hy = koefisien perpindahan panas antara gas dan permukaan cairan


Ti = Temperatur pada interface
A = Luas permukaan cairan

𝑘𝑦
𝑁𝐴 = ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (𝑦𝑖 − 𝑦)𝐿
(1−𝑦)𝐿
(19.14)

Dimana NA = Laju molal perpindahan uap


Yi = Fraksi mol uap pada interface
Y = fraksi mol uap pada aliran udara
Ky = Koefisien transfer massa, mol per luas per fraksi mol
( 1-y )L = Faktor difussi one-way
Apabila sumbu benar-benar basah dan tidak ada daerah kering, maka seluruh area sumbu
tersedia untuk perpindahan massa dan panas, area pada persamaan (19.13) dan (19.14) adalah
sama. Karena suhu cairan konstan, tidak ada perbedaan temperatur yang dibutuhkan cairan sebagai
driving forces untuk perpindahan panas dalam cairan, temperatur pada permukaan cairan sama
dengan temperatur di dalam cairan, dan temperatur permukaan cairan Ti sama dengan Tw. Karena
cairan murni, tidak ada perbedaan konsentrasi, dan memberikan kesetimbangan interfasial, yi
adalah fraksi mol uap dalam gas jenuh pada temperatur Tw. Fraksi mol pada persamaan (19.14)
diganti dengan kelembapan melalui penggunaan persamaan (19.2), dengan mensubstitusikan q
dari persamaan (19.13) dan NA dari persamaan (19.14) kedalam persamaan (19.12) sehingga

𝑘𝑦 𝐻𝑊 𝐻
ℎ𝑦 (𝑇 − 𝑇𝑊 ) = (1−𝑦)𝐿
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (1/𝑀 − 1/𝑀 ) × [𝜆𝑊 + 𝐶𝑝𝐴 (𝑇 − 𝑇𝑊 )] (19.15)
𝐵 +𝐻𝑊 /𝑀𝐴 𝐵 +𝐻/𝑀𝐴

Persamaan (19.15) bisa disederhanakan tanpa error yang besar dalam penggunaan temperatur dan
kelembapan sebagai berikut: (1) Faktor ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(1 − 𝑦)𝐿 is nearly unity dan dapat dihilangkan; (2) Panas
sensibel CpA (T-Tw) sangat kecil dibandingkan dengan λw dan dapat diabaikan; (3) Hw/MA dan
H/MA sangat kecil dibandingkan dengan 1/MB dan dapat dikeluarkan dari penyebut, dengan begitu
penyederhanaan persamaan (19.15) menjadi:
ℎ𝑦 (𝑇 − 𝑇𝑊 ) = 𝑀𝐵 𝑘𝑦 𝜆𝑊 (𝐻𝑊 − 𝐻)

𝐻−𝐻𝑊 ℎ𝑦
= −𝑀 (19.16)
𝑇−𝑇𝑊 𝐵 𝑘𝑦 𝜆𝑤

Untuk temperatur wet-bulb yang diberikan, λw dan Hw ditetapkan. Hubungan H dan T lalu
tergantung pada rasio hy/ky. Persamaan antara perpindahan panas dan perpindahan masaa
memberikan informasi besarnya rasio ini dan faktor yang mempengaruhinya.
Telah dijelaskan pada bab 12 bahwa perpindahan panas dari konduksi dan konveksi antara
aliran fluida dan batas solid dan cairan tergantung dari angka reynold DG/μ dan angka Prandlt
Cpμ/k. Seperti yang dijelaskan pada chapter 17, koefisien perpindahan massa tergantung dari
angka reynold dan angka Schmidt μ/ρD. Seperti yang telah didiskusikan di chapter 17, laju dari
perpindahan panas dan massa, ketika proses-proses ini dibawah control dari boundary layer yang
sama, diberikan persaman yang sama. Untuk aliran turbulen dari gas persamaanya adalah :
ℎ𝑦
= 𝑏𝑅𝑒 𝑛 𝑃𝑟 𝑚 (19.17)
𝐶𝑝 𝐺
Dan
̅ 𝑘𝑦
𝑀
= 𝑏𝑅𝑒 𝑛 𝑆𝑐 𝑚 (19.18)
𝐺
Dimana b, m, n = Konstanta
𝑀̅ = Berat molekul rata-rata dari aliran gas

Substitusi hy dari persamaan (19.17) dan ky dari persamaan (19.18) ke dalam persamaan (19.16)
dengan mengasumsikan 𝑀 ̅ = MB, sehingga :
𝐻−𝐻𝑊 ℎ𝑦 𝐶𝑝 𝑆𝑐 𝑚
= −𝑀 = − 𝜆 (𝑃𝑟) (19.19)
𝑇−𝑇𝑊 𝐵 𝑘𝑦 𝜆𝑤 𝑤

Dan
ℎ𝑦 𝑆𝑐 𝑚
= 𝐶𝑝 (𝑃𝑟) (19.20)
𝑀𝐵 𝑘𝑦

Apabila nilai m adalah 2/3, maka nilai prediksi dari hy/MBky untuk udara dalam air adalah
0,24(0,62/0,71)2/3, atau 0,22 Btu/lb0F (0,92 J/g0C). Nilai percobaan adalah 0,26 Btu/lb0F (1,09
J/g0C), terkadang nilainya lebih besar dari prediksi karena perpindahan panas dengan radiasi.
Untuk cairan organik dalam udara, nilainya lebih besar yaitu antara 0,44 sampai 0,5 Btu/lb0F (1,6
hingga 2,0 J/g0C). Perbedaannya seperti ditunjukkan oleh persamaan (19.20), adalah rasio angka
Prandtl dan Schmidt untuk air dan uap organik.

Garis psikometrik dan hubungan lewis


Untuk wet-bulb yang diketahui, persamaan (19.19) dapat diplot dalam grafik kelembapan
sebagai garis lurus yang memiliki kemiringan –hy/MBkyλw dan memotong 100 persen garis pada
Tw. Garis ini adalah garis psikometrik. Ketika garis psikometrik dari persamaan (19.19) dan garis
saturasi adiabatik dari persamaan (19.11), diplot pada titik yang sama pada kurva 100 persen,
hubungan antar garis-garis tergantung dari besarnya Cs dan hy/MBky.
Untuk sistem udara-air pada kondisi normal, panas kelembaban cs bernilai hampir sama kalor
jenis cp, dan persamaan berikut ini hampir benar:
ℎ𝑦
≅ 𝑐𝑠 (19.21)
𝑀𝐵 𝑘𝑦

Pers. (19.21) disebut sebagai hubungan Lewis. Jika hubungan ini berlaku, garis psikometrik
dan garis kejenuhan adiabatik menjadi sama. Mkaa, pada Gambar 19.2 untuk udara-air, garis yang
sama dapat digunakan untuk keduanya. Untuk sistem-sistem yang lain, garis yang terpisah harus
digunakan untuk garis psikometrik. Untuk hampir semua campuran udara dengan uap senyawa
organik, garis psikometrik lebih curam daripada garis kenejuhan adiabatik, dan suhu bola-basah
tidak jenuh lebih tinggi daripada suhu kejenuhan adiabatik.

Pengukuran kelembaban
Kelembaban aliran atau massa gas dapat ditentukan dengan mengukur titik embun atau suhu
bola-basah dengan metode absorpsi langsung.
Metode titik embun. Jika disk yang dipoles dan didinginkan dimasukkan ke dalam gas yang
kelembabannya tidak diketahui dan suhu disk menurun secara gradual, suhu di mana embun mulai
terbentuk adalah suhu kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair. Suhu tersebut merupakan titik
embun. Pengecekan pembacaan diperoleh dengan meningkatkan suhu disk perlahan-lahan dan
mengamati suhu saat embun mulai menghilang. Dari rata-rata suhu saat embun terbentuk dan
menghilang, kelembaban dapat ditentukan dari grafik kelembaban.

Metode psikometrik. Metode yang sangat umum untuk mengukur kelembaban adalah
dengan menentukan suhu bola-basah dan bola-kering secara simultan. Dari pengamatan ini,
kelembaban ditentukan dengan meletakkan garis psikometrik yang berpotongan dengan garis
kejenuhan pada suhu bola-basah dan garis psikometrik yang berpotongan dengan ordinat adalah
suhu bola-kering.
Metode langsung. Kandungan uap dalam gas dapat ditentukan dengan analsiis langsung, di
mana gas dengan volume yang diketahui dimasukkan dalam alat analitis.

MENARA PENDINGIN
Saat cairan hangat dikontakkan dengan gas tidak jenuh, sebagian cairan terevaporasi dan
suhu cairan menurun. Aplikasi paling penting pada prinsip ini adalah penggunaan menara
pendingin untuk menurunkan suhu air yang ter-resirkulasi yang digunakan pada kondenser dan
heat exchanger di chemical plants, power plants, dan unit-unit air conditioning. Menara pendingin
memiliki diameter kolom yang besar disertai tipe-tipe khusus packing yang didesain untuk
menghasilkan kontak uap-cairan yang baik pada pressure drop (penurunan tekanan) yang rendah.
Air panas didistribusikan di sekeliling packing dengan menggunakan spray nozzles atau a grid of
notched troughs atau pipa-pipa. Udara dilewatkan melalui packing dengan baling-baling forced-
draft atau induced draft, atau pada desain lainnya, udara dialirkan melalui konveksi alami. Pada
konkrit yang besar, menara natural-draft biasanya digunakan terhubung dengan nuclear power
plants, packing hanya menempati bagian bawah menara, daerah menara lainnya berfungsi sebagai
cerobong asap untuk mengalirkan udara. Lihat Gambar 19.5.
Dua tipe mayor dari baling-baling forced-draft pada menara pendingin ditunjukkan pada
Gambar 19.6. Material yang lebih dipilih sebagai lapisan luar shell (kerangka) adalah corrugated
glass-reinforced polyester.
Gambar 19.5. Menara pendingin tipe Natural-draft
(Sumber: Joseph Gonyeau, P.E., www.nucleartourist.com)

Gambar 19.6 Tipikal menara pendingin: (a) menara crossflow; (b) menara counterflow
Pada tower crossflow, yang berbentuk persegi panjang pada cross section, udara bergerak
secara horizontal melalui inclined bed dari packing atau fill, dengan air yang mengalir kebawah.
Kisi miring mencegah air jatuh keluar, dan baffle miring yang disebut sebagai drift eliminators
menangkap sebagian besar tetesan yang tertarik di keluaran udara. Udara ditarik melalui menara
dengan kipas tipe propeler dengan beberapa bilah. Pada unit skala besar, kemiringan (pitch) blade
dapat disesuaikan untuk memberikan variasi alir udara. Seringkali, kipas diletakkan pada leher
(throat) silinder mirip venturi agar dapat menyuplai aliran udara klimis ke kipas dan memberikan
pemulihan tekanan pada bagian mengembang (expanding section). Silinder juga melepaskan udara
lembap jauh diatas permukaan tanah, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya resirkulasi
udara lembap ke inlet udara. Umumnya silinder pemulih tekanan (pressure recovery) ini digunakan
pada cooling tower skala besar.

Untuk tower counterflow, udara masuk dari bawah isian dan mengalir ke atas, berlawanan
arah dengan aliran turunnya air. Susunan ini lebih efektif dalam memfasilitasi perpindahan kalor
dan memungkinkan pendekatan tempratur yang lebih sempit, seperti yang ditunjukkan pada
perbandingan heat exchanger counterflow dan crossflow di bab 15. Tower counterflow juga dapat
menggunakan kipas konveksi paksa pada dasar tower, namun dibutuhkan ruang dibawah isian
yang lebih besar agar udara terdistribusi dengan baik.

Packing pada tower usang menggunakan rusuk-rusuk (slats) pohon redwood dan cemara
agar rusuk terpercik air yang jatuh, dan droplet-droplet air dapat dicegat oleh layer-layer
berikutnya. Isian bertipe percikan (splash) ini masih digunakan dalam beberapa tower crossflow,
menggunakan batang-batang berbahan polyvinyl chloride berbentuk V menggantikan rusuk kayu
pohon. Akibat aliran udara yang yang sejajar dengan batang/rusuk pemercik, jatuh tekan (pressure
drop) menjadi rendah. Selain itu, struktur terbuka batang PVC memudahkan inspeksi dan
pembersihan. Meskipun begitu, packing pemercik (splash-type packing) kurang direkomendasikan
pada tower counterflow.

Tipe packing yang paling sering ditemui pada instalasi terbaru adalah isian sellular (cellular
fill) atau isian film (film-type), berisikan lembaran plastik bergelombang, mirip yang digunakan
di heat exchanger berpelat. Air mengalir melalui permukaan packing, memperbesar area transfer
per unit volume ketimbang packing splash. Antar lembar plastik diberi jarak 18—25 mm untuk
memungkinkan laju alir air dan udara yang tinggi dengan pressure drop yang moderat. Kedalaman
isian hanya butuh beberapa feet, sebagian kecil dari ketinggian unit. Dengan isian sellular,
distribusi air yang baik pada bagian atas sangatlah penting, karena redistribusi tidak terjadi secara
alami, begitu pula dengan packing random dumped.

Pengurangan suhu air pada cooling tower utamanya berasal dari evaporasi, walaupun pada
tempratur rendah, terdapat juga sejumlah perpindahan kalor sensibel ke udara. Akan tetapi,
meskipun udara lebih hangat ketimbang air, air masih dapat didinginkan secara evaporasi apabila
tempratur bola-basah (wet-bulb) udara lebih rendah dari air. Dalam prakteknya, tempratur
discharge (keluaran) air berkisar antara 3—8⁰C diatas tempratur bola-basah. Selisih ini dikenal
dengan ‘approach’ (pendekatan). Perubahan tempratur air dari inlet ke exit dikenal sebagai ‘range’
yang umumnya berkisar 6—17⁰C.

Air yang hilang (loss) dalam evaporasi terbilang kecil. Sekitar 1000 Btu dibutuhkan untuk
menguapkan 1 lb air, dan sekitar 50 lb udara harus didinginkan sebesar 20⁰F untuk menghasilkan
1000 Btu, range sebesar 20⁰F memiliki loss air sekitar 2%. Selain itu, terdapat juga losses dari
spray droplets, yang dikenal sebagai drift atau windage loss. Namun, pada tower yang didesain
dengan baik, windage losses seharusnya hanya sekitar 0,2%. Total air yang harus disuplai ulang
(makeup water) harus sesuai dengan jumlah losses dari evaporasi dan drift, serta jumlah purge atau
blowdown yang dibutuhkan untuk membatasi penimbunan garam-garam terlarut.
Cooling tower yang dipilih telah dikonsultasikan dengan supplier dan pertimbangan
beberapa faktor seperti beban pemanasan rata-rata dan maksimum, kebutuhan range tempratur,
avabilitas dan kualitas makeup water, dan kondisi cuaca lokal. Sizing tower dibuat untuk
memenuhi semua kondisi kecuali kondisi yang ekstrim, seperti saat suhu bola-basah melewati
batas tertentu selama beberapa hari per tahun. Data mendetail mengenai cuaca di Amerika Serikat
yang dibutuhkan dalam perdesainan disediakan Marley Cooling Tower Company atau dari
lembaga pemerintah lainnya.

Teori menara pendingin dengan aliran berlawanan


Ketika suhu bola basah telah diukur, perpindahan panas dan massa berada pada kondisi
tunak dengan gradien seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 19.4b. Aliran panas ke
antarmuka hanya cocok dengan yang dibutuhkan untuk penguapan air yang berdifusi sebagai uap
ke dalam gas curah. Tidak ada gradien yang signifikan dalam cairan, yang tetap berada pada suhu
konstan. Sebaliknya dalam air pendingin, suhu air berubah ketika tetesan-tetesan air melewati
menara, dan perlu dipertimbangkan aliran panas dalam fase cair serta perpindahan panas dan
massa dalam gas.
Gradien di bagian bawah dan bagian atas menara pendingin digambarkan pada Gambar
19.7. Di bagian bawah, suhu udara bisa lebih besar dari suhu air (Gambar 19.7a), namun airnya
didinginkan karena suhu antarmuka, 𝑇𝑖 , lebih rendah dari suhu air curah, 𝑇𝑥 . Kelembaban pada
bagian antarmuka lebih besar dari pada bagian gas curah, yang memberikan kekuatan pendorong
untuk perpindahan massa uap air. Jika suhu udara masuk kurang dari suhu air keluar, seperti pada
Gambar 19.7b, gradien yang terbentuk akan serupa bentuknya, namun ada sedikit perpindahan
panas sensible melalui film gas. Dalam semua kasus, suhu antarmuka harus berada di atas suhu
bola basah, karena jika 𝑇𝑥 = 𝑇𝑤 , semua panas untuk penguapan akan berasal dari gas, dan tidak
akan ada gradien suhu di dalam air dan tidak ada pendinginan air.
Saat udara melewati menara, suhu udara bisa turun dalam jarak dekat, namun pada
akhirnya akan meningkat saat udara berkontak dengan air yang kian lama akan bertambah hangat.
Di bagian atas, gradien terbentuk seperti ditunjukkan pada Gambar 19.7c. Panas yang ditransfer
dari air ke antarmuka digunakan untuk menghangatkan udara serta memberikan panas penguapan,
meski pendinginan air karena penguapan jauh lebih besar dari pada perpindahan panas sensible ke
udara. Suhu gas keluar biasanya masih termasuk dalam beberapa derajat Fahrenheit dari suhu air
masuk.

Gambar 19.7 Kondisi dalam menara pendingin: (a), (b), di bagian bawah menara, (c) di bagian atas menara

Persamaan untuk analisis menara pendingin


Perhatikan menara pendingin counterflow yang ditunjukkan pada Gambar 19.8. Udara
pada kelembaban ℋ𝑏 dan suhu 𝑇𝑦𝑏 memasuki bagian bawah menara dan keluar pada bagian atas
dengan kelembaban ℋ𝑎 dan suhu 𝑇𝑦𝑎 . Air masuk ke atas pada suhu 𝑇𝑥𝑎 dan keluar pada bagian
bawah pada suhu 𝑇𝑥𝑏 . Kecepatan massa udara adalah 𝐺′𝑦 , massa udara bebas uap per jam per unit
penampang menara. Kecepatan massa air di saluran masuk dan keluar, secara berurut adalah, 𝐺𝑥𝑎
dan 𝐺𝑥𝑏 . Pada jarak, 𝑍, dari bagian bawah zona kontak, suhu udara dan air adalah 𝑇𝑦 dan 𝑇𝑥 , dan
kelembapannya adalah ℋ. Pada antarmuka gas-cair, suhu adalah 𝑇𝑖 dan kelembapannya adalah
ℋ𝑖 . Asumsikan untuk kenyamanan bahwa suhu antarmuka lebih besar dari suhu gas, seperti pada
Gambar 19.7c. (Derivasi berikut masih berlaku jika 𝑇𝑖 < 𝑇𝑦 )
Sebuah keseimbangan entalpi untuk bagian pendek menara 𝑑𝑍 adalah
𝐺′𝑦 𝑑𝐻𝑦 = 𝑑(𝐺𝑥 𝐻𝑥 ) (19.22)

Karena perubahan laju cairan di menara hanya 1 sampai 2 persen, 𝐺𝑥 diasumsikan konstan.

𝐺′𝑦 𝑑𝐻𝑦 = 𝐺𝑥 𝑐𝐿 𝑑𝑇𝑥 (19.23)

Perubahan entalpi gas adalah perubahan panas sensible ditambah perubahan kelembaban dikalikan
panas untuk penguapan .

𝑑𝐻𝑦 = 𝑐𝑠 𝑑𝑇𝑦 + 𝜆0 𝑑ℋ (19.24)


di mana 𝜆0 = panas untuk penguapan pada suhu 32℉.

Gambar 19.8 Diagram alir untuk countercurrent kontraktor udara-cair

Nilai entalpi dari udara jenuh adalah


𝐻𝑦,𝑠𝑎𝑡 = 𝑐𝑠 (𝑇𝑦 − 32) + 𝜆0 ℋ3 (19.25)
Rata-rata kesetimbangan energi pada tower adalah
𝐺𝑦′ (𝐻𝑎 − 𝐻𝑏 ) = 𝐺𝑥 𝑐𝐿 (𝑇𝑥𝑎 − 𝑇𝑥𝑏 ) (19.26)
Pada titik tengah di tower, nilai kesetimbangan entalpi adalah
𝐺𝑦′ (𝐻𝑎 − 𝐻𝑦 ) = 𝐺𝑥 𝑐𝐿 (𝑇𝑥𝑎 − 𝑇𝑥 ) (19.27)
Persamaan (19.27) adalah jalur operasi untuk sebuah tower, dan ditunjukan sebagai garis
lurus pada slope GxcL/Gy’ pada gambar 19.9 antara entalphy udara dengan suhu air. Garis
kesetimbangan memberikan entalphy pada udara jenuh dengan uap air (Persamaan 19.25) sebagai
fungsi suhu. Diagram entalphy-suhu untuk cooling tower adalah sama dengan kolom stripping,
tapi energi daripada zat terlarut yang dipindahkan dari air ke udara.
Gambar 19.9. Diagram operasi untuk cooling tower, antara entalpi udara dengan suhu air.

Ada laju alir minimum yang sesuai dengan garis operasi yang menyentuh garis
kesetimbangan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 19.9. Karena kelengkungan dari garis
kesetimbangan, laju udara minimum terkadang ditentukan dengan garis singgung terhadap kurva.
Laju alir udara biasa ditentukan diantara 1,2 – 2,0 kali dari nilai minimumnya.
Ketinggian packing yang diperlukan untuk menara pendingin dapat ditentukan
menggunakan diagaram garis operasi – garis kesetimbangan dan koefisien keseluruhan
berdasarkan kekuatan dorong entalpi. Untuk membuktikan kenapa hal tesrsebut benar, persamaan
laju untuk sistem udara-air diuji.
Laju perpindahan panas dari air ke permukaan adalah

𝐺𝑥 𝑐𝐿 𝑑𝑇𝑥 = ℎ𝑥 𝑎(𝑇𝑥 − 𝑇𝑖 )𝑑𝑍 (19.28)

dimana ℎ𝑥 𝑎 adalah koefisien perpindahan panas secara volumetris untuk cairan. Laju
perpindahan panas dari permukaan ke gas adalah

𝐺 ′ 𝑦 𝑐𝑠 𝑑𝑇𝑦 = ℎ𝑦 𝑎(𝑇𝑖 − 𝑇𝑦 )𝑑𝑍 (19.29)

dimana ℎ𝑦 𝑎 adalah koefisien perpindahan panas secara volumetris untuk gas.

Laju dari perpindahan masa oleh uap air melalui lapisan gas dapat ditulis pertama-tama
dalam cara normal, yaitu menggukana laju alir molar dan kekuatan penggerak fraksi mol. Gas yang
dapat mengencerkan diasumsikan, sehingga (1 − 𝑦)𝐿 = ̃ 1,0.
𝐺𝑀 𝑑𝑦 = 𝑘𝑦 𝑎(𝑦𝑖 − 𝑦)𝑑𝑍 (19.30)

̃ 𝐺 ′ 𝑦 /𝑀𝐵 , dimana 𝑀𝐵 adalah berat


Karena untuk udara berkelembapan rendah, 𝐺𝑀 =
ℋ 1
molecular dari gas inert (udara), y proposional dengan ℋdan ≪ 𝑀 , sehingga persamaan
𝑀𝐴 𝐵
sebelumnya dapat diubah menjadi

𝐺 ; 𝑦 𝑑ℋ = 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 (ℋ𝑖 − ℋ)𝑑𝑍 (19.31)

Variabel 𝑎 yand ada pada ℎ𝑥 𝑎, ℎ𝑦 𝑎 dan 𝑘𝑦 𝑎 diasumsikan identic.

Persamaan diatas dikonversi menjadi basis energi dengan mengkalikan 𝜆0 .

𝐺 ; 𝑦 𝜆0 𝑑ℋ = 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 𝜆0 (ℋ𝑖 − ℋ)𝑑𝑍 (19.32)

Mengkombinasikan kedua persamaan tersebut menghasilkan

𝐺 ; 𝑦 (𝜆0 𝑑ℋ + 𝑐𝑠 𝑑𝑇𝑦 ) = [𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 𝜆0 (ℋ𝑖 − ℋ) + ℎ𝑦 𝑎(𝑇𝑖 − 𝑇𝑦 )]𝑑𝑍 (19.33)

Hubungan Lewis ℎ𝑦 = 𝑐𝑠 𝑀𝐵 𝑘𝑦 digunakan untuk menggantikan ℎ𝑦 𝑎 dalam persamaan diatas.

𝐺 ; 𝑦 (𝜆0 𝑑ℋ + 𝑐𝑠 𝑑𝑇𝑦 ) = 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 [𝜆0 (ℋ𝑖 − ℋ) + 𝑐𝑠 (𝑇𝑖 − 𝑇𝑦 )]𝑑𝑍 (19.34)

Karena persamaan didalam tanda kurung disebelah kiri adalah perubahan diferensial dalam
entalpi, sehingga persamaan dalam kurung adalah perbedaan entalpi, sehingga persamaan di atas
adalah

𝐺 ′ 𝑦 𝑑𝐻𝑦 = 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 (𝐻𝑖 − 𝐻𝑦 )𝑑𝑍 (19.35)

Sehingga perubahan laju dari entalpi gas proposional dengan perbedaan antara entalpi di
permukaan dan yang ada di gas, dan koefisien perpindahan adalah koefisien normal perpindahan
lapisan-gas dikalikan dengan 𝑀𝐵 , karena 𝐺 ′ 𝑦 dan H didasarkan pada masa, bukan mol.

Untuk menentukan kondisi pada antarmuka, laju perpindahan panas pada film cair
disamakan dengan perubahan entalpi gas.

ℎ𝑥 𝑎(𝑇𝑥 − 𝑇𝑖 )𝑑𝑍 = 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 (𝐻𝑖 − 𝐻𝑦 )𝑑𝑍 (19.36)

atau
𝐻𝑖 −𝐻𝑦 ℎ𝑥 𝑎
= −𝑘 (19.37)
𝑇𝑖 −𝑇𝑥 𝑦 𝑎𝑀𝐵

Dengan demikian, garis dasi (tie lines) dari titik Hi, Ti pada kurva ekuilibrium ke titik Hy,
Tx, pada jalur operasi memiliki kemiringan -hxa / kya MB. Dengan membangun garis dasi (tie lines)
pada kemiringan ini untuk nilai Hi yang berbeda, Pers. (19.35) dapat diintegrasikan untuk
mendapatkan tinggi keseluruhan.
𝑑𝐻𝑦 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 𝑍𝑇
∫ 𝐻 −𝐻 = 𝐺𝑦′
(19.38)
𝑖 𝑦

Namun, untuk kebanyakan kasus, tidak ada korelasi yang muncul untuk hxa dan kya, serta
pendekatan yang lebih sederhana berdasarkan koefisien keseluruhan dan kekuatan penggerak
entalpi keseluruhan tidak dapat digunakan.

𝐺𝑦′ 𝑑𝐻𝑦 = 𝐾𝑦 𝑎(𝐻𝑦∗ − 𝐻𝑦 )𝑑𝑍 (19.39)


1 1 𝑚
Dimana =𝑘 +ℎ
𝐾𝑦 𝑎 𝑦 𝑎𝑀𝐵 𝑥𝑎

𝑑𝐻 ∗
𝑚= = kemiringan garis ekuilibrium
𝑑𝑇

𝐻𝑦∗ = entalpi gas dalam ekuilibrium dengan cairan pada suhu Tx

Jumlah unit transfer dan tinggi unit transfer dapat didefinisikan dengan cara yang sama
seperti pada penyerapan gas.

𝑑𝐻𝑦 𝑍
∫ 𝐻 ∗ −𝐻 = 𝑁𝑂𝑦 = 𝐻 𝑇 (19.40)
𝑦 𝑦 𝑂𝑦

Dimana 𝐻𝑂𝑦 = 𝐺𝑦′ /(𝐾𝑦 𝑎)

Penggunaan koefisien fase gas secara keseluruhan dapat menimbulkan beberapa kesalahan
dalam analisis desain atau kinerja menara pendingin, karena kemiringan garis ekuilibrium berubah
seiring suhu. Seperti yang ditunjukkan pada gambar. 19.10, kemiringan meningkat sebesar 30
sampai 40 persen untuk suhu 10oF. Namun, film gas ini memiliki daya tahan besar, jadi perubahan
kya dengan suhu mungkin relatif kecil. Dengan pengisian sel pada laju alir normal, nilai Hoy
biasanya 2 sampai 3 ft (0,6 sampai 1 m). Untuk menara yang lebih tua dengan bilah kayu, nilai
Hoy mungkin 10 sampai 20 ft (3 sampai 6m).

Meskipun perancangan detil menara pendingin biasanya diserahkan kepada spesialis, efek
perubahan kondisi cuaca pada kinerja menara yang ada dapat segera diprediksi. Dari data untuk
kondisi normal, neraca energi dibuat sebagai cek, dan jumlah keseluruhan unit transfer dihitung
dengan menggunakan diagram entalpi. Sebuah jalur operasi baru kemudian diujicobakan untuk
memberikan jumlah unit transfer yang sama. Yang diilustrasikan pada contoh 19.3.

Contoh 19.3 Sebuah aliran diinduksi-paksa oleh menara pendingin beroperasi dengan
aliran air masuk dan keluaran pada suhu 1050Fdan 850F ketika udara memiliki suhu bola
kering dan bola basah 900F dan 760F. Menara tersebut memiliki ketinggian 4 ft packing
plastik, dan laju alir Gy = 2000 lb/h.ft2 dan Gx = 2200 lb/h.ft2. (a) Tentukan jumlah unit
perpindahan, ketinggian unit perpindahan berdasarkan gaya penggerak fasa-gas, dan suhu
pendekatannya. (b) Jika beban pendingin dijaga tetap tetapi suhu udara turun menjadi 70oF
dengan suhu bola basah 60oF, tentukan suhu air dan suhu pendekatannya.

Solusi.

𝜘𝑏

Gambar 19.10 Grafik kelembapan udara-air pada 1 atm.

(a) Dari Psychrometric chart (Gambar.19.2), kelembaban aliran masuk dan panas lembab
diperoleh sebagai berikut.
𝜘𝑏 = 0,017 𝑙𝑏 𝑎𝑖𝑟 / 𝑙𝑏 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎

0,017
𝜘𝑅 = 𝑥 100 = 55 %
0,031

𝑐𝑠 = 𝐶𝑝𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 + 𝐶𝑝𝑢𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝜘)


𝑐𝑠 = 0,24 + 0,45(0,017) = 0,248 𝐵𝑡𝑢 / 𝑙𝑏.𝑜 𝐹
𝐻𝑏 = 𝐶𝑠 (𝑇 − 𝑇𝑜 ) + 𝜆𝑜 (𝜘𝑏 )
𝐻𝑏 = 0,248 (90 − 32) + 1075 (0,017) = 32,7 𝐵𝑡𝑢/𝑙𝑏
𝐺𝑥 𝑐𝐿 𝑑𝑇𝑥 = 𝐺𝑦 𝐻𝑦
2200 (1,0)(105 − 85) = 2000 (𝐻𝑎 − 32,7)
𝐻𝑎 = 54,7 𝐵𝑡𝑢/𝑙𝑏
Gambar 19.11 Diagram operasi untuk contoh 19.3.

Titik 𝑇𝑥𝑎 = 105, 𝐻𝑎 = 54,7 dan 𝑇𝑥𝑏 = 85, 𝐻𝑏 = 32,7 diplot pada gambar 19.10, garis (a)
dan garis (b), sebagai titik akhir dari garis operasi. Jumlah unit perpindahan diperoleh dengan
menentukan gaya penggerak pada bagian tengah kolom dan menggunakan rata-rata log ∆𝐻 untuk
mendapatkan jumlah unit perpindahan dari setiap bagian.
𝑻𝒙 𝑯∗ H 𝑯∗ − 𝑯 ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(𝑯∗ − 𝑯)𝑳 ∆𝑵
85 41,5 32,7 8,8
95 55,5 43,7 11,8 10,2 1,08
105 73 54,7 18,3 14,8 0,74
𝑁𝑂𝑦 = 1,82

4
𝐻𝑂𝑦 = = 2,2 𝑓𝑡
1,82

Suhu pendekatan adalah 85 – 76 = 9oF


(b) Untuk 𝑇𝑦 = 70𝑜 𝐹 dan 𝑇𝑤 = 60𝑜 𝐹

𝜘𝑏 = 0,009

𝑐𝑠 = 0,248 𝐵𝑡𝑢 / 𝑙𝑏.𝑜 𝐹

𝐻𝑏 = 0,244 (1,0)(20) = 2000 (𝐻𝑎 − 18,9)


Untuk jumlah pendingin yang sama dan aliran air dan udara konstan

2200(1,0)(20) = 2000 (𝐻𝑎 − 18,9)

𝐻𝑎 = 18,9 + 22 = 40,9
Garis operasi diperoleh dengan pendugaan untuk mendapakan jumlah unit transfer yang
sama. Untuk 𝑇𝑥𝑎 = 95𝑜 𝐹, 𝑇𝑥𝑏 = 75𝑜 𝐹, 𝑁𝑜𝑦 = 1,78, mendekati 1,82. Garis operasi ditunjukkan
dengan garis tipis pada Gambar 19.9. Suhu bola basah yaitu

𝑇𝑥𝑎 − 𝑇𝑤 = 75 − 60 = 15𝑜 𝐹
Posisi garis operasi sangat bergantung sekali pada suhu bola basah udara masuk, karena
nilai entalpinya tetap. Perubahan suhu bola kering tidak akan berpengaruh. Jika udara 100 persen
jenuh, pendingin yang digunakan saat suhu air lebih besar dibandingkan suhu bola basah. Menara
tidak didesain untuk beroperasi pada suhu kurang dari 5oF (2,8oC), biasanya 10 sampai 15oF (5,6
sampai 8,3oC). Bahwa telah ditunjukkan pada contoh 19.3,mengurangi suhu bola basah
menyebabkan suhu aliran air keluar akan lebih rendah, tetapi pendekatannya akan mengalami
peningkatan oleh karena bentuk kurva dari garis kesetimbangan.

Jika laju fasa gas atau laju fasa cair berubah, akan terjadi perubahan pada unit
perpindahan. Koefisien lapisan-gas menngkat sekitar 0,8 daya laju fasa gas, sehingga jika lapisan
gas diatu, 𝐻𝑜𝑦 akan meningkan 0,2 kali daya 𝐺𝑦′ . Pengurangan laju fasa cair akan meningkatkan
𝐻𝑜𝑦 karena packing tidak terbasahi dengan sempurna.

Anda mungkin juga menyukai