KELOMPOK 3
1. Noli Krisnanto
2. Helen Soraya Sirait
3. Lezy Maidela
4. Sriwidya Hotmaria Panjaitan
I. Landasan Teori
Lumpur limbah minyak bumi merupakan produk yang tidak mungkin
dihindari oleh setiap perusahaan pertambangan minyak bumi dan menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan. Sebab lumpur limbah minyak bumi mempunyai
komponen hidrokarbon atau TPH yaitu senyawa organik yang terdiri atas
hidrogen dankarbon contohnya benzena, toulena, etilbenzena, dan isomer xylena.
Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) adalah merupakan pengukuran
konsentrasi pencemaran hidrokarbon minyak bumi dalam tanah serta seluruh
pencemaran hidrokarbon dalam suatu sampel tanah yang sering dinyatakan dalam
satuan mg hidrokarbon/kg tanah.
Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan bahan.
Proses ekstraksi memiliki dua perbedaan kelarutan bahan. Ekstrak disaring
dengan kain saring agar terpisah antara ampas dan filtratnya. Menurut Rahayu
dalam Prasetiyo ekstraksi adalah pemisahan zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.
Ekstraski dengan menggunakan pelarut dilakukandengan dua cara, yaitu cara
dingindan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi, dan perkolasi. Sedangkan
cara panas meliputi refluks, sokletasi, digesti, infus, dekok, destilasi uap, ekstraksi
ultrasonik, dan ekstraksi energi listrik.
Refluksi adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
Sokletasi adalah ekstrasi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomasa
ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini
pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengosongkan isinya kedalam labu
dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. setelah pelarut segar melewati
alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan
senyawa dari biomasa secara efektif ditarik kedalam pelarut karena konsentrasi
awalnya rendah dalam pelarut.
Prinsip kerja sokletasi adalah penyaringan berulang-ulang sehingga hasilyang
di dapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini
telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya zat yang tersari.
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat
melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan, tetai tidak melarutkan zat
padat yang tidak diinginkan.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang ditimbulkan setelah dingin secara kontinu akan membasahi
sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi. Pelarut yang telah membawa
senyawa kimia pada labu destilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator
sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi.
Syarat-syarat pelarut yang dapat digunakan dalam proses sokletasi:
1. Pelarut yang mudah menguap, seperti heksana, petroleum eter, metil
klorida, alkohol
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar
Prinsip pada destilasi biasa adalah pemisahan dua zat atau lebih yang
mempunyai perbedaan titik didih. Jika zat-zat yang dipisahkan mempunyai
perbedaan titik didih yang jauh, dapat digunakan metode isolasi biasa. Zat yang
memiliki titik didih rendah akan cepat terdestilasi daripada zat yang bertitik didih
tinggi. Uap zat yang bersifat volatil dan memiliki titik didih rendah akan masuk
kedalam pipa pada kondensor (terjadi proses pendinginan) sehingga akan turun
berupa tetesan-tetesan yang turun ke dalam penampung atau disebut juga destilat.
b. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Labu dikeringkan menggunakan oven kemudian labu ditimbang dan
dicatat beratnya
b. Dibentuk kertas saring menjadi selongsong
c. Ditimbang dengan seksama sampel sebanyak 2,0060 gram kedalam
selongsong kertas saring
d. Dilipat kembali kertas saring bagian atas agar sampel tidak keluar
e. Dirangkai alat soklet
f. Dimasukkan kertas saring berisi sampel tersebut ke dalam rangkaian
alat soklet dan dimasukkan pelarut n-heksana
g. Disambungkan alat soklet dengan kondensor
h. Dihidupkan pemanas listrik dan ditunggu sampai larutan pengeskstrak
jernih
i. Dipisahkan ekstrak minyak dari pelarut n-heksana dengan cara
didestilasi kemudian dikeringkan ekstrak minyak dalam oven pada
suhu 1100C selama 30 menit
j. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang
k. Diulangi pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap
III.Hasil Pengamatan dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
Data Pengamatan
Tabel 4.1.1 Hasil penimbangan sampel
Pengulanga
Berat sampel (gram)
n
1 96,2129
2 96,2100
3 96,2100
Perhitungan
W 2−W 1
TPH = X 100
WS
96,2100−95,9355 gram
TPH = X 100
2,0060 gram
0,2745 gram
TPH = X 100
2,0060 gram
TPH =13,68
B. Pembahasan
Pada percobaan ini perlakuan pertama dilakukan penimbangan labu
kosong. Labu terlebih dahulu dikeringkan menggunakan oven pada suhu
1100C selama 30 menit. Setelah labu kosong tersebut ditimbang diperoleh
sebesar 95,9355 gram.
C. 1
Penimbangan Penimbangan 2 Penimbangan 3
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Prinsip kerja pada sokletasi adalah ekstraksi dengan pelarut
organic yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga
jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet.
2. Hasil Petroleum hidrokarbon 96,2100 gram.
3. Persen TPH yang diperoleh dari percobaan adalah 13,68.
DAFTAR PUSTAKA