Anda di halaman 1dari 26

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH PENGOLAHAN MINYAK BUMI

OCTANE NUMBER

KELOMPOK 4
M. Arif Henryawan (1506737470)
Syafira Deani Tiaradiba (1506673422)
Wida Adelia Putri (1506673290)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2017
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang bilangan
oktan ini dengan baik. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Ir. Nelson Saksono,
M.T. selaku Dosen mata kuliah Pengolahan Minyak Bumi yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai bilangan oktan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Depok, 12 Maret 2018

Penyusun

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 2


Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................... 2


Daftar Isi ......................................................................................................................... 3
Daftar Gambar................................................................................................................ 4
Daftar Tabel .................................................................................................................... 4
Bab 1 Pendahuluan ......................................................................................................... 5
1.1 Pengertian Octane Number ......................................................................................... 5
1.2 Metode Pengujian Octane Number .............................................................................. 5
1.2.1 Motor Octane Number-MON (ASTM D-2700) .............................................................. 6
1.2.2 Research Octane Number-RON (ASTM D-2699).......................................................... 7
Bab 2 Prosedur dan Metode Perhitungan ..................................................................... 11
2.1 Prinsip Kerja ............................................................................................................ 11
2.2 Alat Pengukuran....................................................................................................... 13
2.2.1 Peralatan Mesin ............................................................................................................. 13
2.2.2 Instrumentasi ................................................................................................................. 13
2.2.3 Referensi dan Standardisasi Fuel Dispensing Equipment.......................................... 14
2.2.4 Peralatan Pelengkap ..................................................................................................... 14
2.3 Bahan Pengukuran ................................................................................................... 15
2.4 Prosedur ................................................................................................................... 16
2.4.1 Bracketing – Equilibrium Fuel Level .......................................................................... 16
2.4.2 Prosedur Brackting (Bracketing – Dynamic Level Fuel) .......................................... 18
2.4.3 Prosedur Compression Ratio ....................................................................................... 19
2.5 Metode Perhitungan ................................................................................................. 21
2.6 Kelebihan Dan Kekurangan ..................................................................................... 22
Bab 3 Kesimpulan ......................................................................................................... 24
Informasi Tambahan .................................................................................................... 25
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 26

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 3


Daftar Gambar
Gambar 1. Research Method Test Engine Assembly .................................................................. 13
Gambar 2. Urutan pembacaan bahan bakar sampel dan rujukan ............................................... 18
Gambar 3. Contoh perhitungan bilangan oktan .......................................................................... 22

Daftar Tabel

Tabel 1. Perbedaan bilangan oktan maksimal diizinkan untuk bracketing PRF ......................... 17

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 4


Bab 1
Pendahuluan

Minyak bumi dalam bahasa Inggris disebut petroleum yang berasal dari bahasa
Yunani πέτρα (petra) yang berarti ‘batu’ dan ἔλαιον (elaison) yang berarti minyak.
Kata petroleum pertama kali digunakan dalam karangan De Natura Fossilium yang dikarang
pada tahun 1546 oleh Georg Bauer yang berkebangsaan Jerman. Bensin, yang disebut gas
(Amerika Serikat dan Kanada); petrol (Inggris); atau benzine (Eropa), merupakan
hidrokarbon cair hasil sampingan dari minyak bumi yang mudah menguap, mudah terbakar
dalam fasa uapnya, serta digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin dengan pembakaran
internal karena energi pembakarannya yang tinggi.
Bensin merupakan campuran hidrokarbon yang memiliki titik didih di bawah 180 oC
(355oF) atau di bawah 200oC (390oF). Konstituen hidrokarbon dalam rentang didih ini adalah
senyawa hidrokarbon yang memiliki 4 sampai 12 atom karbon dalam struktur molekulnya
dan dapat diaktegorikan ke dalam tiga jenis umum, yaitu Parafin (termasuk sikloparafin dan
struktur bercabang), Olefin, dan Aromat.

1.1 Pengertian Octane Number


Kualitas berbagai bahan bakar minyak bumi tergantung pada komposisi dan jenis
hidrokarbon yang ada dalam campuran. Kualitas bensin ditentukan oleh bilangan oktan, yaitu
bilangan yang menunjukkan jumlah isooktan dalam bensin. Bilangan oktan adalah ukuran
kemampuan bahan bakar mengatasi ketukan ketika terbakar dalam mesin.
Bilangan ini menunjukkan karakteristik anti-knock suatu bahan bakar dan sangat
bergantung pada jenis hidrokarbonnya. Bilangan oktan dari fraksi tanpa aditif biasanya
disebut sebagai bilangan oktan bersih (clear octane number). Zat adiktif yang ditambahkan
ini biasanya tidak ramah lingkungan sehingga perlu diadakan suatu metode tambahan seperti
proses alkilasi yang perlu dilakukan dalam kilang untuk meningkatkan bilangan oktan.

1.2 Metode Pengujian Octane Number


Penentuan bilangan oktan diperoleh dari dua prosedur pengujian, yaitu dengan
metode pertama yang disebut Motor Octane Number-MON yaitu dengan indikasi kinerja
kecepatan tinggi (ASTM D-2700 dan ASTM D-2723) dan metode kedua yang disebut
Research Octane Number-RON dengan indikasi kinerja jalan normal (ASTM D-2699 dan

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 5


ASTM D-2722). Pada metode perhitungan RON terdapat dua prosedur yaitu prosedur
bracketing dan prosedur rasio kompresi dimana keduanya merupakan metode kuantitatif
untuk menentukan knock rating (tingkat ketukan) bahan bakar motor bakar dengan ketentuan
RON dan menggunakan alat CFR (Coordinating Fuel Research). Perbedaan antara RON dan
MON disebut sebagai sensitivitas. Bahan bakar dengan sensitivitas yang rendah lebih
menjanjikan dibandingkan dengan bahan bakar dengan sensivitas tinggi.

1.2.1 Motor Octane Number-MON (ASTM D-2700)


1.2.1.1 Ruang Lingkup
Metode pengujian ini digunakan untuk menentukan kuantitatif tingkat ketukan dari
bahan bakar dengan ketentuan MON, pada metode ini tidak berlaku untuk bahan bakar yang
komponen pokoknya adalah oksigenation. Pengujian sampel bahan bakar dilakukan dengan
silinder tunggal yang terstandarisasi, variable rasio kompresi, berkarburasi, mesin CFR
(Coordinating Fuel Research) yang bekerja disetting sesuai dengan kondisi operasi yang
diinginkan. CFR adalah sebuah mesin penguji yang perbandingan kompresinya dapat diubah-
ubah. Intensitas ketukan sampel bahan bakar dibandingkan dengan satu atau lebih campuran
bahan bakar referensi. Octane number dari campuran bahan bakar referensi akan
mencocokan intensitas ketukan dari sampel bahan bakar untuk menentukan Motor Octane
Number.
Skala octane number memiliki rentang 0 – 120, tetapi pada metode pengujian ini
memiliki jangkauan dari 40 – 120. Bahan bakar komersial yang diproduksi untuk mesin
otomotif memiliki octane number 80 – 90. Bahan bakar komersial yang diproduksi untuk
penerbangan memiliki octane number 98 – 102. Pengujian campuran bensin atau material
proses lainnya dapat menghasilkan rating ocane number yang bervariasi pada kisaran MON.
Nilai – nilai pada kondisi operasi dinyatakan dalam satuan SI dan dianggap sebagai standar.
Pengukuran mesin CFR yang terstandarisasi dinyatakan dalam satuan inch-pound.
Standar ini tidak menanggung semua aspek keselamatan, jika ada, maka bertujuan
untuk mendukung kinerjanya. Adalah tanggung jawab pengguna dari standar ini untuk
menetapkan aturan keselamatan dan kesehatan yang cocok serta batas pemakaian dalam
penggunaan standar ini.

1.2.1.2 Terminologi

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 6


Octane number adalah salah satu dari beberapa indikator numerik dari resitansi
terhadap ketukan yang diperoleh dari perbandingan antara bahan bakar referensi dalam
pengujian mesin atau kendaraan yang terstandarisasi.
MON menentukan standar penggunaan mesin uji dan kondisi operasi untuk
membandingkan karakteristik ketukan dengan PFR yang telah diketahui bilangan oktannya.
Rasio kompresi dan rasio bensin-udara diatur untuk memperoleh standar intensitas ketukan
dari sampel bensin, yang diukur oleh system alat ukur specific elecectronic detonation meter.
Tabel standar acuan intensitas ketukan berkaitan dengan rasio kompresi untuk level bilangan
oktan bagi metode ini saja. Rasio bensin-udara untuk sampel bensin dan setiap bensin
referensi utama disetting untuk memaksimalkan intensitas ketukan bagi tiap bensin.
Kalibrasi dilakukan untuk menunjukan standar intensitas ketukan menggunakan
ketinggian silinder yang ditentukan oleh tabel untuk octane number pada PRF tertentu. Rasio
bensin-udara dari sampel bahan bakar disesuaikan untuk memaksimalkan intensitas ketukan
dalam kondisi dibawah ekuilibrium; ketinggian silinder disesuaikan sehingga intensitas
ketukan tercapai. Kalibrasi dilakukan dua kali untuk memastikan kembali dan mendapatkan
nilai sampel bahan bakar yang tepat. Pembacaan ketinggian silinder rata – rata dilakukan
untuk sampel bahan bakar, tekanan baromaterik, dikonversi menjadi octane number
menggunkana tabel acuan.
1.2.1.3 Signifikansi dan Kegunaan
MON memiliki korelasi dengan performa antiknock dari mesin otomotif komersial
dibawah kondisi operasi yang berat. MON digunakan oleh produsen mesin, penyulingan
minyak dan bagian pemasaran, serta dalam pasar digunakan sebagai pengukuran spesifikasi
utama yang terkait dengan pecocokan bahan bakar dengan mesin.
MON digunakan untuk mengukur kinerja antiknock bahan bakar mesin yang
mengandung oksigenasi. MON penting dalam kaitannya dengan spesfikasi bahan bakar
mesin yang digunakan dan aplikasi mesin non-otomotif.

1.2.2 Research Octane Number-RON (ASTM D-2699)


1.2.2.1 Ruang Lingkup
o Tes ini merupakan metode yang meliputi penentuan kuantitatif dari knock rating pada
bakar busi bahan bakar mesin dalam rangka mencari nilai R.O.N(Research Octane
Number). Tes ini tidak dapat diaplikasikan pada bahan bakan yang komponennya
mayoritas dapat mengoksidasi. Sampel dites dnegan menggunakan silinder tunggal

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 7


terstandarisasi, siklus empat tak, rasio kompressi variabel, menggunakan suplai
karburator, mesin CFR yang berjalan dengan kondisi operasi tertentu.
o O.N (Octane Number) mempunyai skala 0 hingga 120 namun metode ini mempunyai
jarak kerja antara 40 hingga 120. R.O.N pada bahan bakar komersal berkisar antara
88 hingga 101 R.O.N.
o Nilai pada kondisi operasi ditulis dalam satuan internasional (SI) dan dianggar
sebagai satuan standar perhitungan. Nilai dalam tanda kurung akan dituliskan
berdasarkan unit inch-pound. Penghitungan mesin CFR masih menggunakan unit
inch-pound karena produk dalam pasar telah dibuat dengan menggunakan unit
tersebut.
o Standar ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi semua masalah keamanan, jika ada,
yang terkait dengan penggunaannya. Ini adalah tanggung jawab pengguna standar ini
untuk menetapkan sesuai praktek keselamatan dan kesehatan dan menentukan
penerapan yang keterbatasan peraturan sebelum digunakan.
1.2.2.2 Gambaran Umum
o Penelitian O.N. dari busi bahan bakar mesin adalah ditentukan dengan menggunakan
mesin uji dan kondisi operasi standar untuk membandingkan karakteristik ketukan
dengan merode PRF campuran O.N. Diketahui rasio kompresi dan rasio bahan bakar
udara disesuaikan untuk menghasilkan K.I. standar untuk bahan bakar sampel, seperti
diukur dengan alat meteran detonasi elektronik tertentu sistem. Sebuah K.I. standar
panduan tabel berkaitan mesin tingkat C.R. ke O.N. untuk metode tertentu. Rasio
bahan bakar udara untuk sampel bahan bakar dan masing-masing dari campuran
bahan bakar referensi utama disesuaikan untuk memaksimalkan K.I. untuk setiap
bahan bakar.
 Rasio bahan bakar udara untuk K.I. maksimum dapat diperoleh(1) dengan membuat
perubahan langkah tambahan dalam kekuatan campuran,mengamati keseimbangan
K.I. nilai untuk setiap langkah, dan kemudianmemilih kondisi yang memaksimalkan
pembacaan atau (2) dengan memilih K.I. maksimum sebagai kekuatan campuran
berubah dari rich-ke-lean atau lean-ke-rich pada tingkat yang konstan.
o Bracketing Prosedur-Mesin dikalibrasi untukberoperasi pada K.I. standar sesuai
dengan tabel panduan. Rasio bahan bakar udara dari bahan bakar sampel disesuaikan
untuk memaksimalkan K.I., dan kemudian ketinggian silinder disesuaikan sehingga
standar K.I. tercapai. Tanpa mengubah tinggi silinder, dua campuran PRF dipilih pada
rasio bahan bakar udara mereka untuk maksimum K.I., salah satu caranya dengan

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 8


mengetuk keras (K.I. lebih tinggi) dan lainnya dengan mengetuk lebih lembut (K.I.
lebih rendah) daripada bahan bakar sampel. Set kedua pengukuran K.I. untuk bahan
bakar sampel dan pencampuran PRF diperlukan, dan angka oktan bahan bakar sampel
dihitung dengan interpolasi diproporsional dengan perbedaan rata-rata K.I. bacaan.
Kondisi akhir mengharuskan tinggi silinder yang digunakan harus berada dalam batas
yang ditentukan sekitar nilai tabel panduan untuk dihitung nilai O.N-nya.
Pemeringkatan prosedur bracketing dapat ditentukan dengan menggunakan
pendekatan rasio tingkat bahan bakar ekuilibrium atau bahan bakar-udara tingkat
bahan bakar dinamis.
o C.R. Procedure- kalibrasi dilakukan untuk membangun standar K.I. menggunakan
ketinggian silinder yang ditentukan oleh tabel panduan untuk O.N. pada PRF yang
dipilih. Rasio bahan bakar udara dari bahan bakar sampel disesuaikan untuk
memaksimalkan K.I. di bawah kondisi ekuilibrium; ketinggian silinder disesuaikan
sehingga standar K.I. tercapai. Nilai kalibrasi didapatkan kembali dan rating bahan
bakar sampel diulang untuk menetapkan kondisi yang tepat untuk kedua waktu. Rata-
rata ketinggian silinder didapat untuk bahan bakar sampel,kompensasi untuk tekanan
udara, yang kemudian dikonversi langsung keO.N., menggunakan tabel panduan.
Sebuah kondisi akhir untuk rating mensyaratkan bahwa O.N. bahan bakar sampel
berada dalam batas yang ditentukan sekitar nilai O.N. pada PRF tunggal digunakan
untuk mengkalibrasi mesin dengan kondisi standar panduan tabel K.I.
1.2.2.3 Signifikansi dan Kegunaan
o Research O.N. berkorelasi dengan komersial otomotifspark-ignition performa mesin
antiknock dalam kondisi operasi ringan.
o Research O.N. digunakan oleh produsen mesin, refiners minyak bumi dan pemasar,
dan dalam perdagangan sebagai spesifikasi utama terkait dengan pencocokan bahan
bakar dan mesin.
 Korelasi empiris yang memungkinkan perhitungan kinerja otomotif antiknock
didasarkan pada persamaan umum: (2)

𝑅𝑜𝑎𝑑 𝑂. 𝑁 = (𝑘1 × 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑎𝑟𝑐ℎ 𝑂. 𝑁. ) + (𝑘2 × 𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑂. 𝑁. ) + 𝑘3


Nilai-nilai k1, k2, dan k3 berbeda pada setiap kendaraan dan populasi kendaraan
dan didasarkan pada penentuan Road-ON..
 Penelitian O.N., dalam hubungannya dengan motor O.N.,mendefinisikan indeks
antiknock otomotif mesin busi bahan bakar sesuai dengan Spesifikasi D 4814.
Indeks antiknock dari bahan bakar mendekati rating Road octane bagi banyak

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 9


kendaraan, yang diposting di pompa dispenser ritel di AS, dan digunakan dalam
manual kendaraan.
𝐴𝑛𝑡𝑖𝑘𝑛𝑜𝑐𝑘 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 = 0.5 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑎𝑟𝑐ℎ 𝑂. 𝑁. + 0.5 𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑂. 𝑁 + 0
Nilai ini biasa dituliskan sebagai:
𝑅+𝑀
𝐴𝑛𝑡𝑖𝑘𝑛𝑜𝑐𝑘 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 =
2
 Research O.N. juga digunakan baik sendiri atau bersamadengan faktor-faktor lain
untuk menentukan kemampuan Road O.N. pada bahan bakar mesin spark-ignition
untuk kendaraan yang beroperasi di wilayah selain Amerika Serikat.
o Penelitian O.N. digunakan untuk mengukur kinerja antiknock mesin bahan bakar
spark-ignition yang mengandung oxygenate.
o Penelitian O.N. penting dalam kaitannya dengan spesifikasi untuk bahan bakar mesin
spark-ignition yang digunakan dalam stasioner dan aplikasi mesin non otomotif.
Penelitian O.N. penting dalam kaitannya dengan spesifikasi untuk bahan bakar
mesin spark-ignition yang digunakan dalam stasioner dan aplikasi mesin non
otomotif. Pembahasan makalah ini akan membahas dua metode perhitungan Research
Octane Number berdasarkan ASTM D-2699. Pada metode perhitungan RON terdapat
dua prosedur yaitu prosedur bracketing dan prosedur rasio kompresi dimana keduanya
merupakan metode kuantitatif untuk menentukan knock rating (tingkat ketukan)
bahan bakar motor bakar dengan ketentuan RON dan menggunakan alat CFR
(Coordinating Fuel Research).

(3)

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 10


Bab 2
Prosedur dan Metode Perhitungan

2.1 Prinsip Kerja


Motor Octane Number (MON) dari bahan bakar mesin spark-ignition (mesin yang
menyala dengan adanya percikan api yang mengenai bahan bakar) ditentukan dengan tes
mesin standar dan kondisi operasi untuk membandingkan karakteristik knock nya terhadap
campuran PRF (Primary Reference Fuel) yang bilangan oktannya diketahui.
Rasio kompresi dan rasio bahan bakar-udara disesuaikan untuk menghasilkan nilai
K.I (Knockout Intensity) standar untuk bahan bakar sampel, seperti yang diukur pada
instrumen sistem electronic detonation meter yang spesifik. Panduan tabel K.I standar
menghubungkan Rasio Kompresi pada mesin terhadap level bilangan oktan untuk metode
spesifik ini.
Rasio bahan bakar-udara untuk sampel bahan bakar dan masing-masing campuran
PRF disesuaikan untuk memaksimalkan K.I untuk masing-masing bahan bakar. Rasio bahan
bakar-udara untuk nilai K.I maksimum dapat didapatkan dengan (1) membuat incremental
step changes pada kekuatan campuran, meninjau nilai kesetimbangan K.I pada setiap step,
dan kemudian memilih kondisi yang menunjukkan hasil maksimal, atau (2) dengan memilih
nilai K.I maksimum sebagai kekuatan campuran dirubah rich-to-lean atau lean-to-rich pada
laju konstan.
a) Metode Bracketing
Mesin di kalibrasi untuk beroperasi pada K.I standar sesuai dengan panduan tabel.
Rasio bahan bakar-udara dari sampel bahan bakar disesuaikan untuk memaksimalkan K.I,
kemudian ketinggian silinder disesuaikan sehingga K.I standar akan didapatkan.
Tanpa mengganti ketinggian silinder, 2 buah PRF dipilih sehingga pada rasio bahan
bakar-udara untuk K.I maksimum, salah satunya mengetuk lebih kuat ("knocks harder" / K.I
lebih tinggi) dan satunya lagi mengetuk lebih lemah ("knocks lower" / K.I lebih rendah) dari
sampel bahan bakar.
Set kedua perhitungan K.I untuk sampel bahan bakar dan bahan bakar acuan
dibutuhkan, dan bilangan oktan sampel bahan bakar dihitung menggunakan interpolasi pada
proporsi perbedaan rata-rata K.I yang terbaca. Kondisi final mengharuskan ketinggian
silinder yang digunakan ada diantara batas yang tertera pada tabel panduan nilai bilangan
oktan.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 11


b) Metode Compression Ratio
Kalibrasi dilakukan untuk menetapkan K.I standar menggunakan ketinggian silinder
yang telah tertera pada tabel panduan bilangan oktan dari PRF yang dipilih. Rasio bahan
bakar-udara dari sampel bahan bakar disesuaikan untuk memaksimalkan nilai K.I pada
kondisi kesetimbangan.
Kalibrasi ditegaskan kembali dan rating sampel bahan bakar diulang untuk
menentukan kondisi yang tepat kedua kalinya. Rata-rata ketinggian silinder untuk sampel
bahan bakar, yang disesuaikan untuk tekanan barometrik, dirubah langsung menjadi bilangan
oktan menggunakan tabel panduan. Kondisi panduan untuk rating membutuhkan bilangan
oktan sampel ada diantara batas yang tertera pada bilangan oktan campuran PRF yang
digunakan untuk mengkalibrasi mesin untuk standar kondisi K.I pada tabel.
Sedangkan ASTM D 2699 menggunakan metode kuantitatif untuk menentukan knock
rating (tingkat ketukan) bahan bakar motor dengan ketentuan RON. Pengujian dilakukan
dengan silinder tunggal standar, mesin empat langkah, variable rasio kompresi, berkarburasi,
mesin CFR (Coordinating Fuel Research) yang bekerja disetting sesuai dengan kondisi
operasi yang diinginkan. CFR adalah sebuah mesin penguji yang perbandingan kompresinya
dapat diubah-ubah. Skala bilangan oktan diperoleh dari komposisi volumetric PFR (Primary
Reference Fuel). Pada bilangan oktan PFR yang cocok dengan intensitas ketukan dari sampel
bahan bakar ditetapkan oleh RON.
Skala yang dicover oleh bilangan oktan berkisar antara 0 hingga 20 bilangan oktan
tapi metode test ini memiliki kisaran kerja dari 40 hingga 120 RON. Umumnya bahan bakar
dipasaran diproduksi untuk mesin bakar dengan tingkatan 88 hingga 101 RON. Pengujian
bensin dan turunan bahan bakar lainnya dapat diproduksi dengan berbagai tingakatan
mengacu pada kisaran RON.
Kondisi operasi menggunakan satuan SI sebagai standar, tadinya menggunakan
satuan inci-pound. Mesin CFR standar tetap menggunakan standar lama inci-pound karena
perkakas untuk membuat mesin ini sudah terlajur menggunakan sistem satuan lamanya dan
sulit serta mahal untuk mengubahnya menjadi bersatuan SI.
Standar ini tidak menanggung semua aspek keselamatan, jika ada, maka bertujuan
untuk mendukung kinerjanya. Adalah tanggung jawab pengguna dari standar ini untuk
menetapkan aturan keselamatan dan kesehatan yang cocok serta batas pemakaian dalam
penggunaan standar ini.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 12


2.2 Alat Pengukuran

Gambar 1. Research Method Test Engine Assembly


2.2.1 Peralatan Mesin
Metode ini menggunakan mesin CFR yang berbentuk silinder, yang terdiri atas
berbagai komponen, seperti
a. Crankcase, sebuah silinder yang digunakan untuk mengatur rasio kompresi
b. Sistem thermal syphon recirculating jacket coolant
c. Multiple fuel tank dengan selector valving untuk mengirimkan fuel melalui single jet
passage dan carburetor venturi
d. Intake air system, dengan peralatan pengatur suhu dan kelembapan
e. Kontrol elektrik
f. Pipa exhaust
2.2.2 Instrumentasi
Metode ini menggunakan pengukur detonasi elektronik untuk mengukur intensitas
dari knock combustion.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 13


2.2.3 Referensi dan Standardisasi Fuel Dispensing Equipment
Metode ini memerlukan hasil pencampuran berulang dari fuel reference serta bahan
TSF. Pencampuran harus dilakukan secara akurat karena hasil pengukuran besar octane
number dipengaruhi oleh tingkat kesalahan dalam pencampuran. Unuk mendapatkan
pengukuran yang akurat, maka diperlukan peralatan dengan persyaratan sebagai berikut
a. Volumetric Blending of Reference Fuels
 Calibrated burets atau volumetric apparatus dengan volume berkisar 200 –
500 mL dengan tingkat toleransi sebesar kurang lebih 0,2%.
 Calibrated burets harus dilengkapi dengan sebuah dispensing valve dan
delivery tip untuk dapat mengatur volume yang terdispensi secara akurat.
 Laju dispense tidak melebihi 400 mL per 60 detik
 Buret harus dipersiapakan dengan baik dan semua komponen dari fluida
terdispensi berada dalam temperatur yang sama
b. Volumetric Blending of Tetraethyllead
Sebuah calibrated buret, pipette assembly, atau peralatan liquid dispensing
lainnya dengan volume tidak lebih dari 4 mL
c. Gravimetric Blending of Reference Fuels
Dalam pencampuran, pengukuran gravimetri berdasarkan densitas dari setiap
komponen termasuk hal yang diperbolehkan. Dimana setiap komponen yang diukur
berada pada suhu 15,56°C.

2.2.4 Peralatan Pelengkap


a. Peralatan khusus maintenance
Sejumlah peralatan khusus dan instrumen pengukuran sebaiknya digunakan untuk
kemudahan, kesesuaian dan keefektifan maintenance dari mesin dan peralatan
penguji.
b. Ventilation Hoods
Perlakuan terhadap reference dan standardization fuels, dilute tetraethyllead dan
sampel yang memiliki berbagai komposisi hidrokarbon, baik dilakukan pada tempat
yang memiliki ventilasi yang baik, dimana pergerakan udara pada tempat tersebut
dapat mencegah inhalasi operator dari uap.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 14


2.3 Bahan Pengukuran
1. Cylinder Jacket Coolant
Air harus digunakan dalam cylinder jacket dimana suhu mendidih resultan adalah
sekitar 100 ± 1,5°C. Air dengan anti beku glycol-based ditambahkan untuk mencapai
titik didih yang diinginkan jika suhu pada laboratorium telah ditentukan. Selain itu,
perlu ditambahkan juga beberapa bahan untuk water treatment, dimana hal ini
bertujuan untuk meminimalisir korosi dan kandungan mineral yang dapat
mengganggu perpindahan panas dan hasil pengukuran.
2. Engine Crankcase Lubricating Oil
Jenis oli yang umum digunakan adalah SAE 30. Dimana oli tersebut mengandung
detergen aditif dan memiliki viskositas kinematik berkisar 9,3-12,5 mm2 per s (cSt)
pada suhu 100°C dan indeks viskositas kurang dari 85.
3. Primary Reference Fuel (PRF)
 Isooktana (2,2,4-trimetilpentana) dengan volume kemurnian tidak kurang dari
99,75%, mengandung tidak lebih dari 0,10% volume n-heptana dan tidak
mengandung lebih dari 0,5 mg/L timah.
 n-heptana dengan volume kemurnian tidak kurang dari 99,75%, mengandung
tidak lebih dari 0,10% volume isooktana dan tidak mengandung lebih dari 0,5
mg/L timah.
4. Dilute Tetraethyllead
Dilute Tetraethyllead adalah suatu larutan hasil pencampuran ikatan tetraethyllead
antiknock dengan kandungan 70% xylen dan 30% n-heptana. Penambahan sejumlah
dilute tetraethyllead pada 400 mL volume isooktana diperlukan untuk PRF yang akan
digunakan dalam pengukuran octane number diatas 100.
5. Toluene
Toluena tidak boleh mengandung volume kemurnian kurang dari 99,5%. Lalu jumlah
peroksida tidak melebihi 5 mg/kg, dan kandungan air tidak melebihi 200 mg/kg.
6. Check Fuel
Check fuel yang digunakan umumnya sudah memiliki octane number tertentu,
volatilitas rendah dan kestabilan yang cukup lama.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 15


2.4 Prosedur
2.4.1 Bracketing – Equilibrium Fuel Level
1. Memeriksa semua kondisi operasi mesin memenuhi dan telah disetimbangkan dengan
mesin yang beroperasi menggunakan bahan bakar tertentu pada nilai K.I standar.
2. Melakukan pengujian mesin dengan bahan bakar campuran TSF (Toluene
Standardization Fuel) yang dapat diaplikasikan pada rentang bilangan oktan sesuai
dengan laju sampel bahan bakar yang diinginkan. Jika mesin terlalu panas, memasang
karburator pendingin.
3. Menentukan nilai K.I standar dengan kalibrasi mesin menggunakan campuran PRF
yang memiliki bilangan oktan yang bernilai dekat dengan sampel bahan bakar.
a. Mengatur ketinggian silinder pada nilai tekanan barometric yang diizinkan untuk
bilangan oktan dari PRF yang digunakan.
b. Menentukan fuel level untuk K.I maksimum, kemudian menyesuaikan METER
READING pada detonation meter untuk menghasilkan pembacaan knockmeter 50
+- 2.
c. Memastikan bahwa SPREAD pada detonation meter sudah maksimal dengan
stabilitas knockmeter yang memuaskan.
d. Detonation meter spread diatur pada 12 – 14 divisi K.I per bilangan oktan pada
level bilangan oktan 90.
4. Bahan bakar sampel:
a. Memasukkan bahan bakar sampel pada karburator.
b. Menyalakan mesin menggunakan bahan bakar sampel.
c. Mengatur ketinggian silinder agar menghasilkan pembacaan midscale
knockmeter .
d. Menentukan ketinggian maksimum bahan bakar, kemudian menaikannya
sedikit demi sedikit.
e. Mengatur ketinggian silinder sehingga pembacaan knockmeter 50 +- 2 divisi.
f. Mencatat pembacaan knockmeter.
g. Mengamati pembacaan ketinggian silinder, mengikuti tekanan barometric
standar, menggunakan tabel pemandu yang tepat, tentukan estimasi bilangan
oktan dari bahan bakar sampel.
5. Bahan bakar rujukan 1:
a. Menyiapkan PRF yang masih baru yang diperkirakan memiliki bilangan oktan
yang dekat dengan bilangan oktan sampel bahan bakar.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 16


b. Memasukkan PRF pertama pada mesin.
c. Memposisikan katup pemilihan bahan bakar untuk mengoperasikan mesin
menggunakan PRF pertama.
d. Mencatat pembacaan knockmeter yang setimbang untuk PRF pertama.
6. Bahan bakar rujukan 2:
a. Menyiapkan campuran PRF lain yang diperkirakan dapat menghasilkan
pembacaan knockmeter yang menyebabkan pembacaan kedua PRF untuk
mengurung (bracket) bahan bakar sampel.
b. Batas perbedaan maksimum dapat dilihan pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Perbedaan bilangan oktan maksimal diizinkan untuk bracketing PRF

c. Menyiapkan campuran PRF kedua.


d. Memasukan PRF kedua kedalam mesin.
e. Memposisikan katup pemilihan bahan bakar untuk mengoperasikan mesin
menggunakan PRF pertama.
f. Jika pembacaan knockmeter untuk bahan bakar sampel dikurung oleh kedua
PRF (bracket) lanjutkan tesnya, jika tidak, gunakan campuran PRF lain
sehingga terjadi bracketing.
g. Mencatat pembacaan knockmeter yang setimbang untuk PRF pertama.
7. Aturan pembacaan:
a. Lakukan tahap yang diperlukan untuk mendapatkan pembacaan knockmeter
pada bahan bakar sampel, PRF 1, dan PRF 2.
b. Pembacaan knockmeter untuk ketiga bahan bakar (sampel bahan bakar, PRF 1,
PRF 2) (1) perbedaan perhitungan rangkain pertama dan kedua < 0.3 bilangan
oktan, (2) rata-rata pembacaan knockmeter sampel bahan bakar berada di
antara 45 – 55.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 17


c. Jika rangkaian pembacaan pertama dan kedua tidak memenuhi kriteria, dapat
dilakukan pembacaan ketiga, dst.

Gambar 2. Urutan pembacaan bahan bakar sampel dan rujukan

8. Mengecek kesesuaian terhadap tabel panduan.


9. Aturan khusus bahan bakar sampel dengan bilangan oktan diatas 100:
Perlu ditetapkan nilai standar K.I menggunakan isooktana plus TEL campuran PRF
sebelum dilakukan pengujian bahan bakar sampel (penentuan campuran PRF untuk
bahan bakar sampel dengan bilangan oktan diatas 100 perlu merujuk ke tabel
panduan).

2.4.2 Prosedur Brackting (Bracketing – Dynamic Level Fuel)


Teknik ini hanya dapat diterapkan untuk mengukur bilangan oktan pada rentang 80-
100. Sebenarnya teknik ini adalah teknik interpolasi dengan menggunakan dua bahan bakar
referensi yang nilai oktannya berada di dekat perkiraan nilai oktan dari sampel (yang satu
lebih tinggi, yang satu lebih rendah dari nilai oktan sampel, oleh karenanya disebut
bracketing). Teknik ini menguji nilai maksimum K.I. (knock intensity) dari mesin saat
menggunakan bahan bakar referensi atau bahan bakar sampel. Berikut langkah-langkah
pengujiannya:
a. Memeriksa mesin dengan bahan bakar sampel, apakah dapat berjalan dengan baik
pada standar KI (knocking intensity). Standar umum adalah sebesar 12 – 15 divisi
untuk rentang nilai oktan 80 – 120.
b. Mencoba mesin dengan bahan bakar campuran TSF pada rentang suhu dimana bahan
bakar sampel mulai bekerja. Jika mesin terlalu panas, memasang karburator
pendingin.
c. Bahan bakar sampel:
 Memasukkan bahan bakar sampel pada reservoir bahan bakar yang masih kosong

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 18


 Menyalakan mesin dan mengamati bahan bakar yang mulai jatuh ke sight glass
(tabung transparan untuk mengamati perilaku bahan bakar sampel)
 Mengamati pembacaan K.I. Jika K.I. berubah secara signifikan, mengatur
ketinggian silinder agar K.I. kembali normal.
 Ketika ketinggian silinder yang pas telah ditentukan, mengamati dan mencatat
nilai K.I. maksimum (sekitar 45-55 divisi).
 Memastikan mesin tetap mendapat asupan bahan bakar. Untuk setiap proses trail-
and-error, mengisi reservoir bahan bakar dengan campuran yang benar.
d. Bahan bakar referensi 1:
 Menyiapkan PRF yang masih baru yang diperkirakan memiliki nilai oktan yang
sedikit lebih tinggi dari nilai oktan sampel.
 Memasukkan PRF pada reservoir bahan bakar yang masih kosong (reservoir
baru)
 Menjalankan mesin hingga mencapai nilai K.I. maksimum. K.I. maksimum
terjadi saat ketinggian bahan bakar pada sight glass mulai menurun, umumnya
saat ketinggian 0,7-1,7 inchi.
 Mencatat nilai K.I. maksimumnya.
e. Bahan bakar referensi 2:
 Menyiapkan PRF lain yang masih baru yang diperkirakan memiliki nilai oktan
yang sedikit lebih rendah dari nilai oktan sampel.
 Melakukan hal yang sama seperti pada bahan bakar referensi 1.
 Jika ternyata nilai K.I. maksimum dari bahan bakar uji lebih tinggi dari nilai K.I.
maksimum kedua PRF, mencoba untuk mengganti PRF sehingga akhirnya nilai
K.I. maksimum bahan bakar uji berada di antara nilai K.I. maksimum dari kedua
PRF (bracketing).
2.4.3 Prosedur Compression Ratio
Teknik ini hanya dapat digunakan jika mesin CFR dilengkapi dengan counter digital
untuk mengukur tinggi silinder agar memaksimalkan resolusi pengukuran variabel utama ini .
Teknik ini hanya dapat diterapkan untuk mengukur bilangan oktan pada rentang 80-100.
Teknik ini menguji nilai maksimum K.I. (knock intensity) dari mesin saat menggunakan
bahan bakar referensi atau bahan bakar sampel. Berikut langkah-langkah pengujiannya:
a. Mencoba mesin dengan bahan bakar campuran TSF pada rentang suhu dimana bahan
bakar sampel mulai bekerja. Jika mesin terlalu panas, memasang karburator
pendingin.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 19


b. Memeriksa mesin dengan bahan bakar sampel, apakah dapat berjalan dengan baik
pada standar KI (knocking intensity).
 Mengatur tinggi silinder dengan nilai kompensasi tekanan udara untuk bilangan
oktan dari PRF yang telah dipilih
 Menentukan ketinggian maksimum bahan bakar KI, dengan menambahkan
detonation meter untuk memproduksi nilai KI kurang lebih 50
 Memeriksa apakah penyebaran detonation meter maksimal dan seimbang dengan
stabilitas KI
 Mengatur detonation meter ke angka 12 sampai 15 KI per bilangan oktan. Pada
bilangan oktan 90 biasanya pengaturan penyebaran ketinggian akan optimal
sehingga alat tidak perlu diistirahatkan
c. Bahan bakar sampel:
 Memasukan bahan bakar sampel ke karburator
 Mengoperasikan mesin yang sudah diberi bahan bakar sampel
 Jika KI berubah secara drastis dan hasilnya menunjukan nilai KI yang sangat
tinggi ataupun sangat rendah, mengatur ketinggian silinder agar K.I. kembali
normal
 Menentukan ketinggian maksimum bahan bakar dan kemudian menaikannya
sedikit demi sedikit
 Ketika ketinggian silinder yang pas telah ditentukan, mengamati dan mencatat
nilai K.I. maksimum (sekitar 2 divisi)
 Membiarkan sampai terjadi kesetimbangan
 Membuka mata katup kaca agar ketinggian bahan bakar berkurang dan
menghilangkan uap-uap yang terperangkap dalam mesin yang sudah
disetimbangkan
 Mencatat dan mengamati hasil alat digital
 Mengonversi hasil bacaan alat digital menjadi bilangan oktan menggunakan tabel
petunjuk (Tabel A6 pada ASTM D-2699)
d. Mengulangi pembacaan
 Memeriksa standar KI dengan mengoperasikan PRF campuran pada pembacaan
alat digital untuk bilangan oktan
 Jika nilai oktan sampel hasil perhitungan dari pembacaan pertama dan kedua
berbeda lebih dari 0,3 maka melakukan kembali pembacaan ketiga karena
pembacaan sebelumnya dianggap belum akurat.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 20


 Memeriksa bahan bakar sampel dengan menambahkan tinggi silinder agar
pembacaan knockmeter dalam cakupan sekitar 2 divisi dari standar KI
 Rata rata bilangan oktan dari dua sampel bahan bakar dapat diterima jika tidak
lebih dari 0,3 bilangan oktan.
e. Memeriksa batas penuh PRF
Rata rata bilangan oktan dari dua sampel bahan bakar dapat diterima jika tidak lebih
dari bilangan oktan PRF. Jika tidak demikian, memeriksa standar KI menggunakan
bilangan oktan PRF yang ada di batas
f. Mencoba sampel bahan bakar yang bilangan oktannya sama
Jika nilai oktan dari beberapa sampel bahan bakar memang diketahui sama, dapat
dijadikan sebagai acuan sesuai standar KI
Peninjauan standar KI dapat dilakukan setelah setiap pengukuran empat sampel bahan
bakar

2.5 Metode Perhitungan


Untuk perhitungan bilangan oktan, terutama dalam prosedur bracketing, maka
perhitungan yang harus dilakukan yaitu:
1. Hitung rata-rata pembacaan knockmeter untuk bahan bakar sampel dan masing-
masing campuran PRF.
2. Hitung bilangan oktan dengan interpolasi pembacaan rata-rata knockmeter berikut
yang telah diproporsikan untuk nilai bilangan oktan dari bracketing campuran PRF
terhadap sampel menggunakan persamaan dibawah:

𝐾. 𝐼.𝐿𝑅𝐹 − 𝐾. 𝐼.𝑆
𝑂. 𝑁.𝑆 = 𝑂. 𝑁.𝐿𝑅𝐹 + ( ) (𝑂. 𝑁.𝐻𝑅𝐹 − 𝑂. 𝑁.𝐿𝑅𝐹 )
𝐾. 𝐼.𝐿𝑅𝐹 − 𝐾. 𝐼.𝐻𝑅𝐹
O.N.S = bilangan oktan bahan bakar sampel
O.N.LRF = bilangan oktan bahan bakar referensi (yang lebih rendah)
O.N.HRF = bilangan oktan bahan bakar referensi (yang lebih tinggi)
K.I.S = knock intensity bahan bakar sampel
K.I.LRF = knock intensity bahan bakar referensi (yang lebih rendah)
K.I.HRF = knock intensity bahan bakar referensi (yang lebih tinggi)
3. Berikut adalah contoh perhitungan bilangan oktan bahan bakar sampel sesuai
persamaan diatas:

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 21


Gambar 3. Contoh perhitungan bilangan oktan

2.6 Kelebihan Dan Kekurangan


Kelebihan Metode Bracketing:
 Perhitungan nilai oktan suatu sampel lebih mudah
 Hasil perhitungan nilai oktan memiliki ketelitian tinggi karena adanya aturan dimana
perbedaan nilai oktan hasil perhitungan pertama dan kedua tidak boleh bernilai lebih
dari 0,3

Kekurangan Metode Bracketing:


 Penggunaan bahan bakar referensi (PRF) dapat boros ketika salah menebak taksiran
awal dari nilai oktan sampel.
 Hanya dapat digunakan untuk sampel dengan nilai okran kisaran 80-100
 Biaya cukup mahal karena harus menggunakan reservoir bahan bakar yang belum
pernah dipakai sebelumnya pada setiap kali percobaan

Kelebihan Metode Compression Ratio:


 Memiliki resolusi pengukuran variabel utama yang maksimal, jika dilengkapi dengan
counter digital
 Memiliki karburator pendingin untuk mendinginkan mesin jika mesin terlalu panas

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 22


 Hasil perhitungan nilai oktan memiliki ketelitian tinggi karena adanya aturan dimana
perbedaan nilai oktan hasil perhitungan pertama dan kedua tidak boleh bernilai lebih
dari 0,3

Kekurangan Metode Compression Ratio:


 Resolusi pengukuran variabel utama yang maksimal dapat dicapai, hanya jika mesin
CFR dilengkapi dengan counter digital untuk mengukur tinggi silinder
 Hanya dapat digunakan untuk sampel dengan nilai okran kisaran 80-100

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 23


Bab 3
Kesimpulan

1. Bilangan oktan merupakan salah satu karakteristik dari bahan bakar yang digunakan
dalam mesin dengan memanfaatkan busi seperti bensin dan bahan bakar jet. Bilangan ini
menunjukkan karakteristik antiknock suatu bahan bakar dan sangat bergantung pada
jenis hidrokarbonnya.
2. Nilai oktan sebuah bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia adalah nilai
Research Octane Number (RON). RON ditentukan dengan mengisi bahan bakar ke
dalam mesin uji dengan rasio kompresi variabel dengan kondisi yang teratur. Nilai RON
diambil dengan membandingkan campuran antara iso-oktana dan n-heptana.
3. Metode perhitungan RON terbagi menjadi dua, yaitu prosedur perhitungan bracketing
dan prosedur perhitungan rasio kompresi.
4. Prosedur bracketing adalah perhitungan bilangan oktan dengan teknik interpolasi dengan
menggunakan dua bahan bakar referensi yang nilai oktannya berada di dekat perkiraan
nilai oktan dari sampel untuk mendapatkan selisih rata-rata pembacaan intensitas
ketukan.
5. Rating prosedur bracketing dapat ditentukan menggunakan level kesetimbangan bensin
atau rasio level bensin-udara yang dicari.
6. Prosedur rasio kompresi adalah perhitungan bilangan oktan dengan menguji nilai knock
intesity dengan mengukur ketinggian silinder saat nilai KI berubah drastis hingga
kembali normal.
7. Rasio bensin-udara dari sampel bensin diatur untuk memaksimalkan intensitas ketukan
dibawah kondisi kesetimbangan, sementara ketinggian silinder diatur sehingga standar
intensitas ketukan diperoleh.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 24


Informasi Tambahan

Singkatan
i. ARV – Accepted Reference Value
Nilai yang disepakati sebagai acuan perbandingan.
ii. C.R. – Compression Ratio
Parameter dasar untuk metode pengujian ketukan.
iii. IAT – Intake Air Temperature
Suhu yang dispesifikasi untuk operasi pada tekanan udara standar 101 kPa (52 ±
1oC).
iv. K.I. – Knock Intensity
Ukuran dari level ketukan.
v. O.N. – Octane Number
Indikator ketahanan ketukan yang didapat dari perbandingan dengan bahan bakar
acuan dalam standar tes.
vi. PRF – Primary Reference Fuel
Campuran proporsional antara isobutana dan n-heptana, atau campuran dari
tetraethyl lead di isooktana untuk mendefinisikan bilangan oktan.
vii. TSF – Toluene Standardization Fuel
Referensi bahan bakar toluena, n-heptana, dan isooktana yang telah ditentukan oleh
pengujian round-robin.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 25


Daftar Pustaka

ASTM D2699-04a. Standard Test Method for Research Octane Number of Spark-Ignition
Engine Fuels by On-Line Direct Comparison Techniques. ©ASTM International.
United State.
ASTM D2700-04. Standard Test Method for Motor Octane Number of Spark-Ignition Engine
Fuels. ©ASTM International. United State.

Departemen Teknik Kimia | Universitas Indonesia 26

Anda mungkin juga menyukai