Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Telah menyelesaikan kerja praktek dan laporan kerja praktek pada tanggal
04 Oktober 2019 di PT Pembangkitan Jawa Bali UP Muara Karang
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Jambi
i
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi
ii
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi
iii
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi
iv
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi
Penulis sadar bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka
pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan ini tidak akan berjalan
lancar, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua atas do’a dan dukungannya
2. Ibu Lince Muis, M.T selaku ketua Program Studi Teknik Kimia
3. Bapak Oki Alfernando , S.T, M.T selaku koordinator kerja praktek
4. Ibu Ira Galih Prabasari, ST, M.Si selaku dosen pembimbing kerja
praktek
5. Bapak Rio Afrianda, ST, M.T selaku pembimbing lapangan di PT PJB UP
Muara Karang
6. Bapak Rovie Martha yang telah membantu menyelesaikan Tugas
Khusus kami.
7. Seluruh dosen Teknik Kimia beserta staf akademik.
8. Seluruh karyawan dan staf PT PJB UP Muara Karang yang telah
membantu kegiatan observasi selama kerja praktek.
9. Seluruh keluarga dan teman yang selalu memberikan dukungan, doa,
dan semangatnya.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki, sehingga masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan
kita bersama nantinya.
Jakarta , 04 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
v
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi
DAFTAR TABEL
vi
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi
DAFTAR GAMBAR
vii
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi memiliki peranan penting dalam pembangunan nasional
Indonesia yang merupakan negara agraris menuju ke negara industry.
Indonesia merupkan salah satu negara yang sedang berkembang, dimana
pembangunan yang dilaksanakan saat ini merupakan pembangunan yang
menyeluruh di segala bidang, salah satunya adalah bidang pertambangan
energi. Penyediaan energi listrik dalam pertumbuhan ekonomi dewasa ini
sangat dibutuhkan karena seiring berkembangnya sektor industri di
Indonesia dan perkembangan penduduk yang semakin besar.
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat
penting dan vital yang tidak dapat dilepaskan dari keperluan sehari-hari.
Manusia hampir tidak dapat melakukan pekerjaan yang ada dengan baik
ataupun memenuhi kebutuhannya tanpa adanya listrik. Kekurangan energi
listrik dapat mengganggu aktifitas manusia. Oleh sebab itu kesinambungan
dan ketersediaan energi listrik harus dipertahunkan. Saat ini kebutuhan
energi listrik semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan kemajuan teknologi serta informasi.
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Kebutuhan listrik
nasional didominasi oleh sektor industri, disusul sektor rumah tangga, usaha,
dan umum. Konsumsi tenaga listrik per kapita di Indonesia saat ini sebesar
935 kW/jam. Angka konsumsi akan terus naik, pemerintah memperkirakan
konsumsi listrik perkapita mencapai 1893 kW pada tahun 2019. Namun
tingginya kebutuhan energi listrik tersebut tidak semua dapat terpenuhi,
oleh karena itu masih ada kebutuhan listrik yang tertahan dan tidak dapat
dipenuhi oleh pembangkit listrik negara (PLN).
Guna menunjang kinerja perusahaan listrik negara (PLN) dalam
menyediakan energi listrik, maka PLN membentuk dua anak perusahaan
dibidang pembangkit listrik yaitu Indonesian Power dan Pembangkitan Jawa
Bali. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, PT
1
2
listrik rata-ata 7.900 GWh yang disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan
Ektsra Tinggi 500 kV dan 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa Bali. PT PJB UP
Muara Karang saat ini mengelola:
a. PLTGU Blok I dengan daya terpasang 3 GT x 107 MW dan ST 1 x 185 MW,
menggunakan bahan bakar HSD dan gas
b. PLTGU Blok 2 sebagai aset operator jasa dengan daya terpasang 2 GT x
S50 MW dan ST 3 x 70 MW menggunakan bahan bakar gas
c. PLTU Blok 4 & 5 dengan daya terpasang 2 x 200 MW, menggunakan
bahan bakar Gas
untuk unit 1,2 dan 3 adalah 3 x 100 MW sedangkan untuk unit 4 dan 5 adalah
2 x 200 MW. Manfaat dari pembuatan unit-unit di PLTU Muara Karang adalah
penambahan daya sebesar 700.000 KW untuk memenuhi penyediaan
kebutuhan listrik Jakarta Raya dan memproduksi Jawa dan Bali. Dalam
pembangunan unit-unit ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah
pembangunan unit 1 pada tanggal 20 Januari 1979, unit 2 dibangun pada
tanggal 28 Januari 1979 dan unit 3 pada tanggal 28 Juni 1979. Sedangkan
pembangunan tahap kedua adalah pembangunan unit 4 pada tanggal 26
November 1981 dan unit 5 dibangun pada tanggal 7 Juni 1982.
Adapun batas-batas pada PLTGU Muara Karang meliputi:
Utara : Berbatasan dengan teluk Jakarta (laut Jawa) dan pipa bawah laut
kurang lebih 4.5 km sebagai penyaluran dari tanker ke bunker.
Selatan : Berbatasan dengan Jala Raya Pluit Utara dan perumahan Pluit.
Barat : Berbatasan dengan sungai Karang, PLTGU Muara Karang dan
pelabuhan Perikanan Muara Angke.
Timur : Berbatasan dengan yayasan pendidikan Diakonia, pemukiman
dan perumahan Mutiara.
pH - 6-9 9 6.46
13
14
General Manager
Spv. Spv.
Lingkungan MMRK (Manajemen Mutu dan
dan K3 Resiko)
2.2. Menejemen
Menejemen teknologi informasi, knowledge management, menjadi
SDM berbasis kompetensi, menejement baldrige dan menejemen hous
keeping 5S diterapkan dengan prinsip:
a. Seiri (Ringkas)
Membedakan antara yang diperlukan dan membuang yang tidak
diperlukan
b. Seito (Rapi)
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga selalu dapat
menemukan barang yang diperlukan
c. Seiso (Resik)
Menghilangkan sampah, kotoran, dan barang asing untuk memperoleh
lingkungan dan tempat kerja yang bersih
d. Seiketsu (Rawat)
Memelihara barang teratur, rapid an bersih, juga dalam aspek personal
dan kaitannya dengan polusi
e. Shuitsuke (Rajin)
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan (disiplin), mematuhi
dengan benar apa yang sudah diterapkan atau diatur, menjaga dan
menerapkan dengan sungguh-sungguh empat komponen 5S.
20
21
Sampel air boiler diambi dari steam drum dengan standar conductivity <
50μs /cm, pH 9.5 – 10.5, silica < 1.5 ppm, Cl- < 1 ppm dan phosphate berkisar
2-6 ppm. Ketika conductivity, silica dan phosphate yang tinggi dalam steam
drum, dapat dilakukan blowdown untuk menguranginya. Konsentrasi yang
tinggi dalam pada silica dan chloride muncul akibat akumulasi dari proses
cycle pemanasan air boiler. pH air boiler dijaga sesuai range karena
pengukuran pH pengukuran pH 9.5-10.5 di laboratorim, sebetulnya pH air di
boiler setara netral (7.0-7.5) hal ini karena oleh sifat pH air yang akan
semakin turun ketika dipanaskan. Pengukuran silica pada air boiler juga
penting untuk mencegah terjadinya scaling baik itu pada pipa boiler ataupun
pada sudu turbin.
Di dalam steam drum terdiri dari dua fase yairu air dan uap, dasar air
akan turun melalui downcamer dan naik kembali berupa steam melalui pipa
reser, sedangkan fase uap akan masuk ke superheater hingga mencapai suhu
dan tekanan tertentu yang nantinya akan memutar turbin HP. Steam yang
keluar dari superheater ini diambil sampel sebagai main steam yang memiliki
batasan conductivity 2-6 μs /cm, pH 8.5-9 silica 0.02 ppm. Setelah memutar
turbin HP, steam akan mengalami penurunan suhu dan tekanan kemudian
dikembalikan ke boiler (reheat) untuk menaikkan temperaturnya kembali
yang selanjutnya digunakan untuk memutar turbin IP, steam dari IP turbine
ini kemudian digunakan untuk memutar LP turbin. Setelah memutar LP
turbin steam dikondensasikan dalam condenser sehingga kembali menjadi air
dan dikumpulkan di hotwell, demikian selanjutnya siklus kembali diulang.
Peralatan utama PLTU & PLTGU Muara Karang adalah Boiler, Turbine,
Generator dan peralatan bantuannya seperti Desalination plant & Water
Treatment. Dalam proses produksi energi listrik, uap air yang digunakan
sebagai media kerja diperoleh dari air laut yang diolah melalu peralatan
Water Treatment hingga air tersebut memenuhi syarat untuk boiler. Air
tawar yang memenuhi syarat, disalurkan dan dipanaskan kedalam boiler
dengan bahan bakar gas dan bahan bakar residu. Uap hasil produksi boiler
disalurkan ke turbin dan menghasilkan tenaga mekanis untuk memutar
23
Superheater
Tekanan Keluar : 138.5 kg/cm2
Superheater
Tekanan Reheat Outlet : 38.7 kg/cm2
Kapasitas Produksi Uap : 680 ton/jam
Ruang Bakar Penyalaan Api : Light Oil, MFO, dan Gas
Burner : 16 buah
3.3.2. Turbin
Fungsi : Untuk mengkonversi energi kinetic
bergerak menghasilkan listrik
Pabrik Pembuatan : Mitsubishi heavy industries, Ltd
Tipe : Condencing reheat turbin, tandem
compound two cylinder double flow
Data Pada Terminal : 200.000 Kw
Generator
Tekanan Uap Masuk : 126.5 kg/cm2
Temperatur Uap Reheat : 537.8 ℃
Putaran Turbin : 3000 rpm
Tekanan Uap Yang Keluar : 75 mmHg abs
Jumlah Tingkat Suhu HP : 13
Jumlah Tingkat Suhu IP : 12
Jumlah Tingkat Suhu LP :6
Katup Utama :2
Turning Gear : 3 rpm
3.3.3. Kondensor
Fungsi : Untuk mengkondensasi/ mengubah
gas menjadi liquid yang bertekanan
tinggi
Pabrik Pembuatan : Takasago Machinari Work
Tipe : Radial flow, reserve flow
Tekanan : 75 mmHg abs
Luas Permukaan Pendingin : 9.430 m2
Temperatur Uap : 540 ℃
Superheater
Jumlah Pipa : 9738 buah
Kecepatan Air Pendingin : 2.15 m/s
Kapasitas Hotwell : 40 m2
Peralatan Lain : Air ejector
3.3.4. Generator
Fungsi : Menghasilkan listrik dengan cara
mengubah energi gerak menjadi
27
energi listrik
Pabrik Pembuatan : Mitsubishi heavy industries, Ltd
Kapasitas : 250.000 kVa
Putaran : 3000 rpm
Tegangan : 18.000 volt
Frekuensi : 50 Hz
Fase :3
Arus Beban : 8.019 amper
Berat : 174 ton
3.3.5. High Pressure Heater
Fungsi : Untuk menaikan temperature secara
bertahap
Pabrik Pembuatan : Takasago Machinari Work
Tipe : Horizontal, U-tube, two zone (shell
and tube)
Heater 4E Heater 4F
: 685 ton/h : 685 ton/h
Aliran Desain
Diameter Internal : 1.200 mm : 1.200 mm
Bahan Pipa : 70-30Cu-Ni : 70-30Cu-Ni
Jumlah Efektifitas : 680 m2 : 582 m2
Permukaan Pipa
Ukuran Pipa : 2.2 mm : 2.2 mm
Panjang Tabung Aktif : 9.570 mm : .190 mm
Jumlah Pipa U : 713 : 713
Tekanan Desain :
Shell : 28.1 kg/cm2 : 48.0 kg/cm2
Tube : 170 kg/cm2 : 170 kg/cm2
Perbedaan Suhu:
Suhu Kondensasi : 5.6℃ : 5.6℃
Suhu Pendingin : 5.6℃ : 5.6℃
3.3.6. Low Pressure Heater
Fungsi : Sebagai pemanas lanjut yang menggunakan
uap ekstraksi
Pabrik Pembuatan : Takasago Machinari Work
Tipe : Horizontal, U-tube, two zone (shell and tube)
Heater 4A Heater 4B Heater 4C
: 565 ton/h : 565 ton/h : 565 ton/h
Aliran Desain
Diameter Internal : 1.100 mm : 1.100 mm : 1.100
mm
28
μS
desal. Air tawar yang masuk ke make up tank (MUT) memiliki batasan <20
cm
, jika tidak memenuhi batasan maka air akan dimasukkan kedalam service
tank untuk kebutuhan sehari-hari.
digunakan untuk membuat sistem vakum dan yang kedua digunakan untuk
memanaskan sea water di effect 1st.
Di dalam evaporator pertama steam masuk ke tube-tube penukar panas.
Saat air laut di effect 1st di spray-kan ke tube-tube, air laut akan menguap dan
uap hasil dari efek 1st tersebut mengalir melalui demister dimana titik air laut
umpan yang mungkin terperangkap lalu terpisahkan dari uap yang tadi, uap
ini kemudian disalurkan menuju evaporator (effect) 2, dimana uap akan
mengembun dalam tube-tube sekaligus memanaskan air laut umpan nomor
2. Dari hal ini dapat disimpulkan produksi efek 1 menjadi uap pemanas pada
efek 2 dan uap yang diproduksi diefek 2 menjadi pemanas pada efek 3, begitu
seterusnya hingga efek 5. Uap dari efek 5 sebagian dimasukkan ke dalam
final condenser untuk diembunkan.
Di dalam evaporator, air laut dispray-kan pada permukaan tube-tube
penukar panas, sehingga terbentuk lapisan tipis pada sisi luar tube-tube yang
secara horizontal. Pada saat melewati tube sebagian air laut ada yang
menguap sehingga kandungan garamnya akan turun, dan terkumpul menjadi
air btine yang kemudian akan dibuang.
2. Demin Plant (Ion Exchanger)
Setelah proses desalinasi, air untuk masuk siklus periu dilakukdn
penghilangan mineral-mineral seperti Fe 2+, Mn2+ dan SiO2, proses ini
disebut demineralisasi. Proses demineralisasi adalah Proses
pengurangan mineral dengan menukarkan ion-ionnya (kation dan
anion). Air umpan dengan spesifikasi tertentu dialirkan ke ion
exchanger, oleh resin kation dan anion di dalam mixed-bed, kandungan
mineral dalam air disaring, sehingga produknya nanti mengandung
mineral-mineral yang sangat rendah. Ada dua tipe Ion Exchanger
berdasarkan bentuk plantnya,
a. Mixed Bed.
Ion exchanger ini hanya terdapat satu vessel dimana dalam vessel
tersebut mengandung resin kation dan anion (digabung).
b. Double Bed
33
Ion exchanger jenis ini memiliki dua vessel, vessel pertama berisi resin
kation, dan vessel yang lainnya berisi resin anion.
Resin kation adalah salah satu jenis resin bermuatan negative yang
akan menukarkan ion-ion positif, sedang resin anion bersifat positif positif
dan akan menukarkan ion-ion negative. Resin kation aktif dalam proses
pertukarannya yang berupa resin kation, dalam bentuk hydrogen dan resin
anion aktif dalam bentuk hidroksida. Bentuk-bentuk resin ada berbagai
macam, penggunaan ini tergantung kualitas akhir air yang akan diinginkan.
Reaksi pertukaran ion dalam resin adalah seperti reaksi berikut :
Resin Kation
R-H+C+ ⇄ R-C+H+ (3.3)
2R-H++C2+ ⇄ R2-C2++2H+ (3.4)
Resin Anion
R-OH-+A- ⇄ R-A-+OH- (3.5)
2R-OH-+2A- ⇄ R2-A2- + 2OH- (3.6)
Dimana:
R = Resin
C = Kation dalam bentuk Ca2+, Mg2+, dan Na+
A = Anion dalam bentuk HCO3-, Cl-, SO42-
Ion hydrogen dari kation akan bereaksi dengan ion hidrokisida dari
anion. Efek selanjutnya ion-ion yang terlarut dalam air akan
dipindahkan/diambil/dibuang dari air dan akan diganti dengan air murni.
Resin penukar ion berada dalam pressure vessels. Resin penukar ion dalam
vessels berupa hamparan resin dengan ketebalan tertentu (resin bed). Proses
penukaran impurities atau cemaran dalam air baku disebut exchange process.
Jika hamparan resin telah bertukar dengan ion-ion yang terlarut maka resin
akan menjadi jenuh dan tak bisa lagi melakukan penukaran ion dari
impurities atau cemaran/mineral dalam air baku. Disini harus dilakukan
regenerasi untuk mengembalikan resin menjadi aktif kembali dengan
mengembalikan ke bentuk Hydrogen Form untuk kation dan Hidroxide Form
untuk anion. Cara meregenerasinya adalah dengan mengalirkan HCl untuk
resin kation dan NaOH untuk resin anion.
34
1. Deaerator
Prinsip kerjanya ialah air sebelum dipompa oleh BFP (Boiler Feed
Water) di spray dan dihembuskan uap panas hasil ekstraksi di HP
turbin sehingga oksigen terlarut terbawa oleh uap dan dibuang keluar.
Selain untuk menghilangkan oksigen, deaerator juga berfungsi sebagai
pemanas awal air sebelum masuk HP Heater.
2. Injeksi
a. Hydrazine
Secara kimia dilakukan injeksi hyrdrazine (N2H4) untuk menangkap O2
terlarut, dan diinjeksikan ke dalam condensate line.
N2H4 + O2 → N2 + 2H2O (3.14)
Penambahan hydrazine dibuat berlebih, karena selain untuk
meyakinkan bahwa O2 sudah diserap sempurna, juga untuk
meningkatkan pH. Hidrazin pada suhu tinggi juga akan berubah
menjadi NH3, selain itu dapat bereaksi dengan besimenghasilkan
lapisan magnetit Fe3O4 berupa lapisan hitam yang dapat membantu
proteksi pipa dari korosi.
3N2H4 → NH3 + N2 T= 200℃ (3.15)
6Fe2O3 + N2H4 → 4Fe3O4 + N2 + 2H2O (3.16)
Namun, pada PLTU konsentrasi NH3 ini dibatasi karena dapat bereaksi
dan mengikis tembaga pada tube heater.
Cu + 4NH3 + ½O2 → Cu(NH3)4(OH)2 (3.17)
b. Phosphating
Injeksi fosfat dilakukan untuk mencegah terjadi kerak (scaling) yang
dapat berakibat pada menurunnya perpindahan panas, sehingga
efesiensi menurun. Selain itu, fosfat digunakan untuk mengontrol pH.
6PO43- + 10Ca2 + 2OH- → [Ca3(PO4)2]3. Ca(OH)2 (3.18)
Mineral-mineral penyebab kesadahan akan bereaksi dengan posfat
dalam pH basa membentuk hidrosiapatit berbentuk lumpur sehingga
dapat dikeluarkan saat blowdown.
c. Ammonia
36
dalam tiga shift sedangkan untuk pemantauan bahan bakar minyak sudah
terjadwal di 12 Weekly Scheduling. Alat-alat yang, berperan penting dalan
proses tersebut di antaranya :
Tabel 3.1. Jenis Alat di Laboratorium
No Nama Alat Fungsi
1. pH Meter merk Mettler Toledo Mengukur pH make up water,
feed water, air dari kondensor
dan air LP/HP drum
2. Conducyivity Meter merk Thermo Mengukur daya hantar make
up water, feed water, air dari
kondensor dan air dari LP/HP
drum
3. Flash Point Tester merk Seta Mengukur flash point pada
sampel bahan bakar minyak
HSD
4. Spektrofotometer UV/Vis merk Hach Mengukur unsur/senyawa
yang terkandung dalam air
5. Viscometer merk Koehler Mengukur kekentalan pelumas
6. Water Content Analyzer merk Mengukur kadar air pada
Mettler Toledo pelumas, dan bahan bakar
dengan metode Karl-Fischer
7. Gas Chromatography merk Agilent Analisa komposisi, nilai kalor,
7980 A dan Specific gravity dari
sampel gas alam.
(PT PJ UP Muara Karang, 2019)
3.6. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengelolaan K3 yang dijalankan PJB berpedoman pada OHSAS 18001.
Terkait pelaksanaan SMK3 di lingkungan perusahaan, PJB mengacu pada
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang implementasi SMK3.
Kemudian, untuk mendukung hal tersebut, PJB memiliki kebijakan internal
terkait pengelolaan K3 yaitu Surat Keputusan Direksi No.
084.K/020/DIR/2014 tentang kebijakan Sistem Manajemen PT
Pembangkitan Jawa-Bali. Kebijakan tersebut merupakan pedoman yang
39
PJB UP Muara Karang berupa limbah padat, limbah cair, limbah B3 dan emisi
gas buang.
3.7.1. Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT PJB UP Muara Karang berasal
dari aktivitas kantor. PT PJB UP Muara Karang menerapkan sistem
pengelolaan sampah secara 3R. Ditandai dengan adanya pemilihan sampah
sesuai dengan jenisnya yaitu, sampah B3, sisa makanan, plastik dan kertas.
Pengangkutan limbah padat dilakukan 2 kali dalam seminggu, setiap hari
selasa dan kamis.
REDUCE
RESIDU
Angkut
Pengolahan/Pemrosesan
Akhir Sampah (TPA/Landfill)
TUGAS KHUSUS
4.1. TUGAS KHUSUS 1
PERHITUNGAN EFESIENSI METODE HEATRATE TURBINE UNIT 4
4.1.1. Latar Belakang
Kebutuhan energi merupakan faktor penting yang sangat menunjang
bagi kehidupan masyarakat di dunia. Salah satu energi yang dimaksud adalah
energi listrik. Energi listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan oleh
setiap manusia. Kebutuhan akan listrik berkembang pesat disertai dengan
meningkatnya jumlah pembangkit yang ada. Rasio elektrifikasi (jumlah
pengguna listrik) di Indonesia saat ini sudah mencapai 84% dan menurut
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, rasio elektrifikasi diharapkan
mencapai 95% hingga tahun 2019 sesuai dengan penamahan daya
pembangkit di Indonesia sebesar 35.000 MW. Tentu dengan hal itu,
perkembangan pembangkit listrik harus sejalan dengan rencana tersebut.
Salah satu produsen listrik yang berada di Indonesia adalah PT
Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) yang merupakan anak perusahaan dari PLN
Persero. (Apriandi dan Mursadin, 2016)
Salah satu unit yang bergerak dibidang pembangkitan listrik yang
dimiliki oleh PT PJB adalah UP Muara Karang yang terletak di Jakarta Utara.
PT PJB UP Muara Karang terdiri dari PLTGU Blok 1, PLTU 4-5 dan PLTGU
Blok 2 (JOM M Karang) dengan jumlah kapastitas PLTGU Blok 1 dan PLTU 4-
5 adalah 908,6 MW dan PLGTU Blok 2 sebagai aset operator Jasa Operasi &
Maintenance (JOM) adalah 609 MW. PT PJB UP Muara Karang menjadi
pemasok listrik bagi wilayah Daerah Ibu Kota Jakarta terutama daerah VVIP
yaitu Istana Negara, Gedung DPR-MPR, dan Bandara Soekarno-Hatta.
Komponen penting pada pembangkit listik tenaga uap (PLTU) salah
satunya adalah Turbine. Turbine uap berfungsi untuk mengubah energi panas
yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
Proses pembangkitan listrik di PLTU Muara Karang memiliki daya rated yang
dibangkitkan (rated output) oleh turbine generator sebesar 300MW. Hal ini
43
44
berdasarkan pada desain awal yang tertera dalam manual book. Secara
aktual, daya yang dibangkitkan tidak statik pada nilai rated. Kondisi saat ini
PLTU Muara Karang telah beroperasi selama 6 tahun dan telah mengalami
banyak permasalahan yang dapat menurunkan efisiensi unit pada umumnya
dan secara spesifiknya pada efisiensi turbine generator.
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap yang secara umum
digunakan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sumber panas untuk
siklus Rankine dapat berasal dari batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir,
bio masa dan panas matahari. Sistem tenaga uap sederhana siklus Rankine
terdiri atas empat komponen yakni Pompa, Boiler, Turbine dan Kondensor.
Efisiensi dari turbine akan mempengaruhi kinerja dari sistem PLTU. Semakin
besar efisiensinya maka keandalan sistem juga semakin baik. Selama 5 tahun
beroperasi, diperkirakan efisiensi turbine mengalami penurunan akibat
beberapa faktor seperti sering terjadinya derating (penurunan beban) atau
trip (unit shutdown), faktor lamanya pemeliharaan, kesalahan dalam
pengoperasian dan perawatan serta faktor-faktor lain. (Apriandi dan
Mursadin, 2016)
Oleh karena itu perlu dilakukan analisa terhadap efisiensi turbine
apakah masih dalam batasan kondisi yang andal atau tidak. Maka pada
Laporan Kerja Praktek ini, penulis akan mengambil judul Tugas Khusus
mengenai “Analisis Efisiensi Turbine Uap Unit 4 PLTU Muara Karang”.
4.1.2. Permasalahan
Permasalahan yang diambil pada tugas khusus ini adalah “Analisis
Efisiensi Turbine Uap Unit 4 PLTU Muara Karang”.
4.1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya tugas khusus ini adalah untuk mengetahui efesiensi
turbine generator, laju alir steam secara teori juga secara aktual, dan
banyaknya komsumsi steam turbine di PLTU Muara Karang Unit 4.
45
Prinsip operasi
Hubungan antara kerja, gaya dan kecepatan sudu dapat digambarkan
pada gambar berikut. Turbine uap kebanyakan berjenis aliran aksial (axial
flow), uap mengalir melalui sudu dengan arah sejajar sumbu poros turbin.
Jenis aliran radial (radial flow) sangat jarang digunakan. Perhatikan sudu
tanpa gesekan yang membelokkan uap hingga 180° dan uap keluar dengan
kecepatan mutlak 0. Kondisi ini merupakan kemungkinan pengkonversian
terbesar energi kinetik dari semburan uap yang masuk sudu menjadi kerja
sudu.
Perhatikan hubungan antara kecepatan mutlak V1 semburan uap yang
memasuki sudu dengan kecepatan putar sudu tersebut, untuk kecepatan
sudu tertentu, hubungan ini memungkinkan mendesain nosel sedemikian
sehingga kecepatan uap keluar sudu menghasilkan konversi energi
maksimal, efisiensi maksimum. Andaikan W adalah kecepatan uap relatif
terhadap sudu:
V1 = W1 + Vb
V2 = W2 Vb
V1 W1
V2 Vh
W2
Jika rotor turbine dikunci, jet uap mengerahkan kekuatan maksimum pada
bilah, tetapi tidak ada pekerjaan yang dilakukan karena blade tidak bergerak.
Jika blade bergerak pada 1/4 kecepatan jet, gaya pada blade berkurang, tetapi
beberapa pekerjaan dilakukan dengan menggerakkan blade.
50
g. Extraction, single
h. Extraction, double
i. Reheating or resuperheating
j. Low-pressure
Gambar 4.5. Kurva tekanan dan kecepatan uap pada turbine Curtis dan
Rateau
(Hutomo, 2015)
b. Turbine impuls sederhana (simple Impulse turbine)
Komponen utama turbin adalah: serangkaian nosel, rotor yang
terpasang pada poros (shaft), seangkaian sudu gerak (moving blades)
yang terpasang pada rotor, dan satu selubung (casing). Suatu turbine
impuls sederhana dapat digambarkan seperti di bawah ini. Bagian atas
gambar menunjukkan belahan memanjang bagian atas turbine, bagian
tengah gambar menunjukkan bentuk sesungguhnya nosel dan sudu
putar, dan bagian bawah menunjukkan variasi kecepatan mutlak dan
54
tekanan mutlak uap ketika mengalir melalui lintasan nosel dan sudu
gerak.
pompa, satu untuk sistem governer dan satu untuk pelumasan kedua
pompa ini dikopel pada satu poros.
c. Pompa pelumasan turning gear
Pompa ini digerakkan oleh motor AC dan hanya mensuplai minyak
pelumas saja. Pompa ini digunakan bila turbine sedang diputar oleh
turning gear pada kecepatan 3 rpm. Pompa ini dioperasikan pada
saat menjelang start up dan akhir proses shut down.
d. Pompa pelumas darurat
Pompa ini digerakkan oleh motor DC, pompa ini berfungsi mensuplai
minyak pelumas saja dan hanya pada keadaan darurat. Keadaan
darurat yang dimaskud adalah jika pompa-pompa lain terganggu dan
tak dapat beroperasi baik disebabkan kerusakan alat atau karena
gagalnya suplai daya listrik AC, contohnya pada kondisi blok out.
e. Jacking Oil System
Jacking Oil System digunakan saat persiapan pemutaran rotor Turbin
dengan turning gear, rangkaian rotor dan poros adalah material yang
sangat berat. Dalam keadaan istirahat, maka poros akan bersentuhan
langsung dengan permukaan bearing (bantalan). Jika dalam keadaan
diamseperti ini kemudian rotor Turbin langsung diputar maka
diperlukan daya yang sangat besar tetapi hal lain yang terjadi adalah
rusaknya permukaan logam putih pada bantalan dan juga
permukaan poros karena terjadi gesekan langsung antara keduanya.
Jacking Oil System didesain untuk mampu sedikit mengangkat poros
turbine ketika akan diputar. Cara yang digunakan adalah dengan
memompakan minyak bertekanan tinggi dari arah bagian bawah
bantalan dan menembus bantalan sehingga ketika dipompakan
terbentuk lapisan tipis minyak antara permukaan bantalan dan
poros. Ketika terbentuk lapisan tipis antara poros dan bantalan maka
poros sedikit terangkat selanjutnya rotor dapat diputar cukup
dengan daya yang kecil (turning gear) dan aman.
58
f. Vapor extractor
Vapor extractor merupakan fan yang digerakkan oleh motor dan
dipasang pada tangki utama yang berfungsi untuk mengekstraksi
vapour dan gas-gas yang dianggap mengganggu didalam tangki
utama. Gas-gas yang mungkin ada didalam tangki utama diantaranya
oksigen, hidrogen, uap air, dan uap minyak pelumas itu sendiri.
Dengan dipasangnya alat ini maka tekanan didalam tangki utama
menjadi sedikit negatif.
2. Tangki utama minyak (main oil tank)
Tangki utama minyak dapat digunakan sebagai reservoir minyak
pelumas sekaligus minyak kontrol yang menapung pelumas sebelum
dan sesudah disirkulasikan, disamping itu fungsi lain tangki utama
adalah untuk menciptakan “positive displacement” bagi pompa-
pompa sentrifugal minyak pelumas (aux.oil pump, emergency oil
pump, turning oil pump, jacking oil pump).
3. Oil conditioner (pembersih)
Selama minyak pelumas kerja ada kemungkinan tercampur dengan
air. Terdifusi udara atau tercampur dengan material dan gas-gas
pengotor lainnya. Dimana dapat mengganggu kerja minyakpelumas,
sehingga minyak pelumas perlu dimurnikan setelah menjalani kerja.
4. Oil cooler (pendingin)
Poros yang berputar pada bearing akan menimbulkan panas, panas
tersebut akan diserap oleh minyak, pelumas yang mengalir pada
celah sempit antara permukaan rotor dan bantalan. Suhu akan naik
ketika menyerap panas. Disamping itu panas pada minnyak juga
panas pada bantalan hasil konduksi dan rotor turbine. Oil cooler
digunakan sebagai pendingin minyak (baik minyak pelumas maupun
minyak kontrol). Pendinginan minyak adalah untuk mengembalikan
kondisi kerja minyak yaitu ditinjau dari segi kekentalannya. Karena
pada suhu tinggi viscositas (kekentalan) minyak akan turun maka
harus didinginkan. Maksud lain adalah untuk menghindari minyak
pelumas mencapai titik nyala yang bisa menyebabkan kebakaran. Oil
59
cooler terdiri atas penukar kalor dimana air layanan umum (general
service water) digunakan sebagai media pendingin. Sistem kontrol
suhu minyak dilakukan dengan cara mengukur secara otomatis laju
aliran air pendingin.
5. Pipa-pipa dan filter
Untuk sarana mengalirkan minyak pelumas dari tangki utama ke
alat-alat yang perlu dilumas digunakan pipa-pipa. Dimensi pipa
(diameter, tebal, bahan) disesuaikan dengan kebutuhan desain.
Sedangkan filter dipasang pada tempat-tempat tertentu pada sistem
pemipaan untuk menyaring kotoran yang mungkin terkandung daam
minyak.
6. Minyak pelumas
Minyak pelumas dan minyak kontrol harus memenuhi syarat fisika
dan kimia sebagai berikut :
Viskositas kinematik (40 C
ͦ ) : 28,8-35,2 mm2/s
Angka netralisasi : 0,2 (max)
Residu karbon : 0,10 % (max)
Tes resistensi korosi : harus lulus
Tes resistensi oksidasi : harus lulus
Angka keasaman : <0,2 mg KOH g
Indeks warna : <0,1 %
Kadar lumpur : <0,5 %
2. Sistem perapat
a. Sistem perapat
Sistem perapat terdiri dari 2 komponen, yaitu labirin perapat dan uap
perapat. Labirin adalah plat tipis yang terbuat dari baja. Labirin
perapat teridiri dari beberapa lapis labirin yang dirangkai menjadi
satu bentuk melingkar yang disebut segmen. Labirin perapa
digunakan untuk menutup celah kebocoran yang dibentuk oleh
casing turbin dan poros turbin. Beberapa segmen labirin dipasang
melingkari poros turbine secara seri sedemikian masih ada celah
sempit antara labirin dengan permukaan poros turbine. Celah ini bisa
60
2. MSV Controller
MSV controller merupakan alat kontrol yang berfungsi untuk
mengontrol MSV pada saat proses start up Turbin.
3. MSV E/H conventor
MSV E/H conventor berfungsi sebagai controller, perbedaan
diantara keduanya adalah mode pengoperasiannya.
4. Valve transfer
MSV mengatur laju aliran uap utama dari start up sampai
kecepatan Turbin mencapai 2950 rpm. Setelah itu maka
dilakukan proses valve tarnsfer, yaitu proses pemindahan
kontrol laju aliran uap utama dari MSV ke generator valve (GV)
setelah valve transfer selesai sempurna maka MSV membuka
penuh dan tidak berperan terhadap pengaturan laju aliran uap.
5. Governer valve (GV) dan servomotor
Governer valve (GV) dan servomotor berfungsi untuk mengatur
laju aliran uap utama ketika kondisi valve transfer telah selesai
artinya GV berfungsi mengontrol kecepatan Turbin (pada saat
valve transfer telah selesai sampai proses sinkronisasi) dan
mengontrol beban Turbin transfer (setelah sinkronisasi sampai
beban normal). Sedangkan servomotor berfungsi analog dengan
servomotor pada MSV.
6. Controller governer valve
Ada tiga kontroler yang mengatur tingkat pembukaan GV yaitu ;
Hydraulic governer, Governor E/H conventer dan Load limiter.
64
4.1.6. Perhitungan
Metode perhitungan untuk Efeciency Turbine yang digunakan adalaha
Metode HeatRate Turbine. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
efisiensi turbin yang diihasilkan menggunakan metode heatrate turbine
dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini :
Tabel 4.1. Hasil HeatRate Tubine dan Effeciency Turbine
Waktu HeatRate Turbine Efeciency Turbine (%)
(Kcal/kWh)
20 September 2019 2045.01Kcal/kWh 42%
23 September 2019 2045.29 Kcal/kWh 43%
24 September 2019 2224.86 Kcal/kWh 38%
TOTAL 6315.16 Kcal/kWh 123%
RATA-RATA 2105.05 Kcal/kWh 41%
Perhitungan data yang telah dilakukan terlampir pada lampiran 1.
4.1.7. Pembahasan
4.1.7.1. Perbandingan HeatRate Turbine
Heat rate adalah ukuran dari thermal performance boiler-turbine-
generator yang dioperasikan secara gabungan sebagai suatu unit. Heat rate
didefinisikan sebagai jumlah dari energi bahan bakar yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah energi listrik selama waktu satu jam. Satuan Heat
rate adalah kJ/kWh, sedangkan Turbine Heat rate didefinisikan sebagai
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1
kWh. Heatrate pada turbin uap yaitu turbine heatrate yang merupakan
tingkat panas rata-rata yang dihasilkan perbulan, namun pada perhitungan
ini HeatRate yang dihitung merupakan tingkat rata-rata panas yang
dihasilkan dalam satu hari. Pengambilan data untuk perhitungan HeatRate
Turbine dilakukan selama 3 hari yaitu pada 20 September, 23 September dan
24 Septeber 2019 di PLTU Blok 4 Muara Karang.
Heatrate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total yang
digunakan untuk memutar turbin, dengan energi listrik yang dihasilkan oleh
generator dan dinyatakan dalam kJ/kWh. Metode ini dilakukan dengan
pengamatan dan pengumpulan data untuk mendapatkan data yang
diperlukan yaitu parameter data turbine heatrate yaitu temperatur; tekanan
69
dan flow mass uap utama (main steam); temperatur dan tekanan uap uap
masuk ke pemanas ulang (cold reheat); temperatur dan tekanan uap keluar
pemanas ulang (hot reheat); temperatur, tekanan dan laju aliran superheater
spray water; temperatur, tekanan dan laju aliran massa air umpan (final feed
water); generator output dan generator excitation power yang didapatkan
dari Central Control Room (CCR).
2200
HeatRate Turbine
2150
2100
2045.01 2045.29
2050
2000
1950
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu
40
39 38
38
37
36
35
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu
dengan satuan (%). Perbandingan nilai efisiensi turbin dapat dilihat pada Gambar
4.9. berikut:
garis ekspansi uap akan semakin pendek. Ini berarti bahwa energi panas
yang dapat diubah menjadi energi mekanik menjadi semakin kecil.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bila dalam pengoperasian
turbin terjadi proses throtling, berarti efisiensi turbin akan berkurang.
4. Mengurangi kerugian mekanik turbin
Kerugian lain yang juga terjadi pada turbin adalah kerugian
mekanik.Yang termasuk dalam kategori kerugian mekanik adalah :
1. Kerugian gesekan pada bantalan
2. Kerugian daya untuk penggerak sistem governor
3. Kerugian windage
Berikut beberapa cara untuk meningkatkan performa turbin dan
kondensor adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi losses pada turbin
a. Kerugian pada katup governor.
b. Kerugian pada nosel (nozzle loss).
c. Kerugian pada moving blades.
d. Kerugian pada uap meninggalkan moving blades (leaving
velocity/carry over loss).
e. Kerugian gesekan.
f. Kerugian celah (clearance loss).
g. Kerugian akibat kebasahan uap
2. Menaikkan temperature air yang akan ke boiler
3. Mengoptimalkan flow air pendingin masuk ke kondensor
4. Menurunkan tekanan vakum kondensor
5. Menjaga throttle steam pressure dan temperature
6. Meningkatkan performa feedwater heater .
4.1.8. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, efisiensi turbine tertinggi
menggunakan metode heatrate turbine pada PLTU Muara Karang Blok 4
memiliki nilai yaitu 43%. Nilai efisiensi turbine akan semakin bagus jika nilai
turbin heatrate rendah. Efisiensi turbin dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
74
uap yang masuk turbin. Untuk menaikkan efisiensi turbin bisa dilakukan
dengan memperkecil kerugian perapat (Labyrinth), mengurangi kerugian
kebasahan uap, mengurangi kerugian Throtlin, mengurangi kerugian
mekanik turbin dan mencegah adanya kerak pada sudu turbin.
75
sedang yang dihasilkan adalah 135 MW, dan beban tinggi sebesar 175 MW.
Keandalan sebuah pembangkit listrik tenaga uap sangat bergantung pada
kinerja peralatannya. Akibat dari faktor usia pada peralatan pembangkit
dapat menyebabkan efisiensi menurun, dan juga pemborosan bahan bakar
sehingga terjadi kerugian finansial. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa
atau evaluasi dengan melakukan perhitungan efesiensi alat salah satunya
turbin generator pada unit 5 PLTU Muara Karang.
4.2.2. Permasalahan
Permasalahan yang diambil pada tugas khusus ini adalah analisa
perhitungan efisiency turbine, teoritical steam rate dan actual steam rate,
serta steam comsumtion turbine pada unit 5 di PLTU Muara Karang.
4.2.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya tugas khusus ini adalah mengetahui efesiensi turbin,
laju alir steam secara teori juga secara aktual, dan banyaknya konsumsi
steam pada turbin di unit 5 PLTU Muara Karang.
Mesin- mesin Konversi energi yang mengubah energi potensial uap menjadi
energi kinetik pada nosel dan selanjutnya diubah menjadi energi mekanis
pada sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros turbin. Energi mekanis
yang dihasilkan dalam bentuk putaran poros turbin dapat secara langsung
dihubungkan dengan mekanisme yang digerakkan. Untuk menghasilkan
energi listrik, mekanisme yang digerakkan adalah poros generator.
4.2.5.2. Fungsi Steam Turbine
Turbin uap merupakan salah satu jenis mesin yang combustion
engine (mesin pembakaran luar). Pemanasan fluida kerja (uap) dilakukan di
luarsistem. Prinsip kerja dari suatu instalasi turbin uap secara umum adalah
dimulai dari pemanasan air pada ketel uap. Uap air hasil pemanasan yang
bertemperatur dan bertekanan tinggi digunakan untuk menggerakkan poros
turbin. Uap yang keluar dari turbin selanjutnya dapat dipanaskan kembali
atau langsung disalurkan ke kondensor untuk didinginkan. Pada kondensor
uap berubah kembali menjadi air dengan tekanan dan temperatur yang
selanjutnya air tersebut dialirkan kembali ke ket diatas dapat disimpulkan
bahwa turbin uap adalah mesin pembangkit yang bekerja dengan sistem
siklus tertutup. Pada PLTU, Turbine dibagi menjadi:
1. High Pressure (HP) Turbin
HP Tubin mengekspansikan uap utama yang dihasilkan dari
superheater , kemudian uap keluar HP Turbin dipanaskan kembali
pada bagian entalpi uap. Uap reheat lalu diekspansikan di dalam
Intermediate Pressure (IP) turbine. Berikut gambar High Pressure
Turbine pada PLTU Muara Karang.
78
1. Stasionery Blade
Yakni sudu-sudu yang berfungsi untuk menerima dan mengarahkan
steam yang masuk. Sudu pada turbin uap pada umumnya terdapat
dua jenis yaitu sudu gerak dan sudu tetap. Sudu gerak adalah sudu-
sudu yang dipasang di sekeliling rotor membentuk suatu piringan
yang mampu membantu rotor turbin berputar sedangkan sudu tetap
adalah sudu-sudu yang dipasang pada diafragma yang mampu
meningkatkan kecepatan uap dan dapat berfungsi juga sebagai sudu
pengarah.
2. Moving Blade
Yakni sebuah sudu-sudu yang berfugsi menerima dan merubah
energi steam menjadi energi kinetik yang akan memutar generator.
13. Condenser
Berfungsi untuk mengembunkan uap keluaran turbin
4.2.5.4. Prinsip Kerja Turbin Uap
Prinsip kerja dari turbin uap yaitu uap masuk ke dalam turbin
melalui nosel. Nosel tersebut berfungsi mengubah energi panas dari uap
menjadi energi kinetis. Tekanan uap pada saat keluar dari nosel lebih kecil
dari pada saat masuk ke dalam nosel, akan tetapi sebaliknya kecepatan uap
keluar nosel lebih besar dari pada saat masuk ke dalam nosel. Uap yang
memancar keluar dari nosel diarahkan ke sudu-sudu turbin yang berbentuk
lengkungan dan dipasang disekeliling rotor turbin. Uap yang mengalir
melalui celah antara sudu turbin itu dibelokkan mengikuti arah lengkungan
dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap ini menimbulkan gaya yang
mendorong dan kemudian memutar poros turbin yang menghasilkan energi
mekanik.
Pada pembangkit listrik tenaga termal biasanya menggunakan turbin
bertingkat yaitu dipasang lebih dari satu baris sudu gerak agar dapat
memanfaatkan energi kinetis secara optimal. Sebelum memasuki baris kedua
sudu gerak, maka antara baris pertama dan baris kedua sudu gerak dipasang
satu baris sudu pengarah (guide blade) atau sudu tetap yang berguna untuk
mengubah arah kecepatan uap, agar uap tersebut dapat masuk ke baris
kedua sudu gerak dengan arah yang tepat. Kecepatan uap saat meninggalkan
baris sudu gerak yang terakhir harus dapat dibuat sekecil mungkin, agar
energi kinetis yang yang digunakan untuk mendorong sudu turbin dapat
dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian efisiensi turbin menjadi lebih
tinggi dikarenakan energi yang tidak termanfaatkan relatif kecil.
Turbin uap digunakan sebagai penggerak mula pada pembangkit
listrik tenaga termal, seperti untuk menggerakkan pompa, kompresor dan
mesin-mesin lain. Jika dibandingkan dengan penggerak generator listrik yang
lain, turbin uap mempunyai kelebihan antara lain:
a. Penggunaan panas yang lebih baik.
b. Pengontrolan putaran yang lebih mudah.
c. Tidak menghasilkan loncatan bunga api listrik.
83
Dimana :
𝐻𝑅𝑇 : Heat rate Turbin (kJ/kWh)
ṁ1 : Laju aliran massa main steam(uap keluaran superheater) (kg/h)
ℎ1 : Entalpi main steam (uap keluaran superheater) (kJ/kg)
ṁ 3 : Laju aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater) (kg/h)
ℎ3 : Entalpi hot reheat steam (uap keluaran reheater) (kJ/kg)
ṁ 𝑓 : Laju aliran massa feed water (air umpan Boiler) (kg/h)
ℎ𝑓 : Entalpi feed water (air umpan Boiler) (kJ/kg)
ṁ 2 : Laju aliran massa cold reheat (uap masuk ke reheater) (kg/h)
ℎ2 : Entalpi cold reheat (uap masuk ke reheater) (kJ/kg)
ṁ 𝑖𝑠 : Laju aliran massa superheater spray (kg/h)
ℎ𝑖𝑠 : Entalpi superheater spray (kJ/kg)
𝑝𝑔 : Turbin generator output (MW)
𝑝𝑒𝑥𝑒 : Generator excitation power (MW)
Untuk mencari laju aliran massa main steam(uap keluaran superheater)
𝑚 ̇1, laju aliran massa cold reheat (uap masuk ke reheater) 𝑚 ̇2, dan laju
aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater) 𝑚 ̇3, dapat dicari
menggunakan persamaan :
ṁ1=ṁ f + ṁis + ṁ1 mu .................... (pers. 2)
ṁ2=ṁ1−GS 1−ṁex 1−ṁex 2 .................... (pers. 3)
ṁ3=ṁ 2+ ṁ ir .................... (Pers. 4)
(Cahyadi dan Hermawan, 2015).
Dimana :
ṁ1 : laju aliran massa main steam(uap keluaran superheater) (kg/h)
ṁ𝑓 : laju aliran massa feed water (air umpan Boiler) (kg/h)
ṁ 𝑖𝑠 : laju aliran massa superheater spray (kg/h)
ṁ 𝑚𝑢 : total aliran massa (kg/h)
ṁ2 : laju aliran massa cold reheat(uap masuk ke reheater) (kg/h)
𝑚 ̇1 : laju aliran massa main Steam(uap keluaran superheater) (kg/h)
𝐺𝑠1 : kebocoran pada sisi casing pompa dengan poros pompa (kg/h)
ṁ 𝑒𝑥1 : ekstraksi aliran uap ke pemanas 1 (kg/h)
86
4.2.6. Perhitungan
Parameter yang digunakan sebagai perbandingan adalah efisiensi
turbin menggunakan metode heatrate turbine, yaitu :
Heatrate turbine = 261300.74 kcal/kg
Efisiensi turbine heatrate = 0.003 %
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, efisiensi turbin yang
diihasilkan menggunakan metode heatrate turbine dapat dilihat pada Tabel
4.2. dibawah ini :
Tabel 4.2. Data hasil perhitungan heatrate turbine dan efisiensi turbin
Waktu Heatrate Efisiensi
Turbine (%)
(kcal/kWh)
20 September 2019 5814.17 14
23 September 2019 3521.79 24
24 September 2019 2449.26 35
Jumlah 11785.22 73
Rata-rata 3928.40 24.33
Perhitungan data yang telah dilakukan terlampir pada lampiran 2.
87
4.2.7. Pembahasan
4.2.7.1. Perbandingan nilai Heatrate Turbine
Perhitungan efesiensi Turbin pada Unit 4 di PLTU Muara Karang ini
dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 20 September, 23 September, dan
24 September 2019. Selama data diambil ada beberapa kondisi yang harus
dipenuhi saat pengambilan data supaya perhitungan yang diperoleh lebih
akurat, yaitu:
a. Unit harus dalam kondisi stabil, steam turbine generator di set dalam
posisi “Load Limit”
b. Semua penggunaan/aliran (uap, air, udara dll) dari/ke unit harus
diisolasi, Auxiliary power supply hanya dari unit itu sendiri.
c. Selama pengambilan data Boiler blowdown valve harus ditutup.
d. Kondisi steady dianggap tercapai ketika kondisi diatas
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Metode yang digunakan dalam menghitung efesiensi turbin adalah
“Metode HeatRate”. HeatRate Turbine adalah jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk memproduksi listrik sebesar kWh dan dinyatakan dalam satuan
(kJ/kWh). HeatRate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total
yang digunakan untuk memutar turbin, dengan energi listrik yang dihasilkan
oleh generator dan dinyatakan dalam kJ/KWh.
Heatrate pada turbin uap juga merupakan tingkat panas rata-rata
yang dihasilkan perbulan namun dapat juga dihitung perhari seperti yang
dilakukan saat ini, dan dapat dilihat pada lampiran ke dua. Metode ini
dilakukan dengan pengamatan dan pengumpulan data yang diperlukan
seperti temperatur, tekanan dan laju aliran massa uap utama (main steam);
temperatur dan tekanan uap uap masuk ke pemanas ulang (cold reheat);
temperatur dan tekanan uap keluar pemanas ulang (hot reheat); temperatur,
tekanan dan laju aliran superheater spray water; temperatur, tekanan dan
laju aliran massa air umpan (final feed water) dan generator output yang
didapatkan dari control room.
Perbandingan nilai heatrate turbine dapat dilihat pada Gambar
sebagai berikut :
88
5000
HeatRate Turbine
4000 3521.79
3000 2449.26
2000
1000
0
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu
kecil energi input yang masuk kedalam turbin maka kinerja turbin juga
buruk.
4.2.7.2. Efisiensi turbin menggunakan metode heatrate turbine
24
25
20
14
15
10
5
0
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu
pada Gambar 4.5. dimana nilai efisiensi turbine yang dihasilkan tidak
menentu. Hasil rata-rata dari efisiensi turbine selama 3 hari pada unit 5
adalah 24.33%. Nilai efisiensi turbine dari performance test unit 5 masih
dikatakan baik, karena masih memenuhi standar dari data desain yaitu
antara 13-35%. Namun jika efisiensi nilai efisiensi dibawah 13% maka
pembangkit tersebut dinyatakan kurang baik. Beberapa faktor yang
mempengaruhi efisiensi turbin antara lain adalah suhu dan tekanan uap
yang masuk turbin. Semakin tinggi suhu dan tekanan uap masuk maka
efisiensi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Efisiensi berbanding terbalik
dengan Turbine heatrate, dimana semakin rendah turbine heatrate maka
akan semakin bagus. Faktor yang paling berpengaruh terhadap efisiensi
turbin adalah adanya perpindahan panas dari sistem ke lingkungan atau
sebaliknya. Idealnya proses yang terjadi di turbin dan mesin kalor lainnya
adalah adiabatis, dimana tidak ada pertukaran panas antara sistem dengan
lingkungan.
4.2.7.3. Optimasi di Turbin
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan performa
turbin adalah sebagai berikut :
1. Memperkecil kerugian perapat (Labyrinth)
Kerugian perapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: kerugian
perapat poros turbin dan kerugian perapat antar tingkat sudu-sudu
antara rotor dengan casing. Pada perapat poros turbin (gland seal)
terutama untuk turbin tekanan tinggi, sejumlah uap dari dalam
casing akan mengalir melintasi gland seal. Fraksi uap ini tidak
menyerahkan energi panasnya pada turbin untuk diubah menjadi
energi mekanik. Karenanya kebocoran ini juga termasuk salah satu
kerugian yang terjadi pada turbin yang pada akhirnya juga
mempengaruhi efisiensi turbin.
2. Mengurangi kerugian kebasahan uap
Makin besar kadar air dalam uap berarti makin besar kerugian yang
berarti pula semakin kecil efisiensi turbin. Sehingga diusahakan agar
kadar air dalam uap bekas sekecil mungkin (dalam kondisi operasi
91
4.2.8. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, efisiensi turbine tertinggi
menggunakan metode heatrate turbine pada PLTU Unit 5 Muara Karang
memiliki nilai yaitu 35%. Nilai efisiensi turbine akan semakin bagus jika nilai
turbin heatrate rendah. Efisiensi turbin dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
uap yang masuk turbin. Untuk menaikkan efisiensi turbin bisa dilakukan
dengan memperkecil kerugian perapat (Labyrinth), mengurangi kerugian
92
93
DAFTAR PUSTAKA
AKMAL, F. 1984. "Masalah mutu air pen-dingin PLTU Muara Karang". Diskusi
ilmiah tentang masalah limbah air panas PLTU, 17 Januari 1984. Pusat
Penyelidikan Masalah Kelestarian 7 hal.
ARINARDI, O.H. 1985. Pengaruh PLTU Muara Karang, Jakarta, terhadap
kandungan plankton di perairan saluran pemasukan dan saluran
pengeluaran air pendingin. Thesis MS. Fak. Pasca Sarjana, IPB: 136 hal.
Bambang Sugiantoro. Metode Analisis Energy Perhitungan Metode Direct
And Indirect (Heat Rate/Tara Kalor) Bahan Bakar Batu Bara Dan
Pengaruhnya Pada Performance Sistem Uap. Jurnal Intuisi Teknologi
dan Seni. ISSN 1978-2497.
BURHANUDDIN & S. BIROWO 1981. Pengaruh limbah air panas PLTU Priok
terhadap komposisi jenis ikan di perlim -bahannya. ODI14 : 19 - 30.
Djiteng Marsudi, “ Operasi Sistem Tenaga Listrik” Graha Ilmu,2006
Habibiansyah, Rhivki, “Studi Reliability, Availability dan Maintainability
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Payo Silincah Jambi”, Tugas akhir, USU,
Medan, 2012.
ISTIGNO 1984. Penyebaran panas limbah air pendingin utama PLTU. Diskursi
ilmiah tentang masalah Limbah Air Panas, Jakarta, 17 Januari 1984.
PUS-LIDIK Masalah Kelistrikan PLN : 23 hal.
LON-LIPI 1974. Final report on the first stage of the oceanological
investigation and survey in connection with the Muara Karang Steam
Power Station Project. Chapter III. Biological survey, LON-IIPI Jakarta: III
1 -44.
MAHLAN, M. 1981. Pengaruh limbah air panas PLTU Muara Karang terhadap
ikan, teritip dan organisme dasar perair-an Muara Karang, Teluk
Jakarta. Thesis MS. Fak. Pasca Sarjana, IPB : 92 hal.
MARTONO, A. 1984. Batasan suhu limbah air pendingin PLTU. Diskusi ilmiah
tentang Masalah limbah Air Panas, Jakarta, 17 Januari 1984. PUSLIDIK
Masalah Kelistrikan, PLN: 11 hal.
94
95
LAMPIRAN
PERHITUNGAN TUGAS KHUSUS 1
A. Perhitungan Efesiensi Turbin Menggunakan Metode HeatRate
Turbine pada Unit 4 PLTU Muara Karang
Perhitungan efesiensi Turbin pada Unit 4 di PLTU Muara Karang ini
dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 20 September, 23 September, dan
24 September 2019. Selama data diambil ada beberapa kondisi yang harus
dipenuhi saat pengambilan data supaya perhitungan yang diperoleh lebih
akurat, yaitu:
a. Unit harus dalam kondisi stabil, steam turbine generator di set dalam
posisi “Load Limit”.
b. Semua penggunaan/aliran (uap, air, udara dll) dari/ke unit harus
diisolasi, Auxiliary power supply hanya dari unit itu sendiri.
c. Selama pengambilan data Boiler blowdown valve harus ditutup.
d. Kondisi steady dianggap tercapai ketika kondisi diatas
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Metode yang digunakan dalam menghitung efesiensi turbin adalah
“Metode HeatRate”. HeatRate Turbine adalah jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk memproduksi listrik sebesar kWh dan dinyatakan dalam satuan
(kJ/kWh). HeatRate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total
yang digunakan untuk memutar turbin, dengan energi listrik yang dihasilkan
oleh generator dan dinyatakan dalam kJ/KWh. HeatRate Turbine dapat
dikalkulasi dengan persamaan :
HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
Dimana:
𝐻𝑅𝑇 : HeatRate turbin (kJ/kWh)
m1 : Laju aliran massa main steam (uap keluaran superheater)
(kg/h)
h1 : Entalpi main steam (uap keluaran superheater) (kJ/kg)
m3 : Laju aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater)
(kg/h)
97
mfw(hfwout−hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
515600(1066.50−862.32)
=
(3162.68−881.56)
515600(204.18)
=
2281.12
105275208
=
2281.12
= 46150.66 Kg/h
Hfwout 254.9 Kcal/kg 1066.50 kJ /Kg
Maka, m3 = m1 – mexc2
= 515600 - 46150.66 = 469449.34 Kg/h
HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=
{ ( 522000 x 3436.237 ) + ( 469449.34 x 3548.246 ) }−¿{ ( 515660 x 969.216 ) + ( 476000 x 3131.076 ) +(55000
172000−4400
=
= 0.42 x 100
= 42%
2. Efesiensi Turbin pada 23 September 2019
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung Efesiensi Turbin pada
tanggal 23 September 2019 disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Parameter HeatRate Turbine pada 23 September 2019
No Parameter Unit Nilai
1. Main steam temperature (T1) °C 534.66
Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126.33
Main steam flow (m1) Kg/h 511330
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3435.128
2. Hot reheat temperature (T3) °C 541.66
Hot reheat pressure (P3) Kg/cm2 27.66
Hot reheat flow (m3) Kg/h 462684.25
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3553.224
3. Feed water temperature (Tf) °C 227
Feed water pressure (Pf) Kg/cm2 146.33
Feed water flow (mf) Kg/h 507330
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 978.402
4. Cold reheat temperature (T2) °C 355.66
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm2 29.66
Cold reheat flow (m2) Kg/h 475000
Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3131.136
5. Superheated spray temperature (Tis) °C 148
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm2 154.8
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 55660
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 632.289
6. Generator Output (Pgen) MWh 172000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4400
HeatRate Turbine :
m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout−hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
507330(1058.13−857.72)
=
(3158.08−880.73)
507330(200.41)
=
2277.35
101674005.3
=
2277.35
100
= 44645.75 Kg/h
Hfwout 252.9 Kcal/kg 1058.13 kJ /Kg
Maka, m3 = m1 – mexc2
= 507330 – 44645.75
= 462684.25 Kg/h
HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=
Maka, m3 = m1 – mexc2
103
= 554660 – 47949.76
= 506710.24 Kg/h
HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=
{ ( 526330 x 3435.589 ) + ( 506710.24 x 3545.461 ) }−¿{ ( 554660 x 967.668 ) + ( 475500 x 3128.741 ) +(31000
172000−4400
=
HeatRate Turbine :
m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout −hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
374000(1049.76−837.63)
=
(3153.48−881.56)
374000(661.93)
=
2271.92
247561820
=
2271.92
= 108965.90 Kg/h
Maka, m3 = m1 – mexc2
= 397000 – 108965.90
= 288034.1 Kg/h
HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
105
{ ( 397000 x 3452.58 ) + ( 469449.34 x 3547.79 ) }−¿ { (374000 x 988.170 ) + ( 476.000 x 3094.349 ) +(60330 x
135000−4100
=
Maka, m3 = m1 – mexc2
= 520000 - 469330.70
= 50669.3 Kg/h
HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=
{ ( 520000 x 3451.97 ) + ( 502330 x 3298.75 ) } −¿ {( 502.330 x 988.232 ) + ( 475500 x 3124.44 ) +(55770 x 644.0
135000−4100
=
1929998735
=
130900
= 14744.06 kJ/kWh
= 3523.91 Kcal/kWh
Efesiensi Turbin :
860
Ƞ = x 100
3523.91
= 0.24 x 100
= 24%
3. Efesiensi Turbin pada 24 September 2019
Data dibawah ini diambil ketika kondisi beban steady state dan
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Tabel 3. Parameter HeatRate Turbine pada 24 September 2019
No Parameter Unit Nilai
1. Main steam temperature (T1) °C 539
Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126.33
Main steam flow (m1) Kg/h 402000
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3449.008
2. Hot reheat temperature (T3) °C 530.66
2
Hot reheat pressure (P3) Kg/cm 23.33
Hot reheat flow (m3) Kg/h 401661.81
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3531.668
3. Feed water temperature (Tf) °C 227
Feed water pressure (Pf) Kg/cm2 146
Feed water flow (mf) Kg/h 398.660
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 2983.647
4. Cold reheat temperature (T2) °C 331.33
2
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm 30.33
Cold reheat flow (m2) Kg/h 475400
Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3072.299
5. Superheated spray temperature (Tis) °C 151.98
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm2 154.5
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 601.38
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 3072.299
6. Generator Output (Pgen) MWh 135000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4100
Hfwout 254.5 Kcal/kg 1064.828 kJ /Kg
Hfwin 209 Kcal/kg 874.456 kJ / Kg
Hexc 765.4 Kcal/kg 3202.4336 kJ / Kg
Hdrain 210 Kcal/kg 878.64 kJ / Kg
HeatRate Turbine :
108
m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout −hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
398.660(1064.828−874.456)
=
(3202.433−878.64 )
398.660(190.372)
=
2323.793
785893.70
=
2323.793
= 338.19 Kg/h
Maka, m3 = m1 – mexc2
= 402000 – 338.19
= 401661.81 Kg/h
HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=
{ ( 402000 x 3449.008 ) + ( 401661.81 x 3531.668 ) }−¿ {( 398.660 x 2983.647 )+ ( 475400 x 3072.299 ) +(601.
135000−4100
=