Anda di halaman 1dari 117

PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

LAPORAN KERJA PRAKTEK di PT PEMBANGKITAN JAWA BALI (PJB)


UNIT PEMBANGKITAN (UP) MUARA KARANG
(2 September 2019 – 5 Oktober 2019)

Analisa Perhitungan Efisiency Turbine Pada Unit 4 & 5 di PLTU Muara


Karang

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Kurikulum Semester VII Pada Program


Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Jambi

Oleh:

Heryanti Sinaga M1B116007


Rosi Khairiah M1B116025

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JAMBI
2019
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

DI PT PEMBANGKITAN JAWA BALI UP MUARA KARANG


(02 September 2019 - 04 Oktober 2019)

Analisa Perhitungan Efisiency Turbine Pada Unit 4 & 5 di PLTU Muara


Karang

Nama/NIM : Heryanti Sinaga (M1B116007)


Rosi Khairiah (M1B116025)

Telah menyelesaikan kerja praktek dan laporan kerja praktek pada tanggal
04 Oktober 2019 di PT Pembangkitan Jawa Bali UP Muara Karang

Jambi, 04 Oktober 2019


Menyetujui :

Koordinator Kerja Praktek Pembimbing Kerja Praktek

Oki Alfernando, S.T., M.T Ira Galih Prabasari, S.T.,M.Si


NIP.199001192019031009 NIDTK.201507112005

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Jambi

Lince Muis, S.T., M.T


NIP. 197606012001122002

i
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

Laporan Kerja Praktik ini diajukan oleh:


Nama : Heryanti Sinaga M1B116007
Rosi Khairiah M1B116025
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Laporan : Analisa Perhitungan Efisiency Turbine Pada Unit 4
& 5 di PLTU Muara Karang

Telah menyelesaikan kerja praktik di PT PJB UP Muara Karang Unit


Pembangkitan Muara Karang (PT PJB UP Muara Karang) sebagai persyaratan
Program Studi Kerja Praktik di Teknik Kimia Universitas Jambi.

Jakarta, 4 Oktober 2019

Manajer Keuangan dan Administrasi Rendal Operasi PLTU 45


PT PJB UP Muara Karang PT PJB UP Muara Karang

Kasnadi Rio Afrianda, ST, M.T

ii
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK


Nama : Heryanti Sinaga
NIM : M1B116007
Program Studi/Fakultas : Teknik Kimia/Teknik
Nama Perusahaan : PT Pembangkitan Jawa Bali UP Muara Karang
Divisi Penempatan : Operation
Tanggal Kerja Praktek : 02 September 2019 – 04 Oktober 2019
Menyampaikan hasil evaluasi penilaian kinerja yang bersangkutan sebagai
berikut:
No Kriteria Nilai Nilai
Maksimal
1 Aspek Akademik (Nilai maksimal=45)
Kemampuan memahami lingkup 15 13
pekerjaan
Kemampuan menyelesaikan tugas yang 20 17
diberikan meliputi pembuatan laporan
atau aplikasi
Presentase laporan kegiatan 10 8
2 Aspek Non Akademik (Nilai maksimal=55)
Kedisplinan, meliputi: presensi, 15 11
ketepatan waktu kehadiran dan
ketaatan terhadap peraturan/tata cara
kerja di perusahaan
Kerapihan 15 13
Kepribadian, meliputi: etika sikap, 25 25
sosialisasi dengan rekan kerja, dan
adaptasi terhadap lingkungan
TOTAL 100 87
Jakarta, 04 Oktober 2019

(Rio Afrianda S.T., M.T)


LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK

Nama : Rosi Khairiah


NIM : M1B116025

iii
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

Program Studi/Fakultas : Teknik Kimia/Teknik


Nama Perusahaan : PT Pembangkitan Jawa Bali UP Muara Karang
Divisi Penempatan : Operation
Tanggal Kerja Praktek : 02 September 2019 – 04 Oktober 2019
Menyampaikan hasil evaluasi penilaian kinerja yang bersangkutan sebagai
berikut:
No Kriteria Nilai Nilai
Maksimal
1 Aspek Akademik (Nilai maksimal=45)
Kemampuan memahami lingkup 15 13
pekerjaan
Kemampuan menyelesaikan tugas yang 20 18
diberikan meliputi pembuatan laporan
atau aplikasi
Presentase laporan kegiatan 10 8
2 Aspek Non Akademik (Nilai maksimal=55)
Kedisplinan, meliputi: presensi, 15 11
ketepatan waktu kehadiran dan
ketaatan terhadap peraturan/tata cara
kerja di perusahaan
Kerapihan 15 13
Kepribadian, meliputi: etika sikap, 25 25
sosialisasi dengan rekan kerja, dan
adaptasi terhadap lingkungan
TOTAL 100 88
Jakarta, 04 Oktober 2019

(Rio Afrianda S.T., M.T)


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
Kerja Praktek di Program Studi Teknik Kimia, Universitas Jambi. Kerja
Praktek ini dimulai pada tanggal 02 September 2019 s.d. 05 Oktober 2019 di.
PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang.

iv
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

Penulis sadar bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka
pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan ini tidak akan berjalan
lancar, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua atas do’a dan dukungannya
2. Ibu Lince Muis, M.T selaku ketua Program Studi Teknik Kimia
3. Bapak Oki Alfernando , S.T, M.T selaku koordinator kerja praktek
4. Ibu Ira Galih Prabasari, ST, M.Si selaku dosen pembimbing kerja
praktek
5. Bapak Rio Afrianda, ST, M.T selaku pembimbing lapangan di PT PJB UP
Muara Karang
6. Bapak Rovie Martha yang telah membantu menyelesaikan Tugas
Khusus kami.
7. Seluruh dosen Teknik Kimia beserta staf akademik.
8. Seluruh karyawan dan staf PT PJB UP Muara Karang yang telah
membantu kegiatan observasi selama kerja praktek.
9. Seluruh keluarga dan teman yang selalu memberikan dukungan, doa,
dan semangatnya.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki, sehingga masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan
kita bersama nantinya.
Jakarta , 04 Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI

v
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

DAFTAR TABEL

vi
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

DAFTAR GAMBAR

vii
PT Pembangkitan Jawa Bali Universitas Jambi

DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi memiliki peranan penting dalam pembangunan nasional
Indonesia yang merupakan negara agraris menuju ke negara industry.
Indonesia merupkan salah satu negara yang sedang berkembang, dimana
pembangunan yang dilaksanakan saat ini merupakan pembangunan yang
menyeluruh di segala bidang, salah satunya adalah bidang pertambangan
energi. Penyediaan energi listrik dalam pertumbuhan ekonomi dewasa ini
sangat dibutuhkan karena seiring berkembangnya sektor industri di
Indonesia dan perkembangan penduduk yang semakin besar.
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat
penting dan vital yang tidak dapat dilepaskan dari keperluan sehari-hari.
Manusia hampir tidak dapat melakukan pekerjaan yang ada dengan baik
ataupun memenuhi kebutuhannya tanpa adanya listrik. Kekurangan energi
listrik dapat mengganggu aktifitas manusia. Oleh sebab itu kesinambungan
dan ketersediaan energi listrik harus dipertahunkan. Saat ini kebutuhan
energi listrik semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan kemajuan teknologi serta informasi.
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Kebutuhan listrik
nasional didominasi oleh sektor industri, disusul sektor rumah tangga, usaha,
dan umum. Konsumsi tenaga listrik per kapita di Indonesia saat ini sebesar
935 kW/jam. Angka konsumsi akan terus naik, pemerintah memperkirakan
konsumsi listrik perkapita mencapai 1893 kW pada tahun 2019. Namun
tingginya kebutuhan energi listrik tersebut tidak semua dapat terpenuhi,
oleh karena itu masih ada kebutuhan listrik yang tertahan dan tidak dapat
dipenuhi oleh pembangkit listrik negara (PLN).
Guna menunjang kinerja perusahaan listrik negara (PLN) dalam
menyediakan energi listrik, maka PLN membentuk dua anak perusahaan
dibidang pembangkit listrik yaitu Indonesian Power dan Pembangkitan Jawa
Bali. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, PT

1
2

Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) berkomitmen untuk menggunakan energi


yang ramah lingkungan dan bersifat renewable untuk menghasilkan listrik
bagi masyarakat Indonesia. PJB masuk kedalam sistem interkoneksi Jawa
Bali untuk menjamin pasokan listrik masyarakat Indonesia khususnya
wilayah Jawa dan Bali dengan melakukan berbagai langkah untuk
meningkatkan keandalan unit pembangkit, kompetensi SDM dan sarana
pendukung lainnya.
Seiring dengan berkembangnya pembangkitan listrik di Indonesia, maka
kebutuhan akan tenaga ahli dibidang tersebut akan semakin bertambah. Hal
ini menjadikan mahasiswa teknik kimia yang merupakan calon ahli proses
didunia industri atau pembangkitan, harus mampu meningkatkan
kemampuannya agar mampu bersaing dan mengikuti perkembangan yang
ada. Oleh karena itu, perguruan tinggi selaku lembaga pendidikan
mewajibkan adanya kerja praktek bagi mahasiswa teknik kimia. Melalui kerja
praktek ini, mahasiswa teknik kimia dapat mengetahui penerapan ilmu
teknik kimia dilapangan. Sehingga didapatkan keselarasan antara teoritis
perkuliahan dengan kenyataan yang ada. Dimana nantinya pengalaman
tersebut mampu menjadi bekal bagi mahasiswa teknik kimia sebelum terjun
kedunia industri sebagai seorang ahli proses.
Mengingat pentingnya kerja praktek bagi mahasiswa teknik kimia, maka
pemilihan perusahaan yang akan dilakukannya kerja praktek tersebut
sangatlah penting untuk dilakukan. Salah satu perusahaan pilihan terbaik
untuk melakukan kerja praktek adalah pembangkitan listrik tenaga uap yang
saat ini sedang berkembang pesat.

1.2. Sejarah PT Pembangkitan Jawa Bali


Sejarah PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) berawal ketika perusahaan
listrik dan gas dibentuk pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka. Ditahun
1965 Perusahaan Listrik Negara dipisah dari Perusahaan Gas Negara. Pada
tahun 1972 PLN berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status
Perusahaan Umum. Pada tahun 1994, status PLN diubah menjadi Persero,
3

setahun kemudian dilakukan restrukturisasi didalam PLN (Persero) dengan


membentuk dua anak perusahaan dibidang pembangkitan.
PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) adalah anak perusahaan PT PLN
(Persero), didirikan tanggal 3 Oktober 1995, dengan tujuan meningkatkan
efesiensi dan pelayanan, serta mampu berkembang secara mandiri
berdasarkan prinsip industry dan niaga yang sehat. PT PJB melaksanakan
kegiatan usaha antara lain: sebagai penyedia tenaga listrik ekonomis,
bermutu dan handal, melaksanakan pembangunan dan pemasangan
pembangkit.
PT PJB didirikan untuk menyelenggaraan usaha ketenagalistrikan
berdasarkan prinsip industry dan niaga yang sehat dengan menerapkan
prinsip-prinsip perseroan terbatas, sehingga mampu berkembang secara
mandiri dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan pembangkit
listrik swasta. PJB pada awalnya hanya melaksanakan kegiatan usaha
penyediaan tenaga listrik berupa kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang
ekonomis, bermutu tinggi dan dengan keandalan yang baik, namun seiring
dengan dinamika dunia usaha, berkembangnya tuntutan pasar, PJB kini juga
melaksanakan kegiatan usaha pembangunan dan pemasangan peralatan
ketenagalistrikan, pemeliharaan atau pengoperasian peralatan ketenaga
listrikan, serta usaha yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dalam
rangka memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki.
PT PJB saat ini memiliki 6 (enam) unit pembangkitan (UP) yang tersebar
di Jawa Timur (UP Gresik), Jawa Barat (UP Paiton), dan DKI Jakarta(UP
Muara Karang, UP Muara Tawar, UP Cirata, dan UP Brantas). Total kapasitas
terpasang 6.977 MW, yang terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga
Gas dan Uap (PLTGU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
PT PJB memiliki pembangkit tenaga listrik yang terbesar di pulau Jawa
dengan kapasitas total 6.500 MW. Selain itu, PT PJB juga membangun
pembangkit tenaga listrik baru melalui penyertaan saham dalam bentuk joint
venture company, seperti: PLTU Cilacap 2 x 300 MW di Cilacap, Jawa Tengah,
PLTU Banjarsari 2 x 100 MW di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, PLTG
4

Gunung Megang 2 x 40 MW di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan dan


PLTA Asahan 2 x 90 MW di Sumatera Utara. PT PJB juga membentuk anak
perusahaan yang bergerak dibidang engineering procurement and
construction (EPC), yaitu PT PJB Investasi, PT Rekadaya elektrika dan PT PJB
services.
Tabel 1.1. Kapasitas Terpasang PT Pembangkitan Jawa Bali
No Unit Jenis Daya Total Daya
Pembangkitan Pembangkita
n
1 Muara Karang PLTU 4&5 400 MW
PLTGU Blok I 508 MW 1.618 MW
PLTGU Blok II 710 MW
2 Gresik PLTU 600 MW
PLTG/U 1.578,78 MW 2.259,18 MW
PLTG 80,4 MW
3 Muara Tawar PLTG/U 640 MW
PLTG 280 MW 920 MW
4 Paiton PLTU 800 MW 800 MW
5 Cirata PLTA 1.008 MW 1.008 MW
6 Brantas PLTA 281 MW 281 MW
(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2018)

1.3. Sejarah PT PJB (UP) Muara Karang


Unit pembangkitan Muara Karang, dioperasikan pertama kali pada tahun
1979 yang dikelola oleh PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian
Barat (PLT KITLUR JBB) yang dikenal dengan sebutan sektor Muara Karang.
Pada tahun 1995, dengan adanya restrukturisasi di PT PL (Persero) maka
lahir lah dua anak perusahaan pada tanggal 3 Oktober 1995, yaitu PT PLN
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I dan II, selanjutnya sektor muara
karang menjadi salah satu unit kerja PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa
Bali II. Kemudian pada tahun 1997, sektor Muara Karang diubah namanya
menjadi PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Muara Karang.
Unit pembangkitan muara karang merupakan salah satu unit pembangkit
dari PT Pembangkitan Jawa Bali yang berperan utama dalam memenuhi
kebutuhan listrik Ibukota Jakarta, terutama daerah-daerah VVIP seperti
Istana Presiden dan Gedung MPR/DPR. Setiap tahun membangkitkan energi
5

listrik rata-ata 7.900 GWh yang disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan
Ektsra Tinggi 500 kV dan 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa Bali. PT PJB UP
Muara Karang saat ini mengelola:
a. PLTGU Blok I dengan daya terpasang 3 GT x 107 MW dan ST 1 x 185 MW,
menggunakan bahan bakar HSD dan gas
b. PLTGU Blok 2 sebagai aset operator jasa dengan daya terpasang 2 GT x
S50 MW dan ST 3 x 70 MW menggunakan bahan bakar gas
c. PLTU Blok 4 & 5 dengan daya terpasang 2 x 200 MW, menggunakan
bahan bakar Gas

1.4. Lokasi dan Daerah Operasi


Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan dan keberlangsungan pabrik dalam menjalankan
operasinya. Hal ini dikarenakan lokasi pabrik mampu mempengaruhi biaya,
sarana dan prasarana yang diperlukan pabrik. PT PJB UP Muara Karang
membuat unit 1,2,3,4 dan 5 yang berlokasi di teluk Jakarta diatas tanah
seluas kurang lebih 41,5 hektar yang terdiri dari kurang lebih 12 hektar
untuk membangun sentral dan kurang lebih 29,5 hektar untuk sarana
penunjang seperti gudang, perumahan operator dan lain-lain

Gambar 1.1. Letak Geografis PT PJB UP Muara Karang


(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2018)
Pembuatan unit ini adalah kelanjutan dari PLTU Tanjung Priok Unit 3
dan 4. Pembuatan unit-unit di PLTU Muara Karang ini ditunjukan untuk
memenuhi pertubuhan kebutuhan listrik yang terus melonjak. Kapasitas
6

untuk unit 1,2 dan 3 adalah 3 x 100 MW sedangkan untuk unit 4 dan 5 adalah
2 x 200 MW. Manfaat dari pembuatan unit-unit di PLTU Muara Karang adalah
penambahan daya sebesar 700.000 KW untuk memenuhi penyediaan
kebutuhan listrik Jakarta Raya dan memproduksi Jawa dan Bali. Dalam
pembangunan unit-unit ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah
pembangunan unit 1 pada tanggal 20 Januari 1979, unit 2 dibangun pada
tanggal 28 Januari 1979 dan unit 3 pada tanggal 28 Juni 1979. Sedangkan
pembangunan tahap kedua adalah pembangunan unit 4 pada tanggal 26
November 1981 dan unit 5 dibangun pada tanggal 7 Juni 1982.
Adapun batas-batas pada PLTGU Muara Karang meliputi:
Utara : Berbatasan dengan teluk Jakarta (laut Jawa) dan pipa bawah laut
kurang lebih 4.5 km sebagai penyaluran dari tanker ke bunker.
Selatan : Berbatasan dengan Jala Raya Pluit Utara dan perumahan Pluit.
Barat : Berbatasan dengan sungai Karang, PLTGU Muara Karang dan
pelabuhan Perikanan Muara Angke.
Timur : Berbatasan dengan yayasan pendidikan Diakonia, pemukiman
dan perumahan Mutiara.

1.5. Distribusi dan Pemasaran Produk


PJB memiliki beberapa pembangkit listrik di sepanjang daerah Jawa dan
Bali. Seluruh pembangkit PJB inilah yang memasok listrik untuk pelanggan
PJB yaitu PT PLN (Persero) Mutu sumber daya listrik yang dihasilkan oleh
PJB berkualitas tinggi dan dihasilkan dari pembangkit yang berenergikan
sumber daya alam yang ramah lingkungan. Inilah yang menjadi tulang
punggung bisnis PJB.
Sebagai bagian dari komitmen PJB untuk menghasilkan produk yang
aman, pemantauan terhadap kualitas produk merupakan komponen yang
sangat penting dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta
kontrol terhadap proses pembangkitan, dan penyedia listrik bagi masyarakat
Indonesia khususnya daerah Jawa dan Bali. Quality Control Team memonitor
proses tersebut selama 24 jam untuk memastikan tidak adanya produk yang
tidak berkualitas. PJB memberikan perhatian kepada layanan purna jual
melalui:
7

a. Pengelolaan Manajemen Kualitas dan Kuantitas


b. Pelayanan secara baik terhadap pelanggan-pelanggan PJB

1.6. Sarana dan Fasilitas


PT PJB UP Muara Karang merupakan perusahaan di Indonesia yang
mengutamakan kualitas, kuantitas, dan pelayanan bagi masyarakat.
Disamping itu, PT PJB UP Muara Karang memiliki kelengkapan fasilitas
penunjang/umum antara lain:
a. Laboratorium (untuk bahan kimia)
b. Unit Pemeliharaan (bengkel)
c. Perpustakaan
d. Ruangan DM
e. Ruang Rapat
f. Ruang Denter (Pengadaan barang dan jasa)
g. Ruang Pertemuan
h. Lobby
i. Ruangan staff
j. Musholla (2)
k. Masjid (1)
l. Peralatan kantor (Telepon, internet, MIM (internet kerja), HT, komputer,
laptop)
m. Alat Pemadam Kebakaran
n. WWTP
o. TPS
p. Gudang
q. Baju Pemadam Kebakaran
r. Perahu Karet
s. Toilet (terpisah antara toilet pria dan toilet wanita)
t. APD (Alat Pelindung Diri)
1. Alat Pelindung Kepala (Helm)
2. Alat Pelindung Mata atau Muka
3. Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)
4. Alat Pelindung Pernafasan (Masker)
8

5. Alat Pelindung Tangan (Sarung Tangan)


6. Alat Pelindung Kaki (Sepatu Boot dan Safety Shoes)
7. Alat Pelindung Badan (Apron)

1.7. Kepedulian Lingkungan


PJB sebagai perusahaan yang maju dan dinamis dalam bidang
pembangkitan tenaga listrik, menyadari bahwa sumberdaya alam beserta
lingkungannya merupakan aset penting bagi kelangsungan pembangunan
dan usaha perusahaan yang harus dilindungi dan dilestarikan. Untuk
mencapai manfaat yang sebesar-besarnya bagi usaha penyediaan tenaga
listrik dengan tingkat perlindungan yang optimal terhadap kelestarian
sumberdaya alam beserta lingkungannya, manajemen PJB berkomitmen
untuk:
a. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dengan mengendalikan
aspek dan dampak lingkungan pada setiap kegiatan dan proses di
seluruh unit.
b. Mematuhi peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku
terkait dengan pengelolaan lingkungan.
c. Menerapkan sistem manajemen lingkungan yang terpadu dengan sistem
manajemen perusahaan secara konsisten untuk meningkatkan kinerja
lingkungan yang berkelanjutan.
d. Mewujudkan green and clean power plant melalui program produksi
bersih, penghijauan lingkungan dan manajemen house keeping 5S.
e. Menyediakan fasilitas dan sumberdaya yang diperlukan untuk
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
1.7.1. Pengelolaan Lingkungan
Untuk pengelolaan lingkungan PT PJB UP Muara Karang telah
melaksanakan, antara lain:
1. Netralisasi limbah cair guna menetralkan air buangan unit sebelum air
tersebut dibuang ke sungai dan laut.
2. Saluran Inlet dan Outlet pendingin kondensor yang panjangnya
mencapai 1 km untuk menurunkan suhu air bekas pendinginan.
9

3. Mengoptimalkan operasional Dust Collector untuk mengumpulkan


partikel padat yang terbawa oleh gas buang.
4. Melaksanakan program penghijauan pada tanah-tanah yang kosong
guna menciptakan suasana lingkungan yang hijau dan berseri.
5. Mengoptimalkan pemakaian bahan bakar Gas Alam pada setiap unit.
6. Oil Separator, guna memisahkan minyak pada air buangan yang berasal
dari area Bunker BBM (Bahan Bakar Minyak).
7. Pembersihan pada saluran air.
1.7.2. Pengendalian Polusi
PT PJB UP Muara Karang, telah melakukan pengendalian polusi yang
telah dilengkapi dengan alat pengendali emisi udara meliputi:
1. Cerobong yang cukup tinggi pada semua unit, guna mendapatkan
distribusi penyebaran gas buang secara luas.
2. Dust Collector/Dust Handling, guna menangkap debu hasil pembakaran
yang akan dibuang melalui cerobong.
1.7.3. Pencapaian PJB Untuk Menejemen Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan pada unit pembangkitan PJB dilaksanakan
sesuai arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang telah disetujui
oleh instansi yang berwenang yang secara umum meliputi:
a. Pengelolaan gas buang untuk mengurangi kadar polutan SO 2 pada emisi
udara dan ambien melalui upaya mengoptimalkan pemakaian bahan
bakar dengan kadar sulfur rendah.
b. Pengelolaan gas buang untuk mengurangi kadar partikel padat (debu)
pada emisi udara dan ambien melalui upaya pengoptimalan dust
collector, electrostatic precipitator, serta pemakaian bahan bakar
dengan kadar abu rendah dan sistem pembakaran bahan bakar yang
sempurna.
c. Pengelolaan gas buang untuk mengurangi kadar NOx pada emisi udara
dan ambien melalui upaya mengoptimalkan low NOx burner.
d. Meningkatkan efisiensi pembakaran dan operasional mesin serta
mengoptimalkan pemakaian bahan bakar gas alam untuk menurunkan
emisi gas rumah kaca CO2.
10

e. Pengolahan semua jenis limbah cair melalui instalasi pengolahan


limbah cair (Waste Water Treatment Plant) untuk mendapatkan limbah
cair yang aman bagi lingkungan serta memenuhi baku mutu lingkungan
yang berlaku.
f. Pengelolaan semua jenis limbah B3 sesuai peraturan dan perundangan
yang berlaku untuk mengurangi dampak pencemaran limbah B3 pada
tanah dan air.
g. Pengelolaan limbah padat non B3 melalui program 3R (Reuse, Recycle
and Recovery).
h. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan pupuk organik serta
mengurangi limbah organik yang dibuang ke lingkungan, PJB
melaksanakan program pembuatan pupuk kompos di Unit
pembangkitan Cirata, Brantas. Selama tahun 2011 dari Unit
pembangkitan Brantas yang mengembangkan pembuatan pupuk
kompos telah dihasilkan pupuk kompos sejumlah 2400 kg.
i. Melaksanakan program produksi bersih untuk meminimalkan limbah
yang dibuang ke lingkungan.
j. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada Daerah Airan Sungai
(DAS) dan sekitarnya untuk menekan laju erosi dan sedimentasi serta
memberikan perlindungan terhadap sumber mata air melalui program
penghijauan, reboisasi dan rekayasa teknik di unit pembangkitan hidro.
k. Pengembangan budidaya perikanan jarring apung dan pertanian lahan
surutan yang terkendali untuk membantu meningkatkan taraf hidup
masyarakat di sekitar unit pembangkitan hidro.
1.7.4. Hasil Pemantauan Lingkungan
Hasil pemantauan lingkungan pada Unit Pembangkitan Muara Karang
PJB menunjukkan parameter lingkungan memenuhi baku mutu lingkungan
yang disyaratkan oleh pemerintah. Hal ini dapat dicapai melalui pengelolaan
lingkungan yang dilaksanakan secara konsisten serta didukung oleh
penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 untuk meningkatkan
kinerja lingkungan yang berkelanjutan.
Tabel 1.2. Kualitas Air Limbah Proses
11

Parameter Satuan Baku Mutu Muara Karang


Max Min

pH - 6-9 9 6.46

TSS mg/l 100 182 11.5

Minyak dan Lemak mg/l 10 0.512 0.047

Chlorine (Cl2) mg/l 0.5 0.4 0

Cr total mg/l 0.5 0.077 0.014

Tembaga (Cu) mg/l 1 0.05 <0.007

Besi (Fe) mg/l 3 1.56 <0.03

Seng (Zn) mg/l 1 0.781 <0.013

Phosphat (PO4) mg/l 10 0.4506 0.0087

(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2018)


Tabel 1.3. Kualitas Air Limbah Bahang (Air Laut Pendingin)
Parameter Satuan Baku Mutu Muara Karang
Max Min
Suhu ℃ 40 39 29
Chlorine mg/l 0.5 0.2 0
(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2018)
Dari Tabel 1.2. dan 1.3. diatas menunjukan bahwa baku mutu air limbah
Unit Pembangkitan Muara Karang ditetapkan dengan mengacu pada
ketentuan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 64 tahun 2009 tentang
Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut PJB Unit Pembangkitan Muara Karang.
Tabel 1.4. Kualitas Udara Emisi PLTGU Minyak dan Gas
Parameter Satuan Baku Mutu Muara Karang
Max Min
SO2 mg/Nm3 1500 164.945 28.61
NOX mg/Nm3 800 230.84 72.5525
Debu mg/Nm3 150 29.68 15.365
Opasitas mg/Nm3 20 10 5
(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2018)
Dari tabel 1.4. diatas menunjukan bahwa unit pembangkitan muara
karang telah memenuhi semua parameter baku mutu emisi gas buang PLTGU
minyak dan gas yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 21 tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
bagi Usaha dan atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
2.1. Struktur Organisasi
Sebagai salah satu bentuk penyelarasan dengan pengembangan bisnis
perusahaan serta dalam rangka mendukung proses dan dinamika bisnis
perusahaan maka pada tahun 2018 ini telah dilakukan penyesuaian terhadap
struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi PJB ditetapkan dalam
Perdir no. 014.P/019/DIR/2018 tentang penetapan organisasi dan bagan
susunan jabatan PT Pembangkitan Jawa Bali. PT PJB dipimpin oleh seorang
President Director yang dibantu oleh 2 General Manager yang bertanggung
jawab untuk memastikan berjalannya kegiatan operasional pembangkit dan
Deputi Manager pemeliaharaan pembangkit bertugas memantau,
menganalisa dan mengvaluasi kegiatan pemeliharaan, merencanakan strategi
kegiatan pemiliharaan serta menetapkan SOP pemeliharaan pembangkitan,
Director Of Operations yang mengurus masalah operasional pembangkitan,
Director Of Finance yang mengurus seluruh keuangan perusahaan, Deputi
Engineering yang bertugs memastikan berjalannya kegiatan teknik yang
dapat menunjang kinerja operasi dan pemeliharaan serta memastikan
ketersediaan spare part tepat waktu, kualitas dan biaya, Manager SDM dan
umum bertugas bertanggung jawab menjamin terlaksananya pengelolaan
sumber daya manusia melalui pengembangan organisasi serta pengambang
SDM remunerasi dan hubungan industrial untuk mendukung kelancaran
kerja organisasi. Untuk memastikan tercapainya tujuan perusahaan dan
segala kegiatan pembangkit dapat berjalan dengan baik, maka dibentuklah
struktur organisasi sebagai berikut:

13
14

General Manager

Manajer Manajer Manajer Keuangan Manajer Manajer


OP HAR dan ADM Eng. Logistik

Spv. Spv. Spv. Spv. Spv. Spv.


Rendal Mesin Listrik Instrumen Teknologi Sistem
Operasi Owner Owner

Spv. Spv.
Lingkungan MMRK (Manajemen Mutu dan
dan K3 Resiko)

Spv. Spv. Spv. Spv. Spv. Spv.


Keuangan SDM Umum Investaris Logistik Gudang

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT PJB UP Muara Karang

(PT PJB UP Muara Karang, 2019)


15

2.2. Menejemen
Menejemen teknologi informasi, knowledge management, menjadi
SDM berbasis kompetensi, menejement baldrige dan menejemen hous
keeping 5S diterapkan dengan prinsip:
a. Seiri (Ringkas)
Membedakan antara yang diperlukan dan membuang yang tidak
diperlukan
b. Seito (Rapi)
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga selalu dapat
menemukan barang yang diperlukan
c. Seiso (Resik)
Menghilangkan sampah, kotoran, dan barang asing untuk memperoleh
lingkungan dan tempat kerja yang bersih
d. Seiketsu (Rawat)
Memelihara barang teratur, rapid an bersih, juga dalam aspek personal
dan kaitannya dengan polusi
e. Shuitsuke (Rajin)
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan (disiplin), mematuhi
dengan benar apa yang sudah diterapkan atau diatur, menjaga dan
menerapkan dengan sungguh-sungguh empat komponen 5S.

2.3. Visi Misi dan Motto Perusahaan


Visi, Misi, dan Motto PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) dapat
dijabarkan sebagai berikut:
2.3.1. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang
terkemuka dengan standar kelas dunia
2.3.2. Misi Perusahaan
1. Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing.
2. Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata
kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode
practice dan ramah lingkungan.
16

3. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai


kompetensi teknik dan manejerial yang unggul serta berwawasan
bisnis.
2.3.3. Motto Perusahaan
Dalam menjalankan bisnisnya PT PJB menerapkan kaidah-
kaidah internasional yang berdasarkan pada tiga pilar strategis, yaitu
asset management sebagai core competence perusahaan
(organization capital), sistem manajemen SDM (human capital), dan
teknologi informasi sebagai business enable (inforkation capital
readliness). Tiga pilar strategis itu dijabarkan dalam 10 sistem
management resiko, management mutu ISO 9000, menejemen
lingkungan ISO 14000 dan K3 OHSAS 18000, menejemen good
corporate government (GCG).

2.4. Budaya perusahaan


Usaha strategi dan beresiko tinggi yang dijalankan PT Pembangkitan
Jawa Bali (PJB) menurut tanggung jawab yang tinggi, yang harus tercermin
dalam setiap perilaku individu dan organisasi dalam menjalankan kegiatan
usaha sehari-hari. Rasa tanggung jawab tersebut diyakini sebagai kristalisasi
dari nilai-nilai budaya yang harus dimiliki setiap karyawan, yang berlaku
sekaligus sebagai identitas perusahaan (corporaten identity), dimana salah
satu bentuknya adalah adanya keseragaman pola perilaku. Hal tersebut
mnyebabkan budaya perusahaan menjadi hal yang sangat penting bagi
perusahaan.
PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) memahami bahwa tanpa adanya
budaya perusahaan, maka visi, misi, strategi dan program yang ditetapkan
tidak akan terwujud. Oleh karena itu PT Pemangkitan Jawa Bali (PJB)
merumuskan budaya perusahaan sebagai berikut:
a. Integritas, yaitu kepribadian yang selalu memperjuangkan kebenaran
melalui kejujuran dan tanggung jawab
b. Keunggulan, yaitu kondisi dimana kualitas kerja dapat melampaui
standar yang diterapkan
17

c. Kerjasama, yaitu menyatukan lmampuan dan bakat tiap orang untuk


mencapai tujuan bersama
d. Pelayanan, yaitu sikap dan perilaku mementingkan kepuasan pelanggan,
pemegang saham, masyarak dan bangsa
e. Standar lingkungan, yaitu kesadaran untuk selalu memelihara alam dan
lingkungan kerjanya sebagai sumberdaya demi kelestarian perusahaan.
Untuk mewujudkan budaya perusahaan tersebut, direksi
membentuk Tim Budaya Perusahaan dengan tujuan untuk
mempercepat proses pembentukan buda perusahaan dan membantu
mempermudah kelancaran pembentukan budaya perusahaan. Tim
juga berkewajiban untuk melaksanakan internalisasi dan sosialisasi
nilai-nilai budaya perusahaan. Berbagai langkah konkrit telah
dilakukan untuk mewujudkan budaya perusahaan, antara lain:
a. Menyusun peta perjalanan (road map) pembangunan budaya
perusahaan. Rumusan yang sederhana dan mudah dimengerti, serta
berfungsi untuk menyampaikan nilai-nilai dalam rumusan yang
sederhana dan mupdah dimengerti, juga berfungsi untuk menyampaikan
nilai-nilai budaya perusahaan dalam bentuk dimensi perilaku sehingga
diharapkan akan mempercepat proses pembentukan budaya perusahaan
b. Melakukan kristalisasi terhadap nilai-nilai buaya perusahaan dalam
bentuk dimensi perilaku sehingga diharapkan akan mempercepat proses
pembentukan budaya perusahaan
c. Mempersiapkan agar proses implementasi lebih efisien dan efektif
2.4.1. Ruang Lingkup Kegiatan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB)
Sesuai dengan anggaran (Dasar Anggaran) ruang lingkup kegiatan
usaha Perusahaan adalah untuk menyelanggarakan usaha ketenagalistrikan
berdasarkan prnisip indutri dan niaga yang sehat yang mencakup aktivitas-
aktivitas sebagai berikut:
a. Penyediaan tenaga listrik berupa kegiatan pembangkitan tenaga
listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan dengan keandalan yang
baik.
b. Pembangunan dan/atau pemasangan peralatan ketenagalistrikan.
18

c. Pemeliharaan dan/atau pengoperasian peralatan ketenagalistrikan.


d. Usaha yang berkaitan tentang kegiatan perseroan dalam rangka
memanggatkan secara maksimal potensial yang dimiliki perseroan.
Selain bisnis inti dibidang pembangkitan tenaga listrik, PJB juga
membentuk beberapa unit bisnis penunjang. Saat ini bsinis penunjang
tersebut adalah unit bisnis pemeliharaan dan unit bisnis teknologi
informasi.
Dalam operasionalnya, PJB juga terus berupaya mendayagunakan aset dan
kompetensi perusahaan di bidang jasa operasi dan pemeliharaan mesin-
mesin pembangkit tenaga listrik dan mesin-mesin industri, termasuk
perlengkapan dan peralatan pendukungnya.
2.4.2. Logo Pembangkitan Jawa Bali

Gambar 2.2. Logo Perusahaan


(PT PJB UP Muara Karang, 2019)
Makna logo instansi:
a. Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna lambing perusahaan yang resmi digunakan
adalah sesuai dengan yang tercantum pada lampiran Surat Keputusan
Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. 031/DIR/76 tanggal 1
Juni 1976, mengenai pembakuan lambing perusahaan umum listrik
negara.
b. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya
melambangkan bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa
listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat,
19

kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang


dimiliki setiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

c. Petir atau Kilat


Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai
produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu, petir
juga mengartikan kerja cepat dan tepat para insan dalam memberikan
solusi terbaik bagi para pelanggannya, warna merah pada petir berarti
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama
di Indonesia dan kesinamisan gerak laju perusahaan berserta tiap
insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman.
d. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dihasilkan oleh tiga
bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan,
penyaluran, dan distribusi yang sering sejalan dengan kerja keras para
insan perusahaan guna memberikan layanan terbaik bagi
pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan
seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia.
Disamping itu, biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan
perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
2.5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau pekerja yang bekerja dalam lingkup
PLTU/PLGTU secara umum berjumlah 399 pegawai yang terbagi dalam:
Karyawan : 313 orang
OS MKP : 45 orang
OJT PJB : 15 orang
OS WKI : 26 orang
BAB III
ORIENTASI LAPANGAN
3.1. Deskripsi Proses
Siklus air PLTU merupakan siklus tertutup, idealnya tidak ada air yang
masuk atau keluar dari sistem. Air dari demin storage tank masuk kedalam
siklus PLTU melalu hotwell di kondensor. Air dari hotwell ini kemudian
dipompa oleh CP (Condesate Pump) menuju air ejector yang berfungsi
menjaga vaccum unit kemudian menuju Gland Steam Condensore. Standar air
condensate yaitu conductivity 2-6 μs /cm, pH 8.5-9, Cl- 0.1 ppm, dan CC
(Conduvtivity After Cation) <0.5 μs /cm. Conduvtivity After Cation berfungsi
untuk mendeteksi kebocorankebocoran air laut pada kondensor, prinsipnya
Conduvtivity After Cation akan menangkap kation dalam air sehingga hanya
anion yang dapat lolos.
Ketika Conduvtivity After Cation tinggi dan diiringi kandungN Cl- tinggi
serta pH turun mengindikasikan kebocoran air laut, karena Cl - dari
kebocoran air laut membuat Conduvtivity After Cation tinggi dan berikatan
dengan H+ dalam air sehingga menurunkan pH. Namun ketika Conduvtivity
After Cation terditeksi tinggi belum tentu terjadi kebocoran kondensor
karena mungkin resin dalam Bessel sudah jenuh, oleh sebab itu segera
dilakukan regenerasi dan penggantian resin kemudian amati trend
Conduvtivity After Cation apakah cendrung nurun atau tetap naik.
Pengambilan air condensate berada setelah condensate pump. Sebelum masuk
air ejctor dilakukan injeksi chemical secara kontinyu berupa hidrazin 1%
yang berfungsi sebagai oxygen scavenger.
Setelah Galand Steam Condenser menuju LP (Low Pressure) heater yang
berjumlah 3 buah berfungsi untuk memanfaatkan panas dari LP turbine, dari
LP heater menuju deaerator. Fungsi deaerator sendiri adalah sebagai heat
exchanger dengan panas dari uap ekstraksi dan pembuangan non
condensable gas melalui venting. Air dari deaerator dipompa dengan BFP
(Boiler Feed Pump) menuju HP (High Pressure) heater yang berjumlah 2 buah
(panas HP heater dari HP turbine), sebelum masuk HP heater diambil sampel
berupa feed water dengan standar conductivity 2-6 μs /cm, pH 8.5-9 dan

20
21

hidrazin 0.02-0.04 ppm. Kandungan hidrazin dalam feed water tergantung


oleh jumlah oksigen dalam air, semakin banyak oksigen semakin kecil
kandungan hidrazin dalam feed water dan sebaliknya. Untuk memenuhi
standar hydrazine dilakukan pengenceran konsentrasi hidrazin dalam tangki
injeksi atau merubah stroke pompa.

Gambar 3.1. Siklus Tertutup PLTU UP Muara Karang


(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2019)
Setelah HP heater steam menuju economizer kemudian masik di steam
drum, sebelm menuju steam drum dilakukan injeksi fosfat (Na 3PO4 10%)
yang berfungsi menaikkan pH dalam boiler (drum), injeksi pospat ini
dilakukan hanya ketika pH rendah dan dimatikan ketika pH tinggi.
Na3PO4 + H2O => Na2HPO4 + NaOH
Injeksi phosphate yang berlebihan dapat mengakibatkan pH berlebih
sehingga membuat carry over pada tube boiler, disamping itu phosphate
dapat bereaksi dengan senyawa garam yang membuat conductivity tinggi,
dengan reaksi sebgai berikut:
3Ca + 2Na3PO4 => Ca3 (PO4)2 + 6 Na
22

Sampel air boiler diambi dari steam drum dengan standar conductivity <
50μs /cm, pH 9.5 – 10.5, silica < 1.5 ppm, Cl- < 1 ppm dan phosphate berkisar
2-6 ppm. Ketika conductivity, silica dan phosphate yang tinggi dalam steam
drum, dapat dilakukan blowdown untuk menguranginya. Konsentrasi yang
tinggi dalam pada silica dan chloride muncul akibat akumulasi dari proses
cycle pemanasan air boiler. pH air boiler dijaga sesuai range karena
pengukuran pH pengukuran pH 9.5-10.5 di laboratorim, sebetulnya pH air di
boiler setara netral (7.0-7.5) hal ini karena oleh sifat pH air yang akan
semakin turun ketika dipanaskan. Pengukuran silica pada air boiler juga
penting untuk mencegah terjadinya scaling baik itu pada pipa boiler ataupun
pada sudu turbin.
Di dalam steam drum terdiri dari dua fase yairu air dan uap, dasar air
akan turun melalui downcamer dan naik kembali berupa steam melalui pipa
reser, sedangkan fase uap akan masuk ke superheater hingga mencapai suhu
dan tekanan tertentu yang nantinya akan memutar turbin HP. Steam yang
keluar dari superheater ini diambil sampel sebagai main steam yang memiliki
batasan conductivity 2-6 μs /cm, pH 8.5-9 silica 0.02 ppm. Setelah memutar
turbin HP, steam akan mengalami penurunan suhu dan tekanan kemudian
dikembalikan ke boiler (reheat) untuk menaikkan temperaturnya kembali
yang selanjutnya digunakan untuk memutar turbin IP, steam dari IP turbine
ini kemudian digunakan untuk memutar LP turbin. Setelah memutar LP
turbin steam dikondensasikan dalam condenser sehingga kembali menjadi air
dan dikumpulkan di hotwell, demikian selanjutnya siklus kembali diulang.
Peralatan utama PLTU & PLTGU Muara Karang adalah Boiler, Turbine,
Generator dan peralatan bantuannya seperti Desalination plant & Water
Treatment. Dalam proses produksi energi listrik, uap air yang digunakan
sebagai media kerja diperoleh dari air laut yang diolah melalu peralatan
Water Treatment hingga air tersebut memenuhi syarat untuk boiler. Air
tawar yang memenuhi syarat, disalurkan dan dipanaskan kedalam boiler
dengan bahan bakar gas dan bahan bakar residu. Uap hasil produksi boiler
disalurkan ke turbin dan menghasilkan tenaga mekanis untuk memutar
23

generator yang menghasilkan tenaga listrik dan langsung disalurkan ke


sistem Jawa-Bali.
3.2. Penanganan Bahan Proses
Penanganan bahan proses yang digunakan di PT PJB UP Muara karang
sebagai berikut:
Asal : Air Laut Muara Karang, Jakarta Utara
Fase : Cair
Karaktristik : Salinitas tinggi, memiliki konduktivitas/daya
hantar >20.000 μs /cm
Penyimpanan :-
Alat Transportasi Pompa DSWP (Desalination Supply Water
Pump)
Potensi Bahaya :-
3.2.1. Air Servis/Service Water
Asal : Air laut yang telah mengalami proses
desalinasi menggunakan sistem Multi Stage
Flash Evaporation
Fase : Cair
Karaktristik : Bersifat tawar, memiliki konduktivitas/daya
hantar listrik < 50 μs /cm
Penyimpanan : Service Water Tank
Alat Transportasi : Pompa
Potensi Bahaya :-
3.2.2. Air Penambah/ Make Up Water
Asal : Produk demineralization plant dengan bahan
baku air service
Fase : Cair
Karaktristik : pH 6.5-7.5, spesific conductivity , 0.2 μs /cm
kandungan SiO2 , 10 ppm
Penyimpanan : Make Up Water Tank
Alat Transportasi : Pompa
Potensi Bahaya :-

3.2.3. Anti Scale Polycarboxylic Acid


Asal : Suplier bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Cair
Fungsi : Sebagai bahan untuk mencegah terjadinya
pada pipa-pipa
Penyimpanan : Drum 180 kg
24

Alat Transportasi : Pompa


Potensi Bahaya :-
3.2.4. Anti Foam
Asal : Suppleir bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Cair
Fungsi : Sebagai bahan untuk mencegah terjadinya
busa
Penyimpanan : Jerigen 25 Kg
Alat Transportasi : Pompa
Potensi Bahaya :-
3.2.5. Resin Anion
Asal : Supplier bahan baku kimia (ekstenal)
Fase : Padat
Fungsi : Sebagai bahan untuk pertukaran ion-ion
negative seperti Cl, SO4, SiO2, dengan ion OH-
Penyimpanan : Karung berukuran 25 kg
Alat Transportasi :-
Potensi Bahaya :-
3.2.6. Resin Kation
Asal : Supplier Bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Padat
Fungsi : Sebagai bahan untuk pertukaran ion-ion
positif yaitu Mg, Ca, Na dengan ion H+
Penyimpanan : Karung berukuran 25 kg
Alat Transportasi :-
Potensi Bahaya :-
3.2.7. Hidrazin
Asal : Supplier bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Cair
Fungsi : Sebagai bahan pengikat oksigen dan
menaikkan nilai pH air
Krakterisik : pH 10-12, density 1.01-1.02 g/mL, %
hidrazin 35-38%
Penyimpanan : Jerigen kemasan 25 kg
Potensi Bahaya : Mudah terbakar, korosif, beracun, merusak
lingkungan
3.2.8. Natrium Hidroksida
Asal : Supplier bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Cair
Fungsi : Sebagai bahan untuk regenerasi resin anion
Karakteristik : Konsentrasi 5%
Penyimpanan : Jerigen 25 kg
Potensi Bahaya : Iritasi, inhalasi, dan korosif
25

3.2.9. Disodium Phospate


Asal : Supplier bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Cair
Fungsi : Sebagai bahan untuk regenerasi resin anion
Karakteristik : Konsentrasi 5%
Penyimpanan : Jerigen 25 kg
Potensi Bahaya : Bersifat toksik
3.2.10. Trisodium Phospate
Asal : Supplier bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Serbuk padatan
Fungsi : Untuk menaikan nilai pH dan
mengendapkan impurities di LP/HP drum
Karakteristik : pH 1%, density 900-1100 kg/cm3
Penyimpanan : Karung berukuran 25 kg
Potensi Bahaya : Bersifat toksik dan iritasi
3.2.11. Steam
Asal : Hasil penguapan di HRSG
Fase : Gas (uap)
Fungsi : Sebagai penggerak steam turbine untuk
menghasilkan listrik
Karakteristik : Memiliki konduktivitas 2-5μS /cm, pH 8.8.-
9.3, kandungan SiO2 < 0.02 ppm
Alat Transportasi : Pipa
Potensi Bahaya : Panas tinggi
3.2.12. Asam Klorida
Asal : Supplier bahan baku kimia (eksternal)
Fase : Cair
Fungsi : Sebagai bahan untuk regenerasi resin kation
Karakteristik : Konsentrasi 3%
Penyimpanan : Jerigen Kemasan 25 kg
Potensi Bahaya : Bersifat korosi, toksik dan iritasi

3.3. Spesifikasi Peralatan Proses


3.3.1. Boiler
Fungsi : Untuk memanaskan air dengan
menggunakan panas dari hasil
pembakaran bahan bakar
Pabrik Pembuatan : Mitsubishi heavy industries, Ltd
Tipe : Natural Circulating Boiler RRPF
Tekanan Kerja : 143.3 kg/cm2
Tekanan Air Pengisi : 153 kg/cm2
Temperatur Uap : 540 ℃
26

Superheater
Tekanan Keluar : 138.5 kg/cm2
Superheater
Tekanan Reheat Outlet : 38.7 kg/cm2
Kapasitas Produksi Uap : 680 ton/jam
Ruang Bakar Penyalaan Api : Light Oil, MFO, dan Gas
Burner : 16 buah
3.3.2. Turbin
Fungsi : Untuk mengkonversi energi kinetic
bergerak menghasilkan listrik
Pabrik Pembuatan : Mitsubishi heavy industries, Ltd
Tipe : Condencing reheat turbin, tandem
compound two cylinder double flow
Data Pada Terminal : 200.000 Kw
Generator
Tekanan Uap Masuk : 126.5 kg/cm2
Temperatur Uap Reheat : 537.8 ℃
Putaran Turbin : 3000 rpm
Tekanan Uap Yang Keluar : 75 mmHg abs
Jumlah Tingkat Suhu HP : 13
Jumlah Tingkat Suhu IP : 12
Jumlah Tingkat Suhu LP :6
Katup Utama :2
Turning Gear : 3 rpm
3.3.3. Kondensor
Fungsi : Untuk mengkondensasi/ mengubah
gas menjadi liquid yang bertekanan
tinggi
Pabrik Pembuatan : Takasago Machinari Work
Tipe : Radial flow, reserve flow
Tekanan : 75 mmHg abs
Luas Permukaan Pendingin : 9.430 m2
Temperatur Uap : 540 ℃
Superheater
Jumlah Pipa : 9738 buah
Kecepatan Air Pendingin : 2.15 m/s
Kapasitas Hotwell : 40 m2
Peralatan Lain : Air ejector
3.3.4. Generator
Fungsi : Menghasilkan listrik dengan cara
mengubah energi gerak menjadi
27

energi listrik
Pabrik Pembuatan : Mitsubishi heavy industries, Ltd
Kapasitas : 250.000 kVa
Putaran : 3000 rpm
Tegangan : 18.000 volt
Frekuensi : 50 Hz
Fase :3
Arus Beban : 8.019 amper
Berat : 174 ton
3.3.5. High Pressure Heater
Fungsi : Untuk menaikan temperature secara
bertahap
Pabrik Pembuatan : Takasago Machinari Work
Tipe : Horizontal, U-tube, two zone (shell
and tube)
Heater 4E Heater 4F
: 685 ton/h : 685 ton/h
Aliran Desain
Diameter Internal : 1.200 mm : 1.200 mm
Bahan Pipa : 70-30Cu-Ni : 70-30Cu-Ni
Jumlah Efektifitas : 680 m2 : 582 m2
Permukaan Pipa
Ukuran Pipa : 2.2 mm : 2.2 mm
Panjang Tabung Aktif : 9.570 mm : .190 mm
Jumlah Pipa U : 713 : 713

Tekanan Desain :
Shell : 28.1 kg/cm2 : 48.0 kg/cm2
Tube : 170 kg/cm2 : 170 kg/cm2
Perbedaan Suhu:
Suhu Kondensasi : 5.6℃ : 5.6℃
Suhu Pendingin : 5.6℃ : 5.6℃
3.3.6. Low Pressure Heater
Fungsi : Sebagai pemanas lanjut yang menggunakan
uap ekstraksi
Pabrik Pembuatan : Takasago Machinari Work
Tipe : Horizontal, U-tube, two zone (shell and tube)
Heater 4A Heater 4B Heater 4C
: 565 ton/h : 565 ton/h : 565 ton/h
Aliran Desain
Diameter Internal : 1.100 mm : 1.100 mm : 1.100
mm
28

Bahan Pipa : Brass : Brass : Brass


seamless seamless seamles
pipe- pipe- s pipe-
BSTF-2 BSTF-2 BSTF-2
Jumlah Efektifitas : 455 m2 : 353 m2 : 294 m2
Permukaan Pipa
Ukuran Pipa : 15.9 mm : 15.9 mm : 15.9 mm
Panjang Tabung Aktif : 9.280 mm : 8.590 mm : 7.160 mm
Jumlah Pipa U : 492 : 412 : 412
Tekanan Desain :
Shell : 3.5 kg/cm2 : 3.5 kg/cm2 : 5.3 kg/cm2
Tube : 20 kg/cm2 : 20 kg/cm2 : 20 kg/cm2
Perbedaan Suhu:
Suhu Kondensasi : 8.3℃ : 8.3℃ : 8.3℃
Suhu Pendingin : 8.3℃ : 8.3℃ : 8.3℃

3.4. Utilitas Pabrik


Utilitas pabrik meliputi : unit penyediaan air, unit penyediaan udara
tekan, unit penyediaan bahan bakar, unit penyediaan pendingin tertutup, dan
unit pengolahan air baku yang akan dibahas lebih lengkap sebagai berikut:
3.4.1. Unit Penyediaan Air
Air yang berasal dari laut kanal Sungai Tawar masuk kedalam
desalination plant sebesar 624 m3/jam, pada proses ini dihasilkan air servis
sebesar 1000 m3/hari kemudian masuk ke dalam proses demineralizer plant
sehingga dihasilkan air penambah di siklus air-uap. Untuk kebutuhan
domestic dan penyiraman taman diambil dari air PAM sebesar 84 m3/hari.
3.4.2. Unit Penyediaan Udara Tekan
Sistem udara tekan mensuplai udara instrument dan udara servis
untuk penggunaan di PLTU Muara Karang. Terdiri dari empat kompresor
udara, dan untuk udara instrument dan dua untuk udara servis. Udara
bertekanan yang keluar dari kompresor akan diakumulasikan di penerima
udara (air recerver). Khusus untuk udara tersebut dilewatkan ke pengering
dan penyaring untuk menghilangkan kelembaban dan partikel padatan.
29

3.4.3. Unit Penyediaan Bahan Bakar


Unit PLTU dapat menggunakan dua jenis bahan bakar yaitu gas alam
dan diesel. Sebelum masuk ke turbin, bahan bakar gas sebelumnya
dihilangkan terlebih dahulu kontaminan padatan dan cairan di unit
pengolahan gas. Kontaminan ini kebanyakan berasal dari sumur atau
terbawa dari operasi proses atau transportasi. Berikut spesifikasi operasi
unit pengolahan gas:
1. Flow Metering System
Laju Alir Maks : 54.58 kg/s (750.0 Nm3/s)
Tekanan Masuk : 350 psi
Temperatur Masuk : 30℃
2. Filter Separation
Laju Alir Maks : 32 ton/h
Tekanan Masuk : 28-30 kg/cm2
Temperatur Masuk : 90℃
Untuk sistem bahan bakar minyak, PLTU Muara Karang menggunakan
bahan bakar HSD (High Speed Diesel) yang disuplai dari Pertamina dan PGN
dengan menggunkan kapal tongkang. HSD dipompakan oleh Unloading Pump
ke dua tangki penampung HSD berkapasitas masing-masing 236 kL. Untuk
pemakaian, HSD dipompakan dari salah satu tangki ke gas turbin oleh
Forwarding Pump.
3.4.4. Unit Penyediaan Pendingin Tertutup
Auxiliary Cooling Water adalah sistem air pendingin tertutup yang
berfungsi untuk mengambil panas dari peralatan-peralatan seperti pompa air
umpan, minyak pelumas, sampel air pross, dll. Dengan menggunakan media
pendingin (umumnya air murni). Panas kemudian dibuang ke air laut melalui
sistem pendingin utama (Main Cooling System).
Inhibitor ditambahkan pada sistem air pendingin tertutup untuk
mengurangi terjadinya resiko korosi pada jalur pipa-pipa air pendingin.
Secara desain, inhibitor yang ditambahkan untuk mengurangi terjadinya
risiko korosi adalah hidrazin cair dengan rentang konsentrasi antara 100-
300 mg/L. Berikut data sistem pendingin tertutup:
Volume Sistem : Sekitar 15 m3
Media : Air Tawar
Flow Operasi : 1.116 m3/h
30

Suhu Masuk : 43℃


Suhu Keluar : 38℃
3.4.5. Unit Penyediaan Listrik
Listrik untuk pemakaian sendiri disuplai dari hasil produksi
pembangkit listrik di Muara Karang dengan cara diturunkan tegangannya ke
4.16 kV oleh trafo MAT.
3.4.6. Unit Pengolahan Air Baku
Air laut untuk unit pembangkit listrik dilakukan proses-proses
pengolahan terlebih dahulu yaitu External Treatment dan Internal Treatment.
Sebelumnya bahan baku air laut diambil melalui water intake kemudian
disaring terlebih dahulu untuk memisahkan sampah atau biota laut yang
terbawa. Selain itu ditambahkan sodium hypochloride untuk menahan
pertumbuhan biota laut.
3.4.7. External Treatment
External treatment merupakan proses pengolahan air laut menjadi air
tawar sebelum masuk siklus pembangkit, selain itu digunakan sebagai air
service (air untuk keperluan non-pembangkit). Berikut beberapa pengolahan
external treatment :
1. Desalination Plant
Desalination plant merupakan unit yang menyuling air laut menjadi air
tawar. Desalinasi ini memanfaatkan proses evaporasi dimana air laut
dipanaskan sehingga air tawar menguap, hasil uap air kemudian
diembunkan (kondensasi) dan dikumpulkan menjadi produk
desalination masuk ke make up tank (MUT) dan air service. PJB UP
Muara Karang memiliki 2 desalination plant pada masing-masing unit
pembangkit.
a. Sistem Kerja Desalination
Unit desalination menggunakan sistem multi stage trough, dimana air
laut dipanaskan kemudian masuk kedalam suatu modul (tangki) yang
bertekanan rendah (vakum), air yang masuk ke modul akan mengalami
penguapan pada suhu rendah sehingga air tawar akan menguap dan
menabrak air pendingin sehingga mengembun dan dikumpulkan
31

menuju make up tank, sedangkan air yang tidak menguap bersama


garam-garam mineral (brine) akan dibuang kembali ke laut.
Sebelum masuk ke modul air laut akan di injeksi oleh anti scale dan anti
foam, tujuannya agar tidak terjadi kerak dan tidak berbuih saat air
dipanaskan. Buih dapat menguap dan membawa mineral-mineral bersama
uap air tawar dan akan terkondensasi yang akibatnya mencemari produk

μS
desal. Air tawar yang masuk ke make up tank (MUT) memiliki batasan <20
cm
, jika tidak memenuhi batasan maka air akan dimasukkan kedalam service
tank untuk kebutuhan sehari-hari.

b. Sistem Desalination Plant Blok 2


Unit untuk blok 2 menggunakan tipe MED (Multi Effect Destilation). Air laut
diambil dari sea water intake dengan menggunakan sea water intake pump,
kemudian air laut dilewatkan ke sea water filter agar kotoran yang ada dalam air
laut tidak masuk ke evaporator. Sebelum masuk filter, air laut diinjeksikan,
sodium bisulfate yang berguna untuk menetralisir kandungan Clorine (C12)
bebas yang ada dalam air laut. Umpan air laut kemudian dimasukkan dalam sisi
tube final condenser untuk mendapatkan pemanasan awal sekaligus sebagai
pendingin steam yang ada. Air laut yang telah masuk kedalam final
condenser kemudian dibagi dua arus. Arus pertama adalah hanya digunakan
sebagai pendingin final condenser saja, air taut ini dikembalikan kelaut. Arus
kedua digunakan sebagai air umpan evaporator.
Air yang akan digunakan sebagai umpan evaporator ini di pompa menggunakan
make up pump, air laut diinjeksikan anti foam dan anti scale terlebih dahulu. Air
umpan yang telah mendapatkan pemanasan awal tadi kemudian digunakan
untuk mendingikan steam di vent intercooler condenser untuk mendinginkan
steam dari 4th effect. Lalu setelah mendapat panas dari steam masuk ke
evaporator effect 1st. 2nd. 3th, 4th. Steam yang digunakan untuk pemanas pada
proses desal ini diambil dari auxiliary boiler atau dari auxiliary steam header
unit (jika unit sudah beroperasi). Pada MED steam dibagi dua, steam pertama
32

digunakan untuk membuat sistem vakum dan yang kedua digunakan untuk
memanaskan sea water di effect 1st.
Di dalam evaporator pertama steam masuk ke tube-tube penukar panas.
Saat air laut di effect 1st di spray-kan ke tube-tube, air laut akan menguap dan
uap hasil dari efek 1st tersebut mengalir melalui demister dimana titik air laut
umpan yang mungkin terperangkap lalu terpisahkan dari uap yang tadi, uap
ini kemudian disalurkan menuju evaporator (effect) 2, dimana uap akan
mengembun dalam tube-tube sekaligus memanaskan air laut umpan nomor
2. Dari hal ini dapat disimpulkan produksi efek 1 menjadi uap pemanas pada
efek 2 dan uap yang diproduksi diefek 2 menjadi pemanas pada efek 3, begitu
seterusnya hingga efek 5. Uap dari efek 5 sebagian dimasukkan ke dalam
final condenser untuk diembunkan.
Di dalam evaporator, air laut dispray-kan pada permukaan tube-tube
penukar panas, sehingga terbentuk lapisan tipis pada sisi luar tube-tube yang
secara horizontal. Pada saat melewati tube sebagian air laut ada yang
menguap sehingga kandungan garamnya akan turun, dan terkumpul menjadi
air btine yang kemudian akan dibuang.
2. Demin Plant (Ion Exchanger)
Setelah proses desalinasi, air untuk masuk siklus periu dilakukdn
penghilangan mineral-mineral seperti Fe 2+, Mn2+ dan SiO2, proses ini
disebut demineralisasi. Proses demineralisasi adalah Proses
pengurangan mineral dengan menukarkan ion-ionnya (kation dan
anion). Air umpan dengan spesifikasi tertentu dialirkan ke ion
exchanger, oleh resin kation dan anion di dalam mixed-bed, kandungan
mineral dalam air disaring, sehingga produknya nanti mengandung
mineral-mineral yang sangat rendah. Ada dua tipe Ion Exchanger
berdasarkan bentuk plantnya,
a. Mixed Bed.
Ion exchanger ini hanya terdapat satu vessel dimana dalam vessel
tersebut mengandung resin kation dan anion (digabung).
b. Double Bed
33

Ion exchanger jenis ini memiliki dua vessel, vessel pertama berisi resin
kation, dan vessel yang lainnya berisi resin anion.
Resin kation adalah salah satu jenis resin bermuatan negative yang
akan menukarkan ion-ion positif, sedang resin anion bersifat positif positif
dan akan menukarkan ion-ion negative. Resin kation aktif dalam proses
pertukarannya yang berupa resin kation, dalam bentuk hydrogen dan resin
anion aktif dalam bentuk hidroksida. Bentuk-bentuk resin ada berbagai
macam, penggunaan ini tergantung kualitas akhir air yang akan diinginkan.
Reaksi pertukaran ion dalam resin adalah seperti reaksi berikut :
Resin Kation
R-H+C+ ⇄ R-C+H+ (3.3)
2R-H++C2+ ⇄ R2-C2++2H+ (3.4)
Resin Anion
R-OH-+A- ⇄ R-A-+OH- (3.5)
2R-OH-+2A- ⇄ R2-A2- + 2OH- (3.6)
Dimana:
R = Resin
C = Kation dalam bentuk Ca2+, Mg2+, dan Na+
A = Anion dalam bentuk HCO3-, Cl-, SO42-
Ion hydrogen dari kation akan bereaksi dengan ion hidrokisida dari
anion. Efek selanjutnya ion-ion yang terlarut dalam air akan
dipindahkan/diambil/dibuang dari air dan akan diganti dengan air murni.
Resin penukar ion berada dalam pressure vessels. Resin penukar ion dalam
vessels berupa hamparan resin dengan ketebalan tertentu (resin bed). Proses
penukaran impurities atau cemaran dalam air baku disebut exchange process.
Jika hamparan resin telah bertukar dengan ion-ion yang terlarut maka resin
akan menjadi jenuh dan tak bisa lagi melakukan penukaran ion dari
impurities atau cemaran/mineral dalam air baku. Disini harus dilakukan
regenerasi untuk mengembalikan resin menjadi aktif kembali dengan
mengembalikan ke bentuk Hydrogen Form untuk kation dan Hidroxide Form
untuk anion. Cara meregenerasinya adalah dengan mengalirkan HCl untuk
resin kation dan NaOH untuk resin anion.
34

Reaksi regenerasi pada kation :


R-C++HCl ⇄ R-H++C+ + Cl- (3.7)
R2-C2++2HCl ⇄ 2R-H++C2++2Cl- (3.8)
Reaksi regenerasi pada anion :
R-A-+NaOH ⇄ R-OH-+A-+ Na+ (3.7)
R2-A2-+2OH- ⇄ 2R-OH-+2A-+2Na+ (3.8)
Di pasar resin kation terdapat dalam bentuk Strong Acid (kation asam
kuat) dan Weak Acid (kation asam lemah). Strong Acid dapat menukarkan
semua kation yang berada dalam air baku, sedang Weak acid umumnya
hanya bisa menukar ion kelompok Hardness (kesadahan) terutama
carbonate content dan alkalinity. Begitupun dengan resin anion, terdapat
dalam bentuk Strong Base dan Weak Base. Resin Strong Base dapat
menukarkan baik ion-ion asam kuat maupun asam lemah, sedangkan anion
basa lemah hanya bisa menukarkan ion-ion asam kuat (terutama asam
klorida, asam sulfat dan asam nitrat) dan kemampuannya terbatas untuk
menukarkan asam lemah. Pemilihan ini bergantung pada kualitas air yang
diinginkan dan sumber air baku.
3.4.8. Internal Treatment
Internal Treatment adalah penambahan zat kimia pada air siklus, yang
bertujuan mencegah korosi sena mempertahankan kondisi unit. Berikut ini
merupakan internal treatment:
a. Penghilangan Oksigen (Oxygen Scavenger)
Masalah besar dari sebuah unit pembangkit termal adalah korosi.
Kondisi operasi pada suhu dan tekanan yang tinggi memberikan
dampak yang signifikan terhadap korosi dan umur alat. Korosi sendiri
terjadi karena adanya oksigen (O2) yang bereaksi dengan besi (Fe)
membentuk karat.
4Fe2+ + O2 + 4H+ → 4 Fe3+ + 2H2O (3.11)
Fe3+ + H2O → Fe(OH)3 (karat) (3.12)
Fe3+ + O2 → Fe2O3 (karat) (3.13)
Untuk menghilangkan O2 yang terlarut ini digunakan dua cara, yaitu secara
fisika (deaerator) dan secara kimiawi (injeksi hidrazin).
35

1. Deaerator
Prinsip kerjanya ialah air sebelum dipompa oleh BFP (Boiler Feed
Water) di spray dan dihembuskan uap panas hasil ekstraksi di HP
turbin sehingga oksigen terlarut terbawa oleh uap dan dibuang keluar.
Selain untuk menghilangkan oksigen, deaerator juga berfungsi sebagai
pemanas awal air sebelum masuk HP Heater.
2. Injeksi
a. Hydrazine
Secara kimia dilakukan injeksi hyrdrazine (N2H4) untuk menangkap O2
terlarut, dan diinjeksikan ke dalam condensate line.
N2H4 + O2 → N2 + 2H2O (3.14)
Penambahan hydrazine dibuat berlebih, karena selain untuk
meyakinkan bahwa O2 sudah diserap sempurna, juga untuk
meningkatkan pH. Hidrazin pada suhu tinggi juga akan berubah
menjadi NH3, selain itu dapat bereaksi dengan besimenghasilkan
lapisan magnetit Fe3O4 berupa lapisan hitam yang dapat membantu
proteksi pipa dari korosi.
3N2H4 → NH3 + N2 T= 200℃ (3.15)
6Fe2O3 + N2H4 → 4Fe3O4 + N2 + 2H2O (3.16)
Namun, pada PLTU konsentrasi NH3 ini dibatasi karena dapat bereaksi
dan mengikis tembaga pada tube heater.
Cu + 4NH3 + ½O2 → Cu(NH3)4(OH)2 (3.17)
b. Phosphating
Injeksi fosfat dilakukan untuk mencegah terjadi kerak (scaling) yang
dapat berakibat pada menurunnya perpindahan panas, sehingga
efesiensi menurun. Selain itu, fosfat digunakan untuk mengontrol pH.
6PO43- + 10Ca2 + 2OH- → [Ca3(PO4)2]3. Ca(OH)2 (3.18)
Mineral-mineral penyebab kesadahan akan bereaksi dengan posfat
dalam pH basa membentuk hidrosiapatit berbentuk lumpur sehingga
dapat dikeluarkan saat blowdown.
c. Ammonia
36

Ammonia diinjeksikan sebelum Feed Water sebagai volatile amine


dengan tujuan untuk menaikkan pH air pengisi boiler, sehingga
terhindar dari korosi. Amonia juga dapat berfungsi sebagai penetralisir
asam lemah yang terjadi akibat adanya gas CO 2 yang merupakan salah
satu komponen penyebab korosi.
3.4.9. Hypoclorite Plant
Chlorination Plant adalah suatu metode produksi senyawa chlorine
yaitu NaOCl (sodium hypchlorite) dengan cara elektrolisis pada air laut. Pada
instalasi pembangkit listrik termal yang emerlukan air laut untuk pendingin
condenser, zat NaOCl berfungsi untuk melumpuhkan (disinfektan) biota laut
agar tidak bersarang dan merusak (biofouling) pada instalasi-instalasi yang
menggunakan air laut, karena air laut mengandung berbagai
mikroorganisme, bakteri, protozoa yang akan memberikan konstribusi untuk
pembentukan biofouling pada permukaan benda. Biofouling adalah koloni
bakteri yang tumbuh pada permukaan benda dimana sumber karbon dan
nutrisi tersedia. Efek biofouling ini adalah tereduksinya heat transfer pada
condenser yang menyebabkan biaya operasional dan perawatan menjadi
mahal.
Proses shock dosing memproduksi sodium hypochlorite menggunakan
elektrolisa. Elektrolisa adalah metode untuk menggunakan arus listrik searah
untuk menggerakkan sebuah reaksi kimia non-spontan. Elektrolisa sering
sekali digunakan untuk memisahkan unsur kimia dalam suatu senyawa kimia
atau untuk memicu reaksi untuk membentuk senyawa kimia baru. Untuk
kapasitas besar, diperlukan arus listrik yang tinggi agar proses reaksi kimia
menjadi efektif dan efisien. Shock dosing bertujuan untuk mengganggu
kekebalan biota laut terhadap dosing sodium hypochlorite, sehingga
diharapkan dengan shock dosing ini biota-biota laut yang telah beradaptasi
dengan injeksi zat NaOCl dapat dilumpuhkan.
Dari Gambar 3.11. dapat dijelaskan prinsip kerja dari chlorination
plant adalah sebagai berikut :
1. Air laut disuplai dari header MCW/DSWP dengan tekanan > 0,5 bar.
37

2. Dengan menggunakan raw sea water booster pump (tekanan 2 barG)


air laut di pompakan ke lamella separator.
3. Pada tanki lamella separator diinjeksikan polyelectrolite yang
berfungsi untuk mengikat kotoran-kotoran air laut menjadi gumpalan
dan di-drain, penyaringan dari partikel 3665μ menjadi 100 μ.
4. Air laut dengan ukuran partitel 100μ mengisi sea water storage tank
melalui saluran over flow, yang ada pada bagian atasnya.
5. Dari sea water storage tank air laut dipompakan dengan
menggunakan sea water booster pump (tekanan 3,5 barG) dan disaring
dengan automatic backwash strainer ke arah Seachlor hypochlorite
generator (modul generator).
6. Pada modul generator terjadi proses elektrolisa dimana sel generator
di berikan arus DC (0 ~ 1 000 A). Air laut akan terurai menjadi Sodium
hypochlorite dan gas hidrogen.

3.5. Sistem Pengendalian Mutu


Sistem Pengendalian mutu di PT PJB UP Muara Karang sebagai berikut :
3.5.1. Pengendalian Proses
Rencana dan Evaluasi Operasi (Rendalop) merupakan bidang dibawah
divisi Operasi yang salah satunya bertugas untuk mengolah data yang telah
dicatat oleh operator dalam logsheet/perangkat lainnya untuk ditindaklanjuti
bila terjadi penyimpangan operasi. Selain itu, Rendalop pun bertugas untuk
mendata total konsumsi energi dan total produksi secara berkala,
mengevaluasi kinerja peralatan dan lainnya yang berkaitan dengan proses
operasi pembangkit. Keseluruhan data ini dibuat dalam laporan bulanan.
Untuk proses operasi, pengendalian di pembangkit ataupun pengolahan thr
prosesnya sudah otomatis menggunakan sistem PLC (Programmable Logic
Controllier).
3.5.2. Laboratorium
Sistem pengendalian mutu terutama laboratorium sangat penting
guna memantau kelayakan air proses maupun bahan bakar minyak di UP
Muara Karang. Sistem pemantauan kualitas air proses dilakukan setiap hari
38

dalam tiga shift sedangkan untuk pemantauan bahan bakar minyak sudah
terjadwal di 12 Weekly Scheduling. Alat-alat yang, berperan penting dalan
proses tersebut di antaranya :
Tabel 3.1. Jenis Alat di Laboratorium
No Nama Alat Fungsi
1. pH Meter merk Mettler Toledo Mengukur pH make up water,
feed water, air dari kondensor
dan air LP/HP drum
2. Conducyivity Meter merk Thermo Mengukur daya hantar make
up water, feed water, air dari
kondensor dan air dari LP/HP
drum
3. Flash Point Tester merk Seta Mengukur flash point pada
sampel bahan bakar minyak
HSD
4. Spektrofotometer UV/Vis merk Hach Mengukur unsur/senyawa
yang terkandung dalam air
5. Viscometer merk Koehler Mengukur kekentalan pelumas
6. Water Content Analyzer merk Mengukur kadar air pada
Mettler Toledo pelumas, dan bahan bakar
dengan metode Karl-Fischer
7. Gas Chromatography merk Agilent Analisa komposisi, nilai kalor,
7980 A dan Specific gravity dari
sampel gas alam.
(PT PJ UP Muara Karang, 2019)
3.6. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengelolaan K3 yang dijalankan PJB berpedoman pada OHSAS 18001.
Terkait pelaksanaan SMK3 di lingkungan perusahaan, PJB mengacu pada
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang implementasi SMK3.
Kemudian, untuk mendukung hal tersebut, PJB memiliki kebijakan internal
terkait pengelolaan K3 yaitu Surat Keputusan Direksi No.
084.K/020/DIR/2014 tentang kebijakan Sistem Manajemen PT
Pembangkitan Jawa-Bali. Kebijakan tersebut merupakan pedoman yang
39

berlaku bagi seluruh elemen Perusahaan, khususnya unit-unit pengelola K3


karyawan.
Proses pembinaan implernentasi K3 di lingkungan kerja unit PJB dimulai
dari pembentukan organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3), sesuai Permenaker RI No. PER.04/MEN/1987. Hal tersebut
diharapkan dapat menjaga dan mengernbangkan bentuk-bentuk kerjasama
dan pertisikasi aktif setiap elemen Perusahaan dalam penerapan K3. PJB
telah memiliki sasaran-sasaran pengelolaan K3 tahun 2016, yang disusun
selaras dengan kebijakan pengelolaan lingkungan. Sasarana-sasaran tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Seluruh parameter pengelolaan K3 memenuhi ketentuan peraturan
pemerintah terkait dengan peraturan K3 yang berlaku.
b. Tercapainya zero accident di seluruh unit pembangkit.
c. Sertifikat sistem manajemen OHSAS 18001 dan SMK3 pada semua unit
data dipertahankan.
Potensi bahaya yang ada di PT PJB UP Muara Karang antara lain
terjadinya kerusakan pada saraf pendengaran, bahaya tegangang listrik yang
tinggi, kebakaran yang disebabkan bahan kimia, dll. Untuk penanganan
potensi bahaya yang timbul, PT PJB UP Muara Karang menyediakan alat
pelindung diri berupa Helm Safety, Kaca mata pelindung, Earplug, baju
wearpack, dan sepatu safety. PT PJB UP Muara Karang juga menyediakan
simbol-simbol tanda bahaya dan alat pemadam kebakaran di setiap tempat
yang memiliki potensi kebakaran. Selain itu dilakukannya pelatihan K3 bagi
Karyawan PT PJB UP Muara Karang.

3.7. Pengelolaan Limbah Pabrik


Pengelolaan limbah PT PJB UP Muara Karang ditangani oleh Departemen
Lingkungan. Tugas dari departemen ini adalah melakukan upaya
pemeliharaan lingkungan perusahaan, pengelolaan limbah dan penanganan
limbah sehingga memenuhi standard dan peraturan yang ditetapkan
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Selain itu,
departemen ini juga melakukan aktivitas pelestarian lingkungan dan
pengembangan masyarakat sekitar perusahaan. Limbah yang dihasilkan PT
40

PJB UP Muara Karang berupa limbah padat, limbah cair, limbah B3 dan emisi
gas buang.
3.7.1. Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT PJB UP Muara Karang berasal
dari aktivitas kantor. PT PJB UP Muara Karang menerapkan sistem
pengelolaan sampah secara 3R. Ditandai dengan adanya pemilihan sampah
sesuai dengan jenisnya yaitu, sampah B3, sisa makanan, plastik dan kertas.
Pengangkutan limbah padat dilakukan 2 kali dalam seminggu, setiap hari
selasa dan kamis.

REDUCE

REUSE SAMPAH RECYCLE

RESIDU

Angkut

Pengolahan/Pemrosesan
Akhir Sampah (TPA/Landfill)

Gambar 3.2. Flow Pengolahan Limbah Padat


(PT PJ UP Muara Karang, 2019)
3.7.2. Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan PT P.113 UP Muara Karang WWTP. Waste
Water Treatment Plant (WWTP) PT PJB UP Muara Karang berfungsi sebagai
pengolahan air limbah proses utama yang berasal dari proses produksi PLTU
Unit 4 dan 5 serta PLTGU Blok 2. Sistem kerja unit pengolahan air limbah ini
41

menggunakan sistem pengolahan secara fisika dan kimia. Pengolahan secara


fisika menggunakan prinsip penyaringan dan pemisahan endapan, kemudian
untuk pengolahan secra kimia dengan melakukan penambahan zat-zat kimia
seperti HCl, NaOH zat koagulan ataupun zat flokulan.
Unit instalasi pengolahan air limbah ini direncanakan untuk debit
yang masuk sebesar 40 m 3/jam dan beroperasi setiap hari selama 8 jam atau
sesuia dengan berjalannya proses produksi, oleh karena itu unit pengolahan
limbah cair ini memiliki sebuah control room yang dikendalikan oleh
operator untuk mengawasi jalannya proses pengolahan. Pada control room
ini memiliki laboratoriurn, laboratorium tersebut digunakan untuk
melakukan pemeriksaan setiap harinya terhadap data kualitas air limbah
untuk TSS, TDS, dan Conductivity. Namun untuk melakukan hasil uji
laboratorium yang akurat dan lebih lengkap dilakukan laboratorium
eksternal.
Air limbah yang dihasilkan berasal dari sisa kegitan produksi utama
PLTU Unit 4, 5 dan PLTGU Blok 2. Pada WWTP ini memiliki beberapa
instalasi pengolahan yaitu sump pit, oil flotation, waste water storage pond,
oxidation pit, coagulant dan floculant, clarifier, neutralizing pit, clear pit, sand
filter dan effluent pit, kemudian untuk pengolahan lumpur menggunakan
instalasi bak thickener dan filter press. WWTP ini dilengkapi dengan flow
meter yang terletak di awal masuk unit dan di akhir unit yang berfungsi
untuk membaca debit yang masuk dan debit yang terolah pada WWTP.
3.7.3. Pengelolaan Limbah B3
Limbah B3 PT PJB UP Muara Karang berasal dari proses produksi,
maintenance, auxiliary equipment, laboratoruim dan kantor. Limbah tersebut
diantaranya, aki bekas, limbah laboratorium, limbah terkontaminasi B3,
kemasan bekas B3, minyak pelumas bekas, limbah elektonik, sludge IPAL, dan
refraktori. Limbah B3 yang telah dihasilah kemudian dikumpulkan dan
disimpan di TPS Limbah B3. Limbah B3 yang telah disimpan di TPS Limbah
B3, kemudian akan diangkut oleh pihak ketiga untuk dilakukan pengelolaan
dan pengolahan lebih lanjut. TPS Limbah B3 tersebut memiliki izin
42

penyimpanan dari Keputusan Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu


Provinsi DKI Jakarta No. 89 Tahun 2016.
3.7.4. Pengelolaan Limbah Emisi Gas Buang
Limbah Emisi Gas buang ini dihasilkan dari proses produksi PT PJB UP
Muara Karang yaitu pada proses gas yang terjadi di boiler. Gas ini-memiliki
beberapa kandungan polutan, diantaranya partikulat, SO 2, NO2, CO, dan CO2
yang dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pencemaran. Untuk
menghindari terjadinya pencemaran perlu dilakukan pengelolaan dari emisi
gas buang tersebut, PT PJB UP Muara Karang melakukan pemasangan alat
Pengendalian Pencemaan Udara untuk mereduksi kandungan polutan yang
ada dalam gas buang sehingga sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
Alat Pengendalian Pencemaran Udara yang digunakan oleh PT PJB UP Muara
Karang berupa Cyclone yang berfungsi untuk menyisihkan pertikulat atau
debu yang ada dalam flue gas yang berasal dari hasil pembakaran di boiler.
BAB IV

TUGAS KHUSUS
4.1. TUGAS KHUSUS 1
PERHITUNGAN EFESIENSI METODE HEATRATE TURBINE UNIT 4
4.1.1. Latar Belakang
Kebutuhan energi merupakan faktor penting yang sangat menunjang
bagi kehidupan masyarakat di dunia. Salah satu energi yang dimaksud adalah
energi listrik. Energi listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan oleh
setiap manusia. Kebutuhan akan listrik berkembang pesat disertai dengan
meningkatnya jumlah pembangkit yang ada. Rasio elektrifikasi (jumlah
pengguna listrik) di Indonesia saat ini sudah mencapai 84% dan menurut
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, rasio elektrifikasi diharapkan
mencapai 95% hingga tahun 2019 sesuai dengan penamahan daya
pembangkit di Indonesia sebesar 35.000 MW. Tentu dengan hal itu,
perkembangan pembangkit listrik harus sejalan dengan rencana tersebut.
Salah satu produsen listrik yang berada di Indonesia adalah PT
Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) yang merupakan anak perusahaan dari PLN
Persero. (Apriandi dan Mursadin, 2016)
Salah satu unit yang bergerak dibidang pembangkitan listrik yang
dimiliki oleh PT PJB adalah UP Muara Karang yang terletak di Jakarta Utara.
PT PJB UP Muara Karang terdiri dari PLTGU Blok 1, PLTU 4-5 dan PLTGU
Blok 2 (JOM M Karang) dengan jumlah kapastitas PLTGU Blok 1 dan PLTU 4-
5 adalah 908,6 MW dan PLGTU Blok 2 sebagai aset operator Jasa Operasi &
Maintenance (JOM) adalah 609 MW. PT PJB UP Muara Karang menjadi
pemasok listrik bagi wilayah Daerah Ibu Kota Jakarta terutama daerah VVIP
yaitu Istana Negara, Gedung DPR-MPR, dan Bandara Soekarno-Hatta.
Komponen penting pada pembangkit listik tenaga uap (PLTU) salah
satunya adalah Turbine. Turbine uap berfungsi untuk mengubah energi panas
yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
Proses pembangkitan listrik di PLTU Muara Karang memiliki daya rated yang
dibangkitkan (rated output) oleh turbine generator sebesar 300MW. Hal ini

43
44

berdasarkan pada desain awal yang tertera dalam manual book. Secara
aktual, daya yang dibangkitkan tidak statik pada nilai rated. Kondisi saat ini
PLTU Muara Karang telah beroperasi selama 6 tahun dan telah mengalami
banyak permasalahan yang dapat menurunkan efisiensi unit pada umumnya
dan secara spesifiknya pada efisiensi turbine generator.
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap yang secara umum
digunakan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sumber panas untuk
siklus Rankine dapat berasal dari batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir,
bio masa dan panas matahari. Sistem tenaga uap sederhana siklus Rankine
terdiri atas empat komponen yakni Pompa, Boiler, Turbine dan Kondensor.
Efisiensi dari turbine akan mempengaruhi kinerja dari sistem PLTU. Semakin
besar efisiensinya maka keandalan sistem juga semakin baik. Selama 5 tahun
beroperasi, diperkirakan efisiensi turbine mengalami penurunan akibat
beberapa faktor seperti sering terjadinya derating (penurunan beban) atau
trip (unit shutdown), faktor lamanya pemeliharaan, kesalahan dalam
pengoperasian dan perawatan serta faktor-faktor lain. (Apriandi dan
Mursadin, 2016)
Oleh karena itu perlu dilakukan analisa terhadap efisiensi turbine
apakah masih dalam batasan kondisi yang andal atau tidak. Maka pada
Laporan Kerja Praktek ini, penulis akan mengambil judul Tugas Khusus
mengenai “Analisis Efisiensi Turbine Uap Unit 4 PLTU Muara Karang”.

4.1.2. Permasalahan
Permasalahan yang diambil pada tugas khusus ini adalah “Analisis
Efisiensi Turbine Uap Unit 4 PLTU Muara Karang”.

4.1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya tugas khusus ini adalah untuk mengetahui efesiensi
turbine generator, laju alir steam secara teori juga secara aktual, dan
banyaknya komsumsi steam turbine di PLTU Muara Karang Unit 4.
45

4.1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup permasalahan yang dilaporkan pada kerja praktek
pada tanggal 6 September 2019 sampai dengan 5 Oktober 2019 di PT PJB UP
Muara Karang adalah sebagai berikut:
1. Profil perusahaan PT PJB UP Muara Karang diantaranya: gambaran
umum, struktur organisasi perusahaan dan deskripsi dari struktur
organisasi perusahaan.
2. Gambaran umum proses di PLTU Muara Karang.
3. Efesiensi turbin di PLTU Muara Karang Blok 4 yang akan dijadikan
tugas khusus.

4.1.5. Tinjauan Pustaka


4.1.5.1. Pengertian PLTU Secara Umum
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu sistem
pembangkit termal dengan menggunakan uap air sebagai fluida kerjanya,
yaitu dengan memanfaatkan energi kinetik uap untuk menggerakkan poros
sudu-sudu turbine. Proses untuk memproduksi listrik dengan tenaga uap
adalah dengan mengambil energi panas yang terkandung dalam bahan bakar,
untuk memproduksi uap kemudian di pindahkan ke dalam turbine dan
turbine tersebut merubah energi panas menjadi energi mekanis dalam
bentuk gerak putar. Kemudian karena poros turbine dan poros generator
dikopel maka generator akan ikut berputar sehingga bisa menghasilkan
listrik. Dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap ada 4 komponen utama yaitu
Boiler, Turbine, Condensor, dan Pompa. (Kurniawan 2012)
Pada instalasi pembangkit daya yang memanfaatkan uap bertekanan
tinggi untuk menggerakkan turbine uap, digunakan suatu acuan siklus kerja
yang mejadi dasar dari pengoperasian instalasi pembangkit tersebut. Siklus
kerja yang digunakan pada instalasi pembangkit pada PLTU adalah siklus
Rankin (Rankine cycle), dimana air sebagi fluida kerja dalam siklus akan
digunakan sebagai mediator pembangkitan tenaga dengan memanfaatkan
perubahan fasa antara cairan dan uap melalui suatu proses perpindahan
panas (Kurniawan 2012).
46

Dalam PLTU, energi primer yang dikonversikan menjadi energi


listrik adalah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa
batubara (padat), minyak (cair) atau gas. Ada kalanya PLTU menggunakan
kombinasi beberapa macam bahan bakar. Konversi energi tingkat pertama
yang berlangsung dalam PLTU adalah konversi energi primer menjadi energi
panas (kalor). Hal ini dilakukan dalam ruang bakar dari ketel uap PLTU.
Energi panas ini kemudian dipindahkan kedalam air yang ada dalam pipa
ketel. Uap dari drum ketel dialirkan ke turbine uap. Didalam proses turbine
uap, energi enthalpy dari uap akan dikonversikan menjadi energi mekanis
penggerak generator dan akhirnya energi mekanik dari turbine uap tersebut
akan dikonversikan menjadi energi listrik oleh generator. (Badan Pengkajian
Dan Penerapan Teknologi, 2015)
Secara skematis proses-proses diatas diperlihatkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Prinsip Kerja PLTU


(Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2015)
PLTU pada dasarnya memiliki pemanas ulang dan pemanas awal serta
mempunyai tiga turbine yaitu turbin tekanan tinggi, turbine turbin tekanan
menengah, dan turbine tekanan rendah.
4.1.5.2. Turbine Uap
Turbine uap adalah suatu penggerak mula yang menngubah energi
potensial uap menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya
diubah menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran poros turbin sehingga
47

dapat digunakan sebagai penggerak generator. Poros turbin, langsung atau


dengan bantuan roda gigi reduksi dihubungkan dengan mekanisme yang
digerakkan. Tergantung pada jenis mekanisme yang digerakkan, turbin uap
dapat digunakan pada berbagai bidang industri atau pembangkit tenaga
listrik. (Najamudin, 1990)
Uap (steam) yang dimaksudkan uap air yaitu gas yang timbul akibat
perubahan fase air (cair) menjadi uap (gas) dengan cara pendidihan
(boiling). Saat melakukan proses pendidihan diperlukan energi panas, yang
diperoleh dari sumber panas, misalnya dari pembakaran bahan bakar (padat,
cair, dan gas), tenaga listrik dan gas panas sebagai sisa proses kimia serta
tenaga nuklir. Penguapan bisa saja terjadi di sembarang tempat dan waktu
pada tekanan normal (atm mutlak), bila di atas permukaan zat cair tekanan
turun (atau diturunkan) dibawah tekanan mutlak. Uap yang dihasilkan
dengan cara demikian tidak mempunyai energi potensial, jadi tidak dapat
dipergunakan sebagai sumber energi. Sudah beribu-ribu tahun manusia
bersahabat dengan uap air, yaitu semenjak manusia bisa melakukan
pekerjaan merebus air (boiling), tetapi hanya baru dua abad ini mereka
menemui bagaimana untuk mempergunakan uap bagi kepentingan mereka.
(Subagyo, 2018)
Secara umum, turbine uap terdiri dari bagian diam yang disebut
stator atau rumah turbine dan bagian yang berputar yang disebut rotor. Pada
stator terdapat nozzel, dimana uap diekspansikan didalamnya sehingga
kecepatannya naik, sedangkan pada rotor terdapat sud gerak dan cakram
yang merupakan dudukan sudu gerak karena bentuk sudu gerak yang dibuat
lengkung sedemikian rupa sehingga perubahan momentum uap yang
mengalir diantara sudu akan menimbulkan gaya yang bekerja pada
lengkungan sudu sehingga terdorong. Dorongan ini selanjutnya
ditransmisikan oleh cakram dan mengakibatkan putaran pada poros turbine.
(Najamudi, 1990)
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Turbine yang
digunakan dibedakan menjadi 3 berdasarkan perbedaan tekanannya, yaitu:
48

1. High Pressure (HP) Turbine


HP s mengekspansikan uap utama yang dihasilkan dari superheater,
kemudian uap keluar HP Turbine dipanaskan kembali pada bagian
entalpi uap. Uap reheat lalu diekspansikan di dalam Intermediate
Pressure (IP) turbine.
2. Intermediate Pressure (IP) Turbine
IP Turbine mengekspansikan uap reheat dari reheater, kemudian uap
tersebut diekspansi ke Low Pressure turbine tanpa pemanasan.
3. Low Pressure (LP) Turbin
LP turbine mengekspansikan uap dari IP turbin.
4.1.5.3. Prinsip Kerja Turbine Uap
Turbine uap adalah suatu mesin panas (heat engine) dimana energi
uap dikonversikan menjadi kerja. Pertama kali, energi dalam uap
diekspansikan melalui nosel dan dikonversikan menjadi energi kinetik yang
kemudian dikonversikan menjadi kerja pada sudu rotor yang berputar.
Umumnya turbin terdiri dari empat bagian utama. Rotor merupakan bagian
berputar yang membawa sudu atau bucket. Stator terdiri dari silinder dan
casing yang di dalamnya rotor berputar. Turbine memiliki alas (base) atau
kerangka (frame), dan nosel-nosel atau lintasan aliran uap yang
mengekspansikan uap yang mengalir. Silinder, selubung (casing) dan
kerangka adalah terpadu. Bagian lain yang diperlukan untuk operasi yang
sebenarnya meliputi sistem kontrol, pemipaan, sistem pelumasan dan
kondenser yang terpisah. Prinsip kerja turbine uap dijelaskan secara umum
pada penjelasan dibawah ini:
1. Konversi Energi Kinetik Uap menjadi Kerja Sudu (Blade Work)
Uap dari boiler diekspansikan pada nosel, menghasilkan suatu
pancaran jet kecepatan tinggi. Pancaran jet uap ini mengenai sudu
(blade) yang berputar terpasang pada poros. Aliran pancaran uap
mengalami perubahan arah gerak yang meningkatkan perubahan
momentum dan menimbulkan gaya.
49

Prinsip operasi
Hubungan antara kerja, gaya dan kecepatan sudu dapat digambarkan
pada gambar berikut. Turbine uap kebanyakan berjenis aliran aksial (axial
flow), uap mengalir melalui sudu dengan arah sejajar sumbu poros turbin.
Jenis aliran radial (radial flow) sangat jarang digunakan. Perhatikan sudu
tanpa gesekan yang membelokkan uap hingga 180° dan uap keluar dengan
kecepatan mutlak 0. Kondisi ini merupakan kemungkinan pengkonversian
terbesar energi kinetik dari semburan uap yang masuk sudu menjadi kerja
sudu.
Perhatikan hubungan antara kecepatan mutlak V1 semburan uap yang
memasuki sudu dengan kecepatan putar sudu tersebut, untuk kecepatan
sudu tertentu, hubungan ini memungkinkan mendesain nosel sedemikian
sehingga kecepatan uap keluar sudu menghasilkan konversi energi
maksimal, efisiensi maksimum. Andaikan W adalah kecepatan uap relatif
terhadap sudu:
V1 = W1 + Vb
V2 = W2 Vb
V1 W1

V2 Vh
W2

Jika rotor turbine dikunci, jet uap mengerahkan kekuatan maksimum pada
bilah, tetapi tidak ada pekerjaan yang dilakukan karena blade tidak bergerak.

Jika blade bergerak pada 1/4 kecepatan jet, gaya pada blade berkurang, tetapi
beberapa pekerjaan dilakukan dengan menggerakkan blade.
50

Pekerjaan maksimal dilakukan ketika blade bergerak dengan kecepatan 1/2


jet. Kecepatan relatif bilah meninggalkan uap adalah nol.
Gambar 4.2. Kecepatan aliran uap versus kecepatan sudu
(Hutomo, 2015)

Gambar 4.3. Kurva gaya versus kerja oleh uap


(Hutomo, 2015)
Jika sudu tanpa gesekan, maka W2= - W1 . Selanjutnya, karena konversi energi
pada sudu adalah sempurna, maka , sehingga diperoleh:
V1 + V2 = W1 + W2 + 2Vb
V1 = 2Vb
Selanjutnya, gaya sentrifugal karena putar dan keterbatasan kekuatan bahan
maka kecepatan sudu dibatasi. Dengan kecepatan putar sudu ditentukan,
maka dapat ditentukan kecepatan mutlak terbaik yang memasuki sudu.
4.1.5.4. Klasifikasi Turbine Uap
Berdasarkan operasinya, turbine uap dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
51

1. Turbine impuls (Impulse turbine)


Pada turbin impuls, penurunan tekanan hanya terjadi pada nosel dan
tidak terjadi pada sudu bergerak. Hal inidiperoleh dengan membuat
laluan sudu (blade) memiliki luas penampang yang tetap sama.
a. Turbine impuls-reaksi (Impulse-Reaction turbine)
Pada turbin ini, penurunan tekanan terjadi pada nosel tetap dan juga
pada sudu bergerak. Penurunan tekanan dialami uap ketika mengalir
melalui sudu bergerak menyebabkan terjadinya energi kinetik lebih
lanjut di dalam sudu-sudu ini, memberikan kenaikan reaksi dan
menambah gaya mendorong yang dikenakan melalui rotor ke poros
turbin. Luas penampung laluan sudu dibuat bervariasi (converging
type).

Gambar 4.4. Prinsip kerja turbin Impuls dan turbin Reaksi


(Hutomo, 2015)
Turbine uap diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dibedakan dari bentuk lintasan uap antara sudu-sudu:
a. Impulse
- Simple, or single-stage
- Velocity-stage, Curtis
52

- Pressure stage, Rateau


- Combination pressure and velocity stage
b. Reaction, Parsons
c. Combination impulse and reaction
2. Dibedakan dari susunan aliran utama:
a. Single-flow
b. Double-flow
c. Compound, two-or-three cylinder, cross- or tandem-connected
d. Divided-flow
3. Dibedakan dari arah aliran uap relatif terhadapbidang putar:
a. Axial-flow
b. Radial-flow
c. Tangential-flow
4. Dibedakan dari pengulangan aliran uap melalui sudu:
a. Single-pass
b. Reentry or repeated flow
5. Dibedakan dari kecepatan putar (speed):
a. For 60-sysle generators
b. For 50-cycle generators
c. For 25-cycle generators
d. For geared units and for direct-connected or electric drive marine
units, no special speed requirements
6. Dibedakan dari gerakan relatif rotor:
a. Single-motion
b. Double-motion
7. Dibedakan dari kondisi uap dan keluarnya:
a. High-pressure condensing
b. High-pressure non-condensing
c. Back-pressure
d. Superposed or topping
e. Mixed-pressure
f. Regenerative
53

g. Extraction, single
h. Extraction, double
i. Reheating or resuperheating
j. Low-pressure

Gambar 4.5. Kurva tekanan dan kecepatan uap pada turbine Curtis dan
Rateau
(Hutomo, 2015)
b. Turbine impuls sederhana (simple Impulse turbine)
Komponen utama turbin adalah: serangkaian nosel, rotor yang
terpasang pada poros (shaft), seangkaian sudu gerak (moving blades)
yang terpasang pada rotor, dan satu selubung (casing). Suatu turbine
impuls sederhana dapat digambarkan seperti di bawah ini. Bagian atas
gambar menunjukkan belahan memanjang bagian atas turbine, bagian
tengah gambar menunjukkan bentuk sesungguhnya nosel dan sudu
putar, dan bagian bawah menunjukkan variasi kecepatan mutlak dan
54

tekanan mutlak uap ketika mengalir melalui lintasan nosel dan sudu
gerak.

Gambar 4.6. Turbine impuls sederhana


(Hutomo, 2015)
c. Pencampuran turbine impuls (Compounding of impulse turbine)
Hal ini dilakukan untuk menurunkan kecepatan putar turbin impuls
hingga ke batas praktis. Pencampuran diperoleh dengan
menggunakan lebih dari satu set rangkaian nosel, serta sudu gerak
dan rotor secara berurutan pada poros, ssehingga kedua tekanan dan
kecepatan pancaran uap diserap oleh turbine secara
bertahap/bertingkat.
Ada tiga tipe turbine impuls campuran, yaitu:
1. Campuran tekanan (pressure compounded),
2. Campuran kecepatan (velocity compounded),
3. Campuran tekanan dan kecepatan (pressure and velocity
compounded).
d. Turbine impuls campuran tekanan (Pressure compounded impulse
turbine)
Hal ini meliputi pembagian keseluruhan penurunan tekanan dari dada
uap (steam chest) hingga tekanan di kondenser menjadi serangkaian
penurunan tekanan yang lebih kecil melalui beberapa tingkat turbine
impuls. Nosel dipasang pada diafragma yang didudukkan pada
55

selubung casing. Diafragma ini memisahkan suatu ruang roda (wheel


chamber) satu dari yang lainnya. Seluruh rotor dipasang pada poros
yang sama dan sudu-sudu dilekatkan pada rotor. Variasi tekanan dan
kecepatan ditunjukkan pada diagram berikut :

Gambar 4.7. Turbine impuls campuran tekanan


(Hutomo, 2015)
4.1.5.5. Peralatan Bantu Turbine
Peralatan bantu turbine terdiri atas peralatan yang mendukung
operasi turbine agar berjalan secara aman dan terkendali. Peralatan bantu
turbin terdiri dari :
1. Sistem pelumasan
Menurut Prayitno dkk, (2019) sistem pelumasan memilki fungsi
yaitu sebagai berikut :
a. Sebagai pelumas.
b. Pencegah kontrol.
56

c. Pendinginan terhadap panas yang timbul karena gesekan.


d. Pengangkut partikel-partikel pengotor yang timbul karena gesekan.
Sistem pelumasan sering terjadi pada turbine terutama pada bagian
bearing. Sistem pelumasan merupakan sirkulasi tertutup yang menggunakan
pompa-pompa sebagai sumber tenaga sirkulasi dan pemipaan sebagai sarana
aliran sirkulasi adapun peralatan sistem pelumasan adalah sebagai berikut :
1. Pompa-pompa
2. Tangki penampung (main oil tank)
3. Oil conditioner (pembersih)
4. Oil cooler (pendinginan)
5. Pipa-pipa
6. Filter (penyaring)
7. Minyak pelumas (sebagian sekaligus sebagai kontrol oil)
Untuk secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pompa-pompa
Sistem pelumasan menggunakan beberapa pompa-pompa yang
digunakan pada saat dan fungsi yang berbeda :
a. Pompa utama (main oil pump)
Pompa utama dikopel pada bagian pedestal pada poros Turbine,
fungsi pompa utama yaitu untuk mensuplai minyak pelumas dan
kontrol oil (minyak kontrol pada sistem governer). Pada saat turbine
telah mencapai kecepatan nominal (3000 rpm) dan ketika akan
mencapai kecepatan nominal. Tipe pompa utama adalah sentrifugal
dengan tekanan outlet 22-27 kg/cm2.
b. Pompa bantu (Auxiliary Oil Pump)
Pompa bantu fungsinya sama dengan pompa utama, digunakan pada
saat start up Turbin sampai hampir mencapai kecepatan nominalnya.
Pompa ini juga digunakan pada saat shut down turbin, pompa
iniakan otomais beroperasi setelah tekanan minyak pelumas turun
sampai harga 0,8-0,9 kg/cm2, ketika kecepatan turbine mulai turun
pada proses shut down. Pompa bantu terdiri atas 1 motor dan 2
57

pompa, satu untuk sistem governer dan satu untuk pelumasan kedua
pompa ini dikopel pada satu poros.
c. Pompa pelumasan turning gear
Pompa ini digerakkan oleh motor AC dan hanya mensuplai minyak
pelumas saja. Pompa ini digunakan bila turbine sedang diputar oleh
turning gear pada kecepatan 3 rpm. Pompa ini dioperasikan pada
saat menjelang start up dan akhir proses shut down.
d. Pompa pelumas darurat
Pompa ini digerakkan oleh motor DC, pompa ini berfungsi mensuplai
minyak pelumas saja dan hanya pada keadaan darurat. Keadaan
darurat yang dimaskud adalah jika pompa-pompa lain terganggu dan
tak dapat beroperasi baik disebabkan kerusakan alat atau karena
gagalnya suplai daya listrik AC, contohnya pada kondisi blok out.
e. Jacking Oil System
Jacking Oil System digunakan saat persiapan pemutaran rotor Turbin
dengan turning gear, rangkaian rotor dan poros adalah material yang
sangat berat. Dalam keadaan istirahat, maka poros akan bersentuhan
langsung dengan permukaan bearing (bantalan). Jika dalam keadaan
diamseperti ini kemudian rotor Turbin langsung diputar maka
diperlukan daya yang sangat besar tetapi hal lain yang terjadi adalah
rusaknya permukaan logam putih pada bantalan dan juga
permukaan poros karena terjadi gesekan langsung antara keduanya.
Jacking Oil System didesain untuk mampu sedikit mengangkat poros
turbine ketika akan diputar. Cara yang digunakan adalah dengan
memompakan minyak bertekanan tinggi dari arah bagian bawah
bantalan dan menembus bantalan sehingga ketika dipompakan
terbentuk lapisan tipis minyak antara permukaan bantalan dan
poros. Ketika terbentuk lapisan tipis antara poros dan bantalan maka
poros sedikit terangkat selanjutnya rotor dapat diputar cukup
dengan daya yang kecil (turning gear) dan aman.
58

f. Vapor extractor
Vapor extractor merupakan fan yang digerakkan oleh motor dan
dipasang pada tangki utama yang berfungsi untuk mengekstraksi
vapour dan gas-gas yang dianggap mengganggu didalam tangki
utama. Gas-gas yang mungkin ada didalam tangki utama diantaranya
oksigen, hidrogen, uap air, dan uap minyak pelumas itu sendiri.
Dengan dipasangnya alat ini maka tekanan didalam tangki utama
menjadi sedikit negatif.
2. Tangki utama minyak (main oil tank)
Tangki utama minyak dapat digunakan sebagai reservoir minyak
pelumas sekaligus minyak kontrol yang menapung pelumas sebelum
dan sesudah disirkulasikan, disamping itu fungsi lain tangki utama
adalah untuk menciptakan “positive displacement” bagi pompa-
pompa sentrifugal minyak pelumas (aux.oil pump, emergency oil
pump, turning oil pump, jacking oil pump).
3. Oil conditioner (pembersih)
Selama minyak pelumas kerja ada kemungkinan tercampur dengan
air. Terdifusi udara atau tercampur dengan material dan gas-gas
pengotor lainnya. Dimana dapat mengganggu kerja minyakpelumas,
sehingga minyak pelumas perlu dimurnikan setelah menjalani kerja.
4. Oil cooler (pendingin)
Poros yang berputar pada bearing akan menimbulkan panas, panas
tersebut akan diserap oleh minyak, pelumas yang mengalir pada
celah sempit antara permukaan rotor dan bantalan. Suhu akan naik
ketika menyerap panas. Disamping itu panas pada minnyak juga
panas pada bantalan hasil konduksi dan rotor turbine. Oil cooler
digunakan sebagai pendingin minyak (baik minyak pelumas maupun
minyak kontrol). Pendinginan minyak adalah untuk mengembalikan
kondisi kerja minyak yaitu ditinjau dari segi kekentalannya. Karena
pada suhu tinggi viscositas (kekentalan) minyak akan turun maka
harus didinginkan. Maksud lain adalah untuk menghindari minyak
pelumas mencapai titik nyala yang bisa menyebabkan kebakaran. Oil
59

cooler terdiri atas penukar kalor dimana air layanan umum (general
service water) digunakan sebagai media pendingin. Sistem kontrol
suhu minyak dilakukan dengan cara mengukur secara otomatis laju
aliran air pendingin.
5. Pipa-pipa dan filter
Untuk sarana mengalirkan minyak pelumas dari tangki utama ke
alat-alat yang perlu dilumas digunakan pipa-pipa. Dimensi pipa
(diameter, tebal, bahan) disesuaikan dengan kebutuhan desain.
Sedangkan filter dipasang pada tempat-tempat tertentu pada sistem
pemipaan untuk menyaring kotoran yang mungkin terkandung daam
minyak.
6. Minyak pelumas
Minyak pelumas dan minyak kontrol harus memenuhi syarat fisika
dan kimia sebagai berikut :
Viskositas kinematik (40 C
ͦ ) : 28,8-35,2 mm2/s
Angka netralisasi : 0,2 (max)
Residu karbon : 0,10 % (max)
Tes resistensi korosi : harus lulus
Tes resistensi oksidasi : harus lulus
Angka keasaman : <0,2 mg KOH g
Indeks warna : <0,1 %
Kadar lumpur : <0,5 %
2. Sistem perapat
a. Sistem perapat
Sistem perapat terdiri dari 2 komponen, yaitu labirin perapat dan uap
perapat. Labirin adalah plat tipis yang terbuat dari baja. Labirin
perapat teridiri dari beberapa lapis labirin yang dirangkai menjadi
satu bentuk melingkar yang disebut segmen. Labirin perapa
digunakan untuk menutup celah kebocoran yang dibentuk oleh
casing turbin dan poros turbin. Beberapa segmen labirin dipasang
melingkari poros turbine secara seri sedemikian masih ada celah
sempit antara labirin dengan permukaan poros turbine. Celah ini bisa
60

mengakibatkan kebocoran dan celah sempit ini disebut clearence


perapat yang terdiri atas dua sisi, inner gland dan Outlet gland. Inner
gland adalah segmen labirin yang berhdapan dengan bagian dalam
turbine dan outer gland adalah segmen labirin yang berhadapan
dengan udara luar.
b. Fungsi sistem perapat
Sistem perapat berfungsi untuk mencegah kebocoran uap dari dalam
turbine keudara luar atau sebaliknya melewati kelenjar-kelenjar
perapat (glanad seal) sepanjang poros turbine. Sepanjang poros
turbine terdapat 6 tempat dipasang gland seal, 2 buah di depan dan di
belakang turbine LP1, 2 buah didepan dan belakang turbine LP2, 2
buah di depan dan belakang turbine IP dan HP. Pada turbine HP-IP
saat operasi normal sistem perapat digunakan untuk mencegah
kebocoran uap dan dari dalam turbine keudara luar, karena tekanan
dalam turbine lebih tinggi. Sedangkan pada proses start up sistem
perapat digunakan untuk mencegah kebocoran udara luar kedalam
turbine. Pada turbine LP baik pada start up maupun pada keadaan
operasi normal sistem perapat digunakan untuk mencegah
kebocoran udara luar kedalam turbine, karena tekanan dalam turbine
s(pada sudu tingkat akhir) tekanannya lebih rendah dari udara luar
(vacuum).
c. Kontrol uap perapat
Untuk mencapai proses penanggulangan kebocoran dilakukan
pengaturan kondisi uap perapat. Variabel yang diatur adalah suhu
dan tekanan. Untuk mengatur suhu digunakan sprayer (penyemprot)
air yang dikontrol secara otomatis. Kontrol terhadap tekanan
digunakan pressure controller. Suhu pada 150 ͦC dan tekanan diatur
0,35 kg/cm2 gauge.
d. Aliran uap perapat
Uap perapat digunakan untuk menyempurnakan proses
penanggulangan kebocoran yang terjadi pada clearance.
61

e. Aliran uap perapat pada Turbine HP-IP


Pada saat start up uap perapat di supply dan auxilary steam header,
kemudian dialirkan ke inner gland. Setelah uap perapat masuk inner
gland sebagaian uap mengalir dalam uap turbine, sedangkan sebagian
lain mengalir ke outler gland. Labirin-labirin perapat bersifat men-
trotle uap yang mengalir menembusnya, akibatnya tekanan uap
semakin turun. Uap perapat yang mengalir ke outlet gland selain di
trotle oleh labirin dialirkan ke dalam pipa yang dipasang pada outlet
gland untuk dialirkan ke gland kondensor. Proses ini tidak terjadi
kebocoran udara luar kedalam turbine. Pada saat operasi normal,
karena tekanan uap dalam turbine HP-IP lebih tinggi dari udara luar.
Uap dari dalam turbine mengalir menembus inner Gland. Uap yang
menerobos inner gland ini sebagian dipipakan untuk uap perapat
pada Turbine LP dan sebagian lain dipipakan untuk dialirkan ke gland
condenser.
f. Aliran uap perapat pada Turbine LP
Aliran uap perapat pada turbine LP baik pada saat normal maupun
pada saat start up adalah sebagai berikut :
Uap perapat yang dari auxilary steam header (pada saat start up) atau
dari inner gland Turbine HP-IP dipipakan kedalam inner gland. Uap
perapat dari inner gland sebagian masuk kedalam Turbin dan
bercampur dengan uap siklus turbine, sedangkan sebagian menembus
outer gland. Uap perapat yang mengalir ke outer gland dipipakan ke
gland kondensor untuk diembunkan.
3. Sistem turning gear
Turbine gear merupakan alat bantu turbine yang berfungsi dalam operasi
turbine pada saat start up maupun shut down. Bila beban turbin dikurangi
untuk akhirnya dihentikan (shut down) maka temperatur casing dan
rotor Turbin masih sangat tinggi (450 ͦC-500 ͦC). Jika poros turbine
kemudian dibiarkan untuk tetap diam dalam jangka waktu tertentu maka
akan terjadi beda temperature antara bagian atas dengan bagian bawah
rotor maupun casing. Beda temperature akan menyebabkan bagian
62

bawah rotor akan menyusut lebih cepat dibandingkan bagian atas,


sehingga terjadi pembengkokan keatas atau hogging. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya persinggungan mekanis antara bagian yang
bergerak (rotor) dan bagian yang diam (stator). Apabila Turbin diputar
akan mengakibatkan getaran yang serius bahkan dapat mengakibatkan
kerusakan. Namun kejadian ini dapat dicegah jika porosnya dijaga tetap
berputar meski secara perlahan-lahan (3 rpm) selama pendinginan.
Untuk itu Turbin dilengkapi dengan turning gear.
Turbin gear terdiri dari motor dan suatu rangkaian roda gigi pengurang
putaran (reduction gear) yang dapat dihubungkan (engage) keroda gigi
pada poros Turbin dan dapat diputus hubungannya secara otomatis.
Reduction gear dihubungkan dengan roda gigi poros Turbin ketika
Turbin mencapai tahap penurunan kecepatan. Peralatan zero speed
indicator yang berfungsi mendeteksi bahwa kecepatan Turbin telah 0
rpm (diam) akan memerintahkan ke turning gear untuk menghubungkan
bagian reduction gear 3 rpm. Hal ini terjadi pada akhir proses start up
Turbin dijalankan turning gear juga digunakan sebagai pemutar awal
rotor Turbin–generator, sebelum rotor generator di rolling dengan
menggunakan uap.
4. Sistem governer dan kontrol
a. Fungsi
Sistem control yang dipasang pada Turbin berfungsi untuk mengatur
laju aliran uap kedalam Turbin. Dengan dipasangnya sistem kontrol
dan governing maka akan dapat kelebihan-kelebihan antara lain :
1. Pada saat unit masuk jaringan
Memungkinkan mesin bekerja secara paralel dengan unit
pembangkit lain.
2. Pada saat unit tidak masuk jaringan
Memungkinkan melakukan proses start up dan shut down secara
aman.
b. Bagian-bagian Kontrol sistem Turbin
1. Main Stop Valve (MSV) dan servomotor
63

MSV merupakan valve yang mengatur laju aliran uap utama


(main steam) masuk ke Turbin HP. Sedangkan servomotor MSV
merupakan alat yang mengkonversi sinyal tekanan hidrolis pada
kontrol oil menjadi gerakan mekanis pada MSV yang berupa
tingkat pembukaan MSV dan penutupannya.

2. MSV Controller
MSV controller merupakan alat kontrol yang berfungsi untuk
mengontrol MSV pada saat proses start up Turbin.
3. MSV E/H conventor
MSV E/H conventor berfungsi sebagai controller, perbedaan
diantara keduanya adalah mode pengoperasiannya.
4. Valve transfer
MSV mengatur laju aliran uap utama dari start up sampai
kecepatan Turbin mencapai 2950 rpm. Setelah itu maka
dilakukan proses valve tarnsfer, yaitu proses pemindahan
kontrol laju aliran uap utama dari MSV ke generator valve (GV)
setelah valve transfer selesai sempurna maka MSV membuka
penuh dan tidak berperan terhadap pengaturan laju aliran uap.
5. Governer valve (GV) dan servomotor
Governer valve (GV) dan servomotor berfungsi untuk mengatur
laju aliran uap utama ketika kondisi valve transfer telah selesai
artinya GV berfungsi mengontrol kecepatan Turbin (pada saat
valve transfer telah selesai sampai proses sinkronisasi) dan
mengontrol beban Turbin transfer (setelah sinkronisasi sampai
beban normal). Sedangkan servomotor berfungsi analog dengan
servomotor pada MSV.
6. Controller governer valve
Ada tiga kontroler yang mengatur tingkat pembukaan GV yaitu ;
Hydraulic governer, Governor E/H conventer dan Load limiter.
64

7. Reheat stop valve (RSV) dan servomotor


RSV merupakan valve yang berfungsi mengatur laju aliran uap
reheat yang masuk ke Turbin IP. RSV digerakkan oleh
servomotor yang dipasang terkait dengan RSV. RSV digerakkan
oleh servomotor yang dipasang terkait dengan RSV. RSV bekerja
membuka secara penuh atau menutup penuh saja, jadi RSV
bukan merupakan alat kontrol, tetapi merupakan alat proteksi.
8. Interceptor valve dan servomotor
Pada saat start up ICV berperan seperti MSV. ICV mengatur laju
aliran uap reheat dan MSV mengatur laju aliran uap utama. Pada
saat unit telah sinkron dengan jaringan ICV berperan sebagai GV.
9. Sistem aliran kontrol oli
Aliran minyak yang digunakan dalam sistem kontrol merupakan
sirkulasi tertutup. Sirkulasi aliran minyak sistem kontrol
menjadi satu-kesatuan dengan sistem pelumasan. Pompa-
pompayan digunakan dalam sistem kontrol adalah main oil
pump (pompa utama) dan auxiliary oil pump (pompa bantu).
5. Sistem proteksi
a. Fungsi
Sistem proteksi Turbin merupakan serangkaian peralatan baik
mekani, hidrolis dan elektris yang berfungsi untuk memproteksi
Turbin agar tidak mengalami kerusakan fatal akibat adanya
gangguan pada saat operasi. Sistem proteksi Turbin dirancang
mampu mengamankan operasi Turbin dalam kondisi terburuk
sekalipun (Agha dkk, 2013).
a. Peralatan proteksi Turbin
Peralatan proteksi Turbin terdiri dari instrumen yang berfungsi
merespon terhadap sinyal tidak normalan (sensor) dan peralatan
yang menganalisa sinyal tersebut menjadi keluaran yang berupa
peringatan (alarm) atau berupa tindakan penyelamatan (dengan
mentripkan Turbin (Agha dkk, 2013).
65

Jenis peralatan proteksi Turbin adalah :


1. Low vacum trip (trip karena vakum kondensor rendah)
2. Thrust bearing trip (trip karena adanya pergeseran rotor pada
arah horisontal)
3. Low bearing trip (trip karena tekanan minyak pelumas
dibantalan rendah)
4. Over speed trip mekanis (trip turbin kecepatan lebih)
5. Solenoid operated trip (trip dioperasikan solenoid)
6. OPC (over speed protective contreller)
b. Peralatan instrumentasi Turbin
Peralatan instrumentasi Turbin berfungsi untuk memberikan
indikasi besaran-besaran fisis Turbin pada bagian-bagian tertentu
selama operasi (Agha dkk, 2013).
6. Condensor
Condensor berfungsi untuk mengkondensasikan air bekas menjadi air
pengisi Boiler, dimana uap bekas yang keluar dari Turbin uap masuk
kondensor melalui pipa-pipa kondensor yang didalamnya berisi fluida
kerja (berupa sea water atau fresh water atau fluida lainnya). Karena
begitu pentingnya peranan kondensor maka perawatan atau
pemeliharaan harus dilakukan untuk menjaga supaya operasi turbin
tidak terganggu karena terjadi korosi pada kondensor sehingga kerja
kondensor terganggu (Ramadhan dan Ichsani, 2016).
4.1.5.5. Deskripsi Turbin PLTU Muara Karang
Turbin PLTU Muara Karang unit 1-4 didesain untuk menghasilkan
daya 172 MW tiap unitnya. Turbin uap disusun oleh serangkaian seri tiga
berdasarkan tekanan uap yang diekspansikan.
1. High pessure (HP) turbine
HP turbin mengekspansikan uap utama yang dihasilkan dari superheater
dengan tekanan 169 kg/cm2 dan temperatur 538 ͦC, kemudian uap
keluar HP Turbine (41 kg/cm2) dengan temperatur 336 C
ͦ dipanaskan
kembali pada bagian reheater di Boiler untuk menaikkan entalpi uap. Uap
reheat lalu dieskpansikan didalam intermediate pressure (IP) turbine.
66

Data HP Turbin dapat dilihat sebagai berikut :


a. Jumah sudu : 1 pasang sudu impuls (tingkat 1)
11 pasang sudu reaksi (tingkat 2-11)
b. Arah ekspansi uap : kebelakang (kearah pedestal)
c. Jumlah : 1 buah
2. Intermediate pressure (IP) Turbine
IP Turbine mengekspansikan uap reheat dengan tekanan 37 kg/cm2 dan
temperatur 538 ͦC, sedangkan uap keluarnya bertekanan 8 kg/cm 2 dan
suhu sekitar 330 C
ͦ .
Data IP Turbin dapat dilihat sebagai berikut :
a. Jumlah sudu : 10 pasang sudu reaksi
b. Arah ekspansi uap : (kedepan kearah generator)
c. Jumlah : 1 buah
3. Low pressure (LP) turbine
LP turbin mengekspansikan uap bertekanan 8 kg/cm 2 dan temperatur
330 ͦC dan tekanan uap keluar dari LP Turbin pada tekanan 56 mmHg
(vacuum), kondisi vakum diciptakan didalam kondensor dengan
temperatur 40 ͦC.
Data LP Turbin dapat dilihat sebagai berikut :
a. Jumlah sudu : 8 pasang per Turbin
b. Arah ekspanasi uap : saling berlawanan
c. Jumlah : 2 buah (1 pasang LPT1, 1 pasang LPT2)
Turbin HP didesain sedemikian rupa sehingga menghasilkan gaya aksial
yang sama dengan Turbin IP, arah gaya aksial pada Turbin IP kebelakang
sedangkan Turbin IP kedepan sehingga saling mengimbangi. Pada Turbin
tekanan rendah LP pasangan LP1 turbin 1 arah gaya aksial kebelakang
dengan Turbin 2 kedepan karena dimensi fisis keduanya sama, maka resuhan
gaya aksial nol. Hal ini juga sama terjadi pada pasangan Turbin LP 2.
4.1.5.6. Heatrate Turbine
Heatrate Turbine adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
memproduksi listrik sebesar kWh dan dinyatakan dalam satuan
(kJ/kWh). Heatrate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total
67

yang digunakan untuk memutar Turbin, dengan energi listrik yang


dihasilkan oleh generator dan dinyatakan dalam kJ/KWh. Heatrate
Turbine dapat dikalkulasi dengan persamaan :
( ṁ1 x h1 x ṁ3 x h3 )−(ṁ f x hf x ṁ2 x h2 x ṁis x his )
HR T = .................... (Per.1)
p g− p exc
(Cahyadi dan Hermawan, 2015).
Dimana :
𝐻𝑅𝑇 : Heat rate Turbin (kJ/kWh)
ṁ1 : Laju aliran massa main steam(uap keluaran superheater) (kg/h)
ℎ1 : Entalpi main steam (uap keluaran superheater) (kJ/kg)
ṁ 3 : Laju aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater) (kg/h)
ℎ3 : Entalpi hot reheat steam (uap keluaran reheater) (kJ/kg)
ṁ 𝑓 : Laju aliran massa feed water (air umpan Boiler) (kg/h)
ℎ𝑓 : Entalpi feed water (air umpan Boiler) (kJ/kg)
ṁ 2 : Laju aliran massa cold reheat (uap masuk ke reheater) (kg/h)
ℎ2 : Entalpi cold reheat (uap masuk ke reheater) (kJ/kg)
ṁ 𝑖𝑠 : Laju aliran massa superheater spray (kg/h)
ℎ𝑖𝑠 : Entalpi superheater spray (kJ/kg
𝑝𝑔 : Turbin generator output (MW)
𝑝𝑒𝑥𝑒 : Generator excitation power (MW)
a. Efesiensi Turbine
Efisiensi Turbin merupakan parameter yang menyatakan derajat
keberhasilan komponen atau sistem Turbin mendekati desain atau
proses ideal dengan satuan (%). Efisiensi Turbin dapat dihitung
dengan :
860
ηTurbin= x 100 % ............................ (Pers. 5)
Heate rate turbine
(Cahyadi dan Hermawan, 2015).
Keterangan :
dimana 1 KWh : 860 Kilokalori ( kcal )
𝜂 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒 : efisiensi turbin ( % )
68

4.1.6. Perhitungan
Metode perhitungan untuk Efeciency Turbine yang digunakan adalaha
Metode HeatRate Turbine. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
efisiensi turbin yang diihasilkan menggunakan metode heatrate turbine
dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini :
Tabel 4.1. Hasil HeatRate Tubine dan Effeciency Turbine
Waktu HeatRate Turbine Efeciency Turbine (%)
(Kcal/kWh)
20 September 2019 2045.01Kcal/kWh 42%
23 September 2019 2045.29 Kcal/kWh 43%
24 September 2019 2224.86 Kcal/kWh 38%
TOTAL 6315.16 Kcal/kWh 123%
RATA-RATA 2105.05 Kcal/kWh 41%
Perhitungan data yang telah dilakukan terlampir pada lampiran 1.

4.1.7. Pembahasan
4.1.7.1. Perbandingan HeatRate Turbine
Heat rate adalah ukuran dari thermal performance boiler-turbine-
generator yang dioperasikan secara gabungan sebagai suatu unit. Heat rate
didefinisikan sebagai jumlah dari energi bahan bakar yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah energi listrik selama waktu satu jam. Satuan Heat
rate adalah kJ/kWh, sedangkan Turbine Heat rate didefinisikan sebagai
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1
kWh. Heatrate pada turbin uap yaitu turbine heatrate yang merupakan
tingkat panas rata-rata yang dihasilkan perbulan, namun pada perhitungan
ini HeatRate yang dihitung merupakan tingkat rata-rata panas yang
dihasilkan dalam satu hari. Pengambilan data untuk perhitungan HeatRate
Turbine dilakukan selama 3 hari yaitu pada 20 September, 23 September dan
24 Septeber 2019 di PLTU Blok 4 Muara Karang.
Heatrate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total yang
digunakan untuk memutar turbin, dengan energi listrik yang dihasilkan oleh
generator dan dinyatakan dalam kJ/kWh. Metode ini dilakukan dengan
pengamatan dan pengumpulan data untuk mendapatkan data yang
diperlukan yaitu parameter data turbine heatrate yaitu temperatur; tekanan
69

dan flow mass uap utama (main steam); temperatur dan tekanan uap uap
masuk ke pemanas ulang (cold reheat); temperatur dan tekanan uap keluar
pemanas ulang (hot reheat); temperatur, tekanan dan laju aliran superheater
spray water; temperatur, tekanan dan laju aliran massa air umpan (final feed
water); generator output dan generator excitation power yang didapatkan
dari Central Control Room (CCR).

HeatRate Turbine (Kcal/kWh)


2250 2224.86

2200
HeatRate Turbine

2150

2100
2045.01 2045.29
2050

2000

1950
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu

Perbandingan nilai heatrate turbine dapat dilihat pada Gambar 4.8.


berikut :

Gambar 4.8. Grafik perbandingan nilai Heatrate Turbine


Pengujian heatrate turbine dilakukan pada beban 100 % MCR atau
beban penuh yaitu 172 kWh. Dari perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh nilai heatrate turbine terendah yaitu pada 20 September sebesar
70

2045.01 Kcal/kWh. Sedangkan nilai heatrate turbine terbesar yaitu 24


September sebesar 2224.86 Kcal/kWh. Berdasarkan dari grafik data yang
diambil selama 3 (tiga) hari dapat dilihat pada Gambar 4.8. dimana nilai
turbine heatrate yang dihasilkan tidak menentu.
Hasil rata-rata dari turbine heatrate yang dihasilkan selama 3 hari
pada unit 4 adalah 2105.05 Kcal/kWh. Nilai turbine heatrate yang besar
menunjukkan kinerja dari turbin uap mengalami penurunan. Selain itu juga
dipengaruhi oleh laju aliran massa dan enthalpy dari steam yang digunakan
sebagai fluida kerja yang digunakan untuk memutar turbin hal itu dapat
dilihat dari sisi energinya. Adanya pengurangan ekstraksi-ekstraksi uap juga
dapat mengakibatkan kenaikan pada nilai turbine heatrate.
Nilai turbine heatrate desain tidak selalu sama dengan turbine
heatrate data hasil uji commisioning hal ini dikarenakan kurva desain tidak
selalu mewakili kemampuan unit sebenarnya. Salah satu penyebab
perbedaan heatrate kondisi desain terhadap commusioning adalah
penurunan tekanan saluran ekstraksi. Semakin besar energi input yang
masuk kedalam turbin maka kinerja turbin akan semakin bagus dan semakin
kecil energi input yang masuk kedalam turbin maka kinerja turbin juga
buruk.
4.1.7.2. Perbandingan Effeciency Turbine

Effeciency Turbine (%)


44 43
4342
42
41
Effeciency

40
39 38
38
37
36
35
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu

Efisiensi turbin merupakan parameter yang menyatakan derajat


keberhasilan komponen atau sistem turbin mendekati desain atau proses ideal
71

dengan satuan (%). Perbandingan nilai efisiensi turbin dapat dilihat pada Gambar
4.9. berikut:

Gambar 4.9. Grafik perbandingan efficiency turbine


Berdasarkan hasil perhitungan dengan kondisi dilapangan maka
diperoleh efisiensi turbine tertinggi menggunakan metode heatrate turbine
yaitu 43% pada 23 September 2019, edangkan efisiensi turbine terendah
yaitu 38% pada 24 September 2019. Berdasarkan dari grafik data yang
diambil selama 3 (tiga) hari dapat dilihat pada Gambar 4.9. dimana nilai
efisiensi turbine yang dihasilkan tidak menentu. Hasil rata-rata dari efisiensi
turbine selama 3 hari pada unit 4 adalah 41%. Nilai efisiensi turbine dari
performance test unit 4 masih dikatakan baik, karena masih memenuhi
standar. Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi turbin antara lain
adalah suhu dan tekanan uap yang masuk turbin. Semakin tinggi suhu dan
tekanan uap masuk maka efisiensi yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Efisiensi berbanding terbalik dengan Turbine heatrate, dimana semakin
rendah turbine heatrate maka akan semakin bagus. Faktor yang paling
berpengaruh terhadap efisiensi turbin adalah adanya perpindahan panas
dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Idealnya proses yang terjadi di
turbin dan mesin kalor lainnya adalah adiabatis, dimana tidak ada
pertukaran panas antara sistem dengan lingkungan.
72

4.1.7.3. Pengaruh tekanan vakum terhadap efisiensi


Jika tekanan vakum pada kondensor turun, maka efisiensi yang
dihasilkan pembangkit juga turun. Hal ini terjadi karena pada saat tekanan
vakum turun maka dengan kata lain tekanan absolut pada kondensor naik.
Pada T-S diagram telah dijelaskan, apabila tekanan kondensor naik maka
nilai h-nya semakin tinggi, hal ini menyebabkan ∆h di turbin semakin kecil
sehingga daya yang dihasilkan menurun. Untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut, maka diperlukan laju alir masa uap yang lebih banyak agar daya
yang dihasilkan tetap sama dengan keadaan sebelum terjadinya penurunan
tekanan vakum.
4.1.7.4. Optimasi di Turbin
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan performa
turbin adalah sebagai berikut :
1. Memperkecil kerugian perapat (Labyrinth)
Kerugian perapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: kerugian perapat
poros turbin dan kerugian perapat antar tingkat sudu-sudu antara rotor
dengan casing. Pada perapat poros turbin (gland seal) terutama untuk
turbin tekanan tinggi, sejumlah uap dari dalam casing akan mengalir
melintasi gland seal. Fraksi uap ini tidak menyerahkan energi panasnya
pada turbin untuk diubah menjadi energi mekanik. Karenanya kebocoran
ini juga termasuk salah satu kerugian yang terjadi pada turbin yang pada
akhirnya juga mempengaruhi efisiensi turbin.
2. Mengurangi kerugian kebasahan uap
Makin besar kadar air dalam uap berarti makin besar kerugian yang
berarti pula semakin kecil efisiensi turbin. Sehingga diusahakan agar
kadar air dalam uap bekas sekecil mungkin (dalam kondisi operasi
bagaimanapun juga) agar diperoleh efisiensi turbin yang seoptimal
mungkin.
3. Mengurangi Kerugian Throtling
Proses throtling adalah proses isentalpi (entalpi konstan) yang
mengakibatkan turunnya tekanan dan temperatur uap. Pada gambar
terlihat bahwa semakin besar penurunan tekanan akibat throtling, maka
73

garis ekspansi uap akan semakin pendek. Ini berarti bahwa energi panas
yang dapat diubah menjadi energi mekanik menjadi semakin kecil.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bila dalam pengoperasian
turbin terjadi proses throtling, berarti efisiensi turbin akan berkurang.
4. Mengurangi kerugian mekanik turbin
Kerugian lain yang juga terjadi pada turbin adalah kerugian
mekanik.Yang termasuk dalam kategori kerugian mekanik adalah :
1. Kerugian gesekan pada bantalan
2. Kerugian daya untuk penggerak sistem governor
3. Kerugian windage
Berikut beberapa cara untuk meningkatkan performa turbin dan
kondensor adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi losses pada turbin
a. Kerugian pada katup governor.
b. Kerugian pada nosel (nozzle loss).
c. Kerugian pada moving blades.
d. Kerugian pada uap meninggalkan moving blades (leaving
velocity/carry over loss).
e. Kerugian gesekan.
f. Kerugian celah (clearance loss).
g. Kerugian akibat kebasahan uap
2. Menaikkan temperature air yang akan ke boiler
3. Mengoptimalkan flow air pendingin masuk ke kondensor
4. Menurunkan tekanan vakum kondensor
5. Menjaga throttle steam pressure dan temperature
6. Meningkatkan performa feedwater heater .

4.1.8. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, efisiensi turbine tertinggi
menggunakan metode heatrate turbine pada PLTU Muara Karang Blok 4
memiliki nilai yaitu 43%. Nilai efisiensi turbine akan semakin bagus jika nilai
turbin heatrate rendah. Efisiensi turbin dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
74

uap yang masuk turbin. Untuk menaikkan efisiensi turbin bisa dilakukan
dengan memperkecil kerugian perapat (Labyrinth), mengurangi kerugian
kebasahan uap, mengurangi kerugian Throtlin, mengurangi kerugian
mekanik turbin dan mencegah adanya kerak pada sudu turbin.
75

4.2. TUGAS KHUSUS II


PERHITUNGAN EFISIENSI TURBIN METODE HEATRATE TURBINE UNIT 5
4.2.1. Latar Belakang
Menurut Andang Dirgantara (2015), energi mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia. Salah satu bentuk energi yang paling
banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah energi listrik. Energi ini dapat
dibangkitkan dengan berbagai cara diantaranya dengan mengkonversi energi
angin, energi fosil, energi surya, dan energi panas.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar gas jauh
lebih bersih dari segi kesehatan mnusia dan peralatan pembangkit
dibandingkan dengan penggunaan batubara ataupun minyak, sehingga mesin
pembangkit tidak mudah kotor dan pemeliharaan lebih hemat di operation
maintenance. Prinsip kerja dari PLTU adalah panas dari hasil pembakaran
digunakan untuk mengubah fasa air menjadi uap kemudian uap tersebut
digunakan untuk memutar turbin yang seporos dengan generator sehingga
generator menghasilkan listrik. Dalam prosesnya PLTU menggunakan
berbagai macam peralatan utama seperti boiler, kondensor, turbin, dan
generator. Terdapat juga peralatan pendukung seperti pompa pelumas,
pompa air pendingin, sistem pendingin generator, dan lain-lain.
Peralatan utama maupun pendukung tersebut jika digunakan terus-
menerus maka akan berkurang keandalannya sehingga perlu adanya
overhaul untuk dilakukan pengecekan secara menyeluruh dan teliti, hal itu
berkaitan langsung dengan efisiensi sebuah pembangkit. Sebuah pembangkit
yang mempunyai efisiensi rendah maka akan membutuhkan bahan bakar
dengan jumlah besar karena bahan bakar tidak semuanya diubah menjadi
listrik, hal ini tentu saja menyebabkan kerugian finansial.
PLTU Muara Karang mempunyai kapasitas 2 x 200 MW,
menggunakan bahan bakar Light Oil dan Gas. Dalam pengoperasiannya PLTU
Muara Karang biasanya melayani beban yang diminta oleh pihak UP3B (Unit
Penyaluran dan Pusat Pengendalian Beban) dalam tiga jenis beban yaitu
beban rendah, beban sedang, dan beban tinggi (pick load). Beban rendah
yang dihasilkan PLTU muara Karang sebesar 100 MW, sedangkan beban
76

sedang yang dihasilkan adalah 135 MW, dan beban tinggi sebesar 175 MW.
Keandalan sebuah pembangkit listrik tenaga uap sangat bergantung pada
kinerja peralatannya. Akibat dari faktor usia pada peralatan pembangkit
dapat menyebabkan efisiensi menurun, dan juga pemborosan bahan bakar
sehingga terjadi kerugian finansial. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa
atau evaluasi dengan melakukan perhitungan efesiensi alat salah satunya
turbin generator pada unit 5 PLTU Muara Karang.

4.2.2. Permasalahan
Permasalahan yang diambil pada tugas khusus ini adalah analisa
perhitungan efisiency turbine, teoritical steam rate dan actual steam rate,
serta steam comsumtion turbine pada unit 5 di PLTU Muara Karang.

4.2.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya tugas khusus ini adalah mengetahui efesiensi turbin,
laju alir steam secara teori juga secara aktual, dan banyaknya konsumsi
steam pada turbin di unit 5 PLTU Muara Karang.

4.2.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari tugas khusus ini adalah menganalisa perhitungan
efesiensi turbin unit 5 secara aktual berdasarkan data yang diperoleh dari
Control Room dengan beban 172 MW pada tanggal 21, 23 dan 24 September
2019.
4.2.5. Tinjauan Pustaka
4.2.5.1. Turbin
Turbin uap adalah komponen konversi energi utama dalam sebuah
pembangkit listrik tenaga termal. Turbin uap berfungsi untuk mengubah
energi panas dari uap menjadi energi mekanik (putaran) sebagai penggerak
generator untuk menghasilkan energi listrik. Biasanya turbin uap langsung
terkopel dengan generator sehingga sering disebut steam turbine generator.
Turbin uap secara umum diklasifikasikan kedalam tiga jenis, implus,
reaksi dan gabungan, tergantung pada cara perolehan pengubahan energi
potensial menjadi energi kinetik akibat semburan uap. Turbin uap Termasuk
77

Mesin- mesin Konversi energi yang mengubah energi potensial uap menjadi
energi kinetik pada nosel dan selanjutnya diubah menjadi energi mekanis
pada sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros turbin. Energi mekanis
yang dihasilkan dalam bentuk putaran poros turbin dapat secara langsung
dihubungkan dengan mekanisme yang digerakkan. Untuk menghasilkan
energi listrik, mekanisme yang digerakkan adalah poros generator.
4.2.5.2. Fungsi Steam Turbine
Turbin uap merupakan salah satu jenis mesin yang combustion
engine (mesin pembakaran luar). Pemanasan fluida kerja (uap) dilakukan di
luarsistem. Prinsip kerja dari suatu instalasi turbin uap secara umum adalah
dimulai dari pemanasan air pada ketel uap. Uap air hasil pemanasan yang
bertemperatur dan bertekanan tinggi digunakan untuk menggerakkan poros
turbin. Uap yang keluar dari turbin selanjutnya dapat dipanaskan kembali
atau langsung disalurkan ke kondensor untuk didinginkan. Pada kondensor
uap berubah kembali menjadi air dengan tekanan dan temperatur yang
selanjutnya air tersebut dialirkan kembali ke ket diatas dapat disimpulkan
bahwa turbin uap adalah mesin pembangkit yang bekerja dengan sistem
siklus tertutup. Pada PLTU, Turbine dibagi menjadi:
1. High Pressure (HP) Turbin
HP Tubin mengekspansikan uap utama yang dihasilkan dari
superheater , kemudian uap keluar HP Turbin dipanaskan kembali
pada bagian entalpi uap. Uap reheat lalu diekspansikan di dalam
Intermediate Pressure (IP) turbine. Berikut gambar High Pressure
Turbine pada PLTU Muara Karang.
78

Gambar 4.10. Rotor High Pressure Turbine


(Pembangkitan Jawa Bali, 2009)
2. Intermediate Pressure (IP) Turbin
IP Turbin mengekspansikan uap reheat dari reheater, kemudian uap
tersebut diekspan Low Pressure turbine tanpa pemanasan. Berikut
ditunjukkan gambar Intermediet Pressure Turbine :

Gambar 4.11. Rotor Intermediet Pressure Turbine


(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2009)
3. Low Pressure (LP) Turbin
LP turbin mengekspansikan uap dari IP turbin. Berikut ditunjukan
gambar Low Pressure Turbin :
79

Gambar 4.12. Rotor Low Pressure Turbine


(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2009)
Skema kerja dari tiga turbin diatas yaitu uap bertekanan tinggi
masuk kedalam turbin uap bertekanan tinggi (HP steam turbine), uap sisa
memutar HP turbin diekspansi reheater untuk menaikkan efisiensinya.
Setelah uap melewati reheater lalu uap diekspansi ke IP (intermediet
pressure) turbin. Setelah melewati IP turbin uap di ekspansi ke LP (low
pressure turbin). Dari LP turbin uap extraction steam menuju ke kondensor
untuk dilakukan proses kondensasi sehingga akhir dari kondensasi uap akan
berubah menjadi air.
4.2.5.3. Bagian-Bagian Utama Steam Turbine

Gambar 4.13. Bagian Steam Turbine


(PT Pembangkitan Jawa Bali, 2009)
80

1. Stasionery Blade
Yakni sudu-sudu yang berfungsi untuk menerima dan mengarahkan
steam yang masuk. Sudu pada turbin uap pada umumnya terdapat
dua jenis yaitu sudu gerak dan sudu tetap. Sudu gerak adalah sudu-
sudu yang dipasang di sekeliling rotor membentuk suatu piringan
yang mampu membantu rotor turbin berputar sedangkan sudu tetap
adalah sudu-sudu yang dipasang pada diafragma yang mampu
meningkatkan kecepatan uap dan dapat berfungsi juga sebagai sudu
pengarah.
2. Moving Blade
Yakni sebuah sudu-sudu yang berfugsi menerima dan merubah
energi steam menjadi energi kinetik yang akan memutar generator.

Gambar 4.14. Stasionery dan Moving Blade


(PT. pembangkitan Jawa Bali, 2009)
3. Poros turbin
Poros berfungsi mentransmisikan torsi rotor turbin untuk memutar
bagian dari rotor generator listrik.
4. Casing (rumah turbin)
Casing berfungsi untuk melindungi proses ekspansi uap oleh turbin
agar tidak terjadi kebocoran dari dan kearah luar. Disamping itu
fungsi casing sebagai penutup sudu putar dan sudu tetap, sehingga
terjadi gerak putar sewaktu turbin dialiri uap. Adapun casing dibagi
menjadi dua macam yaitu casing ganda dan casing tunggal (pejal),
pada turbin dengan daya yang besar umumnya dipakai doube casing
81

(casing ganda) yaitu dimaksudkan untuk mempercepat warming up


pada saat start up dari kondisi awal (cool start).
5. Katup-katup pengatur beban
Katup pengatur beban pada turbin disebut juga governor valve yang
mengatur jumlah aliran uap masuk ke turbin. Pembukaan dari tiap
katup tergantung pada kebutuhan beban.
6. Bantalan turbin
Untuk menumpu rotor turbin dengan satu silinder casing diperlukan
bantalan utama (main bearing) sebanyak dua buah, sedangkan pada
turbin yang mempunyai lebih dari satu silinder casing bantalannya
lebih dari dua buah.
7. Governor
Governor yaitu, sistem pengatur beban atau pembukaan/penutup
control valve secara auto.
8. Gland Labirinth & Gland Steam System
Berfungsi untuk menghindari masuknya udara antara poros dan
rumah turbin pada bagian turbin tekanan rendah dan keluarnya uap
pada bagian turbin tekanan tinggi.
9. Control valve
Control valve yaitu sistem pengaturan beban atau pembukaan
/penutup kontrol valve secara manual (menggunakan tangan) dan
mengatur flow steam ke turbin apa bila naik turun beban sehingga
walaupun putaran turbin atau frekuensi akan tetap semula.
10. Sistem pelumas
Berfungsi untuk melumasi bantalan, turning gear dan lain-lain.
11. Sistem kontrol hidrolik turbin
Berfungsi untuk penggerak peralatan hidrolik pada CV, MSV, LPTBV,
CRV dan sistem pengaman turbin.
12. Vacuum Breaker
Berfungsi untuk menghubungkan bagian turbin dengan udara luar
ketika turbin tidak beroperasi dan mengisolasinya ketika turbin
beroperasi.
82

13. Condenser
Berfungsi untuk mengembunkan uap keluaran turbin
4.2.5.4. Prinsip Kerja Turbin Uap
Prinsip kerja dari turbin uap yaitu uap masuk ke dalam turbin
melalui nosel. Nosel tersebut berfungsi mengubah energi panas dari uap
menjadi energi kinetis. Tekanan uap pada saat keluar dari nosel lebih kecil
dari pada saat masuk ke dalam nosel, akan tetapi sebaliknya kecepatan uap
keluar nosel lebih besar dari pada saat masuk ke dalam nosel. Uap yang
memancar keluar dari nosel diarahkan ke sudu-sudu turbin yang berbentuk
lengkungan dan dipasang disekeliling rotor turbin. Uap yang mengalir
melalui celah antara sudu turbin itu dibelokkan mengikuti arah lengkungan
dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap ini menimbulkan gaya yang
mendorong dan kemudian memutar poros turbin yang menghasilkan energi
mekanik.
Pada pembangkit listrik tenaga termal biasanya menggunakan turbin
bertingkat yaitu dipasang lebih dari satu baris sudu gerak agar dapat
memanfaatkan energi kinetis secara optimal. Sebelum memasuki baris kedua
sudu gerak, maka antara baris pertama dan baris kedua sudu gerak dipasang
satu baris sudu pengarah (guide blade) atau sudu tetap yang berguna untuk
mengubah arah kecepatan uap, agar uap tersebut dapat masuk ke baris
kedua sudu gerak dengan arah yang tepat. Kecepatan uap saat meninggalkan
baris sudu gerak yang terakhir harus dapat dibuat sekecil mungkin, agar
energi kinetis yang yang digunakan untuk mendorong sudu turbin dapat
dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian efisiensi turbin menjadi lebih
tinggi dikarenakan energi yang tidak termanfaatkan relatif kecil.
Turbin uap digunakan sebagai penggerak mula pada pembangkit
listrik tenaga termal, seperti untuk menggerakkan pompa, kompresor dan
mesin-mesin lain. Jika dibandingkan dengan penggerak generator listrik yang
lain, turbin uap mempunyai kelebihan antara lain:
a. Penggunaan panas yang lebih baik.
b. Pengontrolan putaran yang lebih mudah.
c. Tidak menghasilkan loncatan bunga api listrik.
83

d. Uap bekasnya dapat digunakan kembali untuk proses


4.2.1. Peralatan Bantu Turbin Uap
Turbin dilengkapi dengan peralatan bantu untuk menunjang kinerja
dari turbin tersebut, diantaranya:
1. Circulating Water Pump (CWP)
Yaitu pompa suplai air laut menuju kondensor dan CWHE
2. Sea Water Booster Pump (SWBP)
Yaitu pompa penguat air laut yang menuju CWHE.
3. Cooling Water Heat Exchanger (CWHE)
Yaitu proses berlangsungnya proses perpindahan panas antara air
tawar dengan air laut.
4. Close Cycle Cooling Water Pump (CCCWP)
Yaitu pompa supplai air pendingin untuk pendingin minyak pelumas
bearing H2 pendingin generator dan lainnya.
5. Instrument Air Compressor (IAC)
Yaitu udara untuk penggerak alat-alat kontrol.
6. Condensate Extraction Pump (CEP)
Yaitu pompa air kondensat menuju deaerator.
7. Deaerator
Penampung air kondensat dan menghilangkan O2 untuk feed water.
8. Boiler Feed Pump ( BFP )
Yang terdiri dari HP BFP dan LP BFP, yaitu pompa pengisi drum
9. Starting Air Ejector
Yaitu alat untuk membuat kondisi vacuum pada condenser hotwell
10. Main Air Ejector
Yaitu alat alat untuk mempertahankan kondisi vacuum di condenser
hotwell
11. Gland Steam Conednsor
Berfungsi untuk merapatkan poros turbin agar condenser hotwell tiap
terjaga kondisi vacuumnya.
12. Lube Oil System
Berfungsi untuk pelumas bearing turbin dan generator.
84

13. Seal Oil System


Berfungsi untuk merapatkan poros generator dan sebagai pendingin
generator tidak keluar.
14. Turbine Valve
Turbin Valve yang terdiri dari Main Steam Valve (MSV) dan Governor
Valve Main Steam Valve (MSV) berfungsi sebagai penyearah uap,
sehingga uap tidak kembali lagi ke demister ketika terjadi penurunan
tekanan. Governor Valve berfungsi untuk mengatur jumlah aliran uap
yang masuk ke turbin.
15. Turning Gear (Barring Gear)
Turning Gear (Barring Gear) yang berfungsi untuk memutar poros
turbin pada saat unit dalam kondisi stop atau pada saat pemanasan
sebelum turbin start up agar tidak terjadi distorsi pada poros akibat
pemanasan / pendinginan yang tidak merata.
16. Peralatan pengaman
Yang berfungsi untuk mengamankan bagian-bagian peralatan yang
terdapat dalam turbin jika terjadi gangguan ataupun kerusakan
operasi pada turbin.
17. Steam Chest
Fungsinya sebagai wadah untuk menempatkan katup-katup governor
sebagai pengatur aliran uap yang akan masuk ke turbin.
4.2.5.5. Heat Rate Turbin
Heatrate Turbine adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
memproduksi listrik sebesar kWh dan dinyatakan dalam satuan
(kJ/kWh). Heatrate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total
yang digunakan untuk memutar Turbin, dengan energi listrik yang
dihasilkan oleh generator dan dinyatakan dalam kJ/KWh. Heatrate
Turbine dapat dikalkulasi dengan persamaan :
( ṁ1 x h1 x ṁ3 x h3 )−(ṁ f x hf x ṁ2 x h2 x ṁis x his )
HR T = .................... (Per.1)
p g− p exc
(Cahyadi dan Hermawan, 2015).
85

Dimana :
𝐻𝑅𝑇 : Heat rate Turbin (kJ/kWh)
ṁ1 : Laju aliran massa main steam(uap keluaran superheater) (kg/h)
ℎ1 : Entalpi main steam (uap keluaran superheater) (kJ/kg)
ṁ 3 : Laju aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater) (kg/h)
ℎ3 : Entalpi hot reheat steam (uap keluaran reheater) (kJ/kg)
ṁ 𝑓 : Laju aliran massa feed water (air umpan Boiler) (kg/h)
ℎ𝑓 : Entalpi feed water (air umpan Boiler) (kJ/kg)
ṁ 2 : Laju aliran massa cold reheat (uap masuk ke reheater) (kg/h)
ℎ2 : Entalpi cold reheat (uap masuk ke reheater) (kJ/kg)
ṁ 𝑖𝑠 : Laju aliran massa superheater spray (kg/h)
ℎ𝑖𝑠 : Entalpi superheater spray (kJ/kg)
𝑝𝑔 : Turbin generator output (MW)
𝑝𝑒𝑥𝑒 : Generator excitation power (MW)
Untuk mencari laju aliran massa main steam(uap keluaran superheater)
𝑚 ̇1, laju aliran massa cold reheat (uap masuk ke reheater) 𝑚 ̇2, dan laju
aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater) 𝑚 ̇3, dapat dicari
menggunakan persamaan :
ṁ1=ṁ f + ṁis + ṁ1 mu .................... (pers. 2)
ṁ2=ṁ1−GS 1−ṁex 1−ṁex 2 .................... (pers. 3)
ṁ3=ṁ 2+ ṁ ir .................... (Pers. 4)
(Cahyadi dan Hermawan, 2015).
Dimana :
ṁ1 : laju aliran massa main steam(uap keluaran superheater) (kg/h)
ṁ𝑓 : laju aliran massa feed water (air umpan Boiler) (kg/h)
ṁ 𝑖𝑠 : laju aliran massa superheater spray (kg/h)
ṁ 𝑚𝑢 : total aliran massa (kg/h)
ṁ2 : laju aliran massa cold reheat(uap masuk ke reheater) (kg/h)
𝑚 ̇1 : laju aliran massa main Steam(uap keluaran superheater) (kg/h)
𝐺𝑠1 : kebocoran pada sisi casing pompa dengan poros pompa (kg/h)
ṁ 𝑒𝑥1 : ekstraksi aliran uap ke pemanas 1 (kg/h)
86

ṁ 𝑒𝑥2 : ekstraksi aliran uap ke pemanas 2 (kg/h)


ṁ3 : laju aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater) (kg/h)
ṁ2 : laju aliran massa cold reheat (uap masuk ke reheater) (kg/h)
ṁ 𝑖𝑟 : aliran semprot reheater (kg/h)
a. Efesiensi Turbine
Efisiensi Turbin merupakan parameter yang menyatakan derajat
keberhasilan komponen atau sistem Turbin mendekati desain atau proses
ideal dengan satuan (%). Efisiensi Turbin dapat dihitung dengan :
860
ηTurbin= x 100 % ............................ (Pers. 5)
Heate rate turbine
(Cahyadi dan Hermawan, 2015).
Keterangan :
dimana 1 KWh : 860 Kilokalori ( kcal )
𝜂 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒 : efisiensi turbin ( % )

4.2.6. Perhitungan
Parameter yang digunakan sebagai perbandingan adalah efisiensi
turbin menggunakan metode heatrate turbine, yaitu :
Heatrate turbine = 261300.74 kcal/kg
Efisiensi turbine heatrate = 0.003 %
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, efisiensi turbin yang
diihasilkan menggunakan metode heatrate turbine dapat dilihat pada Tabel
4.2. dibawah ini :
Tabel 4.2. Data hasil perhitungan heatrate turbine dan efisiensi turbin
Waktu Heatrate Efisiensi
Turbine (%)
(kcal/kWh)
20 September 2019 5814.17 14
23 September 2019 3521.79 24
24 September 2019 2449.26 35
Jumlah 11785.22 73
Rata-rata 3928.40 24.33
Perhitungan data yang telah dilakukan terlampir pada lampiran 2.
87

4.2.7. Pembahasan
4.2.7.1. Perbandingan nilai Heatrate Turbine
Perhitungan efesiensi Turbin pada Unit 4 di PLTU Muara Karang ini
dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 20 September, 23 September, dan
24 September 2019. Selama data diambil ada beberapa kondisi yang harus
dipenuhi saat pengambilan data supaya perhitungan yang diperoleh lebih
akurat, yaitu:
a. Unit harus dalam kondisi stabil, steam turbine generator di set dalam
posisi “Load Limit”
b. Semua penggunaan/aliran (uap, air, udara dll) dari/ke unit harus
diisolasi, Auxiliary power supply hanya dari unit itu sendiri.
c. Selama pengambilan data Boiler blowdown valve harus ditutup.
d. Kondisi steady dianggap tercapai ketika kondisi diatas
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Metode yang digunakan dalam menghitung efesiensi turbin adalah
“Metode HeatRate”. HeatRate Turbine adalah jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk memproduksi listrik sebesar kWh dan dinyatakan dalam satuan
(kJ/kWh). HeatRate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total
yang digunakan untuk memutar turbin, dengan energi listrik yang dihasilkan
oleh generator dan dinyatakan dalam kJ/KWh.
Heatrate pada turbin uap juga merupakan tingkat panas rata-rata
yang dihasilkan perbulan namun dapat juga dihitung perhari seperti yang
dilakukan saat ini, dan dapat dilihat pada lampiran ke dua. Metode ini
dilakukan dengan pengamatan dan pengumpulan data yang diperlukan
seperti temperatur, tekanan dan laju aliran massa uap utama (main steam);
temperatur dan tekanan uap uap masuk ke pemanas ulang (cold reheat);
temperatur dan tekanan uap keluar pemanas ulang (hot reheat); temperatur,
tekanan dan laju aliran superheater spray water; temperatur, tekanan dan
laju aliran massa air umpan (final feed water) dan generator output yang
didapatkan dari control room.
Perbandingan nilai heatrate turbine dapat dilihat pada Gambar
sebagai berikut :
88

HeatRate Turbine (Kcal/kWh)


7000
5814.17
6000

5000
HeatRate Turbine

4000 3521.79

3000 2449.26

2000

1000

0
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu

Gambar 4.15. Grafik Perbandingan nilai heatrate turbine


Pengujian heatrate turbine dilakukan pada beban 135 % MW atau
beban sedang. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai
heatrate turbine terendah yaitu pada 24 September sebesar 2449.26 Kcal/Kg.
Sedangkan nilai heatrate turbine terbesar yaitu 20 September sebesar
5814.17 Kcal/Kg. Berdasarkan dari grafik data yang diambil selama 3 (tiga)
hari dapat dilihat pada Gambar dimana nilai turbine heatrate yang dihasilkan
tidak menentu.
Hasil rata-rata dari turbine heatrate yang dihasilkan selama 3 hari
pada unit 5 adalah 3928.40 Kcal/kWh. Nilai turbine heatrate yang besar
menunjukkan kinerja dari turbin uap mengalami penurunan. Selain itu juga
dipengaruhi oleh laju aliran massa dan enthalpy dari steam yang digunakan
sebagai fluida kerja yang digunakan untuk memutar turbin hal itu dapat
dilihat dari sisi energinya. Adanya pengurangan ekstraksi-ekstraksi uap juga
dapat mengakibatkan kenaikan pada nilai turbine heatrate.
Nilai turbine heatrate desain tidak selalu sama dengan turbine
heatrate data hasil uji commisioning hal ini dikarenakan kurva desain tidak
selalu mewakili kemampuan unit sebenarnya. Salah satu penyebab
perbedaan heatrate kondisi desain terhadap commusioning adalah
penurunan tekanan saluran ekstraksi. Semakin besar energi input yang
masuk kedalam turbin maka kinerja turbin akan semakin bagus dan semakin
89

kecil energi input yang masuk kedalam turbin maka kinerja turbin juga
buruk.
4.2.7.2. Efisiensi turbin menggunakan metode heatrate turbine

Effeciency Turbine (%)


40
35
35
30
Effeciency Turbine

24
25
20
14
15
10
5
0
20-Sep 23-Sep 24-Sep
Waktu

Perbandingan nilai efisiensi turbin dapat dilihat pada Gambar 4.9.


sebagai berikut :

Gambar 4.16. Grafik perbandingan efisiensi turbine


Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan kondisi dilapangan
maka diperoleh efisiensi turbine tertinggi menggunakan metode heatrate
turbine yaitu 35%. Sedangkan efisiensi turbine terendah yaitu 14%.
Berdasarkan dari grafik data yang diambil selama 3 (tiga) hari dapat dilihat
90

pada Gambar 4.5. dimana nilai efisiensi turbine yang dihasilkan tidak
menentu. Hasil rata-rata dari efisiensi turbine selama 3 hari pada unit 5
adalah 24.33%. Nilai efisiensi turbine dari performance test unit 5 masih
dikatakan baik, karena masih memenuhi standar dari data desain yaitu
antara 13-35%. Namun jika efisiensi nilai efisiensi dibawah 13% maka
pembangkit tersebut dinyatakan kurang baik. Beberapa faktor yang
mempengaruhi efisiensi turbin antara lain adalah suhu dan tekanan uap
yang masuk turbin. Semakin tinggi suhu dan tekanan uap masuk maka
efisiensi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Efisiensi berbanding terbalik
dengan Turbine heatrate, dimana semakin rendah turbine heatrate maka
akan semakin bagus. Faktor yang paling berpengaruh terhadap efisiensi
turbin adalah adanya perpindahan panas dari sistem ke lingkungan atau
sebaliknya. Idealnya proses yang terjadi di turbin dan mesin kalor lainnya
adalah adiabatis, dimana tidak ada pertukaran panas antara sistem dengan
lingkungan.
4.2.7.3. Optimasi di Turbin
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan performa
turbin adalah sebagai berikut :
1. Memperkecil kerugian perapat (Labyrinth)
Kerugian perapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: kerugian
perapat poros turbin dan kerugian perapat antar tingkat sudu-sudu
antara rotor dengan casing. Pada perapat poros turbin (gland seal)
terutama untuk turbin tekanan tinggi, sejumlah uap dari dalam
casing akan mengalir melintasi gland seal. Fraksi uap ini tidak
menyerahkan energi panasnya pada turbin untuk diubah menjadi
energi mekanik. Karenanya kebocoran ini juga termasuk salah satu
kerugian yang terjadi pada turbin yang pada akhirnya juga
mempengaruhi efisiensi turbin.
2. Mengurangi kerugian kebasahan uap
Makin besar kadar air dalam uap berarti makin besar kerugian yang
berarti pula semakin kecil efisiensi turbin. Sehingga diusahakan agar
kadar air dalam uap bekas sekecil mungkin (dalam kondisi operasi
91

bagaimanapun juga) agar diperoleh efisiensi turbin yang seoptimal


mungkin.
3. Mengurangi Kerugian Throtling
Proses throtling adalah proses isentalpi (entalpi konstan) yang
mengakibatkan turunnya tekanan dan temperatur uap. Pada gambar
terlihat bahwa semakin besar penurunan tekanan akibat throtling,
maka garis ekspansi uap akan semakin pendek. Ini berarti bahwa
energi panas yang dapat diubah menjadi energi mekanik menjadi
semakin kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bila
dalam pengoperasian turbin terjadi proses throtling, berarti efisiensi
turbin akan berkurang.

4. Mengurangi kerugian mekanik turbin


Kerugian lain yang juga terjadi pada turbin adalah kerugian mekanik.
Berikut beberapa cara untuk meningkatkan performa turbin dan kondensor
adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi losses pada turbin.
b. Menaikkan temperature air yang akan ke boiler.
c. Mengoptimalkan flow air pendingin masuk ke kondensor.
d. Menurunkan tekanan vakum kondensor.
e. Menjaga throttle steam pressure dan temperature.
f. Meningkatkan performa feedwater heater.

4.2.8. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, efisiensi turbine tertinggi
menggunakan metode heatrate turbine pada PLTU Unit 5 Muara Karang
memiliki nilai yaitu 35%. Nilai efisiensi turbine akan semakin bagus jika nilai
turbin heatrate rendah. Efisiensi turbin dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
uap yang masuk turbin. Untuk menaikkan efisiensi turbin bisa dilakukan
dengan memperkecil kerugian perapat (Labyrinth), mengurangi kerugian
92

kebasahan uap, mengurangi Kerugian Throtlin, mengurangi kerugian


mekanik turbin dan mencegah adanya kerak pada sudu turbin.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari kerja praktek pada PLTU Suralaya
adalah sebagai berikut :
1. Efisiensi turbin dengan menggunakan turbine heatrate yang diukur
dalam 3 hari yaitu tanggal 20, 23, dan 24 September secara berturut-
turut adalah 42%, 43% dan 38%.
2. Efisiensi boiler dapat menurun diakibatkan oleh beberapa factor antara
lain Excess air yang tinggi, performa alat pembakaran/burner menurun,
tingginya temperature gas buang (flue gas), temperature feedwater
rendah, tekanan uap (steam preassure), blowdown, bahan bakar serta
pemanfaatan kondensat.
3. Efisiensi boiler dapat dinaikan dengan beberapa cara yaitu kebersihan
boiler, meningkatkan Excess air, memperbaiki performa alat
pembakaran, menaikkan temperature feedwater, komposisi bahan bakar.
4. Efisiensi berbanding terbalik dengan Turbine heatrate, dimana semakin
rendah turbine heatrate maka efisiensi yang diperoleh akan semakin
bagus.
5. Nilai Turbine Heatrate secara berturut-turut adalah 2045.01Kcal/kWh,
2045.29 Kcal/kWh, dan 2224.86 Kcal/kWh
5.2. Saran
1. Dapat selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga kedepannya mampu menciptakan inovasi-inovasi baru untuk
menghasilkan produk yang berkualitas baik.
2. Perlu adanya peningkatan dalam hal kebersihan, perawatan alat-alat dan
kedisiplinan karyawan supaya setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan
sebaik-baiknya.
3. Perlu peningkatan kesadaran alat pelindung diri (APD) bagi para pekerja
agar dapat memperkecil timbulnya bahaya dan kontaminasi produk oeh
pekerja.

93
DAFTAR PUSTAKA
AKMAL, F. 1984. "Masalah mutu air pen-dingin PLTU Muara Karang". Diskusi
ilmiah tentang masalah limbah air panas PLTU, 17 Januari 1984. Pusat
Penyelidikan Masalah Kelestarian 7 hal.
ARINARDI, O.H. 1985. Pengaruh PLTU Muara Karang, Jakarta, terhadap
kandungan plankton di perairan saluran pemasukan dan saluran
pengeluaran air pendingin. Thesis MS. Fak. Pasca Sarjana, IPB: 136 hal.
Bambang Sugiantoro. Metode Analisis Energy Perhitungan Metode Direct
And Indirect (Heat Rate/Tara Kalor) Bahan Bakar Batu Bara Dan
Pengaruhnya Pada Performance Sistem Uap. Jurnal Intuisi Teknologi
dan Seni. ISSN 1978-2497.
BURHANUDDIN & S. BIROWO 1981. Pengaruh limbah air panas PLTU Priok
terhadap komposisi jenis ikan di perlim -bahannya. ODI14 : 19 - 30.
Djiteng Marsudi, “ Operasi Sistem Tenaga Listrik” Graha Ilmu,2006
Habibiansyah, Rhivki, “Studi Reliability, Availability dan Maintainability
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Payo Silincah Jambi”, Tugas akhir, USU,
Medan, 2012.
ISTIGNO 1984. Penyebaran panas limbah air pendingin utama PLTU. Diskursi
ilmiah tentang masalah Limbah Air Panas, Jakarta, 17 Januari 1984.
PUS-LIDIK Masalah Kelistrikan PLN : 23 hal.
LON-LIPI 1974. Final report on the first stage of the oceanological
investigation and survey in connection with the Muara Karang Steam
Power Station Project. Chapter III. Biological survey, LON-IIPI Jakarta: III
1 -44.
MAHLAN, M. 1981. Pengaruh limbah air panas PLTU Muara Karang terhadap
ikan, teritip dan organisme dasar perair-an Muara Karang, Teluk
Jakarta. Thesis MS. Fak. Pasca Sarjana, IPB : 92 hal.
MARTONO, A. 1984. Batasan suhu limbah air pendingin PLTU. Diskusi ilmiah
tentang Masalah limbah Air Panas, Jakarta, 17 Januari 1984. PUSLIDIK
Masalah Kelistrikan, PLN: 11 hal.

94
95

Michael J. Moran, Howard N. Shapiro. 2004. Termodinamika Teknik Jilid II.


Jakarta: Erlangga Manual Book PT. Indonesia Power Uboh UJP Banten 3
Lontar.
P. Shlyakin. 1990. Turbin Uap Teori Dan Rancangan. Jakarta: Erlangga
Yunus A. Cengel And Michael A. Boles, Mc Graw. Hill Higher Education. 2007.
Thermodynamics : An Engineering Approach.
Rambe, Lukmanul Hakim, “Studi Keandalan Dan Ketersediaan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Unit PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Belawan.
96

LAMPIRAN
PERHITUNGAN TUGAS KHUSUS 1
A. Perhitungan Efesiensi Turbin Menggunakan Metode HeatRate
Turbine pada Unit 4 PLTU Muara Karang
Perhitungan efesiensi Turbin pada Unit 4 di PLTU Muara Karang ini
dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 20 September, 23 September, dan
24 September 2019. Selama data diambil ada beberapa kondisi yang harus
dipenuhi saat pengambilan data supaya perhitungan yang diperoleh lebih
akurat, yaitu:
a. Unit harus dalam kondisi stabil, steam turbine generator di set dalam
posisi “Load Limit”.
b. Semua penggunaan/aliran (uap, air, udara dll) dari/ke unit harus
diisolasi, Auxiliary power supply hanya dari unit itu sendiri.
c. Selama pengambilan data Boiler blowdown valve harus ditutup.
d. Kondisi steady dianggap tercapai ketika kondisi diatas
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Metode yang digunakan dalam menghitung efesiensi turbin adalah
“Metode HeatRate”. HeatRate Turbine adalah jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk memproduksi listrik sebesar kWh dan dinyatakan dalam satuan
(kJ/kWh). HeatRate Turbine menunjukkan perbandingan dari energi total
yang digunakan untuk memutar turbin, dengan energi listrik yang dihasilkan
oleh generator dan dinyatakan dalam kJ/KWh. HeatRate Turbine dapat
dikalkulasi dengan persamaan :

HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
Dimana:
𝐻𝑅𝑇 : HeatRate turbin (kJ/kWh)
m1 : Laju aliran massa main steam (uap keluaran superheater)
(kg/h)
h1 : Entalpi main steam (uap keluaran superheater) (kJ/kg)
m3 : Laju aliran massa hot reheat (uap keluaran dari reheater)
(kg/h)
97

h3 : Entalpi hot reheat steam (uap keluaran reheater) (kJ/kg)


mf : Laju aliran massa feed water (air umpan boiler) (kg/h)
hf : Entalpi feed water (air umpan boiler) (kJ/kg)
m2 : Laju aliran massa cold reheat (uap masuk ke reheater) (kg/h)
h2 : Entalpi cold reheat (uap masuk ke reheater) (kJ/kg)
mis : Laju aliran massa superheater spray (kg/h)
his : Entalpi superheater spray (kJ/kg)
Pgen : Turbin generator output (MW)
Pexc : Generator excitation power (MW)
1. Efesiensi Turbin pada 20 September 2019
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung Efesiensi Turbin pada
tanggal 20 September 2019 disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Parameter HeatRate Turbine pada 20 September 2019
No Parameter Unit Nilai
1. Main steam temperature (T1) °C 534.33
Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126.66
Main steam flow (m1) Kg/h 522000
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3436.237
2. Hot reheat temperature (T3) °C 540
Hot reheat pressure (P3) Kg/cm2 29
Hot reheat flow (m3) Kg/h 469449.34
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3548.246
3. Feed water temperature (Tf) °C 225
Feed water pressure (Pf) Kg/cm2 144
Feed water flow (mf) Kg/h 515660
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 969.216
4. Cold reheat temperature (T2) °C 356
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm2 30
Cold reheat flow (m2) Kg/h 476000
Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3131.076
5. Superheated spray temperature (Tis) °C 150
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm2 155
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 55000
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 640.827
6. Generator Output (Pgen) MWh 172000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4400
HeatRate Turbine :
m3 = m1 – mexc2
98

mfw(hfwout−hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
515600(1066.50−862.32)
=
(3162.68−881.56)
515600(204.18)
=
2281.12
105275208
=
2281.12
= 46150.66 Kg/h
Hfwout 254.9 Kcal/kg 1066.50 kJ /Kg

Hfwin 205.1 Kcal/kg 862.32 kJ /Kg

Hexc 754.8 Kcal/kg 3162.68 kJ / Kg

Hdrain 210.5 Kcal/kg 881.56 kJ / Kg

Maka, m3 = m1 – mexc2
= 515600 - 46150.66 = 469449.34 Kg/h

HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=

{ ( 522000 x 3436.237 ) + ( 469449.34 x 3548.246 ) }−¿{ ( 515660 x 969.216 ) + ( 476000 x 3131.076 ) +(55000
172000−4400
=

{ ( 1793715714 ) + ( 1665721742.9 ) }−¿{ ( 499785922.56 ) + ( 1490392176 ) +(35214850) }


172000−4400
( 3459437456.9 )−(2025392948.6)
=
167600
1434044508.3
=
167600
= 8556.35 kJ/kWh
= 2045.01Kcal/kWh
Efesiensi Turbin :
860
Ƞ = x 100
2045.01
99

= 0.42 x 100
= 42%
2. Efesiensi Turbin pada 23 September 2019
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung Efesiensi Turbin pada
tanggal 23 September 2019 disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Parameter HeatRate Turbine pada 23 September 2019
No Parameter Unit Nilai
1. Main steam temperature (T1) °C 534.66
Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126.33
Main steam flow (m1) Kg/h 511330
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3435.128
2. Hot reheat temperature (T3) °C 541.66
Hot reheat pressure (P3) Kg/cm2 27.66
Hot reheat flow (m3) Kg/h 462684.25
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3553.224
3. Feed water temperature (Tf) °C 227
Feed water pressure (Pf) Kg/cm2 146.33
Feed water flow (mf) Kg/h 507330
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 978.402
4. Cold reheat temperature (T2) °C 355.66
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm2 29.66
Cold reheat flow (m2) Kg/h 475000
Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3131.136
5. Superheated spray temperature (Tis) °C 148
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm2 154.8
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 55660
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 632.289
6. Generator Output (Pgen) MWh 172000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4400

HeatRate Turbine :
m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout−hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
507330(1058.13−857.72)
=
(3158.08−880.73)
507330(200.41)
=
2277.35
101674005.3
=
2277.35
100

= 44645.75 Kg/h
Hfwout 252.9 Kcal/kg 1058.13 kJ /Kg

Hfwin 205Kcal/kg 857.72 kJ /Kg

Hexc 754.8 Kcal/kg 3158.08 kJ / Kg

Hdrain 210.5 Kcal/kg 880.73 kJ / Kg

Maka, m3 = m1 – mexc2
= 507330 – 44645.75
= 462684.25 Kg/h

HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=

{ ( 511330 x 3435.128 ) + ( 462684.25 x 3553.224 ) } −¿ {( 507330 x 978.402 ) + ( 475000 x 3131.136 )+(55660


172000−4400
=

{ ( 175648000.2 )+ (1644020781.5 ) } −¿ {( 496372686.66 )+ ( 1487289600 )+(35193205.74)}


172000−4400
( 3400504781.7 )−(2018855492.2)
=
167600
1381649289.5
=
167600
= 8243.73 kJ/kWh
= 2045.29 Kcal/kWh
Efesiensi Turbin :
860
Ƞ = x 100
2045.29
= 0.43 x 100
= 43%
3. Efesiensi Turbin pada 24 September 2019
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung Efesiensi Turbin pada
tanggal 23 September 2019 disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Parameter HeatRate Turbine pada 24 September 2019
101

No Parameter Unit Nilai


102

1. Main steam temperature (T1) °C 534


Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126.33
Main steam flow (m1) Kg/h 526330
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3435.589
2. Hot reheat temperature (T3) °C 538.33
Hot reheat pressure (P3) Kg/cm2 28
Hot reheat flow (m3) Kg/h 506710.24
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3545.461
3. Feed water temperature (Tf) °C 224.66
Feed water pressure (Pf) Kg/cm2 144
Feed water flow (mf) Kg/h 554660
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 967.668
4. Cold reheat temperature (T2) °C 355
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm2 30
Cold reheat flow (m2) Kg/h 475500
Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3128.741
5. Superheated spray temperature (Tis) °C 152.33
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm2 154
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 31000
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 650.708
6. Generator Output (Pgen) MWh 172000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4400
HeatRate Turbine :
m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout−hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
554660(1066.92−869.43)
=
(3161.43−876.96)
554660(197.49)
=
2284.47
109539803.4
=
2284.47
= 47949.76
Hfwout 255 Kcal/kg 1066.92 kJ /Kg

Hfwin 207.8 Kcal/kg 869.43 kJ / Kg

Hexc 755.6 Kcal/kg 3161.43 kJ / Kg

Hdrain 209.6 Kcal/kg 876.96 kJ / Kg

Maka, m3 = m1 – mexc2
103

= 554660 – 47949.76
= 506710.24 Kg/h

HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=

{ ( 526330 x 3435.589 ) + ( 506710.24 x 3545.461 ) }−¿{ ( 554660 x 967.668 ) + ( 475500 x 3128.741 ) +(31000
172000−4400
=

{ ( 1808253558.4 ) + ( 1796521394.2 ) }−¿ { (536726732.88 ) + ( 1487716345.5 ) +(20171951.1)}


172000−4400
( 3604774952.6 )−( 2044615029.5)
=
167600
1560159923.1
=
167600
= 9308.83 kJ/kWh
= 2224.86 Kcal/kWh
Efesiensi Turbin :
860
Ƞ = x 100
2224.86
= 0.38 x 100
= 38%
LAMPIRAN
PERHITUNGAN TUGAS KHUSUS 2
A. Perhitungan Efisiensi Turbin Menggunakan Metode Heatrate
Turbine Unit 5 PLTU Muara Karang
1. Tanggal 20 September 2019
Data dibawah ini diambil ketika kondisi beban steady state dan
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Tabel 1. Parameter Heatrate Turbine unit 5 pada 20 September 2019
No Parameter Unit Nilai
1. Main steam temperature (T1) °C 540.33
Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126.33
Main steam flow (m1) Kg/h 397000
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3452.58
104

2. Hot reheat temperature (T3) °C 536.67


Hot reheat pressure (P3) Kg/cm2 22
Hot reheat flow (m3) Kg/h 469449.34
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3547.79
3. Feed water temperature (Tf) °C 229
2
Feed water pressure (Pf) Kg/cm 144
Feed water flow (mf) Kg/h 374000
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 988.170
4. Cold reheat temperature (T2) °C 333.33
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm2 23
Cold reheat flow (m2) Kg/h 476000
Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3094.349
5. Superheated spray temperature (Tis) °C 150
2
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm 155
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 60330
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 644.027
6. Generator Output (Pgen) MWh 135000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4100
Hfwout 250.9 Kcal/kg 1049.76 kJ / Kg
Hfwin 200.2 Kcal/kg 837.63 kJ / Kg
Hexc 753.7 Kcal/kg 3153.48 kJ / Kg
Hdrain 210.7 Kcal/kg 881.56 kJ / Kg

HeatRate Turbine :
m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout −hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
374000(1049.76−837.63)
=
(3153.48−881.56)
374000(661.93)
=
2271.92
247561820
=
2271.92
= 108965.90 Kg/h
Maka, m3 = m1 – mexc2
= 397000 – 108965.90
= 288034.1 Kg/h

HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
105

{ ( 397000 x 3452.58 ) + ( 469449.34 x 3547.79 ) }−¿ { (374000 x 988.170 ) + ( 476.000 x 3094.349 ) +(60330 x
135000−4100
=

{ ( 4823254260 ) + ( 1665507674 ) }−¿ {( 369575580 ) + ( 1472918124 )+(38854148.91)}


130900
( 6488761934 )−(1881347853)
=
130900
4607414081
=
130900
= 35197.96 kJ/kWh
= 8412.51 Kcal/kWh
Efesiensi Turbin :
860
Ƞ = x 100
8412.51
= 0.10 x 100
= 10%
2. Tanggal 23 September 2019
Data dibawah ini diambil ketika kondisi beban steady state dan
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Tabel 2. Parameter Heatrate Turbine unit 5 pada 23 September 2019
No Parameter Unit Nilai
1. Main steam temperature (T1) °C 540
Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126
Main steam flow (m1) Kg/h 520000
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3451.97
2. Hot reheat temperature (T3) °C 539
Hot reheat pressure (P3) Kg/cm2 22
Hot reheat flow (m3) Kg/h 50669.3
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3547.67
3. Feed water temperature (Tf) °C 229
Feed water pressure (Pf) Kg/cm2 146.33
Feed water flow (mf) Kg/h 502.330
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 988.232
4. Cold reheat temperature (T2) °C 353.33
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm2 30.33
Cold reheat flow (m2) Kg/h 475500
106

Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3124.44


5. Superheated spray temperature (Tis) °C 150
2
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm 155.5
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 55770
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 644.058
6. Generator Output (Pgen) MWh 135000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4100
Hfwout 255.1 Kcal/kg 1067.33 kJ /Kg
Hfwin 204.2 Kcal/kg 854.37 kJ / Kg
Hexc 755.6 Kcal/kg 3161.43 kJ / Kg
Hdrain 210.8 Kcal/kg 881.98 kJ / Kg
HeatRate Turbine :
m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout −hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
502330(1067.33−854.37)
=
(3161.43−881.98)
502330(212.96)
=
2279.45
106976196.8
=
2279.45
= 469330.70 Kg/h

Maka, m3 = m1 – mexc2
= 520000 - 469330.70
= 50669.3 Kg/h

HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=

{ ( 520000 x 3451.97 ) + ( 502330 x 3298.75 ) } −¿ {( 502.330 x 988.232 ) + ( 475500 x 3124.44 ) +(55770 x 644.0
135000−4100
=

{ ( 1795024400 )+ ( 1657061088 ) }−¿ { ( 496418.58 ) + ( 1485671220 ) +(35919114.66)}


130900
( 3452085488 )−(1522086753)
=
130900
107

1929998735
=
130900
= 14744.06 kJ/kWh
= 3523.91 Kcal/kWh
Efesiensi Turbin :
860
Ƞ = x 100
3523.91
= 0.24 x 100
= 24%
3. Efesiensi Turbin pada 24 September 2019
Data dibawah ini diambil ketika kondisi beban steady state dan
dipertahankan/dijaga selama 60 menit.
Tabel 3. Parameter HeatRate Turbine pada 24 September 2019
No Parameter Unit Nilai
1. Main steam temperature (T1) °C 539
Main steam pressure (P1) Kg/cm2 126.33
Main steam flow (m1) Kg/h 402000
Entalphy main steam (h1) kJ/kg 3449.008
2. Hot reheat temperature (T3) °C 530.66
2
Hot reheat pressure (P3) Kg/cm 23.33
Hot reheat flow (m3) Kg/h 401661.81
Entalphy hot reheat (h3) kJ/kg 3531.668
3. Feed water temperature (Tf) °C 227
Feed water pressure (Pf) Kg/cm2 146
Feed water flow (mf) Kg/h 398.660
Entalphy feed water (hf) kJ/kg 2983.647
4. Cold reheat temperature (T2) °C 331.33
2
Cold reheat pressure (P2) Kg/cm 30.33
Cold reheat flow (m2) Kg/h 475400
Entalphy cold reheat (h2) kJ/kg 3072.299
5. Superheated spray temperature (Tis) °C 151.98
Superheated Spray pressure (Pis) Kg/cm2 154.5
Superheated Spray flow (mis) Kg/h 601.38
Entalphy Superheated spray (his) kJ/kg 3072.299
6. Generator Output (Pgen) MWh 135000
7. Generator excitation power (Pexc) MWh 4100
Hfwout 254.5 Kcal/kg 1064.828 kJ /Kg
Hfwin 209 Kcal/kg 874.456 kJ / Kg
Hexc 765.4 Kcal/kg 3202.4336 kJ / Kg
Hdrain 210 Kcal/kg 878.64 kJ / Kg
HeatRate Turbine :
108

m3 = m1 – mexc2
mfw(hfwout −hfwin)
mexc2 =
(hexc−hdrain)
398.660(1064.828−874.456)
=
(3202.433−878.64 )
398.660(190.372)
=
2323.793
785893.70
=
2323.793
= 338.19 Kg/h

Maka, m3 = m1 – mexc2
= 402000 – 338.19
= 401661.81 Kg/h

HRT =
{ ( m1 x h 1 ) + ( m 3 x h 3 ) }−{ ( mf x hf ) + ( m2 x h 2 ) +( mis x his ) }
Pgen−Pexc
=

{ ( 402000 x 3449.008 ) + ( 401661.81 x 3531.668 ) }−¿ {( 398.660 x 2983.647 )+ ( 475400 x 3072.299 ) +(601.
135000−4100
=

{ ( 1386501216 ) + ( 1418536161 ) }−¿ {( 1189460.713 )+ ( 1460570945 )+(1847619.173)}


130900
( 2805037377 )−(1463608025)
=
130900
1341429352
=
130900
= 10247.74 kJ/kWh
= 2449.26 Kcal/kWh
Efesiensi Turbin :
860
Ƞ = x 100
2449.26
= 0.35 x 100
= 35%
109

Anda mungkin juga menyukai