Makalah
Oleh:
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Mengetahui mekanisme reaksi katalitik methane steam reforming.
b. Mengetahui analisa termodinamika dan kinetika dari pembuatan katalis untuk reaksi
methane steam reforming.
c. Mendapatkan formulasi katalis terbaik yang sesuai untuk menghasilkan gas hidrogen
dengan reaksi katalitik methane steam reforming.
d. Mengetahui pengujian kinerja katalis yang didapat melalui tahapan karakterisasi dan
uji aktivitas katalis.
e. Mengetahui permasalahan deaktivasi katalis methane steam reforming, serta tahapan
proses regenerasinya.
2. Mekanisme Reaksi
2.1. Analisa Stoikiometri
Untuk reaksi antara metana dengan air (H 2O), dapat terjadi berbagai reaksi yang
mungkin terjadi sebagai berikut :
A. Reaksi reaktan primer :
CH4 = tidak ada
H2O = tidak ada
B. Reaksi reaktan dengan dirinya sendiri :
Reaksi Jenis Reaksi
CH4 ↔ C + 2H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H6 + H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H4 + 2H2 Dehidrogenasi
2CH4 ↔ C2H2 + 3H2 Dehidrogenasi
2H2O ↔ 2H2 + O2 Dehidrogenasi
Target dari reaksi methane steam reforming adalah menghasilkan hidrogen sebanyak-
banyaknya untuk digunakan dalam proses selanjutnya. Dari berbagai kemungkinan reaksi
yang dapat terjadi di dalam reaktor primary reformer di atas, maka dipilih reaksi methane
steam reforming berikut untuk menghasilkan hidrogen.
205810 T−298.15
K=1.41×10−25 exp ( ( ))
8.314 ×298.15 T
T −298.15
K=1.41×10−25
(
exp 83.03 (
T ))
3.1.1. Mencari Hubungan antara Temperatur dan Konversi secara Termodinamika
Persamaan reaksi :
A+ B ↔C +3 D
Maka, laju reaksinya adalah:
−ra=k 1 C A C B −k 2 CC C 3D
C C C 3D k
(
−ra=k 1 C A C B−
K )
, dimana K = 1
k2
3.1.2. Stoikiometri
Asumsi yang digunakan adalah reaksi elementer, kosentrasi A dan konsentrasi B pada
awal reaksi adalah sebanding secara stoikiometris, dan konsentrasi C pada awal reaksi adalah
0. Dimana P = P0 dan T = T0.
CH 4 ( g) + H 2 O(g ) ↔ CO(g) +3 H 2 (g)
A+ B ↔C +3 D
Mula-mula : 11
Reaksi : X X↔X3X
Sisa : ( 1− X )( 1−X ) X 3 X
Maka :
C C C 3D
K=
CA CB
X 3X 3
( )( )
2−2 X 2−2 X
K=
1−X 1− X
( )(
2−2 X 2−2 X )
Dengan nilai K yang didapat dari persamaan sebelumnya:
T −298.15
K=1.837× 1012 exp 83.03( ( T ))
Nilai K berubah terhadap suhu, sedangkan nilai konversi (X) berubah terhadap K.
Sehingga dari prsamaan diatas dapat diperoleh grafik dengan menggunakan program goal
seek pada MS.Excel sebagai berikut:
No T (oC) K X
1 400 0.000017 0.0901
2 450 0.000220 0.0927
3 500 0.002009 0.1234
4 550 0.014 0.1765
5 600 0.079 0.2474
6 650 0.365 0.3254
7 700 1.449 0.4050
8 750 5.02 0.4815
9 800 15.50 0.5518
10 850 43.29 0.6141
11 900 110.75 0.6681
12 950 262.411 0.7140
13 1000 581.00 0.7528
14 1050 1211.39 0.7854
15 1100 2394.15 0.8127
16 1150 4510.54 0.8356
17 1200 8140.18 0.8549
18 1300 23689.04 0.8850
19 1400 60674.63 0.9069
20 1500 139763.93 0.9231
21 1600 294503.34 0.9353
22 1700 575407.26 0.9447
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Temperature (oC)
4. Analisa Kinetika
Laju reaksi merupakan fungsi konsentrasi reaktan, dimana pada reaksi katalisis
konsentrasi yang berpengaruh adalah konsentrasi reaktan yang teradsorpsi di permukaan.
Untuk dapat menentukan konsentrasi reaktan dipermukaan dilakukan perhitungan
menggunakan model adsorpsi sedangkan untuk menentukan laju reaksi digunakan model
laju reaksi permukaan. Terdapat beberapa permodelan adsorpsi-desorpsi dan kinetika reaksi
yang dapat digunakan untuk pendekatan, antara lain :
1. Model adsorpsi isothermal Langmuir
2. Model adsorpsi isothermal Freundlich
3. Model adsorpsi isothermal Temkin (Sygin-Frumkin)
4. Model Langmuir-Hinshelwood
5. Model Rideal
Pada desain katalis ini, dipilih model Langmuir-Hinshelwood dalam pendekatan
analisa kinetika reaksi, karena model Langmuir-Hinshelwood tersebut memiliki beberapa
kelebihan untuk analisa kinetika reaksi methane steam reforming antara lain :
1. Pendekatan yang paling umum dan terbaik untuk diaplikasikan pada katalis
2. Menggambarkan proses adsorpsi dan desorpsi di permukaan inti aktif katalis
3. Reaksi berlangsung dalam fase gas dan terjadi proses difusi gas.
4. Dapat digunakan untuk reaksi yang bersifat reversible
Dalam menggunakan model Langmuir – Hinshelwood ini digunakan beberapa asumsi,
yaitu:
1. Spesi yang teradsropsi hanya menempati tempat tertentu dalam permukaan (artinya
satu aktif site hanya mengadsropsi satu molekul/ monolayer)
2. Perbedaan energi adsropsi tidak bergantung pada permukaan (permukaanya
berstruktur homogen/ uniform molekul terlokalisasi)
3. Reaksi terjadi antara spesies yang teradsorpsi
4. Kesetimbangan adsropsi terjadi sepanjang waktu
5. Bila terdapat lebih dari satu adsorbat, terjadi kompetisi untuk diadsorp pada waktu
yang sama
ads
A A
dn
Laju desorpsi : (
dz )
A '
=k θ A
des
θ B=K B P B ( 1−∑ θ )
θC =K C PC ( 1−∑ θ )
θ D=K D P D ( 1−∑ θ )
Sehingga :
∑ θ=(1−∑ θ ) ( K A P A + K B PB + K C PC + K D P D )
1
( 1−∑ θ ) = 1+ K
A P A + K B PB + K C PC + K D P D
Asumsi masing masing reaktan dan kedua produk dipostulasikan teradsorpsi. Oleh
karena itu, diperlukan site kosong untuk mengakomodasi molekul produk, maka
persamaannya menjadi:
−r =k θ A θ B ( 1−∑ θ )
Sehingga dari model tersebut dapat diperkirakan konversi yang baru dengan perumusan
sebagai berikut :
−dC A k K A PA KB PB
= 3
dt ( 1+ K A P A + K B P B + K C P C + K D P D )
−d (1−X ) k K A P A K B PB
=
dt C A 0 ( 1+ K A P A + K B PB + K C PC + K D PD )3
−E A
−d (1−X )
=
Aexp ( 8.314 T )
K A P A K B PB
3
dt C A 0 ( 1+ K A P A + K B PB + K C PC + K D PD )
−Ea
( 8.314 )
X =1− ( A exp
T
K A PA K B PB
C A 0 ( 1+ K A P A + K B PB + K C PC + K D P D )3 ) t
Demikianlah rumus perhitungan konversi yang baru pada desain katalis methane steam
reforming untuk menghasilkan hidrogen.
5. Pemilihan Katalis
5.1. Pertimbangan Pemilihan Katalis secara Umum
Secara umum, untuk menilai baik tidaknya suatu katalis, ada beberapa parameter yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Selektivitas, yaitu kemampuan katalis mempercepat satu reaksi di antara beberapa reaksi
yang terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan produk samping
seminimal mungkin.
Bentuk selektivitas dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a) Selektivitas Reaktan
Selektivitas reaktan terjadi bila hanya sebagian dari reaktan yang bisa menjangkau
situs aktif di dalam pori atau kanal katalis. Ini berarti hanya komponen-komponen yang
relatif lebih kecil yang dapat masuk ke dalam pori atau kanal, sedangkan komponen yang
lebih besar tidak dapat masuk.
b) Selektivitas Produk
Selektivitas produk terjadi bila hanya produk reaksi yang berukuran tertentu yang
dapat berdifusi keluar dari dalam rongga katalis. Produk yang lebih besar dari ukuran
jendela pori akan tinggal dalam rongga katalis sehingga dapat mendeaktivasi katalis atau
dapat bereaksi lebih lanjut membentuk produk reaksi yang lebih kecil sehingga dapat
keluar meninggalkan rongga katalis.
c) Selektivitas Keadaan Transisi
Selektivitas keadaan transisi terjadi bila reaksi-reaksi tertentu dapat dicegah karena
keadaan transisi yang dibutuhkan oleh suatu reaksi tidak dapat dicapai dalam rongga
katalis karena faktor sterik dan keterbatasan ruang (keadaan transisi membutuhkan ruang
yang lebih besar)
2. Stabilitas, yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas seperti pada keadaan
semula.
3. Aktivitas, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi produk yang
diinginkan.
4. Yield, yaitu jumlah produk tertentu yang terbentuk untuk setiap satuan reaktan yang
terkonsumsi.
5. Kemudahan diregenerasi, yaitu proses mengembalikan aktivitas dan selektivitas katalis
seperti semula.
6. Mempunyai luas permukaan yang cukup besar sehingga dapat memperbesar dispersi
katalis dan mempermudah terjadinya reaksi permukaan.
Dari pemaparan tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa untuk mendapatkan
desain katalis yang sesuai adalah bergantung pada bahan katalitik, bahan promotor dan bahan
penyangga (support). Di samping itu, efektifitas fungsi katalitik juga ditentukan oleh bentuk
dan ukuran katalis. Dimana harus disesuaikan dengan kondisi dan tahapan proses produksi
yang dijalani agar memiliki kinerja yang optimum.
Selain itu juga perlu dipertimbangkan faktor yang menyebabkan deaktivasi katalis.
Kerusakan aktivitas katalis ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas berlebih atau
penghambatan aktivitas. Kerusakan aktivitas katalis dapat disebabkan karena adanya
kerusakan fisik atau kerusakan kimia katalis. Kerusakan fisik katalis misalnya dapat
disebabkan oleh pengkristalan material pendukung katalis atau kerusakan fisik pada
katalisnya sendiri.
Jika sifat kerusakannya tidak permanen, maka katalis tersebut biasanya masih dapat
diregenerasi. Jika kerusakan aktivitas katalis disebabkan oleh kerusakan pada pendukung
yang tahan panas, seperti alumina, yang disebabkan oleh adsorpsi karbon atau tar (wax),
maka pembakaran alumina pada suhu dibawah 500 oC dapat menghilangkan karbon dan tar
tersebut. Selanjutnya, melalui serangkaian pengolahan reduksi, aktivitas katalis akan dapat
dimunculkan kembali.
Kondisi temperatur yang tinggi untuk reaksi steam reforming dan keberadaan steam
yang dijaga ketat membutuhkan formulasi Support katalis yang low-area dan tahan panas.
Beberapa perbandingan support katalis terangkum dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Perbandingan Material Support Katalis
Material Support Keterangan
α-Alumina Banyak digunakan untuk bahan baku gas alam
Memiliki decreasing order tinggi
Kalsium Aluminat Crushing strength tinggi, tapi kehilangan jumlah kekuatan yang
signifikan selama pemakaian, khususnya pada operasi bertekanan
tinggi. Tekanan parsial yang tinggi dari karbon dioksida pada suhu
tinggi bereaksi dengan Support kalsium aluminat dan memutus
ikatan yang awalnya berkotribusi pada crushing strength.
Cenderung digunakan untuk tekanan rendah
Memiliki nilai alakalinitas alami yang membantu menekan titik
asam dan deposisi karbon dari permukaan katalis.
Kalsium Aluminat Titanium oksida mensubsitusi sebagian alumina
Titanat Memiliki sifat crushing strength yang tinggi
Bisa digunakan untuk kondisi ekstrim
Spinel Magnesium Luas permukaan spesifik yang lebih besar.
Alumina (keramik) Crushing strength tinggi
Stabilitas tinggi
Harus dikalsinasi untuk temperatur yang lebih tinggi selama
pembuatan partikel Support, untuk memastikan tidak ada
magnesium oksida di dalamnya yang akan terhidrasi menjadi
hidroksida pada temperatur di bawah 300 oC. Perubahan kimia ini
terjadi pada saat peningkatan volume, yang akan merusak
strukturnya dan mengurangi stabilitas mekanik dari katalis
tersebut.
Refractory Alumina Crushing strength tinggi
Stabilitas tinggi
Alumina-alumna Tidak stabil
transisi seperti γ dan ƞ
Kalsium Alumina Lazim digunakan
Silikat Tidak mahal
Secara bertahap menjadi lebih kuat ketika digunakan dalam proses
Kekurangannya adalah kurang memuaskan pada tekanan yang
lebih tinggi ( ± 3 Mpa), karena migrasi silika pada tekanan parsial
uap yang lebih tinggi.
Silika Kemungkinan penguapan karena temperatur tinggi pada reaksi steam
reforming, yang menyebabkan degradasi katalis dan deposisi silika di
bagian hilir, sebagai efek dari tekanan yang lebih tingi.
Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk Support katalis yang banyak digunakan di
dunia industri.
Gambar 7. Ragam Bentuk Support Katalis
Support yang biasa digunakan pada katalis methane steam reforming diantaranya ialah
refractory alumina, magnesium aluminat, kalsium aluminat, dan kalsium aluminat titanat.
Dan dapat dilihat juga dari tabel 4 berikut yang menunjukkan beberapa kombinasi komposisi
unsur pembentuk katalis reforming dari berbagai licensor.
Tabel 4. Komposisi Unsur Pembentuk Katalis Reforming dari Berbagai Licensor
Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk bahan baku gas alam (natural gas), katalis yang
paling banyak digunakan adalah katalis Nikel dengan support MgAl2O4. Berikut analisis
komposisi kimia untuk beberapa jenis Support yang biasa digunakan untuk methane steam
reforming tersebut. Di samping itu, untuk setiap jenis katalis, terdapat impuritis yang juga
dapat mempengaruhi kinerja dari katalis tersebut. Hal tersebut seperti tercantum dalam Tabel
5 berikut.
Tabel 5. Komposisi Kimia pada Beberapa Jenis Support Katalis
Dari Tabel 5 tersebut terlihat bahwa salah satu impuritis yang ada di dalam katalis
reforming adalah SiO2 meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Namun diharapkan,
keberadaan silika sangat diminimalisasi untuk menghindari kemungkinan terjadinya
penguapan yang signifikan pada aliran hilir sehingga mengurangi stabilitas atau kekuatan dari
katalis tersebut.
5.2.3.3. Bentuk dan Ukuran Katalis
Faktor utama yang mempengaruhi aktivitas katalis adalah komposisi senyawa kimia
dan luas permukaan. Yang tidak kalah pentingnya juga karakteristik perpindahan panasnya
yang dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikelnya yang memberikan efek terhadap
perpindahan panas yang juga berefek lansung pada kinerjanya. Tidak seperti proses-proses
yang pada umumnya dilaksanakan pada kondisi adiabatik, reaksi endotermis steam reforming
di tube-tube primary reformer harus disuplai secara kontinu dimana heat (panas) sebagai fasa
gas melewati katalis. Ketergantungan yang kuat dari laju reaksi pada suhu permukaan dari
katalis jelas sangat menjadi perhatian untuk efisiensi perpindahan panas di seluruh bagian
katalis. Padahal, material katalis sendiri adalah konduktor yang sangat lemah dan tidak
memindahkan panas secara signifikan. Oleh karena itu, mekanisme utama perpindahan panas
dari dalam dinding tube ke gas adalah dengan proses konveksi, dan efisiensinya akan
tergantung pada seberapa baik aliran gas terdistribusi pada bed katalis. Ini menjadi bukti
bahwa geometri dari partikel katalis sangatlah penting.
Untuk memaksimalkan peningkatan aktivitas, dapat dicapai dengan meningkatkan luas
permukaan dalam katalis, karakteristik perpindahan panas juga harus ditingkatkan. Keduanya
jelas saling berhubungan erat. Jika katalis dari aktivitas yang lebih tinggi dengan sebuah
karakteristik perpindahan panas yang telah ditingkatkan diinstal pada reformer yang
diberikan dan kondisi pembakaran dijaga seperti sebelumnya, temperatur skin tertinggi pada
lapisan atas dari tube reformer akan berkurang. Jika sebaliknya, temperatur skin tertinggi
pada dinding atas tube sebelumnya dijaga, maka memungkinkan terjadinya hot spot pada
skin tube.
Katalis bentuk tertentu diterapkan khususnya pada zona heat flux yang tinggi pada
sepertiga bagian atas tube; pada bagian bawah tube tidak akan memberikan perbedaan yang
signifikan pada kinerjanya, selain terhadp pengurangan pressure drop.
Yang terpenting dalam prosedur loading katalis adalah menghindari breaking dan
bridging, khususnya dengan bentukan baru. Masalah berikutnya adalah ketika partikel katalis
menjadi terjepit bersama-sama di dalam tube, sehingga meninggalkan kekosongan. Hal
tersebut dengan mudahnya dapat menjadikan tube reformer menjadi overheating, yang
terlihat melalui lubang-lubang furnace box peep sebagai hot spots atau pada kasus ekstrim
sebagai gerombolan atau gumpalan-gumpalan panas (hot bands) pada tube skin.
5.2.4. Katalis yang Disarankan
Dengan mempertimbangkan semua hal diatas, maka untuk kepentingan desain katalis
ini dipilih jenis katalis Ni/MgAl2O4. Dimana kandungan aktif dari katalis primary reformer
yang dipilih adalah Nikel sebagai kristal yang dihasilkan dari proses reduksi nikel oksida,
yang terdispersi sempurna di seluruh material support MgAl2O4. Kandungan nikel oksida dari
katalis yang belum direduksi adalah sekitar 15 - 25 %. Dengan kondisi operasi pada rentang
800 – 1000 oC dan tekanan 8 – 35 bar.
Katalis Nikel dipilih sebagai inti aktif pada desain ini dengan beberapa pertimbangan
sebagai berikut:
a. Nikel adalah termasuk logam non-mulia, yang relatif lebih ekonomis dan komersial.
b. Nikel termasuk dalam golongan transisi dimana mempunyai orbital d yang belum
penuh. Elektron pada orbital d akan berinteraksi dengan elektron yang berada pada
orbital s dan p sehingga menyebabkan keadaan elektron terdegenerasi, sehingga
memiliki tingkat energi yang lebih rendah
c. Nikel memiliki aktivitas tinggi dalam proses hidrogenasi, dapat memfasilitasi atom-
atom H untuk membentuk H2
Sedangkan untuk support yang dipilih adalah magnesium alumina (MgAl2O4) dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Magnesium alumina memiliki luas permukaan spesifik yang lebih besar.
b. Mempunyai sifat crushing strength yang tinggi, sehingga tidak mudah pecah atau
hancur.
c. Memiliki stabilitas yang tinggi, sehingga tahan terhadap kondisi operasi tekanan dan
temperature tinggi
Berikut ini adalah gambaran bentuk katalis yang digunakan dalam proses methane
steam reforming.
Gambar 10. Prinsip-Prinsip Awal Preparasi Katalis dengan Metode Impregnasi Basah
Ilustrasi gambar di atas menunjukkan bahwa larutan garam metalnya di-loading ke
dalam pori katalis, dimana diharapkan sebelumnya udara yang terdapat di dalam pori sudah
dievakuasi atau ditreatment terlebih dahulu. Dan digambarkan beberapa prinsip metode
impregnasi basah yaitu:
1. Driving force-nya adalah gaya dorong kapiler dari cairan (larutan).
2. Impregnasi terjadi secara cepat dan eksotermis
3. Terjadinya peningkatan tekanan di dalam pori katalis.
Pada tahapan pengeringan, laju pengeringan tergantung kepada temperatur dan aliran
gas. Dimana laju pengeringan juga sangat mempengaruhi distribusi logam dari partikel
katalis. Sementara itu, tahapan kalsinasi adalah perlakuan panas dalam suasana pengoksidasi
pada suhu yang sedikit lebih tinggi daripada suhu operasi katalis yang diharapkan. Dalam
kalsinasi terdapat berbagai proses yang dapat mengubah katalis tersebut, seperti terbentuknya
komponen baru oleh reaksi padatan, transformasi bagian amorf (yang tak berbentuk) menjadi
bentuk kristal, juga modifikasi struktur pori dan sifat-sifat mekaniknya.
Untuk kasus katalis metal support, kalsinasi menyebabkan oksida logam sebagai
prekursor katalis, dan kemudian direduksi menjadi logam-logam. Reduksi ini bisa dilakukan
dengan hidrogen (yang diencerkan dengan nitrogen), CO, atau pereduksi yang lebih ringan
seperti uap alkohol. U ntuk beberapa kasus, reduksi bisa dilaksanakan pada reaktor produksi
sebelum proses start-up. Namun, di sini kontrol temperatur yang menjadi permasalahannya.
Katalis impregnasi memiliki banyak keuntungan dibandungkan dengan katalis hasil
metode presipitasi. Yaitu, struktur pori dan luas permukaan spesifiknya lebih besar, dimana
hal tersebut ditentukan oleh supportnya. Karena material support tersedia dalam semua
rentang yang diinginkan untuk luas permukaan, porositas, bentuk, ukuran, dan stabilitas
mekanik, maka katalis impregnasi bisa dibuat dengan pertimbangan karakteristik perpindahan
masa.
Aktivasi merupakan tahapan terakhir dalam menghasilkan deposit inti aktif. Tahap ini
tidak diperlukan jika oksida sendiri telah berada dalam kondisi aktif. Proses yang diperlukan
dalam membuat kondisi ini tergantung inti aktif yang akan diaktivasi, misalnya hasil
preparasi adalah deposisi oksida logam dipermukaan penyangga sehingga jika dibutuhkan
logam maka harus dilakukan reduksi. Reduksi oksida logam menjadi logam menggunakan
hidrogen atau gas CO.
Jadi, secara garis besar, proses preparasi katalis dikelompokkan menjadi 2 tahapan inti,
yaitu preparasi inti aktif dan penyangga (support), lalu deposisi komponen aktif pada support,
yang dalam hal ini menggunakan metode impregnasi.
6.2. Karakterisasi Katalis
Karakterisasi katalis dilakukan untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari katalis dan
memprediksi apakah katalis tersebut sudah sesuai untuk reaksi yang diinginkan, sehingga
perlu dilakukan pengujian. Jika ternyata tidak sesuai, maka diperlukan penanganan untuk
perbaikan lebih lanjut atau merubah teknik preparasi katalis tersebut.
Kedua sifat dari struktur fisika dan kimia dari katalis harus diketahui karena
berhubungan dengan aktivitas, selektivitas, dan, umur dari katalis. Sifat fisika berupa
volume pori-pori, distribusi rongga/pori, dan luas permukaan katalis yang harus dimonitor
dalam produksi katalis industri. Sedangkan untuk sifat kimia cenderung hanya dimonitor
dalam skala laboratorium. Gambar 10 berikut ini menjelaskan beberapa metode yang dapat
digunakan dalam uji karakterisasi katalis.
Gambar 11. Beberapa Metode Karakterisasi Katalis
Beberapa tahapan dalam proses karakterisasi katalis tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
A. Penentuan Luas Permukaan Spesifik, Volume Total Pori dan Jari Rata-Rata dari
Pori dengan BET
Luas permukaan spesifik, volume total pori, dan rerata jari-jari pori didasarkan pada
fenomena adsorpsi gas lapis tunggal yang berlangsung pada temperatur konstan. Untuk
keperluan ini digunakan sistem BET (Brunauer-Emmet-Teller). Pengukuran luas permukaan
dengan metode BET dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu single point dan multi point.
Pengukuran single point dilakukan bila profil isoterm telah diketahui dan dilaksanakan pada
suatu nilai tekanan parsial adsorbat dimana profil isotermnya linier. Sedangkan pengukuran
multi point dilakukan jika profil isotermnya belum diketahui, dilakukan dengan
memvariasikan nilai tekanan parsial adsorbat pada rentang 0,05 < (p/po) < 0,35. Bila
adsorbat yang digunakan adalah gas nitrogen, maka nitrogen cair digunakan sebagai media
pendinginnya.
Gambaran teknis pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
a) Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam wadah sampel dan dipanaskan pada
temperatur tertentu (missal 200 oC) dengan dilakukan pengusiran gas menggunakan gas
nitrogen selama waktu tertentu (misal 45 menit).
b) Sampel didinginkan dengan nitrogen cair sehingga temperaturnya mencapai temperatur
tertentu.
c) Tekanan gas nitrogen diubah sehingga jumlah gas nitrogen yang terkondensasi dapat
ditentukan.
d) Dihitung luas permukaan spesifik, volume total pori dan rerata jejari pori berdasarkan
perolehan data tersebut.
B. Kation dalam Sampel Katalis dengan AAS
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) digunakan untuk analisis kandungan logam di
dalam katalis, serta besarnya pengisian (loading) dari Ni di dalam zeolit. Selain itu juga
untuk mengetahui rasio SiO2 dan Al2O3 didalam zeolit. Dengan karakterisasi menggunakan
AAS diharapkan dapat diketahui kation dari logam alkali seperti Na, K yang dapat
menyebabkan deaktivasi terhadap sampel katalis, sedangkan kation divalen dan trivalen
umumnya akan memberikan pengaruh terhadap keaktifan sampel katalis yang disebabkan
karena kation-kation divalen dan trivalen akan mengalami reaksi hidrolisis dengan adanya
uap air sehingga membentuk situs asam Bronsted.
C. Temperatur Programmed Reduction/ Diferential (TPR/TPD)
Sistem TPR/TPD digunakan untuk mengetaui pengaruh komposisi penyangga katalis
terhadap tingkat adsorpsi katalis. Selain itu juga teknik TPD digunakan untuk mengetahui
tingkat kekuatan asam (acid strength) dari katalis. Pada sistem TPR/TPD memungkinkan
penggunaan berbagai macam adsorbat yang berbeda dan bahan penurun (reducing agent)
pada perlakuan sampel katalis dengan sistem vakum.
Cara kerjanya, sampel katalis diumpankan kedalam reaktor quartz U-tube, kemudian N2
digunakan untuk membilas (flush) sistem setelah pengisian sampel. Kemudian katalis
dikalsinasi selam waktu dan temperatur tertentu dimana probe (zat penguji) misal amonia
atau piridin dialirkan dengan laju alir tertentu, dan temperatur secara bertahap dinaikkan.
Kemudian hasil keluarannya dibaca dengan GC dan spektrometer masa.
Sedangkan penentuan tingkat keasaman katalis itu sendiri dilakukan secara gravimetri
dengan mengalirkan gas NH3 ke dalam pori-pori katalis. Keasaman dapat ditentukan dari
perbedaan sebelum dan sesudah menyerap (mengadsorpsi) NH3. Sejumlah katalis
dipanaskan pada rentang temperatur tertentu (missal 115-120 0C) selama jangka waktu
tertentu (misal 0,5 jam), kemudian didinginkan dalam desikator. Selanjutnya katalis
ditimbang hingga beratnya tetap (W).
Katalis dalam botol diletakkan dalam erlenmeyer buchner berisi silika gel yang sudah
diaktivasi. Tutup erlenmeyer dihubungkan dengan saluran gas amoniak dan mulut
erlenmeyer ke saluran pompa penyedot. Selang yang menghubungkan larutan amoniak
dijepit dan sistem dalam erlenmeyer divakumkan dengan pompa penyedot selama rentang
waktu tertentu (misal 25-30 detik). Selang pompa kemudian dijepit dan selang dari larutan
amoniak dibuka pelan-pelan (tekanan rendah). Aliran gas dihentikan hingga jenuh (timbul
uap putih) dan selang dijepit.
Reaksi dibiarkan selama 24 jam. Kemudian katalis ditimbang berulang-ulang hingga
beratnya tetap (W’) dalam mg. Maka berat NH 3 yang teradsorpsi dalam sampel adalah
sebagai berikut :
∆W = W’ – W (mg)
Dalam hal ini keasaman didefinisikan sebagai jumlah (mmol) NH3 yang teradsorpsi
untuk gram berat katalis. Sehingga jumlah asam sampel katalis untuk setiap gram katalis
dihitung sebagai berikut.
∑ Asam = ∆W/BM NH3 (mmol)
D. Karakterisasi XRD (X-Ray Diffraction)
Tujuan dari Analisa XRD adalah untuk menganalisis keberadaan logam dalam sampel
katalis dengan melihat struktur kristal logam yang terbentuk. Prinsip kerja difraksi sinar X
berdasarkan difraksi yang disebabkan adanya hubungan fasa tertentu antara dua gerak
gelombang atau lebih sehingga paduan gelombang tersebut dapat saling menguatkan. Atom-
atom dalam zat padat dapat menghamburkan sinar X. ketika sinar X jatuh pada kristal, akan
terjadi hamburan ke segala arah. Sinar X yang terhambur akan bersifat koheren sehinggga
saling menguatkan atau saling melemahkan.
Atom-atom dalam kristal dapat dipandang sebagai unsur yang dapat membentuk
susunan bidang datar yang masing-masing mempunyai jarak karakteristik antara bidang-
bidang komponennya. Bidang-bidang ini dinamai bidang Bragg yang diambil dari nama
orang yang pertama kali melakukan difraksi sinar X pada tahun 1914.
Hasil pengukuran XRD ini didapatkan data harga intensitas dan nilai panjang celah
pada sudut 2ϴ tertentu. Berdasarkan hukum Bragg yang menyatakan bahwa
nλ = 2d sin ϴ
dimana :
λ = panjang gelombang dari berkas sinar X yang tergantung dari tabung anoda
dari generator penghasil sinar X yang dipakai.
n = bilangan bulat yang menyatakan fasa di mana fraksi menghasilkan terang
d = lebar celah
ϴ = sudut pengukuran (sudut difraksi, o )
E. Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM membaca suatu permukaan sampel dengan suatu alat pembaca electron (5-50kV).
Elektron (dan foton), dideviasikan atau diemisikan, menghasilkan gambar pada tabung sinar
katoda, di-scan secara menyeluruh dengan sinar. Pembesaran 20-50.000 kali mungkin
dilakukan dengan resolusi sebesar 5 nm. Suatu area dengan kedalaman yang besar dan
struktur yang sangat tidak teratur dapat diketahui dengan efek tiga dimensi.
Berikut ini adalah gambaran cara kerja peralatan SEM dalam membaca permukaan
katalis yang akan dijadikan sampel :
SEM merupakan alat yang baik digunakan untuk mempelajari topografi secara
keseluruhan. Preparasi sampel tidak menghabiskan banyak tenaga maupun waktu, sehingga
katalis mudah untuk ditangani. Keterbatasan resolusi membuat teknik ini terbatas bagi
kristal yang lebih besar daripada 5 nm. Di atas level ini, bentuk, ukuran, dan distribusi
ukuran mudah untuk dilakukan. Investigasi SEM telah dibuat pada banyak sistem dan
berguna juga untuk studi stuktur pori.
7. Proses Deaktivasi dan Regenerasi Katalis
7.1. Deaktivasi Katalis
Katalis didesain memiliki aktivitas yang tinggi dalam jangka waktu yang lama.
Penurunan aktivitas katalis yang disebut dengan proses deaktivasi katalis dapat berdampak
pada hasil konversi dan selektifitas produk. Proses deaktivasi katalis dapat terjadi secara fisik
dan kimiawi sesuai penjelasan berikut :
7.1.1. Deaktivasi secara Kimiawi
Beberapa bentuk deaktivasi secara kimia adalah :
Reaksi oksidasi katalis : senyawa aktif katalis Ni teroksidasi oleh oksigen (O 2) menjadi
NiO, hal ini dapat terjadi apabila umpan Hidrogen (H2) ke reaktor kurang.
Katalis keracunan (poisoning) : terjadi apabila senyawa aktif Nickel (Ni) bereaksi
dengan senyawa racun (misal S, Cl membentuk NiS, NiCl 2). Sesuai dengan gambaran
berikut.
8. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Salah bahan baku penghasil hidrogen yang baik adalah metana, karena sifatnya yang
relatif lebih bersih, ketersediaannya melimpah, dan kemudahannya untuk dikonversi
menjadi hidrogen dibandingkan dengan gas alam lainnya.
2) Proses yang digunakan dalam menghasilkan gas hidrogen adalah reaksi methane
steam reforming.
3) Dari analisa termodinamika dan kinetikanya, diketahui bahwa reaksi methane steam
reforming merupakan reaksi dehidrogenasi dan bersifat endotermis kuat. Dimana
reaksi ini membutuhkan eksternal energi untuk keberlansungan reaksi dan
mempercepat laju reaksinya. Dan hal tersebut juga sesuai dengan kondisi real yang
terjadi di industri.
4) Katalis yang disarankan pada desain ini untuk reaksi methane steam reforming
berdasarkan analisa termodinamika, kinetika, dan ternyata juga sinkron dengan
rujukan secara komersial di industri adalah katalis Ni/MgAl2O4 dengan rincian
sebagai berikut :
Inti aktif : Nikel (Ni)
Support : Magnesium Alumina (MgAl2O4)
Bentuk : Minilith
Ukuran : Diameter 5/8 inci, tinggi ¾ inci, dan luas permukaan 5
m2/g
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasikin M., and Bambang H.S., Diktat Kuliah Katalisis Heterogen, Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
2. Anderson J.R., and Boudart M.; Catalysis Science and Technology; Springer-Verlag;
Berlin, Heidelberg and New York; 1981.
3. Emmet, P.H; Catalysis : Fundamental Principles, Vol.2, Reinhold Oublishing Co.; New
York, 1955.
4. Jansen J.C., Stocker M., karge H.G., and Weitkamp J.; Advance Zeolite Science and
Applications; Elsevier; Amsterdam, London, New York, Tokyo; 1994.
5. Mordibelli M., Graviilidis A., and Varma A.; Catalyst Design; Cambridge University
Press; 2001.
6. Rase, H.F.; Handbook of Commercial Catalysts : Heterogeneous Catalysis; CRC Press;
New York, 2000.
7. Richardson, J., T.; Principles of Catalyst Development; Plenum Press, New York and
London, 1989.
8. Satterfield, C., N.; Heterogeneous Catalysis in Industrial Practice; Mc.Graw.Hill, Inc.;
New York, 1991.
9. Thomas J.M, and Thomas W.J.; Principles and Practice of Heterogeneous Catalysis;
VCH; Weinhein, New York, Basel, Cambirdge and Tokyo, 1997.
10. Twigg T.V.; Catalyst Handbook; Wolfe Publising Ltd.,; England; 1989.
11. Hagen J.; Industrial Catalysis; Wiley-VCH; Weinheim, Germany; 2006.