MENJADI FORMALDEHID
KATALIS HETEROGEN
Oleh:
Kelompok IV
Tri Purnami (1506695505)
Fatma Sari (1506775323)
UNIVERSITAS INDONESIA
1
I.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Mengetahui mekanisme reaksi oksidasi metanol.
b. Mengetahui analisa termodinamika dan kinetika dari pembuatan katalis untuk
reaksi oksidasi metanol.
c. Mendapatkan formulasi katalis yang memiliki selektivitas tinggi pada produksi
formaldehid, memiliki ketahanan dan aktivitas tinggi serta dapat meminimalkan
terjadinya reaksi samping yang tidak diinginkan pada reaksi oksidasi metanol.
d. Mengetahui pengujian unjuk kerja dari katalis yang didapat melalui tahapan
karakterisasi dan uji aktivitas katalis.
e. Mengetahui proses deaktivasi katalis oksidasi metanol.
A + S AS (adsorpsi methanol)
B + AS CS + D (reaksi di permukaan katalis)
CS C + S (desorpsi formaldehide)
Mekanisme reaksi:
1. Transfer gas methanol ke permukaan katalis
2. Transfer gas methanol ke pori-pori katalis
3. Adsorbsi gas methanol oleh katalis
4. Reaksi oksidasi methanol menjadi formaldehid
5. Desorpsi formaldehid
6. Transfer formaldehid ke permukaan katalis
7. Transfer formaldehid ke fase gas
2
Persamaan laju reaksi yang didapat dari mekanisme reaksi dengan katalis
diatas adalah:
𝐶𝐴𝑆
Persamaan adsorpsi 𝑟𝐴𝐷 = 𝑘𝐴 (𝑃𝐴 . 𝐶𝑉 − ) …………….(1)
𝐾𝐴
𝐶𝐶𝑆 . 𝑃𝐷
Persamaan reaksi 𝑟𝑆 = 𝑘𝑆 (𝐶𝐴𝑆 . 𝑃𝐵 − ) …………….(2)
𝐾𝑆
𝑃𝐶 . 𝐾𝐶 . 𝐶𝑉 . 𝑃𝐷
𝐶𝑡 = 𝐶𝑉 + 𝐶𝐴𝑆 + 𝐶𝐶𝑆 = 𝐶𝑉 + + 𝑃𝐶 . 𝐾𝐶 . 𝐶𝑉
𝑃𝐵 . 𝐾𝑆
𝑃𝐶 . 𝐾𝐶 . 𝑃𝐷
= 𝐶𝑉 (1 + + 𝑃𝐶 . 𝐾𝐶 )
𝑃𝐵 . 𝐾𝑆
𝐶𝑡
𝐶𝑉 = 𝑃𝐶 .𝑃𝐷 𝐾𝐶 …………….(7)
1+ . +𝑃𝐶 .𝐾𝐶
𝑃𝐵 𝐾𝑆
𝑘𝐴 . 𝐶𝑡 . 𝑃𝐴 𝐾. 𝑃𝐴
𝑟𝐴𝐷 = =
1 + 𝑃𝐴 . 𝐾𝐴 + 𝑃𝐶 . 𝐾𝐶 𝑃 .𝑃
1 + 𝑃𝐴 . 𝐾𝐴 + 𝐴𝑃 𝐵 . 𝐾𝑆 . 𝐾𝐴
𝐷
𝐾. 𝑌𝐴 . 𝑃 𝐾. 𝑌𝐴 . 𝑃
𝑟𝐴𝐷 = =
𝑃 𝐾 .𝐾
1 + 𝐾𝐴 . 𝑌𝐴 . 𝑃 + 𝐵 𝑃𝑆 𝐴 . 𝑌𝐴 . 𝑃 1 + 𝑎𝑝1 . 𝑌𝐴 . 𝑃 + 𝑎𝑝2 . 𝑌𝐴 . 𝑃
𝐷
…………….(8)
3
III. TINJAUAN TERMODINAMIKA
4
Asumsi 2 mol methanol dan 1 mol oksigen yang bereaksi
CH3OH + ½ O2 CH2O + H2O
A + ½ B C + D
2A + B 2C + 2D
2 1 - - (awal)
-2x -x x x (reaksi)
2-2x 1-x x x (akhir)
Nilai P total = 2-2x + 1-x + x + x = 3 –x
(𝐶)2 (𝐷)2
𝐾=
(𝐴)2 (𝐵)
𝑥 2 𝑥 2
(3 − 𝑥) (3 − 𝑥 )
𝐾=
2 − 2𝑥 2 1 − 𝑥
( 3 − 𝑥 ) (3 − 𝑥)
𝑥 2 𝑥 2
(3 − 𝑥) (3 − 𝑥 ) −156,53 1 1
2 = (7,0689. 1030 ) exp [ ( − )]
2 − 2𝑥 1−𝑥 8,314 298 𝑇
( 3 − 𝑥 ) (3 − 𝑥)
Reaksi elementer
Satu active site hanya mengadsorpsi 1 molekul
Tidak ada komponen inert pada reaksi
Permukaan berstruktur homogeny
Hanya komponen A, B, dan C yang teradsorpsi
5
𝑑𝑛
Laju desorpsi: ( 𝑑𝑍𝐴 ) = 𝑘 ′ 𝜃𝐴 2
𝑑𝑒𝑠
Pada kesetimbangan
𝑑𝑛𝐴 𝑑𝑛𝐴
( ) =( )
𝑑𝑡 𝑎𝑑𝑠 𝑑𝑍 𝑑𝑒𝑠
𝑘. (1 − 𝜃𝐴 )2 . 𝑃𝐴 = 𝑘 ′ 𝜃𝐴 2
𝜃𝐴 2 𝑘. 𝑃𝐴
( ) = ′
1 − 𝜃𝐴 𝑘
𝜃𝐴 = √𝐾𝐴 𝑃𝐴 (1 − 𝜃)2
Dimana K = k/k’
[1 − 𝜃] = vacant site yang harus disediakan agar reaksi dapat berlangsung
baik
1
= 1+𝐾
𝐴 𝑃𝐴 +𝐾𝐵 𝑃𝐵 +𝐾𝐶 𝑃𝐶
Untuk spesi B
𝑑𝑛𝐵
Laju adsorpsi: ( ) = 𝑘. (1 − 𝜃𝐵 ). 𝑃𝐵
𝑑𝑡 𝑎𝑑𝑠
𝑑𝑛
Laju desorpsi: ( 𝑑𝑍𝐵 ) = 𝑘 ′ 𝜃𝐵
𝑑𝑒𝑠
Pada kesetimbangan
𝑑𝑛𝐵 𝑑𝑛𝐵
( ) =( )
𝑑𝑡 𝑎𝑑𝑠 𝑑𝑍 𝑑𝑒𝑠
𝑘. (1 − 𝜃𝐵 ). 𝑃𝐵 = 𝑘 ′ 𝜃𝐵
𝜃𝐵 = 𝐾𝐵 𝑃𝐵 . (1 − 𝜃)
Persamaan laju reaksi:
𝑟 = −𝑘. 𝜃𝐴 . 𝜃𝐵
Besar nilai KA, KB, dan KC diasumsikan sama dengan 1 karena keterbatasan data.
Asumsi reaksi orde satu, sehingga berlaku persamaan:
𝑑𝐶𝐴
= 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝑡
6
𝑑𝐶𝐴
= −𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐴
𝑙𝑛 = −𝑘. 𝑡
𝐶𝑜
Dimana: 𝐶𝐴 = 𝐶𝑜 (1 − 𝑥)
x = konversi kesetimbangan
maka didapat:
𝑥 2 𝑥 2
(𝐶)2 (𝐷)2 (3 − 𝑥 ) (3 − 𝑥)
𝐾= =
(𝐴)2 (𝐵) 2 − 2𝑥 2 1 − 𝑥
( 3 − 𝑥 ) (3 − 𝑥 )
𝐶𝑜 (1 − 𝑥)
𝑙𝑛 = −𝑘. 𝑡
𝐶𝑜
−𝑘. √𝐾𝐴 𝑃𝐴 . 𝐾𝐵 𝑃𝐵
ln(1 − 𝑥) = −𝑘.
(1 + 𝐾𝐴 𝑃𝐴 + 𝐾𝐵 𝑃𝐵 + 𝐾𝐶 𝑃𝐶 )2
2
1 2 − 2𝑥 2 1 − 𝑥
ln(1 − 𝑥) = −𝑘. ( √
) . ( ) ( )
1 + 𝐾𝐴 𝑃𝐴 + 𝐾𝐵 𝑃𝐵 + 𝐾𝐶 𝑃𝐶 3−𝑥 3−𝑥
2
1 2 − 2𝑥 1−𝑥
ln(1 − 𝑥) = −𝑘. ( ) .( ).( )
2 − 2𝑥 1−𝑥 𝑥 3−𝑥 3−𝑥
1 + ( 3 − 𝑥 ) + (3 − 𝑥) + (3 − 𝑥)
𝐸𝑎 3 − 𝑥 2 2 − 2𝑥 1−𝑥
ln(1 − 𝑥) = −𝐴. exp ( ).( ) .( ).( )
𝑅𝑇 6 − 3𝑥 3−𝑥 3−𝑥
𝐸𝑎 (2 − 2𝑥). (1 − 𝑥)
ln(1 − 𝑥) = −𝐴. exp ( ). ( )
8,314. 𝑇 (6 − 3𝑥). (6 − 3𝑥)
7
V. DESAIN KATALIS
Reaksi pembuatan formaldehid melalui oksidasi methanol dengan udara pertama kali
menggunakan katalis berupa koil platina panas. Setelah itu dikembangkan lagi
menggunakan katalis perak dan katalis besi-molibdat. Sebelum mendesain katalis,
kita perlu tahu reaksi samping yang akan mungkin terjadi pada reaksi dengan
menggunakan reaktan utama metanol.
8
Reaksi utama:
Reaksi-reaksi parallel:
CO + ½ O2 CO2 …….(3)
Reaksi-reaksi seri:
Diantara reaksi-reaksi samping yang terjadi, tujuh reaksi utama yaitu reaksi
(2) sampai (8) terjadi di katalis. Reaksi (9) dan (10) umumnya terjadi di luar reaktor.
Terjadinya reaksi- reaksi samping ini harus dihindari guna mendapatkan yield
formaldehid yang diinginkan.
Pertimbangan pemilihan katalis untuk Reaksi oksidasi dapat terjadi apabila memenuhi
beberapa hal yaitu :
9
Nominasi katalis berdasarkan pada sifat-sifat diatas adalah :
Dehidrasi kuat : Ni, Cu, Fe, Pt, Ag, MoS2
Oksidator kuat : Co, Ni, Cu, Cd, Mn.
Dengan mempertimbangkan sifat penting yang harus dimiliki katalis pada pembuatan
formaldehid dari oksidasi methanol, maka disarankan katalis yang digunakan adalah :
- Ag
- Fe/Mo
Proses ini menggunakan katalis perak. Katalis ini mempunyai umur sekitar 2-4 bulan.
Katalis yang dipakai memiliki ukuran 0.5- 3 mm. Reaksi terjadi pada tekanan
atmosferik dan temperature 600 – 700 °C dengan konversi reaksi sekitar 85-90% dan
methanol yang tidak terkonversi harus diresirkulasi
Oksidasi :
Dehidrogenasi :
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah reaksi oksidasi langsung methanol :
Kondisi operasi yang digunakan adalah temperature 250 - 400°C, tekanan 1- 1.5
atm, serta rasio methanol dalam umpan segar sekitar 6-10% mol. Katalis ini
10
mempunyai umur sekitar 18 sampai 24 bulan. Konversi yang diperoleh bisa mencapai
98% dengan yield 93%
Yield 90.5 93 %
Katalis komersial yang dipakai saat ini dibuat dengan rasio besi-molibdenum
dalam keadan berlebih dari yang dibutuhkan untuk pembentukan senyawa besi-
molibdat, Fe2(MoO4)2. Aktivitas maksimum dari katalis ini diperoleh pada rasio atom,
11
R = Mo/Fe sekitar 1,7 dimana harga ini sangat dekat dengan stokiometri dari besi-
molibdat monoklinik. Proses preparasi katalis akan dijelaskan pada diagram alir
sebagai berikut :
Additives
Molybdenum Salt Iron Salt
Drying
Grinding
Aging
Pelletizing
Katalis aktif
12
V.3. Karakterisasi Katalis
1. Brunauer-Emmet-Teller (BET)
Luas permukaan spesifik, volume total pori dan rerata jari-jari pori didasarkan
pada fenomena adsorpsi gas lapis tunggal yang berlangsung pada temperatur
konstan. Untuk keperluan ini digunakan sistem BET (Brunauer-Emmet-Teller).
Pengukuran luas permukaan dengan metode BET dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu single point dan multi point. Pengukuran single point dilakukan bila profil
isoterm telah diketahui dan dilaksanakan pada suatu nilai tekanan parsial adsorbat
dimana profil isotermnya linier. Sedangkan pengukuran multi point dilakukan jika
profil isotermnya belum diketahui, dilakukan dengan memvariasikan nilai tekanan
parsial adsorbat pada rentang 0,05<(p/po)<0,35.
13
panjang celah pada sudut 2θ tertentu. Berdasarkan hukum Bragg yang menyatakan
bahwa :
𝑛𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
di mana :
𝜆 = panjang gelombang dari berkas sinar X yang tergantung dari tabung anoda
dari generator penghasil sinar X yang dipakai.
n = bilangan bulat yang menyatakan fasa di mana fraksi menghasilkan terang
d = lebar celah
θ = sudut pengukuran
Vapor Formation
Vapor Formation merupakan deaktifasi katalis secara kimia yang dapat terjadi dengan
berbagai cara berikut:
1. Reaksi Gas/Vapor-Solid
1.1. Reaksi Gas/Vapor dengan Solid membentuk fase tidak aktif pada katalis
14
Dispersed logam, oksida logam, sulfida logam, dan karbida logam merupakan
tipe fase katalitik, permukaan mempunyai komposisi yang sama dengan fese bulk-
nya. Untuk reaksi yang diberikan, salah satu jenis katalis ini umumnya lebih aktif
daripada yang lain. Jika salah satu katalis logam ini teroksidasi, tersulfidasi, atau
terkarbidasi, ia akan kehilangan semua aktivitasnya. Aktifitas yang hilang membentuk
formasi fase baru. Berikut beberapa contohnya:
15
Namun, logam pada katalis bisa saja terlepas pada suhu reaksi katalitik, jika
logam tersebut berinteraksi dengan gas –gas karbonil, sulfida, oksida, dan halida
(volatilization agent) membentuk senyawa logam yang bersifat volatil, yang mana
contoh senyawanya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pembentukan senyawa volatil dari gas dan metal dapat terjadi pada kondisi
operasi tertentu, dengan contoh sebagai berikut :
• Senyawa volatil dari gas karbonil dan metal dapat terjadi pada suhu yang rendah
dan tekanan yang tinggi
• Senyawa volatil dari gas halida dan metal dapat terjadi pada suhu dan
konsentrasi halogen yang rendah
Kondisi operasi tersebut membuat laju pembentukan senyawa volatil menjadi
lebih cepat. Selain itu, jenis metal yang terlepas juga mempengaruhi pembentukan
senyawa volatil walaupun agen volatilisasinya sama (gas), seperti: RuO2 dapat
terbentuk pada suhu kamar (25 °C), PtO2 dapat terbentuk pada suhu diatas 500 °C.
16
Sebagai tambahan, ukuran atau diameter support dari suatu katalis juga
mempengaruhi laju pembentukan senyawa volatil, sebagai contoh: Laju pembentukan
senyawa volatil untuk senyawa Ru/Alumina dan Ru/NaY zeolit (1,3 nm) lebih besar
dibandingkan Ru/TiO2 (3 nm).
17
Berikut beberapa kejadian yang terjadi di katalis dalam pembentukan senyawa
volatile:
2. Reaksi Solid-State
Deaktivasi katalis dengan difusi solid-state dan reaksi merupakan mekanisme
penting untuk degradasi katalis multikomponen kompleks dalam dehidrogenasi, sintesis,
jumlah oksidasi parsial/total. Sebagian besar reaksi sulit untuk mengetahui sejauh mana
18
proses solid-state dipengaruhi oleh reaksi permukaan. Jadi fokus pada proses di mana
pembentukan fase bulk baru mengarah penurunan aktifitas. Contoh Solid-State
Transformations mengarah ke deaktivasi katalis:
19
3. Reaksi Gas/Vapor dengan Solid untuk pembentukan ulang permukaan dengan
kimiawi bersama sintering
Permukaan katalis logam dapat sangat yang kasar oleh interaksi dengan reaktan dan
atau produk. Interaksi ini menyebabkan restrukturisasi permukaan yang mirip dengan
yang terjadi selama sintering termal tetapi karena suhu yang berada di bawah Tamman
atau Huttig suhu, biasanya 0,3 atau 0,5 dari melting point-nya. Berikut gambar permukaan
Co sebelum (a) dan sesudah (b) 1 jam terkena tekanan 4 MPa dan pada suhu 523 K:
20
VII. REGENERASI KATALIS
Pengaktifan kembali katalis besi-molibdat proses “ in situ regeneration” dengan
mengalirkan methanol dalam campuran gas feed nya (oksigen dan gas inert (Helium) melalui
bed katalis dalam arah yang berlawanan, radial ataupun searah. Temperature operasinya
sekitar 250 – 350 °C dalam waktu 30 menit. Pada suhu tersebut molybdenum trioksida dalam
katalis keluar ke permukaan katalis. Hasil regenerasi dapat dilihat sebagai berikut:
Dari hasil regenerasi dapat dilihat bahwa sebelum regenerasi dilakukan pada tinggi
bed 42-43 in mengalami peningkatan selektivitas dari 82.3 % menjadi 84.1 %. Tetapi setelah
melalui tinggi bed 55,5 – 62 in mengalami penurunan selektivitas dari 87.3 % menjadi 86.5
%. Maka dapat disimpulkan regenerasi bekerja optimal pada tinggi bed 42-43%
VIII. KESIMPULAN
Formaldehid terbentuk dari reaksi oksidasi metanol dengan oksigen. Dari tinjauan
termodinamika reaksi merupakan reaksi irreversible dan bersifat eksotermis
Katalis yang biasa digunakan yaitu katalis perak dan besi molibdat. Dari hasil
perbandingan antara kedua katalis, katalis besi-molibdat mempunyai keunggulan
dibandingkan proses dengan katalis perak. Selain konversi yang dihasilkan > 99 %,
temperatur yang digunakan juga lebih rendah 250 – 400 °C, dengan umur katalis 18 –
24 bulan.
21
Preparasi katalis yaitu dengan cara prepitasi sol – gel, dengan katalis berbentuk pellet
dengan diameter 3 mm – 5 mm.
Deaktivasi katalis terjadi karena menguapnya MoO3 menyebabkan terakumlasinya ɑ-
Fe2O3 sehingga terbentuk endapan biru pada buluh reaktor. Deaktivasi katalis ini
terjadi karena reaksi solid state sehingga menurunkan aktivitas
Regenerasi dilakukan dengan proses “In Situ Regeneration” dengan hasil optimal
selektivitas formaldehid 87.3 %.
22