Anda di halaman 1dari 14

BAB II

ISI
II.1 Kondisi Reaksi dan Tipe Reaktor
[PUNYA WIDA]

II.2 Tinjauan Termodinamika


Proses reaksi perubahan SO2 menjadi SO3 dapat dituliskan sebagai berikut:
2𝑆𝑂2(𝑔) + 𝑂2(𝑔) ⇄ 𝑆𝑂3(𝑔) ; ∆H = -191kJ
Reaksi ini dapat ditinjau lebih lanjut dari sisi termodinamiknya:
• Reaksi tersebut merupakan reaksi reversibel, di mana SO3 yang terbentuk dapat menjadi SO2
dan O2 kembali. Saat kesetimbangan tercapai, laju reaksi pembentukan produk sama dengan
laju reaksi pembentukan reaktan.
• Reaksi pembentukan SO3 merupakan reaksi eksoterm, karena pada reaksi tersebut
menghasilkan energi dalam bentuk panas.
• Karena reaksi ini merupakan reaksi eksoterm dan reversibel, maka semakin tinggi suhu
kondisi reaksi maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm, yaitu ke arah
reaktan dengan cara menyerap kalor.
• Semakin tinggi tekanan pada saat bereaksi, kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah
produk, di mana tekanan ke arah produk lebih rendah karena hanya terdiri satu komponen gas
sedangkan pada reaktan terdiri dari dua komponen.

Berikut adalah kurva kesetimbangan yang merepresentasikan kondisi industri dari reaksi
oksidasi gas SO2 dengan kondisi tekanan reaktor sebesar 1,2 bar dan komposisi gas umpan yaitu
10% volume SO2, 11% volume O2 dan sisanya merupakan volume gas N2.

Gambar x. Skema hubungan antara suhu dengan SO2 teroksidasi


Sumber: Davernport.W.G.et.al.2006. Sulphuric Acid Manufacture
Gambar X menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, konversi SO2 pada kondisi
kesetimbangannya semakin menurun. Hal tersebut disebabkan semakin tinggi suhu, maka
kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah reaktan sehingga semakin banyak SO2 yang terbentuk
dibandingkan dengan yang bereaksi. Menurut grafik, pada suhu yang lebih rendah konversi SO2
lebih tinggi. Namun, untuk mendapatkan konversi yang tinggi dengan suhu rendah sulit dilakukan
dikarenakan pada suhu rendah laju reaksinya akan lebih lama. Oleh karena itu, untuk mempercepat
terjadinya reaksi pada suhu rendah reaksi dilakukan dengan menggunakan katalis.

II.3 Mekanisme Reaksi Oksidasi SO2 menjadi SO3 pada Katalis V2O5/TiO2
Mekanisme oksidasi sulfur dioksida menjadi SO3 dengan katalis vanadia dapat dijelaskan
melalui gambar berikut:

Gambar x. Mekanisme oksidasi SO2 pada katalis vanadia.


Sumber: Joseph P Dunn,et al. Oxidation of sulfur dioxide to sulfur trioxideover supported vanadia
catalysts. (1999)
SO2 akan diadsorpsi oleh permukaan vanadia dan membentuk ikatan V – O – M yang
bersifat basa berupa ikatan (V+5).SO2-ads yang merupakan produk intermediet kompleks.
Kemudian, ikatan (V+5).SO2-ads akan diputus dan terbentuk SO3.
Di saat yang bersamaan, spesi vanadia V+5 akan tereduksi menjadi V+3. Perubahan spesi vanadia
dari V+5 menjadi V+3 ini akan melepas O2 ke dalam reaksi. O2 yang dilepas ini akan diabsorpsi
untuk dapat meregenerasi V+5. Regenerasi V+5 ini harus dilakukan karena spesi V+5 di katalis
vanadia telah tereduksi menjadi V3+, sementara untuk dapat mengoksidasi SO2 menjadi SO3,
diperlukan adanya spesi V+5 yang dapat mengadsorpsi SO2. Untuk itu, diperlukan reaksi regenerasi
untuk membentuk kembali spesi V+5. Caranya, O-teradsorpsi akan terikat pada V+3 yang tereduksi
dan meregenerasi spesi V+5. Sementara, sebagian SO3 akan diadsorpsi sebagai inhibitor dalam
reaksi.
Mekanisme reaksi yang terjadi (jika dinotasikan s adalah katalis V+5, dan t adalah katalis V+3),
dapat ditulis sebagai berikut:
1. Adsorpsi (reaksi 1) : SO2 + (V+5 ) ⇌ (V+5).SO2-ads atau
SO2 + s ⇌ SO2.s
2. Reaksi Permukaan (reaksi 2) : (V+5).SO2-ads → SO3 + (V+3 ) atau
SO2.s→ SO3 + t
3. Adsorpsi Inhibitor (reaksi 3) : SO3 + (V+5 ) ⇌ (V+5).SO3-ads atau
SO3 + s ⇌ SO3.s
4. Regenerasi (reaksi 4 dan 5) : a. O2 ⇌ 2O-ads
b. O-ads + (V+3) → (V+5) atau
O-ads + t → s
Secara sederhana, mekanisme reaksi yang terjadi untuk proses oksidasi SO2 menjadi SO3
yaitu :
a. Adsorpsi SO2 (dari reaksi 1)
SO2 + s  SO2.s
b. Reaksi permukaan (dari reaksi 2 dan 4)
SO2.s + ½ O2 (g)  SO3 (g) + t + 2O-ads
c. Adsorpsi inhibitor SO3 (dari reaksi 3)
SO3 (g) + s  SO3.s
d. Regenarasi V+5 (reaksi 5)
2O-ads + t  s
Reaksi permukaan (reaksi 2) dan regenerasi V+5 (reaksi 5) dianggap irreversibel. Reaksi
permukaan (reaksi 2) diasumsikan irreversibel dapat digunakan karena SO3 akan lebih cenderung
berikatan dengan inti aktif V+5 dibandingkan melakukan reaksi balik untuk kembali membentuk
SO2. Penyebabnya karena muatan SO3 sangat elektropositif (bermuatan +3), sehingga cenderung
sangat mudah diikat oleh inti aktif V+5 pada katalis vanadia.
Penentuan tahap penentu laju reaksi bergantung pada reaksi yang berlangsung paling
lambat. Pada jurnal rujukan utama kami yaitu “Oxidation Of Sulfur Dioxide To Sulfur Trioxideover
Supported Vanadia Catalysts”, pemutusan ikatan V+5–O–SO2 dan pembentukan SO3
membutuhkan waktu yang paling lama karena energi aktivasinya yang paling tinggi yang
berlangsung di permukaan. Selain itu, reaksi yang berlangsung merupakan reaksi single-site
karena diharapkan hanya satu reaktan yang terserap di permukaannya.

II.4 Penurunan Persamaan Laju Reaksi dari Mekanisme yang Dipilih


Penurunan persamaan laju reaksi dari mekanisme yang diajukan adalah sebagai berikut:
• Adsorpsi (Reaksi 1)
SO2 + s ⇌ SO2 . s
𝑟1 = 𝑘1 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐶𝑣𝑠 − 𝑘−1 . 𝐶𝑆𝑂2 . 𝑠
𝐶𝑆𝑂2 . 𝑠
𝑟1 = 𝑘1 (𝑃𝑆𝑂2 . 𝐶𝑣𝑠 − )
𝐾1
𝑘1
𝐾1 =
𝑘−1
➢ Reaksi Permukaan (Reaksi 2)
SO2 . s  SO3 + t
𝑟2 = 𝑘2 . 𝐶𝑆𝑂2 .𝑠
➢ Adsorpsi Inhibitor (Reaksi 3)
SO3 + s ⇌ SO3 . s
𝐶𝑆𝑂3.𝑠
𝑟3 = 𝑘3 . (𝑃𝑆𝑂3 . 𝐶𝑣𝑠 − )
𝐾3
𝑘3
𝐾3 =
𝑘−3
▪ Reaksi Adsorpsi Disosiatif Oksigen (Reaksi 4)
O2 ⇌ 2Oads
2
𝐶𝑂.𝑡
𝑟4 = 𝑘4 . (𝑃𝑂2 − )
𝐾4
𝑘4
𝐾4 =
𝑘−4
➢ Reaksi Adsorpsi Disosiatif Oksigen (Reaksi 5)
Oads + t  s
𝑟5 = 𝑘5 . (𝐶𝑂.𝑡 . 𝐶𝑣𝑡 )
+5 +3
dengan simbol s = V dan t =V
𝑟
Pada kondisi kesetimbangan, nilai dari reaksi selain reaksi 2 (karena merupakan TPL)
𝑘
akan sama dengan nol, sehingga persamaan laju reaksinya akan menjadi:
𝑟1 𝐶𝑆𝑂2 . 𝑠
= 0 → 0 = 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐶𝑣𝑠 − → 𝐶𝑆𝑂2.𝑠 = 𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐶𝑉𝑆 … (1)
𝑘1 𝐾1
𝑟3 𝐶𝑆𝑂3 . 𝑠
= 0 → 0 = 𝑃𝑆𝑂3 . 𝐶𝑣𝑠 − → 𝐶𝑆𝑂3 .𝑠 = 𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂3 . 𝐶𝑉𝑆 … (2)
𝑘3 𝐾3
2
𝑟4 𝐶𝑂.𝑡
= 0 → 0 = 𝑃𝑂2 − → 𝐶𝑜.𝑡 = √𝐾4 . 𝑃𝑂2 … (3)
𝑘4 𝐾4
Kita asumsikan bahwa reaksi terjadi pada kondisi pseudo-steady state, yaitu laju reaksi
pembentukan V+3 (pada reaksi 2) = laju reaksi penguraian V3+ (pada reaksi 5), sehingga :
𝑟2 = 𝑟5
𝑘2 . 𝐶𝑆𝑂2 .𝑠 = 𝑘5 (𝐶𝑜.𝑡 . 𝐶𝑣𝑡 )

𝑘2 . 𝑘1 . 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐶𝑣𝑠 = 𝑘5 (√𝐾4 . 𝑃𝑂2 . 𝐶𝑣𝑡 )


𝑘2 . 𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂 2 . 𝐶𝑣𝑠
𝐶𝑣𝑡 = … (4)
𝑘5 (√𝐾4 . 𝑃𝑂2 )
➢ Keadaan 1: Jika terdapat inhibitor:
Neraca site jika terdapat inhibitor adalah
𝐶𝑡 = 𝐶𝑣𝑠 + 𝐶𝑣𝑡 + 𝐶𝑆𝑂3.𝑠 + 𝐶𝑆𝑂2 .𝑠 … (5)
Substitusi persamaan (1), (2), dan (4) ke dalam persamaan (5) sehingga menghasilkan
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
𝐶𝑡 = 𝐶𝑣𝑠 + 𝐶 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 𝐶𝑣𝑠 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐶𝑣𝑠
1/2 1/2 𝑣𝑠
𝑘5 𝐾4 𝑃𝑂2
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
𝐶𝑡 = 𝐶𝑣𝑠 (1 + 1/2 1/2
+ 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
𝑘5 𝐾4 𝑃𝑂2
𝐶𝑡
𝐶𝑣𝑠 = … (6)
𝑘 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
(1 + 2 1/2 1/2 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
𝑘5 𝐾4 𝑃𝑂2
𝑘2 𝐾1
𝑘𝐴 = 𝑘2 𝐾1 𝐶𝑡 𝑘𝐵 = ( 1/2 )
𝑘5 𝐾4

Persamaan (1) dan (6) disubstitusikan ke dalam persamaan laju TPL (reaksi 2) sehingga
diperoleh :
𝑟2 = 𝑘2 𝐶𝑆𝑂2 .𝑆
𝑟2 = 𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐶𝑣𝑠
𝐶𝑡
𝑟2 = 𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 … (7)
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
(1 + 1/2 1/2 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
𝑘5 𝐾4 𝑃𝑂2

1
𝑃𝑂22
Kedua ruas dikalikan dengan 1 , sehingga diperoleh :
𝑃𝑂22
1/2
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐶𝑡 𝑃𝑂2
𝑟2 = 1 … (8)
𝑘 𝐾1
( 2 1/2 𝑃𝑆𝑂2 + 𝑃𝑂22 (1 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
𝑘5 𝐾4

Untuk menyederhanakan bentuk persamaan laju reaksi, maka persamaan (8) dapat ditulis
menjadi :
1/2
𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂2
𝑟2 = −𝑟′𝑆𝑂2 = 1 … (9)
2
(𝑘𝐵 𝑃𝑆𝑂2 + 𝑃𝑂2 (1 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )

dengan
𝑘𝐴 = 𝑘2 𝐾1 𝐶𝑡 ...(10)
𝑘2 𝐾1
𝑘𝐵 = ( 1/2 ) ...(11)
𝑘5 𝐾4

Jika tekanan parsial oksigen fasa gas sangat tinggi, maka bilangan yang tidak dikalikan
tekanan parsial oksigen ditiadakan sehingga laju reaksi menjadi:
𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂02
𝑟2 = −𝑟′𝑆𝑂2 = … (12)
( 1 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
Adsorpsi SO2 pada permukaan vanadia tidak efisien menyebabkan nilai K1 kecil. Hal ini
disebabkan adanya inhibitor SO3 yang memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi dan lebih
cenderung diadsorpsi oleh inti aktif vanadia, sehingga nilai K3 >> K1 dan adanya SO2 pada
penyebut dapat diabaikan. Persamaan laju reaksi tersebut menjadi :

𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂02
𝑟2 = −𝑟 𝑆𝑂2 = … (13)
𝐾3 𝑃𝑆𝑂3
Pada jurnal yang menjadi referensi utama diperoleh bahwa persamaan laju reaksi oksidasi
SO2 menjadi SO3 adalah
𝑘[𝑆𝑂2 ]1.01±0.03 [𝑂2 ]0.02±0.04
𝑟𝑆𝑂2 =
[𝑆𝑂3 ]1.00±0.03

Dari persamaan tersebut tampak bahwa [SO2] dan [SO3] memiliki orde 1, sementara [O2]
memiliki orde yang mendekati 0. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa persamaan laju reaksi
dari hasil penurunan mekanisme reaksi memiliki kemiripan dengan persamaan laju reaksi hasil
percobaan dalam jurnal utama.

➢ Keadaan 2: Jika tidak ada inhibitor:


Neraca site jika tidak terdapat inhibitor adalah
𝐶𝑡 = 𝐶𝑣𝑠 + 𝐶𝑣𝑡 + 𝐶𝑆𝑂2.𝑠 … (14)
Substitusi persamaan (1) dan (4) ke persamaan (14) sehingga menghasilkan
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
𝐶𝑡 = 𝐶𝑣𝑠 + 𝐶 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐶𝑣𝑠
1/2 1/2 𝑣𝑠
𝑘5 𝐾4 𝑃𝑂2
𝐶𝑡
𝐶𝑣𝑠 = … (15)
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
(1 + 1/2 1/2 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
𝑘5 𝐾4 𝑃𝑂2
Persamaan (1) dan (15) disubstitusikan ke dalam persamaan laju TPL (reaksi 2) sehingga:
𝑟2 = 𝑘2 𝐶𝑆𝑂2.𝑆
𝑟2 = 𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐶𝑣𝑠
𝐶𝑡
𝑟2 = 𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 … . (16)
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
(1 + 1/2 1/2 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
𝑘5 𝐾4 𝑃𝑂2
1
𝑃𝑂22
Kedua ruas dikalikan dengan 1 , sehingga diperoleh :
𝑃𝑂22
1/2
𝑘2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐶𝑡 𝑃𝑂2
𝑟2 = 1 … (17)
𝑘 𝐾1
( 2 1/2 𝑃𝑆𝑂2 + 𝑃𝑂22 (1 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
𝑘5 𝐾4
Untuk menyederhanakan bentuk persamaan laju reaksi, maka persamaan (12) dapat
disederhanakan menjadi
1/2
𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂2
𝑟2 = −𝑟′𝑆𝑂2 = 1 … (18)
2
(𝑘𝐵 𝑃𝑆𝑂2 + 𝑃𝑂2 (1 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 ))

dengan
𝑘𝐴 = 𝑘2 𝐾1 𝐶𝑡 ...(19)
𝑘2 𝐾1
𝑘𝐵 = ( 1/2 ) ...(20)
𝑘5 𝐾4
Pada percobaan dalam jurnal Dunn, Joseph P,et al. 1999. Oxidation of sulfur dioxide to
sulfur trioxideover supported vanadia catalysts, digunakan tekanan parsial oksigen yang tinggi,
sehingga variabel yang tidak dikalikan dengan tekanan parsial oksigen dapat diabaikan karena
nilainya sangat kecil dibandingkan dengan tekanan parsial oksigen itu sendiri. Berdasarkan asumsi
ini, persamaan laju reaksinya akan menjadi :
𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂02
−𝑟′𝑆𝑂2 = … (21)
( 1 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
atau
𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2
−𝑟′𝑆𝑂2 = … (22)
( 1 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )

Adsorpsi SO2 pada permukaan vanadia sangat tidak efisien yang menyebabkan nilai K1 kecil. Hal
ini disebabkan adanya inhibitor SO3 yang memiliki tingkat kesamaan yang lebih tinggi dan lebih
cenderung untuk diadsorpsi oleh inti aktif vanadia, sehingga K1 << 1 sehingga SO2 pada penyebut
dapat diabaikan. Maka, persamaan laju reaksinya menjadi:
−𝑟 ′𝑆𝑂2 = 𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 … (23)

Apabila persamaan SO2 tidak mengikuti orde 1, maka persamaan laju reaksinya akan mengikuti
Power Law sehingga akan menjadi:
−𝑟 ′𝑆𝑂2 = 𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑛 … (24)

Jadi, ada 3 persamaan kinetika yang memungkinkan untuk kasus dimana inhibitor
diabaikan, yaitu persamaan (22), (23) dan (24) yang perlu diuji menggunakan Polymath.

II.5 Analisis Data Penelitian dengan Perhitungan Menggunakan Polymath

Dengan menggunakan polymath, maka persamaan laju reaksi yang telah diturunkan sebelumnya
akan dicocokan dengan meregresikan data-data yang ada pada jurnal penelitian yang dijadikan
referensi. Selain itu, parameter-parameter pada laju reaksi tersebut juga diperoleh dari regresi
tersebut.
Untuk memudahkan perhitungan, maka pertama-tama persamaan laju reaksi tersebut terlebih
dahulu dilinierisasikan.

A. Keadaan Inhibitor SO3 diperhitungkan dalam mekanisme reaksi


Persamaan laju reaksi yang telah didapatkan dengan mengasumsikan bahwa terdapat
inhibitor yang ikut teradsorpsi pada katalis, yakni sebagai berikut.

𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂02
𝑟2 = −𝑟 𝑆𝑂2 =
𝐾3 𝑃𝑆𝑂3
Apabila kita melinierisasikan persamaan tersebut dan menyederhanakan maka akan
menjadi sebagai berikut
𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂02
𝑟2 =
𝐾3 𝑃𝑆𝑂3
r. PSO3 = k. PSO2
Ln (r. PSO3) = ln (k. PSO2)
ln r + ln PSO3 = ln k + ln PSO2
-ln r - ln PSO3 = -ln k - ln PSO2

Grafik hubungan tekanan parsial SO2 terhadap laju oksidasi SO2


(Sumber: Dunn, Joseph P, et al. 1999)
Dari grafik diatas didaptkan data sebagai berikut
. Data percobaan jika memperhitungkan adsorpsi inhibitor
-ln PSO2 -ln Rate – lnPSO3 PSO2 Rate . PSO3

6.25 1.25 0.00193 0.292293


6.3 1.3 0.001836 0.272532
6.45 1.45 0.001581 0.23457
6.7 1.73 0.001294 0.180866
6.85 1.9 0.001059 0.149569
6.95 2 0.000959 0.138069
7.25 2.3 0.00071 0.100259
7.49 2.5 0.000559 0.082085

Didapatkan hasil perhitungan dengan polymath sebagai berikut

Dari hasil polymath didapat


a0 = -lnk = -5,1729845
maka nilai k = 176,44 mol L-1 s-1
a1 = n = 1,029
dengan besar R2 = 0,9980807 dan variansi 5,7E-04 maka secara statistik hubungan
linierisasi tersebut cukup baik.


(176,44 ). 𝑃𝑆𝑂2
−𝑟𝑆𝑂2 =
𝑃𝑆𝑂3

Dengan demikian maka hal ini membuktikan bahwa mekanisme reaksi oksidasi SO2
mengikuti mekanisme reaksi yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu dengan
memperhitungkan inhibitor SO3 ikut teradsorpsi pada permukaan katalis.

B. Inhibitor SO3 diabaikan dalam mekanisme reaksi Oksidasi SO2


Data yang terdapat pada jurnal yang digunakan sebagai rujukan yakni sebagai berikut.

Gambar 10. Grafik hubungan tekanan parsial SO2 terhadap laju oksidasi SO2
(Sumber: Dunn, Joseph P, et al. 1999)
Grafik tersebut dijabarkan di dalam tabel sebagai berikut:
Tabel x. Data percobaan dengan mengabaikan inhibitor
-ln PSO2 -ln Rate PSO2 Rate
6.1 1.85 0.002243 0.157237
6.15 1.84 0.002133 0.158817
6.37 1.9 0.001712 0.149569
6.55 2 0.00143 0.135335
6.75 2.03 0.001171 0.131336
6.8 2.1 0.001114 0.122456
7.05 2.3 0.000867 0.100259
7.25 2.5 0.00071 0.082085

Kemudian, dari penurunan persamaan laju reaksi yang sudah dijelaskan sebelumnya
terdapt 3 kemungkinan persmaan laju reaksi untuk kasus dimana inhibitor diabaikan.

𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2
a. −𝑟 ′𝑆𝑂2 = ( 1+𝐾
1 𝑃𝑆𝑂2 )

Linierisasi persamaan:

𝑘. 𝑃𝑆𝑂2
𝑟=
1 + (𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 )
1 1 + (𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 )
=
𝑟 𝑘. 𝑃𝑆𝑂2
𝑃𝑆𝑂2 1 + (𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 )
=
𝑟 𝑘
𝑃𝑆𝑂2 1 𝐾1
= + . 𝑃𝑆𝑂2
𝑟 𝑘 𝑘

-ln -ln PSO2 Rate PSO2/r


PSO2 Rate
6.1 1.85 0.00224 0.15724 0.014265
6.15 1.84 0.00213 0.15882 0.013431
6.37 1.9 0.00171 0.14957 0.011446
6.55 2 0.00143 0.13534 0.010566
6.75 2.03 0.00117 0.13134 0.008916
6.8 2.1 0.00111 0.12246 0.009097
7.05 2.3 0.00087 0.10026 0.008648
7.25 2.5 0.00071 0.08209 0.00865

Perhitungan dengan menggunakan polymath didapatkan

Dari hasil polymath didapat


a0 = 1/k = 0.005133
𝑚𝑜𝑙⁄ 1
𝐿
maka nilai k = 194,8178 ∗𝑃
𝑠
a1 = K1/k = 3,8659 maka nilai K1 = 753,146
dengan besar R2 = 0,9541385 dan variansi 2,665E-07.
Dengan demikian, maka secara statistik hubungan linierisasi tersebut kurang baik.

b. −𝑟 ′𝑆𝑂2 = 𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂2 (Power law of rate)


-ln -ln PSO2 Rate
PSO2 Rate
6.1 1.85 0.00224 0.15724
6.15 1.84 0.00213 0.15882
6.37 1.9 0.00171 0.14957
6.55 2 0.00143 0.13534
6.75 2.03 0.00117 0.13134
6.8 2.1 0.00111 0.12246
7.05 2.3 0.00087 0.10026
7.25 2.5 0.00071 0.08209

Dari perhitungan Polymath didapatkan


a0 = 0,0652101
𝑚𝑜𝑙⁄ 1
𝐿
a1 = kA = 45,333188 194,8178 ∗𝑃
𝑠
dengan besar R2 = 0,8760677 dan variansi 1,079E-04
Dengan demikian, maka secara statistik hubungan linierisasi tersebut kurang baik.

𝑛
c. −𝑟 ′𝑆𝑂2 = 𝑘𝐴 𝑃𝑆𝑂 2
Hasil linierisasi didapatkan persamaan berikut

ln 𝑟 = ln 𝑘𝐴 + 𝑛 ln 𝑃𝑆𝑂2
PSO2 Rate Ln PSO2 ln rate
0.00224 0.15724 -6.09994 -1.85
0.00213 0.15882 -6.15023 -1.84
0.00171 0.14957 -6.37009 -1.9
0.00143 0.13534 -6.55008 -2
0.00117 0.13134 -6.7499 -2.03
0.00111 0.12246 -6.7998 -2.1
0.00087 0.10026 -7.05047 -2.3
0.00071 0.08209 -7.25025 -2.5
Didapatkan hasil perhitungan dengan polymath sebagai berikut

Dari hasil polymath didapat


a0 = ln k = 1,502157
maka nilai k = 4,4913 mol L-1 s-1
a1 = n = 0,538228
dengan besar R2 = 0,9185979 dan variansi 0.00509 maka secara statistik hubungan
linierisasi tersebut kurang baik.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa persamaan laju reaksi yang tepat yaitu,

(176,44 ). 𝑃𝑆𝑂2
−𝑟𝑆𝑂2 =
𝑃𝑆𝑂3

mekanisme reaksi oksidasi SO2 mengikuti mekanisme reaksi yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu dengan memperhitungkan inhibitor SO3 ikut teradsorpsi pada
permukaan katalis.

Anda mungkin juga menyukai