Dosen Pengampu :
Yelli Ramalisa, S.Pd., M.Sc.
Syamsyida Rozi, S.Si., M.Si.
Sarmada, M.Si.
Kelompok V :
Rahmawati F1C221006
M. Hafiz Abdillah F1C221015
Ezra Lidiana Gultom F1C221032
Chana Brilyani Putriana Chandra F1C221043
Tahang Purwandi F1C221061
PRODI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2023
Pendahuluan
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Pneumonia
bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga berat.Beberapa gejala yang umum
dialami penderita pneumonia adalah batuk berdahak,demam, dan sesak
napas.Pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, antara lain jamur, bakteri,
dan virus. Infeksi tersebut menyebabkan peradangan pada alveoli sehingga organ
tersebut dapat dipenuhi cairan atau nanah. Streptococcus pneumoniae merupakah
bakteri penyebab paling umum pneumonia. Pneumonia sangat kerap menimbulkan
kematian pada balita serta anak bayi. Terbentuknya pneumonia pada anak bayi dan
balita kerapkali bertepatan dengan terbentuknya proses peradangan kronis pada
bronkus yang disebut bronchopneumonia. WorId HeaIth Organization (WHO)
memperkirakan di negera berkembang peristiwa pneumonia anak- baIita sebesar 151,
8 juta permasaIahan pneumonia per tahun, sekitar 8, 7% (13,1 juta) adalah pneumonia
berat. Didunia ada 15 negera dengan prediksi permasaIahan baru serta peristiwa
pneumonia sangat tinggi anak- baLita sebesar 74% (115, 3 juta) dari 156 juta
permasaIahan di seIuruh dunia. Lebih dari separuh berlangsung pada 6 negera, salah
satu nya adalah Indonesia. Di negera berkembang, 60% permasalahan pneumonia
diakibatkan oleh bakteri. Oleh karena itu pneumonia disebut sebagai pembunuh anak
no 1 (the number one kiIIer of chiIdren). Di negera berkembang pneumonia iaIah
penyakit terabaikan ( the negIegted disease) ataupun terIupakan (the forgotten
disease). Banyak anak maninggaI disebabkan oleh pneumonia, tetapi sangat sedikit
atensi yang diberikan terhadap permasaIahan tersebut.Bakteri yang umumnya
menimbulkan pneumonia yaitu Streptococcus Pneumonia (pneumococcus).
Pneumococcus ini umumnya membentuk flora normal dalam rongga nasofaringeal
manusia. orang yang secara asimtomatik terkolonisasi dengan S. pneumoniae akan
berperan sebagai reservoir untuk penularan penyakit. Berbagai organisme ataupun
racun yang cenderung mengganggu jaringan serta organ badan dapat dilawan oleh
sistem imunitas tubuh. Dikala sistem imunitas tubuh menurun Streptococcus
Pneumonia akan memperbanyak diri serta menimbulkan kerusakan. Semua jaringan
paru- paru dipadati oleh cairan serta peradangan dengan cepat menyebar ke segala
tubuh lewat aliran darah. Indikasi yang ditimbulkan adalah panas tinggi, berkeringat,
nafas terengah- engah, denyut jantung meningkat dengan cepat, serta dapat
mengakibatkan kematian. Masalah penyebaran penyakit pneumonia ini perlu segera
dilakukan tindakan lebih lanjut agar pneumoia tidak lagi bersifat endemik di
Indonesia.
Model Matematika
μS
S
𝜌𝑆𝐼 δR
εI
I R
αI
𝑑𝑆
= 𝑣 + 𝛿𝑅 − 𝑆𝜌𝐼 − 𝑆𝜇
𝑑𝑡
𝑑𝐼
= 𝜌𝑆𝐼 − 𝛼𝐼 − 𝜀𝐼
𝑑𝑡
𝜌𝑆𝐼 − 𝐼(𝜀 + 𝛼) →𝐻 = 𝜀+𝛼
𝜌𝑆𝐼 − 𝐼𝐻
𝑑𝑅
= 𝜀𝐼 − 𝛿𝑅
𝑑𝑡
𝑃 =𝑆+𝐼+𝑅
Teorema 1
𝑣 + 𝛿𝑅 − 𝑆𝜌𝐼 − 𝑆𝜇 = 0
𝐼𝜀 − 𝛿𝑅 = 0
𝑃 =𝑆+𝐼+𝑅
Dari 𝜌𝑆𝐼 − 𝐼𝐻 = 0, diperoleh :
𝜌𝑆𝐼 − 𝐼𝐻 = 0
𝐼(𝜌𝑆 − 𝐻) = 0
𝐼 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜌𝑆 − 𝐻 = 0
Untuk 𝜌𝑆 − 𝐻 = 0
𝜌𝑆 = 𝐻
𝐻
𝑆= 𝜌
• Kasus 𝐼 = 0
a) Substitusi 𝐼 = 0 ke 𝑣 + 𝛿𝑅 − 𝜌𝑆𝐼 − 𝑆𝜇
Diperoleh 𝑣 + 𝛿𝑅 − 𝑆𝜇 = 0
𝑣 + 𝛿𝑅
→𝑆=
𝜇
b) Subsitusi 𝐼 = 0 ke 𝐼𝜀 − 𝛿𝑅 = 0
Diperoleh 𝛿𝑅 = 0
𝑅=0
𝑣+𝛿𝑅
c) Substitusi 𝑅 = 0 ke 𝑆 = 𝜇
𝑣
Diperoleh 𝑆 = 𝜇
𝑣
Jadi 𝑃0 = (𝑆, 𝐼, 𝑅) = (𝜇 , 0,0)
• Kasus 𝐼 ≠ 0
𝐻
Jelas 𝑆 ∗ =
𝜌
𝑣 + 𝛿𝑅 ∗ − 𝜌𝑆 ∗ 𝐼 ∗ − 𝑆 ∗ 𝜇 = 0
𝜌𝑆 ∗ 𝐼 ∗ − 𝐼 ∗ − 𝐻 = 0
𝐼 ∗ 𝜀 − 𝛿𝑅 ∗ = 0
𝑃∗ = 𝑆 ∗ + 𝐼 ∗ + 𝑅 ∗
Eliminasi
𝑣 + 𝛿𝑅 ∗ − 𝜌𝑆 ∗ 𝐼 ∗ − 𝑆 ∗ 𝜇 = 0
𝐼 ∗ 𝜀 − 𝛿𝑅 ∗ = 0
Diperoleh :
𝑣 + 𝐼 ∗ 𝜀 − 𝜌𝑆 ∗ 𝐼 ∗ − 𝑆 ∗ 𝜇 = 0
Substitusi 𝑆 ∗ ke persamaan 𝑣 + 𝐼 ∗ 𝜀 − 𝜌𝑆 ∗ 𝐼 ∗ − 𝑆 ∗ 𝜇 = 0
𝐻
→ 𝑣 + 𝐼 ∗ 𝜀 − 𝐻𝐼 ∗ − 𝜇 ( ) = 0
𝜌
𝐻
→ 𝐼 ∗ (𝜀 − 𝐻) + 𝑣 − 𝜇 ( ) = 0
𝜌
𝐻
→ −𝐼 ∗ (𝐻 − 𝜀) + 𝑣 − 𝜇 ( ) = 0
𝜌
𝐻
→ 𝐼 ∗ (𝐻 − 𝜀) = 𝑣 − 𝜇 ( )
𝜌
𝐻
𝑣 − 𝜇 (𝜌)
→ 𝐼∗ =
(𝐻 − 𝜀)
𝑣 𝜇𝐻
→ 𝐼∗ = −
(𝐻 − 𝜀) 𝜌(𝐻 − 𝜀)
𝜌𝑣 − 𝜇𝐻
→ 𝐼∗ =
𝜌(𝐻 − 𝜀)
Nilai 𝐼 ∗ disubstitusikan ke
𝐼 ∗ 𝜀 − 𝛿𝑅 ∗
Diperoleh :
𝜌𝑣 − 𝜇𝐻
→ 𝛿𝑅 ∗ = ( )𝜀
𝜌(𝐻 − 𝜀)
(𝜌𝑣 − 𝜇𝐻)𝜀
→ 𝛿𝑅 ∗ =
𝜌(𝐻 − 𝜀)
(𝜌𝑣 − 𝜇𝐻)𝜀
𝜌(𝐻 − 𝜀)
→ 𝑅∗ =
𝛿
(𝜌𝑣 − 𝜇𝐻)𝜀
→ 𝑅∗ =
𝛿𝜌(𝐻 − 𝜀)
Jadi :
Untuk menentukan angka rasio reproduksi dasar (𝑅0 ) dengan mengasumsikan 𝐼 ∗ > 0 berdasarkan
𝑃1 diperoleh :
𝜌𝑣 − 𝜇𝐻
𝐼∗ = ( )
𝜌(𝐻 − 𝜀)
𝜌𝑣−𝜇𝐻
Jadi 𝜌(𝐻−𝜖)
>0
→ 𝜌𝑣 − 𝜇𝐻 > 0
→ 𝜌𝑣 > 𝜇𝐻
𝜌𝑣
→ >1
𝜇𝐻
𝜌𝑣
Definisikan : 𝑅0 = 𝜇𝐻
𝜌𝑣
Dipunyai : 𝑅0 = 𝜇𝐻
Teorema 2
𝜌𝑣
Dipunyai 𝑅0 = 𝜇𝐻 dan 𝑃0 &𝑃1 adalah titik-titik kesetimbangan sistem (1)
Berdasarkan nilai-nilai eigen tersebut terlihat bahwa nilai eigen 𝜆1 & 𝜆3 negatif.
Selanjutnya adalah nilai eigen 𝜆2 dianalisis.
𝜌𝑣 𝑅0 𝜇𝐻
Oleh karna 𝑅0 = 𝜇𝐻 ↔ 𝜌 = 𝑣
𝜆2 = 𝑅0 𝐻 − 𝐻
𝜆2 = 𝐻(𝑅0 − 1)
Jadi apabila 𝑅0 < 1(0 ≤ 𝑅0 < 1), berakibat
𝜆2 = 𝐻(𝑅0 − 1) < 0
Jelas 𝜆1 < 0, 𝜆3 < 0, untuk setiap kondisi 𝑅0 dan 𝜆2 < 0 apabila 𝑅0 > 1
Jadi, jika 𝑅0 < 1(0 ≤ 𝑅0 < 1), maka 𝑃0 tidak stabil.
Diperoleh
−𝜌𝐼 ∗ − 𝜇 −𝜌𝑆 ∗ 𝛿
𝐽∗ (𝑃1 ) = [ 𝜌𝐼 ∗ 𝜌𝑆 ∗ − 𝐻 0 ]
0 𝜀 −𝛿
Mencari nilai eigen matriks : |𝜆𝐼 − 𝐽∗ | = 0
𝜆 + 𝜌𝐼 ∗ + 𝜇 𝜌𝑆 ∗ −𝛿
| −𝜌𝐼 ∗ 𝜆 − 𝜌𝑆 ∗ + 𝐻 0 |=0
0 −𝜀 𝜆+𝛿
Menghitung determinan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris ketiga
diperoleh :
𝜆 + 𝜌𝐼 ∗ + 𝜇 𝜌𝑆 ∗
(𝜆 + 𝛿) | |=0
−𝜌𝐼 ∗ 𝜆 − 𝜌𝑆 ∗ + 𝐻
(𝜆 + 𝛿)((𝜆 + 𝜌𝐼 ∗ + 𝜇)(𝜆 − 𝜌𝑆 ∗ + 𝐻) + (𝜌𝑆 ∗ )(𝜌𝐼 ∗ )) = 0
Jadi diperoleh nilai eigen sebagai berikut :
𝜆1 = −𝛿
Berdasarkan nilai-nilai eigen tersebut terlihat bahwa nilai eigen 𝜆1 negatif.
Selanjutnya adalah nilai eigen 𝜆2 & 𝜆3 dianalisis.
Nilai-nilai eigen 𝜆2 & 𝜆3 diperoleh dari persamaan :
((𝜆 + 𝜌𝐼 ∗ + 𝜇)(𝜆 − 𝜌𝑆 ∗ + 𝐻) + (𝜌𝑆 ∗ )(𝜌𝐼 ∗ )) = 0
𝜆2 − 𝜆𝜌𝑆 ∗ + 𝜆𝐻 + 𝜆𝜌𝐼 ∗ − 𝜌2 𝐼 ∗ 𝑆 ∗ + 𝜌𝐼 ∗ 𝐻 + 𝜇𝜆 − 𝜇𝜌𝑆 ∗ + 𝜇𝐻 + 𝜌2 𝐼 ∗ 𝑆 ∗ = 0
𝜆2 − 𝜆(𝜌𝑆 ∗ − 𝐻 − 𝜌𝐼 ∗ − 𝜇) + 𝜌𝐼 ∗ 𝐻 − 𝜇𝜌𝑆 ∗ + 𝜇𝐻 = 0
𝜆2 − 𝜆(𝜌(𝑆 ∗ − 𝐼 ∗ ) − 𝐻 − 𝜇) + 𝜌𝐼 ∗ 𝐻 − 𝜇𝜌𝑆 ∗ + 𝜇𝐻 = 0
𝐻
Karena 𝑆 ∗ = 𝜌
𝐻 𝐻
𝜆2 − 𝜆 (𝜌 ( 𝜌 − 𝐼 ∗ ) − 𝐻 − 𝜇) + 𝜌𝐼 ∗ 𝐻 − 𝜇𝜌 ( 𝜌 ) + 𝜇𝐻 = 0
𝐻
𝜆2 − 𝜆 (𝜌 ( 𝜌 − 𝐼 ∗ ) − 𝐻 − 𝜇) + 𝜌𝐼 ∗ 𝐻 − 𝜇𝐻 + 𝜇𝐻 = 0
𝜌𝑣−𝜇𝐻
Karena 𝐼 ∗ = , maka
𝜌(𝐻−𝜀)
𝐻 𝜌𝑣−𝜇𝐻 𝜌𝑣−𝜇𝐻
𝜆2 − 𝜆 (𝜌 ( 𝜌 − 𝜌(𝐻−𝜀)) − 𝐻 − 𝜇) + 𝜌 (𝜌(𝐻−𝜀)) 𝐻 = 0
𝐻(𝐻−𝜀)−𝜌𝑣−𝜇𝐻 𝜌𝑣−𝜇𝐻
𝜆2 − 𝜆 (𝜌 ( ) − 𝐻 − 𝜇) + ( (𝐻−𝜀) ) 𝐻 = 0
𝜌(𝐻−𝜀)
𝜌𝑣 𝜇𝐻
(𝐻−𝜀)(𝐻− + ) 𝜌𝑣−𝜇𝐻
(𝐻−𝜀) (𝐻−𝜀)
𝜆2 − 𝜆 ( (𝐻−𝜀)
− 𝐻 − 𝜇) + ( (𝐻−𝜀) ) 𝐻 = 0
𝜌𝑣 𝜇𝐻 𝜌𝑣−𝜇𝐻
𝜆2 − 𝜆 (𝐻 − (𝐻−𝜀) + (𝐻−𝜀) − 𝐻 − 𝜇) + ( (𝐻−𝜀) ) 𝐻 = 0
−𝜌𝑣+𝜇𝐻−𝜇𝐻+𝜇𝜀 𝜌𝑣−𝜇𝐻
𝜆2 − 𝜆 ( (𝐻−𝜀)
)+ ( (𝐻−𝜀) ) 𝐻 = 0
−𝜌𝑣+𝜇𝜀 𝜌𝑣−𝜇𝐻
𝜆2 − 𝜆 ( (𝐻−𝜀)
)+ ( (𝐻−𝜀) ) 𝐻 = 0
𝜌𝑣 𝑅0 𝜇𝐻
Karena 𝑅0 = 𝜇𝐻 → 𝜌 = , maka :
𝑣
Dipunyai 𝑅0 > 1
0 𝑅 𝜇𝐻 𝜇𝜀 𝜇𝐻 2
Jelas (𝐻−𝜀) − (𝐻−𝜀) > 0 dan (𝐻−𝜀) (𝑅0 − 1) > 0
𝑅0 𝜇𝐻− 𝜇𝜀 2 𝜇𝐻 2 𝑅0 𝜇𝐻− 𝜇𝜀 2
Jelas( (𝐻−𝜀)
) − 4 . (𝐻−𝜀) (𝑅0 − 1) < ( (𝐻−𝜀)
)
Definisikan
𝑅0 𝜇𝐻− 𝜇𝜀 2 𝜇𝐻 2
D=( (𝐻−𝜀)
) − 4 . (𝐻−𝜀) (𝑅0 − 1)
Jelas :
𝑅 𝜇𝐻− 𝜇𝜀 𝑅 𝜇𝐻− 𝜇𝜀 𝜇𝐻2 2
−( 0(𝐻−𝜀) )±√( 0(𝐻−𝜀) ) −4∙(𝐻−𝜀)(𝑅0 −1)
𝜆 2,4 = 2
Kasus D < 0
𝑅0 𝜇𝐻− 𝜇𝜀 2 𝜇𝐻 2
D < 0 apabila ( (𝐻−𝜀)
) < 4 ∙ (𝐻−𝜀) (𝑅0 − 1)
Jelas :
𝑅0 𝜇𝐻 − 𝜇𝜀 2
→ 𝐷<( )
𝐻−𝜀
𝑅0 𝜇𝐻 − 𝜇𝜀
→ √𝐷 <
𝐻−𝜀
𝑅0 𝜇𝐻 − 𝜇𝜀
→ √𝐷 − ( )<0
𝐻−𝜀
𝑅 𝜇𝐻 − 𝜇𝜀
√𝐷 − ( 0 𝐻 − 𝜀 )
→ <0
2
↔ 𝜆2 < 0
𝑅 𝜇𝐻−𝜇𝜀
−√𝐷−( 0 )
Jelas : 𝐻−𝜀
<0
2
↔ 𝜆3 < 0
Jadi 𝜆2 dan 𝜆3 bernilai negatif
Jelas bahwa 𝜆1 < 0, 𝜆2 < 0, 𝜆3 < 0 apabila 𝑅0 > 1. Jadi 𝑃1 stabil asimtotik lokal.