Anda di halaman 1dari 54

TUGAS FISIKA KUANTUM

RESUME MATERI

TEORI MOMENTUM SUDUT DALAM FISIKA KUANTUM

OSILATOR HARMONIS

FUNGSI GELOMBANG DARI ELEKTRON PADA ATOM HIDROGEN

Nama Kelompok

Amalia Yasmin Sekar Kinasih ( 185090300111021 )

Devita Ayunda Lucya Dewi ( 185090300111032 )

Rima Suryani ( 185090301111023 )

Lia Wilda Izzati ( 185090301111031 )

Lolita Aurensia Franelsa ( 185090301111033 )

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
TOPIK 4
TEORI MOMENTUM SUDUT DALAM FISIKA KUANTUM

⃗ dan Momentum Sudut ⃗𝑳


1. Operator Momentum Linier 𝒑

Gambar 1. Hubungan koordinat Kartesian (x,y,z) dan bola (𝑟, 𝜙, 𝜃)


Posisi suatu benda (dalam 3 dimensi) dinyatakan dalam bentuk vektor 𝑟 yang memuat vektor
satuan sebagai berikut:
𝑟 = 𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂ + 𝑧𝑘̂ . . . (1)
Dimana:
𝑖̂ = 𝑣𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑒 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑥
𝑗̂ = 𝑣𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑒 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑦
𝑘̂ = 𝑣𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑒 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑧

Sehingga untuk momentum 𝑝 jika diuraikan untuk komponen 𝑣 menjadi sebagai berikut:
𝑝 = 𝑚𝑣 = 𝑚(𝑣𝑥 + 𝑣𝑦 + 𝑣𝑧 ) . . . (2)

= 𝑚(𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑗̂ + 𝑣𝑧 𝑘̂)
= 𝑚𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑚𝑣𝑦 𝑗̂ + 𝑚𝑣𝑧 𝑘̂
= 𝑝𝑥 𝑖̂ + 𝑝𝑦 𝑗̂ + 𝑝𝑧 𝑘̂

Salah satu besaran fisis dari suatu partikel yang sangat penting adalah momentum sudut. Suatu
partikel dengan momentum linier 𝑝 yang bergerak melingkar karena terpengaruh oleh suatu
medan memiliki momentum yang disebut dengan momentum sudut atau momentum anguler
⃗ . Dalam mekanika klasik, momentum sudut diungkapkan oleh:
yang dilambangkan sebagai 𝐿
⃗ = 𝑟 × 𝑝 = |𝐿
𝐿 ⃗ ||𝑝| sin 𝜃 . . .(3)
Gambar 2. Komponen Vektor dari Momentum Sudut
Ingat! Perkalian Vektor Satuan

Gambar 3. Perkalian Vektor Satuan


Untuk penguraian vektor dapat dijelaskan sebagai berikut:
𝑟 = 𝑥 + 𝑦 + 𝑧 = 𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂ + 𝑧𝑘̂ . . . (4)

𝑑𝑟 𝑑
𝑣= = (𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂ + 𝑧𝑘̂)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
= 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
= 𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑗̂ + 𝑣𝑧 𝑘̂
= 𝑣𝑥 + 𝑣𝑦 + 𝑣𝑧
. . . (5)

𝑝 = 𝑚𝑣 = 𝑚(𝑣𝑥 + 𝑣𝑦 + 𝑣𝑧 )
= 𝑚𝑣𝑥 + 𝑚𝑣𝑦 + 𝑚𝑣𝑧
= 𝑝𝑥 + 𝑝𝑦 + 𝑝𝑧
. . . (6)
Dalam fisika kuantum, setiap komponen momentum linier dipandang sebagai operator. Untuk
itu 𝑝𝑥 , 𝑝𝑦 , 𝑝𝑧 dalam persamaan (6) masing-masing diganti dengan operatornya seperti telah
diberikan dalam persamaan:
𝑑 𝑑 𝑑
𝑝𝑥 = −𝑖ℏ 𝑝𝑦 = −𝑖ℏ 𝑝𝑧 = −𝑖ℏ
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
Kemudian untuk rumusan momentum sudutnya dapat dikerjakan melalui cara matriks, yakni
sebagai berikut:
⃗ =𝑟×𝑝
𝐿
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂
⃗ =|𝑥
𝐿 𝑦 𝑧|
𝑝̂𝑥 𝑝̂𝑦 𝑝̂𝑧
𝑦 𝑧 𝑥 𝑧 𝑥 𝑦
⃗ = 𝑖̂ |
𝐿 ̂|
𝑝̂
𝑦 𝑝̂𝑧 | − 𝑗̂ |𝑝̂𝑥 𝑝̂𝑧 | + 𝑘 𝑝̂𝑥 𝑝̂𝑦 |
. . . (7)
= 𝑖̂{𝑦 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑦 } − 𝑗̂{𝑥 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑥 } + 𝑘̂ {𝑥 𝑝̂𝑦 − 𝑦 𝑝̂𝑥 }
⃗ dapat dinyatakan sebagai berikut:
Sehingga komponen momentum sudut 𝐿
⃗ 𝑥 = 𝑖̂{𝑦 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑦 } = 𝐿𝑥 𝑖̂
𝐿 . . . (8)

⃗ 𝑦 = ̂𝑗 {𝑥 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑥 } = 𝐿𝑦 𝑗̂ . . . (9)


𝐿
. . . (10)
⃗ 𝑧 = 𝑘̂ {𝑥 𝑝̂𝑦 − 𝑦 𝑝̂𝑥 } = 𝐿𝑧 𝑘̂
𝐿

Dengan demikian, nilai 𝐿𝑥 , 𝐿𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝐿𝑧 yakni:


𝐿𝑥 = 𝑦 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑦 . . . (11)
𝐿𝑦 = 𝑥 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑥 . . . (12)

𝐿𝑧 = 𝑥 𝑝̂𝑦 − 𝑦 𝑝̂𝑥 . . . (13)


RESUME

• 𝑟 (𝑥, 𝑦, 𝑧)
𝑝 (𝑝𝑥 , 𝑝𝑦 , 𝑝𝑧 )
⃗ (𝐿𝑥 , 𝐿𝑦 , 𝐿𝑧 )
𝐿
• [𝑥, 𝑝𝑥 ] = 𝑖ℏ
[𝑝𝑥 , 𝑥] = −𝑖ℏ
• [𝑝𝑧 , 𝑥] 𝜓 = (𝑝𝑧 𝑥 − 𝑥 𝑝𝑧 )𝜓
𝜕 𝜕𝜓
= −𝑖ℏ (𝑥𝜓) − 𝑥 (−𝑖ℏ )
𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝜓 𝜕𝜓
= −𝑖ℏ𝑥 + 𝑖ℏ𝑥
𝜕𝑧 𝜕𝑧
=0
• [𝑝𝑧 , 𝑧] = −𝑖ℏ
• [𝑧, 𝑝𝑧 ] = 𝑖ℏ
• [𝑝𝑥 , 𝑧] = 0
• [𝑝𝑥 , 𝑝𝑧 ] = 0
• [𝑝𝑥 , 𝑝𝑥 ] = [𝑝𝑦 , 𝑝𝑦 ] = [𝑝𝑧 , 𝑝𝑧 ] = 0

Pembuktian
• [𝑝𝑥 , 𝑝𝑧 ] = 𝑝𝑥 𝑝𝑧 − 𝑝𝑧 𝑝𝑥
𝜕 𝜕
= 𝑝𝑥 (−𝑖ℏ ) − 𝑝𝑧 (− 𝑖ℏ )
𝜕𝑧 𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝜓 𝜕 𝜕𝜓
= −𝑖ℏ (− 𝑖ℏ ) − (− 𝑖ℏ (− 𝑖ℏ )
𝜕𝑥 𝜕𝑥𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥
𝜕 2𝜓
2 2 2 2
𝜕 2𝜓
= 𝑖 ℏ − 𝑖 ℏ
𝜕𝑥𝜕𝑧 𝜕𝑥𝜕𝑧
=0

Karena momentum sudut adalah besaran fisis maka operator-operatornya merupakan operator
yang Hermitian. Sehingga diperlukan komutator-komutator dalam perhitungannya.

Ingat kembali sifat-sifat komutator!


[𝐀, 𝐁𝐂] = [𝐀, 𝐁]𝐂 + 𝐁[𝐀, 𝐂]
[𝑨𝑩, 𝑪] = 𝑨[𝑩, 𝑪] + [𝑨, 𝑪]𝑩

[𝑨𝑩, 𝑪𝑫] = [𝑨𝑩, 𝑭]


= 𝑨[𝑩, 𝑭] + [𝑨, 𝑭]𝑩
= 𝑨{[𝑩, 𝑪𝑫]} + {[𝑨, 𝑪𝑫]}𝑩
= 𝑨{[𝑩, 𝑪]𝑫 + 𝑪[𝑩, 𝑫]} + {[𝑨, 𝑪]𝑫 + 𝑪[𝑨, 𝑫]}𝑩
= 𝑨[𝑩, 𝑪]𝑫 + 𝑨𝑪[𝑩, 𝑫] + [𝑨, 𝑪]𝑫𝑩 + 𝑪[𝑨, 𝑫]𝑩

Sehingga dilakukan penguraian terlebih dahulu komutator-komutator yang akan digunakan


untuk mendefinisikan momentum sudut:
[𝑧, 𝑥𝑝𝑧 ] = [𝑧, 𝑥]𝑝𝑧 + 𝑥[𝑧, 𝑝𝑧 ] = +𝑖ℏ𝑥
[𝑝𝑧 , 𝑧𝑝𝑥 ] = [𝑝𝑧 , 𝑧]𝑝𝑥 + 𝑧[𝑝𝑧 , 𝑝𝑥 ] = −𝑖ℏ𝑥
[𝑦, 𝑧𝑝𝑥 ] = [𝑦, 𝑧]𝑝𝑥 + 𝑧[𝑦, 𝑝𝑥 ] = 0

Lebih lanjut sebagai berikut:

1. [𝑦𝑝𝑧 , 𝑧𝑝𝑥 ] = 𝑦[𝑝𝑧 , 𝑧] + 𝑦𝑧[𝑝𝑧 , 𝑝𝑥 ] + [𝑦, 𝑧]𝑝𝑥 𝑝𝑧 + 𝑧[𝑦, 𝑝𝑥 ]𝑝𝑧 = −𝑖ℏ𝑦𝑝𝑥


2. [𝑦𝑝𝑧 , 𝑥𝑝𝑧 ] = 𝑦[𝑝𝑧 , 𝑥]𝑝𝑧 + 𝑦𝑥[𝑝𝑧 , 𝑝𝑧 ] + [𝑦, 𝑥]𝑝𝑧 𝑝𝑧 + 𝑥[𝑦, 𝑝𝑧 ]𝑝𝑧 = 0
3. [𝑧𝑝𝑦 , 𝑧𝑝𝑥 ] = 𝑧[𝑝𝑦 , 𝑧]𝑝𝑥 + 𝑧𝑧[𝑝𝑦 , 𝑝𝑧 ] + [𝑧, 𝑦]𝑝𝑧 𝑝𝑦 + 𝑧[𝑧, 𝑝𝑥 ]𝑝𝑦 = 0
4. [𝑧𝑝𝑦 , 𝑥𝑝𝑧 ] = 𝑧[𝑝𝑦 , 𝑥]𝑝𝑧 + 𝑧𝑥[𝑝𝑦 , 𝑝𝑧 ] + [𝑧, 𝑦]𝑝𝑧 𝑝𝑦 + 𝑥[𝑧, 𝑝𝑧 ]𝑝𝑦 = 𝑖ℏ𝑥𝑝𝑦

Kemudian hasil yang didapatkan dari komutator-komutator tersebut disubstitusikan ke dalam


operator momentum sudut
[𝐿𝑥 , 𝐿𝑦 ] = [(𝑦𝑝𝑧 − 𝑧𝑝𝑦 ), (𝑧𝑝𝑥 − 𝑥𝑝𝑧 )]
= [𝑦𝑝𝑧 , 𝑧𝑝𝑥 ] − [𝑦𝑝𝑧 , 𝑥𝑝𝑧 ] − [𝑧𝑝𝑦 , 𝑧𝑝𝑥 ] + [𝑧𝑝𝑦 , 𝑥𝑝𝑧 ]
= −𝑖ℏ𝑦𝑝𝑥 − 0 − 0 + 𝑖ℏ𝑥𝑝𝑦
= 𝑖ℏ(𝑥𝑝𝑦 − 𝑦𝑝𝑥 )
. . . (14)
= 𝑖ℏ𝐿𝑥

Sehingga operator-operator momentum sudut dapat dinyatakan sebagai berikut:


[𝐿𝑦 , 𝐿𝑧 ] = 𝑖ℏ𝐿𝑥 . . . (15)

[𝐿𝑥 , 𝐿𝑦 ] = 𝑖ℏ𝐿𝑧 . . . (16)


[𝐿𝑧 , 𝐿𝑥 ] = 𝑖ℏ𝐿𝑦 . . . (17)

⃗ = 𝐿
𝐿 ⃗𝑥 +𝐿
⃗𝑦 +𝐿
⃗𝑧 . . . (18)

⃗2 = 𝐿
⃗ 𝑥2 + 𝐿
⃗ 𝑦2 + 𝐿
⃗𝑧2 . . . (19)
𝐿
. . . (20)
𝐿+ = 𝐿𝑥 + 𝑖𝐿𝑦
. . . (21)
𝐿− = 𝐿𝑥 − 𝑖𝐿𝑦
2. Contoh-contoh Soal
Untuk suatu partikel dalam potensial kotak, hitung besar
ketidakpastian momentum dan jarak posisinya dan berapa
𝛥𝑥𝛥𝑝?

Note: 𝜟𝒙 = √< 𝒙𝟐 > −< 𝒙 >𝟐

𝜟𝒑 = √< 𝒑𝟐 > −< 𝒑 >𝟐

Jawab:
Untuk mengerjakan soal tersebut, terlebih dahulu kita harus menemukan bentuk dari
𝛥𝑥, sebagai berikut:
2 𝑛𝜋
𝜓𝑛 (𝑥) = √𝐿 sin 𝑥
𝐿

< 𝑥𝑛 > = ∫−∞ 𝜓𝑛 ∗ |𝑥𝑛 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥
𝐿
= ∫0 𝜓𝑛 ∗ |𝑥𝑛 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥

𝐿 2 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
= ∫0 (√𝐿 sin 𝑥 ) 𝑥 (√𝐿 sin 𝑥) 𝑑𝑥
𝐿 𝐿

𝐿 2 𝑛𝜋
= ∫0 ( sin2 𝑥 ) 𝑥𝑑𝑥 Note:
𝐿 𝐿 𝑥
∫ 𝑥 2 sin 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = − 4
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑥 sin 2 𝑎𝑥 cos 2 𝑎𝑥
= 𝐿 ∫0 (𝑥 sin2 𝑥 ) 𝑑𝑥 4𝑎

8𝑎
𝐿
2𝑛𝜋 2𝑛𝜋 𝐿
2 𝑥2 𝑥 sin
𝐿
𝑥 cos
𝐿
𝑥
= 𝐿[4 − 4𝑛𝜋 − 8𝑛2 𝜋2
]
𝐿 𝐿 0
2𝑛𝜋 2𝑛𝜋 2𝑛𝜋 2𝑛𝜋
2 𝐿2 𝐿 sin
𝐿
𝐿 cos
𝐿
𝐿 02 0 sin
𝐿
0 cos
𝐿
0
= 𝐿[4 − 4𝑛𝜋 − 8𝑛2 𝜋2
]−[4 − 4𝑛𝜋 − 8𝑛2 𝜋2
]
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿

2 𝐿2 2 𝐿2 𝐿
= 𝐿 ( 4 − 0 − 1 − 0 + 0 + 1) = 𝐿 . =2
4
2
Sehingga untuk < 𝑥𝑛 > menjadi:
𝐿 2 𝐿2
< 𝑥𝑛 >2 = [2] = 4
𝐿 ∗
< 𝑥 2 >𝑛 = ∫0 𝜓𝑛 |𝑥𝑛 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥

𝐿 2 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
= ∫0 (√𝐿 sin 𝑥 ) 𝑥 2 (√𝐿 sin 𝑥) 𝑑𝑥
𝐿 𝐿

𝐿 2 𝑛𝜋
= ∫0 (𝐿 sin2 𝑥 ) 𝑥 2 𝑑𝑥
𝐿
2 𝐿 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 (𝑥 2 sin2 𝑥 ) 𝑑𝑥
𝐿
1 𝐿 2𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 (𝑥 2 −x 2 𝑐𝑜𝑠 𝑥 ) 𝑑𝑥 Note:
𝐿 ∫ 𝑥 2 cos 𝑎𝑥 𝑑𝑥 =
𝐿 𝐿 2𝑥 𝑥2 2
1 2𝑛𝜋 cos 𝑎𝑥 + ( − ) sin 𝑎𝑥
= 𝐿 [∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 − ∫0 x 2 𝑐𝑜𝑠 𝑥 𝑑𝑥 ] 𝑎2 𝑎 𝑎3
𝐿
1 1 2𝑥 2𝑛𝜋 2𝑥 2
= 𝐿 [3 𝑥 3 − [ 2𝑛𝜋 2
cos 𝑥+( 2𝑛𝜋 −
( ) 𝐿 ( )
𝐿 𝐿

2 2𝑛𝜋
2𝑛𝜋 3
sin 𝑥)]𝐿0
( ) 𝐿
𝐿

1 𝐿3 2𝐿 2𝑛𝜋 2𝐿2 2 2𝑛𝜋 2.0 2𝑛𝜋


= 𝐿 [ 3 − [( 4𝑛2 𝜋2
cos 𝐿+( 2𝑛𝜋 − 2𝑛3 𝜋3
sin 𝐿)) − 4𝑛2 𝜋2
cos 0+
( ) 𝐿 ( ) 𝐿 ( ) 𝐿
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿

2.02 2 2𝑛𝜋
( 2𝑛𝜋 − 2𝑛3 𝜋3
sin 0)]
( ) 𝐿
𝐿 𝐿

1 𝐿3 2𝐿3
= [ − [(4𝑛2 𝜋2 cos 2𝑛𝜋 + 0 − 0 − 0)]
𝐿 3
1 𝐿3 2𝐿3
= [ − [(4𝑛2 𝜋2)]
𝐿 3
𝐿3 𝐿2
= − 2𝑛2 𝜋2
3
1 1
= 𝐿2 (3 − 2𝑛2 𝜋2)

Setelah nilai < 𝑥 2 >𝑛 dan < 𝑥𝑛 >2 dapat kita nyatakan, selanjutnya bisa digunakan untuk
menyelesaikan rumusan (∆𝑥)𝑛
(∆𝑥)𝑛 = √< 𝑥 2 >𝑛 −< 𝑥𝑛 >2
1 1 L2
= √𝐿2 (3 − 2𝑛2 𝜋2) − 4

1 1 1
=√𝐿2 (3 − 2𝑛2 𝜋2 − 4)

1 1
=√𝐿2 (12 − 2𝑛2 𝜋2)

1 1 2
=√𝐿2 (4 (3 − 𝑛2 𝜋2))

𝐿 1 2
= 2 √(3 − 𝑛2 𝜋2)

Selanjutnya, kita cari bentuk 𝛥𝑝 dengan langkah yang serupa, tetapi dengan menggunakan
operator p
𝐿
< 𝑝 > = ∫0 𝜓𝑛 ∗ |𝑝| 𝜓𝑛 𝑑𝑥
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑑 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 (−𝑖ℏ 𝑑𝑥) sin 𝑥 𝑑𝑥
𝐿 𝐿
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 (−𝑖ℏ ) cos 𝑥 𝑑𝑥
𝐿 𝐿 𝐿
2𝑖ℏ𝑛𝜋 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋
=− ∫0 sin 𝑥 cos 𝑥 𝑑𝑥 Note:
𝐿2 𝐿 𝐿 sin2 𝑎𝑥
∫ 𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑥 cos 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = 2𝑎
2 𝑛𝜋𝑥 𝐿
2𝑖ℏ𝑛𝜋 sin
= − 𝐿2 ( 𝑛𝜋𝐿 | )
2
𝐿 0
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋
2𝑖ℏ𝑛𝜋 sin sin2 0
= − 𝐿2 ( 𝑛𝜋𝐿 − 𝑛𝜋
𝐿
)
2 2
𝐿 𝐿

2𝑖ℏ𝑛𝜋
=− (0)
𝐿2

=0
Sehingga untuk nilai < 𝑝2 > adalah:
𝐿
< 𝑝2 > = ∫0 𝜓𝑛 ∗ |𝑝2 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑑 2 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 (−𝑖ℏ 𝑑𝑥) sin 𝑥 𝑑𝑥
𝐿 𝐿
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋 𝑛2 𝜋 2
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 ℏ2 . − sin 𝑥 𝑑𝑥 .
𝐿 𝐿 𝐿2
2ℏ2 𝑛2 𝜋 2 𝐿 𝑛𝜋
=− ∫0 sin 𝑑𝑥
𝐿2 𝐿

𝑥 sin 2𝑎𝑥
Note: ∫ sin2 𝑎𝑥 = 2 − 4𝑎

𝑛𝜋
2ℏ2 𝑛2 𝜋 2 𝑥 𝑠𝑖𝑛 2 𝐿 𝑥 𝐿
= ( − 𝑛𝜋 |0 )
𝐿3 2 24 𝐿
𝑛𝜋 𝑛𝜋
ℏ2 𝑛 2 𝜋 2 𝑠𝑖𝑛 2 𝐿 𝐿 𝑠𝑖𝑛 2 𝐿 0
= (𝐿 − 𝑛𝜋 − 0+ 𝑛𝜋 |𝐿0 )
𝐿32 4 𝐿 4 𝐿

𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
=
𝐿2

Untuk (𝐴𝑃)𝑛 dapat di selesaikan sebagai berikut,

(𝐴𝑃)𝑛 = √< 𝑃2 > −< 𝑃 >2

= √0 −< 𝑃 >2
𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
=
𝐿2
Untuk menentukan (Δ𝑋)(ΔP) dapat diselesaikan sebagai berikut,

𝐿 1 2 𝑛𝜋ℏ
(Δ𝑋)(ΔP) = √ − 2 2 ( )
2 3 𝑛 𝜋 𝐿

𝑛𝜋ℏ 𝑛2 𝜋 2 − 6
= ( )√
2 3𝜋 2 𝑛2

𝑁𝜋ℏ 1 𝑛2 𝜋 2
= √ −2
2 𝑛𝜋 3

√1,047𝜋 2 𝑛2 − 2
2

2. Hitung besarnya energi dari partikel yang melewati potensial undak ( step potensial )
agar 50 % dari partikel tersebut tersebut terpantul kembali

Jawab :
Dengan ketentuan

𝑅 = 𝐾1 − 𝐾2 2 , 𝐾1 = , 𝐾2
[ ]
𝐾1 + 𝐾2 2𝑚
√ 𝐸 2𝑚
ℏ2 = √ 𝐸 − 𝑉0
ℏ2

Maka,

2
R = √𝐸 − √𝐸 − 𝑉0 Dapat diasumsikan 𝐸 = 𝑉0
[ ]
√𝐸 + √𝐸 − 𝑉0 dengan √𝐸 = √𝑎𝑉0
Sehingga
2
R = √𝐸 − √𝐸 − 𝑉0
[ ]
√𝐸 + √𝐸 − 𝑉0
2
R = √𝑎 − √𝑎 − 1
[ ]
√𝑎 + √𝑎 − 1
√0,5 = √𝑎 − √𝑎 − 1
√𝑎 + √𝑎 − 1
0,707√𝑎 = √𝑎√𝑎 − 1

+ 0,707√𝑎 − 1
0,707√𝑎 − 1 = −0,707√𝑎 + √𝑎

+ √𝑎 − 1
01,707√𝑎 − 1 = 0,293√𝑎
2
[5,826√𝑎 − 1] = (√𝑎)2

33,942(a − 1) = 𝑎
33,942𝑎 − 33,942 = 𝑎
33,942𝑎 = 33,942
𝑎 = 1,030

3. Fungsi gelombang dari sebuah atom yang seperti hidrogen diberikan sebagai berikut:
𝜓(𝑟) = 𝐶𝑒 −𝑟/𝑎 dimana a = a0/z , sedangkan a0 ≈ 0,5 Amstrong merupakan jari-jari
Bohr (muatan inti atom adalah Ze dan hanya mempunyai 1 electron). Hitung Konstanta
Normalisasinya!
Jawab :

Faktor normalisasi dicari dengan persamaan berikut:



= 1
∫ 𝜓 ∗ 𝜓 𝑑𝑣
−∞

Sehingga
∞ 2𝜋 𝜋 ∞
2𝑟 = 2𝑟
2
𝐶 ∫ 2 −𝑎
𝑟 𝑒 𝑑𝑟 ∫ 𝑑𝜙 ∫ 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑑𝜃 4𝜋𝐶 ∫ 𝑟 2 𝑒 − 𝑎 𝑑𝑟 = 1
2

0 0 0 0

Integral dapat disederhanakan


∞ 𝑎 3
2𝑟 𝑎 3 𝑎3
∫ 𝑟 2 𝑒 − 𝑎 𝑑𝑟 = ( ) 𝛤(3) ( ) 2! =
0 2 2 4
Sehingga
𝑎3
4𝜋𝐶 2 =1
4
Maka

1 1
=√ 3
=
𝜋𝑎 √𝜋𝑎3

𝑁
Jika ψ(x) = , tentukan normalisasi konstanta N
𝑥 2 +𝑎2

Kondisi normalisasi

= 1
∫ |𝑥|2 𝑑𝑥
−∞

= 1
𝑁 ∫ (𝑥 2 + 𝑎2 )−2 𝑑𝑥
2
−∞

Diasumsikan 𝒙 =
; 𝒅𝒙 = 𝒔𝒆𝒄𝟐 𝛉 𝒅𝛉
𝒂 𝒕𝒂𝒏 𝛉
2𝑁 2 π = 𝑁 2 π / 2𝑎3 = 1
∫ 𝑐𝑜𝑠 2 θ 𝑑θ
α3 0
Sehingga
𝑁 = 1/2
2𝛼 3
( )
𝜋
TOPIK 5
TEORI OSILATOR HARMONIS

Dalam teori osilator harmonis ini dapat diasumsikan dalam suatu bentuk pegas atau bandul
dimana memiliki pergerakan bolak balik yang harmonis ( teratur ) serta searah yang dapat
disebut dengan osilasi

1. Fungsi Gelombang Dari Osilator Harmonik

Gambar 1 Pergerakan Bandul


𝑜𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟 → 𝑜𝑠𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖 → 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑜𝑙𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔

Pergerakan bandul diatas dapat dikatakan bahwa ia mengalami suatu system Osilator harmonik.
Dimana osilator harmonic sendiri merupakan suatu system apabila suatu beban yang terletak
pada posisi tertentu dan diberikan suatu gaya maka akan muncul suatu perlawanan atau yang
biasa disebut dengan gaya pemulih. Dapat dijelaskan dalam pergerakan bandul tersebut dimana
bandul tersebut mengalami suatu osilasi dimana apabila bandul tersebut disimpangkan ia akan
melakukan Gerakan bolak balik dari A – B – C – B – A yang disebut dengan osilasi dengan
posisi titik setimbang pada titik B. Posisi setimbang pada bandul tersebut sendiri merupakan
sutu posisi dimana bandul tersebut berada pada tingkat energi paling rendah.

Gambar 2 Pergerakan Pegas


System osilator harmonic ini tidak hanya terjadi pada bandul saja, melainkan juga pada
pegas, dengan pergerakan seperti pada gambar diatas. Dengan pergerakan pegas tersebut yakni
Gerakan bolak balik dari C – B – A – B – C dapat disebut sebgai suatu osilasi dengan titik
setimbang sama dengan bandul yakni pada titik B. Dari pergerakan pegas ini dapat dilihat
secara nyata bagaimana gaya pemulih tersebut terjadi, dimana apabila pegas tersenut diberi
gaya Tarik kebawah maka akan muncul suatu gaya perlawanan. Gaya pemulih tersebut dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut

𝐹̅ = −𝐾 𝑥̅
E.q 1

yang mana apabila dalam energi/ usaha gaya pemulih tersebut dapat dituliskan sebagai berikut

∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑥̅ = ∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑥̅ 𝑐𝑜𝑠 180°

∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑥̅ = ∫ −𝑘𝑥 𝑑𝑥̅ 𝑐𝑜𝑠 180°

1 2
∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑥̅ = 𝑘𝑥
2
E.q 2

Dengan 𝜃 merupakan sudut antara 𝐹̅ dengan 𝑥̅ yakni 180°

Gambar 3 Pergerakan Pegas

Gambar diatas menggambarkan bagaimana pegas tersebut bergerak dengan berosilasi secara
teratur atau dapat disebut dengan osilator harmonic dengan gaya pemulihnya seperti yang teah
dipaparkan dalam persamaan diatas. Suatu gaya pemulihan tersebut apabila diasumsikan
menjadi suatu usaha/ energi dapat dituliskan seperti pada persamaan berikut

1 2
− ∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑥̅ = ∫ 𝑘𝑥 𝑑𝑥 = 𝑘𝑥
2
E.q 3
1
Dimana 𝑘𝑥 2 ssndiri sebagai suatu bentuk dari terjadinya potensial osilator harmonic pada
2

objek.

Gambar 4 Gaya Pemulih Pada Pegas

Gambar pegas diatas dapat dituliskan gaya pemulihnya sebagai berikut

𝐹̅ = −𝐾 𝑥̅
𝑚𝑎⃑ = −𝐾 𝑥̅
𝑑2𝑥 𝑘𝑥 = 0
𝑚 2
=
𝑑𝑡
𝑑2𝑥 𝑘 0
2
+ 𝑥 =
𝑑𝑡 𝑚
E.q 4

Dari penjabaran persamaan atas gaya pemulih diatas dapat ditentukan diferensialnya sebagai
percepatan seperti pada persamaan berikut

𝑑𝑣⃑ 𝑑 2 𝑥⃑
𝑎⃑ = 𝑎⃑ =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2

𝑑𝑥⃑ 𝑑2 𝑥
𝑣⃑ = 𝑎 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
E.q 5

Pada persamaan pada E.q 4 yakni

𝑑2𝑥 𝑘
2
+ 𝑥 = 0
𝑑𝑡 𝑚
Merupakan salah satu bentuk persamaan diferensial orde 2 yang memiliki 2 penyelesaian
yakni

𝑥 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔t
𝑥 = 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
E.q 6

Dari 2 penyelesaian tersebut apabila digabungkan ia akan menjadi suatu prinsip super posisi
dengan persamaan sebagai berikut

𝑥 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔t + 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
E.q 7

Apabila

𝑥 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔t → 𝑑𝑥 = 𝐴 ω𝑐𝑜𝑠 ω𝑡
𝑑𝑡
𝑑2𝑥 = −𝐴ω2 𝑐𝑜𝑠ω𝑡 = −ω2 𝑥
𝑑𝑡 2
𝑑2𝑥 = 0
+ ω2 x
𝑑𝑡 2
E.q 8

Akan bernilai sama dengan

𝑑2𝑥 𝑘
= 𝑥
𝑑𝑡 2 𝑚
Dengan asumsi bahwa
𝑘
ω2 = 𝑚 → 𝑘 = ω2 𝑚

E.q 9
Gambar diatas merupakan suatu osilator harmonis dalam suatu potensial sumur parabola,
dimana dalam potensial sumur parabola ini memiliki fungsi parabola yang kuadratis dalam
energi potensial, serta kecepatan didalamnya yang dapat dituliskan seperti pada persamaan
berikut

1 2
𝑉= 𝐾𝑥
2
E.q 10

Dalam suatu potensial sumur parabola ini memiliki sifat sama dengan potensial sumur pada
umumnya namun meiliki lebar yang berbeda beda

𝐿1 ≠ 𝐿2
E.q 11

Nilai E total dalam merupakan suatu nilai notal besar energi kinetic serta potensial yang
dimana dapat ditulisakan dalam persamaan sebagai berikut,

𝐸 = 𝐸𝑘 + 𝐸𝑝
𝐻 = 𝑇 + 𝑉
Dengan
𝑃2
𝑇 = 2𝑚
1 2
𝑉= 𝐾𝑥
2
E.q 12

Dimana

𝐻 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝐻𝑎𝑚𝑖𝑙𝑡𝑜𝑛𝑖𝑎𝑛
𝐸 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑖𝑔𝑒𝑛
𝜓 = 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑒𝑖𝑔𝑒𝑛
Sehingga hukum energi dapat dituliskan dalam Hamiltonian dengan penjumlahan energi total
yang dituliskan sebagai berikut

𝐻𝑢𝑘𝑢𝑚 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 → 𝐸 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻 = 𝑇 + 𝑉


𝑇 → Energi kinetik = 1 𝑝2
𝑚𝑣 2 =
2 2𝑚

𝑉 → Energi potensial = 1 2
𝐾𝑥
2
E.q 13

Sesuai dengan persaamaan sebelumnya bahwa energi total dalam suatu osilator harmonis
pada bentuk parabola dapat ditentukan pula nilai serta fungsi eigennya dengan mengenakan
persamaan schrodinger untuk suatu partikel berosilasi sebagai berikut

𝐻𝜓 = 𝐸𝜓
𝑝2 1 = 𝐸𝜓
𝜓 + 𝐾𝑥 2 𝜓
2𝑚 2
𝑝2 1𝑘 = 𝐸𝜓
𝜓 = 𝑚𝑥 2 𝜓
2𝑚 2𝑚
𝑝2 1 = 𝐸𝜓
𝜓 = 𝜔2 𝑚𝑥 2
2𝑚 2
ℏ2 𝑑 2 𝜓 1 2 2 = 𝐸𝜓 ← ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
+ 𝜔 𝑚𝑥 𝜓
2𝑚 𝑑𝑥 2 2
E.q 14

Dari persamaan diatas, terdapat suatu catatan yakni

𝑝2 𝑑 𝑑2
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃 = 𝑖 → 𝑝 2 = ℏ2
2𝑚 𝑑𝑥 𝑑𝑥 2
E.q 15

Yang kemudian disubstitusikan dengan catatan terdapat suatu asumsi dimana,

𝑚𝜔
𝑠 = √ 𝑥

𝑑𝜓 𝑑𝜓 𝑑𝑠 𝑑𝑠 𝑚𝜔
= , 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 =√
𝑑𝑥 𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝑑𝑥 ℏ

𝑑𝜓 𝑚𝜔 𝑑𝜓
= √
𝑑𝑥 ℏ 𝑑𝑠
E.q 16

Dari pengasumsian yang telah dilaksanakan diatas maka dapat disubstitusikan bahwa
𝑑 𝑑𝜓 𝑑 𝑚𝜔 𝑑𝜓
( ) = (√ )
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 ℏ 𝑑𝑠
𝑑 𝑚𝜔 𝑑𝜓 𝑑𝑠
= (√ )
𝑑𝑠 ℏ 𝑑𝑠 𝑑𝑥
𝑚𝜔 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓
= √ √
ℏ ℏ 𝑑𝑠 2
𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓
=
ℏ 𝑑𝑠 2
E.q 17

𝑑2 𝜓
Setelah dilaksanakannya pengasumsian seta substitusi bahwa pada 𝑠 dan seperti berikut
𝑑𝑥

𝑚𝜔
𝑠 = √ 𝑥

𝑑2𝜓 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓
=
𝑑𝑥 ℏ 𝑑𝑠 2
E.q 18

Maka dapat dimasukkan kedalam suatu persamaan semula yakni

−ℏ2 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓 1 2 ℏ 2 = 𝐸𝜓
2
+ ω 𝑚( 𝑠 )ψ
2𝑚 ℏ 𝑑𝑠 2 𝑚𝜔
E.q 19

Sebagai berikut

−ℏ2 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓 1 2 ℏ 2 = 𝐸𝜓
2
+ ω 𝑚( 𝑠 )ψ
2𝑚 ℏ 𝑑𝑠 2 𝑚𝜔
−ℏ2 𝑑 2 𝜓 1 ℏ 2 = 𝐸𝜓 ℏ𝜔
+ ωℏs 2 ( 𝑠 )ψ :
2! 𝑑𝑠 2 2 𝑚𝜔 2
𝑑2 𝜓 −2𝐸
− 𝑠2ψ = ψ
𝑑𝑠 2 ℏω
E.q 20

Setelah dimasukkan serta di sederhanakan dalam persamaan sebelumnya, sehingga di hasilkan


persamaan berikut

𝑑2𝜓 −2𝐸
− 𝑠2ψ = ψ
𝑑𝑠 2 ℏω
E.q 21
Dimana
−2𝐸
ψ = λψ
ℏω

Sehingga dapat dituliskan bahwa

𝑑2𝜓
+ (λ − s2 )ψ = 0
𝑑𝑠 2
E.q 22

Dan , dapat disimpulkan bahwa Penyelesaian persamaan ini yakni


2 /2
ψ(𝑠) = 𝐻(𝑠)𝑒 −𝑠
𝐻(𝑠) = 𝑃𝑜𝑙𝑖𝑜𝑚 𝐻𝑒𝑟𝑚𝑖𝑡𝑒
E.q 23

Dimana, secara umum dapat dituliskan dengan


2 /2
ψn(s) = Hn(s)𝑒 −𝑠
E.q 24

2 /2
Dengan contoh permisalab sebagai • ψ1(s) = H1(s)𝑒 −𝑠
berikut
2 /2
• ψ1(s) = H2(s)𝑒 −𝑠

2 /2
Kemudian apabila 𝜓(𝑠) = 𝐻𝑛(𝑠)𝑒 −𝑠 dimasukkan ke dalam persamaan
𝑑2 𝜓
+ (λ − s2 )𝜓 = 0
𝑑𝑠2

Maka dapat diselesaikan sebagai berikut

𝑑𝜓 = 𝑢′𝑣 + 𝑢𝑣′
• 𝑑𝑠2
−2𝑠 −𝑠2/2
= 𝐻 ′ (𝑠) + 𝐻(𝑠) ( )𝑒
2
2 /2 2 /2
= 𝐻 ′ (𝑠)𝑒 −𝑠 − 𝑠𝐻(𝑠)𝑒 −𝑠
2 /2
= {𝐻′ (𝑠) − 𝑠𝐻(𝑠)} 𝑒 −𝑠
Dengan 𝑞 = {𝐻′ (𝑠) − 𝑠𝐻(𝑠)} → q′ = H" − H
− sH′
2 /2 2 /2
𝑣 = 𝑒 −𝑠 → v′ = −s 𝑒 −𝑠
E.q 25

Sehingga,

𝑑2 𝜓 = q′v + qv′
• 𝑑𝑠2
2 /2 2 /2
= (H" − H − sH′) 𝑒 −𝑠 + (H′sH). − s 𝑒 −𝑠
2 /2
= {H" − H − sH′ − sH′ + S^2H} 𝑒 −𝑠
E.q 26

Kemudian dimasukkan ke persamaan

𝑑2 𝜓
+ (𝜆 − 𝑠 2 ) = 0
𝑑𝑠 2
2 /2 2 /2
{𝐻" − 2sH′ + ( 𝑠 2 − 1 )H} 𝑒 −𝑠 + (𝜆 − 𝑠 2 )𝐻 𝑒 −𝑠
= 00

2 /2 2 /2
Apabila disederhakan akan menjadi : {H" − 2sH′ + (𝜆 − 1)H} 𝑒 −𝑠 =0 : 𝑒 −𝑠
H" − 2sH′ + (𝜆 − 1)H = 0

Kemudian,dibandingkan dengan persamaan diferensial hermite, yakni

y" − 2xy′ + 2ny = 0 → y = variabel x


{H" − 2sH′ + (𝜆 − 1)H = 0 → H = variabel s
2𝑛 = 𝜆−1
𝜆 = 2𝑛 + 1
2𝐸
Karena 𝜆 = ħ𝜔, maka:

2𝐸
= 2𝑛 + 1
ħ𝜔
2𝑛 + 1
𝐸 = ( ) ħ𝟂
2
Sehingga operator Hamiltonian fungsi gelombangnya adalah;
2𝑛 + 1
𝐻𝜓 = 𝐸𝜓 = ( ) ħ𝟂
2
2𝑛+1
( ) ħ𝟂 sebagai nilai eigennya.
2
Penyelesaian:

𝑦 ′′ − 2𝑥𝑦 + 2𝑛𝑦 → 𝑦(𝑥) = 𝐻𝑛(𝑥)


𝐻 ′′ − 2𝑠𝐻 + (𝜆 − 1)𝐻 → 𝑦(𝑠) = 𝐻𝑛(𝑠)
Persamaan gelombangnya menjadi sebagai berikut;
𝑠2 𝑠2
− −
𝜓𝑛 (𝑠) = 𝐻(𝑠)𝑒 2 = 𝐻𝑛(𝑠)𝑒 2

dengan 𝐻𝑛(𝑥) merupakan Polinomial Hermite, dimana didefinisikan sebagai;


2 𝑑𝑛 −𝑥 2
𝐻𝑛(𝑥) = (−1)𝑛 𝑒 𝑥 (𝑒 )
𝑑𝑥 𝑛

Gambar Bentuk Fungsi Gelombang pada Osilator Harmonik Kuantum

Berdasarkan gambar di atas, maka n dimulai dari n=0 dan seterusnya, sehingga fungsi
polinomial Hermite fungsi gelombang di atas adalah sebagai berikut;

2 𝑑0 2 2 2
𝐻0 (𝑥) = (−1)0 𝑒 𝑥 0
(𝑒 −𝑥 ) = (1)𝑒 𝑥 𝑒 −𝑥 = 1
𝑑𝑥

2 𝑑1 −𝑥 2 2 2
𝐻1 (𝑥) = (−1)1 𝑒 𝑥 1
(𝑒 ) = (−1)𝑒 𝑥 (−2𝑥)𝑒 −𝑥 = 2𝑥
𝑑𝑥

Ingat bahwa persamaan gelombang osilator harmonik di atas adalah


𝑠2 𝑠2
𝜓𝑛 (𝑠) = 𝐻(𝑠)𝑒 − 2 = 𝐻𝑛 (𝑠)𝑒 − 2 ,
𝑚𝜔
dengan 𝑠 = √ 𝑥. Maka dengan mensubstitusikan persamaan () dan (), persamaan fungsi
ħ

gelombang untuk n=0 dan n=1 dapat ditulis seperti berikut;


Untuk n=0,
𝑠2 𝑚𝜔 2
𝜓0 (𝑠) = (1)𝑒 − 2 = 𝑒 − 2ħ 𝑥 = 𝜓0 (𝑥)
Untuk n=1,
𝑠2 𝑚𝜔 𝑚𝜔 2
𝜓1 (𝑠) = 2𝑠𝑒 − 2 = 2 √ 𝑥 𝑒 − 2ħ 𝑥 = 𝜓1 (𝑥)
ħ
begitu juga untuk n=2, 3,.. dan seterusnya.

Normalisasi Fungsi Gelombang Osilator Harmonis Kuantum


𝑠2
𝜓𝑛 (𝑠) = 𝐻𝑛 (𝑠)𝑒 − 2 , belum ternormalisasi.
Fungsi gelombang pada Osilator Harmonis di atas belum ternormalisasi, sehingga perlu
dinormalisasikan dengan faktor normalisasi (Nn) sebagai berikut;
1/2
𝑚𝜔

ħ
𝑁𝑛 = , 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑖
√𝜋 𝑛1 2𝑛
( )
𝑠2 𝑚𝜔 𝑚𝜔 2
𝜓𝑛 (𝑠) = 𝑁𝑛 𝐻𝑛 (𝑠)𝑒 − 2 => 𝜓𝑛 (𝑥) = 𝑁𝑛 𝐻𝑛 (√ 𝑥) 𝑒 − 2ħ 𝑥
ħ
dengan 𝜓𝑛 (𝑥) adalah 𝜓1 (𝑥), 𝜓2 (𝑥), 𝜓2 (𝑥) … 𝜓𝑛 (𝑥).
Operator pada Osilator Harmonis Kuantum
Pada pembahasan osilator harmonis dalam Fisika Kuantum, terdapat beberapa operator
yang perlu dipahami seperti halnya operator naik (eksitasi) dan operaotr turun (deeksitasi).
Operator naik disimbolkan dengan 𝑎+ , sedangkan operator turun disimbolkan dengan 𝑎− .
𝑎+ = Operator Naik (Eksitasi)
𝑎− = Operator Turun (Deeksitasi)

Gambar . Contoh Deeksitasi partikel dari n=2 ke n=1


Jika disubstitusikan pada fungsi gelombang osilator harmonik, maka operatornya
menjadi;
𝑎+ 𝜓𝑛 = √𝑛 + 1 𝜓𝑛+1
𝑎− 𝜓𝑛 = √𝑛 𝜓𝑛−1
dengan 𝑎+ dan 𝑎− didefinisikan sebagai;
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ = (√ 𝑥− )
2ħ √2𝑚ħ𝜔
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎− = (√ 𝑥+ )
2ħ √2𝑚ħ𝜔
Dari kedua operator di atas, maka dapat ditentukan nilai x yaitu dengan cara menjumlahkan
kedua operator tersebut;
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥 𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ + 𝑎− = (√ 𝑥− ) + (√ 𝑥+ )
2ħ √2𝑚ħ𝜔 2ħ √2𝑚ħ𝜔
𝑚𝜔
= 2√ 𝑥

4𝑚𝜔
= √ 𝑥

2𝑚𝜔
𝑎+ + 𝑎− = √ 𝑥
ħ

(𝑎+ + 𝑎 − )
𝑥 =
√2𝑚𝜔
ħ

(𝑎+ +𝑎− )
Jadi, x dalam operator osilator harmonis dapat dinyatakan sebagai 𝑥 = 2𝑚𝜔
.

ħ

Contoh Soal:
Hitunglah harga harap posisi <x> suatu partikel yang bergerak secara osilator harmonis.
Penyelesaian:
<𝑥> = ⟨𝜓𝑛∗ |𝑥|𝜓𝑛 ⟩

(𝑎+ + 𝑎− )
= ⟨𝜓𝑛∗ | |𝜓𝑛 ⟩
√ 2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓𝑛∗ |(𝑎+ + 𝑎− )|𝜓𝑛 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓𝑛∗ |𝑎+ |𝜓𝑛 ⟩ + ⟨𝜓𝑛∗ |𝑎− |𝜓𝑛 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓𝑛∗ |√𝑛 + 1|𝜓𝑛+1 ⟩ + ⟨𝜓𝑛∗ |√𝑛|𝜓𝑛−1 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
1
{√𝑛 + 1⟨𝜓𝑛∗ |𝜓𝑛+1⟩ + √𝑛⟨𝜓𝑛∗ |𝜓𝑛−1 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
<𝑥> = 0
< 𝑥 >= 0 menunjukkan bahwa kebolehjadian posisi partikel paling sering berada di titik x=0.
Momentum dan Energi dalam bentuk Operator a+ dan a-
Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa 𝑎+ dan 𝑎− didefinisikan sebagai;
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ = (√ 𝑥− )
2ħ √2𝑚ħ𝜔
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎− = (√ 𝑥+ )
2ħ √2𝑚ħ𝜔
Dari kedua operator di atas, maka dapat ditentukan nilai x yaitu dengan cara mengurangka
kedua operator tersebut;
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥 𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ − 𝑎− = (√ 𝑥− ) − (√ 𝑥+ )
2ħ √2𝑚ħ𝜔 2ħ √2𝑚ħ𝜔
2 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ − 𝑎− = −
√2𝑚ħ𝜔
√2𝑚ħ𝜔 +
𝑃𝑥 = (𝑎 − 𝑎− )
−2𝑖

2𝑚ħ𝜔 +
𝑃𝑥 = 𝑖√ (𝑎 − 𝑎− )
4

𝑚ħ𝜔
𝑃𝑥 = 𝑖√ (𝑎+ − 𝑎− )
2

Jadi, momentum dalam operator osilator harmonis dapat dinyatakan dalam persamaan
𝑚ħ𝜔
𝑃 = 𝑖√ (𝑎+ − 𝑎− ).
2

Energi fungsi gelombang pada operator Hemiltonian didefinisikan sebagai;


1
𝐸𝜓 = 𝐻𝜓 = (𝑛 + ) ħ𝟂
2
Maka, dalam operator osilator Harmonis kita akan menggunakan operator;
𝑎+ | 𝜓𝑛 > = √𝑛 + 1 𝜓𝑛+1
𝑎− | 𝜓𝑛 > = √𝑛 𝜓𝑛−1
Dengan mengalikan kedua operator di atas, maka didapatkan persamaan berikut;
(𝑎+ | 𝜓𝑛−1 ). (𝑎− | 𝜓𝑛 ) = (√𝑛 𝜓𝑛 ). (√𝑛 𝜓𝑛−1 )
𝑎+ 𝑎− = 𝑛
Perlu diketahui bahwa 𝑎 + | 𝜓𝑛 > = √𝑛 + 1 𝜓𝑛+1 dapat ditulis sebagai 𝑎+ | 𝜓𝑛−1 > =
√𝑛 𝜓𝑛 . Hal ini dilakukan supaya masing-masing ruas terdapat variabel yang dapat dihilangkan
yakni 𝜓𝑛 dan 𝜓𝑛−1. Sehingga didapatkan nilai 𝑛 = 𝑎+ 𝑎− .
Untuk mendapatkan persamaan energi, maka substitusikan nilai n pada persamaan (),
sehingga dapat ditulis sebagai berikut;
1
𝐸𝜓 = 𝐻𝜓 = (𝑛 + ) ħ𝟂
2
1
𝐸𝜓 = 𝐻𝜓 = (𝑎 + 𝑎− + ) ħ𝟂
2
Atau dapat ditulis sebagai;
1
𝐻|𝜓𝑛 ⟩ = (𝑎+ 𝑎− + ) ħ𝟂 𝜓𝑛
2
1
dengan (𝑎+ 𝑎− + 2) sebagai nilai Eigennya.

Contoh Soal:
Terdapat partikel yang terjebak dalam potensial harmonik dengan mengalami eksitasi dan
1
deeksitasi sehingga fungsi gelombangnya dapat ditulis sebagai 𝜓 = 𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ).

Hitunglah nilai normalisasi N, <x>, <H>, dan <x2>.


Penyelesaian:
a). Besar Normalisasi N

∫−∞|𝜓 ∗ | |𝜓|𝑑𝑥 = 1

𝐿
∫0 |𝜓 ∗ | |𝜓|𝑑𝑥 = 1

⟨𝜓 ∗ |𝜓⟩ = 1
1 1
⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩ = 1
1 = 1
𝑁 2 {9⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + 16 ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩ + 4⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}

1 = 1
𝑁 2 {9(1) + 16 (1) + 4(1)}

1 = 1
𝑁 2 {9 + 16 + 4}

209 = 1
𝑁 2 { 16 }

𝑁2 = 16
209
𝑁 =
16

209
b). Besar Harga Harap Posisi <x>
<𝑥> = ⟨𝜓 ∗ |𝑥|𝜓⟩

(𝑎+ + 𝑎 − )
= ⟨𝜓 ∗ | |𝜓⟩
√ 2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓 ∗ |(𝑎+ + 𝑎− )|𝜓⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
= 1
{⟨𝜓 ∗ |𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− |𝜓⟩}
√2𝑚𝜔
ħ

Hitung ⟨𝜓 ∗ |𝑎+ |𝜓⟩ terlebih dahulu;


1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎+ |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ |𝑁 (3𝜓2 + 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩
4 4
1 1
= 𝑁 2 ⟨3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 |3√3𝜓3 + 4 √4𝜓4 + 2√6𝜓6 ⟩

3
= 𝑁 2 √3 ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩
4

⟨𝜓 ∗ |𝑎+ |𝜓⟩ 𝑁 2 3√3


=
4

Kemudian hitung ⟨𝜓 ∗ |𝑎− |𝜓⟩;


1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎− |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎− |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 |3√2𝜓1 + 4 √3𝜓2 + 2√5𝜓4 ⟩

3
= 𝑁 2 √3 ⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩
4

⟨𝜓 ∗ |𝑎− |𝜓⟩ 𝑁 2 3√3


=
4

Maka,
1
{⟨𝜓 ∗ |𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− |𝜓⟩}
<𝑥> =
√2𝑚𝜔
ħ

ħ 𝑁 2 3√3 𝑁 2 3√3
= √ { + }
2𝑚𝜔 4 4
16 16
ħ (209) 3√3 (209) 3√3
= √ { + }
2𝑚𝜔 4 4

ħ 24√3
<𝑥> = √ { }
2𝑚𝜔 209

c). Hitunglah Besar <H>


<𝐻> = ⟨𝜓 ∗ |𝐻|𝜓⟩
1 1
= ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝐻|𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝐻| (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩

1 1 1 1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3 (2 + 2) ħ𝜔𝜓2 + 4 (3 + 2) ħ𝜔𝜓3 + 2 (5 + 2) ħ𝜔𝜓5 )⟩

1 1 1 1
= 𝑁 2 {9 (2 + ) ħ𝜔⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + (3 + ) ħ𝜔⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩ + 4 (5 + ) ħ𝜔⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}
2 16 2 2
45 7 44
= 𝑁 2 ħ𝜔 { + + }
2 32 2
16 720 + 7 + 704
= { } ħ𝜔
209 32
1431
<𝐻> = ħ𝜔
418

1 1 1 1
Pada penyelesaian di atas, 3 (2 + 2) ħ𝜔𝜓2 + 4 (3 + 2) ħ𝜔𝜓3 + 2 (5 + 2) ħ𝜔𝜓5 dapat
1
ditentukan dari persamaan 𝐻|𝜓𝑛 ⟩ = (𝑎+ 𝑎− + 2) ħ𝟂𝜓𝑛 .

# untuk 𝐻|𝜓2
𝐻|𝜓2 = 1
(𝑎 + 𝑎− + ) ħ𝜔𝜓2
2
= 1
ħ𝜔 {𝑎+ 𝑎− 𝜓2 + 𝜓2 }
2
= 1
ħ𝜔 {𝑎+ √2𝜓1 + 𝜓2 }
2
= 1
ħ𝜔 {√2 𝑎+ 𝜓1 + 𝜓2 }
2
= 1
ħ𝜔 {√2√2 𝜓2 + 𝜓2 }
2
𝐻|𝜓2 = 1
ħ𝜔 (2 + ) 𝜓2
2
Sehingga untuk 𝐻|𝜓3 , dan 𝐻|𝜓5 bisa langsung ditentukan dengan persamaan
1
𝐻|𝜓𝑛 ⟩ = (𝑛 + 2) ħ𝟂𝜓𝑛 .

Sehingga nilai 𝐻|𝜓3 , dan 𝐻|𝜓5 adalah sebagai berikut;


1
𝐻|𝜓3 = ħ𝜔 (3 + ) 𝜓3
2
1
𝐻|𝜓5 = ħ𝜔 (5 + ) 𝜓5
2

d). Hitunglah Besar <x2>


Pertama, kita tentukan terlebih dahulu nilai x2.
(𝑎+ + 𝑎− )
𝑥=
√2𝑚𝜔
ħ
Maka 𝑥 2 adalah;

(𝑎+ + 𝑎− ) (𝑎+ + 𝑎 − )
2
𝑥 =
√2𝑚𝜔 √2𝑚𝜔
( ħ )( ħ )
1
= {(𝑎+ + 𝑎− )(𝑎+ + 𝑎− )}
2𝑚𝜔
ħ
ħ
𝑥2 = {𝑎+ 𝑎+ + 𝑎+ 𝑎− + 𝑎− 𝑎+ + 𝑎− 𝑎− }
2𝑚𝜔

Sehingga, < 𝑥 2 > dapat kita tentukan dengan cara berikut ini;
< 𝑥2 > = ⟨𝜓 ∗ |𝑥 2 |𝜓⟩
ħ
= ⟨𝜓 ∗ | 2𝑚𝜔 {𝑎+ 𝑎+ + 𝑎 + 𝑎− + 𝑎− 𝑎+ + 𝑎− 𝑎− }|𝜓⟩

ħ
= {⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎− |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎 − 𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎− |𝜓⟩}
2𝑚𝜔
𝑁2ħ 611 205
= {√5 + + + 16√5}
2𝑚𝜔 16 4
16 16√5 + 611 + 820 + 16√5 ħ
= { }
209 16 2𝑚𝜔

32√5 + 1431 ħ
< 𝑥2 > = ( )
209 2𝑚𝜔

Pada penyelesaian soal di atas, nilai dari {⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎− |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎+ |𝜓⟩ +
⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎− |𝜓⟩} dapat kita tentukan dengan cara berikut ini;
Kita tahu bahwa;
𝑎+ | 𝜓𝑛 > = √𝑛 + 1 𝜓𝑛+1
𝑎− | 𝜓𝑛 > = √𝑛 𝜓𝑛−1
Maka,
1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎+ |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ |𝑎+ |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ | (3√3𝜓3 + 4 √4𝜓4 + 2√6𝜓6 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√3√4𝜓4 + 4 √4√5𝜓5 + 2√6 √7𝜓7 )⟩

1
= 𝑁 2 2 √4√5⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩
4
= 𝑁 2 √5

1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎− |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ |𝑎− |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ | (3√2𝜓1 + 4 √3𝜓2 + 2√5𝜓4 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√2√2𝜓2 + 4 √3√3𝜓3 + 2√5 √5𝜓5 )⟩

1 3
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (6𝜓2 + 4 𝜓3 + 10𝜓5 )⟩

3
= 𝑁 2 {18⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + ⟨𝜓 |𝜓 ⟩ + 20⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}
16 3 3
3
= 𝑁 2 {18 + + 20}
16
288 + 3 + 320
= 𝑁2 { }
16
611
= 𝑁2
16
1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎+ |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎− |𝑎+ |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎− | (3√3𝜓3 + 4 √4𝜓4 + 2√6𝜓6 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√3√3𝜓2 + 4 √4√4𝜓3 + 2√6 √6𝜓5 )⟩

1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |(9𝜓2 + 1𝜓3 + 12𝜓5 )⟩

1
= 𝑁 2 {27⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩ + 24⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}
4
1
= 𝑁 2 {27 + + 24}
4
108 + 1 + 96
= 𝑁2 { }
4
205
= 𝑁2
4

1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎− |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ |𝑎− |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ | (3√2𝜓1 + 4 √3𝜓2 + 2√5𝜓4 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√2√1𝜓0 + 4 √3√2𝜓1 + 2√5 √4𝜓3 )⟩

1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√2𝜓0 + 4 √6𝜓1 + 4√5 𝜓3 )⟩

4
= 𝑁 2 { √5} ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩
4
= 𝑁 2 √5
TOPIK 6
FUNGSI GELOMBANG DARI ELEKTRON PADA ATOM HIDROGEN

1. ATOM
Setiap atom memiliki dimensi keseluruhan sekitar 10−9 meter. Atom tersusun dari inti
yang relatif masif (dimensinya berorde 1014 meter), dimana elektron, masing- masing
bermuatan −𝑒, "mengisi" sisa volume atom, bergerak mengelilingi inti.

Gambar 1. Inti atom


Inti tersusun dari partikel A (A adalah bilangan massa) disebut nukleon, partikel Z (Z
adalah bilangan atom yang menunjukkan jumlah proton), masing-masing bermuatan +𝑒, dan
N (= 𝐴 − 𝑍) adalah neutron, yang tak memiliki muatan listrik. Oleh karena itu, inti memiliki
muatan positip +𝑍𝑒. Jumlah elektron dalam sembarang atom sama dengan jumlah proton. Oleh
karena itu, atom adalah sistem netral. Namun, dalam kasus tertentu atom dapat memperoleh
atau kehilangan elektron, sehingga ia bermuatan positip atau negatip; dalam kasus ini ia disebut
ion. Massa nukleon sekitar 1850 kali massa elektron, sehingga, massa atom secara praktis sama
dengan massa intinya.
2. ORBITAL
• Orbital shap (s)
Orbital yang paling sederhana yang hanya terdiri satu buah orbital yang berbentuk
seperti bola. Elektron memiliki kerapatan yang sama, semakin jauh dari inti atom
kerapatannya semakin berkurang. Semakin besar kuantum utamanya semakin besar pula
ukuran orbitalnya.

Gambar 2. Orbital s
• Orbital p
Subkulit p memiliki 3 orbital yang sama dan memiliki tingkat energi yang sama.
Perbedaannya terletak pada arah konsentrasi kepadatan elektron. Bentuk orbitalnya
seperti balon terpilin dimana kerapatan elektron tidak tersebar secara merata. Elektron
terkonsentrasi pada dua daerah yang terbagi sama besar dan terletak pada posisi saling
berhadapan dari inti yang terletak di tengah. Subkulit p memiliki bilangan kuantum
magnetik yang berbeda yaitu -1, 0, +1.

Gambar 3. Orbital p
• Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang komplek dan orientasi yang berbeda-
beda. Kelima orbital tersebut adalah 𝑑𝑥𝑦, 𝑑𝑥𝑧, 𝑑𝑦𝑧, 𝑑𝑥 2 𝑦 2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑧 2 .

Gambar 4. Orbital d
• Orbital f
Subkulit f memiliki 7 orbital yang memiliki tingkat energi yang setara. Bentuk orbitalnya
lebih rumit dan sangat kompleks.

Gambar 5. Orbital f
3. PEMECAHAN TINGKAT ENERGI
Jika suatu Jika suatu atom ditempatkan dalam medan magnet B yang didefinisikan pada
sumbu-z, maka elektron atom akan berinteraksi dengan medan itu. Untuk fungsi gelombang
elektron 𝜓𝑛𝑙𝑚 , terdapat beberapa fungsi-fungsi sebagai berikut:
𝜓200 : fungsi gelombang untuk elektron di kulit 2s
𝜓211 : fungsi gelombang untuk elektron di kulit 2p dengan 𝑚 = +1
𝜓21−1 : fungsi gelombang untuk elektron di kulit 2p dengan 𝑚 = −1
𝜓212 : tidak ada (terlarang)

Gambar 6. Pemecahan tingkat energi dalam pengaruh medan magnet dan transisi
4. MOMENTUM SUDUT
Dalam persamaan Schrödinger, momentum sudut terkait dengan bagian fungsi
gelombang yang tidak tergantung 𝑟 yang berarti tidak tergantung dari potensial 𝑉(𝑟). Besar dan
arah momentum sudut terkait dengan fungsi gelombang yang merupakan fungsi sudut 𝜙, 𝜃.
Dalam mekanika klasik, vektor momentum sudut elektron yang beredar mengelilingi inti
atomdan tegak lurus bidang orbit elektron dapat kita tuliskan sebagai
𝐿 = 𝑟×𝑝 ...(1)
Komponen-komponen vektor L adalah:
𝐿𝑥 = 𝑦𝑝𝑥 − 𝑧𝑝𝑦

𝐿𝑦 = 𝑧𝑝𝑥 − 𝑥𝑝𝑧 ... (2)


𝐿𝑧 = 𝑥𝑝𝑦 − 𝑦𝑝𝑥

dan kuadratnya,
𝐿2𝑥 + 𝐿2𝑦 + 𝐿2𝑧 ... (3)

• Operator 𝐿𝑧
Nilai eigen dan fungsi eigen operator 𝐿𝑧 dapat ditetapkan sebagai berikut. Misalkan
Φ(𝜙) adalah fungsi eigen bersangkutan dengan nilai eigen 𝐿𝑧 sehingga:
𝜕Φ
𝐿𝑧 Φ = −𝑖ℏ ... (4)
𝜕𝜑
dan sehingga harga-eigen operator 𝐿𝑧 adalah
𝐿𝑧 = 𝑚𝑙 ℏ; 𝑚𝑙 = 0, ±1, ±2, … ... (4)
Operator momentum anguler pada komponen sumbu z dapat ditulis sebagai berikut
𝐿𝑧 |𝜓𝑛𝑙𝑚 ⟩ = 𝑚ℏ𝜓𝑛𝑙𝑚 ... (5)
• Operator 𝐿2
Nilai eigen dan fungsi eigen operator 𝐿2 ditentukan sebagai berikut. Andaikan 𝑌(𝜃, 𝜙)
adalah fungsi eigen dengan nilai eigen 𝐿2 :
𝐿2 𝑌(𝜃, 𝜙) = 𝐿2 𝑌(𝜃, 𝜙) ... (6)
Persamaan ini identik dengan persamaan Legendre terasosiasi dengan:
𝐿2 = ℏ2 𝑙(𝑙 + 1); 𝑙 ≥ |𝑚𝑙 | ... (7)
Dalam persamaan di atas, 𝑙 adalah bilangan bulat positif: 0, 1, 2, 3, ...; bilangan bilangan
ini disebut bilangan kuantum orbital. Dari persamaan itu jelas bahwa untuk suatu nilai
𝑙 ada (2𝑙 + 1) buah nilai 𝑚𝑙 , yakni 𝑚𝑙 = −𝑙, −(𝑙 − 1), … , −1, 0, 1, … , (𝑙 − 1), 𝑙.
Operator momentum 𝐿2 dapat ditulis sebagai berikut
𝐿2 |𝜓𝑛𝑙𝑚 ⟩ = 𝑙(𝑙 + 1)ℏ2 𝜓𝑛𝑙𝑚 ... (8)

5. KONFIGURASI ELEKTRON
Konfigurasi elektron adalah pengisian atau penataan elektron pada kulit atom, sub kulit
atom, dan orbital. Konfigurasi elektron menggambarkan susunan elektron dalam orbital atom.
Elektron yang berada di kulit paling luar tidak boleh lebih dari delapan. Banyaknya elektron
yang berada di kulit terluar disebut elektron valensi yang dapat digunakan untuk menentukan
letak golongan sedangkan jumlah kulit yang ditempati dapat digunakan menentukan periode
unsur tersebut dalam Sistem Periodik Unsur. Beberapa kaidah yang harus dipatuhi dalam
menentukan konfigurasi elektron.
a. Prinsip Aufbau
Berdasarkan prinsip Aufbau, elektron dalam atom akan berada dalam kondisi yang
stabil bila memiliki energi yang rendah dan elektron elektron berada dalam orbital-
orbital yang bergabung membentuk sub kulit. Dengan kata lain, elektron memiliki
kecenderungan untuk menempati sub kulit yang tingkat energinya paling rendah
kemudian secara bertahap akan menempati sub kulit yang tingkat energinya lebih tinggi.
Untuk mengetahui urutan tingkat energi, dapat dilakukan dengan menggunakan deret
pancaran cahaya seperti gambar.
Gambar 7. Prinsip Aufbau
Pada saat pengisian elektron subkulit dengan tingkat energi diisi penuh dahulu
kemudian sisanya menempati subkulit tingkat energi berikutnya dengan urutan sbb:
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s dst.
Pengisian orbital d pada kondisi khusus lebih stabil terisi penuh atau setengah penuh.
b. Aturan Hund
Pada tahun 1927, fisikawan Jerman, Frederick Hund menyatakan bahwa pengisian
elektron pada sub orbital dengan jumlah orbital lebih dari satu maka diisi sesuai dengan
tingkat energi yang sama dengan arah putaran yang sama. Aturan Hund atau prinsip
multiplisitas maksimum menetapkan, secara empiris, bagaimana elektron orbital yang
mengalami degenerasi harus menempati energi. Aturan Hund ini menyebutkan bahwa
elektron dalam suatu orbital tidak boleh berpasangan sebelum masing-masing orbital
dalam suatu sub kulit terisi masing-masing satu elektron. Asas tersebut di atas mendasar
pada penalaran bahwa energi tolak menolak antar dua elektron dapat diminimumkan
jika jarak elektron berjauhan.
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital dalam suatu
subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk diagram orbital. Dua
elektron yang menghuni satu orbital dilambangkan dengan dua anak panah yang
berlawanan arah. Jika orbital hanya mengandung satu elektron, anak panah dituliskan
mengarah ke atas.
Gambar 8. Contoh pengisian elektron pada atom nitrogen
c. Asas Larangan Pauli
Wolfgang Pauli (1900-1958) menyatakan bahwa dalam satu atom tidak diizinkan dua
elektron mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. Dengan kata lain setiap
orbital maksimal hanya boleh diisi dua elektron dengan arah yang berlawanan atau spin
yang berbeda. Dengan kata lain setiap orbital maksimal hanya boleh diisi dua elektron
dengan arah yang berlawanan atau spin yang berbeda. Dengan demikian, yang dapat
membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). Setiap orbital hanya dapat berisi 2
elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan.
Dengan adanya larangan Pauli, elektron maksimal yang boleh mengisi orbital hanya dua
dengan alasan jika ada elektron yang ketiga maka akan memiliki spin atau arah putaran
yang sama. Jumlah maksimum elektron adalah sebagai berikut :
▪ Orbital s maksimum 2 elektron
▪ Orbital p maksimum 6 elektron
▪ Orbital d maksimum 10 elektron
▪ Orbital f maksimum 14 elektron
Contoh:
16
8𝑂 dengan 𝑝 = 8; 𝑒 = 8; 𝑛 = 8
Maka,
1𝑠 2 2𝑠 2 2𝑝4
↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿ ↿
1
Bilangan kuantum elektron pertama: 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron kedua: 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = − 2
1
Bilangan kuantum elektron ketiga: 𝑛 = 2; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron keempat: 𝑛 = 2; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = − 2
1
Bilangan kuantum elektron kelima: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = +1; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron keenam: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = +1; 𝑠 = − 2
1
Bilangan kuantum elektron ketujuh: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = 0; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron kedelapan: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = −1; 𝑠 = + 2

6. ATOM HIDROGEN

Gambar 9. Model atom hidrogen menurut Bohr


Massa proton 𝑚𝑝 dinyatakan jauh lebih besar daripada massa elektron 𝑚𝑒 , yaitu 𝑚𝑝 =
1836𝑚𝑒 . Diasumsikan proton diam di pusat koordinat dan elektron bergerak mengelilinginya
di bawah pengaruh medan atau gaya Coulomb, sehingga kontribusi energi sistem hanya
diberikan oleh elektron yaitu energi kinetik. Energi kinetik sebuah elektron dalam orbit tersebut
dapat dihitung sebagai berikut:
1
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2 ... (9)
2
dengan substitusi nilai 𝑝 = 𝑚𝑣 pada persamaan (1) maka didapatkan
𝑝2
𝐸𝑘 = ... (10)
2𝑚
dan energi potensialnya ditulis dengan persamaan
𝑄𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑛 𝑄𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛
𝑉=𝑘 ... (11)
𝑟
𝑒(−𝑒)
𝑉=𝑘 ... (12)
𝑟
1 𝑒2
𝑉=− ... (13)
4𝜋𝜀0 𝑟
1
dengan 𝑒 = 1.6 × 10−19 dan 𝑘 = 4𝜋𝜀 .
0
Dengan analogi dengan mekanika klasik, Hamiltonian umumnya dinyatakan sebagai jumlah
operator yang sesuai dengan energi kinetik dan potensial dari suatu sistem dalam bentuk
𝐻 =𝑇+𝑉 ... (14)
𝑒2 1 𝑝2 ℏ2
di mana 𝑉 = 4𝜋𝜀 adalah operator energi potensial dan 𝑇 = 2𝑚 = − 2𝑚 ∇2 adalah operator
0 𝑟

energi kinetik dengan 𝑚 merupakan massa partikel serta 𝑝 = −𝑖ℏ∇ adalah operatur momentum.
Sehingga,
𝑝2 𝑒2
𝐸=𝐻= −
2𝑚 4𝜋𝜀0
𝑝2 𝑒2
𝐸𝜓 = { − }𝜓 ... (16)
2𝑚 4𝜋𝜀0

Persamaan-persamaan tersebut digabungkan sehingga menghasilkan bentuk yang biasa


digunakan dalam persamaan Schrödinger:
𝐸𝜓 = 𝐻 = (𝑇 + 𝑉)𝜓
𝑝2 𝑒2
{ − } 𝜓 = 𝐸𝜓
2𝑚 4𝜋𝜀0

−ℏ2 2 𝑒2
∇ 𝜓− 𝜓 = 𝐸𝜓
2𝑚 4𝜋𝜀0
−ℏ2
Kedua ruas pada persaman di atas dibagi dengan sehingga didapatkan:
2𝑚

2
2𝑚 𝑒2
∇ 𝜓 + 2 (𝐸 + )𝜓 = 0 ... (17)
ℏ 4𝜋𝜀0

Dalam tiga dimensi yang menggunakan koordinat kartesius, operator Laplace yang akan
digunakan adalah

2
𝑑2𝜓 𝑑2𝜓 𝑑2𝜓
∇ 𝜓= + + ... (18)
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2 𝑑𝑧 2
7. SISTEM KOORDINAT
1. Kartesian (𝑥, 𝑦, 𝑧)

Gambar 10. Sistem koordinat kartesian tiga dimensi


2. Bola (𝑟, 𝜃, 𝜙)

Gambar 11. Sistem koordinat bola


3. Silinder (𝑟, 𝜃, 𝑧)

Gambar 12. Sistem koordinat silinder


Persamaan fungsi gelombang:
1 𝜕 ℎ2 ℎ3 𝜕𝜓 𝜕 ℎ1 ℎ3 𝜕𝜓 𝜕 ℎ1 ℎ2 𝜕𝜓
∇2 𝜓 = [ ( ) + ( ) + ( ) ] ... (19)
ℎ1 ℎ2 ℎ3 𝜕𝜐1 ℎ1 𝜕𝜐1 𝜕𝜐2 ℎ2 𝜕𝜐2 𝜕𝜐3 ℎ3 𝜕𝜐3

• Kartesian: (𝑥, 𝑦, 𝑧)
ℎ1 = 1; 𝑣1 = 𝑥
ℎ2 = 1; 𝑣2 = 𝑦
ℎ3 = 1; 𝑣3 = 𝑧
• Bola (𝑟, 𝜃, 𝜙)
ℎ1 = 1; 𝑣1 = 𝑟
ℎ2 = 𝑟; 𝑣2 = 𝜃
ℎ3 = 𝑟 sin 𝜃 ; 𝑣3 = 𝜙
• Silinder (𝑟, 𝜃, 𝑧)
ℎ1 = 1; 𝑣1 = 𝑟
ℎ2 = 𝑟; 𝑣2 = 𝜃
ℎ3 = 1; 𝑣3 = 𝑧
Berdasarkan persamaan di atas, untuk koordinat bola didapatkan operator ∇ pada persamaan
fungsi gelombang sebagai berikut:
1 𝑑 2 𝑑𝜓 𝑑 𝑑𝜓 𝑑 1 𝑑𝜓
∇2 𝜓 = [ (𝑟 sin 𝜃) + (sin 𝜃 ) + ( ) ]
𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜙 sin 𝜃 𝑑𝜙
1 𝑑 2 𝑑𝜓 1 𝑑 𝑑𝜓 1 𝑑2𝜓
= [ 2 (𝑟 )+ 2 (sin 𝜃 ) + 2 ] ... (20)
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜙 2

Persamaan Schrödinger kemudian dapat dinyatakan dengan

2𝑚 𝑒2
∇2 𝜓 + 2 (𝐸 + )𝜓 = 0 ... (21)
ℎ 4𝜋𝜀0

1 𝑑 2 𝑑𝜓 1 𝑑 𝑑𝜓 1 𝑑 2 𝜓 2𝑚 𝑒2
(𝑟 )+ 2 (sin 𝜃 ) + 2 + (𝐸 + )𝜓 = 0 ... (22)
𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜙 2 ℎ2 4𝜋𝜀0

Fungsi gelombang 𝜓(𝑟, 𝜃, 𝜙) dapat diasumsikan terdiri dari tiga fungsi:


𝑅(𝑟); 𝜃(𝜃); 𝜙(𝜙) ... (23)
Untuk mendapatkan solusi bagi persamaan di atas, dilakukan pemisahan variabel (𝑟) =
𝑟𝜓(𝑟, 𝜃, 𝜙) sebagai berikut:
𝜓(𝑟, 𝜃, 𝜙) = 𝑅(𝑟)𝜃(𝜃)𝜙(𝜙) ... (24)
Substitusi pada persamaan menghasilkan
𝜃𝜙 𝑑 2 𝑑𝑅 𝑅𝜙 𝑑 𝑑𝜃 𝑅𝜃 𝑑 2 𝜙 2𝑚 𝑒2
(𝑟 ) + (sin 𝜃 ) + + (𝐸 + ) 𝑅𝜃𝜙 = 0
𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝜙 2 ℎ 4𝜋𝜀0

... (25)
Kedua ruas dibagi dengan 𝑅𝜃𝜙 dan didapatkan
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 1 𝑑 𝑑𝜃 1 𝑑2 𝜙
(𝑟 ) + (𝐸 + ) + (sin 𝜃 ) + =0
𝑅𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝜃 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝜙𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝜃 2

... (26)
Penjumlahan suku-suku yang hanya bergantung pada jari-jari dan dua sudut ini akan selalu
sama dengan nol untuk sembarang nilai 𝑟, 𝜃, dan 𝜙 jika masing-masing suku sama dengan
konstanta. Konstanta (c) berharga ±𝑙(𝑙 + 1).
Suku yang hanya bergantung jari-jari menjadi:
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚𝑟 2 𝑒2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + ) = 𝑙(𝑙 + 1) ... (27)
𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0

𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚𝑟 2 𝑒2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + ) 𝑅 = 𝑙(𝑙 + 1)𝑅 ... (28)
𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0

Sedangkan suku yang hanya mengandung sudut 𝜃 dan 𝜙 menjadi


1 𝑑 𝑑𝜃 1 𝑑2𝜙
(sin 𝜃 ) + = −𝑙(𝑙 + 1) ... (29)
𝜃 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝜙 sin 𝜃 𝑑𝜙
sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃 1 𝑑2 𝜙
(sin 𝜃 ) + = −𝑙(𝑙 + 1) sin2 𝜃
𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝜙 𝑑𝜙
sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃 1 𝑑2𝜙
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) sin2 𝜃 + =0 ... (30)
𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝜙 𝑑𝜙

dengan
sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) sin2 𝜃 = 𝑚2
𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃
sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) sin2 𝜃 = 𝑚2
𝜙 𝑑𝜃 𝑑𝜃
Kedua ruas dibagi dengan sin2 𝜃 dan diapatkan
1 𝑑 𝑑𝜃 𝑚2
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) =
𝜃 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 sin2 𝜃
1 𝑑 𝑑𝜃 𝑚2
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) − 2 = 0 ... (31)
𝜃 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 sin 𝜃

Persamaan diferensial Legendre


𝜃 = 𝑁𝑙𝑚 𝑃𝑙𝑚 (cos 𝜃)

2(𝑙 + 1) (𝑙 − |𝑚|)!
𝑁𝑙𝑚 = √
2 (𝑙 + |𝑚|)!

dan
1 𝑑2𝜙
= −𝑚2
𝜙 𝑑𝜙
𝑑2 𝜙
= −𝑚2 𝜙
𝑑𝜙
𝑑2𝜙
+ 𝑚2 𝜙 = 0 ... (32)
𝑑𝜙
Maka, fungsi tersebut dapat dituliskan menjadi
𝜙 = 𝐴𝑒 𝑖𝑚𝜙 ... (33)
Normalisasi fungsi tersebut adalah
𝜃 = 0−𝜋
𝑟 =0−∞
𝜙 = 0 − 2𝜋

𝜙 = 𝐴𝑒 𝑖𝑚𝜙
2𝜋 2𝜋

∫ 𝜙 ∗ 𝜙𝑑𝜙 = ∫ 𝐴2 𝑒 −𝑖𝑚𝜙 𝑒 𝑖𝑚𝜙 𝑑𝜙 = 1


0 0
2𝜋

𝐴2 ∫ 𝑑𝜙 = 1
0

𝐴2 2𝜋 = 1

1
𝐴=√
2𝜋
1
Φ(𝜙) = 𝑒 𝑖𝑚𝜙 ... (34)
√2𝜋
FUNGSI PERSAMAAN RADIAL
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚𝑟 2 𝑒2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + ) = 𝑙(𝑙 + 1)
𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀 0

1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)
2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + )=
𝑟 𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟2

1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + )𝑅 = 𝑅
𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟2

1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)
2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + )𝑅 − 2
=0
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀 0 𝑟
2
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1) ℎ
2
(𝑟 ) + 2 {𝐸 + − 2
}𝑅 = 0 ... (35)
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀 0 𝑟 2𝑚

Misal:
𝜌 = 𝛼𝑟
𝑑𝜌
=𝛼
𝑑𝑟
𝜌 2
𝜌2
𝑟= →𝑟 = 2
𝛼 𝛼
𝑑 𝑑 𝑑𝜌 𝑑
= =𝛼
𝑑𝑟 𝑑𝜌 𝑑𝑟 𝑑𝜌
dengan
1
8𝑚𝐸 2
𝑎={ 2 }

1
𝑒2 𝑚 2
𝜆= 2 { }
2𝜋𝜀0 ℎ 8𝐸
Maka akan didapatkan
2
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1) ℎ
2
(𝑟 ) + 2 {𝐸 + − }𝑅 = 0
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟 2 2𝑚

2
𝛼 2 𝑑 𝑒 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2𝛼 𝑙(𝑙 + 1)ℎ 2
𝛼 ( 𝛼 ) + 2 (𝐸 + − 𝛼 )𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝛼 2 𝑑𝜌 ℎ 4𝜋𝜀0 𝜌 2𝑚𝜌2
2
𝛼2 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝑒 2𝛼 𝛼 2 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
(𝜌 ) + 2 (𝐸 + − )𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 4𝜋𝜀0 𝜌 2𝑚𝜌2

2
𝛼2 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝐸𝛼 2 𝑒 2𝛼 𝛼 2 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
(𝜌 ) + 2 ( + − )𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 𝛼 2 4𝜋𝜀 0 𝜌 2𝑚𝜌 2

2
1 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝐸 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
(𝜌 ) + 2 { + − }𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 𝛼
2 𝛼4𝜋𝜀0 𝜌 2𝑚𝜌2
2
1 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝐸 𝑒2 2𝑚 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
2
(𝜌 ) + { 2 2
+ }𝑅 − 2 𝑅=0
𝜌 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 𝛼 𝛼4𝜋𝜀0 𝜌 ℎ 2𝑚𝜌2
2
1 𝑑 2
𝑑𝑅 𝑙(𝑙 + 1)ℎ 2𝑚 𝐸 𝑒2
(𝜌 ) − 𝑅 + 2 { + }𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 𝜌2 ℎ 𝛼
2 𝛼4𝜋𝜀0 𝜌

Dengan memasukkan
1
𝑒2 𝑚 2
𝜆= 2 = {8𝐸 }
2𝜋𝜀0 ℎ
Maka persamaan di atas dapat ditulis
1 𝑑 𝑑𝑅 𝑙(𝑙 + 1) 𝜆 1
2
(𝜌2 ) − 2
𝑅 +{ − }𝑅 = 0 ... (36)
𝜌 𝑑𝜌 𝑑𝜌 𝜌 𝜌 4

Penyelesaiannya persamaan diferensial Laguerre didapatkan sebagai berikut


𝜌
𝑅𝑛𝑙 (𝑟) = 𝑁𝑛𝑙 𝜌2 𝑒 − 2 𝐿2𝑙+1
𝑛+𝑙 (𝜌)
... (37)

Untuk kasus atom H dengan z=1. Sedangkan, untuk atom yang lain dapat ditulis dengan

1
2𝑧 3 (𝑛 − 𝑙 − 1)! 2 2𝑧 𝑙 (−𝑛𝑎𝑧𝑟
) 2𝑧 ... (38)
𝑅𝑛𝑙 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 0 𝐿2𝑙+1 ( 𝑟)
𝑛+𝑙
𝑛𝑎0 2𝑚[(𝑛 + 𝑙)!]3 𝑛𝑎0 𝑛𝑎0

di mana
2

𝑎0 = = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝐵𝑜ℎ𝑟
𝑚𝑒 2
𝜓𝑛𝑙𝑚 = 𝑅𝑛𝑙 𝜃𝑙𝑚 𝜙𝑚
Nilai dari 𝑅𝑛𝑙 dicari terlebih dahulu, sehingga:
𝑅𝑛𝑙 (𝑟) = 𝑁𝑛𝑙 𝜌𝑒 𝑒 −𝜌/2 𝐿2𝑙+1
𝑛+1 (𝜌)
Di uraikan pula nilai dari teta (𝜃):
𝜃𝑙𝑚 (𝜃) = 𝑁𝑙𝑚 𝜌𝑙 𝑚 (cos 𝜃)
Untuk nilai psi (𝜙) dapat dituliskan sebagai berikut:
1
𝜙𝑚 (𝜙) = 𝑒 𝑖𝑚𝜙
√2𝜋
Sedangkan untuk nilai 𝑁𝑙𝑚 dan 𝑁𝑛𝑙 masing-masing dituliskan sebagai berikut:

(2𝑙 + 1) (𝑙 − |𝑚|)!
𝑁𝑙𝑚 = √ .
2 (𝑙 + |𝑚|)!
1
2𝑧 3 (𝑛 − 𝑙 − 1)! 2
𝑁𝑛𝑙 = [( ) ]
𝑛 𝑎0 2𝑚 [(𝑛 + 𝑙)!]3
Dimana nilai 𝑎0 merupakan jari-jari atom yang telah dibahas sebelumnya.
Untuk nilai 𝜓𝑛𝑙𝑚 dalam satuan radian dapat dituliskan sebagai berikut:
𝜓𝑛𝑙𝑚 = 𝑅𝑛𝑙 𝜃𝑙𝑚 𝜙𝑚
𝜓𝑛𝑙𝑚 (𝑟, 𝜃, 𝜙) = 𝑅𝑛𝑙 (𝑟) 𝜃𝑙𝑚 (𝜃) 𝜙𝑚 (𝜙)
Untuk nilai 𝜃𝑙𝑚 (𝜃) 𝜙𝑚 (𝜙) dapat diubah menjadi 𝑌𝑙𝑚 (𝜃, 𝜙), sehingga persamannya
menjadi:
𝜓𝑛𝑙𝑚 (𝑟, 𝜃, 𝜙) = 𝑅𝑛𝑙 𝑌𝑙𝑚 (𝜃, 𝜙)
Contoh Soal:
1. Untuk z=1
Dirumuskan fungsi gelombang 𝜓100 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0
Ingat rumus sebelumnya yaitu:
𝜓𝑛𝑙𝑚 = 𝑅𝑛𝑙 𝜃𝑙𝑚 𝜙𝑚
Jadi nilai 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0 dimasukkan ke persamaan diatas. Sehingga nilai fungsi
gelombangnya menjadi:
𝜓100 = 𝑅10 𝜃00 𝜙0
Dicari masing-masing nilai untuk R, 𝜃, 𝜙
1/2
2 31 𝑟
𝑅10 = [( ) ] |𝑒 −𝑑𝑜 (2𝑥 − 4)
𝑑𝑜 2

1
𝜃00 = 𝑁00 𝑃𝑜 0 (cos 𝜃) = √
2
1 1
𝜙0 = 𝑒 𝑖0𝜙 =
√2𝜋 √2𝜋
Jadi nilai fungsi gelombangnya dapat diperoleh:
𝜓100 = 𝑅10 𝜃00 𝜙0
1 1 4 −𝑎𝑟 1 −
𝑟
𝑎0
𝜓100 = − √ 𝑒 0 = −
3 𝑒
√2𝜋 √2 𝑎0 3 √𝜋. 𝑎2

2. Misalnya untuk atom O dengan nomor atom 8 dan nomor massa 16 dapat dituliskan
sebagai berikut: 168𝑂
Sehingga aturan aufbau dapat dilihat pada gambar dibawah:

Konfigurasinya dituliskan;

1𝑠 2 2𝑠 2 2𝑝4
n 11 22 2222
l 00 00 1111
m 00 00 +1 +1 +1
1 1 1 1 1 1 1 1
S +2 ;−2 +2 ;−2 +2 ;−2 + 2 ;+2

𝜓100 𝜓200 𝜓211 𝜓210 𝜓21−1


N sebagai bilangan kuantum utama. L sebagai orbital, m magnetic, dan s spin
Jelaskan perhitungan untuk mendapatkan fungsi gelombang 𝜑211
Jawab:
✓ Dicari nilai 𝛳
𝛳𝑙𝑚 (𝜃) = 𝑁𝑙𝑚 𝑃𝑙 𝑚 (cos 𝜃)
𝛳11 (𝜃) = 𝑁11 𝑃11 (cos 𝜃)

2(1) + 1 (1 − (1))! 1
𝛳11 (𝜃) = √ . (1 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃)2
2 (1 + (1))!

3
𝛳11 (𝜃) = √ sin 𝜃
4

✓ Dicari nilai R
1/2
2𝑍 3 (𝑛 − 𝑙 − 1)! 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 2𝑙+1 2𝑧
𝑅𝑛𝑙 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿𝑛+𝑙 ( 𝑟)
𝑛𝑎𝑜 2𝑛(𝑛 + 𝑙)! 𝑎0 240
Dari 𝜑211 , maka diketahui 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = 1, dimasukkan ke rumusan 𝑅𝑛𝑙
1/2
2𝑍 3 (2 − 1 − 1)! 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 2.1+1 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿1+𝑙 ( 𝑟)
2𝑎𝑜 2𝑥2(2 + 1)! 𝑎0 240
1/2
2𝑍 3 (0)! 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 3 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿3 ( 𝑟)
2𝑎𝑜 4(3)! 𝑎0 240
1/2
2𝑍 3 1 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 3 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿3 ( 𝑟)
2𝑎𝑜 24 𝑎0 240
𝑧 3/4 1 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/240 3 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = ( ) ( )𝑒 𝐿3 ( 𝑟)
𝑎0 √24 𝑎𝑜 240
𝑧 3/4 1 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/240
𝑅21 (𝑟) = ( ) ( )𝑒 (−6)
𝑎0 √24 𝑎𝑜

✓ Dicari Nilai psi


1
𝜙𝑚 (𝜙) = 𝑒 𝑖𝜙𝑚
√2𝜋
Nilai m=1 sehingga;
1
𝜙1 (𝜙) = 𝑒 𝑖𝜙
√2𝜋
Fungsi gelombangnya menjadi:
𝜑211 = 𝑅21 (𝑟) 𝛳11 (𝜃) 𝜙1 (𝜙)

𝑧 3/4 1 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/240 3 1
𝜑211 = ( ) ( )𝑒 √ sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
𝑎0 24 𝑎𝑜 4 √2𝜋
1 𝑧 3/2 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/2𝑎
𝜑211 = (
) ( )𝑒 𝑜 sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
𝑎
√64𝜋 𝑜 𝑎 𝑜
Untuk atom oksigen 168𝑂 maka didapatkan:
18 3/2 8
𝜑21−1 = ( ) ( ) 𝑒 −8𝑟/240 sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
√64𝜋 𝑎𝑜 𝑎𝑜
Di sederhanakan menjadi:
8 3/2 8
1
𝜑21−1 = ( ) ( ) 𝑒 −4𝑟/40 sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
√64𝜋 𝑎𝑜 𝑎𝑜

3. Seperti contoh sebelumnya yaitu Untuk z=1


Dirumuskan fungsi gelombang 𝜓100 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0
Ingat rumus sebelumnya yaitu:
𝜓𝑛𝑙𝑚 = 𝑅𝑛𝑙 𝜃𝑙𝑚 𝜙𝑚
Jadi nilai 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0 dimasukkan ke persamaan diatas. Sehingga nilai fungsi
gelombangnya menjadi:
𝜓100 = 𝑅10 𝜃00 𝜙0
Dicari masing-masing nilai untuk R, 𝜃, 𝜙
1/2
2 31 𝑟
𝑅10 = [( ) ] |𝑒 −𝑑𝑜 (2𝑥 − 4)
𝑑𝑜 2

1
𝜃00 = 𝑁00 𝑃𝑜 0 (cos 𝜃) = √
2
1 1
𝜙0 = 𝑒 𝑖0𝜙 =
√2𝜋 √2𝜋
Jadi nilai fungsi gelombangnya dapat diperoleh:
𝜓100 = 𝑅10 𝜃00 𝜙0

1 1 4 −𝑎𝑟 1 −
𝑟
𝑎0
𝜓100 = − √ 𝑒 0 = −
3 𝑒
√2𝜋 √2 𝑎0 3 √𝜋. 𝑎2
Darapt dihitung harga harap dari Energinya;
〈𝐸1 〉 = 〈𝐸𝑝1 + 𝐸𝑘1 〉 = 〈𝐸𝑝1 〉 + 〈𝐸𝑘1 〉
Perlu dicari satu-satu nilai harga harap Ep dan Ek:
Untuk nilai harga harap Energi potensial 〈𝐸𝑝〉


−𝑒 2
〈𝐸𝑝〉 = ∫ 𝜑100 ( ) 𝜑 4𝜋𝛤 2 𝑑𝛤
4𝜋𝜀𝑜 𝑟 100
0

−𝑒 2 1 3 1 3 −
𝛤 1

𝛤
= 𝑎𝑜 2 𝑎𝑜 −2 4𝜋 ∫ 𝑒 𝑎𝑜 𝑒 𝑎𝑜 𝛤 2 𝑑𝛤
4𝜋𝜀𝑜 𝑟 √𝜋 √𝜋 𝛤
0

𝑒2 −
2𝛤
=− 𝑎𝑜 −3 ∫ 𝛤𝑒 𝑎𝑜 𝑑𝛤
𝜀𝑜 𝜋
0

Integral fungsi gamma 𝛤 diturunkan:


−𝑒 2 𝛤(2) −𝑒 2 𝑎𝑜 2 −𝑒 2
= . = =
𝜀𝑜 𝜋𝑎𝑜 3 (2⁄𝑎 ) 4𝜋𝜀𝑜 𝑎𝑜 3 4𝜋𝜀𝑜 𝑎𝑜
𝑜
ħ2
Dimana 𝑎𝑜 = 𝑚𝑒 2, maka di substitusikan nilainya:

−𝑒 2 𝑚𝑒 2 −(1,6 𝑥 10−19 )4 . 9,1 𝑥 10−34


= = = −27,214 𝑒𝑉
4𝜋𝜀𝑜 ħ2 4 𝑥 3,14 𝑥 8,85 𝑥10−12 𝑥 1,065 𝑥 10−34

Untuk energy kinetiknya dapat dicari dengan;



−ħ2
〈𝐸𝑘〉 = ∫ 𝜑100 ∗ ∇2 𝜑100 4𝜋𝑟 2 𝑑𝑟
2𝑚
0
2
Kerjakan terlebih dahulu ∇ 𝜑100
1 𝑟 𝑑𝜑100
∇2 𝜑100 = (𝑟 2
)
𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟
Turunan d𝜓 terhadap dr dicari terlebih dahulu:
𝑑𝜑100 1
=
𝑑𝑟 √𝜋 𝑎𝑜 3/2
Sedangkan nilai d/ dr;
𝑑 −𝑟 1 −1 −𝑟/𝑎 −1
𝑒 𝑑𝑜 = 3 .( )𝑒 𝑜 =
5 𝑒 −𝑟/𝑎𝑜
𝑑𝑟 𝑎𝑜
√𝜋 𝑎𝑜 2 √𝜋 𝑎𝑜 2
Setelah itu, dimasukkan ke ∇2 𝜑100
−1 1 𝑑 2 −𝑟/𝑎
∇2 𝜑100 = (𝑟 𝑒 𝑜)
√𝜋𝑎𝑜 5/2 𝑟 2 𝑑𝑟
−1 1 −
𝑟
𝑎𝑜 −
𝑟 2 −𝑟/𝑎
= {2𝑟𝑒 𝑒 𝑜}
√𝜋 𝑎𝑜 5/2 𝑟2 𝑑𝑜
Dikeluarkan r sehingga:
−1 1 −𝑎𝑟 2 −𝑟/𝑎
= { 𝑒 𝑜− 𝑒 𝑜}
√𝜋 𝑎𝑜 5/2 𝑎𝑜 𝑟
−1 2 𝑒 −𝑟/𝑎𝑜
= 𝑒 −𝑟/𝑎𝑜 − 5
√𝜋 𝑎𝑜 7/2 𝑟
√𝜋 𝑎 2
Sehingga nilai harga harap energy kinetiknya:

−ħ2 1 −
𝑟
𝑎𝑜
1 −
𝑟
𝑎𝑜
2 −
𝑟
𝑎𝑜 } 4𝜋𝑟 2
〈𝐸𝑘〉 = 3 ∫𝑒 { 7𝑒 − 5𝑒 𝑑𝑟
2𝑚
√𝜋 𝑎𝑜 2 0 √𝜋 𝑎𝑜 2 √𝜋 𝑎𝑜 2
∞ ∞
−ħ2 1 1 −
2𝑟
𝑎𝑜 𝑟 2 𝑑𝑟 +
2ħ2 1 1 −
2𝑟
𝑎𝑜 𝑟 𝑑𝑟
= 4𝜋 ∫ 𝑒 4𝜋 ∫ 𝑒
2𝑚 𝜋 10 2𝑚 𝜋 83
𝑎𝑜 3 0 𝑎𝑜 0

Nilai konstanta seperti ħ, 𝑎𝑜 , dan m dapat dikeluarkan sehingga menjadi:


∞ ∞
−2ħ2 2𝑟
2 −𝑎𝑜
4ħ2 −
2𝑟
= 5 ∫𝑟 𝑒 𝑑𝑟 + 4 ∫ 𝑟 𝑒 𝑎𝑜 𝑑𝑟
𝑎𝑜 𝑚 𝑎𝑜 𝑚
0 0

Dibuat pemisalan:
𝑏 = 𝑏𝑥 𝑑𝑠 = 𝑏 𝑑𝑥
𝑠 𝑑𝑠
𝑥= 𝑑𝑥 =
𝑏 𝑏
2
𝑏=
𝑎𝑜
Maka;
∞ ∞
−2ħ2 1 2 −𝑠
4ħ2 1
〈𝐸𝑘〉 = 5 ∫ 𝑠 𝑒 𝑑𝑠 + ∫ 𝑠 𝑒 −𝑠 𝑑𝑠
𝑎𝑜 𝑚 𝑏 3 𝑎𝑜 4 𝑚 𝑏 2
0 0
∞ ∞
Dimana ∫0 𝑠 2 𝑒 −𝑠 𝑑𝑠 merupakan nilai 𝛤(3) = 2 dan ∫0 𝑠 𝑒 −𝑠 𝑑𝑠 adalah nilai 𝛤(2) = 1
−4ħ2 1 4ħ2 1
= +
𝑎𝑜 5 𝑚 𝑏 3 𝑎𝑜 4 𝑚 𝑏 2
2
Dimasukkan kembali pemisalan 𝑏 = 𝑎 menjadi:
𝑜

−4ħ2 𝑎𝑜 3 4ħ2 𝑎𝑜 2 1 ħ2
= + =
𝑎𝑜 5 𝑚 8 𝑎𝑜 4 𝑚 4 2 𝑎𝑜 2 𝑚
Nilai ħ diubah sehingga menjadi persamaan berikut:
1 ℎ2 𝐶2 (ℎ𝑐)2
= =
2 4𝜋 2 𝑚 𝐶 2 𝑎𝑜 2 8𝜋 2 (𝑚𝑐 2 )𝑎𝑜 2
Dimasukkan nilai ℎ𝑐 = 12.400 𝑒𝑣𝐴̇
𝑚𝑜 𝑐 2 = 511.000 𝑒𝑣
Nilai 〈𝐸𝑘〉 menjadi:
〈𝐸𝑘〉 = 13,63 𝑒𝑣
Jadi energy totalnya diperoleh;
𝐸 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 〈𝐸𝑝 + 𝐸𝑘〉 = −27,21 + 13,63 = −13,58 𝑒𝑣

Nilai eigen dari operator-operator pada fisika kuantum


Osilator harmonis
𝜑𝑛 (𝑠) = 𝐻𝑛 (𝑠)𝑒 −𝑠 2/2
Operator-operator
• 𝑎+ 𝜑𝑛 (𝑥) = √𝑛 + 1 𝜑𝑛+1 (𝑥)
• 𝑎− 𝜑𝑛 (𝑥) = √𝑛 𝜑𝑛−1 (𝑥)
1
• 𝐻 𝜑𝑛 (𝑥) = (𝑎+ 𝑎− + 2) ħ 𝑤 𝜑𝑛 (𝑥)

ħ
• 𝑥 | 𝜑𝑛 (𝑥) > = √2𝑚𝑤 (𝑎+ + 𝑎− )𝜑𝑛 (𝑥)

𝑚ħ𝑤
• 𝑃| 𝜑𝑛 (𝑥) > = 𝑖 √ (𝑎+ − 𝑎− )𝜑𝑛 (𝑥)
2

Atom 𝜑𝑛𝑙𝑚 (𝑟, 𝛳, 𝜙) = 𝑅𝑛𝑙 (𝑟) 𝜃𝑙𝑚 (𝜃) 𝜙𝑚 (𝜙)


Nilai 𝜃𝑙𝑚 (𝜃) 𝜙𝑚 (𝜙) dapat dituliskan dengan 𝑌𝑙𝑚 (𝛳, 𝜙)

Operator-operator
• 𝐿𝑍 𝑌𝑙𝑚 = 𝑚ħ 𝑌𝑙𝑚
• 𝐿2 𝑌𝑙𝑚 = 𝑙 (𝑙 + 1) ħ2 𝑌𝑙𝑚
• 𝐿+ 𝑌𝑙𝑚 = ħ√𝑙(𝑙 + 1) − 𝑚 (𝑚 + 1) 𝑌𝑙𝑚+1

• 𝐿− 𝑌𝑙𝑚 = ħ√𝑙(𝑙 + 1) − 𝑚 (𝑚 − 1) 𝑌𝑙𝑚−1


• 𝐿̅ = 𝐿
̅̅̅𝑥 + ̅̅̅
𝐿𝑦 + ̅̅̅
𝐿𝑧
• 𝐿+ = 𝐿𝑥 + 𝑖𝐿𝑦
• 𝐿− = 𝐿𝑥 − 𝑖𝐿𝑦

Anda mungkin juga menyukai