RESUME MATERI
OSILATOR HARMONIS
Nama Kelompok
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
TOPIK 4
TEORI MOMENTUM SUDUT DALAM FISIKA KUANTUM
Sehingga untuk momentum 𝑝 jika diuraikan untuk komponen 𝑣 menjadi sebagai berikut:
𝑝 = 𝑚𝑣 = 𝑚(𝑣𝑥 + 𝑣𝑦 + 𝑣𝑧 ) . . . (2)
= 𝑚(𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑗̂ + 𝑣𝑧 𝑘̂)
= 𝑚𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑚𝑣𝑦 𝑗̂ + 𝑚𝑣𝑧 𝑘̂
= 𝑝𝑥 𝑖̂ + 𝑝𝑦 𝑗̂ + 𝑝𝑧 𝑘̂
Salah satu besaran fisis dari suatu partikel yang sangat penting adalah momentum sudut. Suatu
partikel dengan momentum linier 𝑝 yang bergerak melingkar karena terpengaruh oleh suatu
medan memiliki momentum yang disebut dengan momentum sudut atau momentum anguler
⃗ . Dalam mekanika klasik, momentum sudut diungkapkan oleh:
yang dilambangkan sebagai 𝐿
⃗ = 𝑟 × 𝑝 = |𝐿
𝐿 ⃗ ||𝑝| sin 𝜃 . . .(3)
Gambar 2. Komponen Vektor dari Momentum Sudut
Ingat! Perkalian Vektor Satuan
𝑑𝑟 𝑑
𝑣= = (𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂ + 𝑧𝑘̂)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
= 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
= 𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑗̂ + 𝑣𝑧 𝑘̂
= 𝑣𝑥 + 𝑣𝑦 + 𝑣𝑧
. . . (5)
𝑝 = 𝑚𝑣 = 𝑚(𝑣𝑥 + 𝑣𝑦 + 𝑣𝑧 )
= 𝑚𝑣𝑥 + 𝑚𝑣𝑦 + 𝑚𝑣𝑧
= 𝑝𝑥 + 𝑝𝑦 + 𝑝𝑧
. . . (6)
Dalam fisika kuantum, setiap komponen momentum linier dipandang sebagai operator. Untuk
itu 𝑝𝑥 , 𝑝𝑦 , 𝑝𝑧 dalam persamaan (6) masing-masing diganti dengan operatornya seperti telah
diberikan dalam persamaan:
𝑑 𝑑 𝑑
𝑝𝑥 = −𝑖ℏ 𝑝𝑦 = −𝑖ℏ 𝑝𝑧 = −𝑖ℏ
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
Kemudian untuk rumusan momentum sudutnya dapat dikerjakan melalui cara matriks, yakni
sebagai berikut:
⃗ =𝑟×𝑝
𝐿
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂
⃗ =|𝑥
𝐿 𝑦 𝑧|
𝑝̂𝑥 𝑝̂𝑦 𝑝̂𝑧
𝑦 𝑧 𝑥 𝑧 𝑥 𝑦
⃗ = 𝑖̂ |
𝐿 ̂|
𝑝̂
𝑦 𝑝̂𝑧 | − 𝑗̂ |𝑝̂𝑥 𝑝̂𝑧 | + 𝑘 𝑝̂𝑥 𝑝̂𝑦 |
. . . (7)
= 𝑖̂{𝑦 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑦 } − 𝑗̂{𝑥 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑥 } + 𝑘̂ {𝑥 𝑝̂𝑦 − 𝑦 𝑝̂𝑥 }
⃗ dapat dinyatakan sebagai berikut:
Sehingga komponen momentum sudut 𝐿
⃗ 𝑥 = 𝑖̂{𝑦 𝑝̂𝑧 − 𝑧 𝑝̂𝑦 } = 𝐿𝑥 𝑖̂
𝐿 . . . (8)
• 𝑟 (𝑥, 𝑦, 𝑧)
𝑝 (𝑝𝑥 , 𝑝𝑦 , 𝑝𝑧 )
⃗ (𝐿𝑥 , 𝐿𝑦 , 𝐿𝑧 )
𝐿
• [𝑥, 𝑝𝑥 ] = 𝑖ℏ
[𝑝𝑥 , 𝑥] = −𝑖ℏ
• [𝑝𝑧 , 𝑥] 𝜓 = (𝑝𝑧 𝑥 − 𝑥 𝑝𝑧 )𝜓
𝜕 𝜕𝜓
= −𝑖ℏ (𝑥𝜓) − 𝑥 (−𝑖ℏ )
𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝜓 𝜕𝜓
= −𝑖ℏ𝑥 + 𝑖ℏ𝑥
𝜕𝑧 𝜕𝑧
=0
• [𝑝𝑧 , 𝑧] = −𝑖ℏ
• [𝑧, 𝑝𝑧 ] = 𝑖ℏ
• [𝑝𝑥 , 𝑧] = 0
• [𝑝𝑥 , 𝑝𝑧 ] = 0
• [𝑝𝑥 , 𝑝𝑥 ] = [𝑝𝑦 , 𝑝𝑦 ] = [𝑝𝑧 , 𝑝𝑧 ] = 0
Pembuktian
• [𝑝𝑥 , 𝑝𝑧 ] = 𝑝𝑥 𝑝𝑧 − 𝑝𝑧 𝑝𝑥
𝜕 𝜕
= 𝑝𝑥 (−𝑖ℏ ) − 𝑝𝑧 (− 𝑖ℏ )
𝜕𝑧 𝜕𝑥
𝜕 𝜕𝜓 𝜕 𝜕𝜓
= −𝑖ℏ (− 𝑖ℏ ) − (− 𝑖ℏ (− 𝑖ℏ )
𝜕𝑥 𝜕𝑥𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥
𝜕 2𝜓
2 2 2 2
𝜕 2𝜓
= 𝑖 ℏ − 𝑖 ℏ
𝜕𝑥𝜕𝑧 𝜕𝑥𝜕𝑧
=0
Karena momentum sudut adalah besaran fisis maka operator-operatornya merupakan operator
yang Hermitian. Sehingga diperlukan komutator-komutator dalam perhitungannya.
⃗ = 𝐿
𝐿 ⃗𝑥 +𝐿
⃗𝑦 +𝐿
⃗𝑧 . . . (18)
⃗2 = 𝐿
⃗ 𝑥2 + 𝐿
⃗ 𝑦2 + 𝐿
⃗𝑧2 . . . (19)
𝐿
. . . (20)
𝐿+ = 𝐿𝑥 + 𝑖𝐿𝑦
. . . (21)
𝐿− = 𝐿𝑥 − 𝑖𝐿𝑦
2. Contoh-contoh Soal
Untuk suatu partikel dalam potensial kotak, hitung besar
ketidakpastian momentum dan jarak posisinya dan berapa
𝛥𝑥𝛥𝑝?
Jawab:
Untuk mengerjakan soal tersebut, terlebih dahulu kita harus menemukan bentuk dari
𝛥𝑥, sebagai berikut:
2 𝑛𝜋
𝜓𝑛 (𝑥) = √𝐿 sin 𝑥
𝐿
∞
< 𝑥𝑛 > = ∫−∞ 𝜓𝑛 ∗ |𝑥𝑛 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥
𝐿
= ∫0 𝜓𝑛 ∗ |𝑥𝑛 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥
𝐿 2 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
= ∫0 (√𝐿 sin 𝑥 ) 𝑥 (√𝐿 sin 𝑥) 𝑑𝑥
𝐿 𝐿
𝐿 2 𝑛𝜋
= ∫0 ( sin2 𝑥 ) 𝑥𝑑𝑥 Note:
𝐿 𝐿 𝑥
∫ 𝑥 2 sin 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = − 4
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑥 sin 2 𝑎𝑥 cos 2 𝑎𝑥
= 𝐿 ∫0 (𝑥 sin2 𝑥 ) 𝑑𝑥 4𝑎
−
8𝑎
𝐿
2𝑛𝜋 2𝑛𝜋 𝐿
2 𝑥2 𝑥 sin
𝐿
𝑥 cos
𝐿
𝑥
= 𝐿[4 − 4𝑛𝜋 − 8𝑛2 𝜋2
]
𝐿 𝐿 0
2𝑛𝜋 2𝑛𝜋 2𝑛𝜋 2𝑛𝜋
2 𝐿2 𝐿 sin
𝐿
𝐿 cos
𝐿
𝐿 02 0 sin
𝐿
0 cos
𝐿
0
= 𝐿[4 − 4𝑛𝜋 − 8𝑛2 𝜋2
]−[4 − 4𝑛𝜋 − 8𝑛2 𝜋2
]
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
2 𝐿2 2 𝐿2 𝐿
= 𝐿 ( 4 − 0 − 1 − 0 + 0 + 1) = 𝐿 . =2
4
2
Sehingga untuk < 𝑥𝑛 > menjadi:
𝐿 2 𝐿2
< 𝑥𝑛 >2 = [2] = 4
𝐿 ∗
< 𝑥 2 >𝑛 = ∫0 𝜓𝑛 |𝑥𝑛 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥
𝐿 2 𝑛𝜋 2 𝑛𝜋
= ∫0 (√𝐿 sin 𝑥 ) 𝑥 2 (√𝐿 sin 𝑥) 𝑑𝑥
𝐿 𝐿
𝐿 2 𝑛𝜋
= ∫0 (𝐿 sin2 𝑥 ) 𝑥 2 𝑑𝑥
𝐿
2 𝐿 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 (𝑥 2 sin2 𝑥 ) 𝑑𝑥
𝐿
1 𝐿 2𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 (𝑥 2 −x 2 𝑐𝑜𝑠 𝑥 ) 𝑑𝑥 Note:
𝐿 ∫ 𝑥 2 cos 𝑎𝑥 𝑑𝑥 =
𝐿 𝐿 2𝑥 𝑥2 2
1 2𝑛𝜋 cos 𝑎𝑥 + ( − ) sin 𝑎𝑥
= 𝐿 [∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 − ∫0 x 2 𝑐𝑜𝑠 𝑥 𝑑𝑥 ] 𝑎2 𝑎 𝑎3
𝐿
1 1 2𝑥 2𝑛𝜋 2𝑥 2
= 𝐿 [3 𝑥 3 − [ 2𝑛𝜋 2
cos 𝑥+( 2𝑛𝜋 −
( ) 𝐿 ( )
𝐿 𝐿
2 2𝑛𝜋
2𝑛𝜋 3
sin 𝑥)]𝐿0
( ) 𝐿
𝐿
2.02 2 2𝑛𝜋
( 2𝑛𝜋 − 2𝑛3 𝜋3
sin 0)]
( ) 𝐿
𝐿 𝐿
1 𝐿3 2𝐿3
= [ − [(4𝑛2 𝜋2 cos 2𝑛𝜋 + 0 − 0 − 0)]
𝐿 3
1 𝐿3 2𝐿3
= [ − [(4𝑛2 𝜋2)]
𝐿 3
𝐿3 𝐿2
= − 2𝑛2 𝜋2
3
1 1
= 𝐿2 (3 − 2𝑛2 𝜋2)
Setelah nilai < 𝑥 2 >𝑛 dan < 𝑥𝑛 >2 dapat kita nyatakan, selanjutnya bisa digunakan untuk
menyelesaikan rumusan (∆𝑥)𝑛
(∆𝑥)𝑛 = √< 𝑥 2 >𝑛 −< 𝑥𝑛 >2
1 1 L2
= √𝐿2 (3 − 2𝑛2 𝜋2) − 4
1 1 1
=√𝐿2 (3 − 2𝑛2 𝜋2 − 4)
1 1
=√𝐿2 (12 − 2𝑛2 𝜋2)
1 1 2
=√𝐿2 (4 (3 − 𝑛2 𝜋2))
𝐿 1 2
= 2 √(3 − 𝑛2 𝜋2)
Selanjutnya, kita cari bentuk 𝛥𝑝 dengan langkah yang serupa, tetapi dengan menggunakan
operator p
𝐿
< 𝑝 > = ∫0 𝜓𝑛 ∗ |𝑝| 𝜓𝑛 𝑑𝑥
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑑 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 (−𝑖ℏ 𝑑𝑥) sin 𝑥 𝑑𝑥
𝐿 𝐿
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 (−𝑖ℏ ) cos 𝑥 𝑑𝑥
𝐿 𝐿 𝐿
2𝑖ℏ𝑛𝜋 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋
=− ∫0 sin 𝑥 cos 𝑥 𝑑𝑥 Note:
𝐿2 𝐿 𝐿 sin2 𝑎𝑥
∫ 𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑥 cos 𝑎𝑥 𝑑𝑥 = 2𝑎
2 𝑛𝜋𝑥 𝐿
2𝑖ℏ𝑛𝜋 sin
= − 𝐿2 ( 𝑛𝜋𝐿 | )
2
𝐿 0
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋
2𝑖ℏ𝑛𝜋 sin sin2 0
= − 𝐿2 ( 𝑛𝜋𝐿 − 𝑛𝜋
𝐿
)
2 2
𝐿 𝐿
2𝑖ℏ𝑛𝜋
=− (0)
𝐿2
=0
Sehingga untuk nilai < 𝑝2 > adalah:
𝐿
< 𝑝2 > = ∫0 𝜓𝑛 ∗ |𝑝2 | 𝜓𝑛 𝑑𝑥
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑑 2 𝑛𝜋
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 (−𝑖ℏ 𝑑𝑥) sin 𝑥 𝑑𝑥
𝐿 𝐿
2 𝐿 𝑛𝜋 𝑛𝜋 𝑛2 𝜋 2
= 𝐿 ∫0 sin 𝑥 ℏ2 . − sin 𝑥 𝑑𝑥 .
𝐿 𝐿 𝐿2
2ℏ2 𝑛2 𝜋 2 𝐿 𝑛𝜋
=− ∫0 sin 𝑑𝑥
𝐿2 𝐿
𝑥 sin 2𝑎𝑥
Note: ∫ sin2 𝑎𝑥 = 2 − 4𝑎
𝑛𝜋
2ℏ2 𝑛2 𝜋 2 𝑥 𝑠𝑖𝑛 2 𝐿 𝑥 𝐿
= ( − 𝑛𝜋 |0 )
𝐿3 2 24 𝐿
𝑛𝜋 𝑛𝜋
ℏ2 𝑛 2 𝜋 2 𝑠𝑖𝑛 2 𝐿 𝐿 𝑠𝑖𝑛 2 𝐿 0
= (𝐿 − 𝑛𝜋 − 0+ 𝑛𝜋 |𝐿0 )
𝐿32 4 𝐿 4 𝐿
𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
=
𝐿2
= √0 −< 𝑃 >2
𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
=
𝐿2
Untuk menentukan (Δ𝑋)(ΔP) dapat diselesaikan sebagai berikut,
𝐿 1 2 𝑛𝜋ℏ
(Δ𝑋)(ΔP) = √ − 2 2 ( )
2 3 𝑛 𝜋 𝐿
𝑛𝜋ℏ 𝑛2 𝜋 2 − 6
= ( )√
2 3𝜋 2 𝑛2
𝑁𝜋ℏ 1 𝑛2 𝜋 2
= √ −2
2 𝑛𝜋 3
ℏ
√1,047𝜋 2 𝑛2 − 2
2
2. Hitung besarnya energi dari partikel yang melewati potensial undak ( step potensial )
agar 50 % dari partikel tersebut tersebut terpantul kembali
Jawab :
Dengan ketentuan
𝑅 = 𝐾1 − 𝐾2 2 , 𝐾1 = , 𝐾2
[ ]
𝐾1 + 𝐾2 2𝑚
√ 𝐸 2𝑚
ℏ2 = √ 𝐸 − 𝑉0
ℏ2
Maka,
2
R = √𝐸 − √𝐸 − 𝑉0 Dapat diasumsikan 𝐸 = 𝑉0
[ ]
√𝐸 + √𝐸 − 𝑉0 dengan √𝐸 = √𝑎𝑉0
Sehingga
2
R = √𝐸 − √𝐸 − 𝑉0
[ ]
√𝐸 + √𝐸 − 𝑉0
2
R = √𝑎 − √𝑎 − 1
[ ]
√𝑎 + √𝑎 − 1
√0,5 = √𝑎 − √𝑎 − 1
√𝑎 + √𝑎 − 1
0,707√𝑎 = √𝑎√𝑎 − 1
+ 0,707√𝑎 − 1
0,707√𝑎 − 1 = −0,707√𝑎 + √𝑎
+ √𝑎 − 1
01,707√𝑎 − 1 = 0,293√𝑎
2
[5,826√𝑎 − 1] = (√𝑎)2
33,942(a − 1) = 𝑎
33,942𝑎 − 33,942 = 𝑎
33,942𝑎 = 33,942
𝑎 = 1,030
3. Fungsi gelombang dari sebuah atom yang seperti hidrogen diberikan sebagai berikut:
𝜓(𝑟) = 𝐶𝑒 −𝑟/𝑎 dimana a = a0/z , sedangkan a0 ≈ 0,5 Amstrong merupakan jari-jari
Bohr (muatan inti atom adalah Ze dan hanya mempunyai 1 electron). Hitung Konstanta
Normalisasinya!
Jawab :
Sehingga
∞ 2𝜋 𝜋 ∞
2𝑟 = 2𝑟
2
𝐶 ∫ 2 −𝑎
𝑟 𝑒 𝑑𝑟 ∫ 𝑑𝜙 ∫ 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑑𝜃 4𝜋𝐶 ∫ 𝑟 2 𝑒 − 𝑎 𝑑𝑟 = 1
2
0 0 0 0
1 1
=√ 3
=
𝜋𝑎 √𝜋𝑎3
𝑁
Jika ψ(x) = , tentukan normalisasi konstanta N
𝑥 2 +𝑎2
Kondisi normalisasi
∞
= 1
∫ |𝑥|2 𝑑𝑥
−∞
∞
= 1
𝑁 ∫ (𝑥 2 + 𝑎2 )−2 𝑑𝑥
2
−∞
Diasumsikan 𝒙 =
; 𝒅𝒙 = 𝒔𝒆𝒄𝟐 𝛉 𝒅𝛉
𝒂 𝒕𝒂𝒏 𝛉
2𝑁 2 π = 𝑁 2 π / 2𝑎3 = 1
∫ 𝑐𝑜𝑠 2 θ 𝑑θ
α3 0
Sehingga
𝑁 = 1/2
2𝛼 3
( )
𝜋
TOPIK 5
TEORI OSILATOR HARMONIS
Dalam teori osilator harmonis ini dapat diasumsikan dalam suatu bentuk pegas atau bandul
dimana memiliki pergerakan bolak balik yang harmonis ( teratur ) serta searah yang dapat
disebut dengan osilasi
Pergerakan bandul diatas dapat dikatakan bahwa ia mengalami suatu system Osilator harmonik.
Dimana osilator harmonic sendiri merupakan suatu system apabila suatu beban yang terletak
pada posisi tertentu dan diberikan suatu gaya maka akan muncul suatu perlawanan atau yang
biasa disebut dengan gaya pemulih. Dapat dijelaskan dalam pergerakan bandul tersebut dimana
bandul tersebut mengalami suatu osilasi dimana apabila bandul tersebut disimpangkan ia akan
melakukan Gerakan bolak balik dari A – B – C – B – A yang disebut dengan osilasi dengan
posisi titik setimbang pada titik B. Posisi setimbang pada bandul tersebut sendiri merupakan
sutu posisi dimana bandul tersebut berada pada tingkat energi paling rendah.
𝐹̅ = −𝐾 𝑥̅
E.q 1
yang mana apabila dalam energi/ usaha gaya pemulih tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
1 2
∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑥̅ = 𝑘𝑥
2
E.q 2
Gambar diatas menggambarkan bagaimana pegas tersebut bergerak dengan berosilasi secara
teratur atau dapat disebut dengan osilator harmonic dengan gaya pemulihnya seperti yang teah
dipaparkan dalam persamaan diatas. Suatu gaya pemulihan tersebut apabila diasumsikan
menjadi suatu usaha/ energi dapat dituliskan seperti pada persamaan berikut
1 2
− ∫ 𝐹̅ . 𝑑𝑥̅ = ∫ 𝑘𝑥 𝑑𝑥 = 𝑘𝑥
2
E.q 3
1
Dimana 𝑘𝑥 2 ssndiri sebagai suatu bentuk dari terjadinya potensial osilator harmonic pada
2
objek.
𝐹̅ = −𝐾 𝑥̅
𝑚𝑎⃑ = −𝐾 𝑥̅
𝑑2𝑥 𝑘𝑥 = 0
𝑚 2
=
𝑑𝑡
𝑑2𝑥 𝑘 0
2
+ 𝑥 =
𝑑𝑡 𝑚
E.q 4
Dari penjabaran persamaan atas gaya pemulih diatas dapat ditentukan diferensialnya sebagai
percepatan seperti pada persamaan berikut
𝑑𝑣⃑ 𝑑 2 𝑥⃑
𝑎⃑ = 𝑎⃑ =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
→
𝑑𝑥⃑ 𝑑2 𝑥
𝑣⃑ = 𝑎 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
E.q 5
𝑑2𝑥 𝑘
2
+ 𝑥 = 0
𝑑𝑡 𝑚
Merupakan salah satu bentuk persamaan diferensial orde 2 yang memiliki 2 penyelesaian
yakni
𝑥 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔t
𝑥 = 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
E.q 6
Dari 2 penyelesaian tersebut apabila digabungkan ia akan menjadi suatu prinsip super posisi
dengan persamaan sebagai berikut
𝑥 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔t + 𝐵 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
E.q 7
Apabila
𝑥 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 𝜔t → 𝑑𝑥 = 𝐴 ω𝑐𝑜𝑠 ω𝑡
𝑑𝑡
𝑑2𝑥 = −𝐴ω2 𝑐𝑜𝑠ω𝑡 = −ω2 𝑥
𝑑𝑡 2
𝑑2𝑥 = 0
+ ω2 x
𝑑𝑡 2
E.q 8
𝑑2𝑥 𝑘
= 𝑥
𝑑𝑡 2 𝑚
Dengan asumsi bahwa
𝑘
ω2 = 𝑚 → 𝑘 = ω2 𝑚
E.q 9
Gambar diatas merupakan suatu osilator harmonis dalam suatu potensial sumur parabola,
dimana dalam potensial sumur parabola ini memiliki fungsi parabola yang kuadratis dalam
energi potensial, serta kecepatan didalamnya yang dapat dituliskan seperti pada persamaan
berikut
1 2
𝑉= 𝐾𝑥
2
E.q 10
Dalam suatu potensial sumur parabola ini memiliki sifat sama dengan potensial sumur pada
umumnya namun meiliki lebar yang berbeda beda
𝐿1 ≠ 𝐿2
E.q 11
Nilai E total dalam merupakan suatu nilai notal besar energi kinetic serta potensial yang
dimana dapat ditulisakan dalam persamaan sebagai berikut,
𝐸 = 𝐸𝑘 + 𝐸𝑝
𝐻 = 𝑇 + 𝑉
Dengan
𝑃2
𝑇 = 2𝑚
1 2
𝑉= 𝐾𝑥
2
E.q 12
Dimana
𝐻 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝐻𝑎𝑚𝑖𝑙𝑡𝑜𝑛𝑖𝑎𝑛
𝐸 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑖𝑔𝑒𝑛
𝜓 = 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑒𝑖𝑔𝑒𝑛
Sehingga hukum energi dapat dituliskan dalam Hamiltonian dengan penjumlahan energi total
yang dituliskan sebagai berikut
𝑉 → Energi potensial = 1 2
𝐾𝑥
2
E.q 13
Sesuai dengan persaamaan sebelumnya bahwa energi total dalam suatu osilator harmonis
pada bentuk parabola dapat ditentukan pula nilai serta fungsi eigennya dengan mengenakan
persamaan schrodinger untuk suatu partikel berosilasi sebagai berikut
𝐻𝜓 = 𝐸𝜓
𝑝2 1 = 𝐸𝜓
𝜓 + 𝐾𝑥 2 𝜓
2𝑚 2
𝑝2 1𝑘 = 𝐸𝜓
𝜓 = 𝑚𝑥 2 𝜓
2𝑚 2𝑚
𝑝2 1 = 𝐸𝜓
𝜓 = 𝜔2 𝑚𝑥 2
2𝑚 2
ℏ2 𝑑 2 𝜓 1 2 2 = 𝐸𝜓 ← ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
+ 𝜔 𝑚𝑥 𝜓
2𝑚 𝑑𝑥 2 2
E.q 14
𝑝2 𝑑 𝑑2
𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃 = 𝑖 → 𝑝 2 = ℏ2
2𝑚 𝑑𝑥 𝑑𝑥 2
E.q 15
𝑚𝜔
𝑠 = √ 𝑥
ℏ
𝑑𝜓 𝑑𝜓 𝑑𝑠 𝑑𝑠 𝑚𝜔
= , 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 =√
𝑑𝑥 𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝑑𝑥 ℏ
𝑑𝜓 𝑚𝜔 𝑑𝜓
= √
𝑑𝑥 ℏ 𝑑𝑠
E.q 16
Dari pengasumsian yang telah dilaksanakan diatas maka dapat disubstitusikan bahwa
𝑑 𝑑𝜓 𝑑 𝑚𝜔 𝑑𝜓
( ) = (√ )
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 ℏ 𝑑𝑠
𝑑 𝑚𝜔 𝑑𝜓 𝑑𝑠
= (√ )
𝑑𝑠 ℏ 𝑑𝑠 𝑑𝑥
𝑚𝜔 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓
= √ √
ℏ ℏ 𝑑𝑠 2
𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓
=
ℏ 𝑑𝑠 2
E.q 17
𝑑2 𝜓
Setelah dilaksanakannya pengasumsian seta substitusi bahwa pada 𝑠 dan seperti berikut
𝑑𝑥
𝑚𝜔
𝑠 = √ 𝑥
ℏ
𝑑2𝜓 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓
=
𝑑𝑥 ℏ 𝑑𝑠 2
E.q 18
−ℏ2 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓 1 2 ℏ 2 = 𝐸𝜓
2
+ ω 𝑚( 𝑠 )ψ
2𝑚 ℏ 𝑑𝑠 2 𝑚𝜔
E.q 19
Sebagai berikut
−ℏ2 𝑚𝜔 𝑑 2 𝜓 1 2 ℏ 2 = 𝐸𝜓
2
+ ω 𝑚( 𝑠 )ψ
2𝑚 ℏ 𝑑𝑠 2 𝑚𝜔
−ℏ2 𝑑 2 𝜓 1 ℏ 2 = 𝐸𝜓 ℏ𝜔
+ ωℏs 2 ( 𝑠 )ψ :
2! 𝑑𝑠 2 2 𝑚𝜔 2
𝑑2 𝜓 −2𝐸
− 𝑠2ψ = ψ
𝑑𝑠 2 ℏω
E.q 20
𝑑2𝜓 −2𝐸
− 𝑠2ψ = ψ
𝑑𝑠 2 ℏω
E.q 21
Dimana
−2𝐸
ψ = λψ
ℏω
𝑑2𝜓
+ (λ − s2 )ψ = 0
𝑑𝑠 2
E.q 22
2 /2
Dengan contoh permisalab sebagai • ψ1(s) = H1(s)𝑒 −𝑠
berikut
2 /2
• ψ1(s) = H2(s)𝑒 −𝑠
2 /2
Kemudian apabila 𝜓(𝑠) = 𝐻𝑛(𝑠)𝑒 −𝑠 dimasukkan ke dalam persamaan
𝑑2 𝜓
+ (λ − s2 )𝜓 = 0
𝑑𝑠2
𝑑𝜓 = 𝑢′𝑣 + 𝑢𝑣′
• 𝑑𝑠2
−2𝑠 −𝑠2/2
= 𝐻 ′ (𝑠) + 𝐻(𝑠) ( )𝑒
2
2 /2 2 /2
= 𝐻 ′ (𝑠)𝑒 −𝑠 − 𝑠𝐻(𝑠)𝑒 −𝑠
2 /2
= {𝐻′ (𝑠) − 𝑠𝐻(𝑠)} 𝑒 −𝑠
Dengan 𝑞 = {𝐻′ (𝑠) − 𝑠𝐻(𝑠)} → q′ = H" − H
− sH′
2 /2 2 /2
𝑣 = 𝑒 −𝑠 → v′ = −s 𝑒 −𝑠
E.q 25
Sehingga,
𝑑2 𝜓 = q′v + qv′
• 𝑑𝑠2
2 /2 2 /2
= (H" − H − sH′) 𝑒 −𝑠 + (H′sH). − s 𝑒 −𝑠
2 /2
= {H" − H − sH′ − sH′ + S^2H} 𝑒 −𝑠
E.q 26
𝑑2 𝜓
+ (𝜆 − 𝑠 2 ) = 0
𝑑𝑠 2
2 /2 2 /2
{𝐻" − 2sH′ + ( 𝑠 2 − 1 )H} 𝑒 −𝑠 + (𝜆 − 𝑠 2 )𝐻 𝑒 −𝑠
= 00
2 /2 2 /2
Apabila disederhakan akan menjadi : {H" − 2sH′ + (𝜆 − 1)H} 𝑒 −𝑠 =0 : 𝑒 −𝑠
H" − 2sH′ + (𝜆 − 1)H = 0
2𝐸
= 2𝑛 + 1
ħ𝜔
2𝑛 + 1
𝐸 = ( ) ħ𝟂
2
Sehingga operator Hamiltonian fungsi gelombangnya adalah;
2𝑛 + 1
𝐻𝜓 = 𝐸𝜓 = ( ) ħ𝟂
2
2𝑛+1
( ) ħ𝟂 sebagai nilai eigennya.
2
Penyelesaian:
Berdasarkan gambar di atas, maka n dimulai dari n=0 dan seterusnya, sehingga fungsi
polinomial Hermite fungsi gelombang di atas adalah sebagai berikut;
2 𝑑0 2 2 2
𝐻0 (𝑥) = (−1)0 𝑒 𝑥 0
(𝑒 −𝑥 ) = (1)𝑒 𝑥 𝑒 −𝑥 = 1
𝑑𝑥
2 𝑑1 −𝑥 2 2 2
𝐻1 (𝑥) = (−1)1 𝑒 𝑥 1
(𝑒 ) = (−1)𝑒 𝑥 (−2𝑥)𝑒 −𝑥 = 2𝑥
𝑑𝑥
4𝑚𝜔
= √ 𝑥
2ħ
2𝑚𝜔
𝑎+ + 𝑎− = √ 𝑥
ħ
(𝑎+ + 𝑎 − )
𝑥 =
√2𝑚𝜔
ħ
(𝑎+ +𝑎− )
Jadi, x dalam operator osilator harmonis dapat dinyatakan sebagai 𝑥 = 2𝑚𝜔
.
√
ħ
Contoh Soal:
Hitunglah harga harap posisi <x> suatu partikel yang bergerak secara osilator harmonis.
Penyelesaian:
<𝑥> = ⟨𝜓𝑛∗ |𝑥|𝜓𝑛 ⟩
(𝑎+ + 𝑎− )
= ⟨𝜓𝑛∗ | |𝜓𝑛 ⟩
√ 2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓𝑛∗ |(𝑎+ + 𝑎− )|𝜓𝑛 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓𝑛∗ |𝑎+ |𝜓𝑛 ⟩ + ⟨𝜓𝑛∗ |𝑎− |𝜓𝑛 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓𝑛∗ |√𝑛 + 1|𝜓𝑛+1 ⟩ + ⟨𝜓𝑛∗ |√𝑛|𝜓𝑛−1 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
1
{√𝑛 + 1⟨𝜓𝑛∗ |𝜓𝑛+1⟩ + √𝑛⟨𝜓𝑛∗ |𝜓𝑛−1 ⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
<𝑥> = 0
< 𝑥 >= 0 menunjukkan bahwa kebolehjadian posisi partikel paling sering berada di titik x=0.
Momentum dan Energi dalam bentuk Operator a+ dan a-
Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa 𝑎+ dan 𝑎− didefinisikan sebagai;
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ = (√ 𝑥− )
2ħ √2𝑚ħ𝜔
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎− = (√ 𝑥+ )
2ħ √2𝑚ħ𝜔
Dari kedua operator di atas, maka dapat ditentukan nilai x yaitu dengan cara mengurangka
kedua operator tersebut;
𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥 𝑚𝜔 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ − 𝑎− = (√ 𝑥− ) − (√ 𝑥+ )
2ħ √2𝑚ħ𝜔 2ħ √2𝑚ħ𝜔
2 𝑖𝑃𝑥
𝑎+ − 𝑎− = −
√2𝑚ħ𝜔
√2𝑚ħ𝜔 +
𝑃𝑥 = (𝑎 − 𝑎− )
−2𝑖
2𝑚ħ𝜔 +
𝑃𝑥 = 𝑖√ (𝑎 − 𝑎− )
4
𝑚ħ𝜔
𝑃𝑥 = 𝑖√ (𝑎+ − 𝑎− )
2
Jadi, momentum dalam operator osilator harmonis dapat dinyatakan dalam persamaan
𝑚ħ𝜔
𝑃 = 𝑖√ (𝑎+ − 𝑎− ).
2
Contoh Soal:
Terdapat partikel yang terjebak dalam potensial harmonik dengan mengalami eksitasi dan
1
deeksitasi sehingga fungsi gelombangnya dapat ditulis sebagai 𝜓 = 𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ).
𝐿
∫0 |𝜓 ∗ | |𝜓|𝑑𝑥 = 1
⟨𝜓 ∗ |𝜓⟩ = 1
1 1
⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩ = 1
1 = 1
𝑁 2 {9⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + 16 ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩ + 4⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}
1 = 1
𝑁 2 {9(1) + 16 (1) + 4(1)}
1 = 1
𝑁 2 {9 + 16 + 4}
209 = 1
𝑁 2 { 16 }
𝑁2 = 16
209
𝑁 =
16
√
209
b). Besar Harga Harap Posisi <x>
<𝑥> = ⟨𝜓 ∗ |𝑥|𝜓⟩
(𝑎+ + 𝑎 − )
= ⟨𝜓 ∗ | |𝜓⟩
√ 2𝑚𝜔
ħ
1
{⟨𝜓 ∗ |(𝑎+ + 𝑎− )|𝜓⟩}
=
√2𝑚𝜔
ħ
= 1
{⟨𝜓 ∗ |𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− |𝜓⟩}
√2𝑚𝜔
ħ
3
= 𝑁 2 √3 ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩
4
1 1
= 𝑁 2 ⟨3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 |3√2𝜓1 + 4 √3𝜓2 + 2√5𝜓4 ⟩
3
= 𝑁 2 √3 ⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩
4
Maka,
1
{⟨𝜓 ∗ |𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− |𝜓⟩}
<𝑥> =
√2𝑚𝜔
ħ
ħ 𝑁 2 3√3 𝑁 2 3√3
= √ { + }
2𝑚𝜔 4 4
16 16
ħ (209) 3√3 (209) 3√3
= √ { + }
2𝑚𝜔 4 4
ħ 24√3
<𝑥> = √ { }
2𝑚𝜔 209
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝐻| (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩
1 1 1 1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3 (2 + 2) ħ𝜔𝜓2 + 4 (3 + 2) ħ𝜔𝜓3 + 2 (5 + 2) ħ𝜔𝜓5 )⟩
1 1 1 1
= 𝑁 2 {9 (2 + ) ħ𝜔⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + (3 + ) ħ𝜔⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩ + 4 (5 + ) ħ𝜔⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}
2 16 2 2
45 7 44
= 𝑁 2 ħ𝜔 { + + }
2 32 2
16 720 + 7 + 704
= { } ħ𝜔
209 32
1431
<𝐻> = ħ𝜔
418
1 1 1 1
Pada penyelesaian di atas, 3 (2 + 2) ħ𝜔𝜓2 + 4 (3 + 2) ħ𝜔𝜓3 + 2 (5 + 2) ħ𝜔𝜓5 dapat
1
ditentukan dari persamaan 𝐻|𝜓𝑛 ⟩ = (𝑎+ 𝑎− + 2) ħ𝟂𝜓𝑛 .
# untuk 𝐻|𝜓2
𝐻|𝜓2 = 1
(𝑎 + 𝑎− + ) ħ𝜔𝜓2
2
= 1
ħ𝜔 {𝑎+ 𝑎− 𝜓2 + 𝜓2 }
2
= 1
ħ𝜔 {𝑎+ √2𝜓1 + 𝜓2 }
2
= 1
ħ𝜔 {√2 𝑎+ 𝜓1 + 𝜓2 }
2
= 1
ħ𝜔 {√2√2 𝜓2 + 𝜓2 }
2
𝐻|𝜓2 = 1
ħ𝜔 (2 + ) 𝜓2
2
Sehingga untuk 𝐻|𝜓3 , dan 𝐻|𝜓5 bisa langsung ditentukan dengan persamaan
1
𝐻|𝜓𝑛 ⟩ = (𝑛 + 2) ħ𝟂𝜓𝑛 .
(𝑎+ + 𝑎− ) (𝑎+ + 𝑎 − )
2
𝑥 =
√2𝑚𝜔 √2𝑚𝜔
( ħ )( ħ )
1
= {(𝑎+ + 𝑎− )(𝑎+ + 𝑎− )}
2𝑚𝜔
ħ
ħ
𝑥2 = {𝑎+ 𝑎+ + 𝑎+ 𝑎− + 𝑎− 𝑎+ + 𝑎− 𝑎− }
2𝑚𝜔
Sehingga, < 𝑥 2 > dapat kita tentukan dengan cara berikut ini;
< 𝑥2 > = ⟨𝜓 ∗ |𝑥 2 |𝜓⟩
ħ
= ⟨𝜓 ∗ | 2𝑚𝜔 {𝑎+ 𝑎+ + 𝑎 + 𝑎− + 𝑎− 𝑎+ + 𝑎− 𝑎− }|𝜓⟩
ħ
= {⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎− |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎 − 𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎− |𝜓⟩}
2𝑚𝜔
𝑁2ħ 611 205
= {√5 + + + 16√5}
2𝑚𝜔 16 4
16 16√5 + 611 + 820 + 16√5 ħ
= { }
209 16 2𝑚𝜔
32√5 + 1431 ħ
< 𝑥2 > = ( )
209 2𝑚𝜔
Pada penyelesaian soal di atas, nilai dari {⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎+ |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎− |𝜓⟩ + ⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎+ |𝜓⟩ +
⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎− |𝜓⟩} dapat kita tentukan dengan cara berikut ini;
Kita tahu bahwa;
𝑎+ | 𝜓𝑛 > = √𝑛 + 1 𝜓𝑛+1
𝑎− | 𝜓𝑛 > = √𝑛 𝜓𝑛−1
Maka,
1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎+ |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ |𝑎+ |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ | (3√3𝜓3 + 4 √4𝜓4 + 2√6𝜓6 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√3√4𝜓4 + 4 √4√5𝜓5 + 2√6 √7𝜓7 )⟩
1
= 𝑁 2 2 √4√5⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩
4
= 𝑁 2 √5
1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎+ 𝑎− |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ |𝑎− |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ | (3√2𝜓1 + 4 √3𝜓2 + 2√5𝜓4 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√2√2𝜓2 + 4 √3√3𝜓3 + 2√5 √5𝜓5 )⟩
1 3
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (6𝜓2 + 4 𝜓3 + 10𝜓5 )⟩
3
= 𝑁 2 {18⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + ⟨𝜓 |𝜓 ⟩ + 20⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}
16 3 3
3
= 𝑁 2 {18 + + 20}
16
288 + 3 + 320
= 𝑁2 { }
16
611
= 𝑁2
16
1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎+ |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎− |𝑎+ |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎− | (3√3𝜓3 + 4 √4𝜓4 + 2√6𝜓6 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√3√3𝜓2 + 4 √4√4𝜓3 + 2√6 √6𝜓5 )⟩
1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |(9𝜓2 + 1𝜓3 + 12𝜓5 )⟩
1
= 𝑁 2 {27⟨𝜓2 |𝜓2 ⟩ + ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩ + 24⟨𝜓5 |𝜓5 ⟩}
4
1
= 𝑁 2 {27 + + 24}
4
108 + 1 + 96
= 𝑁2 { }
4
205
= 𝑁2
4
1 1
⟨𝜓 ∗ |𝑎− 𝑎− |𝜓⟩ = ⟨𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ |𝑎− |𝑁 (3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) |𝑎+ | (3√2𝜓1 + 4 √3𝜓2 + 2√5𝜓4 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√2√1𝜓0 + 4 √3√2𝜓1 + 2√5 √4𝜓3 )⟩
1 1
= 𝑁 2 ⟨(3𝜓2 + 4 𝜓3 + 2𝜓5 ) | (3√2𝜓0 + 4 √6𝜓1 + 4√5 𝜓3 )⟩
4
= 𝑁 2 { √5} ⟨𝜓3 |𝜓3 ⟩
4
= 𝑁 2 √5
TOPIK 6
FUNGSI GELOMBANG DARI ELEKTRON PADA ATOM HIDROGEN
1. ATOM
Setiap atom memiliki dimensi keseluruhan sekitar 10−9 meter. Atom tersusun dari inti
yang relatif masif (dimensinya berorde 1014 meter), dimana elektron, masing- masing
bermuatan −𝑒, "mengisi" sisa volume atom, bergerak mengelilingi inti.
Gambar 2. Orbital s
• Orbital p
Subkulit p memiliki 3 orbital yang sama dan memiliki tingkat energi yang sama.
Perbedaannya terletak pada arah konsentrasi kepadatan elektron. Bentuk orbitalnya
seperti balon terpilin dimana kerapatan elektron tidak tersebar secara merata. Elektron
terkonsentrasi pada dua daerah yang terbagi sama besar dan terletak pada posisi saling
berhadapan dari inti yang terletak di tengah. Subkulit p memiliki bilangan kuantum
magnetik yang berbeda yaitu -1, 0, +1.
Gambar 3. Orbital p
• Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang komplek dan orientasi yang berbeda-
beda. Kelima orbital tersebut adalah 𝑑𝑥𝑦, 𝑑𝑥𝑧, 𝑑𝑦𝑧, 𝑑𝑥 2 𝑦 2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑧 2 .
Gambar 4. Orbital d
• Orbital f
Subkulit f memiliki 7 orbital yang memiliki tingkat energi yang setara. Bentuk orbitalnya
lebih rumit dan sangat kompleks.
Gambar 5. Orbital f
3. PEMECAHAN TINGKAT ENERGI
Jika suatu Jika suatu atom ditempatkan dalam medan magnet B yang didefinisikan pada
sumbu-z, maka elektron atom akan berinteraksi dengan medan itu. Untuk fungsi gelombang
elektron 𝜓𝑛𝑙𝑚 , terdapat beberapa fungsi-fungsi sebagai berikut:
𝜓200 : fungsi gelombang untuk elektron di kulit 2s
𝜓211 : fungsi gelombang untuk elektron di kulit 2p dengan 𝑚 = +1
𝜓21−1 : fungsi gelombang untuk elektron di kulit 2p dengan 𝑚 = −1
𝜓212 : tidak ada (terlarang)
Gambar 6. Pemecahan tingkat energi dalam pengaruh medan magnet dan transisi
4. MOMENTUM SUDUT
Dalam persamaan Schrödinger, momentum sudut terkait dengan bagian fungsi
gelombang yang tidak tergantung 𝑟 yang berarti tidak tergantung dari potensial 𝑉(𝑟). Besar dan
arah momentum sudut terkait dengan fungsi gelombang yang merupakan fungsi sudut 𝜙, 𝜃.
Dalam mekanika klasik, vektor momentum sudut elektron yang beredar mengelilingi inti
atomdan tegak lurus bidang orbit elektron dapat kita tuliskan sebagai
𝐿 = 𝑟×𝑝 ...(1)
Komponen-komponen vektor L adalah:
𝐿𝑥 = 𝑦𝑝𝑥 − 𝑧𝑝𝑦
dan kuadratnya,
𝐿2𝑥 + 𝐿2𝑦 + 𝐿2𝑧 ... (3)
• Operator 𝐿𝑧
Nilai eigen dan fungsi eigen operator 𝐿𝑧 dapat ditetapkan sebagai berikut. Misalkan
Φ(𝜙) adalah fungsi eigen bersangkutan dengan nilai eigen 𝐿𝑧 sehingga:
𝜕Φ
𝐿𝑧 Φ = −𝑖ℏ ... (4)
𝜕𝜑
dan sehingga harga-eigen operator 𝐿𝑧 adalah
𝐿𝑧 = 𝑚𝑙 ℏ; 𝑚𝑙 = 0, ±1, ±2, … ... (4)
Operator momentum anguler pada komponen sumbu z dapat ditulis sebagai berikut
𝐿𝑧 |𝜓𝑛𝑙𝑚 ⟩ = 𝑚ℏ𝜓𝑛𝑙𝑚 ... (5)
• Operator 𝐿2
Nilai eigen dan fungsi eigen operator 𝐿2 ditentukan sebagai berikut. Andaikan 𝑌(𝜃, 𝜙)
adalah fungsi eigen dengan nilai eigen 𝐿2 :
𝐿2 𝑌(𝜃, 𝜙) = 𝐿2 𝑌(𝜃, 𝜙) ... (6)
Persamaan ini identik dengan persamaan Legendre terasosiasi dengan:
𝐿2 = ℏ2 𝑙(𝑙 + 1); 𝑙 ≥ |𝑚𝑙 | ... (7)
Dalam persamaan di atas, 𝑙 adalah bilangan bulat positif: 0, 1, 2, 3, ...; bilangan bilangan
ini disebut bilangan kuantum orbital. Dari persamaan itu jelas bahwa untuk suatu nilai
𝑙 ada (2𝑙 + 1) buah nilai 𝑚𝑙 , yakni 𝑚𝑙 = −𝑙, −(𝑙 − 1), … , −1, 0, 1, … , (𝑙 − 1), 𝑙.
Operator momentum 𝐿2 dapat ditulis sebagai berikut
𝐿2 |𝜓𝑛𝑙𝑚 ⟩ = 𝑙(𝑙 + 1)ℏ2 𝜓𝑛𝑙𝑚 ... (8)
5. KONFIGURASI ELEKTRON
Konfigurasi elektron adalah pengisian atau penataan elektron pada kulit atom, sub kulit
atom, dan orbital. Konfigurasi elektron menggambarkan susunan elektron dalam orbital atom.
Elektron yang berada di kulit paling luar tidak boleh lebih dari delapan. Banyaknya elektron
yang berada di kulit terluar disebut elektron valensi yang dapat digunakan untuk menentukan
letak golongan sedangkan jumlah kulit yang ditempati dapat digunakan menentukan periode
unsur tersebut dalam Sistem Periodik Unsur. Beberapa kaidah yang harus dipatuhi dalam
menentukan konfigurasi elektron.
a. Prinsip Aufbau
Berdasarkan prinsip Aufbau, elektron dalam atom akan berada dalam kondisi yang
stabil bila memiliki energi yang rendah dan elektron elektron berada dalam orbital-
orbital yang bergabung membentuk sub kulit. Dengan kata lain, elektron memiliki
kecenderungan untuk menempati sub kulit yang tingkat energinya paling rendah
kemudian secara bertahap akan menempati sub kulit yang tingkat energinya lebih tinggi.
Untuk mengetahui urutan tingkat energi, dapat dilakukan dengan menggunakan deret
pancaran cahaya seperti gambar.
Gambar 7. Prinsip Aufbau
Pada saat pengisian elektron subkulit dengan tingkat energi diisi penuh dahulu
kemudian sisanya menempati subkulit tingkat energi berikutnya dengan urutan sbb:
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s dst.
Pengisian orbital d pada kondisi khusus lebih stabil terisi penuh atau setengah penuh.
b. Aturan Hund
Pada tahun 1927, fisikawan Jerman, Frederick Hund menyatakan bahwa pengisian
elektron pada sub orbital dengan jumlah orbital lebih dari satu maka diisi sesuai dengan
tingkat energi yang sama dengan arah putaran yang sama. Aturan Hund atau prinsip
multiplisitas maksimum menetapkan, secara empiris, bagaimana elektron orbital yang
mengalami degenerasi harus menempati energi. Aturan Hund ini menyebutkan bahwa
elektron dalam suatu orbital tidak boleh berpasangan sebelum masing-masing orbital
dalam suatu sub kulit terisi masing-masing satu elektron. Asas tersebut di atas mendasar
pada penalaran bahwa energi tolak menolak antar dua elektron dapat diminimumkan
jika jarak elektron berjauhan.
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital dalam suatu
subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk diagram orbital. Dua
elektron yang menghuni satu orbital dilambangkan dengan dua anak panah yang
berlawanan arah. Jika orbital hanya mengandung satu elektron, anak panah dituliskan
mengarah ke atas.
Gambar 8. Contoh pengisian elektron pada atom nitrogen
c. Asas Larangan Pauli
Wolfgang Pauli (1900-1958) menyatakan bahwa dalam satu atom tidak diizinkan dua
elektron mempunyai keempat bilangan kuantum yang sama. Dengan kata lain setiap
orbital maksimal hanya boleh diisi dua elektron dengan arah yang berlawanan atau spin
yang berbeda. Dengan kata lain setiap orbital maksimal hanya boleh diisi dua elektron
dengan arah yang berlawanan atau spin yang berbeda. Dengan demikian, yang dapat
membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). Setiap orbital hanya dapat berisi 2
elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan.
Dengan adanya larangan Pauli, elektron maksimal yang boleh mengisi orbital hanya dua
dengan alasan jika ada elektron yang ketiga maka akan memiliki spin atau arah putaran
yang sama. Jumlah maksimum elektron adalah sebagai berikut :
▪ Orbital s maksimum 2 elektron
▪ Orbital p maksimum 6 elektron
▪ Orbital d maksimum 10 elektron
▪ Orbital f maksimum 14 elektron
Contoh:
16
8𝑂 dengan 𝑝 = 8; 𝑒 = 8; 𝑛 = 8
Maka,
1𝑠 2 2𝑠 2 2𝑝4
↿⇂ ↿⇂ ↿⇂ ↿ ↿
1
Bilangan kuantum elektron pertama: 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron kedua: 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = − 2
1
Bilangan kuantum elektron ketiga: 𝑛 = 2; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron keempat: 𝑛 = 2; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0; 𝑠 = − 2
1
Bilangan kuantum elektron kelima: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = +1; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron keenam: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = +1; 𝑠 = − 2
1
Bilangan kuantum elektron ketujuh: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = 0; 𝑠 = + 2
1
Bilangan kuantum elektron kedelapan: 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = −1; 𝑠 = + 2
6. ATOM HIDROGEN
energi kinetik dengan 𝑚 merupakan massa partikel serta 𝑝 = −𝑖ℏ∇ adalah operatur momentum.
Sehingga,
𝑝2 𝑒2
𝐸=𝐻= −
2𝑚 4𝜋𝜀0
𝑝2 𝑒2
𝐸𝜓 = { − }𝜓 ... (16)
2𝑚 4𝜋𝜀0
−ℏ2 2 𝑒2
∇ 𝜓− 𝜓 = 𝐸𝜓
2𝑚 4𝜋𝜀0
−ℏ2
Kedua ruas pada persaman di atas dibagi dengan sehingga didapatkan:
2𝑚
2
2𝑚 𝑒2
∇ 𝜓 + 2 (𝐸 + )𝜓 = 0 ... (17)
ℏ 4𝜋𝜀0
Dalam tiga dimensi yang menggunakan koordinat kartesius, operator Laplace yang akan
digunakan adalah
2
𝑑2𝜓 𝑑2𝜓 𝑑2𝜓
∇ 𝜓= + + ... (18)
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2 𝑑𝑧 2
7. SISTEM KOORDINAT
1. Kartesian (𝑥, 𝑦, 𝑧)
• Kartesian: (𝑥, 𝑦, 𝑧)
ℎ1 = 1; 𝑣1 = 𝑥
ℎ2 = 1; 𝑣2 = 𝑦
ℎ3 = 1; 𝑣3 = 𝑧
• Bola (𝑟, 𝜃, 𝜙)
ℎ1 = 1; 𝑣1 = 𝑟
ℎ2 = 𝑟; 𝑣2 = 𝜃
ℎ3 = 𝑟 sin 𝜃 ; 𝑣3 = 𝜙
• Silinder (𝑟, 𝜃, 𝑧)
ℎ1 = 1; 𝑣1 = 𝑟
ℎ2 = 𝑟; 𝑣2 = 𝜃
ℎ3 = 1; 𝑣3 = 𝑧
Berdasarkan persamaan di atas, untuk koordinat bola didapatkan operator ∇ pada persamaan
fungsi gelombang sebagai berikut:
1 𝑑 2 𝑑𝜓 𝑑 𝑑𝜓 𝑑 1 𝑑𝜓
∇2 𝜓 = [ (𝑟 sin 𝜃) + (sin 𝜃 ) + ( ) ]
𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜙 sin 𝜃 𝑑𝜙
1 𝑑 2 𝑑𝜓 1 𝑑 𝑑𝜓 1 𝑑2𝜓
= [ 2 (𝑟 )+ 2 (sin 𝜃 ) + 2 ] ... (20)
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜙 2
2𝑚 𝑒2
∇2 𝜓 + 2 (𝐸 + )𝜓 = 0 ... (21)
ℎ 4𝜋𝜀0
1 𝑑 2 𝑑𝜓 1 𝑑 𝑑𝜓 1 𝑑 2 𝜓 2𝑚 𝑒2
(𝑟 )+ 2 (sin 𝜃 ) + 2 + (𝐸 + )𝜓 = 0 ... (22)
𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜙 2 ℎ2 4𝜋𝜀0
... (25)
Kedua ruas dibagi dengan 𝑅𝜃𝜙 dan didapatkan
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 1 𝑑 𝑑𝜃 1 𝑑2 𝜙
(𝑟 ) + (𝐸 + ) + (sin 𝜃 ) + =0
𝑅𝑟 2 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝜃 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 𝜙𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝜃 2
... (26)
Penjumlahan suku-suku yang hanya bergantung pada jari-jari dan dua sudut ini akan selalu
sama dengan nol untuk sembarang nilai 𝑟, 𝜃, dan 𝜙 jika masing-masing suku sama dengan
konstanta. Konstanta (c) berharga ±𝑙(𝑙 + 1).
Suku yang hanya bergantung jari-jari menjadi:
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚𝑟 2 𝑒2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + ) = 𝑙(𝑙 + 1) ... (27)
𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0
𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚𝑟 2 𝑒2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + ) 𝑅 = 𝑙(𝑙 + 1)𝑅 ... (28)
𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0
dengan
sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) sin2 𝜃 = 𝑚2
𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃
sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) sin2 𝜃 = 𝑚2
𝜙 𝑑𝜃 𝑑𝜃
Kedua ruas dibagi dengan sin2 𝜃 dan diapatkan
1 𝑑 𝑑𝜃 𝑚2
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) =
𝜃 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 sin2 𝜃
1 𝑑 𝑑𝜃 𝑚2
(sin 𝜃 ) + 𝑙(𝑙 + 1) − 2 = 0 ... (31)
𝜃 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜃 sin 𝜃
2(𝑙 + 1) (𝑙 − |𝑚|)!
𝑁𝑙𝑚 = √
2 (𝑙 + |𝑚|)!
dan
1 𝑑2𝜙
= −𝑚2
𝜙 𝑑𝜙
𝑑2 𝜙
= −𝑚2 𝜙
𝑑𝜙
𝑑2𝜙
+ 𝑚2 𝜙 = 0 ... (32)
𝑑𝜙
Maka, fungsi tersebut dapat dituliskan menjadi
𝜙 = 𝐴𝑒 𝑖𝑚𝜙 ... (33)
Normalisasi fungsi tersebut adalah
𝜃 = 0−𝜋
𝑟 =0−∞
𝜙 = 0 − 2𝜋
𝜙 = 𝐴𝑒 𝑖𝑚𝜙
2𝜋 2𝜋
𝐴2 ∫ 𝑑𝜙 = 1
0
𝐴2 2𝜋 = 1
1
𝐴=√
2𝜋
1
Φ(𝜙) = 𝑒 𝑖𝑚𝜙 ... (34)
√2𝜋
FUNGSI PERSAMAAN RADIAL
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚𝑟 2 𝑒2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + ) = 𝑙(𝑙 + 1)
𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀 0
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)
2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + )=
𝑟 𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟2
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + )𝑅 = 𝑅
𝑅 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟2
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)
2
(𝑟 ) + 2 (𝐸 + )𝑅 − 2
=0
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀 0 𝑟
2
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1) ℎ
2
(𝑟 ) + 2 {𝐸 + − 2
}𝑅 = 0 ... (35)
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀 0 𝑟 2𝑚
Misal:
𝜌 = 𝛼𝑟
𝑑𝜌
=𝛼
𝑑𝑟
𝜌 2
𝜌2
𝑟= →𝑟 = 2
𝛼 𝛼
𝑑 𝑑 𝑑𝜌 𝑑
= =𝛼
𝑑𝑟 𝑑𝜌 𝑑𝑟 𝑑𝜌
dengan
1
8𝑚𝐸 2
𝑎={ 2 }
ℎ
1
𝑒2 𝑚 2
𝜆= 2 { }
2𝜋𝜀0 ℎ 8𝐸
Maka akan didapatkan
2
1 𝑑 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1) ℎ
2
(𝑟 ) + 2 {𝐸 + − }𝑅 = 0
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟 2 2𝑚
2
𝛼 2 𝑑 𝑒 2 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒2𝛼 𝑙(𝑙 + 1)ℎ 2
𝛼 ( 𝛼 ) + 2 (𝐸 + − 𝛼 )𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝛼 2 𝑑𝜌 ℎ 4𝜋𝜀0 𝜌 2𝑚𝜌2
2
𝛼2 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝑒 2𝛼 𝛼 2 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
(𝜌 ) + 2 (𝐸 + − )𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 4𝜋𝜀0 𝜌 2𝑚𝜌2
2
𝛼2 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝐸𝛼 2 𝑒 2𝛼 𝛼 2 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
(𝜌 ) + 2 ( + − )𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 𝛼 2 4𝜋𝜀 0 𝜌 2𝑚𝜌 2
2
1 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝐸 𝑒2 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
(𝜌 ) + 2 { + − }𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 𝛼
2 𝛼4𝜋𝜀0 𝜌 2𝑚𝜌2
2
1 𝑑 2
𝑑𝑅 2𝑚 𝐸 𝑒2 2𝑚 𝑙(𝑙 + 1)ℎ
2
(𝜌 ) + { 2 2
+ }𝑅 − 2 𝑅=0
𝜌 𝑑𝜌 𝑑𝜌 ℎ 𝛼 𝛼4𝜋𝜀0 𝜌 ℎ 2𝑚𝜌2
2
1 𝑑 2
𝑑𝑅 𝑙(𝑙 + 1)ℎ 2𝑚 𝐸 𝑒2
(𝜌 ) − 𝑅 + 2 { + }𝑅 = 0
𝜌2 𝑑𝜌 𝑑𝜌 𝜌2 ℎ 𝛼
2 𝛼4𝜋𝜀0 𝜌
Dengan memasukkan
1
𝑒2 𝑚 2
𝜆= 2 = {8𝐸 }
2𝜋𝜀0 ℎ
Maka persamaan di atas dapat ditulis
1 𝑑 𝑑𝑅 𝑙(𝑙 + 1) 𝜆 1
2
(𝜌2 ) − 2
𝑅 +{ − }𝑅 = 0 ... (36)
𝜌 𝑑𝜌 𝑑𝜌 𝜌 𝜌 4
Untuk kasus atom H dengan z=1. Sedangkan, untuk atom yang lain dapat ditulis dengan
1
2𝑧 3 (𝑛 − 𝑙 − 1)! 2 2𝑧 𝑙 (−𝑛𝑎𝑧𝑟
) 2𝑧 ... (38)
𝑅𝑛𝑙 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 0 𝐿2𝑙+1 ( 𝑟)
𝑛+𝑙
𝑛𝑎0 2𝑚[(𝑛 + 𝑙)!]3 𝑛𝑎0 𝑛𝑎0
di mana
2
ℎ
𝑎0 = = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝐵𝑜ℎ𝑟
𝑚𝑒 2
𝜓𝑛𝑙𝑚 = 𝑅𝑛𝑙 𝜃𝑙𝑚 𝜙𝑚
Nilai dari 𝑅𝑛𝑙 dicari terlebih dahulu, sehingga:
𝑅𝑛𝑙 (𝑟) = 𝑁𝑛𝑙 𝜌𝑒 𝑒 −𝜌/2 𝐿2𝑙+1
𝑛+1 (𝜌)
Di uraikan pula nilai dari teta (𝜃):
𝜃𝑙𝑚 (𝜃) = 𝑁𝑙𝑚 𝜌𝑙 𝑚 (cos 𝜃)
Untuk nilai psi (𝜙) dapat dituliskan sebagai berikut:
1
𝜙𝑚 (𝜙) = 𝑒 𝑖𝑚𝜙
√2𝜋
Sedangkan untuk nilai 𝑁𝑙𝑚 dan 𝑁𝑛𝑙 masing-masing dituliskan sebagai berikut:
(2𝑙 + 1) (𝑙 − |𝑚|)!
𝑁𝑙𝑚 = √ .
2 (𝑙 + |𝑚|)!
1
2𝑧 3 (𝑛 − 𝑙 − 1)! 2
𝑁𝑛𝑙 = [( ) ]
𝑛 𝑎0 2𝑚 [(𝑛 + 𝑙)!]3
Dimana nilai 𝑎0 merupakan jari-jari atom yang telah dibahas sebelumnya.
Untuk nilai 𝜓𝑛𝑙𝑚 dalam satuan radian dapat dituliskan sebagai berikut:
𝜓𝑛𝑙𝑚 = 𝑅𝑛𝑙 𝜃𝑙𝑚 𝜙𝑚
𝜓𝑛𝑙𝑚 (𝑟, 𝜃, 𝜙) = 𝑅𝑛𝑙 (𝑟) 𝜃𝑙𝑚 (𝜃) 𝜙𝑚 (𝜙)
Untuk nilai 𝜃𝑙𝑚 (𝜃) 𝜙𝑚 (𝜙) dapat diubah menjadi 𝑌𝑙𝑚 (𝜃, 𝜙), sehingga persamannya
menjadi:
𝜓𝑛𝑙𝑚 (𝑟, 𝜃, 𝜙) = 𝑅𝑛𝑙 𝑌𝑙𝑚 (𝜃, 𝜙)
Contoh Soal:
1. Untuk z=1
Dirumuskan fungsi gelombang 𝜓100 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0
Ingat rumus sebelumnya yaitu:
𝜓𝑛𝑙𝑚 = 𝑅𝑛𝑙 𝜃𝑙𝑚 𝜙𝑚
Jadi nilai 𝑛 = 1; 𝑙 = 0; 𝑚 = 0 dimasukkan ke persamaan diatas. Sehingga nilai fungsi
gelombangnya menjadi:
𝜓100 = 𝑅10 𝜃00 𝜙0
Dicari masing-masing nilai untuk R, 𝜃, 𝜙
1/2
2 31 𝑟
𝑅10 = [( ) ] |𝑒 −𝑑𝑜 (2𝑥 − 4)
𝑑𝑜 2
1
𝜃00 = 𝑁00 𝑃𝑜 0 (cos 𝜃) = √
2
1 1
𝜙0 = 𝑒 𝑖0𝜙 =
√2𝜋 √2𝜋
Jadi nilai fungsi gelombangnya dapat diperoleh:
𝜓100 = 𝑅10 𝜃00 𝜙0
1 1 4 −𝑎𝑟 1 −
𝑟
𝑎0
𝜓100 = − √ 𝑒 0 = −
3 𝑒
√2𝜋 √2 𝑎0 3 √𝜋. 𝑎2
2. Misalnya untuk atom O dengan nomor atom 8 dan nomor massa 16 dapat dituliskan
sebagai berikut: 168𝑂
Sehingga aturan aufbau dapat dilihat pada gambar dibawah:
Konfigurasinya dituliskan;
1𝑠 2 2𝑠 2 2𝑝4
n 11 22 2222
l 00 00 1111
m 00 00 +1 +1 +1
1 1 1 1 1 1 1 1
S +2 ;−2 +2 ;−2 +2 ;−2 + 2 ;+2
2(1) + 1 (1 − (1))! 1
𝛳11 (𝜃) = √ . (1 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃)2
2 (1 + (1))!
3
𝛳11 (𝜃) = √ sin 𝜃
4
✓ Dicari nilai R
1/2
2𝑍 3 (𝑛 − 𝑙 − 1)! 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 2𝑙+1 2𝑧
𝑅𝑛𝑙 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿𝑛+𝑙 ( 𝑟)
𝑛𝑎𝑜 2𝑛(𝑛 + 𝑙)! 𝑎0 240
Dari 𝜑211 , maka diketahui 𝑛 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = 1, dimasukkan ke rumusan 𝑅𝑛𝑙
1/2
2𝑍 3 (2 − 1 − 1)! 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 2.1+1 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿1+𝑙 ( 𝑟)
2𝑎𝑜 2𝑥2(2 + 1)! 𝑎0 240
1/2
2𝑍 3 (0)! 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 3 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿3 ( 𝑟)
2𝑎𝑜 4(3)! 𝑎0 240
1/2
2𝑍 3 1 2𝑧𝑟 𝑙 (− 𝑧𝑟 ) 3 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = [( ) ] ( ) 𝑒 240 𝐿3 ( 𝑟)
2𝑎𝑜 24 𝑎0 240
𝑧 3/4 1 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/240 3 2𝑧
𝑅21 (𝑟) = ( ) ( )𝑒 𝐿3 ( 𝑟)
𝑎0 √24 𝑎𝑜 240
𝑧 3/4 1 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/240
𝑅21 (𝑟) = ( ) ( )𝑒 (−6)
𝑎0 √24 𝑎𝑜
𝑧 3/4 1 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/240 3 1
𝜑211 = ( ) ( )𝑒 √ sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
𝑎0 24 𝑎𝑜 4 √2𝜋
1 𝑧 3/2 𝑧𝑟 −𝑧𝑟/2𝑎
𝜑211 = (
) ( )𝑒 𝑜 sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
𝑎
√64𝜋 𝑜 𝑎 𝑜
Untuk atom oksigen 168𝑂 maka didapatkan:
18 3/2 8
𝜑21−1 = ( ) ( ) 𝑒 −8𝑟/240 sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
√64𝜋 𝑎𝑜 𝑎𝑜
Di sederhanakan menjadi:
8 3/2 8
1
𝜑21−1 = ( ) ( ) 𝑒 −4𝑟/40 sin 𝜃 𝑒 𝑖𝜙
√64𝜋 𝑎𝑜 𝑎𝑜
1
𝜃00 = 𝑁00 𝑃𝑜 0 (cos 𝜃) = √
2
1 1
𝜙0 = 𝑒 𝑖0𝜙 =
√2𝜋 √2𝜋
Jadi nilai fungsi gelombangnya dapat diperoleh:
𝜓100 = 𝑅10 𝜃00 𝜙0
1 1 4 −𝑎𝑟 1 −
𝑟
𝑎0
𝜓100 = − √ 𝑒 0 = −
3 𝑒
√2𝜋 √2 𝑎0 3 √𝜋. 𝑎2
Darapt dihitung harga harap dari Energinya;
〈𝐸1 〉 = 〈𝐸𝑝1 + 𝐸𝑘1 〉 = 〈𝐸𝑝1 〉 + 〈𝐸𝑘1 〉
Perlu dicari satu-satu nilai harga harap Ep dan Ek:
Untuk nilai harga harap Energi potensial 〈𝐸𝑝〉
∞
∗
−𝑒 2
〈𝐸𝑝〉 = ∫ 𝜑100 ( ) 𝜑 4𝜋𝛤 2 𝑑𝛤
4𝜋𝜀𝑜 𝑟 100
0
∞
−𝑒 2 1 3 1 3 −
𝛤 1
−
𝛤
= 𝑎𝑜 2 𝑎𝑜 −2 4𝜋 ∫ 𝑒 𝑎𝑜 𝑒 𝑎𝑜 𝛤 2 𝑑𝛤
4𝜋𝜀𝑜 𝑟 √𝜋 √𝜋 𝛤
0
∞
𝑒2 −
2𝛤
=− 𝑎𝑜 −3 ∫ 𝛤𝑒 𝑎𝑜 𝑑𝛤
𝜀𝑜 𝜋
0
Dibuat pemisalan:
𝑏 = 𝑏𝑥 𝑑𝑠 = 𝑏 𝑑𝑥
𝑠 𝑑𝑠
𝑥= 𝑑𝑥 =
𝑏 𝑏
2
𝑏=
𝑎𝑜
Maka;
∞ ∞
−2ħ2 1 2 −𝑠
4ħ2 1
〈𝐸𝑘〉 = 5 ∫ 𝑠 𝑒 𝑑𝑠 + ∫ 𝑠 𝑒 −𝑠 𝑑𝑠
𝑎𝑜 𝑚 𝑏 3 𝑎𝑜 4 𝑚 𝑏 2
0 0
∞ ∞
Dimana ∫0 𝑠 2 𝑒 −𝑠 𝑑𝑠 merupakan nilai 𝛤(3) = 2 dan ∫0 𝑠 𝑒 −𝑠 𝑑𝑠 adalah nilai 𝛤(2) = 1
−4ħ2 1 4ħ2 1
= +
𝑎𝑜 5 𝑚 𝑏 3 𝑎𝑜 4 𝑚 𝑏 2
2
Dimasukkan kembali pemisalan 𝑏 = 𝑎 menjadi:
𝑜
−4ħ2 𝑎𝑜 3 4ħ2 𝑎𝑜 2 1 ħ2
= + =
𝑎𝑜 5 𝑚 8 𝑎𝑜 4 𝑚 4 2 𝑎𝑜 2 𝑚
Nilai ħ diubah sehingga menjadi persamaan berikut:
1 ℎ2 𝐶2 (ℎ𝑐)2
= =
2 4𝜋 2 𝑚 𝐶 2 𝑎𝑜 2 8𝜋 2 (𝑚𝑐 2 )𝑎𝑜 2
Dimasukkan nilai ℎ𝑐 = 12.400 𝑒𝑣𝐴̇
𝑚𝑜 𝑐 2 = 511.000 𝑒𝑣
Nilai 〈𝐸𝑘〉 menjadi:
〈𝐸𝑘〉 = 13,63 𝑒𝑣
Jadi energy totalnya diperoleh;
𝐸 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 〈𝐸𝑝 + 𝐸𝑘〉 = −27,21 + 13,63 = −13,58 𝑒𝑣
ħ
• 𝑥 | 𝜑𝑛 (𝑥) > = √2𝑚𝑤 (𝑎+ + 𝑎− )𝜑𝑛 (𝑥)
𝑚ħ𝑤
• 𝑃| 𝜑𝑛 (𝑥) > = 𝑖 √ (𝑎+ − 𝑎− )𝜑𝑛 (𝑥)
2
Operator-operator
• 𝐿𝑍 𝑌𝑙𝑚 = 𝑚ħ 𝑌𝑙𝑚
• 𝐿2 𝑌𝑙𝑚 = 𝑙 (𝑙 + 1) ħ2 𝑌𝑙𝑚
• 𝐿+ 𝑌𝑙𝑚 = ħ√𝑙(𝑙 + 1) − 𝑚 (𝑚 + 1) 𝑌𝑙𝑚+1