Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MEKANIKA KUANTUM

ROTASI MOLEKUL SISTEM RIGID ROTATOR, PENENTUAN B(ϕ), DAN


PENEMUAN BILANGAN KUANTUM MAGNETIK

Oleh : Kelompok 5
Fina Septi Aristya 1613023039
Fredy Pratama 1613023033
Siti Nurjanah 1613023003
Triska Amalia Kinasih 1613023011
Feriyanda Putratama 1413023021
I Wayan Agustika 1413023025

Pendidikan Kimia A

Dosen pengampu :
Dr. Sunyono, M.Si
Andrian Saputra, S.Pd., M.Sc

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii

DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

I. Gerak Rotasi Molekul Diatomik dengan Model Rigid Rotator .................................... 1

II. Penentuan Fungsi B (ϕ) dan Penemuan Bilangan Kuantum Magnetik (m) ............... 4

ii
PEMBAHASAN

A. Gerak Rotasi Molekul Diatomik dengan Model Rigid Rotator

Rotasi atau perputaran merupakan perubahan kedudukan objek dengan cara diputar dengan
pusat atau sudut tertentu. Untuk molekul diatomik, gerak melingkar partikel ini dibatasi pada
permukaan sebuah bola. Sistem rotasi jenis ini disebut sebagai rigid rotor. Keadaan stasioner
dari sebuah rigid rotor atau rotasi molekular dinyatakan dengan fungsi gelombang dari dua
buah sudut yaitu 𝜽 dan 𝝓,. Tujuan gerak Rotasi Molekul Diatomik dengan Model Rigid
Rotator dapat diperoleh bilangan kuantum.

Pergerakan pada partikel ada 3 yaitu, gerak tranlasi (gerak lurus), gerak vibrasi (bergetar),
dan gerak rotasi (melingkar). Pada pembahasan ini kita akan membahas mengenai gerak
rotasi molekul. Gerak rotasi pada molekul berbeda dengan gerak vibrasi. Dimana gerak
vibrasi merupakan fungsi radial R(x, y, dan z) sedangkan gerak rotasi merupakan fungsi
sudut ϴ (θ),∅ (ϕ). Gerak rotasi ini energinya pasti terkuantisasi yang artinya energi tersebut
memiliki nilai yang tertentu.

Gambar 1.1 Rotasi molekul diatomic tentang pusat massa.


2

Gambar 1.1 Menunjukkan model molekul dinamik diam. Dua massa berputar di pusat massa
mereka., menyesuaikan kondisi tersebut:

𝒓𝟏 𝒎𝟏 = 𝒓 𝟐 𝒎𝟐

Dimana 𝒓𝟏 adalah jarak 𝒎𝟏 dari pusat massa dan 𝒓𝟐 adalah jarak 𝒎𝟐 dari pusat massa. Jarak
keseimbangan R antara inti adalah 𝑅 = 𝒓𝟏 +𝒓𝟐

Teori klasik Hamiltonian dari rigid rotor hanya memiliki energi kinetik karena tidak ada
energi potensial. Menerapkan hubungan antara energi kinetik klasik dan operator
Hamiltonian mekanika kuantum yang sebelumnya kita dapatkan:

−ℏ𝟐
Ĥ= 𝛁 𝟐 + V (x,y,z) (1)
𝟐𝒎

Gambar 1.2 Hubungan antara koordinat Cartesian(x, y, z) dan koordinat


bola (𝒓, 𝜽, 𝝓)

x = r sin 𝜽 𝒄𝒐𝒔 𝜽

y = r sin 𝜽 𝒔𝒊𝒏 𝜽

z = r 𝒄𝒐𝒔 𝜽

2
3

Untuk energi rotasi, di mana operator Laplacian 𝛁 𝟐 telah disinggung sebelumnya dalam
persamaan 11.68. Dalam membahas rotasi lebih mudah untuk menggunakan koordinat kutub
bola yang didefinisikan dalam gambar.11,9.dikoordinat kutub bola operator Laplacian adalah:

Koordinat kartesian tidak bisa dipakai untuk gerak melingkar, karena gerak melingkar
melibatkan sudut. Sehingga, pada gerak rotasi menggunakan koordinat polar sferis. Sehingga
persamaannya diubah mejadi :

𝟏 𝝏 𝝏 𝟏 𝝏𝟐 𝟏 𝝏 𝝏
𝛁 𝟐 = 𝒓𝟐 𝝏 (𝒓𝟐 𝝏 ) + 𝒓𝟐 𝒔𝒊𝒏𝟐 𝜽 𝝏𝝓𝟐 + 𝒓𝟐 𝒔𝒊𝒏 𝜽 𝝏𝜽 (𝒔𝒊𝒏𝜽 𝝏𝜽) (koordinat polar sferis) (2)
𝒓 𝒓

Ketika persamaan (2) dimasukkan kedalam persamaan scrodingher, maka sebagai berikut:

ĤY(𝜃, 𝜙) = EY(𝜃, 𝜙)

−ℏ2 1 𝜕 𝜕 1 𝜕2 1 𝜕 𝜕
2𝑚
[
𝑟2 𝜕𝑟
(𝑟 2 𝜕 ) + 𝑟 2𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜙2 + 𝑟 2𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃)] (𝜃, 𝜙) = E(𝜃, 𝜙) (3)
𝑟

−ℏ2 𝜕 2 𝜕 1 𝜕2 1 𝜕 𝜕
2𝑚𝑟 2
[
𝜕𝑟
(𝑟 𝜕𝑟
) +
𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜙2
+
𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃
(𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃)] (𝜃, 𝜙) = E(𝜃, 𝜙)

Dimana 𝐼 (momentum sudut) = 𝑚𝑟 2 (4)

−ℏ2 𝜕 𝜕 1 𝜕2 1 𝜕 𝜕
2𝐼
[
𝜕𝑟
(𝑟 2 𝜕 ) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜙2 + 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃)] (𝜃, 𝜙) = E(𝜃, 𝜙) (5)
𝑟

Karena dalam sistem rigid rotator jarak dibuat tetap/fix (tidak ada perubahan jarak) maka :

𝜕 𝜕
(r2 𝜕𝑟) = 0
𝜕𝑟

ℏ2 1 𝜕 𝜕 1 𝜕2
− 2𝐼 [𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜙2 ] 𝑌(𝜃, 𝜙) = EY(𝜃, 𝜙) (6)

sehingga,

1 𝜕 𝜕 1 𝜕2 2𝐼𝐸
[𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃(sin𝜃 𝜕𝜃 )+ sin2 𝜃 𝜕ϕ2 ]𝛹(𝜃, ϕ) + 𝛹(𝜃, ϕ) = 0 dikali sin2 𝜃
h2

𝜕 𝜕 𝜕2 2𝐼𝐸
[sin𝜃 𝜕𝜃 (sin𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝜕ϕ2 ] 𝛹(𝜃, ϕ) + sin2 𝜃 𝛹(𝜃, ϕ) = 0 (7)
h2

3
4

2𝐼𝐸
Untuk menyelesaikan persamaan ini kita memisalkan 𝛽 = dan menerapkan metode
h2

pemisahan variabel 𝛹(𝜃, ϕ) = A(𝜃)𝐵(ϕ) sehingga untuk menentukan fungsi gelombang


gerak rotasi maka kita terlebih dahulu harus menentukan fungsi A(𝜃) dan fungsi 𝐵(ϕ) secara
individual kemudian dikalikan kedua fungsi tersebut untuk menghasilkan 𝛹(𝜃, ϕ)

𝜕 𝜕 𝜕2
[sin𝜃 𝜕𝜃 (sin𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝜕ϕ2 ]A(𝜃)𝐵(ϕ) + 𝛽sin2 𝜃 𝐴(𝜃)𝐵(ϕ) = 0 (8)

𝜕 𝜕𝐴(𝜃) 𝜕2 𝐵(ϕ)
B(ϕ) sin𝜃 𝜕𝜃 (sin𝜃 ) + 𝐴(𝜃) + 𝛽sin2 𝜃 𝐴(𝜃)𝐵(ϕ) = 0 (9)
𝜕𝜃 𝜕ϕ2

1
Kemudian persamaan (9) dikali dengan 𝐴(𝜃)𝐵(ϕ)

sin 𝜃 𝜕 𝜕𝐴(𝜃) 1 𝜕2 B(ϕ)


(sin𝜃 ) +𝐵(ϕ) + 𝛽sin2 𝜃 = 0
A(𝜃) 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝜕ϕ2

Atau bisa ditulis sebagai

sin 𝜃 𝜕 𝜕𝐴(𝜃) 1 𝜕2 B(ϕ)


(sin𝜃 ) + 𝛽sin2 𝜃 + =0 (10)
A(𝜃) 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝐵(ϕ) 𝜕ϕ2

Persamaan (10) terdiri dari dua bagian yaitu bagian fungsi 𝜃 dan bagian lain fungsi ϕ .
Kemudian agar persamaan ini bernilai nol maka bisa dituliskan:

sin 𝜃 𝜕 𝜕𝐴(𝜃)
(sin𝜃 ) + 𝛽sin2 𝜃 = m2 (11)
A(𝜃) 𝜕𝜃 𝜕𝜃

dan

𝟏 𝝏𝟐 𝐁(𝛟)
= −m2 (12)
𝑩(𝛟) 𝝏𝛟𝟐

B. Penentuan Fungsi B (𝛟) Penemuan Bilangan Kuantum Magnetik (m)

𝝏𝟐 𝐁(𝛟)
Persamaan (12) dapat dituliskan menjadi = -m2 B(𝛟)
𝝏𝛟𝟐

Persamaan (12) adalah bentuk dari persamaan Eigen yang solusinya ada tiga yaitu eksponen,
sin dan cos.

Solusi umum :

4
5

B(𝛟) = 𝐀𝐁 𝛟

𝝏𝟐 𝐁(𝛟)
=2 𝐀𝐁 𝛟
𝝏𝛟𝟐

2 = -m2

 = √−𝒎𝟐

 = i.m

B(𝛟) = A𝒆±𝒊𝒎𝛟 (13)

Dalam gerak rotasi maka ketika mulai berputar dari suatu titik maka harus kembali ke titik
semula (360o), sehingga pada persamaan (5) harus diterapkan syarat kontinu fungsi
gelombang:

(𝛟) = (𝛟) + 2

B(𝛟) = B (𝛟 + 2)

A𝒆±𝒊𝒎𝛟 = A𝒆±𝒊𝒎(𝛟+𝟐𝛑)

A𝒆±𝒊𝒎𝛟 = A𝒆±𝒊𝒎𝛟 . 𝒆𝒊𝒎𝟐𝛑

𝒆𝒊𝒎𝟐𝛑 = 1

Sehingga

𝒆±𝒊𝟐𝛑𝒎 = 1 (14)

Kemudian dengan menggunakan persamaan Euler maka persamaan (14) dapat diubah
menjadi:

𝐜𝐨𝐬(𝟐𝛑𝒎) ± 𝒔𝒊𝒏 (𝟐𝛑𝒎) = 𝟏 (15)

Persamaan (15) mensyaratkan nilai m = 0, ±1, ±2, ±3, ….

Sehingga persamaan (13) adalah

B(𝛟) = A𝒆±𝒊𝒎𝛟 dimana m = 0, ±1, ±2, ±3, ….

5
6

Namun demikian B(ϕ) = A𝑒 −𝑖𝑚ϕ tidak bisa diterima karena m = +1 dan m = -1 akan
memberikan fungsi gelombang B(ϕ) yang sama sehingga yang diterima hanya fungsi
gelombang positif.

B(𝛟) = A𝒆𝒊𝒎𝛟 dimana m = 0, ±1, ±2, ±3, …. (16)

Sekarang tugas kita adalah menentukan keofisien normalisasi A dari persamaan (16) dengan
menerapkan sifat normal atau ortonormal fungsi gelombang. Jika  sudah dinormalisasi

+∞
() = ∫−∞ *  dt

Sifat gelombang ada 2, yaitu:

1. Ortonormal

2. Ortogonal

Pada konteks ini kita menggunakan sifat gelombang yang ortonormal dimana nilai a=b = 1

𝐱𝟐
∫ 𝐚. 𝐛 𝐝𝐭
𝐱𝟏

𝟐𝛑
∫ 𝐁 ∗ (𝛟)𝐁(𝛟)𝐝(𝛟) = 𝟏
𝟎

𝟐𝛑
∫ [𝐀𝒆−𝒊𝒎𝛟 ][ 𝐀𝒆𝒊𝒎𝛟 ]𝐝(𝛟) = 𝟏
𝟎

𝟐𝛑
A2∫𝟎 𝐝(𝛟) = 𝟏

𝟏
A= ( 𝟐𝛑 )½

Sehingga kita memperoleh persamaan lengkap:

𝟏
B(𝛟) = ( 𝟐𝛑 )½ 𝒆𝒊𝒎𝛟 dimana m = 0, ±1, ±2, ±3, …. (17)

Nilai m inilah yang kemudian dikenal dengan bilangan kuantum magnetik.

6
7

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, Robert. A. 1987. Physical Chemistry. Cambridge:John Wiley & Sons, Inc

Atkins, P.W.1997. Kimia Fisik 3. Jakarta:Erlangga

Andrian Saputra. 2018. Gerak Rotasi dan Sistem Rigid Rotator. Bandarlampung

Anda mungkin juga menyukai