Anda di halaman 1dari 32

Kunci Jawaban

Ujian Tengah Semester

Semester I 2019/2020

Mata Kuliah : SI 3111 Analisis Struktur

Dosen : Patria Kusumaningrum

Hari : Senin, 7 Oktober 2019

Waktu : 150 menit (2,5 jam)

Sifat : Buka cheat sheet (tulisan tangan) 1 sisi A4 berisi rumus

Boleh menggunakan kalkulator

Petunjuk :

• Ikuti PETUNJUK PENGERJAAN untuk tiap-tiap soal.


• Tulis PROSEDUR PENGERJAAN dan ANGKA-ANGKA yang dihitung, jangan
hasilnya saja.
• Silahkan mengerjakan soal yang dirasa PALING MUDAH terlebih dahulu.
• Jika soal dianggap kurang lengkap, silahkan TULIS ASUMSI YANG DIGUNAKAN.
• Soal dan cheat sheet DIBERI NAMA dan DIKUMPUL BERSAMA dengan lembar
jawaban

Soal 1 (50%)

Cari perbandingan rasio beban P2 terhadap P1 sedemikian sehingga perpindahan vertikal


pada titik D sama dengan nol, dengan menggunakan asumsi x1=x2=x3=x, w=0, dan
menggunakan:
a) Metoda INTEGRASI GANDA
b) Metoda CONJUGATE BEAM
c) Metoda MOMEN AREA
d) Bandingkan hasil yang didapat dari (a), (b), dan (c) analisis hasil perbandingannya.

Soal 2 (50%)

Untuk gambar struktur rangka batang dibawah ini, hitung perpindahan vertikal di titik D
dengan:

a) Metoda VIRTUAL WORK


b) Metoda CASTIGLIANO
c) Bandingkan hasil yang diperoleh dari (a) dan (b) dan analisis hasil perbandingannya.

Diketahui luas area masing-masing elemen rangka batang A = 500 mm2 dengan modulu
young baja E = 200 GPa.
1a. Metoda Integrasi Ganda

Persamaan kurva elastis (lendutan) ditentukan dengan integral ganda

𝑀
𝑣 = ∫ ∫ ( ) 𝑑𝑥
𝐸𝐼

Kemiringan/Slope kurva elastis ditentukan dengan integral:

𝑑𝑣 𝑀
𝜃= = ∫ ( ) 𝑑𝑥
𝑑𝑥 𝐸𝐼

Pada setiap integrasi akan didapat konstanta yang nilainya ditentukan dari syarat batas
dan syarat kontunuitas. Syarat batas (Boundary Condition) dicari dengan meninjau titik pada
struktur dimana nilai lendutan atau slope diketahui. Syarat kontinuitas (continuity condition)
dengan meninjau kontinuitas dari struktur (contoh slope dan defleksi yang jika ditinjau dari
persamaan untuk bentang kiri dan kanan.

Mencari Gaya Dalam

∑𝑴𝑪 = 𝟎

(𝑉𝐴 × 2𝑥) − (𝑃1 × 𝑥) + (𝑃2 × 𝑥) = 0

𝑷𝟏 − 𝑷𝟐
𝑽𝑨 =
𝟐

∑𝑉 = 0

𝑉𝐴 + 𝑉𝐶 − 𝑃1 − 𝑃2 = 0

𝑉𝐶 = 𝑃𝐼 + 𝑃2 − 𝑉𝐴
𝑃1 − 𝑃2
𝑉𝐶 = 𝑃1 + 𝑃2 −
2

𝑷𝟏 + 𝟑𝑷𝟐
𝑽𝑪 =
𝟐

Persamaan Momen

Selanjutnya dicari persamaan momen dari koordinat z = 0 sampai 3x.

𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟎 ≤ 𝒛𝑰 ≤ 𝒙
∑𝑀 = 0
(𝑉𝐴 × 𝑧𝐼 ) − 𝑀 = 0
𝑀 = 𝑉𝐴 × 𝑧𝐼

𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒙 ≤ 𝒛𝑰𝑰 ≤ 𝟐𝒙
∑𝑀 = 0
(𝑉𝐴 × 𝑧𝐼𝐼 ) − (𝑃1 × (𝑧𝐼𝐼 − 𝑥)) − 𝑀 = 0
𝑃1 − 𝑃2
𝑀 = (𝑉𝐴 × 𝑧𝐼𝐼 ) − (𝑃1 × (𝑧𝐼𝐼 − 𝑥)) = ( × 𝑧𝐼𝐼 ) − (𝑃1 × 𝑧𝐼𝐼 ) + (𝑃1 × 𝑥)
2
−𝑃1 − 𝑃2
𝑀=( × 𝑧𝐼𝐼 ) + 𝑃1𝑥
2
𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟎 ≤ 𝒛𝑰𝑰𝑰 ≤ 𝒙
∑𝑀 = 0
𝑀 = −𝑃2. 𝑧𝐼𝐼𝐼

Persamaan Defleksi dan Rotasi

1. 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 0 ≤ 𝑧𝐼 ≤ 𝑥
𝐸𝐼𝜃1 = ∫ 𝑀 𝑑𝑧
𝐸𝐼𝜃1 = ∫ (𝑉𝐴 × 𝑧𝐼 ) 𝑑𝑧
𝑉𝐴 × 𝑧𝐼2
𝑬𝑰𝜽𝟏 = + 𝐶1 … (𝟏)
2

𝐸𝐼𝑣1 = ∫ ∫ 𝑀 𝑑𝑧
𝑉𝐴 × 𝑧𝐼2
𝐸𝐼𝑣1 = ∫ ( + 𝐶1) 𝑑𝑧
2
𝑉𝐴 × 𝑧𝐼3
𝑬𝑰𝒗𝟏 = + 𝐶1. 𝑧𝐼 + 𝐶2 … (𝟐)
6
2. 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 ≤ 𝑧𝐼𝐼 ≤ 2𝑥
𝐸𝐼𝜃1 = ∫ 𝑀 𝑑𝑧
−𝑃1 − 𝑃2
𝐸𝐼𝜃2 = ∫ (( × 𝑧𝐼𝐼 ) + 𝑃1𝑥) 𝑑𝑧
2
𝑃1 + 𝑃2
𝑬𝑰𝜽𝟐 = (− × 𝑧𝐼𝐼𝟐 ) + 𝑃1𝑥𝑧𝐼𝐼 + 𝐶3 … (𝟑)
4

𝐸𝐼𝑣1 = ∫ ∫ 𝑀 𝑑𝑧
𝑃1 + 𝑃2
𝐸𝐼𝑣2 = ∫ ((− × 𝑧𝐼𝐼𝟐 ) + 𝑃1𝑥𝑧𝐼𝐼 + 𝐶3) 𝑑𝑧
4
𝑃1 + 𝑃2 𝑃1. 𝑥 𝟐
𝑬𝑰𝒗𝟐 = (− × 𝑧𝐼𝐼𝟑 ) + . 𝑧𝐼𝐼 + 𝐶3. 𝑧𝐼𝐼 + 𝐶4 … (𝟒)
12 2
3. 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 0 ≤ 𝑧𝐼𝐼𝐼 ≤ 𝑥
𝐸𝐼𝜃3 = ∫ 𝑀 𝑑𝑧
𝐸𝐼𝜃3 = ∫ (−𝑃2. 𝑧𝐼𝐼𝐼 ) 𝑑𝑧
2
−𝑃2. 𝑧𝐼𝐼𝐼
𝑬𝑰𝜽𝟑 = + 𝐶5 … (𝟓)
2

𝐸𝐼𝑣3 = ∫ ∫ 𝑀 𝑑𝑧
2
−𝑃2. 𝑧𝐼𝐼𝐼
𝐸𝐼𝑣3 = ∫ ( + 𝐶5) 𝑑𝑧
2
3
−𝑃2. 𝑧𝐼𝐼𝐼
𝑬𝑰𝒗𝟑 = + 𝐶5. 𝑧𝐼𝐼𝐼 + 𝐶6 … (𝟔)
6
Boundary Condition

1. 𝑧𝐼 = 0 → 𝑣1 = 0

𝑉𝐴 × 𝑧𝐼3
𝐸𝐼𝑣1 = + 𝐶1𝑥 + 𝐶2
6
𝑉𝐴 × 0
𝐸𝐼 × 0 = + 𝐶1.0 + 𝐶2
6
𝑪𝟐 = 𝟎
2. 𝑧𝑖𝑖 = 2𝑥 → 𝑣2 = 0
𝑃1 + 𝑃2 𝑃1. 𝑥 𝟐
𝐸𝐼𝑣2 = (− × 𝑧𝐼𝐼𝟑 ) + . 𝑧𝐼𝐼 + 𝐶3. 𝑧𝐼𝐼 + 𝐶4
12 2
𝑃1 + 𝑃2 𝑃1. 𝑥
0 = (− × (𝟐𝒙)𝟑 ) + . (𝟐𝒙)𝟐 + 𝐶3. (2𝑥) + 𝐶4
12 2
𝑃1 + 𝑃2 𝑃1. 𝑥
0 = (− × 8𝑥 3 ) + . 4𝑥 2 + 𝐶3. (2𝑥) + 𝐶4
12 2
𝑃1 + 𝑃2
0 = (− × 2𝑥 3 ) + 𝑃1. 𝑥. 2𝑥 2 + 𝐶3. (2𝑥) + 𝐶4
3
(4𝑃1 − 2𝑃2) × 𝑥 3
0= + 𝐶3. (2𝑥) + 𝐶4
3
(𝟒𝑷𝟏 − 𝟐𝑷𝟐) × 𝒙𝟑
𝑪𝟒 = − − 𝑪𝟑. (𝟐𝒙)
𝟑
3. 𝑧1 = 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑧𝐼𝐼 = 𝑥 → 𝜃1 = 𝜃2
𝑉𝐴 × 𝑥 2 𝑃1 + 𝑃2
+ 𝐶1 = (− × 𝑥 2 ) + 𝑃1𝑥. 𝑥 + 𝐶3
2 4
(𝑃1 − 𝑃2) 2 𝑃1 + 𝑃2
. 𝑥 + 𝐶1 = (− × 𝑥 2 ) + 𝑃1𝑥. 𝑥 + 𝐶3
4 4
𝑷𝟏𝒙𝟐
𝑪𝟏 = + 𝑪𝟑
𝟐
4. 𝑧1 = 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑧𝐼𝐼 = 𝑥 → 𝑣1 = 𝑣2
𝑉𝐴 × 𝑥 3 𝑃1 + 𝑃2 𝑃1. 𝑥 𝟐
+ 𝐶1. 𝑥 = (− × 𝒙𝟑 ) + . 𝒙 + 𝐶3. 𝑥 + 𝐶4
6 12 2
(𝑃1 − 𝑃2) × 𝑥 3 𝑃1𝑥 2
+( + 𝐶3) . 𝑥
12 2
𝑃1 + 𝑃2 𝟑
𝑃1. 𝑥 𝟐 (𝟒𝑷𝟏 − 𝟐𝑷𝟐) × 𝒙𝟑
= (− ×𝒙 )+ . 𝒙 + 𝐶3. 𝑥 −
12 2 𝟑
− 𝑪𝟑. (𝟐𝒙)
3 2
−𝐶3.2𝑋 = 𝑃1𝑥 3 − 𝑃2𝑥 3
2 3
𝟑 𝟏
𝑪𝟑 = − 𝑷𝟏𝒙𝟐 + 𝑷𝟐𝒙𝟐
𝟒 𝟑
5. 𝑧𝐼𝐼𝐼 = 𝑥 → 𝑣3 = 0
3
−𝑃2. 𝑧𝐼𝐼𝐼
𝐸𝐼𝑣3 = + 𝐶5. 𝑧𝐼𝐼𝐼 + 𝐶6
6
−𝑃2. 𝑥 3
0= + 𝐶5. 𝑥 + 𝐶6
6
𝑃2. 𝑥 3
𝐶6 = − 𝐶5. 𝑥
6
6. 𝑧𝐼𝐼 = 2𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑧𝐼𝐼𝐼 = 𝑥 → 𝜃2 = −𝜃3
𝑃1 + 𝑃2 𝟐
−𝑃2. 𝑥 2
(− × (𝟐𝒙) ) + 𝑃1𝑥. 2𝑥 + 𝐶3 = − ( + 𝐶5)
4 2
3
𝐶5 = 𝑃2𝑥 2 − 𝑃1𝑥 2 − 𝐶3
2
3 3 1
𝐶5 = 𝑃2𝑥 2 − 𝑃1𝑥 2 − (− 𝑃1𝑥 2 + 𝑃2𝑥 2 )
2 4 3
𝟕 𝟏
𝑪𝟓 = 𝑷𝟐𝒙𝟐 − 𝑷𝟏𝒙𝟐
𝟔 𝟒
𝑃2. 𝑥 3 7 1
𝐶6 = − 𝑃2𝑥 2 + 𝑃1𝒙𝟐
6 6 4
𝟏
𝑪𝟔 = −𝑷𝟐𝒙𝟐 + 𝑷𝟏𝒙𝟐
𝟒
Mencari Perbandingan P1 dan P2
Karena ingin mencapai kondisi defleksi di titik D = 0 atau (𝑧𝐼𝐼𝐼 = 0)
−𝑃2.0 1
0= + 𝐶5.0 + −𝑃2𝑥 2 + 𝑃1𝑥 2
6 4
1
𝑃2𝑥 2 = 𝑃1𝑥 2
4
𝑷𝟏 = 𝟒𝑷𝟐
1b. Metoda Conjugate Beam

The Conjugate-beam Method adalah salah metode untuk menentukan besarnya putaran
sudut dan lendutan pada balok dan portal. Prinsip-prinsip metode ini adalah sebagai berikut.

”bidang momen yang terjadi pada real Beam (balok yang sebenarnya) dibagi dengan
faktor kekakuan dari balok (EI), diperlakukan sebagai beban pada Conjugate
Beam/balok fiktif”.

Untuk mengetahui besarnya deformasi yang terjadi pada Real beam, dapat diikuti ketentuan
sebagai berikut ini.

1. Putaran Sudut yang dibentuk oleh garis singgung pada suatu titik dari Real Beam
yang berdeformasi terhadap sumbu balok semula, besarnya sama dengan Gaya
Lintang yang terjadi pada titik/penampang yang sama dari Conjugate Beam.
2. Lendutan/Displacement yang terjadi pada suatu titik dari Real Beam yang
berdeformasi terhadap posisi semula, besarnya sama dengan Momen Lentur yang
terjadi pada titik/penampang yang sama dari Conjugate Beam.

Pada pengerjaan soal 1b ini, analisis akan dilakukan terpisah, yaitu terhadap P1 dan P2
(Prinsip Superposisi). Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menentukan besar momen
pada real beam yang menjadi beban pada conjugate beam (setelah dibagi dengan EI). Asumsi
yang diambil pada soal ini adalah EI di sepanjang balok memiliki nilai yang sama.

Catatan: Prinsip superposisi adalah total perpindahan atau gaya dalam di suatu titik pada
struktur yang menerima beberapa beban luar dapat dhitung dengan menjumlahkan perpindahan
atau gaya dalam yang diakibatkan oleh masing-masing beban luar tersebut yang bekerja secara
terpisah. Syarat melakukan superposisi adalah material berperilaku linear elastis dan tidak
mengalami perubahan geometri besar sewaktu beban bekerja.

Tinjau P1
Pertama-tama, kita perlu mencari reaksi perletakan VA dan VC dengan persamaan
kesetimbangan.

∑𝑭𝑿 = 𝟎; 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙

∑𝑴𝒄 = 𝟎
(𝑉𝐴 × 2𝑥) − (𝑃1 × 𝑥) = 0
𝑃1 × 𝑥 𝑃1
𝑉𝐴 = =
2𝑥 2

∑𝑭𝒀 = 𝟎
𝑉𝐴 + 𝑉𝐶 − 𝑃1 = 0
𝑃1 𝑃1
𝑉𝑐 = 𝑃1 − 𝑉𝐴 = 𝑃1 − =
2 2

Selanjutnya dicari persamaan momen dari koordinat z = 0 sampai 3x.

𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟎 ≤ 𝒛 ≤ 𝒙
∑𝑀 = 0
(𝑉𝐴 × 𝑧) − 𝑀 = 0
𝑃1 × 𝑧
𝑀 = 𝑉𝐴 × 𝑧 =
2
𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒙 ≤ 𝒛 ≤ 𝟐𝒙
∑𝑀 = 0
(𝑉𝐴 × 𝑧) − (𝑃1 × (𝑧 − 𝑥)) − 𝑀 = 0
𝑃1 × 𝑧
𝑀 = (𝑉𝐴 × 𝑧) − (𝑃1 × (𝑧 − 𝑥)) = − (𝑃1 × 𝑧) + (𝑃1 × 𝑥)
2
(𝑃1 × 𝑧)
𝑀 = (𝑃1 × 𝑥) −
2

𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟐𝒙 ≤ 𝒛 ≤ 𝟑𝒙
∑𝑀 = 0
(𝑉𝐴 × 𝑧) − (𝑃1 × (𝑧 − 𝑥)) + (𝑉𝐶 × (𝑧 − 2𝑥)) − 𝑀 = 0
𝑀 = (𝑉𝐴 × 𝑧) − (𝑃1 × (𝑧 − 𝑥)) + (𝑉𝐶 × (𝑧 − 2𝑥))
𝑃1 × 𝑧 𝑃1 × 𝑧
= − (𝑃1 × 𝑧) + (𝑃1 × 𝑥) + ( ) − (𝑃1 × 𝑥)
2 2
𝑀=0
Diagram momen untuk analisis P1 dapat digambarkan sebagai berikut.

Tinjau P2
Pertama-tama, kita perlu mencari reaksi perletakan VA dan VC dengan persamaan
kesetimbangan.

∑𝑭𝑿 = 𝟎; 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙

∑𝑴𝒄 = 𝟎
(𝑉𝐴 × 2𝑥) + (𝑃2 × 𝑥) = 0
−𝑃2 × 𝑥 𝑃2
𝑉𝐴 = =− = −0,5 𝑃2
2𝑥 2

∑𝑭𝒀 = 𝟎
𝑉𝐴 + 𝑉𝐶 − 𝑃2 = 0
𝑃2 3 × 𝑃2
𝑉𝑐 = 𝑃2 − 𝑉𝐴 = 𝑃2 + = = 1,5 𝑃2
2 2

Selanjutnya dicari persamaan momen dari koordinat z = 0 sampai 3x.

𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟎 ≤ 𝒛 ≤ 𝟐𝒙
∑𝑀 = 0
(𝑉𝐴 × 𝑧) − 𝑀 = 0
−𝑃2 × 𝑧
𝑀 = 𝑉𝐴 × 𝑧 = = −0,5 × 𝑃2 × 𝑧
2

𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟐𝒙 ≤ 𝒛 ≤ 𝟑𝒙
∑𝑀 = 0
(𝑉𝐴 × 𝑧) + (𝑉𝐶 × (𝑧 − 2𝑥)) − 𝑀 = 0
𝑀 = (𝑉𝐴 × 𝑧) + (𝑉𝐶 × (𝑧 − 2𝑥))
= −0,5𝑃2𝑧 + 1,5𝑃2𝑧 − 3𝑃2𝑥
𝑀 = (𝑃2 × 𝑧) − (3 × 𝑃2 × 𝑥)
Diagram momen untuk analisis P2 dapat digambarkan sebagai berikut.

Pada Struktur soal nomor 1, sebelumnya telah kita analisis secara terpisah untuk gaya P1
dan P2. Kemudian dapat kita gabungkan diagram momen yang telah kita dapatkan seperti
berikut.

Conjugate Beam

Momen yang ada pada Real Beam kemudian dijadikan beban (sesudah dibagi dengan EI)
pada conjugate beam. Perletakan pada real beam juga perlu dikonversi untuk menjadi
conjugate beam.
Real Beam Conjugate Beam
Pin (A) Pin
Int. Roller (B) Hinge
Free (D) Fixed

Kemudian dicari reaksi perletakan VA dengan meninjau momen di titik C (titik C


merupakan hinge maka nilai momennya nol) seperti pada freebody di bawah.

∑𝑀𝐶 = 0

1 𝑃1 × 𝑥 1 𝑃2 × 𝑥 1
−𝑉𝐴 × 2𝑥 − ( × × 2𝑥 × 𝑥) + ( × × 2𝑥 × × 2𝑥) = 0
2 2 × 𝐸𝐼 2 𝐸𝐼 3

2 × 𝑃2 × 𝑥 3 𝑃1 × 𝑥 3
𝑉𝐴 × 2𝑥 = −
3𝐸𝐼 2𝐸𝐼
𝑃2 × 𝑥 2 𝑃1 × 𝑥 2
𝑉𝐴 = −
3𝐸𝐼 4𝐸𝐼

Karena kita ingin mencari keadaan dimana titik D di Real Beam tidak mengalami
perpindahan vertikal, maka nilai momen di titik D pada conjugate beam harus dibuat sama
dengan nol.

∑𝑀𝐷 = 0

𝑃1 × 𝑥 1 𝑃2 × 𝑥 1 5
(𝑉𝐴 × 3𝑥) + ( × 2𝑥 × × 2𝑥) − ( × 2𝑥 × × 𝑥)
2𝐸𝐼 2 𝐸𝐼 2 3
𝑃2 × 𝑥 1 2
−( × 𝑥 × × 𝑥) − 𝑀𝐷 = 0
𝐸𝐼 2 3

𝑃1 × 𝑥 3 5𝑃2 × 𝑥 3 𝑃2 × 𝑥 3
(𝑉𝐴 × 3𝑥) + ( )−( )−( )=0
𝐸𝐼 3𝐸𝐼 3𝐸𝐼

𝑃2 × 𝑥 3 3 × 𝑃1 × 𝑥 3 𝑃1 × 𝑥 3 5𝑃2 × 𝑥 3 𝑃2 × 𝑥 3
( )−( )+( )−( )−( )=0
𝐸𝐼 4𝐸𝐼 𝐸𝐼 3𝐸𝐼 3𝐸𝐼

1 𝑃1 × 𝑥 3 𝑃2 × 𝑥 3
× =
4 𝐸𝐼 𝐸𝐼

𝑷𝟏 = 𝟒𝑷𝟐
1c. Moment Area Method

3 tahapan utama dalam menghitung dengan menggunakan metode momen area adalah
menggambar diagram momen, menggambar kurva elastis / elastic curve, dan menerapkan
teorema.

a. Menggambar diagram momen


Untuk mempermudah penggambaran diagram momen, maka penggambaran diagram
momen yang diakibatkan oleh P1 dan P2 digambar secara terpisah yang nantinya akan
digabung dengan menggunakan prinsip superposisi

P1

- Untuk memperoleh puncak diagram momen akibat P1


1. Mencari Reaksi Perletakan
Dikarenakan beban P1 berada ditengah-tengah beam antara Ra dan Rb, maka
dapat disimpulkan
𝑃1
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 =
2
2. Menghitung puncak momen
Sehingga,
𝑃1 𝑥
𝑀𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘1 = 𝑅𝐴 × 𝑥 =
2𝐸𝐼
- Untuk memperoleh puncak diagram momen akibat P2
𝑃2 𝑥
𝑀𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘2 = −𝑃2 × 𝑥 = −
𝐸𝐼
b. Menggambar kurva elastis
Objektif dari analisis ini adalah untuk mencari korelasi antara 𝑡𝐵/𝐴 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝐶/𝐴 . Dengan
menggunakan prinsip kesebangunan segitiga, maka
2𝑥 3𝑥
=
𝑡𝐶/𝐴 𝑡𝐷/𝐴
Atau
3
𝑡𝐷/𝐴 = 𝑡𝐶/𝐴
2
c. Menerapkan teorema
Untuk menghitung kedua parameter 𝑡𝐶/𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝐵/𝐴 , maka akan digunakan teorema 2
momen area
𝑌
𝑀
𝑡𝑋/𝑌 = 𝑥̅ ∫ 𝑑𝑥
𝑋 𝐸𝐼
Sehingga,
1 𝑃1 𝑥 2 1 𝑃2 𝑥 1 1 𝑃2 𝑥
𝑡𝐷/𝐴 = (2𝑥) ( × 2𝑥 × ) − ( 𝑥) ( × 𝑥 × ) − (𝑥 + × 2𝑥) ( × 2𝑥 × )
2 2𝐸𝐼 3 2 𝐸𝐼 3 2 𝐸𝐼
𝑃1 𝑥 3 2𝑃2 𝑥 3
𝑡𝐷/𝐴 = −
𝐸𝐼 𝐸𝐼
1 𝑃1 𝑥 1 1 𝑃2 𝑥
𝑡𝐶/𝐴 = 𝑥 ( × 2𝑥 × ) − ( × 2𝑥) ( × 2𝑥 × )
2 2𝐸𝐼 3 2 𝐸𝐼
𝑃1 𝑥 3 2𝑃2 𝑥 3
𝑡𝐶/𝐴 = −
2𝐸𝐼 3𝐸𝐼
Kembali ke persamaan awal
3
𝑡𝐷/𝐴 = 𝑡𝐶/𝐴
2
𝑃1 𝑥 3 2𝑃2 𝑥 3 3 𝑃1 𝑥 3 2𝑃2 𝑥 3
− = ( − )
𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 2𝐸𝐼 3𝐸𝐼
3
𝑃1 − 2𝑃2 = 𝑃 − 𝑃2
4 1
𝑷𝟏 = 𝟒𝑷𝟐
Kesimpulan: Untuk memperoleh perpindahan vertikal pada titik D sama dengan 0,
maka perbandingan antara P1 dan P2 adalah 1:4.

1.d Bandingkan hasil yang didapat dari (a), (b), dan (c) analisis hasil perbandingannya

Hasil (a) Conjugate Beam: 𝑃1 = 4𝑃2

Hasil (b) Conjugate Beam: 𝑃1 = 4𝑃2

Hasil (c) Moment Area: 𝑃1 = 4𝑃2

Pada umumnya, ketiga metode dapat dilakukan untuk menghitung permasalahan yang ditanya
dan menghasilkan jawaban yang benar pula. Hanya saja, ada metode yang lebih mudah dipakai
untuk meninjau soal tertentu dan ada juga metode yang lebih sulit dipakai untuk meninjau soal
tertentu

Integrasi Ganda:

+. Dapat meninjau defleksi/slope dari banyak titik sekaligus jika semua parameter persamaan
sudah terpenuhi.

-. Cukup sulit karena perlu mencari persamaan momen dan harus mengaplikasikan konsep
integral (akan sulit jika persamaan momen yang cukup kompleks)

Conjugate Beam:

+. Tidak perlu menggambarkan/membayangkan kurva elastik lendutan dari struktur


-. Perhitungan memerlukan alur yang cukup panjang karena harus mengubah bentuk struktur
ke dalam conjugate beam dan harus menghitung reaksi perletakan dari conjugate beam (Va`
dan Vb`)

Moment Area:

+. Sangat powerful untuk menyelesaikan perhitungan balok, terutama jika balok menerima
beban terpusat

-. Perlu menggambar illustrasi kurva elastis dari struktur yang dikenakan beban (biasanya ini
akan sulit jika beban yang diberikan beragam dan banyka)
2b. Metoda Virtual Work

Beban real:

Mencari reaksi perletakan:

Σ𝑀𝐸 = 0

𝑉𝐴 × 8 − 15 × 4 = 0

𝑽𝑨 = 𝟕. 𝟓 𝒌𝑵

Σ𝑉 = 0

7.5 − 15 − 20 + 𝑉𝐸 = 0

𝑽𝑬 = 𝟐𝟕. 𝟓 𝒌𝑵

Σ𝑀𝐴 = 0

15 × 4 + 20 × 8 − 27.5 × 8 + 𝐻𝐸 × 3 = 0

𝑯𝑬 = 𝟎 𝒌𝑵

Mencari gaya dalam seluruh batang:


Σ𝑉 = 0

𝑵𝑪𝑬 = 𝟐𝟕. 𝟓 𝒌𝑵

Σ𝐻 = 0

𝑵𝑫𝑬 = 𝟎 𝒌𝑵

Σ𝑉 = 0

3
27.5 − 20 + 𝑁𝐶𝐷 × =0
5

5
𝑁𝐶𝐷 = −7.5 ×
3

𝑵𝑪𝑫 = −𝟏𝟐. 𝟓 𝒌𝑵

Σ𝐻 = 0

4
𝑁𝐵𝐶 + 𝑁𝐶𝐷 × =0
5

𝑵𝑩𝑪 = 𝟏𝟎 𝒌𝑵

Σ𝐻 = 0

𝑵𝑨𝑩 = 𝟏𝟎 𝒌𝑵

Σ𝑉 = 0

𝑵𝑩𝑫 = 𝟏𝟓 𝒌𝑵
Σ𝑉 = 0

3
𝑁𝐴𝐷 × = −7.5
5

𝑵𝑨𝑫 = −𝟏𝟐. 𝟓 𝒌𝑵

Rekapitulasi gaya dalam beban real:

Beban Virtual:
Mencari reaksi perletakan:
Σ𝑀𝐸 = 0
1 × 4 − 𝑉𝐴 × 8 = 0
𝑽𝑨 = 𝟎. 𝟓 𝒌𝑵
Σ𝑉 = 0
𝑽𝑬 = 𝟎. 𝟓 𝒌𝑵
Σ𝑀𝐴 = 0
1 × 4 + 𝐻𝐸 × 3 − 0.5 × 8 = 0
𝑯𝑬 = 𝟎 𝒌𝑵
Mencari gaya dalam seluruh batang:

Σ𝑉 = 0

𝑵𝑪𝑬 = 𝟎. 𝟓𝒌𝑵

Σ𝐻 = 0

𝑵𝑫𝑬 = 𝟎 𝒌𝑵

Σ𝑉 = 0

3
0.5 + 𝑁𝐶𝐷 × =0
5

5
𝑁𝐶𝐷 = −0.5 ×
3

𝟓
𝑵𝑪𝑫 = − 𝒌𝑵
𝟔

Σ𝐻 = 0

4
𝑁𝐵𝐶 + 𝑁𝐶𝐷 × =0
5

𝟐
𝑵𝑩𝑪 = 𝒌𝑵
𝟑
Σ𝑉 = 0

𝑵𝑩𝑫 = 𝟎 𝒌𝑵

Σ𝐻 = 0

𝟐
𝑵𝑨𝑩 = 𝒌𝑵
𝟑

Σ𝑉 = 0

3
𝑁𝐴𝐷 × = −0.5
5

𝟓
𝑵𝑨𝑫 = − 𝒌𝑵
𝟔

Rekapitulasi gaya dalam beban virtual:

Tabulasi untuk menghitung perpindahan titik D:

Batang n N L nNL
AB 0.67 10 4 26.667
BC 0.67 10 4 26.667
AD -0.83 -12.5 5 52.083
CD -0.83 -12.5 5 52.083
CE 0.50 27.5 3 41.25
DE 0 0 4 0
BD 0 15 3 0
Total 198.750
𝑛𝑁𝐿
1×Δ=∑
𝐴𝐸
Σ𝑛𝑁𝐿 = 198.75 𝑘𝑁 2 𝑚
Karena AE untuk seluruh batang sama maka dapat dioperasikan di akhir.
198.75
ΔD =
500 × 10−6 𝑚2× 200 × 106 𝑘𝑁/𝑚2
ΔD = 1.9875 × 10−3 𝑚
𝚫𝐃 = 𝟏. 𝟗𝟖𝟕𝟓 𝒎𝒎
2b. Metoda Castigliano

Metoda Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan sistem linear-elastis


berdasarkan turunan parsial dari energi. Teorema Kedua Castigliano untuk perpindahan:

”Perpindahan suatu titik adalah sama dengan turunan parsial pertama dari energi
regangan pada struktur terhadap gaya yang bekerja di titik tersebut yang searah dengan
perpindahan”.

𝛿𝑁 𝐿
∆= ∑𝑁 ( )( )
𝛿𝑃 𝐴𝐸

• ∆ : Perpindahan joint pada rangka batang


• P : Gaya luar yang bekerja pada joint di arah ∆
• N : Gaya dalam pada elemen rangka batang akibat P dan beban-beban lainnya
• L, A, E : Properties elemen rangka batang

𝑏 = 7
𝑟 = 3
2𝑗 = 2 × 5 = 10
𝑏 + 𝑟 = 2𝑗
Maka statis tentu

𝐸 = 200 𝐺𝑃𝑎
𝐴 = 500 𝑚𝑚2

Pada soal ini ditanyakan perpindahan vertikal di titik D, oleh karena itu kita perlu
meletakkan gaya maya di titik D yang arahnya vertikal (Arah ke atas atau ke bawah sama saja)
seperti pada gambar di bawah ini.
Untuk memudahkan pengerjaan, ada baiknya dijabarkan panjang masing-masing elemen
untuk memudahkan pengerjaan selanjutnya, terutama ketika berhubungan dengan sudut arah
gaya.

Elemen Panjang (m)


AB 4
AD 5
BD 3
BC 4
CD 5
DE 4
EC 3

Selanjutnya, kita perlu mencari reaksi perletakan pada struktur dan gaya dalam masing
masing batang.

∑𝑯 = 𝟎

𝐻𝐸 = 0

∑𝑴𝑬 = 𝟎

(𝑉𝐴 × 8) − (15 × 4) − (𝑃 × 4) = 0

𝑉𝐴 = 7,5 + 0,5𝑃

∑𝑽 = 𝟎

𝑉𝐴 + 𝑉𝐸 − 15 − 20 − 𝑃 = 0

𝑉𝐸 = 35 + 𝑃 − 7,5 − 0,5𝑃 = 27,5 + 0,5𝑃

∑𝑴𝑨 = 𝟎 (𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒄𝒆𝒌𝒂𝒏)

(15 × 4) + (𝑃 × 4) + (20 × 8) − (27,5 + 0,5𝑃) × 8 = 0


60 + 4𝑃 + 160 − 220 − 4𝑃 = 0

0 = 0; 𝒐𝒌!

Untuk mencari gaya dalam masing-masing batang, akan digunakan metoda Joint.
Metoda potongan juga dapat dilakukan. Penggunaan metoda dibebaskan saja.

Joint A

∑𝑽 = 𝟎

3
𝑉𝐴 + 𝑁𝐴𝐷 × =0
5

3
7,5 + 0,5𝑃 = − 𝑁𝐴𝐷
5

5
− × (7,5 + 0,5𝑃) = 𝑁𝐴𝐷
3

5
𝑁𝐴𝐷 = (−12,5 − 𝑃) 𝑘𝑁
6

∑𝑯 = 𝟎

4
𝑁 + 𝑁𝐴𝐵 = 0
5 𝐴𝐷

4
𝑁𝐴𝐵 = − 𝑁𝐴𝐷
5

2
𝑁𝐴𝐵 = (10 + 𝑃) 𝑘𝑁
3
Joint B

∑𝑽 = 𝟎

𝑁𝐵𝐷 − 15 = 0

𝑁𝐵𝐷 = 15 𝑘𝑁

∑𝑯 = 𝟎

𝑁𝐴𝐵 − 𝑁𝐵𝐶 = 0

𝑁𝐵𝐶 = 𝑁𝐴𝐵

2
𝑁𝐵𝐶 = (10 + 𝑃) 𝑘𝑁
3

Joint C
∑𝑯 = 𝟎

4
𝑁𝐶𝐵 + 𝑁𝐶𝐷 × =0
5

5 5
𝑁𝐶𝐷 = (−𝑁𝐶𝐵 ) = (−12,5 − 𝑃) 𝑘𝑁
4 6

∑𝑽 = 𝟎

3
20 − 𝑁𝐶𝐸 − 𝑁𝐶𝐷 × =0
5

3
𝑁𝐶𝐸 = 20 − × 𝑁𝐶𝐷
5

3 5
𝑁𝐶𝐸 = 20 − × (−12,5 − 𝑃)
5 6

𝑁𝐶𝐸 = 20 + 7,5 + 0,5𝑃

𝑁𝐶𝐸 = 27,5 + 0,5𝑃

Joint E

∑𝑯 = 𝟎

𝑉𝐸𝐷 = 0
∑𝑽 = 𝟎

𝑉𝐸 − 𝑉𝐸𝐶 = 0

𝑉𝐸𝐶 = (27,5 + 0,5𝑃) 𝑘𝑁

Selanjutnya untuk mempermudah perhitungan, sebaiknya kita membuat tabel


perhitungan sebagai berikut.

𝜕𝑁 𝜕𝑁
Member N ( ) N (P=0) 𝑁. ( ) . 𝑙
𝜕𝑃 𝜕𝑃
2 2
AB (10 + 𝑃) 10
3 3 26,67
5 5
AD (−12,5 − 𝑃) − -12,5
6 6 52,083
BD 15 𝑘𝑁 0 15 0
2 2
BC (10 + 𝑃) 10
3 3 26,67
5 5
CD (−12,5 − 𝑃) − -12,5
6 6 52,083
DE 0 0 0 0
CE (27,5 + 0,5𝑃) 0,5 27,5 41,25
TOTAL 198,75

𝛿𝑁 𝐿
∆= ∑𝑁 ( )( )
𝛿𝑃 𝐴𝐸

198,75 𝑘𝑁. 𝑚
∆= = 0,0019875 𝑚
𝑘𝑁
(500 × 10−6 𝑚2 ) × (200 × 106 )
𝑚2

∆= 𝟏, 𝟗𝟖𝟕𝟓 𝒎𝒎

Catatan:

Apabila A dan E tidak sama untuk setiap batang, maka jangan dilakukan pembagian dengan A
(luas penampang) dan E (Modulus Elastisitas) di akhir.
2.c Bandingkan hasil yang diperoleh dari poin (a) dan (b) dan analisis hasil
perbandingannya.

Hasil jawaban dari poin (a): 1.9875 mm

Hasil jawaban dari poin (b): 1.9875 mm

Kedua metode (virtual work dan castigliano) menghasilkan nilai defleksi yang sama. Hal ini
dikarenakan pada umumnya kedua metode memiliki prinsip pengerjaan yang sama. Hanya saja,
untuk virual work, akan ditambahkan suatu beban tidak nyata sebesar satu satuan pada titik
yang akan ditinjau defleksinya yang menyebabkan perhitungan jauh lebih panjang (beban nyata
dan beban semu) dibandingkan dengan castigliano. Sedangkan metode castigliano,
perhitungan dilakukan secara langsung dengan nilai P pada titik yang akan ditinjau defleksinya
sehingga dalam konteks soal ini, perhitungan akan jauh lebih praktis dan cepat.

Anda mungkin juga menyukai