Anda di halaman 1dari 6

Universitas Pamulang Program Studi Matematika

PERTEMUAN 11
HOMOMORFISMA RING

A. Tujuan Pembelajaran

Dengan mempelajari materi perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa mampu:

1. Memahami pengertian Homomorfisma Ring


2. Membuktikan suatu pengaitan dari ring ke ring merupakan homomorfisma
3. Mengkasifikasikan jenis jenis homomorfisma berdasarkan jenis-jenis fungsinya.
4. Menemukan adanya homomorfisma dari dua buah ring.

B. Uraian Materi

Dalam teori grup, telah dipelajari tentang homomorfisma grup. Yaitu suatu
pemetaan yang mengawetkan operasi pada grup tersebut. Suatu pemetaan 𝜙 dari grup
〈𝐺1 ,∗1 〉 ke grup 〈𝐺2 ,∗2 〉 disebut homomorfisma jika 𝜙 (𝑎 ∗1 𝑏) = 𝜙 (𝑎) ∗2 𝜙(𝑏)
untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺1 . Dengan konsep yang serupa, dapat diterapkan pada ring.
Homomorfisma ring merupakan perluasan konsep dari homomorfisma grup.
Dalam homomorfisma grup hanya melibatkan satu operasi biner, sedangkan dalam
ring melibatkan dua operasi biner, maka homomorfisma ring didefinisikan sebagai
berikut:

Definisi 11.1 Diberikan ring 〈ℛ1 , +1 ,⋅1 〉 dan 〈ℛ2 , +2 ,⋅2 〉. pengaitan 𝜑 ∶ ℛ1 → ℛ2
disebut homomorfisma, jika 𝜑 merupakan pemetaan atau fungsi dan untuk setiap
𝑎, 𝑏 ∈ ℛ1 berlaku
𝜑(𝑎 +1 𝑏) = 𝜑(𝑎) +2 𝜑(𝑏) dan 𝜑(𝑎 ⋅1 𝑏) = 𝜑(𝑎) ⋅2 𝜑(𝑏).

Ada bebrapa jenis homomorfisma terkait sifat pemetaanya, yakni injektif,


surjektif, dan bijektif. Jika fungsi 𝜑 tersebut surjektif, maka 𝜑 disebut epimorfisma
dan dikatakan bahwa ℛ1 homomorfik dengan ℛ2 yang ditulis ℛ1 ≈ ℛ2 , serta ℛ2
disebut peta homomorpik dari ℛ1 . Jika pemetaan 𝜑 tersebut injektif, maka 𝜑 disebut
monomorfisma Jika pemetaan tersebut surjektif dan injektif maka 𝜑 disebut
isomorfisma dari ℛ1 ke ℛ2 . Jika ada suatu isomorfisma dari ring ℛ1 ke ring ℛ2 ,
maka dikatakan bahwa ℛ1 isomorfik dengan ℛ2 dan ditulis ℛ1 ≅ ℛ2 .

Aljabar Abstrak Lanjutan 75


Universitas Pamulang Program Studi Matematika

Homomorfisma dari suatu ring ℛ ke dirinya sendiri disebut endomorfisma.


Endomorfisma yang bijektif disebut automorfisma.
Contoh 11.1 Diberikan ring ℛ1 dan ℛ2 . Pemetaan 𝑓 ∶ ℛ1 → ℛ2 didefinisikan oleh
𝑓(𝑥) = 0ℛ2 , untuk setiap 𝑥 ℛ1 dan 0ℛ2 adalah elemen nol dari ℛ2 . Maka dapat
ditunjukkan bahwa 𝑓 suatu homomorfisma. Homomorfisma ini trivial dan disebut
homomorfisma nol.

Contoh 11.2 Misalkan ℛ suatu ring. Pemetaan 𝑔 ∶ ℛ → ℛ didefinisikan oleh


𝑔(𝑥) = 𝑥, untuk setiap 𝑥 ∈ ℛ. Maka dapat ditunjukkan bahwa 𝑔 suatu
automorfisma.

Contoh 11.3 ℤ adalah ring bilangan bulat terhadap penjumlahan dan perkalian biasa.
ℤ5 adalah ring bilangan bulat modulo 5 dengan penjumlahan modulo 5 dan perkalian
modulo 5. Pemetaan 𝑓 ∶ ℤ→ ℤ5 didefinisikan oleh 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥̂ = 𝑥 mod 5, untuk
setiap 𝑥 ℤ. Akan ditunjukkan bahwa 𝑓 suatu homomorfisma dari ℤ ke ℤ5 , sehingga
ℤ ≈ ℤ5 .

Ambil sembarang 𝑥, 𝑦 ∈ ℤ, maka 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥̂, 𝑓 (𝑦) = 𝑦̂, sehingga

𝑓(𝑥 + 𝑦) = 𝑥̂
+ 𝑦 = 𝑥̂ + 𝑦̂ = 𝑓(𝑥) + 𝑓(𝑦) dan 𝑓(𝑥𝑦) = 𝑥𝑦
̂ = 𝑥̂𝑦̂ = 𝑓(𝑥)𝑓(𝑦).
Jadi 𝑓 suatu homomorfisma.

Ambil sembarang 𝑎̂ ∈ ℤ5 , maka ada 𝑎 ∈ ℤ sedemikian hingga 𝑓(𝑎) = 𝑎̂.

Jadi 𝑓 suatu pemetaan surjektif. Sehingga 𝑓 suatu homomorfisma dari ℤ ke ℤ5 atau


ℤ ≈ ℤ5 .

Contoh 11.4 ℤ adalah ring bilangan bulat terhadap penjumlahan dan perkalian.
Misalkan 𝑛 suatu bilangan bulat positif yang lebih dari 1 dan 𝑁 adalah himpunan
semua bilangan bulat kelipatan 𝑛. 𝑁 adalah suatu ideal dari ℤ, sehingga ℤ⁄𝑁 , yaitu
himpunan semua coset dari 𝑁 dalam ℤ adalah suatu ring faktor dari ℤ oleh 𝑁. ℤ𝑛
adalah ring bilangan bulat modulo 𝑛, dengan penjumlahan dan perkalian modulo 𝑛.
Didefinisikan pemetaan

𝑔 ∶ ℤ⁄𝑁 → ℤ𝑛

𝑔(𝑁 + 𝑎) = 𝑎̂, ∀𝑁 + 𝑎 ∈ ℤ⁄𝑁

Aljabar Abstrak Lanjutan 76


Universitas Pamulang Program Studi Matematika

Akan ditunjukkan bahwa g suatu isomorfisma dari ℤ⁄𝑁 ke ℤ𝑛 , atau ℤ⁄𝑁 ≅ ℤ𝑛 .

Diambil sembarang 𝑁 + 𝑎, 𝑁 + 𝑏 ∈ ℤ⁄𝑁 , maka 𝑔(𝑁 + 𝑎) = 𝑎̂ dan 𝑔(𝑁 + 𝑏) = 𝑏̂,

sehingga 𝑔((𝑁 + 𝑎) + (𝑁 + 𝑏)) = 𝑔(𝑁 + (𝑎 + 𝑏))

= 𝑎̂
+𝑏

= 𝑎̂ + 𝑏̂

= 𝑔 (𝑁 + 𝑎 ) + 𝑔 ( 𝑁 + 𝑏 )

dan

𝑔((𝑁 + 𝑎)(𝑁 + 𝑏)) = 𝑔(𝑁 + (𝑎𝑏))

̂
= 𝑎𝑏

= 𝑎̂𝑏̂

= 𝑔(𝑁 + 𝑎)𝑔(𝑁 + 𝑏).

Jadi 𝑔 adalah suatu homomorfisma.

Ambil sembarang 𝑎̂ ∈ ℤ𝑛 , maka ada 𝑁 + 𝑎 ∈ ℤ⁄𝑁 , sedemikian hingga

𝑔(𝑁 + 𝑎) = 𝑎̂, maka 𝑔 adalah suatu pemetaan surjektif.

Ambil sembarang 𝑁 + 𝑎, 𝑁 + 𝑏 ∈ ℤ⁄𝑁, sedemikian hingga

𝑔 (𝑁 + 𝑎 ) = 𝑔 (𝑁 + 𝑏 )

yaitu 𝑎̂ = 𝑏̂, maka 𝑎 mod 𝑛 = 𝑏 mod 𝑛 berarti (𝑎 – 𝑏) ∈ 𝑁 sehingga 𝑁 + 𝑎 = 𝑁 +


𝑏. Hal ini berarti 𝑔 suatu pemetaaan injektif. Jadi g adalah suatu isomorfisma dari
ℤ⁄ ke ℤ , atau ℤ⁄ ≅ ℤ .
𝑁 𝑛 𝑁 𝑛

𝑎 𝑏 |
Contoh 11.5 𝑀 = {[ ] 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ}dengan penjumlahan dan perkalian matriks
0 𝑎
adalah suatu ring. ℝ adalah ring dari semua bilangan real.

𝑎 𝑏
Pemetaan 𝑓 ∶ 𝑀→ℝ didefinisikan oleh 𝑓 ([ ]) = 𝑎, untuk setiap
0 𝑎
𝑎 𝑏
matriks[ ] ∈ 𝑀.
0 𝑎

Akan ditunjukkan bahwa 𝑓 suatu homomorfisma dari 𝑀 ke ℝ.

Aljabar Abstrak Lanjutan 77


Universitas Pamulang Program Studi Matematika

𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑
Diambil sebarang [ ],[ ] ∈ 𝑀, maka 𝑓 ([ ]) = 𝑎 dan 𝑓 ([ ]) = 𝑐
0 𝑎 0 𝑐 0 𝑎 0 𝑐
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑎+𝑐 𝑏+𝑑
𝑓 ([ ]+[ ]) = 𝑓 ([ ])
0 𝑎 0 𝑐 0 𝑎+𝑐

= 𝑎 +𝑐

𝑎 𝑏 𝑐 𝑑
= 𝑓 ([ ]) + 𝑓 ([ ])
0 𝑎 0 𝑐
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑎𝑐 𝑎𝑑 + 𝑏𝑐
𝑓 ([ ][ ]) = 𝑓 ([ ])
0 𝑎 0 𝑐 0 𝑎𝑐

= 𝑎𝑐

𝑎 𝑏 𝑐 𝑑
= 𝑓 ([ ]) 𝑓 ([ ]) .
0 𝑎 0 𝑐

Jadi 𝑓 suatu homomorfisma.

𝑎 𝑏 𝑎 𝑏
Ambil 𝑎 ∈ ℝ, maka ada [ ] ∈ 𝑀, sedemikian hingga 𝑓 ([ ]) = 𝑎, sehingga
0 𝑎 0 𝑎
𝑓 suatu pemetaan surjektif. ■

Contoh 11.6 Diperhatikan 𝐾 adalah ring bilangan-bilangan kompleks dan 𝑀 adalah


ring matriks-matriks persegi berordo 2 yang elemen-elemennya bilangan real.

𝑎 𝑏
Pemetaan 𝑓 ∶ 𝐾 → 𝑀 didefinisikan oleh 𝑓(𝑎 + 𝑏𝑖 ) = [ ], untuk setiap (𝑎 +
−𝑏 𝑎
bi) ∈ 𝐾.

Akan ditunjukkan bahwa f suatu isomorfisma.

Ambil sembarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐾 dengan 𝑥 = 𝑎 + 𝑏𝑖 dan 𝑦 = 𝑐 + 𝑑𝑖, maka

𝑎 𝑏 𝑐 𝑑
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎 + 𝑏𝑖) = [ ] dan 𝑓(𝑦) = 𝑓(𝑐 + 𝑑𝑖) = [ ],
−𝑏 𝑎 −𝑑 𝑐

𝑓 (𝑥 + 𝑦) = 𝑓((𝑎 + 𝑏𝑖 ) + (𝑐 + 𝑑𝑖 ))

= 𝑓((𝑎 + 𝑐 ) + (𝑏 + 𝑑 )𝑖)

𝑎+𝑐 𝑏+𝑑
=[ ]
−𝑏 − 𝑑 𝑎+𝑐
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑
=[ ]+[ ]
−𝑏 𝑎 −𝑑 𝑐

= 𝑓(𝑥) + 𝑓(𝑦)

Aljabar Abstrak Lanjutan 78


Universitas Pamulang Program Studi Matematika

dan

𝑓 (𝑥𝑦) = 𝑓((𝑎 + 𝑏𝑖 )(𝑐 + 𝑑𝑖 ))

= 𝑓((𝑎𝑐 − 𝑏𝑑) + (𝑎𝑑 + 𝑏𝑐)𝑖)

𝑎𝑐 − 𝑏𝑑 𝑎𝑑 + 𝑏𝑐
= [ ]
−𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 𝑎𝑐 − 𝑏𝑑
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑
= [ ][ ]
−𝑏 𝑎 −𝑑 𝑐

= 𝑓(𝑥) 𝑓(𝑦).

Jadi 𝑓 suatu homomorfisma.

Akan dibutktikan pemetaan 𝑓 bersifat injektif, Jika 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐾 dengan


𝑥 = 𝑎 + 𝑏𝑖 dan 𝑦 = 𝑐 + 𝑑𝑖 sedemikian sehingga 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑦) maka

𝑓(𝑎 + 𝑏𝑖) = 𝑓(𝑐 + 𝑑𝑖)

𝑎 𝑏 𝑐 𝑑
[ ]=[ ]
−𝑏 𝑎 −𝑑 𝑐

Dengan demikian, diperoleh 𝑎 = 𝑐 dan 𝑏 = 𝑑, akibatnya 𝑎 + 𝑏𝑖 = 𝑐 + 𝑑𝑖 yang


berati 𝑥 = 𝑦.

𝑏𝑎
Selanjutnya 𝑓 surjektif, jika [ ] ∈ 𝑀, maka terdapat bilangan kompleks 𝑎 +
𝑎−𝑏
𝑎 𝑏
𝑏𝑖 sedemikian sehingga 𝑓(𝑎 + 𝑏𝑖) = [ ]. Jadi 𝑓 suatu isomorfisma dari 𝐾 ke
−𝑏 𝑎
𝑀 dan ditulis 𝐾 ≅ 𝑀.

C. Soal/Latihan/Tugas

1) Jika ℤ dan ℚ berturut-turut ring dari bilangan bulat dan ring dari bilangan
rasional terhadap operasi penjumlahan dan perkalian biasa, serta didefinisikan
pemetaan 𝑔 dari ring ℤ ke ℚ, sebagai berikut : ∀𝑎 ∈ ℤ, 𝑔(𝑎) = 2𝑎, maka apakah
𝑔 adalah suatu homomorfisma?
2) Diberikan pemetaan 𝑓 dari ring matriks 𝑀2 (ℤ) ke ℤ dengan definisi 𝑓 (𝐴) = det 𝐴
untuk setiap 𝐴 ∈ 𝑀2 (ℤ). Selidiki apakah merupakan homomorfima?

Aljabar Abstrak Lanjutan 79


Universitas Pamulang Program Studi Matematika

D. Kesimpulan

1. Diberikan ring 〈ℛ1 , +1 ,⋅1 〉 dan 〈ℛ2 , +2 ,⋅2 〉. pengaitan 𝜑 ∶ ℛ1 → ℛ2 disebut


homomorfisma, jika 𝜑 merupakan pemetaan atau fungsi dan untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈
ℛ1 berlaku
𝜑(𝑎 +1 𝑏) = 𝜑(𝑎) +2 𝜑(𝑏) dan 𝜑(𝑎 ⋅1 𝑏) = 𝜑(𝑎) ⋅2 𝜑(𝑏).
2. Jika fungsi 𝜑 tersebut surjektif, maka 𝜑 disebut epimorfisma
3. Jika pemetaan 𝜑 tersebut injektif, maka 𝜑 disebut monomorfisma
4. Jika pemetaan tersebut surjektif dan injektif maka 𝜑 disebut isomorfisma dari ℛ1
ke ℛ2 .
5. Jika ada suatu isomorfisma dari ring ℛ1 ke ring ℛ2 , maka dikatakan bahwa ℛ1
isomorfik dengan ℛ2 dan ditulis ℛ1 ≅ ℛ2 .
6. Homomorfisma dari suatu ring ℛ ke dirinya sendiri disebut endomorfisma.
7. Endomorfisma yang bijektif disebut automorfisma.

E. Referensi

Fraleigh, J. B. (2000). A FIrst Course In Abstract Algebra. America: addison Wesley


Longman Inc.

Gallian, J. A. (2017). Contemporary Abstract Algebra, Ninth Edition. Boston, USA:


Cengage Learning.

Sukirman. (2004). Struktur Aljabar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Suwilo, S. (2007). Aljabar Abstrak. (D. M. Utara, Ed.) Medan, Sumatera Utara,
Indonesia: USU Press Art Design, Publishing and Printing.

Wahyuni, S., Wijayanti, I. E., Yuwaningsih, D. A., & Hartanto, A. D. (2016). Teori Ring
dan Modul. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Aljabar Abstrak Lanjutan 80

Anda mungkin juga menyukai