Anda di halaman 1dari 17

Aljabar Abstrak

Dosen Pengampu:
Dr. Kristina Wijayanti, M.S.
Dr. Putriaji Hendikawati, S.si., M.Pd

Daerah Euclid
Kelompok 3:
• Lutfi Siva Faujiyah (0401522060)
• Yuningsih (0401522061)
• Ahmad Alfanio Raga Alwi (04015220)
• Dwi Dian Ditasari (04015220)
Definisi 9.1
Misalkan D suatu daerah integral.
Jika terdapat pemetaan d: D – {0} sifat:

1. Untuk setiap a, b berlaku d (a)


2. Untuk setiap a, b dengan b sehingga a = pb + q dengan q = 0 atau d (q) < d
(b),
Maka D disebut daerah Euclid.
Selanjutnya pemetaan d yang bersifat seperti diatas disebut pemetaan Euclid.
Contoh 9.1
1. < Z, +,.> Merupakan daerah integral
Didefinisikan pemetaan d: Z – {0} d (a) = , - {0}.
Bukti:
(i) Ambil a,b - {0} sebarang.
jelas yang berarti d (a) d (ab).
jadi, untuk setiap a, b - {0} berlaku d (a) d (ab).
Contoh 9.1
(ii) Ambil a, b dengan b 0.
Dengan algoritma pembagian bilangan bulat, terdapat p, q sehingga
a = bp +q denga q = 0 atau | q | < | b | .
Jadi untuk setiap a, b dengan b 0 terdapat p, q sehingga
a = bp + q dengan q = 0 atau d (q) < d (b).
Akibatnya, < Z, +,.> merupakan daerah Euclid.
Contoh 9.1
2. Misalkan suatu lapangan. Berarti daerah integral

Definisikan pemetaan dengan setiap

(i)Ambil sebarang. Jelas


Jadi untuk setiap berlaku .
(ii)Ambil dengan .
Karena lapangan dan di maka terdapat sehingga .
Jadi
Berarti terdapat di dan di sehingga
Akibatnya, untuk setiap dengan terdapat sehingga dengan atau
Jadi, F merupakan daerah Euclid.
Contoh 9.1
3. ℤ(𝑖) = {𝑎 + 𝑏𝑖 | 𝑎, 𝑏 ∈ } merupakan daerah integral.

Definisikan pemetaan 𝑑: ℤ(𝑖) {0} ⟶ ℕ dengan 𝑑( 𝑎 + 𝑏𝑖) = +

untuk setiap 𝑎 + 𝑏𝑖 ∈ ℤ(𝑖){0}.


Contoh 9.1
(i) Ambil 𝑥, 𝑦 ∈ (𝑖) {0} sebarang.
Berarti 𝑥 = 𝑝 + 𝑞𝑖 untuk suatu 𝑝, 𝑞 ∈ yang tidak bersama-sama nol dan
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑖 untuk suatu 𝑎, 𝑏 ∈ yang tidak bersama-sama nol.

Jelas, 𝑑(𝑥𝑦) =𝑑
= 𝑑((𝑎𝑝 - 𝑏𝑞) + (𝑎𝑞 + 𝑏𝑝) 𝑖)
= +
=+ – 2𝑎𝑝𝑏𝑞 + ( + + 2𝑎𝑝𝑏𝑞
= ((
= 𝑑(𝑥) 𝑑(𝑦)
Jadi, 𝑑(𝑥𝑦) = 𝑑(𝑥) 𝑑(𝑦).
Karena 𝑦 ∈ ℤ(𝑖) – {0} maka 𝑑(𝑦) ≥ 1 sehingga
𝑑(𝑥) ≤ 𝑑(𝑥) 𝑑(𝑦) = 𝑑(𝑥𝑦)
Akibatnya, untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ (𝑖) – {0} berlaku
𝑑(𝑥) ≤ 𝑑(𝑥) 𝑑(𝑦) = 𝑑(𝑥𝑦)
Contoh 9.1
ii. (a) Akan ditunjukkan: untuk setiap 𝑦 ∈ (𝑖) dan 𝑛 ∈ terdapat

𝑡, 𝑠 ∈ (𝑖) sedemikian sehingga 𝑦 = 𝑡𝑛 + 𝑠 dengan 𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑(𝑛).

Ambil 𝑦 ∈ (𝑖) dan 𝑛 ∈ sebarang.

Misalkan 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑖, 𝑡 = 𝑢 + 𝑣𝑖, 𝑠 = 𝑝 + 𝑞𝑖 sehingga

𝑦 = 𝑡𝑛 + 𝑠 dengan 𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑(𝑛).

Jelas 𝑦 = 𝑡𝑛 + 𝑠 ⇔ 𝑎 + 𝑏𝑖 = (𝑢 + 𝑣𝑖) 𝑛 + (𝑝 + 𝑞𝑖)

⇔ 𝑎 = 𝑢𝑛 + 𝑝 dan 𝑏 = 𝑣𝑛 + 𝑞.

Karena 𝑑(𝑠) < 𝑑(𝑛) maka < sehingga dapat dipilih

<dan < .
Contoh 9.1
Dengan algoritma pembagian bilangan bulat untuk 𝑎 ∈ dan 𝑛 ∈ terdapat
∈ sehingga 𝑎 = 𝑛 + dengan = 0 atau 0 < || < 𝑛.
Pandang 0 < || < 𝑛.
< <;
Jika | | ≤ maka < sehingga dengan memilih 𝑢 = dan
𝑝 = diperoleh 𝑎 = 𝑢𝑛 + 𝑝 dengan 𝑝 = 0 atau <
Jika < < 𝑛 maka < - 𝑛 < 0 sehingga < .
Dengan memilih 𝑢 = dan 𝑝 = diperoleh 𝑎 = 𝑢𝑛 + 𝑝 dengan 𝑝 = 0 atau <
Jika < < maka 0 < + 𝑛 < sehingga < .
Dengan memilih 𝑢 = dan 𝑝 = diperoleh 𝑎 = 𝑢𝑛 + 𝑝 dengan 𝑝 = 0 atau <
Jadi, untuk 𝑎 ∈ dan 𝑛 ∈ terdapat 𝑢 dan 𝑝 sehingga 𝑎 = 𝑢𝑛 + 𝑝 dengan 𝑝 = 0 atau <
Contoh 9.1
Dengan cara serupa untuk 𝑏 ∈ dan 𝑛 ∈ terdapat 𝑣 dan 𝑞 sehingga

𝑏 = 𝑣𝑛 + 𝑞 dengan 𝑞 = 0 atau <

Akibatnya untuk setiap 𝑦 ∈ (𝑖) dan 𝑛 ∈ terdapat 𝑡, 𝑠 ∈ (𝑖)

sedemikian sehingga 𝑦 = 𝑡𝑛 + 𝑠 dengan 𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑(𝑛).


Contoh 9.1
Dengan cara serupa untuk 𝑏 ∈ dan 𝑛 ∈ terdapat 𝑣 dan 𝑞 sehingga

𝑏 = 𝑣𝑛 + 𝑞 dengan 𝑞 = 0 atau <

Akibatnya untuk setiap 𝑦 ∈ (𝑖) dan 𝑛 ∈ terdapat 𝑡, 𝑠 ∈ (𝑖)

sedemikian sehingga 𝑦 = 𝑡𝑛 + 𝑠 dengan 𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑(𝑛).


Contoh 9.1
(b) Akan ditunjukkan untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ ℤ(𝑖) dengan 𝑥 ≠ 0 terdapat

𝑡, 𝑠 ∈ (𝑖) sedemikian sehingga 𝑦 = 𝑡𝑥 + 𝑠 dengan𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑(𝑥).

Ambil 𝑥, 𝑦 ∈ (𝑖) dengan 𝑥 ≠ 0. Jelas 𝑥∈

Dengan menggunakan hasil di atas untuk 𝑦 ∈ (𝑖) dan 𝑥 ∈ terdapat

𝑡, 𝑠 ∈ (𝑖) sedemikian sehingga 𝑦 = 𝑡 𝑥 + 𝑠 dengan

𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑( 𝑥 ).

Berarti 𝑠 = 𝑦 - 𝑡 𝑥 = (𝑦 – 𝑡𝑥) dengan 𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑( 𝑥).


Contoh 9.1
Jika 𝑠 ≠ 0 maka 𝑑(𝑠 < 𝑑(𝑥) sehingga 𝑑 ((𝑦 - 𝑡𝑥) ) < 𝑑 (𝑥 ).

Jelas 𝑑(𝑦 - 𝑡𝑥) 𝑑() < 𝑑(𝑥) 𝑑().

Karena 𝑑() > 0 maka 𝑑(𝑦 - 𝑡𝑥) < 𝑑(𝑥).

Jadi untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ ∈ (𝑖) dengan 𝑥 ≠ 0 terdapat 𝑡, 𝑠 ∈ ∈ (𝑖) sedemikian

sehingga 𝑦 = 𝑡𝑥 + 𝑠 dengan 𝑠 = 0 atau 𝑑(𝑠) < 𝑑(𝑥).

Jadi, ∈ (𝑖) daerah Euclid.


Teorema 9.1
Jika 𝐷 daerah Euclid maka 𝐷 daerah ideal utama.
Bukti.
Misalkan 𝐼 ideal dari 𝐷. Akan ditunjukkan 𝐼 ideal utama.

(i) Jika 𝐼 = {0} maka 𝐼 = (0) ideal utama.

(ii) Misalkan 𝐼 ≠ {0}.

Karena 𝐷 daerah Euclid maka terdapat pemetaan 𝑑: 𝐷 – {0} ⟶ ℕ dengan sifat:

1. untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐷 – {0} berlaku 𝑑(𝑎) ≤ 𝑑(𝑎𝑏),

2. untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐷 dengan 𝑏 ≠ 0 terdapat 𝑝, 𝑞 ∈ 𝐷 sehingga 𝑎 = 𝑝𝑏 + 𝑞


dengan 𝑞 = 0 atau 𝑑(𝑞) < 𝑑(𝑏).
Dibentuk 𝑈 = {𝑑(𝑎) | 𝑎 ∈ 𝐼 − {0}} ⊆ ℕ
Karena 𝐼 ≠ {0} maka terdapat 𝑦 ∈ 𝐼 dengan 𝑦 ≠ 0.
Berarti 𝑑(𝑦) ∈ 𝑈. Jadi 𝑈 ≠ ∅.
Karena 𝑈 himpunan bagian tak-kosong dari ℕ maka terdapat 𝑢o ∈ 𝑈
sedemikian
sehingga 𝑢o ≤ 𝑥 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑈.
Karena 𝑢o ∈ 𝑈 maka 𝑢o = 𝑑(𝑟o) untuk suatu 𝑟o ∈ 𝐼 − {0}.
Klaim: 𝐼 = (𝑟o)
Karena 𝐼 ideal D dan 𝑟o ∈ 𝐼 maka 𝑥𝑟o ∈ 𝐼 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷. Akibatnya (𝑟o) ⊆ 𝐼.
Ambil 𝑎 ∈ 𝐼 sebarang.
Menurut sifat 2 pemetaan 𝑑 untuk 𝑎, 𝑟o ∈ 𝐷 dengan 𝑟o ≠ 0 terdapat 𝑝, 𝑞 ∈ 𝐷
sehingga 𝑎 = 𝑝 𝑟o + 𝑞 dengan 𝑞 = 0 atau 𝑑(𝑞) < 𝑑(𝑟o).
Berarti 𝑞 = 𝑎 − 𝑝𝑟o. Karena 𝑎, 𝑟o ∈ 𝐼, 𝑝 ∈ 𝐷, dan 𝐼 ideal 𝐷 maka
𝑞 = 𝑎 − 𝑝𝑟o ∈ 𝐼.
Andaikan 𝑞 ≠ 0, maka 𝑑(𝑞) < 𝑑(𝑟o).
Kontradiksi dengan 𝑑(𝑟o) = 𝑢o ≤ 𝑥 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑈. Jadi haruslah 𝑞 = 0.
Akibatnya, 𝑎 = 𝑝𝑟o yakni 𝑎 ∈ (𝑟o).
Jadi, untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐼 berlaku 𝑎 ∈ (𝑟o).
Jadi, 𝐼 ⊆ (𝑟o).
Karena 𝐼 ⊆ (𝑟o) dan (𝑟o) ⊆ 𝐼 maka 𝐼 = (𝑟o) sehingga 𝐼 ideal utama.
Jadi, setiap ideal 𝐷 merupakan ideal utama. Akibatnya, 𝐷 daerah ideal utama.
Thank's For Attention

Anda mungkin juga menyukai