Dosen Pengampu :
Oleh :
Siska Mustikawati
NIM. 2084202018
5B1
2023
Materi I :
Tahapan dalam membangun sistem bilangan real dimulai dari suatu himpunan bilangan yang
anggotanya belum diketahui secara pasti dan belum ada aturn yang berlaku di dalamnya.
Kemudian di dalam himpunan ini diberikan dua operasi biner, yakni penjumlahan (+) dan
perkalian (.). Dengan dua operasi ini disusun beberapa aksioma pada bilangan R sbb (dikenal
sifat aljabar bilangan real ) :
Teorema-teorema :
Teorema 1.1
Bukti :
Dengan sifat ke-3 diperoleeh z = z + 0. Selanjutnya dengan sifat ke-4, terdapat (-a) sehingga a
+ (-a) = 0 Jadi :
𝑧 =𝑧+0
= 𝑧 + (𝑎 + (−𝑎))
= (𝑧 + 𝑎) + (−𝑎)
= 𝑎 + (−𝑎)
=0
Teorema 1.2
Bukti :
𝑢 = 𝑢. 1 (𝑆3)
1
= 𝑢 . (𝑏. (𝑏)) (𝑆4)
1
= (𝑢. 𝑏) (𝑏) (𝑆2)
1
= 𝑏. (𝑏) 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 𝑢. 𝑏 = 𝑏
= 1 (S4) Terbukti
Teorema 1.3
Bukti :
𝑎. 0 + 𝑎 = 𝑎. 0 + 𝑎. 1
= 𝑎. (0 + 1)(𝑠9)
= 𝑎. 1 (𝑠3)
=𝑎
Teorema 1.4
• (−1). 𝑎 = −𝑎
• −(−𝑎) = 𝑎
• (−1). (−1) = 1
Materi II
2) Definisi
Definisi 2.1
Jika 𝑎 ∈ 𝑃, kita katakan 𝑎 adalah bilangan positif (positif murni) dan kita tulis 𝑎 > 0,
jika 𝑎 ∈ 𝑃 ∪ {0}, kita katakan bahawa 𝑎 bilangan tak negatif dan kita tulis 𝑎 ≥ 0. Jika
−𝑎 ∈ 𝑃, kita katakan 𝑎 adalah bilangan negatif (negatif murni) dan kita tulis 𝑎 < 0,
jika −𝑎 ∈ 𝑃 ∪ {0} kita katakan 𝑎 bukan bilangan positif dan kita tulis 𝑎 ≤ 0.
Definisi 2.2
Misalkan 𝑎, 𝑏 adalah elemen-elemen di ℝ, maka:
i. 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃, maka 𝑎 > 𝑏 atau 𝑏 < 𝑎
ii. 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃, maka 𝑎 > 𝑏 atau 𝑏 < 𝑎
Notasi 𝑎 < 𝑏 < 𝑐 bearti 𝑎, 𝑏 dan 𝑏 < 𝑐. Demikian juga 𝑎 ≤ 𝑐 dan 𝑏 < 𝑑 maka 𝑎 ≤
𝑏 < 𝑑.
3) Teorema-teorema
▪ Teorema 1
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 adalah elemen di ℝ, maka
a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka 𝑎 > 𝑐
b) Tepat satu pernyataan berikut terpenuhi : 𝑎 > 𝑏, 𝑎 = 𝑏, 𝑎 < 𝑏
c) Jika 𝑎 ≥ 𝑏 dan 𝑏 ≥ 𝑎 maka 𝑎 = 𝑏
Bukti:
a) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃, maka menurut teeorema 2.2.1 (i)
(𝑎 − 𝑏) + (𝑏 − 𝑐) = 𝑎 − 𝑐 ∈ 𝑃. Jadi 𝑎 > 𝑐
b) Menurut sifat trikotomi, maka tepat satu pernyataakn berikut terprnuhi
:
𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃, 𝑎 − 𝑏 = 0, −(𝑎 − 𝑏) = 𝑏 − 𝑎 ∈ 𝑃
c) Jika 𝑎 ≠ 𝑏 maka 𝑎 − 𝑏 ≠ 0, maka menurut (b) kita punya 𝑎 − 𝑏 atau
𝑏 − 𝑎 ∈ 𝑃, yakni 𝑎 > 𝑏 atau 𝑏 > 𝑎 dalam kedua kasus bertentangan
dengan hipotesis, jadi haruslah 𝑎 = 𝑏
▪ Teorema 2
a) Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 ≠ 0 maka 𝑎2 > 0
b) 1 > 0
c) Jika 𝑛 ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0
Bukti
a) Dengan sifat trikotomi juga ≠ 0, maka 𝑎 ∈ 𝑃 atau −𝑎 ∈ 𝑃, jika 𝑎 ∈ 𝑃
maka dengan 2.2.1 (ii) kita punya 𝑎2 = 𝑎, 𝑎 ∈ 𝑃. Dengan cara yang
sama, jika −𝑎 ∈ 𝑃 maka (−𝑎). (−𝑎) ∈ 𝑃. Jadi (−𝑎)(−𝑎) =
((−1)𝑎) = (−1)(−1). 𝑎2
Jadi kita simpulkan jika 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎2 > 0
b) Karena 1 = (1)2 , maka dengan (𝑎) dipunyai 1 > 0
c) Dengan induksi matematika, dari (b) 1 ∈ 𝑃, asumsikan 𝑘 ∈ 𝑃, karena
1 ∈ 𝑃, maka 𝑘 + 1 ∈ 𝑃, kita simpulkan jika ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0
▪ Teorema 3
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 adalah elemen-elemen dari ℝ, maka :
a) Jika 𝑎 > 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐
b) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 𝑑 maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑑
c) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏.
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
1
d) Jika 𝑎 > 0, maka 𝑎 > 0
1
Jika 𝑎 < 0, maka 𝑎 > 0
Bukti
a) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 maka(𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑐) = 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃. Jadi 𝑎 + 𝑐 >
𝑏 + 𝑐.
b) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑐 − 𝑑 ∈ 𝑃 maka (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 − 𝑑) = (𝑎 − 𝑏) +
(𝑐 − 𝑑) ∈ 𝑃
c) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan 𝑐 ∈ 𝑃, maka 𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 = 𝑐(𝑎 − 𝑏) ∈ 𝑃. Jadi 𝑐𝑎 >
𝑐𝑏 jika 𝑐 > 0
Sebaliknya jika 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑃 dan −𝑐 ∈ 𝑃, maka 𝑐𝑏 − 𝑐𝑎 =
(−𝑐)(𝑎 − 𝑏) ∈ 𝑃. Jadi 𝑐𝑏 > 𝑐𝑎 jika 𝑐 < 0
1
d) Jika 𝑎 > 0, maka 𝑎 ≠ 0 (dengan sifat trikotomi), menurut 2.1.6 (a) 𝑎 ≠
0.
1 1
Jika 𝑎 < 0, maka menurut ( c ) dengan 𝑐 = 𝑎 menyebabkan 1 =
1 1
𝑎 (𝑎) < 0. Hal ini kontradiksi dengan 2.2.5 (b). Haruslah 𝑎 > 0.
1
Dengan cara yang sama jika 𝑎 < 0 maka kemungkinan 𝑎 > 0 akn
1
menghasilkan suatu kontradiksi 1 = 𝑎 (𝑎) < 0
▪ Teorema 4
1
Jika 𝑎 dan 𝑏 di ℝ dan jika 𝑎 < 𝑏, maka 𝑎, 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
Bukti:
𝑎 < 𝑏 → 𝑎 + 𝑎 < 𝑎 + 𝑏 → 2𝑎 < 𝑎 + 𝑏 … . . (1)
𝑎 < 𝑏 → 𝑎 + 𝑏 < 𝑏 + 𝑏 → 𝑎 + 𝑏 < 2𝑏 … . . (2)
Maka diperoleh:
1
2𝑎 < 𝑎 + 𝑏 < 2𝑏 ( dikalikan 2)
1
𝑎< (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
2
▪ Teorema 5
1
Jika 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑏 > 0 maka 0 < 2 𝑏 < 𝑏
Bukti:
Kita ambil dari teorema 2.2.7
1
𝑎< (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
2
1
Ambilah 𝑎 = 0 maka 0 < 2 𝑏 < 𝑏
▪ Teorema 6
Jika 𝑎 ∈ ℝ sedemikian sehingga 𝑎 ≤ 𝑎 < 𝑎 ∈ untuk setiap ∈> 0, maka 𝑎 = 0
Bukti:
Misalkan dengan kontradiksi yakni 𝑎 > 0. Maka dengan akibat 2.2.8 kita
1 1
punyai 0 < 2 𝑎 < 𝑎. Sekarang dengan mengambil ∈0 = 2 𝑎, maka kita punya
𝑎, ∈0 < 0. Ini bertentangan dengan 𝑎 <∈ utuk setiap ∈> 0. Jadi haruslah 𝑎 =
0.
▪ Teorema 7
Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ , dan misalkan 𝑎−∈< 𝑏 untuk setiap ∈> 0 maka 𝑎 ≤ 𝑏
Bukti:
1
Misalkan dengan kontradiksi jika 𝑏 < 𝑎 dan ambil ∈0 = 2 (𝑎 − 𝑏). Maka ∈0 >
1 1 1 1 1 1
0, sehingga 2 𝑏 < 2 𝑎 ↔ 𝑏 − 2 𝑏 < 𝑎 − 2 𝑎 ↔ 𝑏 < 𝑎 − 2 𝑎 + 2 𝑏 ↔ 𝑏 < 𝑎 −
1
(𝑎 − 𝑏)
2
▪ Teorema 8
Jika 𝑎𝑏 > 0 maka
i. 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0
ii. 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0
Bukti:
Untuk 𝑎 = 0 maka 𝑎𝑏 = 0, bearti 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0. Sifat trikotomi 𝑎 ≠ 0
maka 𝑎 > 0 atau 𝑎<0
▪ Teorema 9
1
Jika 𝑎 dan 𝑏 bilangan real positif , maka rata-rata aritmatika adalah 2 (𝑎 + 𝑏)
▪ Teorema 10
Misalkan 𝑎 ≥ 0 dan 𝑏 ≥ 0, maka
𝑎 < 𝑏 ↔ 𝑎2 < 𝑏 2 ↔ √𝑎 < √𝑏
Bukti:
𝑎 ≥ 0, artinya 𝑎 = 0 atau 𝑎 > 0
i. 𝑎 = 0 maka berlaku 𝑏 2 > 0 ↔ √𝑏 > 0
ii. 𝑎 > 0, 𝑏 > 0 maka 𝑎 + 𝑏 > 0
𝑎2 < 𝑏 2 ↔ 𝑎 < 𝑏
Diketahui 𝑎2 < 𝑏 2 maka 𝑎2 − 𝑏 2 < 0
𝑎2 − 𝑏 2 = (𝑎 + 𝑏)(𝑎 − 𝑏) < 0, karena 𝑎 + 𝑏 > 0 maka haruslah 𝑎 −
𝑏 < 0 atau 𝑎 < 𝑏.
Diketahui 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 − 𝑏 < 0.
𝑎2 − 𝑏 2 = (𝑎 + 𝑏)(𝑎 − 𝑏) < 0. Atau 𝑎2 − 𝑏 2 < 0 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎2 < 𝑏 2 .
𝑎 < 𝑏 ↔ √𝑎 < √𝑏
▪ Ketidaksamaan Bernoully
Jika 𝑥 > −1 maka ∀𝑛 𝜖 ℕ berlaku (1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥
Bukti:
Induksi Matematika
Untuk 𝑛 = 1, maka (1 + 𝑥)1 = 1 + 𝑥, dan 1 + 1. 𝑥 = 1 + 𝑥. Maka
(1 + 𝑥)𝑛 = 1 + 𝑛𝑥.
Asumsikan berlaku untuk 𝑛 = 𝑘, yaitu (1 + 𝑥)𝑘 ≥ 1 + 𝑘𝑥
Akan dibuktikan berlaku benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1
(1 + 𝑥)𝑘+1 = (1 + 𝑥)𝑘 (1 + x) ≥ (1 + kx)(1 + x)
= 1 +x + kx +𝑘𝑥 2
= 1 + ( k + 1 ) x + 𝑘𝑥 2 > 1 + ( k + 1 )x
Materi III
NILAI MUTLAK
Definisi 1
𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑎 > 0
|a| ={ 0 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑎 = 0 }
−𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑎 < 0
Contoh :
|3 | = 3
|0| = 0
|-3| = -(-3) = 3
Teorema 1.1
Definisi 2
d(a,b) = |a-b|
Untuk b = 0 , d(a,0) = |a-0| = |a| diiterpretasikan sebagai jarak a terhadap titik asal 0.
Teorema 1.2
Ketidaksamaan Segitiga
Teorema 1.3
Contoh Soal
Materi IV
a) Himpunan 𝑆 dikatakan terbatas ke atas (bounded above) jika terdapat suatu bilangan
𝑢 ∈ ℝ sedemikian hingga 𝑠 ≤ 𝑢 untuk semua 𝑠 ∈ 𝑆. Setiap bilangan 𝑢 seperti ini
disebut dengan batas atas (upper bound) dari 𝑆.
b) Himpunan 𝑆 dikatakan terbatas ke bawah (bounded below) jika terdapat suatu
bilangan 𝑤 ∈ ℝ sedemikian hingga 𝑤 ≤ 𝑠 untuk semua 𝑠 ∈ 𝑆. Setiap bilangan 𝑤
seperti ini disebut dengan batas bawah (lower bound) dari 𝑆.
c) Suatu himpunan dikatakan terbatas (bounded) jika terbatas ke atas dan terbatas ke
bawah. Jika tidak, maka dikatakan tidak terbatas (unbounded).
Sebagai contoh, himpunan 𝑆 ≔ {𝑥𝜖ℝ: 𝑥 < 2} ini terbatas ke atas, sebab bilangan 2 dan
sebarang bilangan lebih dari 2 merupakan batas atas dari S. Himpunan ini tidak mempunyai
batas bawah, jadi himpunan ini tidak terbatas ke bawah. Jadi, S merupakan himpunan yang
tidak terbatas.
Lemma 1.3.3
Suatu bilangan u merupakan supremum dari subset tak kosong 𝑆 ⊂ ℝ jika dan hanya jika 𝑢
memenuhi kondisi berikut:
1) 𝑠 ≤ 𝑢 untuk semua 𝑠 ∈ 𝑆,
2) Jika 𝑣 < 𝑢, maka terdapat 𝑠′ ∈ 𝑆 sedemikian hingga 𝑣 < 𝑠′ .
Lemma 1.3.4
a) 𝑢 = sup 𝑆 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑠1 ∈ 𝑆 sedemikian hingga
𝑢 − 𝜀 < 𝑠1
b) 𝑤 = inf 𝑆 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑠2 ∈ 𝑆 sedemikian hingga
𝑢 − 𝜀 < 𝑠2 .
Sifat Lengkap ℝ
Akan ditunjukkan bahwa subset tak kosong ℝ yang terbatas ke atas pasti mempunyai batas
atas terkecil. Sifat seperti ini disebut Sifat Lengkap ℝ . Sifat Lengkap juga sering disebut
dengan Aksioma Supremum ℝ.
1.3.6. Sifat Lengkap ℝ Jika subset tak kosong 𝑆 ⊂ ℝ terbatas ke atas, maka supremumnya
ada, yaitu terdapat 𝑢 ∈ ℝ sedemikian hingga 𝑢 = sup 𝑆.
Akibat 1.3.7. Jika subset tak kosong 𝑆 ⊂ ℝ terbatas ke bawah, maka infimumnya ada, yaitu
terdapat 𝑤 ∈ ℝ sedemikian hingga 𝑤 = inf 𝑆.
Contoh :
a) Jika suatu himpunan tak kosong 𝑆1 mempunyai elemen sebanyak berhingga, maka
dapat dilihat bahwa 𝑆1 mempunyai elemen terbesar, namakan 𝑢, dan elemen terkecil
namakan 𝑤. Maka 𝑢 = sup 𝑆1 dan 𝑤 = inf 𝑆1 , dan keduanya merupakan elemen 𝑆1.
b) Himpunan 𝑆2 ≔ {𝑥: 0 ≤ 𝑥 ≤ 1} mempunyai batas atas 1. Akan dibuktikan bahwa
1 merupakan supremumnya. Jika 𝑣 < 1, maka terdapat 𝑠′ ∈ 𝑆2 sedemikian hingga
𝑣 < 𝑠′. Oleh karena itu, 𝑣 bukan merupakan batas atas 𝑆2 dan karena 𝑣 merupakan
sebarang 𝑣 < 1, maka dapat disimpulkan bahwa sup 𝑆2 = 1. Dengan cara yang sama
dapat ditunjukkan bahwa inf 𝑆2 = 0.
Materi V
Teorema 1.4.1
Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas ke atas dan sebarang 𝑎 ∈ ℝ. Didefinisikan
himpunan 𝑎 + 𝑠 ≔ {𝑎 + 𝑠: 𝑠 ∈ 𝑆}, maka berlaku sup(𝑎 + 𝑆) = 𝑎 + sup(𝑆)
Bukti:
Teorema 1.4.2
Diberikan subset tak kosong 𝑆⊂ R yang terbatas dan sebarang bilangan real 𝑎 > 0,
Didefinisikan himpunan 𝑎𝑆 ≔ {𝑎𝑠: 𝑠 ∈ 𝑆}, maka berlaku inf(𝑎𝑆) = 𝑎 inf(𝑆)
Bukti:
𝑢 = inf 𝑎𝑆 𝑑𝑎𝑛 𝑣 = inf 𝑆 Akan dibuktikan bahwa 𝑢 = 𝑎𝑣. Karena 𝑢 = inf 𝑎𝑆 , maka 𝑢 ≤ 𝑎𝑆,
untuk setiap 𝑠 ∈ 𝑆. Karena 𝑣 = inf 𝑆, maka 𝑣 ≤ 𝑠 untuk setiap 𝑠 ∈ 𝑆.
𝑢
Karena 𝑣 = inf 𝑆, maka 𝑎 ≤ 𝑣 yang berakibat 𝑢 ≤ 𝑎𝑣.
Di lain pihak diketahui 𝑎𝑣 ≤ 𝑢. Akibatnya 𝑢 = 𝑎𝑣. Jadi, terbukti bahwa inf(𝑎𝑆) = 𝑎 inf(𝑆)
Teorema 1.4.3
Jika 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝐵 subset tak kosong ℝ dan memenuhi 𝑎 ≤ 𝑏 untuk semua 𝑎 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ∈ 𝐵 , maka
sup 𝐴 ≤ inf 𝐵 .
Bukti:
Contoh Soal:
Jawaban : Anggota A
Batas Bawah Batas atas
𝜀
5-𝜀 a𝜀
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
2. Buktikan supremum dari humpunan 𝐴 {𝑥 ∈ ℝ : −1 < 𝑥 ≤ 5 } adalah 5!
Anggota A
Jawaban:
Batas Bawah Batas atas
𝜀
5-𝜀 a𝜀
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Supremum
Jawaban:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 . . .