Anda di halaman 1dari 7

AKSIOMA URUTAN BILANGAN REAL

RESUME
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Matakuliah Analisis Real
Dosen pengampu : Dra. Juariah, M.Pd
Hamdan Sugilar, M.Pd

Disusun oleh :

Leili Solihatunnisa (1162050052)


VB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
AKSIOMA URUTAN BILANGAN REAL

Pada sistem bilangan real dikenal relasi urutan. Relasi urutan ini berkaitan
dengan aspek positifitas dan ketaksamaan antara dua buah bilangan real. Sifat-
sifat urutan ini akan banyak kita gunakan ketika mencari solusi pertidaksamaan di
bilangan real (Sumanag Mukhtar: 2010). Sifat urutan menjelaskan tentang
kepositifan (positivity) dan ketaksamaan (inequalities) di antara bilangan-bilangan
real. (Zaki Riyanto: 2011).

Definisi: Bilangan real x dikatakan positif, ditulis x > 0, apabila terdapat


bilangan asli N sedemikian sehingga untuk setiap barisan Cauchy (xk) yang
mewakili x terdapat m sedemikian sehingga xk ≥ 1/N Untuk setiapk ≥ m.
Bilangan real x dikatakannegatif, ditulis x < 0, Apabila –x > 0. (Hendra
Gunawan: 2015)

ILUSTRASI BILANGAN REAL POSITIF

(Hendra Gunawan: 2015)


Sifat 1.4 (Sifat Kepositifan). Terdapat himpunan bagian tak kosong dari R ,
yang dinamakan himpunan bilangan real positif R+ , yang memenuhi sifat-sifat
a. Jika a,b ∈ R+ maka a + b ∈ R+ .
b. Jika a,b ∈ R+ maka a × b ∈ R+ .
c. Jika a ∈ R maka salah satu diantara tiga hal, yaitu a ∈ R+ , a = 0 , dan
-a ∈ R+ , pasti terpenuhi.

Sifat 1.4.c. disebut juga sebagai sifat Trichotomy.


Sifat ini mengatakan bahwa R dibangun oleh tiga buah himpunan yang
disjoin. Tiga buah himpunan tersebut adalah himpunan {−𝑎 : 𝑎 ∈ R+} yang
merupakan himpunan bilangan real negatif, himpunan {0} , dan himpunan
bilangan real positif R+ . Himpunan {−𝑎 : 𝑎 ∈ R+} bisa juga dituliskan dengan
 R- . (Bambang Hendriya, dkk: 2011)

 Jika 𝑎 ∈ R+ maka 𝑎 > 0 dan a dikatakan sebagai bilangan real


positif.
 Jika 𝑎 ∈ R+ ∪ {𝟎} maka 𝑎 > 0 dan a dikatakan sebagai bilangan real
nonnegative.
 Jika 𝑎 ∈ R- maka 𝑎 < 0 dan a dikatakan sebagai bilangan real
negative.
 Jika 𝑎 ∈ R- ∪ {𝟎} maka 𝑎 ≤ 0 dan a dikatakan sebagai bilangan real
nonpositif.

Definisi 1.5. Misalkan a,b ∈ R .


a. Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ R+ maka a > b atau b < a .

b. Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ R+U{0} maka a ≥b atau b ≤ a .


Teorema 1.6. Misalkan a,b, c ∈ R .
a. Jika a > b dan b > c maka a > c .
b. Jika a > b maka a + c > b + c .
c. Jika a > b dan c > 0 maka ac > bc . Jika a > b dan c < 0 maka ac < bc .
d. Jika ab > 0 maka a > 0 dan b > 0, atau a < 0 dan b < 0.
e. Jika ab < 0 maka a > 0 dan b < 0, atau a < 0 dan b > 0. (Bambang
Hendriya: 2011)
Bukti:
a. Diketahui a > b dan b> a, b, c ∈ ℝ. Karena a > b , maka a b − ∈P .
Karena b > c , maka b - c ∈ P . Menurut sifat urutan, maka a b + ∈P ,
sehingga diperoleh:
(a – b) + (b – c) ∈ P ↔ 𝑎 − 𝑏 + 𝑏 − 𝜖𝑃
↔ (𝑎 − 𝑐) + (−𝑏 + 𝑏)𝜖𝑃
↔ (𝑎 − 𝑐) + 0 𝜖 𝑃
↔𝑎−𝑐 ∈𝑃
↔𝑎−𝑐 ∈𝑃

b. Jika a -b ∈P , maka (a+ c )- (b-c ) = a-b∈P . Sehingga diperoleh bahwa


a + c < b + c.
c. Jika a- b ∈P dan c∈P, maka ( ) ca – cb = c (a – b) ∈P. Akibatnya ca>
cb untuk c > 0 . (Zaki Riyanto: 2011)

Teorema 1.7. Jika a∈R dan 0 ≤ a <𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0 maka a = 0 .
1
Bukti. Andaikan a > 0 . Pilih 𝜀 = 𝑎. Kita peroleh 0 <𝜀 < a . Pernyataan ini
2

kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 ≤ a <𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0 . Dengan


demikian, haruslah bahwa a = 0 . (Bambang Hendriya, dkk: 2011)
Teorema 1.1.8.

a. Jika a ∈ ℝ dan 0 ≠a , maka a2 > 0 .


b. 1 > 0 .
c. Jika n ∈ ℕ, maka n > 0. (Zaki Riyanto: 2011)

𝑎+𝑏
Teorema 1.1.9. Jika a, b ∈ ℝ dan a < b , maka 𝑎 < 𝑏.
2

Teorema 1.1.11. Jika ab > 0 , maka berlaku

a. a > 0 dan b > 0 , atau


b. a < 0 dan b <0 .

Akibat 1.1.12. Jika ab < 0 , maka berlaku

a. 0 < a dan b > 0 , atau


b. (ii) a > 0 dan b < 0 .

Sebelumnya kita telah dikenalkan dengan bilangan real nonnegatif, yaitu


elemen dari himpunan R+ ∪ {0} . Jika a > 0 atau a = 0 maka jelas bahwa a
∈R+ ∪{0}. Jika a < 0 tentunya −a > 0 , sehingga -a ∈R+ ∪{0}.. Berdasarkan
hal tersebut, akan didefinisikan apa yang disebut sebagai nilai mutlak dari
suatu bilangan real. Nilai mutlak ini akan “me-nonnegatif-kan” bilangan-
bilangan real. (Bambang Hendriya: dkk: 2011)

CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN


(2𝑋+1)
1. Tuliskan himpunan C = {𝑥 ∈ 𝑅; < 1} dalam bentuk yang lebih sederhana.
(𝑋+2)

(PAM: 2014)
Jawab:
(2𝑋 + 1) (𝑥 − 1)
𝑥∈𝐶↔ −1<0↔ <0
(𝑋 + 2) (𝑥 + 2)
Oleh karena itu, diperoleh
 𝑥 − 1 < 0 dan 𝑥 + 2 > 0 atau
 𝑥 − 1 > 0 dan +2 < 0
Dalam kasus (1), diperoleh x < 1 dan x > -2 yang dipenuhi jika dan hanya jika -2 <
x < 1.
Dalam kasus (2) kita haruslah mempunyai x > 1 dan x < 2 yang tidak pernah
dipenuhi. Jadi kita menyimpulkan bahwa C = {𝑥 ∈ 𝑅: − 2 < 𝑥 < 1}
1
2. Buktikan bahwa penjumlahan bilangan positif a dan lebih besar atau sama
𝑎
1
dengan 2, yaitu jika a > 0 maka 𝑎 + 𝑎 ≥ 2. (Rajak : 2016)

Penyelesaian :
1 1
Jika a = 1 maka = 1 sehingga 𝑎 + 𝑎 = 2, sebaliknya jika 𝑎 ≠ 1 maka 𝑎 − 1 ≠
𝑎

0, sehingga (𝑎 − 1)2 > 0 atau 𝑎2 − 2𝑎 + 1 > 0 atau 𝑎2 + 1 > 2𝑎.


1
Karena 𝑎 > 0 maka kita bisa mengalikan ketidaksamaan tersebut dengan 𝑎

sehingga diperoleh:
1 1
(𝑎2 + 1). > 2𝑎.
𝑎 𝑎
1 1
(𝑎. 𝑎 + 1) > 2𝑎.
𝑎 𝑎
1 1 1
𝑎. 𝑎. + 1. > 2𝑎.
𝑎 𝑎 𝑎
1
𝑎. 1 + 1. > 2.1
𝑎
1
𝑎+ >2
𝑎
1
Jadi terbukti bahwa jika a > 0 maka 𝑎 + ≥ 2.
𝑎
DAFTAR PUSTAKA
351, P. (2014). Handout analisis riil 1.

Gozali, S. M. (2010). Analisis real 1. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Gunawan, H. (2015). Pengantar analisis real. Bandung: Institut Teknologi


Bandung.

Guswanto, B. H., & Nurshiami, S. R. (2006). Analisisi riil 1. Purwokerto:


Universitas Jendral Soedirman.

Rajak. (2016). Tugas analisis riil pembasan soal-soal. Sciibd.

Riyanto, Z. (2011). Pengantar analisis real 1. Yogyakarta: Universitas Ahmad


Dahlan.

Anda mungkin juga menyukai