Anda di halaman 1dari 150

BAGIAN PERTAMA

Bilangan Real, Barisan, Deret


1
2 Hendra Gunawan
Pengantar Analisis Real 3
0. BILANGAN REAL
0.1 Bilangan Real sebagai Bentuk Desimal
Dalam buku ini pembaca diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bi-
langan asli, bilangan bulat, dan bilangan rasional. Himpunan semua bilangan asli
dilambangkan dengan N, yakni
N := 1, 2, 3, . . . .
Himpunan semua bilangan bulat dilambangkan dengan Z, yakni
Z := 0, 1, 2, 3, . . . .
(Tanda . . . di sini menyatakan dan seterusnya, yang mengasumsikan bahwa pembaca
telah mengetahui pola yang ada.) Sementara itu, himpunan semua bilangan rasional
dilambangkan dengan Q, yakni
Q :=
_
p
q
: p Z, q N, dan FPB(p, q) = 1
_
.
(Di sini FPB(p, q) menyatakan faktor persekutuan terbesar dari p dan q. Sebagai
contoh, FPB(6, 10) = 2.)
Selain itu, pembaca juga diasumsikan telah mengenal notasi bilangan dalam
bentuk desimal. Sebagai contoh,
1 = 1.00000 . . .
1
2
= 0.50000 . . .
1
3
= 0.33333 . . .

2 = 1.41421 . . .
e = 2.71828 . . .
= 3.14159 . . .
4 Hendra Gunawan
Sebagian bilangan mempunyai bentuk desimal yang berhenti, seperti
1
2
= 0.5,
dan sebagian bilangan mempunyai bentuk desimal yang berulang, seperti
1
3
=
0.33333 . . . . Bilangan rasional senantiasa dapat dinyatakan dalam bentuk desimal
yang berhenti atau berulang. Bilangan yang mempunyai bentuk desimal tak berhenti
ataupun berulang merupakan bilangan irasional. Sebagai contoh, bilangan
0.1010010001 . . .
merupakan bilangan irasional.
Himpunan semua bilangan rasional dan bilangan irasional disebut sebagai him-
punan bilangan real, yang dilambangkan dengan R. Dalam hal ini, kita mempunyai
N Z Q R.
Pada pembahasan selanjutnya, kita akan mempelajari sifat-sifat bilangan real secara
lebih mendalam.
Soal Latihan
1. Nyatakan
1
12
dalam bentuk desimal. Apakah bentuk desimalnya berhenti atau
berulang?
2. Nyatakan 0.123123123 . . . sebagai bentuk pecahan.
0.2 Sifat Aljabar
Himpunan bilangan real R diasumsikan memenuhi Sifat Aljabar yang terkait
dengan operasi penjumlahan dan perkalian padanya. Persisnya, R terhadap penjum-
lahan bersifat komutatif, asosiatif, mempunyai unsur identitas 0, dan mencakup unsur
lawan. Demikian pula R terhadap perkalian bersifat komutatif, asosiatif, mempunyai
unsur identitas 1 ,= 0, dan mencakup unsur kebalikan. (Catat bahwa sumsi bahwa
1 ,= 0 termasuk bagian yang penting di sini.) Selain itu, di R berlaku pula sifat
distributif, yakni x(y + z) = xy + xz untuk setiap x, y, z R. Kesembilan sifat ini
dikenal pula sebagai Sifat Lapangan R.
Pengantar Analisis Real 5
Pada R dapat didenisikan pula operasi pengurangan dan pembagian sebagai
berikut:
a b := a + (b)
dan untuk b ,= 0
a
b
:= a
1
b
,
dengan
1
b
menyatakan kebalikan dari b.
Catat bahwa 0 tidak mempunyai unsur kebalikan, dan pembagian dengan 0
tidak didenisikan. Sehubungan dengan itu tidak benar bahwa
1
0
= .
Walaupun kelak lambang (baca: tak hingga atau tak terhingga) akan sering digu-
nakan, ia tidak menyatakan sebuah bilangan real.
Teorema 1 (Hukum Pencoretan). Misalkan x, y, dan z adalah bilangan real.
(i) Jika x +z = y +z, maka x = y.
(ii) Jika xz = yz dan z ,= 0, maka x = y.
Bukti. (i) Misalkan x +z = y +z. Tambahkan kedua ruas dengan z, sehingga kita
dapatkan
(x +z) + (z) = (y +z) + (z).
Dengan menggunakan sifat asosiatif dan sifat unsur lawan, kita peroleh
x + 0 = y + 0,
dan berdasarkan sifat unsur identitas pada penjumlahan, kita sampai pada kesimpul-
an bahwa x = y. Jadi pernyataan terbukti.
(ii) Serupa dengan bukti bagian (i); dapat dicoba sebagai latihan.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 1 bagian (ii).
2. Diketahui bilangan real a sembarang. Buktikan bahwa
(a) a.0 = 0.
6 Hendra Gunawan
(b) (1)a = a.
(c) (a) = a.
(d) (1)(1) = 1.
3. Diketahui bilangan real a dan b. Buktikan jika ab = 0, maka a = 0 atau b = 0.
4. Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional x yang memenuhi persamaan x
2
=
2. (Petunjuk. Gunakan metode pembuktian tak langsung.)
0.3 Sifat Urutan
Selain memenuhi Sifat Lapangan, R juga diasumsikan memenuhi Sifat Uru-
tan, yang berkaitan dengan ketaksamaan di antara dua bilangan real. Khususnya,
diberikan dua buah bilangan real a dan b sembarang, terdapat tiga kemungkinan dan
hanya satu di antara tiga kemungkinan tersebut yang benar yaitu:
atau a > b, atau a = b, atau a < b.
Sifat ini dikenal sebagai Hukum Trikotomi.
Catat bahwa a < b setara dengan b > a. Jika a, b, dan c adalah bilangan real,
maka a < b < c berarti a < b dan b < c. Sebagai contoh, kita mempunyai
0 <
1
2
< 1.
Selanjutnya, a b berarti a < b atau a = b; sementara a b berarti a > b atau
a = b. Sebagai contoh,
1 0 dan 1 1
merupakan dua pernyataan yang benar.
Sifat Urutan lainnya yang dipenuhi oleh bilangan real adalah:
(i) Jika a > b dan b > c, maka a > c.
(ii) Jika a > b dan c R, maka a +c > b +c.
(iii) Jika a > b dan c > 0, maka ac > bc; Jika a > b dan c < 0, maka ac < bc.
Bilangan x dikatakan bernilai positif jika dan hanya jika x > 0. Teorema berikut
menyatakan ketertutupan bilangan positif terhadap penjumlahan dan perkalian.
Pengantar Analisis Real 7
Teorema 2. Jika a > 0 dan b > 0, maka a +b > 0 dan ab > 0.
Bukti. Misalkan a, b > 0. Maka a +b > 0 +b = b dan ab > 0.b = 0.
Contoh 3. Fakta bahwa 1 > 0 dapat dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan
sifat-sifat di atas. Ingat bahwa 1 ,= 0. Karena itu tinggal ada dua kemungkinan: atau
1 < 0 atau 1 > 0. Andaikan 1 < 0. Tambahkan kedua ruas dengan 1, kita peroleh
0 < 1 atau 1 > 0. Akibatnya [lihat Soal Latihan 0.2 No. 2(d)], kita peroleh
1 = (1)(1) > 0, bertentangan dengan pengandaian semula. Dengan demikian
tidak mungkin 1 < 0, dan karena itu mestilah 1 > 0.
Contoh 4. Misalkan diketahui a < b+ untuk setiap > 0. Maka dapat disimpulkan
bahwa a b. (Andaikan a > b. Maka, untuk = a b, berlaku a < b + (a b) = a,
sesuatu yang mustahil.)
Soal Latihan
1. Buktikan jika a > 0, maka
1
a
> 0.
2. Buktikan jika a > b dan c > d, maka a +c > b +d.
3. Buktikan jika A, B > 0, maka
a
A
<
a+b
A+B
<
A
B
.
4. Diketahui x, y > 0. Buktikan x < y jika dan hanya jika x
2
< y
2
.
5. Buktikan jika b < a < b + untuk setiap > 0, maka a = b.
0.4 Akar dan Persamaan Kuadrat
Untuk n N, kita tuliskan x
n
:= xx x (n kali). Asumsi berikutnya tentang
sistem bilangan real adalah eksistensi akar ke-n. Persisnya, diberikan y 0, terdapat
sebuah bilangan x 0 (tunggal) sedemikian sehingga
y = x
n
.
Untuk y 0, nilai x 0 yang memenuhi persamaan y = x
n
disebut sebagai
akar ke-n dari y dan dilambangkan dengan
x = y
1/n
.
8 Hendra Gunawan
Khususnya, untuk n = 2, kita gunakan notasi

y = y
1/2
. Catat bahwa dalam hal
ini senantiasa berlaku

y 0. Jika y > 0, maka tentu saja terdapat dua buah
bilangan yang kuadratnya sama dengan y, yaitu

y yang bernilai positif dan

y
yang bernilai negatif. Notasi

y berarti

y atau

y.
Jika r =
m
n
adalah suatu bilangan rasional positif dan y 0, kita denisikan
y
r
= y
m/n
:= (y
m
)
1/n
.
Catat bahwa y
m/n
dalam hal ini merupakan akar ke-n dari y
m
, yang memenuhi
[y
m/n
]
n
= y
m
.
Selanjutnya, jika r adalah suatu bilangan rasional negatif, maka r merupakan
bilangan rasional positif dan karenanya y
r
terdenisi. Khususnya, jika y > 0, maka
kita dapat mendenisikan y
r
sebagai
y
r
:=
1
y
r
.
Kita juga mendenisikan y
0
= 1. Dengan demikian, jika y > 0, maka y
r
terdenisi un-
tuk semua bilangan rasional. (Denisi y
x
untuk bilangan irasional x harus menunggu
hingga pembahasan berikutnya.)
Seperti telah disinggung di atas, untuk y > 0, persamaan x
2
= y mempu-
nyai dua buah solusi, yaitu x =

y. Persamaan x
2
= y di sini merupakan suatu
persamaan kuadrat. Bentuk umum persamaan kuadrat (dalam x) adalah
ax
2
+bx +c = 0,
dengan a ,= 0. Sebagaimana telah dipelajari di sekolah menengah, persamaan kuadrat
ax
2
+bx+c = 0 tidak mempunyai solusi atau akar real jika b
2
4ac < 0, mempunyai
sebuah akar real (tunggal) jika b
2
4ac = 0, dan mempunyai dua buah akar real
berbeda jika b
2
4ac > 0. Dalam hal b
2
4ac 0, akar persamaan kuadrat di atas
diberikan oleh rumus
x =
b

b
2
4ac
2a
.
Akar persamaan kuadrat merupakan titik potong grak persamaan y = ax
2
+
bx +c (yang berbentuk parabola) dengan sumbu-x pada sistem koordinat Cartesius.
(Pembaca diasumsikan telah mengenal sistem koordinat Cartesius dan grak per-
samaan padanya.) Ingat bahwa grak persamaan kuadrat terbuka ke atas jika a > 0,
atau terbuka ke bawah jika a < 0.
Pengantar Analisis Real 9
Soal Latihan
1. Buktikan bahwa bilangan x yang memenuhi 2
x
= 5 bukan merupakan bilangan
rasional.
2. Misalkan koesien a, b dan c pada persamaan kuadrat ax
2
+bx+c = 0 merupakan
bilangan rasional (dengan, tentu saja, a ,= 0). Buktikan jika = r + s

2
merupakan akar persamaan ini, dengan r dan s rasional, maka = r s

2
juga merupakan akar.
3. Misalkan n N dan a
1
, . . . , a
n
dan b
1
, . . . , b
n
adalah bilangan real. Buktikan
ketaksamaan
(a
1
b
1
+ +a
n
b
n
)
2
(a
2
1
+ +a
2
n
)(b
2
1
+ +b
2
n
).
(Catatan. Ketaksamaan ini dikenal sebagai Ketaksamaan Cauchy-Schwarz.)
0.5 Nilai Mutlak
Jika x adalah bilangan real, maka nilai mutlak x, ditulis [x[, didenisikan sebagai
[x[ =
_
x, jika x 0,
x, jika x < 0.
Sebagai contoh, [2[ = 2, [0[ = 0, dan [ 5[ = (5) = 5. Perhatikan bahwa [x[ 0
dan [x[
2
= x
2
, sehingga [x[ =

x
2
untuk setiap x.
Teorema 5. Untuk setiap bilangan real x berlaku
[x[ x [x[.
Teorema 6. Untuk setiap bilangan real a dan b berlaku
[ab[ = [a[ [b[.
10 Hendra Gunawan
Teorema 7 (Ketaksamaan Segitiga). Untuk setiap a, b R berlaku
[a +b[ [a[ +[b[.
Bukti. Perhatikan bahwa untuk setiap a, b R berlaku
[a +b[
2
= (a +b)
2
= [a[
2
+ 2ab +[b[
2
[a[
2
+ 2[a[ [b[ +[b[
2
= ([a[ +[b[)
2
.
Karena itu (lihat Soal Latihan 0.3 No. 4), kita peroleh
[a +b[ [a[ +[b[,
sebagaimana kita harapkan.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 5.
2. Buktikan Teorema 6.
3. Buktikan bahwa [a[ < b jika dan hanya jika b < a < b.
4. Buktikan bahwa untuk setiap a, b R berlaku [a b[ [a[ [b[ dan juga
[a b[

[a[ [b[

.
5. Buktikan jika a < x < b dan a < y < b, maka [xy[ < ba. Berikan interpretasi
geometrisnya.
Pengantar Analisis Real 11
1. SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN REAL
1.1 Paradoks Zeno
Zeno, seorang lsuf dan matematikawan Yunani Kuno (490-435 SM), menge-
mukakan sebuah paradoks tentang suatu perlombaan lari antara Achilles dan seekor
kura-kura. Karena Achilles berlari lebih cepat daripada sang kura-kura, maka sang
kura-kura memulai perlombaan x
0
meter di depan Achilles. Menurut Zeno, sekalipun
Achilles berlari lebih cepat dan akan semakin mendekati sang kura-kura, namun ia
takkan pernah dapat menyalip sang kura-kura. Ketika Achilles mencapai titik di
mana sang kura-kura mulai berlari, sang kura-kura telah menempuh x
1
meter; dan
ketika Achilles mencapai posisi tersebut beberapa saat kemudian, sang kura-kura
telah menempuh x
2
meter lebih jauh; dan seterusnya.
Apa yang salah dengan paradoks Zeno ini? Dengan pengetahuan tentang bilang-
an real yang kita kenal sekarang, Achilles akan menyalip sang kura-kura ketika ia telah
menempuh x meter, dengan x sama dengan bilangan real terkecil yang lebih besar
dari semua bilangan x
0
, x
0
+x
1
, x
0
+x
1
+x
2
, . . . . Sebagai contoh, bila Achilles berlari
dengan kecepatan 6 m/detik sementara sang kura-kura berlari dengan kecepatan 3
m/detik (ditarik roda), maka Achilles akan menyalip sang kura-kura setelah
1
2
+
1
4
+
1
8
+ = 1 detik.
Hal serupa dijumpai pada metode exhaustion Eudoxus (405-355 SM), yang di-
gunakan oleh Archimedes (287-212 SM) untuk menghampiri luas daerah lingkaran
dengan luas daerah segi-n beraturan di dalam lingkaran, yaitu dengan barisan bi-
langan A
1
, A
2
, A
3
, . . . . Luas daerah lingkaran kelak didenisikan sebagai bilangan
real terkecil yang lebih besar dari setiap bilangan A
i
, i = 1, 2, 3, . . . . Argumen ini
bergantung pada sebuah sifat bilangan real yang belum terpikirkan oleh Eudoxus dan
Archimedes, serta matematikawan lainnya pada zaman itu.
12 Hendra Gunawan
Sifat bilangan real yang diperlukan untuk membantah paradoks Zeno atau men-
dukung argumen Eudoxus dan Archimedes adalah Sifat Kelengkapan, yang menjamin
eksistensi bilangan real x yang lebih besar dari x
0
, x
0
+x
1
, x
0
+x
1
+x
2
, . . . (pada
paradoks Zeno) dan juga bilangan real A yang lebih besar dari A
i
, i = 1, 2, 3, . . .
(pada perhitungan Archimedes).
Sifat Kelengkapan bilangan real biasanya tidak diungkapkan secara eksplisit
di sekolah menengah, namun sesungguhnya merupakan sifat yang sangat penting.
(Tanpa Sifat Kelengkapan, Achilles takkan memenangkan perlombaan dan luas daerah
lingkaran tak dapat dinyatakan sebagai sebuah bilangan.)
Soal Latihan
1. Sederhanakan bentuk penjumlahan
1
2
+
1
4
+ +
1
2
n
.
1.2 Himpunan Terbatas
Sebelum membahas Sifat Kelengkapan, kita perlu memperkenalkan sejumlah
istilah terlebih dahulu. Misalkan H himpunan bagian dari R. Himpunan H dikatakan
terbatas di atas apabila terdapat suatu bilangan real M sedemikian sehingga
x M
untuk setiap x H. Bilangan M yang memenuhi sifat ini (bila ada) disebut sebagai
batas atas himpunan H. Jika M merupakan batas atas H, maka semua bilangan yang
lebih besar daripada M juga merupakan batas atas H.
Serupa dengan itu, himpunan H dikatakan terbatas di bawah apabila terdapat
suatu bilangan real m sedemikian sehingga
m x
untuk setiap x H. Bilangan m yang memenuhi sifat ini (bila ada) disebut sebagai
batas bawah H. Jika m merupakan batas bawah H, maka semua bilangan yang lebih
kecil daripada m juga merupakan batas bawah dari H.
Himpunan H dikatakan terbatas apabila ia terbatas di atas dan terbatas di
bawah.
Pengantar Analisis Real 13
Contoh 1. (i) Himpunan A := 1, 2, 3 terbatas di atas. Sebagai contoh, 100, 10, 5,
dan 3 merupakan batas atas himpunan A. Himpunan A juga terbatas di bawah.
Sebagai contoh, 5, 1, 0, dan 1 merupakan batas bawah A.
(ii) Himpunan I := x R : 0 x < 1 terbatas di atas. Sebagai contoh, 100, 10,
dan 1 merupakan batas atas I. Himpunan I juga terbatas di bawah. Sebagai contoh,
10, 1, dan 0 merupakan batas bawah I.
(iii) Himpunan semua bilangan real positif P := x R : x > 0 terbatas di bawah
namun tidak terbatas di atas. Jika M merupakan batas atas himpunan P, maka
x M untuk setiap x P. Dalam hal ini M mesti merupakan bilangan positif.
Sebagai akibatnya M + 1 juga positif dan M + 1 M, sesuatu yang mustahil.
Proposisi 2. Himpunan H R terbatas jika dan hanya jika terdapat suatu bilangan
real K sedemikian sehingga
[x[ K
untuk setiap x H.
Misalkan himpunan H terbatas dan M adalah suatu batas atas H. Bila untuk
setiap > 0 bilangan M bukan merupakan batas atas H, maka M disebut sebagai
batas atas terkecil H. Serupa dengan itu, misalkan m adalah suatu batas bawah H.
Bila untuk setiap > 0 bilangan m + bukan merupakan batas bawah H, maka m
disebut sebagai batas bawah terbesar H. Sebagai contoh, himpunan A = 1, 2, 3
mempunyai batas atas terkecil 3 dan batas bawah terbesar 1.
Soal Latihan
1. Buktikan bahwa batas atas terkecil himpunan I pada Contoh 1(ii) adalah 1.
2. Buktikan bahwa batas bawah terbesar himpunan P pada Contoh 1(iii) adalah
0.
3. Buktikan Proposisi 2.
1.3 Sifat Kelengkapan
Sekarang kita sampai pada perumusan Sifat Kelengkapan bilangan real, yang
akan sering kita gunakan pada pembahasan selanjutnya.
14 Hendra Gunawan
Sifat Kelengkapan. Setiap himpunan bagian tak kosong dari R yang terbatas di atas
mempunyai batas atas terkecil. Setiap himpunan bagian tak kosong dari R yang
terbatas di bawah mempunyai batas bawah terbesar.
Misalkan H ,= . Jika H terbatas di atas, maka batas atas terkecil H disebut
sebagai supremum H, ditulis supH. Serupa dengan itu, jika H terbatas di bawah,
maka batas bawah terbesar H disebut sebagai inmum H, ditulis inf H. Jika H
terbatas, maka jelas bahwa
inf H supH.
Secara umum perlu dicatat bahwa supremum maupun inmum suatu himpunan tidak
harus merupakan anggota himpunan tersebut.
Jika H tidak terbatas di atas, kadang kita menuliskan supH = +; dan jika
H tidak terbatas di bawah, kita dapat menuliskan inf H = .
Contoh 3. (i) Himpunan A = 1, 2, 3 mempunyai batas atas terkecil 3 dan batas
bawah terbesar 1; yakni, supA = 3 dan inf A = 1.
(ii) Misalkan I = x : 0 x < 1. Maka, supI = 1 dan inf I = 0.
(iii) Misalkan P = x : x > 0. Maka, supP = + (yakni, P tak terbatas di atas)
dan inf P = 0.
Dengan Sifat Kelengkapan, himpunan bilangan real R dapat dinyatakan se-
bagai sebuah garis, yang kita kenal sebagai garis bilangan real. Sifat Kelengkapan
menjamin bahwa setiap titik pada garis tersebut menyatakan sebuah bilangan real,
dan sebaliknya setiap bilangan real menempati sebuah titik pada garis tersebut.
Sebagai perbandingan, himpunan bilangan rasional Q tidak memenuhi Sifat
Kelengkapan, dan apabila kita memaksakan diri untuk menyatakannya sebagai se-
buah garis, maka garis tersebut akan berlubang-lubang (sebagai contoh, bilangan x
di antara 1 dan 2 yang memenuhi x
2
= 2 bukan merupakan bilangan rasional, dan
karenanya terdapat lubang di antara 1 dan 2).
Sifat Kelengkapan menjamin bahwa 1 merupakan bilangan real terkecil yang
lebih besar dari
1
2
+
1
4
+ +
1
2
n
, dan terdapat bilangan real yang menyatakan
luas daerah lingkaran berjari-jari 1 dan nilainya lebih besar dari luas daerah segi-n
beraturan di dalam lingkaran tersebut, untuk setiap n N. Sifat Kelengkapan pula
lah yang menjamin bahwa bilangan yang mempunyai bentuk desimal tak berhenti
ataupun berulang (yang dibahas pada Sub-bab 0.2) merupakan bilangan real.
Pengantar Analisis Real 15
Soal Latihan
1. Verikasi nilai supremum dan inmum pada Contoh 3(ii) dan (iii).
2. Diketahui H =
_
1
n
: n N
_
. Buktikan bahwa supH = 1 dan inf H 0.
(Kelak anda akan diminta membuktikan bahwa inf H = 0.)
3. Diketahui himpunan H ,= terbatas di atas dan M adalah suatu batas atas H.
Buktikan bahwa M = supH jika dan hanya jika untuk setiap > 0 terdapat
x H sedemikian sehingga x > M .
1.4 Manipulasi dengan Supremum dan Inmum
Misalkan H R dan c R. Kita denisikan
cH := cx : x H dan H +c := x +c : x H.
Sebagai contoh, jika A = 1, 2, 3 dan c = 2, maka
2A = 2, 4, 6 dan A+ 2 = 3, 4, 5.
Proposisi 4. Misalkan H R tak kosong dan terbatas di atas, dan c > 0. Maka cH
terbatas di atas dan
sup(cH) = c supH.
Bukti. Misalkan v = supH. Ambil sembarang y cH. Maka, y = cx untuk suatu
x H. Karena x v dan c > 0, kita peroleh
y cv.
Jadi cv merupakan batas atas cH. Selanjutnya, untuk sembarang > 0, v

c
bukan
batas atas H. Karena itu, terdapat x H sedemikian sehingga
v

c
< x.
16 Hendra Gunawan
Kalikan kedua ruas dengan c, kita dapatkan
cv < cx,
yang menunjukkan bahwa cv bukan batas atas cH. Jadi cv merupakan batas atas
terkecil cH, yakni cv = sup(cH).
Proposisi 5. Misalkan H R tak kosong dan terbatas di atas, dan c < 0. Maka cH
terbatas di bawah dan
inf(cH) = c supH.
Proposisi 6. Misalkan H R tak kosong dan terbatas di atas, dan c R. Maka
H +c terbatas di atas dan
sup(H +c) = c + supH.
Soal Latihan
1. Buktikan Proposisi 5.
2. Buktikan Proposisi 6.
3. Misalkan H R tak kosong dan terbatas di atas, dan G H juga tak kosong.
Buktikan bahwa G terbatas di atas dan supG supH.
4. Misalkan G, H R tak kosong dan terbatas. Denisikan H + G := x + y :
x H, y G. Buktikan bahwa H +G terbatas dengan
sup(H +G) supH + supG dan inf(H +G) inf H + inf G.
5. Diketahui , = H P = x R : x > 0. Denisikan himpunan G =
_
1
x
: x
H
_
. Buktikan jika H terbatas di atas, maka G terbatas di bawah dan
inf G =
1
supH
.
Pengantar Analisis Real 17
2. LEBIH JAUH TENTANG BILANGAN REAL
2.1 Maksimum dan Minimum; Interval
Kita telah mencatat sebelumnya bahwa supremum dan inmum suatu him-
punan tidak harus merupakan anggota himpunan tersebut. Jika H mempunyai supre-
mum dan supH = M H, maka M merupakan anggota terbesar dan disebut mak-
simum H, ditulis M = maks H. Serupa dengan itu, jika H mempunyai inmum
dan inf H = m H, maka m merupakan anggota terkecil dan disebut minimum H,
ditulis m = min H.
Contoh 1. (i) Himpunan A := 1, 2, 3 mempunyai maksimum 3 dan minimum 1.
(ii) Himpunan I := x R : 0 x < 1 mempunyai minimum 0 tetapi tidak
mempunyai maksimum. Di sini 1 = supI tetapi 1 / I, jadi ia bukan maksimum I.
(iii) Himpunan P := x R : x > 0 tak mempunyai maksimum maupun minimum.
Himpunan I pada Contoh 1(ii) merupakan sebuah interval. Secara umum,
sebuah interval di R merupakan himpunan bagian dari R yang bersifat: jika u, v I
dan u x v, maka x I. Sebuah interval mungkin terbatas dan mungkin pula tak
terbatas.
Berikut adalah notasi untuk interval terbatas di R:
(a, b) := x : a < x < b.
[a, b] := x : a x b.
[a, b) := x : a x < b.
(a, b] := x : a < x b.
18 Hendra Gunawan
Berikut adalah notasi untuk interval tak terbatas di R (selain R sendiri):
(a, ) := x : x > a.
[a, ) := x : x a.
(, b) := x : x < b.
(, b] := x : x b.
Catat bahwa lambang dan di sini bukan menyatakan bilangan real.
Interval (a, b), (a, ), dan (, b) merupakan interval terbuka, sedangkan in-
terval [a, b], [a, ), dan (, b] merupakan interval tertutup. Sementara itu, interval
[a, b) dan (a, b] sering disebut sebagai interval setengah terbuka. Interval [a, b] yang
bersifat tertutup dan terbatas merupakan contoh himpunan kompak di R. Pada [a, b],
a merupakan minimum dan b merupakan maksimum.
Soal Latihan
1. Tentukan maksimum dan minimum himpunan berikut (bila ada).
(a)
_
1
n
: n N
_
.
(b)
_
(1)
n
n
: n N
_
.
(c) Himpunan semua bilangan rasional r dengan 0 r 1.
2. Misalkan c R dan > 0. Buktikan bahwa
x : [x c[ < = (c , c +).
3. Beri dua buah contoh himpunan yang mempunyai supremum 1 tetapi tidak
mempunyai satu pun anggota x (0, 1).
2.2 N dan Q sebagai Himpunan Bagian dari R
Dengan Sifat Kelengkapan, kita dapat pula membuktikan bahwa N tak terbatas
di atas. Fakta ini dikenal sebagai Sifat Archimedes, yang lazim dinyatakan sebagai
sebuah teorema.
Pengantar Analisis Real 19
Teorema 2 (Sifat Archimedes). Untuk setiap x R terdapat n
x
N sedemikian
sehingga x < n
x
.
Bukti. Andaikan sebaliknya berlaku, yakni terdapat x R sedemikian sehingga
n x untuk setiap n N. Ini berarti bahwa N terbatas di atas. Karena N ,=
dan N R, maka menurut Sifat Kelengkapan, N mempunyai supremum, sebutlah
v = supN. Karena v merupakan batas atas terkecil N, v 1 bukan batas atas N,
sehingga terdapat m N sedemikian sehingga v 1 < m atau v < m + 1. Ini
mustahil mengingat m+ 1 N dan v merupakan batas atas N. Jadi pengandaian di
atas mestilah salah.
Dengan asumsi bahwa jarak antara dua bilangan asli sekurang-kurangnya sama
dengan 1, kita dapat membuktikan Sifat Terurut Rapi N, yang dinyatakan dalam
teorema berikut.
Teorema 3 (Sifat Terurut Rapi N). Setiap himpunan bagian tak kosong dari N
mempunyai minimum.
Bukti. Misalkan A N tak kosong. Jelas bahwa sebagai himpunan bagian dari N,
himpunan A terbatas di bawah. Menurut Sifat Kelengkapan, A mempunyai inmum,
sebutlah a = inf A. Sekarang a + 1 bukan batas bawah A, dan karenanya terdapat
n A sehingga
n < a + 1.
Jika n bukan minimum A, maka terdapat m A sehingga m < n. Dalam hal ini,
kita mempunyai
a m < n < a + 1,
sehingga jarak antara m dan n lebih kecil dari 1. Ini bertentangan dengan sifat
bilangan asli. Jadi n mestilah minimum A, dan bukti selesai.
Dengan menggunakan Sifat Archimedes dan Sifat Terurut Rapi N , kita da-
pat membuktikan sifat kepadatan bilangan rasional di R, yang dinyatakan sebagai
teorema berikut.
Teorema 4 (Kepadatan Bilangan Rasional). Misalkan x, y R dengan x < y.
Maka terdapat r Q sedemikian sehingga x < r < y.
Bukti. Tanpa mengurangi keumuman, kita asumsikan bahwa 0 < x < y. Menurut
Sifat Archimedes, terdapat n N sedemikian sehingga n >
1
yx
. Untuk n tersebut,
20 Hendra Gunawan
kita mempunyai
ny nx > 1.
Sekarang tinjau himpunan A := k : k N, nx < k. Menurut Sifat Terurut Rapi
N, A mempunyai minimum, sebutlah m. Dalam hal ini m merupakan bilangan asli
m terkecil yang memenuhi
m1 nx < m.
Akibatnya, kita peroleh
m nx + 1 < ny.
Karena itu, nx < m < ny, atau
x <
m
n
< y.
Jadi terdapat bilangan rasional r :=
m
n
sedemikian sehingga x < r < y.
Catatan. Bukti Teorema 4 memberi tahu kita bagaimana caranya mendapatkan se-
buah bilangan rasional di antara x dan y dengan 0 < x < y. Pertama, kita zoom out
interval (x, y) dengan faktor dilasi n >
1
yx
, sehingga kita peroleh interval (nx, ny)
yang lebarnya lebih besar daripada 1. Dalam interval tersebut kita pilih bilangan asli
m, kemudian kita zoom in untuk mendapatkan bilangan rasional
m
n
di dalam interval
(x, y). Untuk x, y R lainnya, bilangan rasional dapat diperoleh dengan meman-
faatkan hasil ini. Sebagai contoh, untuk x < y < 0, jika r adalah bilangan rasional di
dalam interval (y, x), maka r adalah bilangan rasional di dalam interval (x, y).
Soal Latihan
1. Diketahui H =
_
1
n
: n N
_
. Buktikan bahwa inf H = 0.
2. Misalkan A =
_
1
2
+ +
1
2
n
: n N
_
. Buktikan bahwa supA = 1.
3. Buktikan bahwa terdapat bilangan real positif x sedemikian sehingga x
2
= 2.
(Petunjuk. Tinjau himpunan A := a R : a > 0, a
2
< 2.)
4. Diketahui x, y R dengan x < y. Buktikan bahwa terdapat bilangan irasional
s sedemikian sehingga x < s < y.
5. Buktikan bahwa himpunan semua bilangan irasional s dengan 0 s 1 tidak
mempunyai maksimum maupun minimum.
Pengantar Analisis Real 21
2.3 Prinsip Induksi Matematika
Salah satu metode pembuktikan klasik untuk pernyataan yang berkaitan dengan
bilangan asli berpijak pada Prinsip Induksi Matematika.
Teorema 5 (Prinsip Induksi Matematika). Misalkan P(n) adalah suatu perny-
ataan mengenai n N. Misalkan pula
(i) P(1) benar, dan
(ii) untuk setiap k N berlaku: jika P(k) benar, maka P(k + 1) benar.
Maka, P(n) benar untuk setiap n N.
Bukti. Misalkan S := n N : P(n) salah. Akan ditunjukkan bahwa S = .
Andaikan S ,= . Maka, menurut Sifat Terurut Rapi, S mempunyai minimum, sebut-
lah m. Karena P(1) benar, 1 / S. Jadi m ,= 1. Akibatnya m > 1 dan m 1 N.
Karena m adalah minimum S, m1 / S atau P(m1) benar. Berdasarkan hipotesis
(ii), kita peroleh P(m) benar atau m / S, yang bertentangan dengan m S.
Contoh 6. Untuk setiap n N, kita mempunyai
1 + 2 + +n =
1
2
n(n + 1).
Untuk membuktikan kebenaran pernyataan ini, misalkan S
n
:= 1+2+ +n, n N,
dan P(n) adalah pernyataan bahwa S
n
=
1
2
n(n + 1). Perhatikan bahwa P(1) benar,
karena S
1
= 1 =
1
2
.1.(1 + 1). Selanjutnya misalkan k N dan P(k) benar atau
S
k
=
1
2
k(k + 1). Untuk mengetahui apakah P(k + 1) benar, kita periksa
S
k+1
= 1 + 2 + +k + (k + 1)
= S
k
+ (k + 1)
=
1
2
k(k + 1) + (k + 1)
=
1
2
(k + 1)(k + 2).
Jadi ternyata P(k + 1) benar. Berdasarkan Prinsip Induksi Matematika, kita sim-
pulkan bahwa P(n) benar untuk setiap n N.
Contoh 7. Untuk setiap n N berlaku n < 2
n
. Di sini P(n) adalah ketaksamaan
n < 2
n
. Jelas bahwa P(1) benar karena 1 < 2. Selanjutnya misalkan k N dan P(k)
22 Hendra Gunawan
benar, yakni k < 2
k
. Maka, 1 k < 2
k
dan
k + 1 < 2
k
+ 1 < 2
k
+ 2
k
= 2
k+1
,
yakni P(k + 1) benar. Berdasarkan Prinsip Induksi Matematika, P(n) benar atau
n < 2
n
untuk setiap n N.
Teorema 8 (Prinsip Induksi Kuat). Misalkan P(n) adalah suatu pernyataan
mengenai n N sedemikian sehingga
(i) P(1) benar, dan
(ii) untuk setiap k N, jika P(1), . . . , P(k) benar, maka P(k + 1) benar.
Maka, P(n) benar untuk setiap n N.
Soal Latihan
1. Buktikan bahwa 1 + 3 + + (2n 1) = n
2
untuk setiap n N.
2. Buktikan bahwa 2
n1
n! untuk setiap n N. (Catatan. n! = 12 n.)
3. Buktikan Teorema 8.
4. Misalkan n
0
N dan P(n) adalah suatu pernyataan mengenai n N sedemikian
sehingga P(n
0
) benar dan jika P(k) benar, maka P(k + 1) benar. Buktikan
bahwa P(n) benar untuk setiap n N dengan n n
0
.
5. Buktikan bahwa n
2
< 2
n
untuk n 5.
6. Diketahui r
1
= 1 dan r
n+1
= 1 +
1
rn
untuk n = 1, 2, 3, . . . . Buktikan bahwa
1 < r
n
< 2 untuk setiap n 3.
Pengantar Analisis Real 23
3. BARISAN
3.1 Denisi Barisan
Dalam kisah Zeno tentang perlombaan lari antara Achilles dan seekor kura-kura,
ketika Achilles mencapai posisi x
0
tempat sang kura-kura mulai berlari, sang kura-
kura telah menempuh x
1
meter; dan ketika Achilles mencapai posisi tersebut beberapa
saat kemudian, sang kura-kura telah menempuh x
2
meter lebih jauh; dan seterusnya.
Sebagai contoh, bila Achilles berlari dengan kecepatan 6 m/detik sementara sang
kura-kura berlari dengan kecepatan 3 m/detik (ditarik roda), maka Achilles akan
mencapai posisi-posisi tertentu yang pernah dicapai oleh sang kura-kura pada saat
1
2
+
1
4
+ +
1
2
n
detik, n = 1, 2, 3, . . . .
Bentuk penjumlahan di atas membentuk sebuah deret geometri, yang jumlahnya
sama dengan 1
1
2
n
. Jadi, dalam cerita di atas, kita mempunyai sebuah barisan
bilangan 1
1
2
n
). Bila n menuju tak terhingga, maka
1
2
n
menuju 0. Jadi barisan
bilangan di atas konvergen ke 1. Dengan pengetahuan ini, pada akhirnya kita dapat
menyimpulkan bahwa Achilles akan menyalip sang kura-kura setelah berlari selama
1 detik.
Barisan bilangan dapat pula muncul ketika kita hendak menaksir suatu bilan-
gan, misalnya menaksir

2. Salah satu cara yang mudah adalah dengan Metode
Bagi Dua. Mengetahui bahwa

2 terletak di antara 1 dan 2, kita taksir

2 de-
ngan x
1
:=
1
2
(1 + 2) = 1.5. Setelah kita periksa bahwa 1.5
2
= 2.25 > 2, maka
kita tahu bahwa

2 berada di antara 1 dan 1.5. Selanjutnya kita taksir dengan
x
2
:=
1
2
(1 + 1.5) = 1.25, dan seterusnya sehinga kita peroleh barisan bilangan
x
1
, x
2
, x
3
, . . . yang merupakan hampiran untuk

2.
Secara informal, sebuah barisan bilangan real dapat diartikan sebagai suatu
daftar bilangan real x
1
, x
2
, x
3
, . . . . Persisnya, sebuah barisan bilangan real adalah
24 Hendra Gunawan
suatu aturan yang mengaitkan setiap bilangan asli n dengan sebuah bilangan real
tunggal x
n
. Di sini x
n
disebut sebagai suku ke-n barisan tersebut. Notasi x
n
)
menyatakan barisan dengan suku ke-n x
n
. Himpunan x
n
: n N disebut sebagai
daerah nilai barisan x
n
). Barisan x
n
) dikatakan terbatas (terbatas di atas atau
terbatas di bawah) apabila daerah nilainya terbatas (terbatas di atas atau terbatas
di bawah). Jadi, menurut Proposisi 2 pada Bab 1, x
n
) terbatas jika dan hanya jika
terdapat K > 0 sedemikian sehingga [x
n
[ K untuk setiap n N.
Contoh 1. (i) Barisan
1
n
) adalah barisan bilangan 1,
1
2
,
1
3
, . . . .
(ii) Barisan (1)
n
) adalah barisan bilangan 1, 1, 1, 1, . . . . Jika n ganjil, maka
suku ke-n bernilai 1; dan jika n genap, maka suku ke-n bernilai 1. Jadi daerah nilai
barisan ini adalah 1, 1.
(iii) Barisan yang didenisikan secara induktif dengan x
1
= x
2
= 1 dan
x
n+2
= x
n
+x
n+1
, n = 1, 2, 3, . . . ,
adalah barisan 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, .... Barisan ini dikenal sebagai barisan Fibonacci
(yang dipublikasikan oleh Leonardo Fibonacci dalam Liber abaci pada 1202).
(iv) Barisan r
n
) yang didenisikan secara induktif dengan r
1
= 1 dan
r
n+1
= 1 +
1
r
n
, untuk n = 1, 2, 3, . . .
adalah barisan 1, 2,
3
2
,
5
3
, . . . .
Soal Latihan
1. Buktikan bahwa ketiga barisan pada Contoh 1 merupakan barisan terbatas.
2. Buktikan bahwa barisan Fibonacci tak terbatas.
3. Misalkan x
n
) adalah barisan Fibonacci. Denisikan r
n
:=
xn+1
xn
, n N. Buk-
tikan bahwa barisan r
n
) terbatas.
3.2 Kekonvergenan Barisan
Barisan x
n
) dikatakan konvergen ke L (L R) apabila untuk setiap > 0
terdapat bilangan asli N sedemikian sehingga
Pengantar Analisis Real 25
jika n N, maka [x
n
L[ < .
Bilangan L dalam hal ini disebut sebagai limit barisan x
n
), dan kita tuliskan
lim
n
x
n
= L,
atau
x
n
L, bila n .
Secara informal, kita dapat mengatakan bahwa x
n
menuju L bila n menuju tak
terhingga.
Untuk tiap n N, bilangan x
n
dapat dianggap sebagai hampiran untuk L
(dan sebaliknya, L merupakan hampiran untuk x
n
). Jarak [x
n
L[ antara x
n
dan
L menyatakan kesalahan pada penghampiran tersebut (dengan sebagai taksiran
kesalahan maksimum-nya). Denisi di atas menyatakan bahwa kesalahan tersebut
dapat dibuat sekecil-kecilnya dengan memilih n cukup besar.
Contoh 2. Barisan
1
n
) konvergen ke 0, yakni
lim
n
1
n
= 0.
Diberikan > 0 sembarang, kita dapat memilih bilangan asli N >
1

sedemikian
sehingga jika n N, maka

1
n
0

=
1
n

1
N
< .
Catatan. Eksistensi bilangan asli N yang lebih besar dari bilangan real
1

tentu saja
dijamin oleh Sifat Archimedes.)
Teorema 3. Sebuah barisan tidak mungkin konvergen ke dua buah limit yang berbeda.
Bukti. Misalkan x
n
) konvergen ke L dan juga ke M. Untuk > 0 sembarang, kita
dapat memilih N
1
N sedemikian sehingga untuk n N
1
berlaku [x
n
L[ <

2
.
Pada saat yang sama, kita dapat memilih N
2
N sedemikian sehingga untuk n N
2
berlaku [x
n
M[ <

2
. Jadi, untuk N := maks N
1
, N
2
, kita mempunyai
[L M[ [L x
n
[ +[x
n
M[ <

2
+

2
= .
Karena ini berlaku untuk > 0 sembarang, kita simpulkan bahwa [L M[ = 0 atau
L = M.
26 Hendra Gunawan
Teorema 4. Jika x
n
) konvergen, maka x
n
) terbatas.
Catatan. Kebalikan dari Teorema 4 tidak berlaku. Sebagai contoh, (1)
n
) terbatas,
tetapi tidak konvergen. Di sini keterbatasan merupakan syarat perlu tetapi bukan
merupakan syarat cukup untuk kekonvergenan.
Bukti. Misalkan x
n
) konvergen ke L. Pilih N N sedemikian sehingga [x
n
L[ < 1
untuk n N. Akibatnya, untuk n N, kita mempunyai
[x
n
[ [x
n
L[ +[L[ < 1 +[L[.
Sebut K := maks[x
1
[, . . . , [x
N
[, 1 +[L[. Maka jelas bahwa
[x
n
[ K,
untuk tiap n N. Ini menunjukkan bahwa x
n
) terbatas.
Barisan yang tidak konvergen disebut barisan divergen. Dari Teorema 4, kita
mengetahui bahwa barisan tak terbatas tidak mungkin konvergen, dan karenanya ia
merupakan barisan divergen. Sebagai contoh, barisan Fibonacci
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, . . .
merupakan barisan divergen karena ia tak terbatas.
Selanjutnya perlu diingat bahwa barisan terbatas pun mungkin saja divergen.
Sebagai contoh, barisan (1)
n
) merupakan barisan divergen. Dengan mudah kita
dapat menunjukkan bahwa lim
n
(1)
n
,= 1. Namun ini belum menunjukkan bahwa
(1)
n
) divergen. Untuk menunjukkan kedivergenan (1)
n
), kita harus meyakinkan
bahwa lim
n
(1)
n
,= L untuk sembarang L R.
Soal Latihan
1. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan rasional r > 0, barisan
1
n
r
) konvergen
ke 0.
2. Buktikan bahwa

n1
n+1
_
konvergen ke 1.
3. Tuliskan arti dari lim
n
x
n
,= L. Tunjukkan bahwa lim
n
(1)
n
,= L untuk sem-
barang L R.
Pengantar Analisis Real 27
4. Buktikan jika c R dan x
n
) konvergen ke L, maka cx
n
) konvergen ke cL.
5. Buktikan jika x
n
) konvergen ke L > 0, maka terdapat N N sedemikian
sehingga x
n
>
L
2
untuk tiap n N.
6. Berikan alasan sederhana mengapa barisan Fibonacci tidak mungkin konvergen.
3.3 Teorema Limit
Dalam contoh dan soal-soal latihan pada subbab sebelumnya, ketika > 0
diberikan, cukup mudah bagi kita untuk mencari bilangan asli N yang memenuhi
denisi barisan konvergen. Namun secara umum tidaklah selalu demikian situasinya.
Dalam hal ini kita perlu mempunyai cara lain untuk memeriksa kekonvergenan suatu
barisan (dan menentukan limitnya) tanpa harus menggunakan denisinya.
Proposisi 5. Misalkan x
n
L dan y
n
M bila n , dan , R. Maka
(i) x
n
+y
n
L +M bila n .
(ii) x
n
y
n
LM bila n .
(iii)
x
n
y
n

L
M
bila n , asalkan M ,= 0.
Bukti. (i) Berdasarkan Soal Latihan 3.2 No. 4, cukup dibuktikan bahwa, jika x
n
L
dan y
n
M untuk n , maka x
n
+y
n
L +M untuk n . Diberikan > 0
sembarang, terdapat N
1
N sedemikian sehingga untuk n N
1
berlaku
[x
n
L[ <

2
.
Pada saat yang sama, terdapat N
2
N sedemikian sehingga untuk n N
2
berlaku
[y
n
M[ <

2
.
Sekarang pilih N := maksN
1
, N
2
. Maka, untuk n N, kita peroleh (dengan
menggunakan Ketaksamaan Segitiga)
[(x
n
+y
n
) (L +M)[ [x
n
L[ +[y
n
M[ <

2
+

2
= .
Ini menunjukkan bahwa x
n
+y
n
L +M untuk n .
28 Hendra Gunawan
Bukti bagian (ii) dan (iii) diserahkan sebagai latihan.
Contoh 6. lim
n
2n
2
5n
3n
2
7n + 4
=
2
3
.
Penjelasan. Berdasarkan Proposisi 5 (serta contoh dan soal latihan pada 3.2),
2n
2
5n
3n
2
7n + 4
=
2 (5/n)
3 (7/n) + (4/n
2
)

2 0
3 0 + 0
=
2
3
bila n .
Teorema 7 (Teorema Apit). Misalkan x
n
y
n
z
n
untuk tiap n N. Jika
x
n
L dan z
n
L untuk n , maka y
n
L untuk n .
Catatan. Hipotesis bahwa x
n
y
n
z
n
berlaku untuk tiap n N dapat diperlunak
menjadi hanya berlaku untuk tiap n n
0
(untuk suatu n
0
N). Dalam menyelidiki
kekonvergenan suatu barisan, yang penting untuk kita tangani adalah ekor-nya,
yakni suku-suku x
n
dengan n n
0
.
Bukti. Diberikan > 0, pilih N N sedemikian sehingga untuk n N berlaku
[x
n
L[ < dan [z
n
L[ <
atau
L < x
n
< L + dan L < z
n
< L +.
Akibatnya, untuk n N, kita peroleh
L < x
n
y
n
z
n
< L +,
sehingga [y
n
L[ < . Ini menunjukkan bahwa y
n
L untuk n .
Contoh 8. Misalkan x
n
) terbatas. Maka lim
n
x
n
n
= 0.
Penjelasan. Terdapat K > 0 sedemikian sehingga untuk setiap n N berlaku
K x
n
K.
Akibatnya

K
n

x
n
n

K
n
.
Karena lim
n
K
n
= 0, maka menurut Teorema Apit lim
n
x
n
n
= 0.
Pengantar Analisis Real 29
Teorema 9. (i) Jika x
n
L untuk n , maka [x
n
[ [L[ untuk n .
(ii) Jika x
n
0 untuk tiap n N dan x
n
L untuk n , maka L 0 dan

x
n

L untuk n .
Bukti. (i) Berdasarkan Ketaksamaan Segitiga, untuk setiap n N, kita mempunyai

[x
n
[ [L[

[x
n
L[.
Karena itu jelas jika x
n
L untuk n , maka [x
n
[ [L[ untuk n .
(ii) Andaikan L < 0, kita dapat memilih n N sedemikian sehingga x
n
<
L
2
< 0,
bertentangan dengan hipotesis. Jadi mestilah L 0.
Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa

x
n
) konvergen ke

L, kita tinjau
kasus L = 0 dan kasus L > 0 secara terpisah. Untuk kasus L = 0, kita perhatikan
bahwa

x
n
<

bila x
n
< . Karena itu,

x
n
0 untuk n karena x
n
0
untuk n . Sekarang misalkan L > 0. Untuk tiap n N, kita mempunyai
[

x
n

L[ =
[x
n
L[

x
n
+

L
[x
n
L[.
Jadi, diberikan > 0, kita tinggal memilih N N sedemikian sehingga untuk setiap
n N berlaku [x
n
L[ <

L. Ini menunjukkan bahwa



x
n

L untuk n .
Soal Latihan
1. Buktikan Proposisi 5 bagian (ii) dan (iii).
2. Buktikan jika [x
n
L[ y
n
untuk tiap n N dan y
n
0 untuk n , maka
x
n
L untuk n .
3. Diketahui x
n
y
n
untuk tiap n N, x
n
L dan y
n
M untuk n .
Buktikan bahwa L M.
4. Buktikan bahwa

1
2
n
_
konvergen ke 0, dengan menggunakan fakta bahwa n < 2
n
untuk tiap n N.
5. Buktikan bahwa

n + 1

n) konvergen ke 0.
6. Diketahui [x[ < 1. Buktikan bahwa x
n
) konvegen ke 0. (Petunjuk. Tuliskan
[x[ =
1
1+a
, maka [x
n
[ <
1
an
.)
30 Hendra Gunawan
7. Misalkan x
n
y
n
untuk tiap n N. Buktikan jika x
n
L dan y
n
M untuk
n , maka L M.
3.4 Barisan Monoton
Salah satu jenis barisan yang mudah dipelajari kekonvergenannya adalah barisan
monoton. Barisan x
n
) dikatakan naik apabila x
n
x
n+1
untuk tiap n N. Serupa
dengan itu, x
n
) dikatakan turun apabila x
n
x
n+1
untuk tiap n N. Barisan naik
dan barisan turun disebut barisan monoton. Bila x
n
< x
n+1
atau x
n
> x
n+1
untuk
tiap n N, maka x
n
) dikatakan naik murni atau turun murni.
Contoh 10. (i) Barisan
1
n
) merupakan barisan monoton turun.
(ii) Barisan Fibonacci 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, . . . merupakan barisan monoton naik.
(iii) Barisan konstan c) merupakan barisan monoton naik dan sekaligus turun.
(iv) Barisan (1)
n
) bukan merupakan barisan monoton.
Teorema 11. (i) Jika x
n
) naik dan terbatas (di atas), maka ia konvergen ke supx
n
:
n N.
(ii) Jika x
n
) turun dan terbatas (di bawah), maka ia konvergen ke infx
n
: n N.
Bukti. (i) Misalkan A := x
n
: n N dan L = supA. Akan ditunjukkan bahwa
x
n
L untuk n . Untuk setiap > 0, L bukan batas atas himpunan A, dan
karenanya terdapat N N sedemikian sehingga L < x
N
L. Karena x
n
) naik,
untuk setiap n N berlaku L < x
N
x
n
L, dan sebagai akibatnya
[x
n
L[ < .
Dengan demikian x
n
L untuk n .
(ii) Serupa dengan bukti untuk bagian (i).
Contoh 12. Misalkan x
n
:= 1 +
1
2
2
+ +
1
n
2
, n N. Di sini jelas bahwa x
n
)
naik. Selanjutnya, untuk tiap n 2, kita mempunyai
1
n
2

1
n(n 1)
=
1
n 1

1
n
.
Pengantar Analisis Real 31
Akibatnya, untuk tiap n N berlaku
1 +
1
2
2
+ +
1
n
2
1 +
_
1
1

1
2
_
+ +
_
1
n 1

1
n
_
= 2
1
n
< 2.
Jadi x
n
) terbatas (di atas). Menurut Teorema 11, x
n
) konvergen (ke suatu L 2).
Contoh 13. Diberikan a > 0 dan x
0
> 0, denisikan barisan x
n
) sebagai
x
n
=
1
2
_
x
n1
+
2
x
n1
_
, n N.
Dapat ditunjukkan bahwa x
n
) turun dan terbatas di bawah, sehingga konvergen,
dan limitnya adalah

a. Lihat tabel di bawah yang berisi nilai suku-suku barisan ini
untuk a = 2 dan x
0
= 1. (Cara menghampiri

a dengan barisan ini telah dikenal di
Mesopotamia sebelum 1500 SM.)
Contoh 14. Misalkan x
n
:=
_
1 +
1
n
_
n
, n N. Dapat diperiksa bahwa x
n
) naik dan
terbatas (di atas), sehingga konvergen. (Lihat [1] atau [2].)
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 11 bagian (ii).
2. Diketahui 0 < x < 1. Buktikan bahwa x
n
) turun dan terbatas di bawah,
sehingga ia konvergen.
3. Misalkan x
n
:= 1 +
1
2!
+ +
1
n!
, n N. Buktikan bahwa x
n
) naik dan
terbatas (di atas). (Petunjuk. 2
n1
n! untuk tiap n N.)
4. Misalkan x
n
:= 1 +
1
2
+ +
1
n
, n N. Buktikan bahwa x
n
) naik. Apakah
x
n
) terbatas (di atas)?
32 Hendra Gunawan
4. SUB-BARISAN DAN BARISAN CAUCHY
4.1 Sub-barisan
Misalkan x
n
) barisan dan n
k
) barisan naik murni dengan n
k
N untuk tiap
k N. Maka, barisan
x
n
k
)
disebut sebagai sub-barisan dari x
n
). Sebagai contoh,
x
2
, x
3
, x
4
, x
5
, . . .
dan
x
2
, x
4
, x
8
, x
16
, . . .
merupakan sub-barisan dari x
n
). Pada sub-barisan pertama, n
k
= k + 1; sementara
pada sub-barisan kedua, n
k
= 2
k
.
Contoh 1. (i) Diketahui barisan (1)
n
). Maka,
(1)
2k1
) = 1)
dan
(1)
2k
) = 1)
merupakan sub-barisan dari (1)
n
).
(ii) Misalkan r
n
) adalah barisan 1, 2,
3
2
,
5
3
,
8
5
,
13
8
, . . . . Maka
1,
3
2
,
8
5
, . . .
dan
2,
5
3
,
13
8
, . . .
merupakan sub-barisan dari r
n
).
Pengantar Analisis Real 33
Hipotesis n
k
) naik murni merupakan bagian penting dalam denisi sub-barisan.
Sebagai salah satu akibat dari hipotesis ini, kita mempunyai n
k
k untuk tiap k N.
Fakta ini dapat dibuktikan dengan Prinsip Induksi Matematika. (Jelas bahwa n
1
1.
Selanjutnya, jika n
k
k, maka n
k+1
> n
k
k dan karenanya n
k+1
k + 1.)
Catat bahwa setiap sub-barisan dari barisan terbatas juga bersifat terbatas.
Selanjutnya, kita mempunyai teorema berikut.
Teorema 2. Jika x
n
) konvergen ke L, maka setiap sub-barisan dari x
n
) konvergen
ke L.
Bukti. Misalkan x
n
k
) adalah sub-barisan dari x
n
). Diberikan > 0, pilih N N
sedemikian sehingga untuk setiap n N berlaku
[x
n
L[ < .
Maka, untuk setiap k N, kita mempunyai n
k
k N, dan karenanya
[x
n
k
L[ < .
Dengan demikian x
n
k
) konvergen ke L.
Contoh 3. Kita telah membahas kedivergenan barisan (1)
n
). Bukti alternatif yang
lebih sederhana dapat diberikan dengan menggunakan Teorema 2. Karena terdapat
sub-barisan 1) yang konvergen ke -1 dan sub-barisan 1) yang konvergen ke 1,
maka barisan (1)
n
) tidak mungkin konvergen. (Jika ia konvergen, maka menurut
Teorema 2 kedua sub-barisan di atas seharusnya konvergen ke bilangan yang sama.)
Contoh 4. Pada Soal Latihan 3.4 No. 3, anda diminta menunjukkan bahwa x
n
)
konvergen untuk 0 < x < 1. Sekarang kita dapat menentukan limitnya dengan
menggunakan Teorema 2 sebagai berikut. Misalkan x
n
) konvergen ke L. Maka,
sub-barisan x
2k
) akan konvergen ke L juga. Namun,
x
2k
= (x
k
)
2
L
2
untuk k .
Karena itu L = L
2
, sehingga kita dapatkan L = 0 atau L = 1. Mengingat 0 < x < 1
dan x
n
) turun, kita simpulkan bahwa L = 0. Hasil ini sesuai dengan Soal Latihan
3.3 No. 5.
34 Hendra Gunawan
Contoh 5. Dalam Contoh 13 pada Sub-bab 3.4 kita telah menunjukkan bahwa
barisan x
n
) yang didenisikan secara induktif dengan
x
n+1
=
1
2
_
x
n
+
2
x
n
_
, n N,
konvergen. Sekarang misalkan limitnya adalah L. Maka, menurut Teorema 2, x
n+1
)
juga konvergen ke L. Akibatnya
L =
1
2
_
L +
2
L
_
,
sehingga L
2
= 2. Namun x
1
> 0 mengakibatkan x
n
> 0 untuk tiap n N. Karena
itu mestilah L =

2.
Soal Latihan
1. Diketahui barisan x
n
). Tunjukkan jika x
2k1
) dan x
2k
) konvergen ke bilangan
yang sama, maka x
n
) konvergen.
2. Diketahui barisan x
n
) didenisikan secara induktif dengan x
1
= 1 dan
x
n+1
= x
n
+
1
x
n
, n N.
Mungkinkah x
n
) konvergen?
3. Diketahui barisan r
n
) didenisikan secara induktif dengan r
1
= 1 dan
r
n+1
= 1 +
1
r
n
, n N.
Tunjukkan jika r
n
) konvergen, maka ia mestilah konvergen ke
1+

5
2
.
4.2 Teorema Bolzano-Weierstrass
Pada bagian ini kita akan membahas sebuah hasil penting tentang barisan ter-
batas. Sebelum kita sampai ke sana, kita pelajari terlebih dahulu teorema berikut.
Teorema 6. Setiap barisan mempunyai sub-barisan yang monoton.
Pengantar Analisis Real 35
Bukti. Misalkan x
n
) barisan sembarang. Untuk tiap N N, denisikan A
N
:= x
n
:
n N. Kita tinjau dua kasus berikut.
Kasus 1: Untuk tiap N N, A
N
mempunyai maksimum. Dalam kasus ini, kita dapat
memperoleh barisan bilangan asli n
k
) sedemikian sehingga
x
n1
= maks A
1
x
n2
= maks A
n1+1
x
n3
= maks A
n2+1
dan seterusnya. Jelas bahwa n
1
< n
2
< n
3
< dan x
n
k
) merupakan sub-barisan
yang monoton turun.
Kasus 2: Terdapat n
1
N sedemikian sehingga A
n1
tidak mempunyai maksimum.
Dalam kasus ini, terdapat n
2
n
1
+ 1 sedemikian sehingga x
n2
> x
n1
(karena jika
tidak, maka x
n1
merupakan maksimum A
n1
). Selanjutnya, terdapat n
3
n
2
+ 1
sedemikian sehingga x
n3
> x
n2
(karena jika tidak, maka maks x
n1
, . . . , x
n2
meru-
pakan maksimum A
n1
). Demikian seterusnya, sehingga kita peroleh sub-barisan x
n
k
)
yang monoton naik.
Teorema 7 (Bolzano-Weierstrass). Setiap barisan terbatas mempunyai sub-barisan
yang konvergen.
Bukti. Misalkan x
n
) terbatas. Menurut Teorema 6, terdapat sub-barisan x
n
k
) yang
monoton. Karena x
n
) terbatas, sub-barisan x
n
k
) juga terbatas. Jadi, menurut
Teorema 11 pada Bab 3, x
n
k
) konvergen.
Contoh 8. (i) Barisan (1)
n
) mempunyai dua sub-barisan yang konvergen, yakni
1) dan 1).
(ii) Barisan
1
2
,
1
3
,
2
3
,
1
4
,
2
4
,
3
4
, . . . mempunyai banyak sub-barisan yang konvergen, di
antaranya
1
2
,
2
4
,
3
6
, . . . ;
1
2
,
1
3
,
1
4
, . . . ;
1
2
,
2
3
,
3
4
, . . . .
36 Hendra Gunawan
Misalkan x
n
) terbatas dan L adalah himpunan semua bilangan real yang meru-
pakan limit sub-barisan dari x
n
). Sebagai contoh, jika x
n
= (1)
n
, maka
L = 1, 1.
Dari Teorema Bolzano-Weierstrass, kita tahu bahwa L tak kosong. Kita juga tahu
bahwa dalam hal x
n
) konvergen, himpunan L merupakan himpunan singleton, yakni
lim
n
x
n
. Lebih jauh, kita mempunyai proposisi berikut tentang L yang buktinya
tidak akan kita bahas di sini (lihat [2] bila ingin mempelajarinya).
Proposisi 9. Himpunan L mempunyai maksimum dan minimum.
Misalkan L := maks L dan L := min L. Kita sebut L sebagai limit superior
dari x
n
) dan kita tuliskan
limsup
n
x
n
= L.
Serupa dengan itu, kita sebut L sebagai limit inferior dari x
n
) dan kita tuliskan
liminf
n
x
n
= L.
Sebagai contoh, jika x
n
= (1)
n
, maka
limsup
n
x
n
= 1 dan liminf
n
x
n
= 1.
Soal Latihan
1. Misalkan x
n
) adalah barisan terbatas sedemikian sehingga untuk setiap N N
terdapat n N sedemikian sehingga x
n
a. Buktikan bahwa x
n
) mempunyai
sub-barisan yang konvergen ke suatu bilangan L a.
2. Diketahui barisan
1
2
,
1
3
,
2
3
,
1
4
,
2
4
,
3
4
, . . . . Tentukan limit superior dan limit inferi-
ornya.
3. Diketahui barisan (1)
n
(1+
1
n
)). Tentukan limit superior dan limit inferiornya.
4. Misalkan x
n
) terbatas. Untuk tiap n N, denisikan M
n
:= sup
kn
x
k
. Tun-
jukkan bahwa M
n
) turun dan terbatas (di bawah), dan karenanya konvergen.
Pengantar Analisis Real 37
4.3 Barisan Cauchy
Teorema 11 pada Bab 3 memberi kita cara untuk menyelidiki kekonvergenan
sebuah barisan tanpa harus mengetahui limitnya. Persisnya, jika kita dihadapkan
pada sebuah barisan yang monoton dan terbatas, maka kita dapat menyimpulkan
bahwa ia konvergen. Namun bagaimana bila barisan tersebut bukan barisan monoton
dan limitnya tak dapat diterka? Upaya yang dapat kita lakukan dalam hal ini adalah
mengamati jarak antara satu suku dengan suku lainnya.
Barisan x
n
) disebut barisan Cauchy apabila untuk setiap > 0 terdapat N N
sedemikian sehingga untuk m, n N berlaku
[x
m
x
n
[ < .
Secara intuitif, suku-suku pada barisan Cauchy mendekat dan semakin mendekat satu
sama lain.
Proposisi 10. Jika x
n
) konvergen, maka x
n
) merupakan barisan Cauchy.
Bukti. Misalkan x
n
) konvergen ke L. Diberikan > 0, pilih N N sedemikian
sehingga untuk tiap n N berlaku [x
n
L[ <

2
. Maka, untuk m, n N, kita
peroleh
[x
m
x
n
[ [x
m
L[ +[L x
n
[ <

2
+

2
= .
Ini membuktikan bahwa x
n
) Cauchy.
Proposisi 11. Jika x
n
) Cauchy, maka x
n
) terbatas.
Bukti. Diserahkan sebagai latihan.
Teorema 12. Jika x
n
) Cauchy, maka x
n
) konvergen.
Bukti. Misalkan x
n
) Cauchy. Menurut Proposisi 11, x
n
) terbatas. Menurut Teorema
Bolzano-Weierstrass, x
n
) mempunyai sub-barisan yang konvergen, sebutlah x
n
k
)
dengan lim
k
x
n
k
= L. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa x
n
L untuk n .
Diberikan > 0 sembarang, pilih M N sedemikian sehingga untuk k M
berlaku [x
n
k
L[ <

2
. Juga pilih N N sedemikian sehingga untuk m, n N
berlaku [x
m
x
n
[ <

2
. Sekarang jika n N, maka untuk k M dengan n
k
N
kita mempunyai
[x
n
L[ [x
n
x
n
k
[ +[x
n
k
L[ <

2
+

2
= .
38 Hendra Gunawan
Ini menunjukkan bahwa x
n
) konvergen ke L.
Contoh 13. Diketahui barisan x
n
) dengan x
1
= 1, x
2
= 2, dan
x
n+2
=
1
2
(x
n+1
+x
n
), n N.
Maka, dapat diperiksa bahwa untuk tiap n N kita mempunyai
[x
n+2
x
n+1
[ =
1
2
n
.
Dengan menggunakan Ketaksamaan Segitiga, kita peroleh untuk m > n
[x
m
x
n
[ [x
m
x
m1
[ + +[x
n+1
x
n
[
1
2
n2
.
Diberikan > 0, kita dapat memilih N N sedemikian sehingga
1
2
N2
< . Maka,
untuk m, n N, kita peroleh [x
m
x
n
[
1
2
N2
< . Ini menunjukkan bahwa x
n
)
Cauchy, dan karenanya konvergen.
Untuk menentukan limitnya, cara seperti pada Contoh 5 akan memberikan per-
samaan L =
1
2
(L + L), yang tak berguna. Namun ada cara lain yang dapat kita
lakukan. Perhatikan bahwa sub-barisan x
1
, x
3
, x
5
, . . . monoton naik (dan terbatas).
Lebih jauh, untuk tiap n N, kita mempunyai
x
n+2
x
n
=
1
4
(x
n
x
n2
).
Karena itu, untuk tiap k N, kita peroleh
x
2k+1
= 1 +
1
2
_
1 +
1
4
+ +
1
4
k1
_
= 1 +
2
3
_
1
1
4
k
_
.
Dengan demikian x
2k+1

5
3
untuk k . Jadi x
n
) mestilah konvergen ke
5
3
.
Salah satu cara mengenali barisan Cauchy adalah dengan melihat selisih antara
satu suku dengan suku berikutnya. Barisan x
n
) disebut barisan kontraktif apabila
terdapat suatu konstanta 0 < C < 1 sedemikian sehingga
[x
n+2
x
n+1
[ C [x
n+1
x
n
[, .
untuk setiap n N.
Contoh 14. Barisan x
n
) dengan x
1
= 1, x
2
= 2, dan
x
n+2
=
1
2
(x
n+1
+x
n
), n N,
Pengantar Analisis Real 39
merupakan barisan kontraktif, karena untuk tiap n N berlaku
[x
n+2
x
n+1
[ =
1
2
[x
n+1
x
n
[.
Teorema 15. Jika x
n
) kontraktif, maka x
n
) Cauchy (dan karenanya ia konvergen).
Soal Latihan
1. Buktikan Proposisi 11.
2. Tentukan limit barisan x
n
) pada Contoh 13.
3. Buktikan Teorema 15.
4. Diketahui barisan x
n
) dengan x
1
= 1, x
2
= 2, dan
x
n+2
=

x
n+1
x
n
, n N.
Buktikan bahwa 1 x
n
2 untuk tiap n N dan
[x
n+2
x
n+1
[
2
3
[x
n+1
x
n
[, n N,
sehingga x
n
) Cauchy (dan konvergen). Tentukan limitnya.
5. Diketahui barisan r
n
) didenisikan secara induktif dengan r
1
= 1 dan
r
n+1
= 1 +
1
r
n
, n N.
Buktikan bahwa r
n
) kontraktif, sehingga ia Cauchy (dan konvergen).
6. Selidiki apakah barisan
1
n
) kontraktif.
4.4 Barisan Divergen
Di antara barisan divergen, terdapat sekelompok barisan divergen yang menarik
untuk dipelajari. Barisan x
n
) dikatakan divergen ke + dan kita tuliskan
x
n
+ untuk n
40 Hendra Gunawan
apabila untuk setiap M > 0 terdapat N N sedemikian sehingga untuk setiap n N
berlaku x
n
> M.
Serupa dengan itu, barisan x
n
) dikatakan divergen ke dan kita tuliskan
x
n
untuk n
apabila untuk setiap M > 0 terdapat N N sedemikian sehingga untuk setiap n N
berlaku x
n
< M.
Dalam [1], barisan divergen ke disebut sebagai barisan divergen sejati.
Catatan. Walaupun di sini kita menggunakan notasi yang mirip dengan notasi untuk
barisan konvergen, Proposisi 5 pada Bab 3 tidak berlaku untuk barisan yang divergen
ke mengingat bukan bilangan real.
Contoh 16. (i) Barisan n) divergen ke +; sementara barisan n) divergen ke
.
(ii) Barisan

1 +
1
2
+ +
1
n
_
(yang ditanyakan pada Soal Latihan 3.4 No. 5) meru-
pakan barisan yang divergen ke +.
(iii) Barisan (1)
n
n) divergen, tetapi bukan merupakan barisan yang divergen ke
+ ataupun divergen ke .
Catatan. Barisan x
n
) yang divergen tetapi bukan merupakan barisan yang divergen
ke dikatakan berosilasi.
Teorema 17. (i) Jika x
n
) naik dan tak terbatas (di atas), maka ia divergen ke +.
(ii) Jika x
n
) dan tak terbatas (di bawah), maka ia divergen ke .
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 17.
2. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan rasional r > 0, barisan n
r
) divergen ke
+.
3. Misalkan x
n
> 0 untuk tiap n N. Buktikan bahwa x
n
) konvergen ke 0 jika
dan hanya jika

1
xn
_
divergen ke +.
Pengantar Analisis Real 41
5. DERET
5.1 Deret dan Kekonvergenannya
Diberikan sebuah barisan bilangan real a
n
), denisikan barisan s
N
) dengan
s
N
:=
N

n=1
a
n
= a
1
+ +a
N
, N N.
Untuk tiap N N, s
N
dikenal sebagai jumlah parsial dari deret

n=1
a
n
.
Catatan. Indeks n dapat berjalan mulai dari 0, sehingga kita mempunyai deret

n=0
a
n
. Indeks n dapat pula berjalan mulai dari sembarang bilangan asli n
0
.
Jika s
N
s untuk N , maka deret

n=1
a
n
dikatakan konvergen ke s.
Dalam hal ini s disebut sebagai jumlah deret tersebut dan kita tuliskan

n=1
a
n
= s.
Ini berarti bahwa

n=1
a
n
= lim
N
N

n=1
a
n
,
yang tentu saja bermakna apabila deret konvergen.
Contoh 1. Deret geometri

n=1
1
2
n
42 Hendra Gunawan
merupakan barisan jumlah parsial
s
N
=
N

n=1
1
2
n
= 1
1
2
N
,
yang konvergen ke 1. Jadi dalam hal ini kita dapat menuliskan

n=1
1
2
n
= 1.
Secara umum, deret geometri

n=0
x
n
= 1 +x +x
2
+x
3
+. . .
mempunyai jumlah parsial
s
N
=
N

n=0
x
n
=
1 x
N+1
1 x
.
Jika [x[ < 1, maka x
N+1
0 untuk N ; sehingga
s
N

1
1 x
, untuk N .
Jadi, untuk [x[ < 1, deret

n=0
x
n
konvergen ke
1
1x
. Jika [x[ 1, maka deret divergen.
Contoh 2. Deret

n=1
1
n(n + 1)
mempunyai jumlah parsial
s
N
=
N

n=1
1
n(n + 1)
=
N

n=1
_
1
n

1
n + 1
_
=
_
1
1
2
_
+
_
1
2

1
3
_
+ +
_
1
N

1
N + 1
_
= 1
1
N + 1
.
Di sini s
N
1 untuk N , sehingga deret di atas konvergen dan mempunyai
jumlah 1, yakni

n=1
1
n(n + 1)
= 1.
(Deret yang suku-sukunya saling menghapuskan seperti pada contoh ini disebut deret
teleskopis.)
Pengantar Analisis Real 43
Soal Latihan
1. Misalkan > 0. Tunjukkan bahwa

n=0
1
(+n)(+n+1)
=
1

.
2. Tunjukkan bahwa

n=1
4
4n
2
1
= 2.
3. Tentukan jumlah parsial deret

n=1
(1)
n
. Apakah deret ini konvergen?
5.2 Deret dengan Suku-suku Positif
Deret yang suku-sukunya bernilai positif (atau tak negatif) termasuk deret yang
mudah dipelajari, karena jumlah parsialnya membentuk barisan naik. Jadi, jika kita
ingin menunjukkan bahwa deret tersebut konvergen, kita hanya perlu menunjukkan
bahwa barisan jumlah parsialnya terbatas di atas. Jika barisan jumlah parsialnya tak
terbatas di atas, maka deret tersebut divergen ke +.
Contoh 3. Deret

n=1
1
n
2
mempunyai suku-suku yang bernilai positif. Jumlah parsialnya, yaitu
s
N
= 1 +
1
2
2
+ +
1
N
2
,
membentuk barisan naik dan terbatas di atas (lihat Contoh 12 pada Bab 3). Karena
itu deret di atas konvergen (namun pada saat ini kita belum dapat menghitung jumlah
deret tersebut).
Contoh 4. Deret

n=1
1
n
mempunyai suku-suku yang bernilai positif. Jumlah parsialnya, yaitu
s
N
= 1 +
1
2
+ +
1
N
,
membentuk barisan naik yang tak terbatas di atas (Soal Latihan 3.4 no. 5). Jadi
deret ini divergen ke +.
44 Hendra Gunawan
Teorema 5. Misalkan > 1, bilangan rasional. Maka deret

n=1
1
n

konvergen.
Bukti. Perhatikan bahwa 2
1
< 1 dan, untuk tiap N > 1,
s
N
s
2
N
1
= 1 +
1
2

+
1
3

+ +
1
(2
N
1)

= 1 +
_
1
2

+
1
3

_
+
_
1
4

+ +
1
7

_
+
_
1
2
(N1)
+ +
1
(2
N
1)

_
1 +
_
1
2

+
1
2

_
+
_
1
4

+ +
1
4

_
+
_
1
2
(N1)
+ +
1
2
(N1)
_
= 1 +
2
2

+
4
4

+ +
2
N1
2
(N1)
=
1 (2
1
)
N
1 2
1

1
1 2
1
< .
Jadi s
N
) naik dan terbatas di atas. Karena itu kita simpulkan bahwa deret

n=1
1
n

konvergen.
Soal Latihan
1. Selidiki kekonvergenan deret

n=1
1
n!
.
2. Misalkan r
n
) adalah barisan bilangan rasional
1
2
,
1
3
,
2
3
,
1
4
,
2
4
,
3
4
, . . . .
Tunjukkan bahwa

n=1
r
n
divergen ke +.
5.3 Sifat-sifat Dasar Deret
Bagian ini membahas sifat-sifat dasar deret. Kita mulai dengan sifat linear
deret konvergen.
Pengantar Analisis Real 45
Teorema 6 Misalkan

n=1
a
n
dan

n=1
b
n
konvergen ke a dan b berturut-turut. Jika
dan adalah bilangan real sembarang, maka

n=1
(a
n
+b
n
) konvergen ke a +b.
Bukti. Perhatikan bahwa
N

n=1
(a
n
+b
n
) =
N

n=1
a
n
+
N

n=1
b
n
a +b
untuk N , menurut Proposisi 5 pada Bab 3.
Teorema 7. Jika deret

n=1
a
n
konvergen, maka a
n
0 untuk n .
Bukti. Misalkan

n=1
a
n
= s. Maka
s
N
=
N

n=1
a
n
s,
untuk N . Akibatnya,
a
N
= s
N
s
N1
s s = 0,
untuk N .
Teorema 7 menyatakan bahwa lim
n
a
n
= 0 merupakan syarat perlu untuk
kekonvergenan deret

n=1
a
n
. Sebagai contoh,

n=1
(1)
n
divergen, karena lim
n
(1)
n
,=
0 (persisnya, lim
n
(1)
n
tidak ada).
Kebalikan dari Teorema 7 tidak berlaku: lim
n
a
n
= 0 bukan merupakan syarat
cukup untuk menjamin bahwa deret

n=1
a
n
konvergen. Sebagai contoh, lim
n
1
n
= 0,
tetapi

n=1
1
n
divergen.
Proposisi 8. Misalkan deret

n=1
a
n
konvergen. Maka, untuk setiap N N, deret

n=N
a
n
konvergen dan

n=N
a
n
0, untuk N .
46 Hendra Gunawan
Catatan. Bila Teorema 7 menyatakan bahwa suku-suku dari suatu deret konvergen
haruslah konvergen ke 0, maka menurut Proposisi 8 ekor atau residu dari suatu
deret konvergen juga akan konvergen ke 0.
Soal Latihan
1. Apakah deret

n=1
n
100n+1
konvergen?
2. Buktikan Proposisi 8.
3. Misalkan a
n
) turun, a
n
> 0 untuk tiap n N, dan

n=1
a
n
konvergen. Buktikan
bahwa na
n
0 untuk n . [Petunjuk: Tinjau a
n+1
+ +a
2n
.]
5.4 Kriteria Cauchy; Uji Kekonvergenan Deret
Pada beberapa sub-bab terdahulu, kita telah mempelajari deret dengan jum-
lah parsial yang mempunyai rumus sederhana atau yang membentuk barisan naik,
sehingga kekonvergenannya relatif mudah diselidiki. Bagaimana bila tidak demikian
situasinya? Seperti halnya ketika kita berurusan dengan barisan, kita dapat memeriksa
apakah jumlah parsial deret yang kita amati membentuk barisan Cauchy.
Teorema berikut membahas kekonvergenan deret dengan suku-suku yang berganti-
tanda.
Teorema 9. Misalkan a
n
) turun, a
n
> 0 untuk tiap n N, dan a
n
0 untuk
n . Maka deret

n=1
(1)
n1
a
n
= a
1
a
2
+a
3
a
4
+
konvergen.
Bukti. Bila kita dapat menunjukkan bahwa s
n
) merupakan barisan Cauchy, maka
bukti selesai. Perhatikan bahwa untuk m > n, kita mempunyai
0 a
n+1
a
n+2
+ +a
m
a
n+1
.
Ini terjadi karena a
k
> 0 dan a
k
a
k+1
0 untuk tiap k.
Pengantar Analisis Real 47
Sekarang misalkan > 0 diberikan. Karena a
n
0 untuk n , terdapat
N N sehingga a
n
< untuk n N. Akibatnya, untuk m > n N, kita peroleh
[s
m
s
n
[ = [a
n+1
a
n+2
+ +a
m
[ a
n+1
< .
Ini berarti bahwa s
n
) Cauchy, sesuai dengan harapan kita.
Contoh 10. Deret

n=1
(1)
n1
n
= 1
1
2
+
1
3

1
4
+
merupakan deret berganti tanda yang memenuhi hipotesis Teorema 9. Karena itu
deret ini konvergen.
Teorema 11 (Uji Banding). Misalkan b
n
> 0 untuk tiap n N dan

n=1
b
n
konver-
gen. Jika
[a
n
[ b
n
, n N,
maka

n=1
a
n
konvergen.
Bukti. Ambil > 0 sembarang. Karena

n=1
b
n
konvergen, maka menurut Proposisi
8 terdapat N N sehingga

k=K
b
k
< untuk K N. Sekarang misalkan s
n
adalah
jumlah parsial dari

n=1
a
n
. Maka, untuk m > n N, kita peroleh
[s
m
s
n
[ = [a
n+1
+ +a
m
[ [a
n+1
[ + +[a
m
[
b
n+1
+ +b
m

k=n+1
b
k
< .
Ini menunjukkan bahwa s
n
) Cauchy. Jadi

n=1
a
n
konvergen.
Teorema 12 (Uji Rasio). Misalkan a
n
,= 0 untuk tiap n N dan
lim
n

a
n+1
a
n

= L.
Jika L < 1, maka

n=1
a
n
konvergen; jika L > 1, maka

n=1
a
n
divergen.
48 Hendra Gunawan
Teorema 13 (Uji Akar). Misalkan [a
n
[
1/n
) terbatas dan limsup
n
[a
n
[
1/n
= L.
Jika L < 1, maka

n1
a
n
konvergen; jika L > 1, maka

n=1
a
n
divergen.
Soal Latihan
1. Selidiki benar atau salah pernyataan berikut:
Jika

n=1
a
n
dan

n=1
b
n
konvergen, maka

n=1
a
n
b
n
konvergen.
Jika b
n
> 0 untuk tiap n N,

n=1
b
n
konvergen, dan

n=1
a
n

n=1
b
n
,
untuk tiap N N, maka

n=1
a
n
konvergen.
2. Buktikan Teorema 12.
3. Buktikan Teorema 13. (Ingat bahwa L adalah bilangan terbesar yang meru-
pakan limit dari suatu sub-barisan dari [a
n
[
1/n
).)
4. Selidiki kekonvergenan deret berikut:

n=1
1
n
2
+1

n=1
n
n
2
+1
.

n=1
n
2
n
.
5. Diketahui a
n
0 untuk tiap n N dan

n=1
a
n
konvergen. Buktikan bahwa

n=1
a
2
n
konvergen.
5.5 Kekonvergenan Mutlak dan Kekonvergenan Bersyarat
Deret

n=1
a
n
dikatakan konvergen mutlak apabila deret

n=1
[a
n
[ konvergen. Se-
bagai contoh,

n=1
(1)
n1
n
2
konvergen mutlak karena

n=1
1
n
2
konvergen.
Pengantar Analisis Real 49
Catat bahwa deret yang konvergen berdasarkan Uji Rasio secara otomatis meru-
pakan deret konvergen mutlak.
Hubungan antara deret konvergen mutlak dan deret konvergen dinyatakan oleh
teorema berikut dan catatan di bawahnya.
Teorema 13. Deret konvergen mutlak senantiasa konvergen.
Bukti. Gunakan Uji Banding dengan b
n
= [a
n
[.
Kebalikan dari Teorema 13 tidak berlaku: deret yang konvergen belum tentu
konvergen mutlak. Sebagai contoh,

n=1
(1)
n1
n
konvergen tetapi tidak konvergen
mutlak. Deret yang konvergen tetapi tidak konvergen mutlak dikatakan konvergen
bersyarat.
Soal Latihan
1. Buktikan jika

n=1
a
2
n
dan

n=1
b
2
n
konvergen, maka

n=1
a
n
b
n
konvergen mutlak
(dan karenanya konvergen).
2. Selidiki apakah deret berikut konvergen mutlak, konvergen bersyarat, atau di-
vergen:

n=1
(1)
n1

n=1
(1)
n1
n
3/2
.
3. Selidiki kekonvergenan deret berikut:

n=1

n+1

n
n
.

n=1

n+1

n
.
4. Buktikan bahwa

n=0
x
n
n!
konvergen mutlak untuk setiap x R.
5. Buktikan jika

n=1
a
n
konvergen mutlak, maka

n=1
a
2
n
konvergen.
50 Hendra Gunawan
BAGIAN KEDUA
Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan
51
52 Hendra Gunawan
Pengantar Analisis Real 53
6. FUNGSI
6.1 Fungsi dan Graknya
Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried von Leibniz sejak akhir abad ke-
17, namun denisi fungsi yang kita kenal sekarang berakar pada rumusan Leonhard
Euler pada 1749, yang disempurnakan kemudian oleh Joseph Fourier pada 1822 dan
Lejeune Dirichlet pada 1837.
Sebuah fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang
mengaitkan setiap x A dengan sebuah elemen tunggal y B, ditulis
f : A B
x y.
Elemen y yang terkait dengan x disebut peta dari x (di bawah f) dan kita tulis
y = f(x). Bila f(x) mempunyai rumus yang eksplisit, fungsi f sering dinyatakan
sebagai persamaan
y = f(x).
Dalam buku ini, kita membatasi pembahasan kita pada fungsi dari A R ke
B R, yakni fungsi bernilai real dengan peubah real. Dalam hal ini, kita dapat
menggambar grak fungsi f : A B pada bidang-xy (lihat Gambar 6.1). Denisi di
atas menjamin bahwa setiap garis vertikal yang memotong A akan memotong grak
tepat pada satu buah titik (tidak mungkin lebih).
Jika f adalah sebuah fungsi dari A ke B dan H A, maka kita katakan
bahwa f terdenisi pada H. Himpunan terbesar pada mana f terdenisi adalah A.
Himpunan A dalam hal ini disebut sebagai daerah asal f. Sebagai contoh, sebuah
barisan merupakan fungsi dengan daerah asal himpunan bilangan asli N.
Jika f terdenisi pada H, maka kita denisikan peta dari H di bawah f sebagai
f(H) := f(x) : x H.
54 Hendra Gunawan
Gambar 6.1 Grak sebuah fungsi
Untuk ilustrasi, lihat Gambar 6.2 di bawah ini. Dalam hal H = A, himpunan f(A)
disebut sebagai daerah nilai f. Catat bahwa f(A) tidak harus sama dengan B.
Gambar 6.2 Peta dari H di bawah f
Contoh 1. Persamaan y = x
2
mendenisikan sebuah fungsi dari R ke R. Untuk
tiap x R terdapat tepat sebuah y R yang memenuhi aturan y = x
2
. Amati
bahwa, dalam Gambar 6.3 pada halaman berikut, setiap garis vertikal memotong
grak y = x
2
tepat pada sebuah titik. Daerah asal fungsi ini adalah R dan daerah
nilainya adalah [0, ). Peta dari (0.5, 1], misalnya, adalah [0, 1].
Contoh 2. Persamaan y
2
= x tidak mendenisikan fungsi dari [0, ) ke R. Untuk
Pengantar Analisis Real 55
Gambar 6.3 Grak persamaan y = x
2
tiap x > 0 terdapat dua buah y R, yakni y =

x, yang memenuhi aturan y


2
= x.
Dalam Gambar 6.4, amati bahwa setiap garis vertikal yang memotong sumbu-x pada
x
0
> 0 akan memotong grak y
2
= x pada dua buah titik.
Gambar 6.4 Grak persamaan y
2
= x
Contoh 3. Persamaan y
2
= x, y 0, mendenisikan sebuah fungsi dari [0, ) ke
[0, ). Untuk tiap x > 0 terdapat tepat sebuah y [0, ), yakni y =

x, yang
memenuhi aturan y
2
= x. Dalam Gambar 5.5, amati bahwa setiap garis vertikal yang
memotong sumbu-x pada x
0
0 akan memotong grak y
2
= x, y 0, tepat pada
sebuah titik.
56 Hendra Gunawan
Gambar 6.5 Grak persamaan y
2
= x, y 0
Soal Latihan
1. Gambar grak himpunan semua titik (x, y) sedemikian sehingga
y =
_
5 jika x 1
2 jika x < 1
Jelaskan mengapa grak tersebut merupakan grak sebuah fungsi dari R ke
R. Tentukan daerah nilainya. Tentukan pula peta dari [1, 2] di bawah fungsi
tersebut.
2. Apakah persamaan x
2
+ y
2
= 1 mendenisikan sebuah fungsi dari [1, 1] ke
[1, 1]? Jelaskan.
3. Apakah persamaan x
2
+y
2
= 1, y 0, mendenisikan sebuah fungsi dari [1, 1]
ke [0, 1]? Jelaskan.
4. Diketahui f terdenisi pada H dan A, B H. Selidiki apakah f(A B) =
f(A) f(B) dan f(A B) = f(A) f(B).
6.2 Fungsi Polinom dan Fungsi Rasional
Jika a
0
, a
1
, . . . , a
n
R, maka persamaan
y = a
0
+ a
1
x + +a
n
x
n
Pengantar Analisis Real 57
mendenisikan sebuah fungsi dari R ke R. Sembarang nilai x yang disubstitusikan
ke ruas kanan akan memberi kita sebuah nilai y yang berkaitan dengannya. Untuk
n N, fungsi ini dikenal sebagai polinom berderajat n asalkan a
n
,= 0. Untuk n = 0,
fungsi konstan y = a
0
merupakan polinom berderajat 0.
Misalkan P dan Q adalah fungsi polinom, dan S adalah himpunan semua bi-
langan x R dengan Q(x) ,= 0. Maka, persamaan
y =
P(x)
Q(x)
mendenisikan sebuah fungsi dari S ke R. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi rasional.
Contoh 4. Fungsi yang diberikan oleh persamaan
y = x
3
3x
2
+ 2x
merupakan polinom berderajat 3 (atau polinom kubik). Grak fungsi ini dapat
dilihat dalam Gambar 6.6. Perhatikan bahwa grak memotong sumbu-x pada tiga
buah titik (yang merupakan akar persamaan kubik x
3
3x
2
+ 2x = 0).
Gambar 6.6 Grak fungsi y = x
3
3x
2
+ 2x
Contoh 5. Fungsi yang diberikan oleh persamaan
y =
x
2
+ 4
x
2
4
merupakan polinom rasional. Daerah asalnya adalah x : x ,= 2. Graknya dapat
dilihat dalam Gambar 6.7.
58 Hendra Gunawan
Gambar 6.7 Grak fungsi y =
x
2
+4
x
2
4
Soal Latihan
1. Tentukan daerah nilai fungsi polinom y = 4x 4x
2
dan sketsalah graknya.
2. Tentukan daerah asal fungsi rasional y =
1x
1+x
dan sketsalah graknya.
6.3 Operasi pada Fungsi; Fungsi Invers
Jika H R, f, g : H R, dan R, maka kita denisikan f + g dan f
sebagai fungsi yang memenuhi aturan
(f +g)(x) := f(x) + g(x), x H;
(f)(x) := f(x), x H.
Selain itu kita denisikan pula fg dan f/g sebagai
(fg)(x) := f(x)g(x), x H;
(f/g)(x) := f(x)/g(x), x H, g(x) ,= 0.
Sebagai contoh, jika f dan g adalah polinom, maka f/g merupakan fungsi rasional.
Misalkan A, B R, g : A B, dan f : B R. Maka kita denisikan fungsi
komposisi f g : A R sebagai
(f g)(x) := f(g(x)), x A.
Pengantar Analisis Real 59
Perhatikan bahwa untuk tiap x A
x g(x) f(g(x)).
Di sini fungsi g beroperasi terlebih dahulu terhadap x, baru kemudian fungsi f berop-
erasi terhadap g(x).
Contoh 6. Misalkan f : R R didenisikan sebagai
f(x) =
x
2
1
x
2
+ 1
, x R,
dan g : R R didenisikan sebagai
g(x) = x
2
.
Maka f g : R R adalah fungsi dengan aturan
(f g)(x) = f(g(x)) =
g(x)
2
1
g(x)
2
+ 1
=
x
4
1
x
4
+ 1
.
Misalkan A dan B adalah himpunan dan f adalah fungsi dari A ke B. Ini berarti
bahwa bahwa setiap anggota a A mempunyai sebuah peta tunggal b = f(a) B.
Kita sebut f
1
fungsi invers dari f apabila f
1
merupakan fungsi dari B ke A dengan
sifat
x = f
1
(y) jika dan hanya jika y = f(x).
Tidak semua fungsi mempunyai fungsi invers. Dari denisi di atas jelas bahwa
f : A B mempunyai fungsi invers f
1
: B A jika dan hanya jika setiap b B
merupakan peta dari sebuah anggota tunggal a A. Fungsi dengan sifat ini disebut
sebagai suatu korespondensi 1 1 antara A dan B.
Secara geometris, f : A B merupakan korespondensi 1 1 antara A dan
B jika dan hanya jika setiap garis vertikal yang memotong A juga memotong grak
f tepat pada sebuah titik dan setiap garis horisontal yang memotong B juga akan
memotong grak f tepat pada sebuah titik. Kondisi pertama memastikan bahwa
f merupakan fungsi, sementara kondisi kedua memastikan bahwa f
1
merupakan
fungsi. Lihat Gambar 6.8 di bawah ini.
Contoh 7. Fungsi f(x) =

x merupakan korespondensi 1 1 antara [0, ) dan
[0, ). Fungsi ini mempunyai fungsi invers, yaitu
f
1
(x) = x
2
, x 0.
60 Hendra Gunawan
Gambar 6.8 Korespondensi 1 1
Soal Latihan
1. Misalkan f : [0, 1] [0, 1] didenisikan sebagai
f(x) =
1 x
1 + x
, 0 x 1,
dan g : [0, 1] [0, 1] didenisikan sebagai
g(x) = 4x 4x
2
, 0 x 1.
Tentukan aturan untuk f g dan g f. Apakah mereka sama?
2. Untuk fungsi f dan g pada Soal 1, tunjukkan bahwa f
1
ada sedangkan g
1
tidak ada. Tentukan aturan untuk f
1
.
3. Diketahui g : A B merupakan suatu korespondensi 1 1 antara A dan B.
Buktikan bahwa (g
1
g)(x) = x untuk tiap x A dan (g g
1
)(y) = y untuk
tiap y B.
6.4 Fungsi Terbatas
Misalkan f terdenisi pada H. Kita katakan bahwa f terbatas di atas pada H
oleh suatu batas atas M apabila untuk tiap x H berlaku
f(x) M.
Pengantar Analisis Real 61
Ini setara dengan mengatakan bahwa himpunan
f(H) = f(x) : x H
terbatas di atas oleh M.
Jika f terbatas di atas pada H, maka menurut Sifat Kelengkapan f(H) mem-
punyai supremum. Misalkan
B = sup
xH
f(x) = supf(H).
Secara umum, belum tentu terdapat c H sehingga f(c) = B. Jika terdapat c H
sehingga f(c) = B, maka B disebut sebagai nilai maksimum f pada H dan nilai
maksimum ini tercapai di c. Untuk ilustrasi, lihat Gambar 6.9 di bawah ini.
Gambar 6.9 Fungsi terbatas dan nilai maksimumnya
Denisi fungsi terbatas di bawah dan nilai minimum dapat dirumuskan secara
serupa. Jika f terbatas di atas dan juga di bawah pada himpunan H, maka f
dikatakan terbatas pada H. Menurut Proposisi 2 pada Bab 1, f terbatas pada H
jika dan hanya jika terdapat K > 0 sedemikian sehingga untuk tiap x H berlaku
[f(x)[ K.
Contoh 8. Misalkan f : (0, ) R didenisikan sebagai
f(x) =
1
x
, x > 0.
62 Hendra Gunawan
Fungsi ini terbatas di bawah pada (0, ) dan inf
x>0
f(x) = 0, namun f tidak mempunyai
nilai minimum. Perhatikan pula bahwa f tidak terbatas di atas pada (0, ).
Contoh 9. Misalkan f : [0, 1] [0, 1] didenisikan oleh
f(x) = 1 x.
Fungsi ini terbatas pada [0, 1], mencapai nilai maksimumnya (yaitu 1) di 0, dan juga
mencapai nilai minimumnya (yaitu 0) di 1.
Soal Latihan
1. Selidiki apakah f : [0, 1] [0, 1] yang didenisikan sebagai
f(x) =
1 x
1 + x
, 0 x 1,
terbatas serta mencapai nilai maksimum dan minimumnya.
2. Selidiki apakah g : [0, 1] [0, 1] yang didenisikan sebagai
g(x) = 4x 4x
2
, 0 x 1.
terbatas serta mencapai nilai maksimum dan minimumnya.
3. Tunjukkan bahwa f(x) =
1
1+x
2
terbatas pada R. Apakah f mencapai nilai
maksimum dan minimumnya?
4. Misalkan f dan g terbatas di atas pada H dan a R. Buktikan bahwa
sup
xH
a + f(x) = a + sup
xH
f(x).
sup
xH
f(x) + g(x) sup
xH
f(x) + sup
xH
g(x).
Beri contoh bahwa kesamaan tidak harus berlaku.
Pengantar Analisis Real 63
7. LIMIT DAN KEKONTINUAN
7.1 Limit Fungsi di Suatu Titik
Diberikan sebuah fungsi yang terdenisi pada interval (a, b) kecuali mungkin di
sebuah titik c (a, b), kita tertarik untuk mengamati nilai f(x) untuk x di sekitar
c. Khususnya, kita bertanya: apakah f(x) menuju suatu bilangan tertentu bila x
menuju c? Berikut ini adalah denisi limit sepihak, yaitu limit kiri dan limit kanan,
di suatu titik.
Misalkan f terdenisi pada interval (a, c) dan L R. Kita katakan bahwa f
menuju L bila x menuju c dari kiri, dan kita tulis
f(x) L bila x c

atau
lim
xc

f(x) = L,
apabila untuk setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga
jika c < x < c, maka [f(x) L[ < .
Misalkan f terdenisi pada interval (c, b) dan M R. Kita katakan bahwa f
menuju M bila x menuju c dari kanan, dan kita tulis
f(x) M bila x c
+
atau
lim
xc
+
f(x) = M,
apabila untuk setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga
jika c < x < c + , maka [f(x) M[ < .
64 Hendra Gunawan
Gambar 7.1 Limit Kiri f di c
Bilangan L dan M disebut sebagai limit kiri dan limit kanan dari f di c. Nilai
[f(x) L[ (atau [f(x) M[) menyatakan jarak antara f(x) dan L (atau jarak antara
f(x) dan M), yang dapat kita interpretasikan sebagai kesalahan dalam menghampiri
nilai L atau M dengan f(x) (atau sebaliknya menghampiri nilai f(x) dengan L atau
M). Kesalahan ini dapat dibuat sekecil yang kita kehendaki dengan cara mengambil
x sedekat-dekatnya ke c dari kiri atau kanan.
Contoh 1. Misalkan f : R R adalah fungsi yang didenisikan sebagai
f(x) =
_
1 x, x 1;
2x, x > 1.
Maka,
lim
x1

f(x) = 0 dan lim


x1
+
f(x) = 2.
Perhatikan bahwa nilai f(1) terdenisi, yakni f(1) = 0.
Misalkan f terdenisi pada interval (a, b) kecuali mungkin di titik c (a, b),
dan L R. Kita katakan bahwa f menuju ke L bila x menuju c, dan kita tuliskan
f(x) L bila x c
atau
lim
xc
f(x) = L,
Pengantar Analisis Real 65
apabila untuk setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga
jika 0 < [x c[ < , maka [f(x) L[ < .
Dalam hal ini, bilangan L disebut sebagai limit f di c, dan f dikatakan mempunyai
limit L di c.
Gambar 7.2 Limit f di c
Perhatikan bahwa kondisi 0 < [x c[ < setara dengan < x c < , x ,= c.
Jadi, 0 < [xc[ < jika dan hanya jika x memenuhi salah satu dari dua pertaksamaan
berikut:
c < x < c atau c < x < c + .
Sehubungan dengan itu, kita mempunyai proposisi berikut.
Proposisi 2. lim
xc
f(x) = L jika dan hanya jika lim
xc

f(x) = L dan lim


xc
+
f(x) = L.
Menurut Proposisi 2, fungsi pada Contoh 1 tidak mempunyai limit di 1 karena
limit kiri dan limit kanannya tidak sama.
Contoh 3. Misalkan f(x) =
x
2
1
x1
. Fungsi ini terdenisi pada (, 1) dan juga pada
(1, ). Bila kita tinjau nilai f(x) untuk x < 1, maka kita dapatkan bahwa
f(x) 2 bila x 1

.
Bila kita amati nilai f(x) untuk x > 1, maka kita dapatkan bahwa
f(x) 2 bila x 1
+
.
66 Hendra Gunawan
Jadi, limit kiri dari f di c sama dengan limit kanannya, yaitu 2. Karena itu lim
xc
f(x) =
2. (Perhatikan bahwa pada contoh ini, f tidak terdenisi di 1.)
Proposisi 4. (i) lim
xc
k = k
(ii) lim
xc
x = c.
Bukti. (i) Diberikan > 0, pilih > 0 sembarang. Jika 0 < [x c[ < , maka
[k k[ = 0 < . Ini membuktikan bahwa lim
xc
k = k.
(ii) Diberikan > 0, pilih = . Jika 0 < [x c[ < , maka [x c[ < = . Ini
membuktikan bahwa lim
xc
x = c.
Soal Latihan
1. Misalkan n N. Buktikan, dengan menggunakan denisi, bahwa lim
x0
+
x
1/n
= 0.
2. Misalkan f : R R adalah fungsi yang didenisikan sebagai
f(x) =
_
_
_
2x, x < 1;
1, x = 1
3 x, x > 1.
Buktikan, dengan menggunakan denisi, bahwa
lim
x1

f(x) = 2 dan lim


x1
+
f(x) = 2.
Simpulkan bahwa lim
x1
f(x) = 2.
3. Buktikan, dengan menggunakan denisi, bahwa lim
xc
px + q = pc +q.
4. Buktikan lim
xc
f(x) = 0 jika dan hanya jika lim
xc
[f(x)[ = 0.
5. Buktikan jika lim
xc
f(x) = L > 0, maka terdapat > 0 sehingga f(x) > 0 untuk
c < x < c + , x ,= c.
7.2 Kekontinuan di Suatu Titik
Dalam denisi lim
xc
f(x), nilai f di c sama sekali tidak diperhatikan. Kita hanya
tertarik dengan nilai f(x) untuk x menuju c, bukan dengan nilai f di c. Jadi mungkin
Pengantar Analisis Real 67
saja f mempunyai limit L di c sekalipun f tidak terdenisi di titik c. Dalam hal f
terdenisi di c, dapat terjadi f(c) ,= L.
Misalkan f terdenisi pada (a, b) dan c (a, b). Kita katakan bahwa f kontinu
di titik c jika dan hanya jika
lim
xc
f(x) = f(c).
Berdasarkan Proposisi 2, f kontinu di c jika dan hanya jika untuk setiap > 0 terdapat
> 0 sedemikian sehingga jika [x c[ < , maka
[f(x) f(c)[ < .
Secara intuitif, f kontinu di c berarti grak fungsi f tidak terputus di c.
Seperti halnya limit sepihak, kita juga mempunyai denisi kekontinuan sepihak.
Jika f terdenisi pada (a, c] dan lim
xc

f(x) = f(c), maka kita katakan bahwa f kontinu


kiri di c. Jika f terdenisi pada [c, b) dan lim
xc
+
f(x) = f(c), maka kita katakan bahwa
f kontinu kanan di c.
Gambar 7.3 Fungsi Kontinu di Suatu Titik
Contoh 5. (i) Untuk setiap n N, fungsi f(x) = x
1/n
kontinu kanan di 0.
(ii) Fungsi f(x) = px +q kontinu di setiap titik.
Teorema 6. Misalkan f terdenisi pada (a, b) kecuali mungkin di c (a, b). Maka,
lim
xc
f(x) = L jika dan hanya jika, untuk setiap barisan x
n
) di (a, b) dengan x
n
,=
c (n N) dan lim
n
x
n
= c, berlaku lim
n
f(x
n
) = L.
68 Hendra Gunawan
Catatan. Jika f kontinu di c, maka L = f(c) dan Teorema 6 menyatakan bahwa
lim
n
f(x
n
) = f
_
lim
n
x
n
_
;
yakni, limit dapat bertukar dengan f. Hasil serupa berlaku untuk limit kiri dan
limit kanan.
Dengan menggunakan Teorema 6, kekontinuan f(x) = px + q di sebarang titik
c R dapat dibuktikan sebagai berikut. Misalkan x
n
) adalah sebarang barisan yang
konvergen ke c. Maka, menurut Proposisi 5 pada Bab 3,
f(x
n
) = px
n
+q pc + q = f(c), untuk n .
Menurut akibat dari Teorema 6, f kontinu di c.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 6.
2. Buktikan bahwa f(x) =

x kontinu di setiap c > 0.
3. Buktikan bahwa f(x) = [x[ kontinu di setiap titik.
4. Misalkan f terdenisi pada (a, b) dan kontinu di suatu titik c (a, b). Buktikan
jika f(c) > 0, maka terdapat > 0 sehingga f(x) > 0 untuk x (c , c + ).
5. Konstruksi sebuah fungsi f : R R yang kontinu hanya di sebuah titik.
7.3 Sifat-sifat Limit dan Kekontinuan
Proposisi 7. Misalkan f dan g terdenisi pada interval (a, b) kecuali mungkin di
c (a, b). Misalkan lim
xc
f(x) = L dan lim
xc
g(x) = M, dan , R. Maka
(i) lim
xc
[f(x) +g(x)] = L +M;
(ii) lim
xc
f(x)g(x) = LM;
(iii) lim
xc
f(x)
g(x)
=
L
M
, asalkan M ,= 0.
Akibat 8. Jika f dan g kontinu di c, maka f +g, fg, dan
f
g
kontinu di c (asalkan
g(c) ,= 0).
Pengantar Analisis Real 69
Akibat 9. Fungsi polinom kontinu di setiap titik. Fungsi rasional kontinu di setiap
titik dalam daerah asalnya.
Bukti. Menurut Proposisi 4, f(x) = k dan g(x) = x kontinu di sebarang titik c R.
Menurut Proposisi 7(ii), h(x) = x
i
kontinu di sebarang titik c R, untuk tiap i N.
Akibatnya, menurut Proposisi 7(i), fungsi polinom
p(x) = a
n
x
n
+ a
n1
x
n1
+ +a
1
x +a
0
kontinu di setiap titik c R. Untuk membuktikan kekontinuan fungsi rasional di
setiap titik dalam daerah asalnya, kita perlu menggunakan Proposisi 7(iii).
Teorema 10. Jika g kontinu di c dan f kontinu di g(c), maka f g kontinu pada c.
Bukti. Ambil > 0 sebarang. Karena f kontinu di b := g(c), maka terdapat > 0
sedemikian sehingga
[f(y) f(b)[ <
untuk [y b[ < . Selanjutnya, karena g kontinu di c, kita dapat memilih > 0
sedemikian sehingga
[g(x) g(c)[ <
untuk [x c[ < . Akibatnya, jika [x c[ < , maka [g(x) b[ = [g(x) g(c)[ < ,
sehingga
[f g(x) f g(c)[ = [f(g(x)) f(b)[ < .
Ini berarti bahwa f g kontinu di c.
Soal Latihan
1. Buktikan Proposisi 7.
2. Berikan contoh fungsi f dan g dengan lim
x0
f(x) tidak ada, lim
x0
g(x) ada, dan
lim
x0
f(x)g(x) ada. Apakah ini bertentangan dengan Proposisi 7(ii) atau 7(iii)?
3. Benar atau salah: Jika lim
xc
g(x) = L dan lim
yL
f(y) = M, maka lim
xc
f(g(x)) =
M?
4. Buktikan jika lim
xc
g(x) = L dan f kontinu di L, maka lim
xc
f(g(x)) = f(L).
5. Kita katakan bahwa lim
xc
+
f(x) = + apabila, untuk setiap M > 0 terdapat
> 0 sehingga f(x) > M untuk c < x < c+. Buktikan bahwa lim
x0
+
1

x
= +.
70 Hendra Gunawan
8. FUNGSI KONTINU PADA INTERVAL
8.1 Kekontinuan pada Interval
Secara geometris, f kontinu di suatu titik berarti bahwa graknya tidak terputus
di titik tersebut. Serupa dengan itu, f kontinu pada suatu interval apabila graknya
tidak terputus pada interval tersebut. Secara intuitif, f kontinu pada suatu interval
apabila kita dapat menggambar grak fungsi f pada interval tersebut tanpa harus
mengangkat pena dari kertas.
Secara formal, sebuah fungsi f dikatakan kontinu pada suatu interval buka I
jika dan hanya jika f kontinu di setiap titik pada I. Fungsi f dikatakan kontinu pada
interval tutup I = [a, b] jika dan hanya jika f kontinu di setiap titik c (a, b), kontinu
kanan di a, dan kontinu kiri di b.
Gambar 8.1 Grak fungsi kontinu pada interval buka
Contoh 1. Misalkan f : R R didenisikan sebagai
f(x) =
_
x, x 1;
3
2
, x > 1
Pengantar Analisis Real 71
Perhatikan bahwa f kontinu di setiap titik kecuali di c = 1. Namun f kontinu kiri di
c = 1, dan karenanya f kontinu pada interval [0, 1]. Karena f tidak kontinu kanan di
c = 1, maka f tidak kontinu pada interval [1, 2].
Gambar 8.2 Grak fungsi kontinu pada interval tutup
Proposisi 2. Misalkan f terdenisi pada suatu interval I. Maka, f kontinu pada I
jika dan hanya jika, untuk setiap x I dan setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian
sehingga
[f(x) f(y)[ <
untuk y I dengan [x y[ < .
Contoh 3. (i) Fungsi f(x) = px + q kontinu pada sebarang interval I.
(ii) Fungsi g(x) = [x[ kontinu pada sebarang interval I.
(iii) Fungsi h(x) =

x kontinu pada sebarang interval I [0, ).
Soal Latihan
1. Misalkan f : [0, 5] R didenisikan sebagai
f(x) =
_
2x, 0 x < 1;
1, 1 x 5.
Selidiki apakah f kontinu di setiap titik pada interval [0, 5]. Selidiki kekontinuan
f pada interval [0, 1] dan pada interval [1, 5]. Sketsalah graknya.
72 Hendra Gunawan
2. Buktikan bahwa fungsi f pada Soal 1 terbatas. Tentukan apakah ia mempunyai
nilai maksimum dan nilai minimum.
3. Misalkan K > 0 dan f : I R adalah fungsi yang memenuhi
[f(x) f(y)[ K[x y[
untuk setiap x, y I. Buktikan bahwa f kontinu pada I.
8.2 Sifat-sifat Fungsi Kontinu pada Interval
Sebagai akibat dari Proposisi 8 dan Teorema 11 yang telah dibahas pada Bab
7, kita mempunyai Proposisi 4 dan Proposisi 6 di bawah ini.
Proposisi 4. Misalkan f dan g kontinu pada suatu interval I dan , R. Maka
f +g dan fg kontinu pada I. Juga, jika g(x) ,= 0 untuk tiap x I, maka
f
g
kontinu
pada I.
Contoh 5. (i) Setiap fungsi polinom kontinu pada sebarang interval.
(ii) Setiap fungsi rasional kontinu pada sebarang interval dalam daerah asalnya. Se-
bagai contoh, f(x) =
1
x
kontinu pada (0, ).
(iii) Fungsi f(x) = x+

x kontinu pada sebarang interval I [0, ), karena f


1
(x) = x
dan f
2
(x) =

x kontinu pada sebarang interval I [0, ).
Proposisi 6. Misalkan g : I J kontinu pada interval I dan f : J R kontinu
pada interval J. Maka f g kontinu pada I.
Contoh 7. (i) Fungsi h(x) = [1+x[ kontinu pada sebarang interval, karena f(x) = [x[
dan g(x) = 1 + x kontinu pada sebarang interval.
(ii) Fungsi h(x) =
1

x
1+

x
kontinu pada sebarang interval I [0, ).
Soal Latihan
1. Jelaskan mengapa fungsi berikut kontinu pada sebarang interval.
f(x) =
1
1+|x|
.
Pengantar Analisis Real 73
g(x) =

1 + x
2
.
2. Misalkan f kontinu pada suatu interval I dan untuk setiap bilangan rasional
r I berlaku f(r) = r
2
. Buktikan bahwa f(x) = x
2
untuk setiap x I.
3. Misalkan f : [0, 1] [0, 1] adalah fungsi kontraktif, yakni memenuhi ketak-
samaan
[f(x) f(y)[ C [x y[, x, y [0, 1],
untuk suatu konstanta C dengan 0 < C < 1. Konstruksi barisan x
n
) dengan
x
1
I dan x
n+1
= f(x
n
), n N. Buktikan bahwa x
n
) konvergen ke suatu
L [0, 1], dan L = f(L).
8.3 Lebih jauh tentang Fungsi Kontinu pada Interval
Sebagaimana telah disinggung dalam Bab 2, interval [a, b] yang tertutup dan
terbatas merupakan himpunan kompak di R. Sekarang kita akan mempelajari keis-
timewaan yang dimiliki oleh fungsi kontinu pada interval kompak [a, b].
Teorema 8. Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Maka f([a, b]) juga merupakan
suatu interval kompak.
Teorema ini merupakan konsekuensi dari beberapa teorema berikut.
Teorema 9. Misalkan f kontinu pada suatu interval I. Maka daerah nilainya, yaitu
f(I), juga merupakan suatu interval.
Teorema 10 (Teorema Nilai Antara). Misalkan f kontinu pada suatu interval I
yang memuat a dan b. Jika u terletak di antara f(a) dan f(b), maka terdapat c di
antara a dan b sedemikian sehingga f(c) = u.
Catatan. Teorema 10 setara dengan Teorema 9. Oleh karena itu kita cukup mem-
buktikan salah satu di antara mereka.
Bukti Teorema 10. Tanpa mengurangi keumuman, asumsikan a < b dan f(a) <
u < f(b). Tinjau himpunan H := x [a, b] : f(x) < u. Jelas bahwa H ,=
karena a H. Karena H juga terbatas, maka H mempunyai supremum, sebutlah
74 Hendra Gunawan
c = supH. Di sini a < c < b. Selanjutnya tinggal membuktikan bahwa f(c) = u,
dengan menunjukkan bahwa tidak mungkin f(c) < u ataupun f(c) > u.
Andaikan f(c) < u. Karena f kontinu di c, maka terdapat > 0 sedemikian
sehingga f
_
c +

2
_
< u (?). Jadi c +

2
H. Ini bertentangan dengan fakta bahwa
c = supH. Sekarang andaikan f(c) > u. Sekali lagi, karena f kontinu di c, maka
terdapat > 0 sedemikian sehingga f(x) > u untuk c < x c (?). Jadi tidak
ada satu pun anggota H pada interval (c , c]. Ini juga bertentangan dengan fakta
bahwa c = supH.
Teorema 11. Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Maka f terbatas pada [a, b].
Bukti. Misalkan f tak terbatas pada [a, b]. Maka terdapat suatu barisan x
n
) di [a, b]
sedemikian sehingga
[f(x
n
)[ + untuk n . (1)
Karena x
n
) terbatas, maka menurut Teorema Bolzano - Weierstrass terdapat suatu
sub-barisan x
n
k
) yang konvergen ke suatu titik c [a, b]. Tetapi f kontinu di c,
sehingga f(x
n
k
) f(c) untuk k . Ini bertentangan dengan (1). Jadi mestilah
f terbatas pada [a, b].
Teorema 12. Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Maka f mencapai nilai mak-
simum dan nilai minimum pada [a, b].
Bukti. Dari Teorema 11 kita tahu bahwa f terbatas pada [a, b]. Misalkan v :=
supf([a, b]). Konstruksi barisan x
n
) di [a, b] dengan f(x
n
) v untuk n .
Karena x
n
) terbatas, terdapat sub-barisan x
n
k
) yang konvergen ke suatu titik c
[a, b]. Namun kekontinuan di c mengakibatkan f(x
n
k
) f(c) untuk k . Jadi
mestilah v = f(c), dan ini berarti bahwa v merupakan nilai maksimum. Serupa
dengan itu, f juga mencapai nilai minimumnya.
Contoh 13. Persamaan 10x
7
13x
5
1 = 0 mempunyai sebuah akar c (1, 0).
Untuk menunjukkannya, misalkan f(x) = 10x
7
13x
5
1. Maka, f(1) = 2 dan
f(0) = 1. Karena f kontinu pada [1, 0] dan 0 terletak di antara f(1) dan
f(0), maka menurut Teorema Nilai Antara terdapat c (1, 0) sedemikian sehingga
f(c) = 0. Bilangan c dalam hal ini merupakan akar persamaan di atas.
Contoh 14. Misalkan f : [a, b] [a, b] kontinu pada [a, b]. Maka, terdapat c [a, b]
sedemikian sehingga f(c) = c. [Bilangan c demikian disebut sebagai titik tetap f.]
Pengantar Analisis Real 75
Perhatikan bahwa peta dari [a, b] merupakan himpunan bagian dari [a, b], sehingga
f(a) a dan f(b) b. Sekarang tinjau g(x) = f(x) x, x [a, b]. Karena f
kontinu pada [a, b], maka g juga kontinu pada [a, b]. Namun g(a) = f(a) a 0
dan g(b) = f(b) b 0. Menurut Teorema Nilai Antara, mestilah terdapat c [a, b]
sedemikian sehingga g(c) = 0. Akibatnya f(c) = c.
Soal Latihan
1. Lengkapi Bukti Teorema Nilai Antara, khususnya bagian yang diberi tanda
tanya (?).
2. Buktikan bahwa setiap polinom berderajat ganjil mempunyai sedikitnya satu
akar real.
3. Misalkan f kontinu pada suatu interval kompak I. Misalkan untuk setiap x I
terdapat y I sedemikian sehingga
[f(y)[
1
2
[f(x)[.
Buktikan bahwa terdapat suatu c I sedemikian sehingga f(c) = 0.
8.4 Kekontinuan Seragam
Proposisi 2 menyatakan bahwa suatu fungsi f kontinu pada sebuah interval I
jika dan hanya jika untuk setiap x I dan setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian
sehingga
[f(x) f(y)[ <
untuk y I dengan [xy[ < . Contoh berikut memperlihatkan bahwa secara umum
nilai bergantung pada dan x.
Contoh 16. Kita telah mengetahui bahwa f(x) =
1
x
kontinu pada (0, 1]. Diberikan
x (0, 1] dan > 0 sebarang, kita dapat memilih = min
_
x
2
,
x
2
2
_
sedemikian
sehingga untuk y (0, 1] dengan [x y[ < berlaku

1
x

1
y

x y
xy

=
1
x

1
y
[x y[ <
1
x

2
x

x
2
2
= .
76 Hendra Gunawan
Perhatikan bahwa jika x menuju 0, maka akan menuju 0.
Dalam kasus tertentu, nilai hanya bergantung pada , tidak pada x. Hal ini
terjadi pada, misalnya, f(x) = px + q, x R, dengan p ,= 0. Diberikan > 0, kita
dapat memilih =

|p|
sedemikian sehingga
[f(x) f(y)[ = [p[ [x y[ <
untuk x, y R dengan [x y[ < . Kekontinuan f(x) = px + q dalam hal ini
merupakan kekontinuan seragam pada R.
Fungsi f : I R dikatakan kontinu seragam pada I apabila untuk setiap > 0
terdapat > 0 sedemikian sehingga
[f(x) f(y)[ <
untuk x, y I dengan [x y[ < . Perhatikan bahwa dalam denisi di atas x dan y
muncul setelah , yang mengindikasikan bahwa tidak bergantung pada x (dan y).
Teorema 17. Fungsi f : I R tidak kontinu seragam pada I jika dan hanya jika
terdapat
0
> 0 dan dua barisan x
n
) dan y
n
) di I sedemikian sehingga [x
n
y
n
[ <
1
n
dan [f(x
n
) f(y
n
)[
0
untuk setiap n N.
Teorema berikut menyatakan bahwa kekontinuan pada interval kompak meru-
pakan kekontinuan seragam.
Teorema 18. Jika f kontinu pada [a, b], maka f kontinu seragam pada [a, b].
Bukti. Andaikan f tidak kontinu seragam pada [a, b]. Maka, menurut Teorema 17,
terdapat
0
> 0 dan dua barisan x
n
) dan y
n
) di [a, b] sedemikian sehingga [x
n
y
n
[ <
1
n
dan [f(x
n
) f(y
n
)[
0
untuk setiap n N. Karena x
n
) terbatas di [a, b], maka
menurut Teorema Bolzano-Weierstrass terdapat sub-barisan x
n
k
) yang konvergen,
sebutlah ke c [a, b]. Karena [x
n
y
n
[ <
1
n
untuk setiap n N, maka sub-barisan
y
n
k
) akan konvergen ke c juga. Selanjutnya, karena f kontinu di c, maka f(x
n
k
))
dan f(y
n
k
)) konvergen ke f(c). Akibatnya, [f(x
n
k
) f(y
n
k
)[ 0 untuk k . Ini
mustahil karena [f(x
n
) f(y
n
)[
0
untuk setiap n N.
Pengantar Analisis Real 77
Soal Latihan
1. Contoh 16 memperlihatkan bahwa fungsi f(x) =
1
x
tampaknya tidak kontinu
seragam pada (0, 1]. Buktikan bahwa ia memang tidak kontinu seragam pada
(0, 1].
2. Selidiki apakah f(x) = x
2
kontinu seragam pada [0, ).
3. Buktikan jika fungsi f : I R memenuhi ketaksamaan
[f(x) f(y)[ K[x y[, x, y I,
untuk suatu K > 0, maka f kontinu seragam pada I.
4. Buktikan bahwa f(x) =

x kontinu seragam pada [0, ).
78 Hendra Gunawan
9. TURUNAN
9.1 Turunan di Suatu Titik
Misalkan f terdenisi pada suatu interval terbuka I yang memuat titik c. Maka,
f dikatakan mempunyai turunan di titik c apabila limit
lim
xc
f(x) f(c)
x c
ada, dan dalam hal ini nilai limit tersebut disebut turunan dari f di titik c, yang
biasanya dilambangkan dengan f

(c) atau Df(c).


Jadi, untuk fungsi f yang mempunyai turunan di c, kita mempunyai
f

(c) = lim
xc
f(x) f(c)
x c
.
Dengan mengganti x dengan c +h, kita peroleh
f

(c) = lim
h0
f(c + h) f(c)
h
.
Catat bahwa f mempunyai turunan di c jika dan hanya jika terdapat suatu
bilangan L = f

(c) sedemikian sehingga


f(c + h) f(c) Lh = (h)
dengan
(h)
h
0 untuk h 0.
Secara intuitif, sebuah fungsi f mempunyai turunan di titik c berarti bahwa
grak fungsi y = f(x) mempunyai garis singgung di titik (c, f(c)) dan gradien garis
singgung tersebut adalah f

(c). Untuk ilustrasi, lihat Gambar 9.1. Persamaan garis


singgung pada grak fungsi y = f(x) di titik (c, f(c)) dalam hal ini adalah
y = f(c) + f

(c)(x c).
Pengantar Analisis Real 79
Sebagai catatan, masalah menentukan persamaan garis singgung pada kurva
di titik tertentu pertama kali dipelajari oleh Rene Descartes pada 1620-an. Namun,
kalkulus diferensial dan integral yang kita kenal sekarang ini ditemukan oleh Isaac
Newton pada 1665 (namun dipublikasikan pada 1704) dan Gottfried Wilhelm von
Leibniz pada 1684.
Gambar 9.1 Grak fungsi f yang mempunyai turunan di titik c
Contoh 1. Misalkan f(x) = x
2
dan c = 1. Untuk memeriksa apakah f mempunyai
turunan di 1, kita hitung
lim
x1
f(x) f(1)
x 1
= lim
x1
x
2
1
x 1
= lim
x1
(x + 1) = 2.
Jadi f mempunyai turunan di 1, dengan f

(1) = 2.
Secara umum dapat ditunjukkan bahwa f(x) = x
2
mempunyai turunan di setiap
titik c R, dengan f

(c) = 2c. Fungsi f

: c 2c disebut sebagai turunan dari f.


Contoh 2. Misalkan f(x) = [x[ dan c = 0. Perhatikan bahwa
lim
h0
f(h) f(0)
h
= lim
h0
[h[
h
tidak ada (?). Karena itu, f tidak mempunyai turunan di 0.
Proposisi 3. Misalkan f terdenisi pada suatu interval terbuka I yang memuat titik
c. Jika f mempunyai turunan di c, maka f kontinu di c.
80 Hendra Gunawan
Bukti. Perhatikan bahwa
f(x) f(c) =
f(x) f(c)
x c
(x c) f

(c) 0 = 0
untuk x c. Jadi f(x) f(c) untuk x c.
Dalam prakteknya, kita sering pula menggunakan kontraposisi dari Proposisi 3
yang menyatakan: jika f tidak kontinu di c, maka f tidak akan mempunyai turunan
di c. Sebagai contoh, fungsi f : [0, 2] R yang didenisikan sebagai
f(x) =
_
2x, 0 x < 1;
1, 1 x 2,
tidak mungkin mempunyai turunan di 1 karena f tidak kontinu di titik tersebut.
Catatan. Proposisi 3 menyatakan bahwa kekontinuan f di c merupakan syarat perlu
bagi f untuk mempunyai turunan di c. Namun, Contoh 2 memperlihatkan bahwa
kekontinuan f di c bukan merupakan syarat cukup untuk mempunyai turunan di c.
Soal Latihan
1. Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y = x
2
di titik (1, 1).
2. Tunjukkan bahwa f(x) = x
2
mempunyai turunan di setiap titik c R, dengan
f

(c) = 2c.
3. Diketahui f(x) = x[x[, x R. Selidiki apakah f mempunyai turunan di 0.
4. Berikan sebuah contoh fungsi f yang kontinu di 0 tetapi tidak mempunyai tu-
runan di sana, selain f(x) = [x[.
5. Konstruksi sebuah fungsi f : R R yang mempunyai turunan hanya di sebuah
titik.
6. Buktikan jika f mempunyai turunan di c, maka
f

(c) = lim
h0
f(c + h) f(c h)
2h
.
Berikan sebuah contoh fungsi yang tidak mempunyai turunan di suatu titik
namun limit di atas ada.
Pengantar Analisis Real 81
9.2 Sifat-sifat Dasar Turunan
Teorema 4. Misalkan f dan g terdenisi pada suatu interval terbuka I yang memuat
titik c. Misalkan dan bilangan real sembarang. Jika f dan g mempunyai turunan
di c, maka f +g, fg, dan f/g mempunyai turunan di c, dan
(i) (f + g)

(c) = f

(c) +f

(c);
(ii) (fg)

(c) = f

(c)g(c) + f(c)g

(c);
(iii)
_
f
g
_

(c) =
f

(c)g(c)f(c)g

(c)
g
2
(c)
asalkan g(c) ,= 0.
Bukti. (i) Perhatikan bahwa
1
h
_
f(c +h) + g(c + h) f(c) g(c)

=
_
f(c+h)f(c)
h
_
+
_
g(c+h)g(c)
h
_
f

(c) +g

(c)
untuk h 0.
(ii) Di sini kita mempunyai
1
h
_
f(c + h)g(c + h) f(c)g(c)

= g(c + h)
_
f(c+h)f(c)
h
_
+ f(c)
_
g(c+h)g(c)
h
_
g(c)f

(c) + f(c)g

(c),
untuk h 0.
(iii) Latihan.
Contoh 5. Misalkan n N dan f(x) = x
n
. Maka turunan dari f adalah
f

(x) = nx
n1
.
Fakta ini dapat dibuktikan secara induktif. Untuk n = 1 atau f(x) = x, jelas bahwa
f

(x) = 1. Sekarang misalkan pernyataan di atas benar untuk n = k, yakni jika


f(x) = x
k
, maka f

(x) = kx
k1
. Maka, untuk n = k + 1 atau f(x) = x
k+1
, kita
peroleh
f

(x) = D(x
k
.x) = D(x
k
).x +x
k
.D(x) = kx
k1
.x +x
k
= (k + 1)x
k
.
Jadi, menurut Prinsip Induksi Matematika, pernyataan benar untuk setiap n N.
82 Hendra Gunawan
Teorema 6 (Aturan Rantai). Misalkan g mempunyai turunan di c dan f mem-
punyai turunan di y = g(c). Maka, f g mempunyai turunan di c dan
(f g)

(c) = f

(g(c))g

(c).
Bukti. Berdasarkan denisi turunan,
(f g)

(c) = lim
xc
(f g)(x) (f g)(c)
x c
= lim
xc
f(g(x)) f(g(c))
x c
.
Bila g(x) g(c) ,= 0 pada suatu interval terbuka (c , c + ), maka
(f g)

(c) = lim
xc
f(g(x)) f(g(c))
g(x) g(c)

g(x) g(c)
x c
= f

(g(c)) g

(c).
Namun, bila g konstan (misalnya), maka argumentasi di atas gugur. Untuk meng-
atasinya, denisikan
h(y) :=
_
f(y)f(g(c))
yg(c)
, y ,= g(c),
f

(g(c)), y = g(c).
Perhatikan bahwa h kontinu di g(c). Mengingat g kontinu di c, maka menurut Teo-
rema 10 pada Bab 7, h g kontinu di c. Akibatnya
(f g)

(c) = lim
xc
f(g(x)) f(g(c))
x c
= lim
xc
h(g(x))
g(x) g(c)
x c
= f

(g(c)) g

(c),
sebagaimana yang kita harapkan.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 4 bagian (iii).
2. Misalkan n N dan f(x) = x
n
. Buktikan dengan menggunakan denisi bahwa
f

(x) = nx
n1
.
3. Misalkan n N. Buktikan
jika f(x) = x
n
(x ,= 0), maka f

(x) = nx
n1
.
jika f(x) = x
1/n
(x > 0), maka f

(x) =
1
n
x
1/n1
.
Pengantar Analisis Real 83
4. Buktikan bahwa untuk bilangan rasional r sembarang berlaku
D(x
r
) = rx
r1
asalkan x > 0.
5. Misalkan f : R R mempunyai turunan di x. Buktikan jika f mempunyai
invers f
1
: R R dan f
1
mempunyai turunan di y = f(x), maka
Df
1
(y) =
1
Df(x)
.
9.3 Turunan Tingkat Tinggi
Jika f mempunyai turunan di setiap titik dalam suatu interval terbuka I, maka
kita katakan f mempunyai turunan pada I. Dalam hal ini turunan dari f, yaitu f

,
merupakan fungsi yang juga terdenisi pada I.
Selanjutnya kita dapat mendenisikan turunan kedua dari f sebagai turunan
dari f

, yang nilainya di c adalah


f

(c) = lim
xc
f

(x) f

(c)
x c
,
asalkan limit ini ada.
Turunan kedua dari f berkaitan dengan kecekungan grak fungsi f. Jika f

bernilai positif pada suatu interval, maka grak fungsi f cekung ke atas pada interval
tersebut. Sementara itu, jika f

bernilai negatif pada suatu interval, maka grak


fungsi f cekung ke bawah pada interval tersebut.
Setelah menghitung turunan pertama dan kedua dari f, turunan ketiga dan
seterusnya dapat didenisikan secara serupa. Secara umum, f
(n)
(x) menyatakan tu-
runan ke-n, n N, dari f.
Contoh 7. Jika f(x) =
1
x
, maka
f

(x) =
1
x
2
;
f

(x) =
2
x
3
;
84 Hendra Gunawan
f

(x) =
6
x
4
;
dan seterusnya. (Dapatkah anda menentukan rumus umum f
(n)
(x) untuk n N?)
Bila f mempunyai turunan ke-n pada suatu interval yang memuat titik c, maka
f dapat dihampiri oleh suatu polinom berderajat n 1 dan kesalahannya dapat
ditaksir dengan turunan ke-n. Lihat Teorema Taylor pada bab berikutnya.
Soal Latihan
1. Tentukan pada interval mana grak fungsi f(x) = x
3
cekung ke atas dan pada
interval mana ia cekung ke bawah.
2. Tentukan rumus umum turunan ke-n dari f(x) =
1
x
.
3. Diketahui f(x) =

x. Tentukan f

(x), f

(x), dan f

(x). Tentukan rumus


umum f
(n)
(x) untuk n N.
4. Misalkan p(x) adalah polinom berderajat n. Buktikan bahwa p
(m)
(x) = 0 untuk
m > n.
5. Berikan sebuah contoh fungsi yang mempunyai turunan pertama tetapi tidak
mempunyai turunan kedua di 0.
Pengantar Analisis Real 85
10. TEOREMA NILAI RATA-RATA
10.1 Maksimum dan Minimum Lokal
Misalkan f terdenisi pada suatu interval terbuka (a, b) dan c (a, b). Kita
katakan bahwa f mencapai nilai maksimum lokal di c apabila
f(x) f(c)
untuk setiap x dalam suatu interval terbuka I yang memuat c. Titik c dalam hal ini
disebut sebagai titik maksimum lokal.
Nilai dan titik minimum lokal didenisikan secara analog.
Gambar 10.1 f mencapai nilai maksimum lokal di c
Secara intuitif, f mencapai nilai maksimum lokal di c apabila graknya mem-
punyai sebuah puncak di atas titik c. Serupa dengan itu, f mencapai nilai minimum
lokal di c apabila graknya mempunyai sebuah lembah di atas titik c.
86 Hendra Gunawan
Jika f(c) merupakan nilai maksimum f pada seluruh interval (a, b), maka ten-
tunya f mencapai nilai maksimum lokal di c. Namun sebaliknya belum tentu benar,
nilai maksimum lokal belum tentu merupakan nilai maksimum f.
Contoh 1. Misalkan f : R R adalah fungsi yang didensikan sebagai
f(x) =
_
x + 2, x < 1,
[x[, x 1.
Maka, f mencapai nilai maksimum lokal di 1, namun f(1) = 1 bukan merupakan
nilai maksimum f pada R. Demikian pula f mencapai nilai minimum lokal di 0,
namun f(0) = 0 bukan merupakan nilai minimum f pada R.
Teorema 2. Misalkan f mempunyai turunan pada (a, b) dan c (a, b). Jika f
mencapai nilai maksimum atau minimum lokal di c, maka f

(c) = 0.
Bukti. Menurut denisi turunan,
f(x) f(c)
x c
f

(c)
untuk x c. Misalkan f

(c) > 0. Menurut Soal Latihan 7.1 No. 4, terdapat suatu


> 0 sedemikian sehingga
f(x) f(c)
x c
> 0 (2)
untuk x (c , c + ), x ,= c. Sekarang misalkan x (c, c + ) sembarang. Maka,
xc > 0 dan (1) memberikan f(x)f(c) > 0 atau f(x) > f(c). Jadi f tidak mungkin
mencapai nilai maksimum lokal di c. Selanjutnya misalkan x (c , c) sembarang.
Maka, x c < 0 dan (1) memberikan f(x) f(c) < 0 atau f(x) < f(c). Jadi f juga
tidak mungkin mencapai nilai minimum lokal di c.
Hal serupa terjadi ketika f

(c) < 0. Jadi, jika f

(c) ,= 0, maka f tidak akan


mencapai nilai maksimum atau minimum lokal di c.
Catatan. Kebalikan dari Teorema 2 tidak berlaku: jika f

(c) = 0, belum tentu f


mencapai nilai maksimum atau minimum lokal di c.
Soal Latihan
1. Berikan sebuah contoh fungsi f yang terdenisi pada (2, 2) dan mencapai nilai
maksimum lokal di 1 tetapi f(1) bukan merupakan nilai maksimum f pada
(2, 2).
Pengantar Analisis Real 87
2. Berikan sebuah contoh fungsi f yang mempunyai turunan nol di suatu titik
tetapi f tidak mencapai nilai maksimum atau minimum lokal di titik tersebut.
10.2 Titik Stasioner
Titik c dengan f

(c) = 0 disebut titik stasioner f. Sebagaimana telah dicatat


sebelumnya, tidak semua titik stasioner merupakan titik maksimum atau minimum
lokal. Sebagai contoh, jika f(x) = x
3
, maka f

(x) = 3x
2
, sehingga 0 merupakan titik
stasioner. Namun, 0 bukan merupakan titik maksimum maupun minimum f. (Titik 0
dalam hal ini merupakan titik ineksi f, yaitu titik terjadinya perubahan kecekungan
grak fungsi f.)
Gambar 10.2 Grak fungsi f(x) = x
3
Situasi yang lebih parah dapat terjadi. Sebagai contoh, fungsi f(x) = x
2
sin
1
x
untuk x ,= 0 dan f(0) = 0 mempunyai turunan f

(0) = 0 tetapi 0 bukan merupakan


titik maksimum atau minimum lokal, ataupun titik ineksi.
Teorema 3 (Teorema Rolle). Misalkan f kontinu pada [a, b] dan mempunyai
turunan pada (a, b). Jika f(a) = f(b), maka f

(c) = 0 untuk suatu c (a, b).


Bukti. Karena f kontinu pada interval kompak [a, b], maka menurut sifat kekontinuan
88 Hendra Gunawan
f mencapai nilai maksimum M di suatu titik c
1
[a, b] dan juga mencapai nilai
minimum m di suatu titik c
2
[a, b].
Misalkan c
1
dan c
2
adalah titik-titik ujung [a, b]. Karena f(a) = f(b), maka
m = M dan dengan demikian f konstan pada [a, b]. Akibatnya f

(c) = 0 untuk setiap


c (a, b).
Misalkan c
1
bukan titik ujung [a, b]. Maka c
1
(a, b) dan f mencapai nilai
maksimum lokal di c
1
. Menurut Teorema 2, f

(c
1
) = 0. Hal serupa terjadi bila c
2
bukan titik ujung [a, b].
Soal Latihan
1. Diketahui f(x) = x[x[, x R. Tunjukkan bahwa 0 merupakan titik stasioner.
Selidiki apakah f mencapai nilai maksimum atau minimum lokal di 0.
2. Beri contoh sebuah fungsi f yang terdenisi pada [a, b], mempunyai turunan
pada (a, b), dan f(a) = f(b), namun tidak ada c (a, b) dengan f

(c) = 0.
10.3 Teorema Nilai Rata-rata dan Teorema Taylor
Sebagai perumuman dari Teorema Rolle, kita mempunyai teorema berikut.
Teorema 4 (Teorema Nilai Rata-rata). Misalkan f kontinu pada [a, b] dan mem-
punyai turunan pada (a, b). Maka
f

(c) =
f(b) f(a)
b a
untuk suatu c (a, b).
Catatan. Nilai
f(b)f(a)
ba
disebut nilai rata-rata f pada [a, b]. Nilai ini sama dengan
gradien ruas garis singgung yang menghubungkan titik (a, f(a)) dan (b, f(b)). Ke-
simpulan Teorema Nilai Rata-rata menyatakan bahwa pada kurva y = f(x) terdapat
suatu titik (c, f(c)) dengan gradien garis singgung sama dengan nilai rata-rata f pada
[a, b].
Bukti Teorema 4. Misalkan F didenisikan pada [a, b] sebagai
F(x) = f(x) hx
Pengantar Analisis Real 89
dengan h konstanta. Maka F kontinu pada [a, b] dan mempunyai turunan pada (a, b).
Kita pilih konstanta h sedemikian sehingga F(a) = F(b), yakni
h =
f(b) f(a)
b a
.
Karena F memenuhi hipotesis Teorema Rolle, maka F

(c) = 0 untuk suatu c (a, b).


Namun
F

(c) = f

(c) h = 0,
sehingga teorema pun terbukti.
Jika f mempunyai turunan di c, maka persamaan garis singgung pada kurva
y = f(x) di titik (c, f(c)) adalah
y = f(c) + (x c)f

(c).
Untuk x dekat c, nilai f(c) + (x c)f

(c) merupakan hampiran yang baik untuk


f(x). Namun seberapa besar kesalahan dalam penghampiran ini?
Lebih jauh, misalkan f mempunyai turunan ke-(n 1) di c. Maka polinom
P(x) = f(c) + (x c)f

(c) +
(x c)
2
2!
f

(c) + +
(x c)
n1
(n 1)!
f
(n1)
(c)
mempunyai turunan ke-k, k = 0, 1, . . . , n 1, yang sama dengan turunan ke-k dari
f. Karena itu masuk akal untuk menghampiri f(x) dengan P(x) untuk x di sekitar
c. Namun, sekali lagi, seberapa besar kesalahan dalam penghampiran ini. Teorema
Taylor di bawah ini menjawab pertanyaan tersebut.
Teorema 5 (Teorema Taylor). Misalkan f mempunyai turunan ke-n pada interval
terbuka I yang memuat titik c. Maka, untuk setiap x I, berlaku
f(x) = f(c) + (x c)f

(c) +
(x c)
2
2!
f

(c) + +
(x c)
n1
(n 1)!
f
(n1)
(c) + E
n
dengan E
n
=
1
n!
(x c)
n
f
(n)
() untuk suatu di antara x dan c.
Proof. Untuk t di antara x dan c, denisikan
F(t) = f(x) f(t) (x t)f

(t)
(x t)
n1
(n 1)!
f
(n1)
(t).
90 Hendra Gunawan
Perhatikan bahwa
F

(t) =
(x t)
n1
(n 1)!
f
(n)
(t).
Sekarang denisikan
G(t) = F(t)
_
x t
x c
_
n
F(c).
Maka, G(x) = G(c) = 0, sehingga menurut Teorema Rolle, terdapat di antara x
dan c sedemikian sehingga
0 = G

() = F

() +
n(x )
n1
(x c)
n
F(c) =
(x )
n1
(n 1)!
f
(n)
() +
n(x )
n1
(x c)
n
F(c).
Dari sini kita peroleh
F(c) =
(x c)
n
n!
f
(n)
()
dan teorema pun terbukti.
Soal Latihan
1. Diketahui f(x) =

x. Tentukan nilai rata-rata f pada [0, 4]. Tentukan c (0, 4)
sedemikian sehingga f

(c) sama dengan nilai rata-rata tersebut.


2. Misalkan f kontinu pada [a, b] dan mempunyai turunan pada (a, b). Buktikan
jika f

(x) = 0 untuk setiap x (a, b), maka f konstan pada [a, b].
3. Misalkan f : R R mempunyai turunan di setiap titik dan f

(x) = x
2
untuk
setiap x R. Buktikan bahwa f(x) =
1
3
x
3
+ C, dengan C suatu konstanta.
4. Diketahui f : R R memenuhi ketaksamaan
[f(x) f(y)[ C[x y[
p
, x, y R,
untuk suatu C > 0 dan p > 1. Buktikan bahwa f konstan.
5. Buktikan jika f mempunyai turunan kedua di c, maka
f

(c) = lim
h0
f(c + h) 2f(c) +f(c h)
h
2
.
Berikan sebuah contoh fungsi yang tidak mempunyai turunan kedua di suatu
titik namun limit di atas ada.
Pengantar Analisis Real 91
6. Misalkan c R dan n N. Buktikan dengan menggunakan Teorema Taylor
bahwa
(1 + c)
n
= 1 +nc +
n(n 1)
2!
c
2
+ + c
n
.
(Petunjuk. Tinjau f(x) = x
n
.)
92 Hendra Gunawan
11. FUNGSI MONOTONDANFUNGSI KONVEKS
11.1 Denisi dan Limit Fungsi Monoton
Misalkan f terdenisi pada suatu himpunan H. Kita katakan bahwa f naik
pada H apabila untuk setiap x, y H dengan x < y berlaku
f(x) f(y).
Jika ketaksamaan < berlaku, maka kita katakan bahwa f naik sejati pada H.
Denisi serupa dapat dirumuskan untuk fungsi turun dan turun sejati pada H.
Fungsi naik atau turun disebut fungsi monoton. Fungsi yang naik dan turun
sekaligus pada H mestilah konstan pada H.
Contoh 1. (i) Fungsi f : R R yang didenisikan sebagai f(x) = x
3
merupakan
fungsi naik sejati pada R.
(ii) Fungsi g : (0, ) R yang didenisikan sebagai g(x) =
1
x
merupakan fungsi
turun sejati pada (0, ).
Proposisi 2. Jika f naik pada [a, b], maka f mencapai nilai minimum di a dan nilai
maksimum di b.
Bukti. Misalkan a < x < b. Maka menurut denisi kita mempunyai
f(a) f(x) f(b).
Jadi f mencapai nilai minimum di a dan nilai maksimum di b.
Sekarang kita akan membahas limit fungsi monoton. Untuk itu, kita perke-
nalkan notasi
f(c) = lim
xc

f(x)
Pengantar Analisis Real 93
Gambar 11.1(i) Grak fungsi f(x) = x
3
Gambar 11.1(ii) Grak fungsi g(x) =
1
x
dan
f(c+) = lim
xc
+
f(x),
asalkan kedua limit ini ada.
Contoh 3. Misalkan f : R R didenisikan sebagai
f(x) =
_
x, x 1;
3
2
, x > 1
94 Hendra Gunawan
Maka, f(1) = 1 = f(1), sedangkan f(1+) =
3
2
.
Teorema 4. (i) Jika f naik dan terbatas di atas pada (a, b), maka
f(b) = sup
x(a,b)
f(x).
(ii) Jika f naik dan terbatas di bawah pada (a, b), maka
f(a+) = inf
x(a,b)
f(x).
Bukti. (i) Misalkan M = sup
x(a,b)
f(x). Diberikan > 0 sembarang, kita harus mencari
suatu > 0 sedemikian sehingga jika b < x < b, maka [f(x) M[ < atau
M < f(x) < M + .
Ketaksamaan f(x) < M + selalu terpenuhi karena M merupakan batas atas
untuk f pada (a, b). Selanjutnya, karena M bukan merupakan batas atas untuk
f pada (a, b), maka terdapat suatu y (a, b) sedemikian sehingga M < f(y).
Namun f naik pada (a, b), sehingga untuk setiap x yang memenuhi y < x < b berlaku
M < f(y) f(x).
Jadi, pilihlah = b y.
(ii) Serupa dengan (i).
Akibat 5. Misalkan f naik pada (a, b). Jika c (a, b), maka f(c) dan f(c+) ada,
dan
f(x) f(c) f(c) f(c+) f(y)
untuk a < x < c < y < b.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 4 bagian (ii). Mulai dengan memisalkan m = inf
x(a,b)
f(x).
2. Buktikan jika f turun dan terbatas di bawah pada (a, b), maka
f(b) = inf
x(a,b)
f(x).
Pengantar Analisis Real 95
Gambar 11.2 Kasus f(c) < f(c) < f(c+)
3. Buktikan jika f dan g naik (sejati) pada H, maka f + g naik (sejati) pada H.
4. Diketahui f(x) > 0 untuk setiap x H, dan g :=
1
f
. Buktikan jika f naik
(sejati) pada H, maka g turun (sejati) pada H.
5. Diketahui f naik sejati pada A. Buktikan bahwa f merupakan korespondensi
1-1 antara A dan B := f(A), sehingga f
1
ada. Buktikan bahwa f
1
naik sejati
pada B.
11.2 Fungsi Monoton yang Mempunyai Turunan
Pada bagian ini kita akan membahas bagaimana kita dapat menyelidiki kemono-
tonan suatu fungsi melalui turunannya, bila fungsi tersebut mempunyai turunan.
Persisnya, kita mempunyai teorema berikut.
Teorema 6. Misalkan f kontinu pada [a, b] dan mempunyai turunan pada (a, b).
(i) Jika f

(x) 0 untuk tiap x (a, b), maka f naik pada [a, b]. Jika f

(x) > 0 untuk


tiap x (a, b), maka f naik sejati pada [a, b].
(ii) Jika f

(x) 0 untuk tiap x (a, b), maka f turun pada [a, b]. Jika f

(x) < 0
untuk tiap x (a, b), maka f turun sejati pada [a, b].
96 Hendra Gunawan
Bukti. (i) Misalkan x dan y bilangan sembarang di [a, b] dengan x < y. Maka f
memenuhi hipotesis Teorema Nilai Rata-rata pada [x, y] dan karenanya
f

(c) =
f(y) f(x)
y x
untuk suatu c (x, y). Jika f

(t) 0 untuk tiap t (a, b), maka f

(c) 0 dan
karenanya f(x) f(y). Jadi f naik pada [a, b].
Jika f

(t) > 0 untuk tiap t (a, b), maka f

(c) > 0 dan karenanya f(x) < f(y).


Jadi f naik sejati pada [a, b].
(ii) Serupa dengan (i).
Contoh 7. Misalkan f : R R didenisikan sebagai f(x) = x(1 x). Turunannya
adalah
f

(x) = 1 2x.
Jadi f

(x) 0 untuk x
1
2
dan f

(x) 0 untuk x
1
2
. Dengan demikian f naik
pada (,
1
2
] dan turun pada [
1
2
, ).
Soal Latihan
1. Misalkan n N. Buktikan bahwa fungsi f : [0, ) R yang didenisikan
sebagai
f(x) = (x + 1)
1/n
x
1/n
merupakan fungsi turun pada [0, ).
2. Misalkan f mempunyai turunan dan naik pada suatu interval terbuka I. Buk-
tikan bahwa f

(x) 0 untuk tiap x I. Jika f naik sejati pada I, apakah


dapat disimpulkan bahwa f

(x) > 0 untuk tiap x I? Jelaskan.


11.3 Invers Fungsi Monoton
Menurut Soal 11.1 No. 5, fungsi f yang naik sejati pada A mendenisikan suatu
korespondensi 1-1 antara A dan B := f(A). Dalam hal ini f akan mempunyai invers
f
1
. Lebih jauh, f
1
naik sejati pada B.
Pengantar Analisis Real 97
Dalam kasus di mana f kontinu dan daerah asal f merupakan interval, sebutlah
I, maka daerah nilainya juga merupakan suatu interval, sebutlah J = f(I) (Teorema
10 pada Bab 8). Lebih jauh, kita mempunyai teorema berikut.
Teorema 8. Misalkan f : I J dengan I interval dan J = f(I). Jika f naik sejati
dan kontinu pada I, maka f
1
: J I kontinu pada J.
Bukti. Andaikan f
1
tidak kontinu di suatu titik d J. Asumsikan bahwa d bukan
titik ujung J. Maka, mengingat f
1
naik sejati pada J, f
1
(d) dan f
1
(d+) ada,
dan f
1
(d) < f
1
(d+). Sekarang misalkan I sedemikian sehingga
f
1
(d) < < f
1
(d+) dan ,= f
1
(d).
Karena itu f() tidak terdenisi (buatlah ilustrasinya!), dan ini bertentangan dengan
hipotesis bahwa f terdenisi pada I.
Teorema 9. Misalkan I dan J interval, I

dan J

interval terbuka yang mempunyai


titik ujung sama dengan titik ujung I dan J. Misalkan f : I J kontinu dan
J = f(I). Jika f mempunyai turunan pada I

dan f

(x) > 0 untuk tiap x I

, maka
f
1
: J I ada dan kontinu pada J. Lebih jauh, f
1
mempunyai turunan pada J

dan
(f
1
)

(y) =
1
f

(x)
untuk tiap y J

dan x = f
1
(y).
Catatan. Bukti Teorema 9 dapat dilihat di [2].
Soal Latihan
1. Misalkan f : R R didenisikan sebagai f(x) = 1 +x +x
3
. Tunjukkan bahwa
f mempunyai invers dan hitunglah nilai (f
1
)

(1).
2. Berikan sebuah contoh fungsi f : A R yang naik sejati dan kontinu pada A,
tetapi f
1
tidak kontinu pada B = f(A). (Petunjuk. Himpunan A tentunya
bukan suatu interval.)
98 Hendra Gunawan
11.4 Fungsi Konveks
Misalkan I R suatu interval. Fungsi f : I R dikatakan konveks pada I
apabila untuk setiap t [0, 1] dan x
1
, x
2
I berlaku
f((1 t)x
1
+ tx
2
) (1 t)f(x
1
) + tf(x
2
).
Catat bahwa untuk x
1
< x 2, titik (1 t)x
1
+ tx
2
bergerak dari x
1
ke x
2
ketika t
bergerak dari 0 ke 1. Jadi jika f konveks pada I dan x
1
, x
2
I, maka ruas garis yang
menghubungkan titik (x
1
, f(x
1
)) dan (x
2
, f(x
2
)) berada di atas grak fungsi f (lihat
Gambar 11.3).
Gambar 11.3 Grak fungsi konveks
Sebuah fungsi konveks tidak harus mempunyai turunan di setiap titik. Sebagai
contoh, f(x) = [x[ merupakan fungsi konveks pada R tetapi tidak mempunyai tu-
runan di 0. Namun, dapat ditunjukkan jika f konveks pada interval terbuka I, maka
f mempunyai turunan kiri dan turunan kanan di setiap titik dalam I. Sebagai
akibatnya, setiap fungsi konveks pada interval terbuka merupakan fungsi kontinu.
Teorema berikut memperlihatkan kaitan antara fungsi konveks dan turunan
keduanya, bila fungsi tersebut mempunyai turunan kedua. Istilah konveks dalam hal
ini setara dengan istilah cekung ke atas yang telah kita bahas pada Bab 9.
Teorema 10. Misalkan I interval terbuka dan f : I R mempunyai turunan kedua
pada I. Maka, f konveks pada I jika dan hanya jika f

(x) 0 untuk tiap x I.


Pengantar Analisis Real 99
Bukti. Misalkan f konveks pada I. Untuk tiap c I, kita mempunyai
f

(c) = lim
h0
f(c +h) 2f(c) + f(c h)
h
2
.
Kita pilih h cukup kecil sedemikian sehingga c h dan c + h ada di I. Maka, c =
1
2
[(c + h) + (c h)], sehingga
f(c) = f
_
1
2
(c +h) +
1
2
(c h)
_

1
2
f(c + h) +
1
2
f(c h).
Akibatnya, f(c + h) 2f(c) + f(c h) 0. Karena h
2
> 0 untuk tiap h ,= 0, kita
simpulkan bahwa f

(c) 0.
Sebaliknya, misalkan f

(x) 0 untuk tiap x I. Untuk membuktikan bahwa


f konveks pada I, ambil x
1
, x
2
I dan 0 < t < 1, dan misalkan x
0
= (1 t)x
1
+tx
2
.
Berdasarkan Teorema Taylor, terdapat
1
di antara x
0
dan x
1
sedemikian sehingga
f(x
1
) = f(x
0
) + (x
1
x
0
)f

(x
0
) +
(x
1
x
0
)
2
2
f

(
1
)
dan juga terdapat
2
di antara x
0
dan x
2
sedemikian sehingga
f(x
2
) = f(x
0
) + (x
2
x
0
)f

(x
0
) +
(x
2
x
0
)
2
2
f

(
2
).
Perhatikan bahwa (1 t)(x
1
x
0
) + t(x
2
x
0
) = (1 t)x
1
+ tx
2
x
0
= 0 dan
E := (1 t)
(x1x0)
2
2
f

(
1
) + t
(x2x0)
2
2
f

(
2
) 0. Akibatnya,
(1 t)f(x
1
) + tf(x
2
) = f(x
0
) +E f(x
0
) = f((1 t)x
1
+tx
2
),
sebagaimana yang kita harapkan.
Soal Latihan
1. Buktikan f konveks pada interval I jika dan hanya jika untuk setiap x
1
, x
2
, x
3

I dengan x
1
< x
2
< x
3
berlaku
f(x
2
) f(x
1
)
x
2
x
1

f(x
3
) f(x
2
)
x
3
x
2
.
Berikan interpretasi geometrisnya beserta ilustrasinya.
100 Hendra Gunawan
2. Buktikan f konveks pada interval I jika dan hanya jika untuk setiap x
1
, x
2
, x
3

I dengan x
1
< x
2
< x
3
berlaku
f(x
2
) f(x
1
)
x
2
x
1

f(x
3
) f(x
1
)
x
3
x
1
.
Berikan interpretasi geometrisnya beserta ilustrasinya.
3. Buktikan jika f konveks pada interval terbuka I, maka
lim
h0

f(c +h) f(c)


h
dan lim
h0
+
f(c + h) f(c)
h
ada untuk setiap c I, dan sebagai akibatnya f kontinu pada I.
4. Misalkan f mempunyai turunan pada interval terbuka I. Buktikan f konveks
jika dan hanya jika f

naik pada I.
5. Misalkan I interval terbuka, f : I R naik sejati, konveks, dan mempunyai
turunan pada I. Misalkan c I sedemikian sehingga f(c) = 0. Konstruksi
barisan x
n
) dengan x
1
> c dan
x
n+1
= x
n

f(x
n
)
f

(x
n
)
, n = 1, 2, 3, . . . .
Buktikan bahwa x
n
c untuk n . (Metode penghampiran akar f ini
dikenal sebagai Metode Newton-Raphson. Untuk f(x) = x
2
a, metode ini
menghasilkan barisan x
n
) yang dibahas pada Bab 3, Contoh 13.)
BAGIAN KETIGA
Integral, Barisan Fungsi, Pertukaran Limit dan Integral
101
102 Hendra Gunawan
Pengantar Analisis Real 103
12. LUAS DAERAH DAN INTEGRAL
12.1 Luas Daerah di Bawah Kurva
Masalah menentukan luas daerah (dan volume ruang) telah dipelajari sejak
era Pythagoras dan Zeno, pada tahun 500-an SM. Konsep integral (yang terkait erat
dengan luas daerah) berpijak pada metode exhaustion, yang telah dipakai oleh Plato
dan Eudoxus, dan kemudian oleh Euclid dan Archimedes, untuk menghitung luas
daerah lingkaran.
Pada 1630-an, Pierre de Fermat tertarik untuk menghitung luas daerah di bawah
kurva. Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Apakah masuk akal untuk membahas
luas daerah di bawah kurva y = f(x)? Jika ya, bagaimanakah kita menghitungnya?
Gambar 12.1 Daerah di bawah kurva y = f(x)
Jika memang masuk akal untuk membahas luas daerah di bawah kurva y = f(x),
maka luas daerah ini setidaknya mestilah lebih besar daripada L, yang menyatakan
luas daerah yang diarsir pada Gambar 12.2 .
104 Hendra Gunawan
Gambar 12.2 Luas daerah L
Misalkan L menyatakan himpunan semua bilangan L yang dapat diperoleh
sebagai jumlah luas daerah persegi-panjang kecil sebagaimana dalam Gambar 12.2.
Maka luas daerah di bawah kurva y = f(x) mestilah lebih besar daripada setiap
anggota L. Tampaknya masuk akal untuk mendenisikan luas daerah di bawah
kurva y = f(x) sebagai bilangan terkecil yang lebih besar daripada setiap anggota L,
yakni supL.
Contoh 1. Misalkan f(x) = x
2
, x [0, 1]. Maka, dengan membagi interval [0, 1]
atas n interval bagian yang sama panjang dan menghitung jumlah luas daerah persegi-
panjang yang terbentuk, luas daerah di bawah kurva y = f(x) mestilah lebih besar
daripada
1
n
_
0 +
1
2
n
2
+
2
2
n
2
+ +
(n 1)
2
n
2
_
.
Jumlah deret ini sama dengan
(n 1)n(2n 1)
6n
3
.
Mengingat
(n1)n(2n1)
6n
3

1
3
untuk tiap n N dan
(n 1)n(2n 1)
6n
3

1
3
untuk n , maka bilangan terkecil yang lebih besar daripada
(n1)n(2n1)
6n
3
untuk
tiap n N adalah
1
3
. Jadi, luas daerah di bawah kurva y = f(x) adalah
1
3
.
Pengantar Analisis Real 105
Soal Latihan
1. Buktikan bahwa
(n1)n(2n1)
6n
3

1
3
untuk tiap n N, dan simpulkan bahwa
sup
nN
(n1)n(2n1)
6n
3
=
1
3
.
2. Tentukan luas daerah di bawah kurva y = 1 +x, x [0, 1], dengan cara seperti
pada Contoh 1. Apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan ge-
ometri kita?
12.2 Integral
Misalkan f kontinu pada interval [a, b]. Denisikan partisi dari [a, b] sebagai
himpunan P := x
0
, x
1
, . . . , x
n
dengan
a = x
0
< x
1
< < x
n1
< x
n
= b.
Karena f kontinu pada [a, b], maka f terbatas pada [a, b]. Jadi, diberikan
sembarang partisi P := x
0
, x
1
, . . . , x
n
dari [a, b], kita dapat mendenisikan
m
k
:= inf
x
k1
xx
k
f(x),
untuk k = 1, 2, . . . , n. Dengan demikian, untuk tiap partisi P, kita dapat membentuk
deret
L(P, f) :=
n

k=1
m
k
(x
k
x
k1
).
(Buatlah suatu ilustrasi yang menyatakan nilai L(P, f).)
Misalkan f terbatas di atas pada [a, b], katakanlah
f(x) M, x [a, b].
Maka
L(P, f) M
n

k=1
(x
k
x
k1
) = M(b a).
Jadi himpunan bilangan L(P, f) : P partisi dari [a, b] terbatas di atas oleh M(ba),
dan karena itu ia mempunyai supremum.
106 Hendra Gunawan
Sekarang kita sampai pada denisi integral. Jika f kontinu pada interval [a, b],
maka kita denisikan integral dari f pada [a, b] sebagai
_
b
a
f(x) dx := sup
P
L(P, f),
dengan nilai supremum diambil atas semua partisi P dari [a, b].
Dalam hal f(x) 0 untuk setiap x [a, b], maka
_
b
a
f(x) dx dapat diinterpre-
tasikan sebagai luas daerah di bawah kurva y = f(x).
Sebagai tambahan, jika a < b, maka kita denisikan
_
a
b
f(x) dx :=
_
b
a
f(x) dx.
Selain itu, untuk sembarang a R, kita denisikan
_
a
a
f(x) dx := 0.
Proposisi 2. Misalkan f kontinu pada [a, b] dan m f(x) M untuk tiap x [a, b].
Maka
m(b a)
_
b
a
f(x) dx M(b a).
Proposisi 3. Misalkan f kontinu pada [a, b] dan a c b. Maka
_
b
a
f(x) dx =
_
c
a
f(x) dx +
_
b
c
f(x) dx.
Catatan. Bukti Proposisi 3 agak panjang; lihat [2].
Soal Latihan
1. Buktikan Proposisi 2.
2. Buktikan bahwa
_
b
a
c dx = c(b a).
3. Diketahui f(x) = x, x [a, b]. Buktikan bahwa
L(P, f)
1
2
(b
2
a
2
)
Pengantar Analisis Real 107
untuk sebarang partisi P dari [a, b]. Selanjutnya, dengan menggunakan denisi
integral, buktikan bahwa
_
b
a
f(x) dx =
1
2
(b
2
a
2
).
12.3 Turunan dari Integral; Teorema Dasar Kalkulus
Misalkan f terdenisi pada (a, b). Misalkan F kontinu pada [a, b] dan mempu-
nyai turunan pada (a, b) dengan
F

(x) = f(x)
untuk tiap x (a, b). Maka F disebut sebagai anti turunan dari f pada [a, b].
Contoh 4. Jika f(x) = x
3
, maka fungsi F yang didenisikan sebagai
F(x) =
1
4
x
4
+ 5
merupakan suatu anti turunan dari f. Secara umum, fungsi G yang didenisikan
sebagai
G(x) =
1
4
x
4
+C,
dengan C konstanta, merupakan anti turunan dari f.
Pembaca mungkin bertanya: apa urusannya anti turunan dengan integral? Un-
tuk menjawab pertanyaan ini, misalkan f kontinu pada [a, b]. Denisikan F pada
[a, b] sebagai
F(x) :=
_
x
a
f(t) dt, x [a, b].
Dalam teorema berikut, kita akan menunjukkan bahwa F merupakan suatu anti tu-
runan dari f pada [a, b].
Teorema 5 (Teorema Dasar Kalkulus I). Misalkan f kontinu pada [a, b] dan F
didenisikan pada [a, b] sebagai
F(x) :=
_
x
a
f(t) dt, x [a, b].
108 Hendra Gunawan
Maka, F merupakan suatu anti turunan dari f pada [a, b]; yakni, F kontinu pada
[a, b], mempunyai turunan pada (a, b), dan F

(x) = f(x) untuk tiap x (a, b).


Bukti. Karena f kontinu pada [a, b], maka f terbatas pada [a, b], katakanlah
[f(t)[
untuk tiap t [a, b]. Selanjutnya, untuk x, c [a, b], kita mempunyai
F(x) F(c) =
_
x
c
f(t) dt,
sehingga
[F(x) F(c)[ [x c[.
Jadi F kontinu pada [a, b].
Selanjutnya perhatikan bahwa untuk x ,= c kita mempunyai
F(x) F(c)
x c
f(c) =
1
x c
_
x
c
[f(t) f(c)] dt.
Karena f kontinu di c, kita dapat memilih > 0 sedemikian sehingga

F(x) F(c)
x c
f(c)

< ,
untuk 0 < [x c[ < . Ini menunjukkan bahwa F

(c) = f(c), dan ini berlaku untuk


setiap c [a, b].
Teorema 6 (Teorema Dasar Kalkulus II). Setiap fungsi f yang kontinu pada
[a, b] mempunyai anti turunan pada [a, b]. Jika G adalah anti turunan dari f pada
[a, b], maka
_
b
a
f(t) dt = G(b) G(a).
Bukti. Denisikan fungsi F pada [a, b] sebagai
F(x) :=
_
x
a
f(t) dt, x [a, b].
Maka, F merupakan suatu anti turunan dari f pada [a, b], dan
_
b
a
f(t) dt = F(b) = F(b) F(a).
Pengantar Analisis Real 109
Sekarang, jika G adalah anti turunan dari f pada [a, b], maka
G(x) = F(x) +C, x [a, b],
suatu konstanta C. Karena itu,
_
b
a
f(t) dt = [F(b) +C] [F(a) +C] = G(b) G(a),
sebagaimana yang kita harapkan.
Soal Latihan
1. Buktikan bahwa
_
1
0
x
2
dx =
1
3
.
2. Misalkan r Q, r ,= 1. Buktikan bahwa
_
1
0
x
r
dx =
1
r+1
.
3. Misalkan f dan g kontinu pada [a, b]. Buktikan, dengan menggunakan Teorema
Dasar Kalkulus II, bahwa untuk setiap , R, berlaku
_
b
a
[f(x) +g(x)] dx =
_
b
a
f(x) dx +
_
b
a
g(x) dx.
4. Misalkan f dan g kontinu pada [a, b]. Buktikan Ketaksamaan Cauchy-Schwarz:
_
_
b
a
f(x)g(x) dx
_
2

_
b
a
[f(x)]
2
dx
_
b
a
[g(x)]
2
dx.
110 Hendra Gunawan
13. INTEGRAL RIEMANN
13.1 Jumlah Riemann Atas dan Jumlah Riemann Bawah
Pada Bab 12 kita mengasumsikan bahwa f kontinu pada [a, b] dan mendeni-
sikan integral
_
b
a
f(x) dx sebagai supremum dari himpunan semua jumlah luas daerah
persegi-panjang kecil di bawah kurva y = f(x). Sesungguhnya, kita dapat pula
mendenisikan integral
_
b
a
f(x) dx sebagai inmum dari himpunan semua jumlah luas
daerah persegi-panjang kecil di atas kurva y = f(x). Dalam hal f kontinu pada [a, b],
kedua denisi tersebut akan menghasilkan nilai yang sama.
Pada bab ini, kita akan memperluas denisi integral untuk fungsi f : [a, b] R
yang terbatas, sebagaimana yang dilakukan oleh Bernhard Riemann pada 1850-an.
Seperti pada Sub-bab 12.2, diberikan sembarang partisi P := x
0
, x
1
, . . . , x
n

dari [a, b], kita dapat mendenisikan


L(P, f) :=
n

k=1
m
k
(x
k
x
k1
).
dengan m
k
:= inf
x
k1
xx
k
f(x), k = 1, 2, . . . , n. Pada saat yang sama, kita juga dapat
mendenisikan
U(P, f) :=
n

k=1
M
k
(x
k
x
k1
).
dengan M
k
:= sup
x
k1
xx
k
f(x), k = 1, 2, . . . , n.
L(P, f) dan U(P, f) disebut sebagai jumlah Riemann bawah dan jumlah Rie-
mann atas dari f yang berkaitan dengan partisi P. Perhatikan bahwa
L(P, f) U(P, f)
untuk sembarang partisi P.
Pengantar Analisis Real 111
Selanjutnya, jika P := x
0
, x
1
, . . . , x
n
dan Q := y
0
, y
1
, . . . , y
m
adalah partisi
dari [a, b], maka Q disebut sebagai suatu perhalusan dari P apabila setiap titik partisi
x
k
P merupakan titik partisi di Q, yakni P Q. Dalam hal ini, setiap sub-interval
yang terkait dengan partisi P dapat dinyatakan sebagai gabungan dari beberapa sub-
interval yang terkait dengan partisi Q, yakni
[x
k1
, x
k
] = [y
i1
, y
i
] [y
i
, y
i+1
] [y
j1
, y
j
].
Catat bahwa kita dapat memperoleh suatu perhalusan dari sembarang partisi P de-
ngan menambahkan sejumlah titik ke P.
Proposisi 1. Jika Q merupakan perhalusan dari P, maka L(P, f) L(Q, f) dan
U(Q, f) U(P, f).
Akibat 2. Jika P
1
dan P
2
adalah dua partisi sembarang dari [a, b], maka L(P
1
, f)
U(P
2
, f).
Soal Latihan
1. Buktikan Proposisi 1. (Petunjuk. Mulai dengan kasus Q = P x

dengan
x

/ P.)
2. Buktikan Akibat 2.
13.2 Integral Riemann
Seperti pada sub-bab 13.1, pada sub-bab ini kita mengasumsikan bahwa f :
[a, b] R terbatas. Menurut Akibat 2, himpunan L(P, f) : P partisi dari [a, b]
terbatas di atas (oleh suatu jumlah Riemann atas), sementara himpunan U(P, f) :
P partisi dari [a, b] terbatas di bawah (oleh suatu jumlah Riemann bawah). Karena
itu kita dapat mendenisikan
L(f) := supL(P, f) : P partisi dari [a, b]
dan
U(f) := infU(P, f) : P partisi dari [a, b].
112 Hendra Gunawan
L(f) disebut sebagai integral Riemann atas dari f, sementara U(f) disebut sebagai
integral Riemann bawah dari f.
Proposisi 3. L(f) U(f).
Bukti. Untuk setiap partisi P
0
dari [a, b], U(P
0
, f) merupakan batas atas dari L(P, f) :
P partisi dari [a, b], sehingga
L(f) = supL(P, f) : P partisi dari [a, b] U(P
0
, f).
Karena ini berlaku untuk sembarang partisi P
0
, maka L(f) merupakan batas bawah
dari U(P
0
, f) : P
0
partisi dari [a, b]. Akibatnya
L(f) infU(P
0
, f) : P
0
partisi dari [a, b] = U(f),
sebagaimana yang diharapkan.
Secara umum, L(f) ,= U(f). Sebagai contoh, jika f : [0, 1] R didenisikan
sebagai
f(x) =
_
0, x rasional;
1, x irasional,
maka L(f) = 0 sementara U(f) = 1.
Jika L(f) = U(f), maka f dikatakan terintegralkan Riemann dan nilai yang
sama tersebut didenisikan sebagai integral Riemann dari f pada [a, b], yang di-
lambangkan dengan
_
b
a
f(x) dx. (Seperti pada Bab 12, kita denisikan
_
a
b
f(x) dx =

_
b
a
f(x) dx dan
_
a
a
f(x) dx = 0.)
Sebagai contoh, jika f bernilai konstan pada [a, b], katakan f(x) = c untuk
setiap x [a, b], maka L(f) = U(f) = c(b a) dan karenanya f terintegralkan
Riemann pada [a, b] dengan
_
b
a
f(x) dx = c(b a).
Teorema berikut memberikan suatu kriteria untuk keterintegralan f pada [a, b].
(Untuk selanjutnya, terintegralkan berarti terintegralkan Riemann dan integral
berarti integral Riemann.)
Teorema 6. f terintegralkan pada [a, b] jika dan hanya jika untuk setiap > 0
terdapat suatu partisi P

dari [a, b] sedemikian sehingga


U(P

, f) L(P

, f) < .
Pengantar Analisis Real 113
Bukti. Misalkan f terintegralkan pada [a, b]. Ambil > 0 sembarang. Dari denisi
supremum, terdapat suatu partisi P
1
dari [a, b] sehingga
L(f)

2
< L(P
1
, f).
Dari denisi inmum, terdapat pula suatu partisi P
2
dari [a, b] sehingga
U(P
2
, f) < U(f)

2
.
Sekarang misalkan P

= P
1
P
2
. Maka P

merupakan perhalusan dari P


1
dan P
2
.
Akibatnya,
L(f)

2
< L(P
1
, f) L(P

, f) U(P

, f) U(P
2
, f) < U(f) +

2
.
Namun L(f) = U(f), sehingga kita peroleh
U(P

, f) L(P

, f) < .
Sebaliknya misalkan untuk setiap > 0 terdapat suatu partisi P

dari [a, b]
sedemikian sehingga
U(P

, f) L(P

, f) < .
Maka, untuk setiap > 0, berlaku
0 U(f) L(f) U(P

, f) L(P

, f) < .
Dari sini kita simpulkan bahwa U(f) = L(f) atau f terintegralkan pada [a, b].
Akibat 7. Misalkan terdapat barisan partisi P
n
) dari [a, b] sedemikian sehingga
lim
n
[U(P
n
, f) L(Pn, f)] = 0.
Maka f terintegralkan pada [a, b] dan
lim
n
L(P
n
, f) =
_
b
a
f(x) dx = lim
n
U(P
n
, f).
Soal Latihan
1. Buktikan Akibat 7.
114 Hendra Gunawan
2. Misalkan f(x) = x, x [0, 1], dan P
n
= 0,
1
n
,
2
n
, . . . , 1, n N. Tunjukkan
bahwa lim
n
[U(P
n
, f) L(P
n
, f)] = 0, dan kemudian simpulkan bahwa f terin-
tegralkan pada [0, 1].
3. Misalkan fungsi f didenisikan pada [0, 1] sebagai
f(x) =
_
0, 0 x < 1;
1, x = 1.
Buktikan bahwa f terintegralkan pada [0, 1] dengan
_
1
0
f(x) dx = 0.
4. Misalkan fungsi f didenisikan pada [0, 2] sebagai
f(x) =
_
1, 0 x 1;
2, 1 < x 2.
Buktikan bahwa f terintegralkan pada [0, 2] dengan
_
2
0
f(x) dx = 3.
13.3 Keterintegralan Fungsi Kontinu dan Fungsi Monoton
Sebagaimana disinggung pada awal bab ini, fungsi yang kontinu pasti terinte-
gralkan.
Teorema 8. Jika f kontinu pada [a, b], maka f terintegralkan pada [a, b].
Bukti. Menurut Teorema 18 pada Bab 8, fungsi yang kontinu pada [a, b] mestilah
kontinu seragam pada [a, b]. Karena itu, diberikan > 0 sembarang, terdapat > 0
sedemikian sehingga untuk x, y [a, b] dengan [x y[ < berlaku
[f(x) f(y)[ <

b a
.
Selanjutnya, untuk tiap n N dengan n >
ba

, tinjau partisi P
n
:= x
0
, x
1
, . . . , x
n

dengan x
k
= a + k
ba
n
, k = 0, 1, . . . , n. (Di sini, interval [a, b] terbagi menjadi n
sub-interval sama panjang.)
Menurut Teorema 13 pada Bab 8, pada setiap sub-interval [x
k1
, x
k
], f menca-
pai nilai maksimum M
k
dan minimum m
k
, katakanlah
f(u
k
) = M
k
dan f(v
k
) = m
k
.
Pengantar Analisis Real 115
Dalam hal ini kita peroleh
M
k
m
k
= f(u
k
) f(v
k
) <

b a
,
dan akibatnya
0 U(P
n
, f) L(P
n
, f) =
n

k=1
(M
k
m
k
)(x
k
x
k1
)
n

k=1

b a

b a
n
= .
Dari sini kita simpulkan bahwa lim
n
[U(P
n
, f) L(P
n
, f)] = 0, dan karenanya f
terintegralkan pada [a, b].
Selain fungsi kontinu, teorema berikut menyatakan bahwa fungsi monoton juga
terintegralkan.
Teorema 9. Jika f monoton pada [a, b], maka f terintegralkan pada [a, b].
Bukti. Tanpa mengurangi keumuman, asumsikan f naik pada [a, b]. Untuk tiap
n N, tinjau partisi P
n
:= x
0
, x
1
, . . . , x
n
dengan x
k
= a +k
ba
n
, k = 0, 1, . . . , n.
Karena f naik pada [x
k1
, x
k
], maka m
k
= f(x
k1
) dan M
k
= f(x
k
). Dalam hal ini
kita peroleh suatu deret teleskopis
n

k=1
(M
k
m
k
)(x
k
x
k1
) =
b a
n
n

k=1
[f(x
k
) f(x
k1
)] =
b a
n
[f(b) f(a)].
Sekarang, jika > 0 diberikan, maka untuk tiap n N dengan n >
ba

[f(b) f(a)]
berlaku
0 U(P
n
, f) L(P
n
, f) =
n

k=1
(M
k
m
k
)(x
k
x
k1
) < .
Dengan demikian f mestilah terintegralkan pada [a, b].
Soal Latihan
1. Misalkan f : [a, b] R kontinu dan f(x) 0 untuk setiap x [a, b]. Buktikan
jika L(f) = 0, maka f(x) = 0 untuk setiap x [a, b].
2. Misalkan f : [a, b] R kontinu dan, untuk setiap fungsi g : [a, b] R yang terin-
tegralkan, fg terintegralkan dan
_
b
a
f(x)g(x) dx = 0. Buktikan bahwa f(x) = 0
untuk setiap x [a, b].
116 Hendra Gunawan
14. SIFAT-SIFAT INTEGRAL RIEMANN
14.1 Sifat-sifat Dasar Integral Riemann
Pada bab ini kita akan mempelajari sifat-sifat dasar integral Riemann. Sifat
pertama adalah sifat kelinearan, yang dinyatakan dalam Proposisi 1. Sepanjang bab
ini, I menyatakan interval [a, b], kecuali bila kita nyatakan lain.
Proposisi 1. Misalkan f, g : I R terintegralkan pada I, dan c R suatu konstanta.
Maka cf dan f +g terintegralkan pada I dan
_
b
a
cf(x) dx = c
_
b
a
f(x) dx, (1)
_
b
a
(f +g)(x) dx =
_
b
a
f(x) dx +
_
b
a
g(x) dx. (2)
Bukti. (1) Jika c = 0, maka pernyataan tentang cf jelas benar. Sekarang tinjau
kasus c > 0. (Kasus c < 0 serupa dan diserahkan sebagai latihan). Misalkan P :=
x
0
, x
1
, . . . , x
n
partisi sembarang dari I. Karena c > 0, kita mempunyai
infcf(x) : x [x
k1
, x
k
] = c inff(x) : x [x
k1
, x
k
]
untuk k = 1, 2, . . . , n. Kalikan tiap suku ini dengan x
k
x
k1
dan jumlahkan, kita
dapatkan
L(P, cf) = cL(P, f).
Jadi, karena c > 0, kita peroleh
L(cf) = supcL(P, f) : P partisi dari I = c supL(P, f) : P partisi dari I = cL(f).
Dengan cara yang serupa kita peroleh pula U(P, cf) = cU(P, f) dan
U(cf) = infcU(P, f) : P partisi dari I = c infU(P, f) : P partisi dari I = cU(f).
Pengantar Analisis Real 117
Karena f terintegralkan, U(f) = L(f) dan akibatnya
L(cf) = cL(f) = cU(f) = U(cf).
Jadi cf terintegralkan dan
_
b
a
cf(x) dx = c
_
b
a
f(x) dx.
(2) Untuk sembarang interval I
k
:= [x
k1
, x
k
], kita mempunyai
inff(x) : x I
k
+ infg(x) : x I
k
inf(f +g)(x) : x I
k
,
sup(f +g)(x) : x I
k
supf(x) : x I
k
+ supg(x) : x I
k
.
Dari sini kita peroleh
L(P, f) +L(P, g) L(P, f +g)
dan
U(P, f +g) U(P, f) +U(P, g)
untuk sembarang partisi P dari I. Sekarang, jika > 0 diberikan, maka terdapat
partisi P
f,
dan P
g,
sedemikian sehingga
U(P
f,
, f) L(P
f,
, f) +

2
dan
U(P
g,
, g) L(P
g,
, g) +

2
.
Akibatnya, untuk P

:= P
f,
P
g,
, kita peroleh
U(P

, f +g) U(P

, f) +U(P

, g) L(P

, f) +L(P

, g) + L(P

, f +g) +.
Menurut Kriteria Keterintegralan Riemann, f +g terintegralkan.
Selanjutnya perhatikan bahwa dari ketaksamaan di atas, kita peroleh
_
b
a
(f +g)(x) dx U(P

, f +g) L(P

, f)+L(P

, g)+
_
b
a
f(x) dx+
_
b
a
g(x) dx+.
Sementara itu,
_
b
a
f(x) dx+
_
b
a
g(x) dx U(P

, f)+U(P

, g) L(P

, f +g)+
_
b
a
(f +g)(x) dx+.
118 Hendra Gunawan
Dari kedua ketaksamaan ini, kita peroleh

_
b
a
(f +g)(x) dx
_
_
b
a
f(x) dx +
_
b
a
g(x) dx
_

< .
Karena ini berlaku untuk > 0 sembarang, kita simpulkan bahwa
_
b
a
(f +g)(x) dx =
_
b
a
f(x) dx +
_
b
a
g(x) dx,
dan bukti pun selesai.
Proposisi berikut dikenal sebagai sifat kepositifan integral Riemann. (Buktinya
diserahkan sebagai latihan.)
Proposisi 2. Misalkan f : I R terintegralkan pada I. Jika f(x) 0 untuk tiap
x I, maka
_
b
a
f(x) dx 0.
Akibat 3. Misalkan f, g : I R terintegralkan pada I. Jika f(x) g(x) untuk tiap
x I, maka
_
b
a
f(x) dx
_
b
a
g(x) dx.
Proposisi 3. Misalkan f : I R terintegralkan pada I. Jika m f(x) M untuk
tiap x [a, b], maka
m(b a)
_
b
a
f(x) dx M(b a).
Proposisi 4. Misalkan f : [a, b] R terbatas dan a < c < b. Maka, f terintegralkan
pada [a, b] jika dan hanya jika f terintegralkan pada [a, c] dan pada [c, b]. Dalam hal
ini,
_
b
a
f(x) dx =
_
c
a
f(x) dx +
_
b
c
f(x) dx.
Catatan. Bukti Proposisi 4 tidak dibahas di sini; lihat [1] bila ingin mempelajarinya.
Soal Latihan
1. Buktikan Proposisi 1 bagian (1) untuk kasus c < 0.
2. Buktikan Proposisi 2 dan Akibat 3.
3. Buktikan Proposisi 3.
Pengantar Analisis Real 119
4. Buktikan jika f terintegralkan pada I dan [f(x)[ K untuk tiap x I, maka

_
b
a
f(x) dx

K[b a[.
14.2 Teorema Dasar Kalkulus untuk Integral Riemann
Analog dengan Teorema Dasar Kalkulus I (Teorema 5 pada Sub-bab 12.3) untuk
integral dari fungsi kontinu, kita mempunyai hasil berikut untuk integral Riemann
dari fungsi terbatas.
Teorema 5 (Teorema Dasar Kalkulus I). Misalkan f terbatas pada I = [a, b] dan
F didenisikan pada I sebagai
F(x) :=
_
x
a
f(t) dt, x I.
Maka, F kontinu pada I. Selanjutnya, jika f kontinu di c (a, b), maka F mempun-
yai turunan di c dan F

(c) = f(c).
Demikian pula kita mempunyai Teorema Dasar Kalkulus II untuk integral
Riemann, yang dapat dibuktikan tanpa menggunakan Teorema Dasar Kalkulus I
melainkan dengan menggunakan Kriteria Keterintegralan Riemann.
Teorema 6 (Teorema Dasar Kalkulus II). Misalkan f terintegralkan pada I =
[a, b]. Jika F : I R adalah anti-turunan dari f pada I, maka
_
b
a
f(t) dt = F(b) F(a).
Bukti. Diberikan > 0 sembarang, pilih partisi P := x
0
, x
1
, . . . , x
n
dari I sedemikian
sehingga
U(P, f) L(P, f) < .
Menurut Teorema Nilai Rata-rata (yang kita terapkan pada F), pada tiap interval
[x
k1
, x
k
] terdapat titik t
k
(x
k1
, x
k
) sedemikian sehingga
F(x
k
) F(x
k1
) = (x
k
x
k1
)f(t
k
).
Misalkan m
k
dan M
k
adalah inmum dan supremum dari f pada [x
k1
, x
k
]. Maka
m
k
(x
k
x
k1
) F(x
k
) F(x
k1
) M
k
(x
k
x
k1
)
120 Hendra Gunawan
untuk tiap k = 1, 2, . . . , n. Perhatikan bahwa bila kita jumlahkan suku-suku di tengah,
maka kita peroleh suatu deret teleskopis yang jumlahnya sama dengan F(b) F(a).
Karena itu, kita peroleh
L(P, f) F(b) F(a) U(P, f).
Namun, kita juga mempunyai
L(P, f)
_
b
a
f(t) dt U(P, f).
Akibatnya, kita peroleh

_
b
a
f(t) dt [F(b) F(a)]

< .
Karena ini berlaku untuk > 0 sembarang, kita simpulkan bahwa
_
b
a
f(t) dt = F(b) F(a),
sebagaimana yang kita kehendaki.
Soal Latihan
1. Misalkan f(x) = [x[, x [1, 1]. Terkait dengan f, denisikan
F(x) :=
_
x
1
f(t) dt, x [1, 1].
(a) Peroleh rumus untuk F(x), x [1, 1].
(b) Periksa bahwa F

(x) = f(x) untuk x [1, 1].


(c) Periksa bahwa
_
1
1
f(t) dt = F(1) F(1).
2. Misalkan f : [1, 1] R didenisikan sebagai
f(x) =
_
_
_
1, 1 x < 0;
0, x = 0;
1, 0 < x 1,
Terkait dengan f, denisikan
F(x) :=
_
x
1
f(t) dt, x [1, 1].
Pengantar Analisis Real 121
(a) Peroleh rumus untuk F(x). Apakah F kontinu pada [1, 1]?
(b) Tunjukkan bahwa F

(x) = f(x) untuk x [1, 1], x ,= 0.


(c) Periksa apakah
_
1
1
f(t) dt = F(1) F(1). Berikan argumen yang men-
dukung fakta tersebut.
3. Misalkan f dan g terintegralkan dan mempunyai anti- turunan F dan G pada
I = [a, b]. Buktikan bahwa
_
b
a
F(x)g(x) dx = [F(b)G(b) F(a)G(a)]
_
b
a
f(x)G(x) dx.
(Catatan. Hasil ini dikenal sebagai teknik pengintegralan parsial.)
14.3 Teorema Nilai Rata-rata dan Teorema Taylor untuk Integral
Jika f kontinu pada I = [a, b], maka (menurut Teorema 9 pada Bab 8) f akan
mencapai nilai maksimum M dan minimum m pada [a, b]. Menurut Proposisi 3, kita
mempunyai
m(b a)
_
b
a
f(x) dx M(b a)
atau
m
1
b a
_
b
a
f(x) dx M.
Nilai
1
ba
_
b
a
f(x) dx disebut sebagai nilai rata-rata integral f pada interval I. (Dalam
versi diskrit, nilai rata-rata aritmetik dari sejumlah bilangan adalah jumlah dari
bilangan-bilangan tersebut dibagi dengan banyaknya bilangan itu. Dalam versi kon-
tinum, integral menggantikan jumlah dan panjang interval menggantikan banyaknya
bilangan.)
Mengingat m dan M ada di daerah nilai f dan
1
ba
_
b
a
f(x) dx ada di antara
kedua nilai tersebut, maka menurut Teorema Nilai Antara mestilah terdapat suatu
titik c I sedemikian sehingga
f(c) =
1
b a
_
b
a
f(x) dx.
122 Hendra Gunawan
Fakta ini dikenal sebagai Teorema Nilai Rata-rata untuk integral, yang dinyatakan di
bawah ini. (Ingat bahwa sebelumnya kita juga mempunyai Teorema Nilai Rata-rata
untuk turunan. Dalam konteks turunan, nilai rata-rata analog dengan kecepatan
rata-rata dalam sika.)
Teorema 7 (Teorema Nilai Rata-rata untuk Integral). Jika f kontinu pada
I = [a, b], maka terdapat c I sedemikian sehingga
f(c) =
1
b a
_
b
a
f(x) dx.
Pada Bab 10, kita telah membahas Teorema Taylor untuk turunan. Sekarang
kita akan membahas teorema yang serupa untuk integral.
Teorema 8 (Teorema Taylor untuk Integral). Misalkan f, f

, . . . , f
(n)
kontinu
pada I = [a, b]. Maka
f(b) = f(a) + (b a)f

(a) + +
(b a)
n1
(n 1)!
f
(n1)
(a) +E
n
dengan E
n
=
1
(n1)!
_
b
a
(b t)
n1
f
(n)
(t) dt.
Bukti. Dengan pengintegralan parsial, kita peroleh
E
n
=
1
(n 1)!
_
(b t)
n1
f
(n1)
(t)[
b
a
+ (n 1)
_
b
a
(b t)
n2
f
(n1)
(t) dt
_
=
(b a)
n1
(n 1)!
f
(n1)
(a) +
1
(n 1)!
_
b
a
(b t)
n2
f
(n1)
(t) dt.
Jika kita lakukan pengintegralan parsial hingga n kali, maka kita akan sampai pada
hasil di atas.
Soal Latihan
1. Buktikan jika f kontinu pada I = [a, b] dan f(x) 0 untuk tiap x I, maka
terdapat c I sedemikian sehingga
f(c) =
_
1
b a
_
b
a
f
2
(x) dx
_
1/2
.
Pengantar Analisis Real 123
2. Buktikan jika f kontinu pada I = [a, b] dan f(x) 0 untuk tiap x I, maka
untuk sembarang k N terdapat c = c
k
I sedemikian sehingga
f(c) =
_
1
b a
_
b
a
f
k
(x) dx
_
1/k
.
3. Misalkan f dan g adalah fungsi yang kontinu pada I = [a, b] sedemikian sehingga
_
b
a
f(x) dx =
_
b
a
g(x) dx.
Buktikan bahwa terdapat c I sedemikian sehingga f(c) = g(c).
124 Hendra Gunawan
15. INTEGRAL SEBAGAI LIMIT
15.1 Jumlah Riemann
Dalam kuliah Kalkulus pada tahun pertama, integral Riemann biasanya diperke-
nalkan sebagai limit dari jumlah Riemann, tidak melalui integral Riemann atas dan
integral Riemann bawah. Hal ini memang dimungkinkan, karena nilai limit dari jum-
lah Riemann tersebut sama dengan integral Riemann yang kita bahas pada Bab 13.
Seperti pada bab sebelumnya, sepanjang bab ini I menyatakan interval [a, b],
kecuali bila kita nyatakan lain. Misalkan f : I R terbatas dan P := x
0
, x
1
, . . . , x
n

partisi dari I. Jika t


k
adalah bilangan sedemikian sehingga x
k1
t
k
x
k
untuk
k = 1, 2, . . . , n, maka jumlah
S(P, f) :=
n

k=1
f(t
k
)(x
k
x
k1
)
disebut sebagai suatu jumlah Riemann untuk f, yang terkait dengan partisi P dan
titik-titik sampel t
k
.
Catat bahwa untuk sebuah partisi P terdapat tak terhitung banyaknya cara
memilih titik-titik sampel t
k
, dan karenanya terdapat tak terhitung banyaknya jumlah
Riemann yang terkait dengan partisi P.
Untuk fungsi f 0 pada I, jumlah Riemann dapat diinterpretasikan sebagai
jumlah luas daerah persegipanjang dengan lebar x
k
x
k1
dan tinggi f(t
k
). Jika
partisi P cukup halus, maka masuk akal untuk mengharapkan bahwa jumlah Riemann
S(P, f) akan menghampiri luas daerah di bawah kurva y = f(x). Dalam hal ini, nilai
S(P, f) mestilah cukup dekat ke nilai integral dari f pada I, bila f terintegralkan
pada I.
Perhatikan bahwa untuk sembarang partisi P dari I dan untuk sembarang
Pengantar Analisis Real 125
pemilihan titik sampel t
k
I
k
:= [x
k1
, x
k
], kita mempunyai
m
k
f(t
k
) M
k
, k = 1, 2, . . . , n,
dengan m
k
:= inf f(I
k
) dan M
k
:= supf(I
k
). Akibatnya,
n

k=1
m
k
(x
k
x
k1
)
n

k=1
f(t
k
)(x
k
x
k1
)
n

k=1
M
k
(x
k
x
k1
),
yakni
L(P, f) S(P, f) U(P, f).
Jadi, jumlah Riemann untuk f senantiasa bernilai di antara jumlah Riemann bawah
dan jumlah Riemann atas, terlepas dari bagaimana caranya kita memilih titik-titik
sampel t
k
.
Catat khususnya jika batas bawah m
k
dan batas atas M
k
tercapai oleh f pada
[x
k1
, x
k
] untuk tiap k = 1, 2, . . . , n, maka jumlah Riemann bawah dan jumlah Rie-
mann atas sama dengan jumlah Riemann untuk titik-titik sampel tertentu. Secara
umum, jumlah Riemann bawah maupun atas bukan jumlah Riemann (karena nilai m
k
dan M
k
tidak harus tercapai oleh f). Namun demikian, dengan memilih titik-titik
sampel secara cermat, kita dapat memperoleh jumlah Riemann yang cukup dekat ke
jumlah Riemann bawah atau ke jumlah Riemann atas.
Soal Latihan
1. Misalkan f(x) = x, x [0, b]. Untuk sembarang partisi P := x
0
, x
1
, . . . , x
n

dari [0, b], pilih titik-titik sampel t


k
=
1
2
(x
k
+x
k1
). Hitunglah jumlah Riemann
S(P, f) dengan titik-titik sampel ini.
2. Misalkan f : I R terbatas, P := x
0
, x
1
, . . . , x
n
partisi dari I, dan > 0
sembarang.
(a) Tentukan titik-titik sampel t
k
sedemikian sehingga
n

k=1
f(t
k
)(x
k
x
k1
) L(P, f) < .
(b) Tentukan titik-titik sampel t
k
sedemikian sehingga
U(P, f)
n

k=1
f(t
k
)(x
k
x
k1
) < .
126 Hendra Gunawan
15.2 Integral sebagai Limit
Di sini kita akan melihat bahwa
_
b
a
f(x) dx dapat dipandang sebagai limit dari
jumlah Riemann S(P, f), dalam arti tertentu.
Teorema 1. Misalkan f terintegralkan pada I. Maka, untuk setiap > 0 terdapat
suatu partisi P

dari I sedemikian sehingga untuk sembarang partisi P P

dan
sembarang jumlah Riemann S(P, f) berlaku

S(P, f)
_
b
a
f(x) dx

< .
Bukti. Diberikan > 0 sembarang, pilih partisi P

dari I sedemikian sehingga


U(P

, f) L(P

, f) < .
Selanjutnya ambil sembarang partisi P P

. Maka, menurut Proposisi 1 pada Sub-


bab 13.1, kita mempunyai
L(P

, f) L(P, f) U(P, f) U(P

, f).
Akibatnya,
U(P, f) L(P, f) < .
Sekarang misalkan S(P, f) adalah sembarang jumlah Riemann yang terkait dengan
P. Maka,
L(P, f) S(P, f) U(P, f).
Sementara itu, kita juga mempunyai
L(P, f)
_
b
a
f(x) dx U(P, f).
Dari kedua ketaksamaan ini kita peroleh

S(P, f)
_
b
a
f(x) dx

U(P, f) L(P, f) < ,


dan teorema pun terbukti.
Teorema berikut merupakan kebalikan dari Teorema 1. Buktinya diserahkan
sebagai latihan.
Pengantar Analisis Real 127
Teorema 2. Misalkan f terbatas pada I. Misalkan terdapat suatu bilangan A R
sedemikian sehingga untuk setiap > 0 terdapat partisi P

dari I sedemikian sehingga


untuk sembarang partisi P P

dan sembarang jumlah Riemann S(P, f) berlaku


[S(P, f) A[ < .
Maka f terintegralkan pada I dan
_
b
a
f(x) dx = A.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 2.
2. Misalkan f(x) = x, x [0, b]. Gunakan Teorema 1 dan Soal Latihan 15.1 No.
1 untuk menyimpulkan bahwa
_
b
0
xdx =
1
2
b
2
.
3. Gunakan Teorema 1 untuk memberikan bukti alternatif untuk Teorema Dasar
Kalkulus II (Teorema 6 pada Sub-bab 14.2).
15.3 Teorema Darboux
Terdapat cara lain melihat integral sebagai limit dari jumlah Riemann. Misal-
kan I := [a, b] dan P := x
0
, x
1
, . . . , x
n
adalah partisi dari I. Ukuran kehalusan dari
P, dilambangkan dengan |P|, didenisikan sebagai
|P| := supx
k
x
k1
: k = 1, 2, . . . , n.
Dalam perkataan lain, |P| adalah panjang sub-interval maksimum yang terkait de-
ngan partisi P.
Catat bahwa dua partisi berbeda dapat memiliki kehalusan yang sama. Selain
itu, jika P Q (yakni, Q merupakan perhalusan dari P), maka |Q| |P|. Namun
sebaliknya |Q| |P| tidak mengharuskan P Q.
Teorema berikut memperlihatkan bahwa jika f terintegralkan pada I, maka
integral f pada I merupakan limit dari jumlah Riemann untuk |P| 0.
128 Hendra Gunawan
Teorema 3 (Teorema Darboux). Misalkan f terintegralkan pada I. Maka, untuk
setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga jika Q adalah partisi dari I dengan
|Q| < , maka untuk sembarang jumlah Riemann S(Q, f) berlaku

S(Q, f)
_
b
a
f(x) dx

< .
Bukti. Diberikan > 0 sembarang, terdapat partisi P

:= x
0
, x
1
, . . . , x
n
sedemikian
sehingga
U(P

, f) L(P

, f) <

3
.
Akibatnya, jika P P

, maka
U(P, f) L(P, f) <

3
.
Selanjutnya misalkan M := sup[f(x)[ : x I dan :=

12Mn
.
Ambil sembarang partisi Q := y
0
, y
1
, . . . , y
m
dari I dengan |Q| < dan
misalkan Q

:= QP

. Maka Q

dan Q

mempunyai sebanyak-banyaknya n1
titik lebih banyak daripada Q, yakni titik-titik x
1
, . . . , x
n1
yang ada di P

tetapi
tidak di Q. Selanjutnya kita akan membandingkan U(Q, f) dengan U(Q

, f), serta
L(Q, f) dengan L(Q

, f).
Karena Q

Q, kita mempunyai U(Q, f) U(Q

, f) 0. Jika kita tuliskan


Q

= z
0
, z
1
, . . . , z
p
, maka U(Q, f)U(Q

, f) dapat dinyatakan sebagai jumlah dari


sebanyak-banyaknya 2(n 1) suku berbentuk
(M
j
M

k
)(z
k
z
k1
),
dengan M
j
menyatakan supremum dari f pada sub-interval ke-j dalam Q dan M

k
menyatakan supremum dari f pada sub-interval ke-k dalam Q

. Karena [M
j
M

k
[
2M dan [z
k
z
k1
[ |Q

| |Q| < , kita peroleh


0 U(Q, f) U(Q

, f) 2(n 1) 2M <

3
.
Akibatnya, kita dapatkan
U(Q, f) < U(Q

, f) +

3
.
Serupa dengan itu kita juga mempunyai
L(Q

, f)

3
< L(Q, f).
Pengantar Analisis Real 129
Selanjutnya kita tahu bahwa S(Q, f) dan
_
b
a
f(x) dx terletak dalam interval
[L(Q, f), U(Q, f)], dan karena itu keduanya berada dalam interval
I

:= [L(Q, f)

3
, U(Q

, f) +

3
].
Karena Q

, kita mempunyai U(Q

, f) L(Q

, f) <

3
, sehingga panjang I

lebih kecil daripada . Jadi jarak antara S(Q, f) dan


_
b
a
f(x) dx mestilah lebih kecil
daripada , sebagaimana yang ingin kita buktikan.
Kebalikan dari Teorema 3 juga berlaku.
Teorema 4. Misalkan f : I R terbatas. Misalkan terdapat suatu bilangan B R
sedemikian sehingga untuk setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga untuk
sembarang partisi P dari I dengan |P| < dan sembarang jumlah Riemann S(P, f)
berlaku
[S(P, f) B[ < .
Maka f terintegralkan pada I dan
_
b
a
f(x) dx = B.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 4. (Petunjuk. Gunakan Teorema 2.)
2. Buktikan bahwa f terintegralkan jika dan hanya jika untuk setiap > 0 terdapat
> 0 sedemikian sehingga jika |P| < dan |Q| < , maka
[S(P, f) S(Q, f)[ < .
130 Hendra Gunawan
16. BARISAN FUNGSI
16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik
Bila pada bab-bab sebelumnya kita membahas fungsi sebagai sebuah objek
individual, maka pada bab ini dan selanjutnya kita akan membahas keluarga fungsi
yang membentuk suatu barisan. Dalam aplikasi, barisan fungsi muncul ketika kita
berupaya menghampiri sebuah fungsi dengan keluarga fungsi yang kita kenal baik.
Sebuah barisan fungsi adalah suatu pengaitan n f
n
, n N, yang kita tuliskan
sebagai f
n
). Di sini f
n
merupakan fungsi dan untuk tiap n N kita asumsikan bahwa
f
n
mempunyai daerah asal yang sama, sebutlah A R.
Seperti pada pembahasan barisan bilangan real, ketika dihadapkan dengan se-
buah barisan fungsi f
n
) kita akan tertarik untuk membahas perilaku f
n
apabila
n . Dalam perkataan lain, kita ingin mempelajari kekonvergenan barisan f
n
)
pada A.
Mengingat bahwa untuk tiap x A, f
n
(x) membentuk suatu barisan bilangan
real, maka kekonvergenan barisan fungsi f
n
) dapat didenisikan melalui kekonver-
genan barisan bilangan f
n
(x)). Bila untuk tiap x A, barisan f
n
(x)) konvergen
ke suatu bilangan (yang secara umum bergantung pada x), sebutlah L
x
, maka kita
peroleh sebuah fungsi f : A R dengan f(x) = L
x
. Jadi, untuk tiap x A, kita
mempunyai
f
n
(x) f(x), n .
Dalam hal ini, kita katakan bahwa f
n
) konvergen titik demi titik ke f, dan kita
tuliskan
f
n
f (titik demi titik), n .
Fungsi f di sini disebut sebagai limit (titik demi titik) barisan f
n
).
Pengantar Analisis Real 131
Contoh 1. Misalkan untuk tiap n N kita mempunyai
f
n
(x) := x
n
, x [0, 1].
Maka, barisan fungsi f
n
) konvergen titik demi titik ke fungsi f dengan
f(x) :=
_
0, 0 x < 1;
1, x = 1.
Untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang terjadi, gambarlah grak beberapa
buah fungsi f
n
dan juga grak fungsi f, pada sebuah sistem koordinat yang sama.
Dalam Contoh 1 kita melihat bahwa f
n
kontinu pada [0, 1] untuk tiap n N,
namun f tidak kontinu pada [0, 1]. Jadi, kekonvergenan titik demi titik secara umum
tidak mempertahankan sifat kekontinuan fungsi. Padahal, dalam aplikasinya, ini
merupakan salah satu isu penting. Oleh karena itu, dalam pembahasan berikutnya,
kita akan mempelajari jenis kekonvergenan barisan fungsi yang lebih kuat, yang mem-
pertahankan antara lain sifat kekontinuan fungsi.
Diberikan suatu barisan fungsi f
k
), kita mempunyai deret fungsi

k=1
f
k
, yang
didenisikan sebagai limit titik demi titik dari barisan jumlah parsial

n

k=1
f
k
_
, asalkan
barisan jumlah parsial ini konvergen.
Jika barisan jumlah parsial tersebut konvergen titik demi titik ke fungsi s pada
A, maka s disebut sebagai jumlah deret pada A. Dalam hal ini, kita tuliskan

k=1
f
k
(x) = s(x), x A.
Secara umum, indeks k dapat berjalan mulai dari sembarang k Z.
Sebagai contoh, jika f
k
(x) := x
k
, k = 0, 1, 2, . . . , maka kita peroleh deret
geometri

k=0
x
k
, yang konvergen ke
1
1x
untuk [x[ < 1 (lihat kembali Bab 5).
Pembahasan mengenai deret fungsi, khususnya deret yang berbentuk

n=0
a
n
(x c)
n
akan dilakukan secara mendalam pada Bab 18.
132 Hendra Gunawan
Soal Latihan
1. Tinjau barisan fungsi f
n
) yang dibahas dalam Contoh 1. Diberikan x [0, 1]
dan > 0, tentukan N N sedemikian sehingga untuk setiap n N berlaku
[f
n
(x) f(x)[ < . (Catatan. Kasus x = 1 perlu ditangani tersendiri.)
2. Untuk masing-masing barisan fungsi di bawah ini, tentukan sebuah fungsi f
yang merupakan limitnya (titik demi titik).
(a) f
n
(x) :=
x
n
n
, x [0, 1].
(b) f
n
(x) := nx(1 x
2
)
n
, x [0, 1].
(c) f
n
(x) :=
x
n
, x R.
(d) f
n
(x) :=
x
2n
1+x
2n
, x R.
(e) f
n
(x) :=
sin nx
n

x
, x > 0.
16.2 Kekonvergenan Seragam
Misalkan f
n
) adalah suatu barisan fungsi yang, katakanlah, konvergen titik
demi titik ke fungsi f pada A. Dalam hal ini, diberikan x A dan > 0, terdapat
N N sedemikian sehingga untuk setiap n N berlaku [f
n
(x) f(x)[ < . Secara
umum bilangan N di sini bergantung pada x, selain pada . Bila bilangan N tadi
berlaku untuk tiap x A, maka f
n
) dikatakan konvergen seragam ke f pada A.
Jadi, barisan fungsi f
n
) konvergen seragam ke f pada A apabila untuk setiap
> 0 terdapat N N sedemikian sehingga untuk setiap n N dan x A berlaku
[f
n
(x) f(x)[ < .
Dalam hal ini kita tuliskan
f
n
f (seragam), n .
Jelas bahwa kekonvergenan seragam akan mengakibatkan kekonvergenan titik demi
titik. (Dalam perkataan lain, kekonvergenan titik demi titik merupakan syarat perlu
untuk kekonvergenan seragam.)
Pengantar Analisis Real 133
Gambar 16.1 Pita dengan lebar 2 dan median grak fungsi f
Perhatikan bahwa ketaksamaan [f
n
(x) f(x)[ < setara dengan
f(x) < f
n
(x) < f(x) +.
Bila ini berlaku untuk setiap n N dan x A, maka grak fungsi f
n
pada A berada
di antara pita [f , f + ] yang mempunyai lebar 2 dan median grak fungsi f,
sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 16.1.
Contoh 2. Barisan fungsi f
n
) dengan f
n
(x) := x
n
, x [0, 1], tidak konvergen
seragam ke f pada [0, 1], dengan
f(x) :=
_
0, 0 x < 1;
1, x = 1.
Di sini, pita [f
1
4
, f +
1
4
] tidak akan memuat grak f
n
untuk n berapa pun.
Lemma berikut (yang merupakan negasi dari denisi kekonvergenan seragam)
dapat dipakai untuk menyelediki ketidakkonvergenan seragam suatu barisan fungsi.
Lemma 3. Barisan fungsi f
n
) tidak konvergen seragam ke fungsi f pada A jika
dan hanya jika untuk suatu
0
> 0 terdapat subbarisan f
n
k
) dari f
n
) dan barisan
bilangan x
k
) di A sedemikian sehingga
[f
n
k
(x
k
) f(x
k
)[
0
.
134 Hendra Gunawan
Dengan menggunakan Lemma 3, ketidakkonvergenan seragam barisan fungsi
dalam Contoh 2 dapat dibuktikan dengan mengambil
0
=
1
4
, n
k
= k dan x
k
=
_
1
2
_
1/k
.
Di sini kita mempunyai
[f
n
k
(x
k
) f(x
k
)[ =

1
2
0

=
1
2
>
0
.
Ketidakkonvergenan seragam barisan dalam Contoh 2 juga dapat dijelaskan dengan
teorema di bawah ini (yang mengatakan bahwa kekonvergenan seragam memperta-
hankan sifat kekontinuan).
Teorema 4. Misalkan f
n
) konvergen seragam ke f pada suatu interval I R. Jika
f
n
kontinu di c I untuk tiap n N, maka f juga kontinu di c.
Bukti. Diberikan > 0, pilih N N sedmeikian sehingga untuk setiap n N dan
x I berlaku
[f
n
(x) f(x)[ <

3
.
Karena f
N
kontinu di c, maka suatu interval I

(c) I yang memuat c sedemikian


sehingga untuk setiap x I

(x) berlaku
[f
N
(x) f(x)[ <

3
.
Jadi, untuk setiap x I

(c), kita mempunyai


[f(x) f(c)[ [f(x) f
N
(x)[ +[f
N
(x) f
N
(c)[ +[f
N
(c) f(c)[ <

3
+

3
+

3
= .
Ini membuktikan bahwa f kontinu di c.
Soal Latihan
1. Selidiki apakah masing-masing barisan fungsi di bawah ini konvergen seragam
ke limitnya.
(a) f
n
(x) :=
x
n
n
, x [0, 1].
(b) f
n
(x) := nx(1 x
2
)
n
, x [0, 1].
(c) f
n
(x) :=
x
n
, x R.
(d) f
n
(x) :=
x
2n
1+x
2n
, x R.
(e) f
n
(x) :=
sin nx
n

x
, x > 0.
Pengantar Analisis Real 135
2. Buktikan jika f
n
) dan g
n
) konvergen seragam ke f dan g pada A (berturut-
turut), maka f
n
+g
n
) konvergen seragam ke f +g pada A.
3. Misalkan f
n
(x) := x+
1
n
dan f(x) = x, x R. Buktikan bahwa f
n
) konvergen
seragam ke f pada R, namun f
2
n
) tidak konvergen seragam ke f
2
pada R.
16.3 Kriteria Cauchy untuk Kekonvergenan Seragam
Dalam membahas kekonvergenan seragam, seringkali kita terbantu dengan pe-
ngertian norma seragam berikut. Ingat bahwa untuk A R, fungsi f : A R
dikatakan terbatas pada A apabila f(A) merupakan himpunan terbatas. Sekarang,
jika f terbatas pada A, maka kita denisikan norma seragam f pada A sebagai
|f|
A
:= sup[f(x)[ : x A.
Perhatikan bahwa |f|
A
< setara dengan [f(x)[ < untuk tiap x A.
Menggunakan norma seragam, kita mempunyai lemma berikut tentang kekon-
vergenan seragam.
Lemma 5. Misalkan f
n
terbatas pada A untuk tiap n N. Maka, barisan f
n
)
konvergen seragam ke f pada A jika dan hanya jika lim
n
|f
n
f|
A
= 0.
Dengan menggunakan Lemma 5, kita juga dapat membuktikan ketidakkonver-
genan seragam barisan fungsi dalam Contoh 2, dengan menghitung bahwa
|f
n
f|
[0,1]
= 1
untuk tiap n N.
Dengan menggunakan norma seragam, kita peroleh pula kriteria berikut untuk
kekonvergenan seragam suatu barisan fungsi.
Teorema 6 (Kriteria Cauchy untuk Kekonvergenan Seragam). Misalkan f
n
terbatas pada A untuk tiap n N. Maka, barisan f
n
) konvergen seragam ke suatu
fungsi terbatas f pada A jika dan hanya jika untuk setiap > 0 terdapat N N
sedemikian sehingga untuk sembarang m, n N berlaku |f
m
f
n
| < .
136 Hendra Gunawan
Bukti. Misalkan f
n
) konvergen seragam ke f pada A. Diberikan > 0 sembarang,
pilih N N sedemikian sehingga untuk setiap n N berlaku |f
n
f|
A
<

2
.
Akibatnya, jika m, n N, maka
[f
m
(x) f
n
(x)[ [f
m
(x) f(x)[ +[f
n
(x) f(x)[ <

2
+

2
=
untuk tiap x A. Jadi |f
m
f
n
|
A
< untuk m, n N.
Sebaliknya, misalkan untuk setiap > 0 terdapat N N sedemikian sehingga
untuk m, n N kita mempunyai |f
m
f
n
|
A
< . Maka, untuk setiap x A, berlaku
[f
m
(x) f
n
(x)[ |f
m
f
n
|
A
< ,
untuk m, n N. Ini berarti bahwa f
n
(x)) merupakan barisan Cauchy di R, dan
karenanya ia merupakan barisan yang konvergen, katakanlah ke f(x). Selanjutnya,
untuk setiap x A, kita mempunyai
[f
m
(x) f(x)[ = lim
n
[f
m
(x) f
n
(x)[ ,
untuk m N. Ini menunjukkan bahwa f
n
) konvergen seragam ke f pada A.
Soal Latihan
1. Buktikan Lemma 5.
2. Misalkan f
n
) dan g
n
) adalah barisan fungsi terbatas pada A, yang konver-
gen seragam ke f dan g pada A (berturut-turut). Tunjukkan bahwa f
n
g
n
)
konvergen seragam ke fg pada A.
3. Uji-M Weierstrass. Misalkan f
n
) adalah barisan fungsi pada A dan [f
n
(x)[
M
n
untuk tiap x A dan n N. Buktikan jika

k=1
M
k
konvergen, maka
deret fungsi

k=1
f
k
konvergen seragam pada A.
Pengantar Analisis Real 137
17. PERTUKARAN LIMIT
17.1 Pertukaran Limit dan Turunan
Kita telah melihat sebelumnya bahwa kekonvergenan seragam mempertahankan
sifat kekontinuan fungsi, yakni, jika f
n
kontinu pada A untuk tiap n N dan f
n
)
konvergen seragam ke f pada A, maka f kontinu pada A.
Sekarang kita bertanya: apakah kekontinuan seragam juga mempertahankan
sifat diferensiabilitas? Pertanyaan ini penting mengingat dalam aplikasi kita seringkali
menaksir sebuah fungsi f dengan suatu deret

n=1
f
n
(misalnya), dan kemudian kita
menginginkan
f

(x) =

n=1
f

n
(x).
Jawaban untuk pertanyaan ini ternyata negatif. Sebagai contoh, fungsi f yang dide-
nisikan sebagai jumlah deret berikut
f(x) :=

k=1
2
k
cos(3
k
x)
merupakan fungsi yang kontinu di setiap titik tetapi tidak mempunyai turunan di titik
manapun (lihat Bartle & Sherbert). Padahal, jumlah parsial deret ini mempunyai
turunan di setiap titik dan membentuk barisan yang konvergen seragam ke f. Jadi,
kekonvergenan seragam dari suatu barisan fungsi yang mempunyai turunan ternyata
tidak menjamin bahwa limitnya mempunyai turunan.
Teorema berikut memberikan suatu syarat cukup agar sebuah barisan fungsi
mempertahankan sifat diferensiabilitas.
Teorema 1. Misalkan I R adalah suatu interval terbatas dan f
n
) adalah barisan
fungsi pada I. Misalkan terdapat x
0
I sedemikian sehingga f
n
(x
0
)) konvergen dan
138 Hendra Gunawan
barisan f

n
) terdenisi dan konvergen seragam ke suatu fungsi g pada I. Maka, f
n
)
konvergen seragam ke suatu fungsi f pada I dengan f

(x) = g(x), x I.
Bukti. Misalkan a < b adalah titik ujung interval I dan x I sembarang. Jika
m, n N, maka menurut Teorema Nilai Rata-rata (untuk turunan) terdapat y di
antara x
0
dan x sedemikian sehingga
f
m
(x) f
n
(x) = f
m
(x
0
) f
n
(x
0
) + (x x
0
)[f

m
(y) f
n
(y)].
Akibatnya, kita peroleh
|f
m
f
n
|
I
[f
m
(x
0
) f
n
(x
0
)[ + (b a)|f

m
f

n
|
I
.
Menurut hipotesis dan Kriteria Cauchy (Teorema 6, Bab 16), f
n
) konvergen seragam
pada I. Sebutlah f := lim
n
f
n
. Karena f
n
kontinu pada I untuk tiap n N, maka f
juga kontinu pada I.
Untuk menunjukkan bahwa f mempunyai turunan di sembarang titik c I,
kita terapkan lagi Teorema Nilai Rata-rata terhadap f
m
f
n
pada interval dengan
titik ujung c dan x. Dalam hal ini terdapat z di antara c dan x sedemikian sehingga
[f
m
(x) f
n
(x)] [f
m
(c) f
n
(c)] = (x c)[f

m
(z) f

n
(z)].
Jadi, dalam hal x ,= c, kita peroleh

f
m
(x) f
m
(c)
x c

f
n
(x) f
n
(c)
x c

|f

m
f

n
|
I
.
Karena f

n
) konvergen seragam pada I, untuk > 0 sembarang terdapat N N
sedemikian sehingga jika m, n N dan x ,= c, maka

f
m
(x) f
m
(c)
x c

f
n
(x) f
n
(c)
x c

.
Jika kita ambil limit dari ruas kiri (terhadap m), maka kita dapatkan

f(x) f(c)
x c

f
n
(x) f
n
(c)
x c


untuk n N dan x ,= c. Selanjutnya, karena lim
n
f

n
(c) = g(c), maka terdapat
M N sedemikian sehingga [f

n
(c) g

(c)[ < untuk n M. Sekarang misalkan


Pengantar Analisis Real 139
K := maks M, N. Karena f

K
(c) ada, maka terdapat
K
> 0 sedemikian sehingga
jika 0 < [x c[ <
K
, maka

f
K
(x) f
K
(c)
x c
f

K
(c)

< .
Jadi, jika 0 < [x c[ <
K
, maka (berdasarkan ketiga ketaksamaan di atas) kita
mempunyai

f(x) f(c)
x c
g(c)

< 3.
Ini menunjukkan bahwa f

(c) ada dan sama dengan g(c). Karena c I sembarang,


kita simpulkan bahwa f

= g pada I.
Soal Latihan
1. Misalkan f
n
(x) :=
x
n
, x R. Selidiki apakah limit dan turunan dapat bertukar
untuk barisan fungsi ini.
2. Misalkan f
n
(x) :=
x
n
n
, x [0, 1]. Buktikan bahwa f
n
) konvergen seragam
ke suatu fungsi f yang mempunyai turunan pada [0, 1], dan f

n
) konvergen ke
suatu fungsi g pada [0, 1], tetapi f

(1) ,= g(1).
17.2 Fungsi Eksponensial
Dalam Kalkulus, kita mendenisikan fungsi eksponensial E(x) := e
x
sebagai
invers dari fungsi logaritma L(x) := lnx :=
_
x
1
1
t
dt, x > 0. Namun, daripada meng-
ulang apa yang telah kita pelajari dalam Kalkulus, kita akan mempelajari suatu cara
lain mendenisikan fungsi eksponensial, yaitu dengan meninjau Masalah Nilai Awal
E

(x) = E(x), E(0) = 1. (3)


Perhatikan bahwa Masalah Nilai Awal ini setara dengan persamaan integral
E(x) = 1 +
_
x
0
E(t) dt.
Untuk mendapatkan solusinya, kita lakukan iterasi Picard dengan hampiran awal
E
0
(x) := 1 dan
E
n+1
(x) := 1 +
_
x
0
E
n
(t) dt, n = 0, 1, 2, . . . .
140 Hendra Gunawan
Dalam hal ini, kita akan memperoleh barisan fungsi
E
n
(x) := 1 +
x
1!
+ +
x
n
n!
, n = 0, 1, 2, . . . ,
yang memenuhi
E

n+1
(x) = E
n
(x), n = 0, 1, 2, . . . .
Sekarang marilah kita pelajari barisan fungsi ini. Misalkan R > 0. Jika [x[ R
dan m > n > 2R, maka
[E
m
(x) E
n
(x)[ =

x
n+1
(n + 1)!
+ +
x
m
m!

R
n+1
(n + 1)!
_
1 +
R
n
+ +
_
R
n
_
mn1
_
<
2R
n+1
(n + 1)!
.
Karena lim
n
R
n
n!
= 0, kita simpulkan bahwa barisan E
n
) konvergen seragam pada
[R, R] untuk R > 0 sembarang.
Sebagai akibatnya, kita mempunyai teorema berikut.
Teorema 2. Barisan E
n
) konvergen titik demi titik ke suatu fungsi E yang kontinu
pada R, dengan E(0) = 1.
Bukti. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa E
n
(x)) konvergen untuk tiap
x R. Denisikan E : R R dengan
E(x) := lim
n
E
n
(x), x R.
Karena setiap x R termuat dalam suatu interval [R, R], maka E kontinu pada R.
Selanjutnya, karena E
n
(0) = 1 untuk tiap n, maka E(0) = 1.
Lebih jauh, kita mempunyai:
Teorema 3. E mempunyai turunan dengan E

(x) = E(x) untuk tiap x R.


Bukti. Mengingat bahwa E
n
mempunyai turunan dan E

n+1
(x) = E
n
(x) untuk tiap
n = 0, 1, 2, . . . , barisan E

n
) juga konvergen seragam ke E pada sembarang interval
[R, R]. Menurut Teorema 1,
E

(x) = lim
n
E

n+1
(x) = lim
n
E
n
(x) = E(x),
Pengantar Analisis Real 141
pada sembarang interval [R, R]. Dengan demikian, E

(x) = E(x) untuk tiap x


R.
Akibat 4. Fungsi E mempunyai turunan ke-k untuk tiap k N, dengan E
(k)
(x) =
E(x) untuk tiap x R.
Teorema 5. Fungsi E yang memenuhi Masalah Nilai Awal (3) adalah tunggal.
Teorema 6. Fungsi E yang memenuhi Masalah Nilai Awal (3) bersifat:
(i) E(x) ,= 0 untuk tiap x R;
(ii) E(x +y) = E(x)E(y) untuk tiap x, y R;
(iii) Jika e = E(1), maka E(r) = e
r
untuk tiap r Q.
Soal Latihan
1. Buktikan jika x > 0, maka E(x) > 1 +x.
2. Buktikan Teorema 5.
17.3 Pertukaran Limit dan Integral
Sekarang mari kita periksa apakah kekonvergenan titik demi titik memperta-
hankan keterintegralan. Misalkan f
n
(x) := nx(1 x
2
)
n
, x [0, 1] (Soal 16.1 No.
2(b). Barisan fungsi ini konvergen ke fungsi f 0 pada [0, 1]. Di sini
_
1
0
f(x) dx = 0,
sementara
_
1
0
f
n
(x) dx = n
_
1
0
x(1 x
2
)
n
dx =
n
2
(1 x
2
)
n+1
n + 1

1
0
=
n
2(n + 1)
.
Jadi, kita peroleh
lim
n
_
1
0
f
n
(x) dx =
1
2
.
Dengan demikian, untuk barisan fungsi ini, kita melihat bahwa
lim
n
_
1
0
f
n
(x) dx ,=
_
1
0
f(x) dx.
Perlu dicatat di sini bahwa f
n
) tidak konvergen seragam ke f.
142 Hendra Gunawan
Pertanyaannya sekarang adalah: bilakah limit dan integral dapat bertukar tem-
pat, yakni bilakah
lim
n
_
b
a
f
n
(x) dx =
_
b
a
lim
n
f
n
(x) dx?
Teorema berikut menyatakan bahwa kekonvergenan seragam mempertahankan keter-
integralan dan menjamin bahwa limit dan integral dapat betukar tempat.
Teorema 7. Misalkan f
n
terintegralkan pada I := [a, b] untuk tiap n N dan f
n
)
konvergen seragam ke f pada [a, b]. Maka, f terintegralkan pada [a, b] dan
lim
n
_
b
a
f
n
(x) dx =
_
b
a
f(x) dx.
Bukti. Diberikan > 0, pilih N N sedemikian sehingga untuk setiap m N berlaku
|f f
m
|
I
<

4(b a)
.
Selanjutnya, karena f
N
terintegralkan, maka menurut Kriteria Riemann, terdapat
partisi P

:= x
0
, x
1
, . . . , x
n
dari I sedemikian sehingga
U(P

, f
N
) L(P

, f
N
) <

2
.
Sementara itu, karena [f(x) f
N
(x)[

4(ba)
untuk tiap x I, maka
M
j
(f) M
j
(f
N
) +

4(b a)
dengan M
j
(f) := sup
xj1xxj
f(x) dan M
j
(f
N
) := sup
xj1xxj
f
N
(x). Jadi, kita peroleh
U(P

, f) U
(
P

, f
N
) +

4
.
Dengan cara yang serupa, kita juga peroleh
L(P

, f
N
)

4
L(P

, f).
Akibatnya, kita dapatkan
U(P

, f) L(P

, f) U(P

, f
N
) L(P

, f
N
) +

2
<

2
+

2
= .
Ini membuktikan bahwa f terintegralkan pada I.
Pengantar Analisis Real 143
Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa limit dan integral dapat bertukar tem-
pat, kita amati bahwa

_
b
a
f(x) dx
_
b
a
f
m
(x) dx

_
b
a
[f(x) f
m
(x)] dx

|f f
m
|
I
(b a).
Karena lim
m
|f f
m
|
I
= 0, maka nilai di ruas kiri mestilah menuju ke 0 bila m ,
sehingga
_
b
a
f(x) dx = lim
m
_
b
a
f
m
(x) dx,
sesuai dengan harapan kita.
Soal Latihan
1. Misalkan g
n
(x) := nx(1 x)
n
, x [0, 1]. Selidiki kekonvergenan g
n
) dan

_
1
0
g
n
(x) dx).
2. Misalkan f
n
) adalah barisan fungsi yang terintegralkan pada [a, b], yang kon-
vergen (titik demi titik) ke suatu fungsi yang terintegralkan pada [a, b]. Misal-
kan pula bahwa terdapat B > 0 sedemikian sehingga [f
n
(x)[ B untuk tiap
x [a, b] dan n N. Buktikan bahwa
lim
n
_
b
a
f
n
(x) dx =
_
b
a
f(x) dx.
144 Hendra Gunawan
18. DERET PANGKAT
18.1 Deret Pangkat dan Interval Kekonvergenannya
Pada Bab 16 (dan, jauh sebelumnya, yaitu pada Bab 5) kita telah membahas
deret geometri

n=0
x
n
, yang konvergen (titik demi titik) ke
1
1x
untuk [x[ < 1. Pada
Bab 17, tepatnya pada Sub-bab 17.2, kita berurusan dengan deret

n=0
x
n
n!
, yang kon-
vergen (seragam) pada sembarang interval [R, R], R > 0. Kedua deret ini termasuk
dalam keluarga deret pangkat

n=0
a
n
(x c)
n
, (4)
yang akan kita pelajari secara lebih mendalam sekarang.
Deret pangkat (4) jelas konvergen untuk x = c. Teorema berikut menunjukkan
bahwa sebuah deret pangkat secara umum konvergen pada suatu interval yang ber-
pusat di c.
Teorema 1. Jika deret

n=0
a
n
(x c)
n
konvergen untuk x = x
0
, maka deret tersebut
juga konvergen (mutlak) untuk x dengan [x c[ < [x
0
c[.
Bukti. Karena

n=0
a
n
(x
0
c)
n
konvergen, maka a
n
(x
0
c)
n
0 bila n .
Akibatnya, barisan a
n
(x
0
c)
n
) terbatas, yakni terdapat M sedemikian sehingga
[a
n
(x
0
c)
n
[ M, n = 0, 1, 2, . . . .
Sekarang misalkan [x c[ < [x
0
c[. Maka
r =
[x c[
[x
0
c[
< 1.
Akibatnya
[a
n
(x c)
n
[ = [a
n
(x
0
c)
n
[.r
n
M.r
n
, n = 0, 1, 2, . . . .
Pengantar Analisis Real 145
Karena deret

n=0
r
n
konvergen, maka menurut Uji Banding deret

n=0
a
n
(xc)
n
juga
konvergen (mutlak).
Untuk selanjutnya, himpunan semua bilangan x R di mana deret pangkat

n=0
a
n
(x c)
n
konvergen disebut interval kekonvergenan deret tersebut. Jika titik
ujung interval kekonvergenan tersebut adalah c R dan c +R (dengan R 0), maka
R disebut jari-jari kekonvergenan deret

n=0
a
n
(x c)
n
. Interval kekonvergenannya
dalam hal ini adalah (cR, c+R), (cR, c+R], [cR, c+R), atau [cR, c+R]. Jika
interval kekonvergenannya adalah R, maka jari-jari kekonvergenannya tak terhingga.
Contoh 2. (a) Interval kekonvergenan deret geometri

n=0
x
n
adalah (1, 1), jari-jari
kekonvergenannya sama dengan 1.
(b) Interval kekonvergenan deret

n=0
x
n
n!
adalah R. [Ingat bahwa deret ini konvergen
pada sembarang interval [R, R], R > 0.]
Soal Latihan
1. Tentukan interval kekonvergenan deret pangkat berikut. (Petunjuk. Gunakan
subsitusi peubah, misal t = x 1 untuk deret pertama.)
(a)

n=0
(x 1)
n
.
(b)

n=0
x
n
2
n
.
(c)

n=0
x
2n
n!
18.2 Jari-jari Kekonvergenan
Pada sub-bab terdahulu kita telah membuktikan bahwa sebuah deret pangkat

n=0
a
n
(xc)
n
senantiasa konvergen pada suatu interval yang berpusat di c. Teorema
berikut memberi kita rumus jari-jari kekonvergenannya.
146 Hendra Gunawan
Teorema 3. Misalkan lim
n

a
n
a
n+1

ada atau tak terhingga, katakanlah sama dengan


R. Maka, deret

n=0
a
n
(xc)
n
konvergen bila [xc[ < R dan divergen bila [xc[ > R.
Bukti. Misalkan 0 < R < . (Kasus R = 0 atau tak terhingga diserahkan sebagai
latihan.) Menggunakan Uji Rasio, deret

n=0
a
n
(x c)
n
konvergen bila
lim
n

a
n+1
(x c)
n+1
a
n
(x c)
n

=
1
R
[x c[ < 1,
yakni bila
[x c[ < R.
Uji Rasio juga memberi tahu kita bahwa deret akan divergen bila [x c[ > R.
Catatan. Teorema di atas tidak memberi tahu kita perihal kekonvergenan deret untuk
x = c R. Namun, kita dapat memeriksa kedua kasus tersisa ini secara tersendiri,
dengan menggunakan pengetahuan kita tentang deret bilangan.
Contoh 4. (a) Untuk deret geometri

n=0
x
n
, kita mempunyai a
n
= 1 untuk tiap
n N. Karena itu, jari-jari kekonvergenannya adalah
R = lim
n

a
n
a
n+1

= 1.
Jadi deret konvergen bila [x[ < 1 dan divergen bila [x[ > 1. Untuk x = 1, deret
jelas divergen. Dengan demikian, interval kekonvergenan deret adalah (1, 1), seba-
gaimana telah kita ketahui sebelumnya.
(b) Untuk deret

n=0
x
n
n!
, kita mempunyai a
n
=
1
n!
untuk tiap n N. Karena itu,
jari-jari kekonvergenannya adalah
R = lim
n

a
n
a
n+1

= lim
n
(n + 1) = .
Jadi deret konvergen untuk setiap x R.
Apa yang terjadi bila barisan
_
a
n
a
n+1
_
berosilasi, misalnya bila a
n
adalah barisan
1, 1, 2, 2, 3, 3, . . . ? Teorema berikut memberi suatu cara lain menentukan jari-jari
kekonvergenan deret dengan koesien demikian.
Pengantar Analisis Real 147
Teorema 5. Misalkan L := limsup
n
[a
n
[
1/n
ada atau tak terhingga, dan R :=
1
L
.
Maka, deret

n=0
a
n
(x c)
n
konvergen bila [x c[ < R dan divergen bila [x c[ > R.
Soal Latihan
1. Buktikan Teorema 3 untuk kasus R = 0 dan R = .
2. Tentukan jari-jari kekonvergenan deret berikut, dan kemudian tentukan interval
kekonvergenannya.
(a)

n=0
x
n
n
.
(b)

n=0
x
n+1
2
n
.
(c)

n=0
x
2n
(2n)!
3. Buktikan Teorema 5.
18.3 Kekonvergenan Seragam Deret Pangkat
Teorema berikut menyatakan bahwa deret pangkat senantiasa konvergen ser-
agam pada sembarang interval kompak di dalam interval kekonvergenannya.
Teorema 6. Jika R adalah jari-jari kekonvergenan deret pangkat

n=0
a
n
x
n
, maka
deret konvergen seragam pada sembarang interval kompak K (R, R).
Bukti. Hipotesis bahwa K kompak dan termuat dalam (R, R) mengakibatkan
adanya suatu konstanta c < 1 sedemikian sehingga [x[ < cR untuk tiap x K.
Karena itu,
[a
n
x
n
[ [a
n
[c
n
R
n
=: M
n
, n = 0, 1, 2, . . . .
Menurut Uji Rasio,

n=0
M
n
konvergen. Akibatnya, berdasarkan Uji-M Weierstrass
(Soal No. 3, Sub-bab 16.3),

n=0
a
n
x
n
konvergen seragam pada K.
148 Hendra Gunawan
Akibat 7. Jumlah suatu deret pangkat merupakan fungsi yang kontinu pada (R, R),
dengan R adalah jari-jari kekonvergenan deret pangkat tersebut.
Akibat 8. Sebuah deret pangkat dapat diintegralkan suku demi suku (yakni, inte-
gral dan sigma dapat bertukar) pada sembarang interval kompak di dalam interval
kekonvergenannya.
Akibat 9. Sebuah deret pangkat dapat diturunkan suku demi suku (yakni, turunan
dan sigma dapat bertukar) di dalam interval kekonvergenannya. Persisnya, jika f(x) =

n=0
a
n
x
n
, maka f

(x) =

n=1
na
n
x
n1
untuk [x[ < R, dengan R adalah jari-jari kekon-
vergenan deret

n=0
a
n
x
n
. Lebih jauh, deret

n=1
na
n
x
n1
juga mempunyai jari-jari
kekonvergenan R.
Perhatikan bahwa dalam Akibat 9 kita mempunyai a
0
= f(0) dan a
1
= f

(0).
Jika fungsi f mempunyai turunan ke-n di titik c untuk tiap n N, maka kita dapat
menghitung koesien Taylor a
n
:=
f
(n)
(c)
n!
untuk tiap n N dan memperoleh suatu
deret pangkat dengan koesien-koesien ini. Namun, tidak ada jaminan bahwa deret
pangkat yang dihasilkan konvergen ke f pada suatu interval terbuka yang memuat c.
Kekonvergenan deret pangkat tersebut bergantung pada suku sisa E
n
dalam Teorema
Taylor (Teorema 5, Sub-bab 10.3). Dalam hal ini, kita mempunyai deret Taylor untuk
f di sekitar c, yaitu
f(x) =

n=0
(x c)
n
n!
f
(n)
(c), x (c R, c +R),
jika dan hanya jika barisan E
n
(x)) konvergen ke 0 untuk tiap x (c R, c +R).
Soal Latihan
1. Buktikan Akibat 7.
2. Buktikan Akibat 8.
3. Buktikan Akibat 9.
4. Buktikan bahwa deret pangkat

n=0
a
n
x
n
dapat diturunkan suku demi suku k kali
di dalam interval kekonvergenannya. Kemudian buktikan bahwa f
(k)
(0) = k!a
k
,
untuk tiap k N.
Pengantar Analisis Real 149
5. Buktikan jika

n=0
a
n
x
n
dan

n=0
b
n
x
n
konvergen ke suatu fungsi f yang sama
pada suatu interval (r, r) dengan r > 0, maka a
n
= b
n
untuk tiap n N.
6. Buktikan dengan induksi bahwa fungsi f dengan f(x) = e
1/x
2
untuk x ,= 0 dan
f(0) = 0 mempunyai turunan ke-k di 0, yaitu f
(k)
(0) = 0, untuk tiap k N.
(Jadi, fungsi f tidak dapat dinyatakan sebagai deret Taylor di sekitar 0.)
150 Hendra Gunawan
DAFTAR PUSTAKA
1. R.G. Bartle and D. Sherbert, Introduction to Real Analysis, 3rd ed., John Wiley
& Sons, 19xx.
2. K.G. Binmore, Mathematical Analysis, 2nd ed., Cambridge Univ. Press., 1982.

Anda mungkin juga menyukai