Anda di halaman 1dari 26

SISTEM BILANGAN RIIL (Sifat

Aljabar R, sifat urutan R, Trikotomi,


Ketaksamaan Bernoulli)

KELOMPOK 1
MUHAMMAD RIZKI CAHYADI
RAHMAD SUGIANTO
ALFI RACHMA NISFI LAILA
Beberapa himpunan bagian pada ℝ
Pada sistem bilangan riil memiliki himpunan bagian (subset) diantaranya bilangan asli, bilangan bulat,
bilangan rasional dan sebagainya. Dalam tulisan ini akan diberikan beberapa himpunan bagian yang
dianggap penting, seperti dijelaskan pada gambar berikut:
Sifat Urutan Bilangan Riil
Urutan pada bilangan riil mengacu pada hubungan ketaksamaan antara
dua bilangan riil.
Definisi 1.1
Pada sistem bilangan ℝ terdapat himpunan bagian tak kosong
dengan sifat – sifat berikut
Jika maka
Jika maka
Himpunan ini selanjutnya disebut sebagai himpunan bilangan positif.
Selanjutnya, akan diturunkan sifat trikotomi pada bilangan riil, yaitu
apabila sebarang a ∈ ℝ maka akan memenuhi tepat satu pernyataan
berikut:
a ∈ atau a = 0 atau −a ∈
Terdapat −a atau bilangan negatif yang didefinisikan oleh
Jadi himpunan bilangan riil terbagi atas tiga himpunan yang saling asing, yaitu
bilangan positif, bilangan negatif dan nol yang didefinisikan lebih lanjut.
Definisi 1.2
1. Bilangan 𝑎 ∈ P dikatakan bilangan positif dan dinotasikan oleh
𝑎 > 0. Untuk notasi 𝑎 ≥ 0 berarti 𝑎 ∈ ℙ ∪ {0} dan 𝑎 disebut bilangan tak
negatif.

2. Bilangan 𝑎 ∈ P sehingga −𝑎 ∈ P dikatakan bilangan negatif dan dinotasikan


oleh 𝑎 < 0. Untuk notasi 𝑎 ≤ 0 berarti −𝑎 ∈ ℙ ∪ {0} dan 𝑎 disebut bilangan
tak positif.

3. Bilangan riil 𝑎 dikatakan lebih besar dari 𝑏 dan ditulis 𝑎 > 𝑏 jika dan hanya
jika 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ
Teorema 1.4
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, maka akan berlaku pernyataan berikut ini:
(a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka 𝑎 > 𝑐
(b) Akan memenuhi tepat satu pernyataan 𝑎 < 𝑏, 𝑎 = 𝑏, 𝑎 > 𝑏

Bukti
(a) Karena 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka berdasarkan definisi 1.2 bagian 3 berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈
P dan 𝑏 − 𝑐 ∈ P , sehingga
(𝑎 − 𝑏) + (𝑏 − 𝑐) ∈ ℙ
𝑎−𝑏+𝑏−𝑐∈ ℙ
𝑎+𝑏−𝑏−𝑐∈ ℙ ................ sifat A1
𝑎 + (𝑏 − 𝑏) − 𝑐 ∈ ℙ ................ sifat A2
𝑎−𝑐∈ ℙ
Karena 𝑎 − 𝑐 ∈ ℙ sesuai dengan definisi 1.2 poin 3 berlaku 𝑎 > 𝑐
(b
(b) Dari sifat trikotomi berakibat bahwa untuk 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ terdapat tepat satu yang akan
memenuhi 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ , 𝑎 − 𝑏 = 0 atau −(𝑎 −𝑏) ∈ ℙ Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ berakibat
pada 𝑎 − 𝑏 > 0
Jika 𝑎 − 𝑏 > 0 dikedua ruas ditambahkan dengan b, diperoleh
𝑎−𝑏+𝑏>0+𝑏=𝑎>𝑏

ii. Jika 𝑎 − 𝑏 = 0 kemudian dikedua ruas ditambahkan dengan b, diperoleh


𝑎−𝑏+𝑏=0+𝑏
𝑎=𝑏

iii. Jika – (𝑎 − 𝑏) ∈ ℙ berakibat pada 𝑎 − 𝑏 < 0


Jika 𝑎 − 𝑏 < 0 dikedua ruas ditambahkan dengan b, diperoleh
𝑎−𝑏+𝑏<0+𝑏=𝑎<𝑏
Teorema 1.5
Jika sembarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, maka akan berlaku:
(a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka 𝑎 > 𝑐
(b) Jika 𝑎 > 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐
(c) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
(d) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0 maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Bukti

(a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka berlaku 𝑎 − 𝑏 > 0 dan 𝑏 − 𝑐 > 0 sehingga bisa dinotasikan (𝑎 − 𝑏) ∈ ℙ dan (𝑏 − 𝑐) ∈ ℙ
, maka (𝑎 − 𝑏) + (𝑏 − 𝑐) = (𝑎 − 𝑐) ∈ P

Karena (𝑎 − 𝑐) ∈ P maka berlaku 𝑎 > 𝑐

(b) Jika 𝑎 > 𝑏 maka berakibat 𝑎 − 𝑏 > 0 sehingga bisa dinotasikan (𝑎 − 𝑏) ∈ ℙ , maka (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑐) ∈ ℙ .

Maka (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑐) ∈ ℙ mengakibatkan (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑐) > 0, Kedua ruas dijumlahkan dengan (𝑏 + 𝑐) di

(𝑎 +𝑐) − (𝑏 + 𝑐) + (𝑏 + 𝑐) > 0 + (𝑏 + 𝑐)
(c) Jika 𝑎 > 𝑏 berakibat 𝑎 − 𝑏 > 0 dan dinotasikan dengan (𝑎 − 𝑏) ∈ ℙ dan 𝑐 > 0 dinotasikan dengan
𝑐 ∈ P, maka sesuai definisi sebelumnya yaitu “jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℙ maka 𝑎 ∙ 𝑏 ∈ P” berakibat

𝑐 ∙ (𝑎 − 𝑏) ∈ ℙ = 𝑐 ∙ 𝑎 − 𝑐 ∙ 𝑏 ∈ ℙ
𝑐∙𝑎−𝑐∙𝑏>0

(𝑐 ∙ 𝑎) − (𝑐 ∙ 𝑏) + (𝑐 ∙ 𝑏) > 0 + (𝑐 ∙ 𝑏)
𝑐∙𝑎>𝑐∙𝑏

(d) Jika 𝑎 > 𝑏 maka berakibat 𝑎 − 𝑏 > 0 sehingga bisa dinotasikan (𝑎 − 𝑏) ∈ ℙ dan 𝑐 < 0 maka −𝑐 ∈ ℙ
sehingga

(−𝑐) ∙ (𝑎 − 𝑏) ∈ ℙ

(𝑐 ∙ 𝑎) + (−𝑐 ∙ 𝑎) − (−𝑐 ∙ 𝑏) > 0 + (𝑐 ∙ 𝑎)

(𝑐 ∙ 𝑏) > 0 + (𝑐 ∙ 𝑎)

(𝑐 ∙ 𝑏) > (𝑐 ∙ 𝑎)
Teorema 1.6
(a) Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 G 0, maka 𝑎2 > 0
(b) 1 > 0
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ maka 𝑛 > 0
Bukti
(a) Dari sifat trikotomi, jika 𝑎 G 0 maka akan memenuhi tepat satu 𝑎 ∈ ℙ atau −𝑎 ∈ ℙ . jika 𝑎 ∈ ℙ maka 𝑎 ⋅ 𝑎 =
𝑎2 ∈ P dan ditulis 𝑎2 > 0
Dengan cara yang sama jika −𝑎 ∈ ℙ maka dari definisi jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℙ maka 𝑎 ∙ 𝑏 ∈ ℙ” dan sifat – sifat aljabar
bilangan riil diperoleh (−𝑎) ⋅ (−𝑎) = 𝑎2 ∈ ℙ dapat ditulis 𝑎2 > 0
Sehingga disimpulkan jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 G 0, maka 𝑎2 > 0
(b) Dari teorema 1.6 (a) jika diambil 𝑎 = 1 maka diperoleh 1 = 1 ⋅ 1 = 12 ∈ ℙ , karena 1 ∈ ℙ maka ditulis 1 > 0
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ dan 𝑛 ∈ ℕ ∈ ℝ dan difenisikan sebagai
𝑛 ≔ 1˛ _+_1 + 1 _+_⋯ +_ ¸1
sebanyak 𝑛 suku

dari teorema 1.6 (b) diperoleh bahwa 1 > 0, sehingga


𝑛 ≔ ˛1 _+_1 + 1 _+_⋯ +_ ¸1 > 0, maka 𝑛 > 0
sebanyak 𝑛 suku

Anda mungkin juga menyukai