Anda di halaman 1dari 4

Lembar Kerja Mahasiswa – 2

Nama : Febri Hentiani Harahap


NIM : 0305182072
Kelas : PMM-4

Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) – 2 ini berisikan bahan diskusi mengenai sifat urutan bilangan real ℝ.
Hal yang akan didiskusikan adalah lanjutan dari LKM-1. Pada LKM-2 ini memuat 2.1.5 Sifat urutan
pada ℝ, 2.1.6 Definisi, 2.1.7 Teorema, dan 2.1.8 Teorema, 2.1.9 Teorema. Selain itu terdapat juga
beberapa latihan mengenai bahan diskusi tersebut.

Sifat Urutan ℝ
Sifat urutan ℝ mengacu pada kaidah kepositifan dan ketidaksamaan antara bilangan real. Sama seperti
struktur aljabar sistem bilangan real, terdapat tiga sifat dasar yang mana seluruh sifat urutan dan
perhitungannya dengan pertidaksamaan dapat dideduksikan. Cara paling mudah untuk melakukan ini
adalah dengan mengidentifikasi himpunan bagian istimewa dari ℝ yang dikenal dengan kaidah
kepositifan (positifity).

2.1.5 Sifat urutan pada ℝ


Misalkan terdapat himpunan tak kosong 𝑃 bagian ℝ, misalkan dinamai bilangan real positif, yang
memenuhi sifat-sifat berikut:
(i) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃 maka 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑃
(ii) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃 maka 𝑎𝑏 ∈ 𝑃
(iii) Jika 𝑎 ∈ ℝ maka pastilah memenuhi salah satu bentuk berikut
𝑎 ∈ 𝑃, 0 ∈ 𝑃, −𝑎 ∈ 𝑃 (Sifat Trikotomi)

Kondisi (i) dan (ii) menjamin sifat tertutup operasi penjumlahan dan perkalian. Kondisi (iii) dikenal
dengan Sifat Trikotomi, dikarenakan elemen dibagi ke dalam tiga tipe berbeda. Sifat tersebut ({−𝑎: 𝑎
∈ 𝑃}) memperlihatkan bahwa himpunan dari bilangan real negatif tidak ada pada himpunan bilangan real
positif 𝑃. Selain itu, himpunan ℝ merupakan gabungan dari tiga tipe himpunan ini.
Jika 𝑎 ∈ 𝑃, ditulis 𝑎 > 0 disebut bilangan real positif (atau positif tegas). Jika 𝑎 ∈
𝑃 ⋃{0}, ditulis 𝑎 ≥ 0 disebut bilangan real nonnegatif.
Jika −𝑎 ∈ 𝑃, ditulis 𝑎 < 0 disebut bilangan real negatif (atau negatif tegas). Jika
−𝑎 ∈ 𝑃 ⋃{0}, 𝑎 ≤ 0 disebut bilangan real nonpositif
Ketentuan pertidaksamaan antara dua bilangan real didefinisikan pada ketentuan himpunan bilangan
positif P.
2.1.6 Definisi
Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ.
(a) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ maka berlaku 𝑎 > 𝑏 atau 𝑏 < 𝑎
(b) Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ 𝖴 {0} maka berlaku 𝑎 ≥ 𝑏 atau 𝑏 ≤ 𝑎
Sifat trikotomi pada 2.1.5(iii) mengakibatkan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ pasti memenuhi salah satu bentuk berikut:
𝑎 > 𝑏, 𝑎 = 𝑏, dan 𝑎 < 𝑏.
Oleh karena itu, jika memenuhi kedua bentuk 𝑎 ≥ 𝑏 dan 𝑎 ≤ 𝑏, maka 𝑎 = 𝑏.
Untuk notasi yang tepat, penulisan 𝑎 < 𝑏 < 𝑐 artinya memenuhi kedua bentuk 𝑎 < 𝑏 dan 𝑏 < 𝑐. Bentuk
pertidaksamaan ganda lainnya seperti 𝑎 ≤ 𝑏 < 𝑐, 𝑎 ≤ 𝑏 ≤ 𝑐, dan 𝑎 < 𝑏 ≤ 𝑐 didefinisikan dengan cara yang
sama.

2.1.7 Teorema
Misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
(a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐, maka 𝑎 > 𝑐
(b) Jika 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐
(c) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0, maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0, maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Bukti:
(a) Karena 𝑎 > 𝑏, menurut Definisi 2.1.6 (a) berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ
Karena 𝑏 > 𝑐, menurut Definisi 2.1.6 (a) berlaku 𝑏 − 𝑐 ∈ ℙ
Menurut sifat 2.1.5 (i) maka:
(𝑎 − 𝑏) + (𝑏 − 𝑐) ∈ ℙ
- 𝑎−𝑏+𝑏−𝑐∈ℙ
- 𝑎−𝑐∈ℙ
Karena 𝑎 − 𝑐 ∈ ℙ, menurut Definisi 2.1.6 (a) berlaku 𝑎 > 𝑐. Jadi
terbukti bahwa jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐, maka 𝑎 > 𝑐.
(b) Karena 𝑎 > 𝑏, menurut Definisi 2.1.6 (a) berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ
BUKTIKA

Menurut sifat 2.1.5 (i) maka


(a + c) − (b + c) ∈ ℙ
(a − c) - (b − c) ∈ ℙ
N

Jadi terbukti bahwa jika a > b maka a + c > b + c

(c)
Berdasarkan teorema 2.1.5 (iii) Jika a − b ∈ P dan c ∈ P, maka
ca − cb ∈ P
c(a − b) ∈ P.
BUKTIKA

Jadi ca > cb jika c > 0.


Sebaliknya jika a − b ∈ P dan −c ∈ P, maka
N

cb − ca ∈ P
(−c)(a − b) ∈ P.
Jadi cb > ca jika c < 0.
Teorema selanjutnya memperlihatkan bahwa bilangan asli merupakan bilangan real positif. Hal ini
diungkapkan dari sifat dasar urutan. Kunci utama hal ini adalah kuadrat dari setiap bilangan bukan nol
adalah bilangan positif.
2.1.8 Teorema
(a) Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 ≠ 0, maka 𝑎2 > 0
(b) 1 > 0
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0
Catatan: ℕ adalah notasi bilangan asli
Bukti:
(a) Berdasarkan sifat Trikotomi (sifat 2.1.5 (iii)), jika 𝑎 ≠ 0 maka ada 2 kemungkinan lain yaitu
𝑎 ∈ ℙ (𝑎 > 0) atau −𝑎 ∈ ℙ (𝑎 < 0)
Berdasarkan sifat 2.1.5 (ii) maka berlaku:
𝑎. 𝑎 = 𝑎2 ∈ ℙ dan (−𝑎)(−𝑎) = 𝑎2 ∈ ℙ
Karena keduanya menunjukkan 𝑎2 ∈ ℙ maka disimpulkan 𝑎2 > 0
(b)
Karena 1 = ¿ , maka dengan (a) dipunyai 1 > 0.
BUKTIKA
N

(c)
Dengan induksi matematika; dari (b)
1 ∈ P, asumsikan k ∈ P, karena 1 ∈ P maka
BUKTIKA

k + 1 ∈ P. Kita simpulkan jika n ∈ N, maka n > 0.


N

Sangat penting untuk mencatat bahwa tidak terdapat bilangan positif yang paling kecil. Hal ini
diketahui dengan melihat bentuk 𝑎 > 0 dan 1 > 0, sehingga 1
2 𝑎 > 𝑎 > 0.
2

Jika 𝑎 dikatakan sebagai bilangan terkecil, maka dengan bentuk di atas dapat diketahui bahwa
masih terdapat bilangan positif 1 𝑎 yang lebih kecil.
2

Hal ini mengarahkan pada hasil berikutnya, yang mana akan sering digunakan untuk metode pembuktian.
Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa sebuah bilangan 𝑎 ≥ 0 (bilangan real nonnegatif) yang paling
kecil adalah nol, cukup dengan memperlihatkan bahwa 𝑎 lebih kecil dari sembarang bilangan positif.
2.1.9 Teorema
Jika 𝑎 ∈ ℝ yang mana 0 ≤ 𝑎 < 𝜀 untuk ∀ 𝜀 > 0, maka 𝑎 = 0
Bukti:
Dengan menggunakan kontradiksi, misalkan 𝑎 ≠ 0.
Karena 𝑎 ≠ 0 maka hanya 1 kemungkina lainnya yaitu 𝑎 > 0.
Dipili 1
h 𝜀 0 ≔ 𝑎
2
Karena 𝑎 > 0 dan 1 > 0, pastilah 1
2 𝑎 > 𝑎 > 0 sehingga 𝑎 > 𝜀0 > 0
2

Hal ini memperlihatkan 𝑎 > 𝜀0 > 0 bertentangan dengan 0 ≤ 𝑎 < 𝜀.


Artinya pengandaian “misalkan 𝑎 ≠ 0" bernilai salah, yang benar adalah “𝑎 = 0” Jadi
dapat disimpulkan bahwa jika 𝑎 ∈ ℝ dan 0 ≤ 𝑎 < 𝜀 untuk ∀ 𝜀 > 0, maka 𝑎 = 0.

LATIHAN MEMBUKTIKAN
1. Jika 𝑎 < 𝑏 dan 𝑐 ≤ 𝑑, buktikan bahwa jika 𝑎 + 𝑐 < 𝑏 + 𝑑.
2. Jika 0 < 𝑎 < 𝑏 dan 0 ≤ 𝑐 ≤ 𝑑, buktikan bahwa jika 0 < 𝑎𝑐 < 𝑏𝑑.
3. Jika 𝑎 > 0, buktikan bahwa 1 > 0 dan 1
= 𝑎.
1
𝑎 1𝑎

1. Misalkan a < b dan c ≤ d


BUKTIKA

S
Hal ini berarti b − a ∈ P ∪ {0} dan d − c ∈ P.
N

Kita lihat dua kasus ketika b − a ∈ P atau b − a = 0.


(a) Jika b − a, d − c ∈ P, maka (b − a) + (d − c) = (b + d) − (a + c) ∈ P.
(b) Jika b − a = 0, maka d − c = (d − c) +0 = (d − c) +(b − a) = (b + d) −(a + c) ∈P
Dengan demikian, (b + d) − (a + c) ∈ P sehingga terbukti bahwa a + c < b + d.
2. Misalkan 0 < a < b dan 0 < c < d.
Ini berarti, a, b, b − a, c, d, d – c ∈ P.
Ketertutupan P menyebabkan
ac, (b − a)c = bc − ac, dan b(d − c) = bd − bc juga di P.
Selanjutnya, (bc − ac) + (bd − bc) = bd − ac juga di P.
Jadi, ac dan bd − ac ∈ P.
SIni berarti terbukti bahwa 0 < ac dan ac < bd atau 0 < ac < bd.
3. Jika a > 0, maka a 6= 0 (dengan sifat trikotomi) , menurut 2.1.6(a) 1/a 6= 0. Jika 1/a <
0, maka menurut (c) dengan c = 1/a menyebabkan 1 = a(1/a) < 0. Hal ini kontradiksi
dengan 2.2.5(b). Haruslah 1/a > 0. Dengan cara yang sama jika a < 0 maka
kemungkinan 1/a > 0 akan mengahasilkan suatu kontradiksi 1 = a(1/a) < 0.

Anda mungkin juga menyukai