Anda di halaman 1dari 9

SISTEM BILANGAN REAL DAN SIFAT-SIFATNYA

(SIFAT URUTAN BILANGAN REAL)


KELOMPOK 8

Anggota:
Ade Winah Aprilian (1401420095)
Wita Eka Putri Cahyani (1401420245)
Muhammad Ramdan Hidayat (1401420415)
Sifat-sifat Urutan Bilangan Real
 
1. Trikotomi
Jika 𝑥 dan 𝑦 adalah bilangan real, maka pasti berlaku salah satu
𝑥 < 𝑦 atau 𝑥 = 𝑦 atau 𝑥 > 𝑦
Contohnya: 2 dan 5, yang berlaku hanyalah 2 < 5, tidak mungkin bahwa 2 = 5 atau 2 > 5
2. Transitif
𝑥 < 𝑦 dan 𝑦 < 𝑧 maka 𝑥 < 𝑧
𝑥 > 𝑦 dan 𝑦 > 𝑧 maka 𝑥 > 𝑧
𝑥 = 𝑦 dan 𝑦 = 𝑧 maka 𝑥 = 𝑧
Contohnya: 2 < 3 dan 3 < 5 maka 2 < 5
3. Penambahan
𝑥<𝑦↔𝑥+𝑧<𝑦+𝑧
𝑥>𝑦↔𝑥+𝑧>𝑦+𝑧
𝑥=𝑦↔𝑥+𝑧=𝑦+𝑧
Contohnya: jika 𝑥 = 2 dan 𝑦 = 5 dan 𝑧 = −10 maka 2 < 5 ↔ 2 + (−10) < 5 + (−10)
2 < 5 ↔ −8 < −5
■ Perkalian
4.  
Jika 𝒛 bilangan positif:
𝑥 < 𝑦 ↔ 𝑥𝑧 < 𝑦𝑧
𝑥 > 𝑦 ↔ 𝑥𝑧 > 𝑦𝑧
𝑥 = 𝑦 ↔ 𝑥𝑧 = 𝑦𝑧
Contohnya: Jika 𝑥 = 5, 𝑦 = 2, 𝑧 = 3 maka 5 > 2 ↔ 5.3 > 2.3
5 > 2 ↔ 15 > 6

Jika 𝒛 bilangan negatif:


𝑥 < 𝑦 ↔ 𝑥𝑧 > 𝑦𝑧
𝑥 > 𝑦 ↔ 𝑥𝑧 < 𝑦𝑧
𝑥 = 𝑦 ↔ 𝑥𝑧 = 𝑦𝑧
Contohnya: Jika 𝑥 = 3, 𝑦 = 4, dan 𝑧 = −maka 3 < 4 ↔ 3 (− ) > 4 (−)
3<4↔− >−2
Pembuktian Teorema Sifat Urutan Bilangan Real
Teorema 2.2.1 Diberikan a,b, c ∈ ℝ.
Jika a > b dan b > c, maka a > c.
Jika a > b, maka a+c > b+c.
Jika a > b dan c > 0, maka ca > cb.
Jika a > b dan c < 0, maka ca < cb.

Bukti. (i) Jika diberikan a > b dan b > c, maka a−b ∈ P dan b−c ∈ P. Dari definisi, diperoleh
a − c = (a − b) + (b − c) ∈ P.
Hal ini berarti a > c.
(ii) Jika diberikan a > b, maka a−b ∈ P. Akibatnya,
(a + c) − (b + c) = a − b ∈ P
Hal ini berarti a + c > b + c.
(iii) Jika diberikan a > b dan c > 0, maka a − b ∈ P dan c ∈ P.
Akibatnya, ca − cb = c(a − b) ∈ P. Sehingga, ca > cb. Pada sisi lain, jika diberikan a > b dan c < 0, maka a − b ∈ P
dan −c ∈ P. Akibatnya, diperoleh cb − ca = (−c)(a−b) ∈ P. Sehingga, cb > ca.
■  
Teorema 2.2.2

Jika 0 ≠ a ∈ ℝ , maka > 0.


1 > 0.
Jika n ∈ ℕ, maka n > 0.

Bukti. (i) Diketahui a ∈ ℝ dengan a ≠ 0, maka a ∈ P atau −a ∈ P.


Jika a ∈ P, maka dari definisi = a · a ∈ P. Jika −a ∈ P, maka
= (−a) (−a) ∈ P. Hal ini berarti ∈ P atau > 0.
(ii) Karena 1 ∈ ℝ \{0} dan 1 = , maka 1 > 0.
(iii)Diambil sebarang n ∈ ℕ, maka untuk n = 1 berlaku 1 > 0. Asumsikan untuk k ∈ N berlaku benar k > 0. Oleh
karena itu, k + 1 ∈ P. Berarti, berlaku benar untuk setiap n ∈ N.
Sifat berikut berkaitan dengan urutan di ℝ untuk penjumlahan dan perkalian. Diperlihatkan beberapa aturan bekerja
dalam bentuk pertidaksamaan.
Teorema 2.2.3 Diberikan a,b,c,d elemen-elemen di ℝ.
 
Jika a > b, maka a + c > b + c.
 
Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d.  
Jika a > b dan c > 0, maka ca > cb. Jika a > b dan c < 0,
maka ca < cb.
Jika a > 0, maka 1/a > 0. Jika a < 0, maka 1/a < 0. 
Bukti. (i) Jika a−b ∈ P, maka (a + c) − (b + c) ∈ P. Jadi, a + c >
b + c.
(ii) Jika a−b ∈ P dan c−d ∈ P, maka
(a + c) − (b + d) = (a − b) + (c − d) ∈ P.
Jadi, a + c > b + d. 
(iii) Jika a − b ∈ P dan c ∈ P, maka ca − cb = c(a − b) ∈ P. Jadi, ca > cb. Jika −c ∈ P, maka −ca + cb = −c(a − b) ∈ P. Jadi, cb > ca.
 
iv) Jika a > 0, maka a ≠ 0. Jadi, ada elemen 1/a. Andai 1/a = 0,
maka 1 = a · 1/a = 0 suatu kontradiksi. Jadi, seharusnya 1/a ≠ 0.
Jika 1/a < 0, maka dari bagian (c) untuk c = 1/a dan a > 0
Diperoleh 1 = 1/a · a < 1/a · 0 = 0 
Hal ini merupakan kontradiksi. Oleh karena itu, haruslah 1/a > 0.
Selanjutnya jika a < 0, maka dengan cara yang sama dapat diperlihatkan bahwa 1/a < 0. 
Telah diperlihatkan pada Teorema 2.2.2 (iii) untuk setiap n ∈ N berlaku n ∈ P. Oleh karena itu, 1/n ∈ P. Akibatnya, bentuk bilangan rasional m/n = m(1/n) dengan m,n
∈ N, merupakan bilangan elemen-elemen positif. Akibat sifat urutan dan aksioma penjumlahan dan perkalian di R, diperoleh hasil berikut.
■  
Teorema 2.2.4 Jika a,b ∈ ℝ dengan a < b, maka
a < (a + b) < b.
Bukti. Diketahui a < b, maka 2a = a+a < a+b < b+b = 2b. Oleh karena itu,
2a < a+b < 2b.
Karena 2 > 0, maka > 0. Jadi, dengan menggunakan Teorema 2.2.2 (iii) diperoleh
a =(2a) <(a+b) <(2b) = b.  
Dua pernyataan berikut sering digunakan pada proses pembuktian suatu teorema, yaitu untuk memperlihatkan kapan
suatu bilangan a ≥ 0 adalah sama dengan nol. Hal ini cukup ditunjukkan bahwa bilangan a lebih kecil dari sebarang
bilangan positif.
Teorema 2.2.5 Jika a ∈ ℝ dengan 0 ≤ a < ε untuk setiap bilangan
ε > 0, maka a = 0.
Bukti. Diberikan 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0. Akan ditunjukkan
bahwa a = 0. Andaikan a > 0, maka menurut Teorema 2.2.3 berlaku
0 <a < a. Jika diambil = a, maka > 0 dan diperoleh
0 < < a. Hal ini kontradiksi dengan yang diberikan. Jadi, seharusnya a = 0.
■   2.2.6 Diberikan a,b ∈ ℝ. Jika a − ε < b untuk sebarang
Teorema
ε > 0, maka a ≤ b.
Bukti. Diberikan a − ε < b untuk setiap ε > 0. Andaikan b < a, maka (a − b) /2 > 0. Jika diambil = (a − b)/2, maka
a − = a−(a − b) = (a + b) > b.
Hal ini kontradiksi dengan yang diberikan. Berarti, pengandaian salah. Harusnya, a ≤ b.
Kesimpulan yang benar adalah faktor-faktornya harus mempunyai tanda yang sama (keduanya positif atau keduanya negatif). Hal ini diperlihatkan pada
teorema berikut.
Teorema 2.2.7 Jika ab > 0, maka salah satu dari kemungkinan berikut yang berlaku:
a > 0 dan b > 0, atau
a < 0 dan b < 0. 
Bukti. (i) Diberikan ab > 0, maka a ≠ 0 dan b ≠ 0 (sebab jika salah satu a = 0 atau b = 0, berakibat ab = 0). Karena a ≠ 0, maka dari sifat Trikotomi berlaku
a > 0 atau a < 0. Jika a > 0, maka > 0.
Oleh karena itu,
b = a) b = (ab) > 0. 
(ii) Dengan cara yang sama, dapat diperlihatkan bahwa jika a < 0,
Maka < 0 dan diperoleh b = (1/a) (ab) < 0.
Akibat 2.2.7 Jika ab < 0, maka salah satu dari kemungkinan berikut yang berlaku:
a < 0 dan b > 0, atau
a > 0 dan b < 0.
Bukti. Diberikan ab < 0, maka −(ab) > 0. Karena
−(ab) = (−a)(b) = (a)(−b),
maka (i) a < 0 dan b > 0, atau (ii) a > 0 dan b < 0.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai